Potensi Pariwisata Perkotaan Di Malang

Embed Size (px)

Citation preview

  • Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013 47

    KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG

    BERDASARKAN STAKEHOLDER

    Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari

    Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

    Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

    e-mail: Alamat Email Penulis 1

    ABSTRAK

    Peran stakeholder terhadap perkembangan pariwisata di Kota Malang tidak hanya berperan mengambil

    keputusan untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan mengelola daya tarik wisata di

    Kota Malang. Beberapa permasalahan Kota Malang terkait dengan pengelolaan pariwisata saat ini adalah

    jumlah wisatawan yang tidak stabil dan potensi wisata yang ada telah terbengkalai. Namun, dengan kondisi

    tersebut, Kota Malang masih memiliki potensi wisata perkotaan yang memerlukan peran stakeholder di dalam

    pengelolaannya. Penelitian ini dilakukan mengidentifikasi strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang

    berdasarkan stakeholder. Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian adalah overlay lokasi potensi

    pariwisata, menentukan kriteria evaluasi menggunakan Analisis Hirarki Proses, mencari berbagai alternatif

    menggunakan SWOT dan IFAS-EFAS, mengevaluasi alternatif menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan

    dan memilih alternatif menggunakan Goeller Scorecard. Berdasarkan hasil analisis, strategi potensi pariwisata

    perkotaan Kota Malang berdasarkan stakeholder, yaitu (a) mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata

    pariwisata; (b) pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah dan swasta; (c) menghubungkan daya tarik

    wisata melalui pengadaan kegiatan; (d) mengembangkan atraksi wisata dengan paket perjalanan wisata,

    festival, pameran; (e) memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata; (f)

    mengalokasikan moda angkutan umum untuk angkutan wisata; (g) meningkatkan jumlah wisatawan melalui

    peningkatan kualitas pariwisata perkotaan; (h) mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media.

    Kata Kunci : Pariwisata, Stakeholder.

    ABSTRACT

    The Role of stakeholders toward the development of tourism in Malang is not only to take decision for the

    tourism policy but also to manage the attraction of tourism in Malang. The problems being encountered are the

    number of tourists which is unstable, and also some existing tourism potencies which are managed inattentively.

    But then, Malang still has an urban tourism which needs role of stakeholders to manage the tourism. Therefore,

    it is conducted a study which aims to identify the strategy of urban tourism in Malang based on stakeholders.

    Analysis method of the study consists of overlaying the tourism sites, determining the evaluation criteria using

    Analytical Hierarchy Process; finding out several alternatives using SWOT and IFAS-EFAS, evaluating the

    alternatives using policy criteria recommendation, and deciding the alternatives using Goeller Scorecard. Based

    on the result of the study, the tourism strategies of Malang based on stakeholders can be formulated become: (a)

    to socialize the policy of every tourism attraction; (b) to determine the job division clearly between government

    and private enterprise; (c) to intertwine tourism attraction through holding events; (d) to develop the attraction

    with travel package tours, festivals, and fairs; (e) to improve and to keep facilities on every tourism places; (f) to

    allocate public transportation for the tour transportation (g) to increase the number of tourists by improving the

    quality of urban tourism; (h) to hold promotions using various media.

    Keywords: Tourism, Stakeholders.

    PENDAHULUAN

    Pariwisata mampu memberikan kemajuan

    bagi suatu daerah jika daerah tersebut mampu

    mengelola potensi pariwisata yang dimiliki.

    Pariwisata telah menjadi industri paling dinamis

    dan tercepat pertumbuhannya dikarenakan oleh

    keikutsertaan penduduk di seluruh dunia dalam

    kegiatan berwisata (Wahab, 2003). Pembangunan

    ekonomi untuk membangun kemajuan daerah

    melalui kepariwisataan, bergantung pada

    kebijakan-kebijakan yang mengatur mengenai

    kepariwisataan tersebut.

    Stakeholder merupakan individu-individu

    atau kelompok-kelompok yang ahli dalam

    bidangnya dan mempunyai peran di dalam suatu

    kebijakan yang menaungi bidangnya tersebut.

    Stakeholder juga merupakan individu maupun

    kelompok yang melihat kondisi eksisting dan

    menyalurkan aspirasi dari berbagai golongan

  • KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER

    48 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, efektif

    dan efisien. Dalam bidang pariwisata,

    stakeholder memiliki peran yang signifikan.

    Stakeholder tidak hanya berperan dalam

    mengambil keputusan bersama untuk kebijakan

    pengembangan pariwisata, namun juga berperan

    dalam mengelola daya tarik wisata yang tersebar

    di Kota Malang. Dalam hal ini, stakeholder

    pariwisata di Kota Malang juga berperan dalam

    usahanya melalui berbagai strategi guna

    mewujudkan Tri Bina Cita Kota (Pendidikan-

    Pariwisata dan Industri). Secara garis besar,

    kebijakan pariwisata akan lebih efektif jika

    dibuat oleh seluruh stakeholder yang ada di Kota

    Malang, khususnya stakeholder yang berperan

    penting dalam kepariwisataan Kota Malang.

    Stakeholder dapat merumuskan kebijakan

    pariwisata Kota Malang yang lebih efektif dalam

    mengatasi kelemahan, ancaman dan

    mengembangkan kekuatan serta peluang yang

    dapat mencapai sebuah kebijakan pariwisata yang

    efektif dan efisien.

    Kota Malang meski tidak memiliki potensi

    pariwisata alam, namun masih memiliki fungsi

    wilayah yang berpotensi untuk memberikan

    peluang dalam menarik wisatawan, potensi

    tersebut berupa kegiatan wisata belanja dan

    wisata warisan arsitektur. Wisata belanja dan

    wisata warisan arsitektur merupakan potensi

    wisata perkotaan yang menjadi daya tarik Kota

    Malang bagi wisatawan domestik maupun

    mancanegara. Hal tersebut juga didukung oleh

    kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kota

    Malang yang menyatakan bahwa Kota Malang

    potensial sebagai tempat berkembangnya bisnis

    pariwisata, terutama wisata kota. Kelemahan dan

    ancaman pariwisata perkotaan yang dimiliki oleh

    Kota Malang dapat diatasi melalui kerjasama dan

    sinkronisasi pendapat stakeholder untuk

    menyusun sebuah strategi bagi peningkatan

    potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang,

    sehingga mampu menghasilkan kebijakan

    pariwisata yang mampu memajukan kekuatan

    dan peluang potensi pariwisata perkotaan di Kota

    Malang.

    METODE PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji

    potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang

    berdasarkan Stakeholder. Analisis yang

    digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

    Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata

    Kota Malang

    Karakteristik pariwisata Kota Malang

    berdasarkan faktor supply dan demand

    pariwisata. Faktor supply yang meliputi segala

    sesuatu yang berada dan ditawarkan sebagai

    suatu produk wisata dan fasilitasnya, misalnya

    attraction, services, transportation, promotion.

    Sedangkan faktor demand yang meliputi

    besarnya permintaan terhadap suatu obyek wisata

    oleh wisatawan, dalam hal ini demand yang

    dibahas adalah perubahan jumlah wisatawan di

    Kota Malang.

    Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi

    Potensi Pariwisata Kota Malang

    Analisa ini merupakan tahap pertama pada

    a basic policy analysis yaitu menguji, merumus-

    kan dan mendetailkan masalah. Analisa yang

    dilakukan yaitu penjabaran latar belakang,

    identifikasi masalah dan rumusan masalah.

    Selanjutnya, metode analisa yang dilakukan yaitu

    dengan mendeskripsikan overlay lokasi potensi

    pariwisata menurut masyarakat (yang telah dikaji

    oleh Wurianto, 2006) dengan berdasarkan

    kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kota

    Malang. Hasil pada step pertama adalah berupa

    peta persebaran overlay lokasi wisata dan

    tabulasi data.

    Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi

    Step kedua a basic policy analysis yaitu

    menentukan kriteria evaluasi, kriteria evaluasi

    dicari dengan melakukan metode analisa AHP.

    Dalam metode ini dilakukan wawancara pada

    Stakeholder yang berkaitan sehingga mendapat-

    kan variabel yang digunakan untuk strategi

    pariwisata sesuai dengan prioritas.

    Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif

    Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang

    Pada step ketiga ini, berdasarkan variabel

    yang didapatkan dari metode AHP, kemudian di

    identifikasi strength, weakness, oppourtunity,

    threat yang kemudian dilakukan analisa IFAS-

    EFAS untuk mendapatkan strategi dengan

    membuat strategi pada masing-masing strategi.

    Pembobotan pada tahap analisa IFAS- EFAS

    dilakukan berdasarkan bobot Priority Vector

    pada hasil analisa AHP kemudian dikonversikan

    sehingga menghasilkan bobot yang sesuai untuk

    IFAS yaitu 0,5 pada strength dan 0,5 pada

    weakness serta pada EFAS yaitu 0,5 pada

    opportunity dan 0,5 pada threat.

    Analisa Evaluasi Setiap Alternatif

    Analisa tahap keempat pada a basic policy

    analysis yaitu mengevaluasi setiap alternatif yang

    dihasilkan pada tahap ketiga. Pada step ke empat

    ini, menggunakan metode kriteria rekomendasi

    kebijakan yang merupakan kriteria untuk

    memecahkan masalah. Kriteria rekomendasi

  • Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    49

    kebijakan terdiri dari efektivitas (effectiveness),

    efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy),

    perataan/kesamaan (equity), responsivitas

    (responsiveness) dan kelayakan/ketepatan

    (appropriateness), dimana keenam kriteria

    tersebut memiliki hubungan dengan biaya. Selain

    ke enam kriteria rekomendasi kebijakan juga

    menggunakan kriteria penilaian ketersediaan

    kebijakan yang mendukung.

    Analisa Preskriptif Memaparkan dan memilih

    alternatif

    Analisa tahap kelima pada a basic policy

    analysis yaitu memaparkan dan memilih diantara

    berbagai alternatif. Pada step kelima ini dengan

    menggunakan metode Goeller Scorecard akan

    mendapatkan hasil pemilihan alternatif terbaik

    dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan yang

    didapatkan dari analisa tahap ke empat dan

    dinilai melalui pengambilan kata kunci dari

    metode Goeller Scorecard.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata

    Kota Malang

    Gambar 1. Lokasi wisata belanja di kota Malang

    Karakteristik Attraction, Kota Malang

    memiliki 78 daya tarik wisata yang terbagi dalam

    berbagai jenis wisata. Mayoritas merupakan

    wisata belanja yaitu sebanyak 22 lokasi (28%)

    dan wisata warisan arsitektur yaitu sebanyak 13

    lokasi (17%). Sedangkan sebesar 55% terdiri dari

    berbagai macam lokasi wisata, yaitu wisata

    monumen, musium, taman rekreasi, candi,

    spiritual, makam, olahraga, boulevard, dan

    kawasan.

    Karakteristik service, sarana pokok berupa

    hotel yang terdapat di Kota Malang sebanyak 70

    hotel berbintang dan tidak berbintang, yaitu

    sebanyak satu hotel berbintang satu, dua hotel

    berbintang empat, satu hotel berbintang lima dan

    empat hotel berbintang tiga. Sedangkan 61 hotel

    lainnya merupakan hotel tidak berbintang, yaitu

    49 golongan Melati, dua golongan Losmen dan

    10 golongan Wisma. Sedangkan untuk sarana

    pokok berupa rumah makan, restoran dan cafe di

    Kota Malang terdiri dari 309 lokasi berupa depot,

    rumah makan, kedai, warung, dan pujasera.

    Sarana pokok lainnya yaitu berupa biro dan agen

    perjalanan wisata yang berjumlah 113 biro dan

    agen yang terdapat di Kota Malang. Sebagian

    besar sarana pariwisata tersebut berada di pusat

    kota, Kecamatan Klojen.

    Gambar 2. Lokasi persebaran hotel berbintang

    Karakteristik transportation, bahwa

    berdasarkan RIPP Kota Malang tahun 2007,

    seluruh lokasi daya tarik wisata Kota Malang

    terakomodir dengan jaringan jalan arteri primer

    dan jalan kolektor. Namun, pelayanan transporta-

    si tidak maksimal dikarenakan tidak adanya in-

    formasi yang jelas mengenai rute-rute pariwisata

  • KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER

    50 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    yang mengakomodir terminal dan rute angkutan

    umum di Kota Malang.

    Karakteristik promotion, berupa promosi

    secara langsung dan tidak langsung. Promosi

    secara langsung terdiri dari peragaan (display),

    barang cetakan (leaflet, booklet/brosur), dan

    pameran khusus. Sedangkan promosi secara tidak

    langsung dapat berupa review, majalah, kun-

    jungan, dan temu karya (workshop).

    Karakteristik wisatawan berupa deskripsi

    terhadap jumlah wisatawan, wisatawan nusantara

    (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman).

    Grafik perkembangan jumlah kunjungan

    wisatawan ke Kota Malang sejak tahun 2001-

    2008 mengalami ketidakstabilan yaitu wisatawan

    nusantara pada tahun 2001-2004 turun sebesar

    22.258 jiwa, yaitu dari 191.424 jiwa menjadi

    169.166 jiwa. Sedangkan wisatawan manca-

    negara turun sebesar 333 jiwa, yaitu dari 702 jiwa

    menjadi 369 jiwa. Pada tahun 2008 wisatawan

    nusantara naik menjadi 340.108 jiwa dan

    wisatawan mancanegara menjadi 634 jiwa.

    Gambar 3. Prosentase perubahan jumlah

    wisatawan

    Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi

    Potensi Pariwisata Kota Malang

    Persebaran lokasi potensi pariwisata

    dibandingkan antara lokasi wisata menurut

    kebijakan yang ada di Kota Malang dengan

    lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat.

    Setelah dibandingkan melalui metode overlay,

    maka jika lokasi wisata dalam kebijakan di

    overlay dengan lokasi wisata menurut

    pemahaman masyarakat hasilnya diketahui lokasi

    potensi pariwisata yang tidak diketahui oleh

    Stakeholder adalah sebanyak 30 lokasi (53%).

    Sedangkan jika lokasi wisata menurut

    pemahaman masyarakat di overlay terhadap

    lokasi menurut kebijakan, maka didapatkan hasil

    lokasi wisata yang tidak diketahui oleh

    masyarakat adalah sebanyak 21 lokasi (45%).

    Melalui metode overlay juga didapatkan hasil

    bahwa hanya sebanyak 29 lokasi (37%) yang

    diketahui oleh Stakeholder maupun masyarakat.

    Tahap analisis kebijakan pertama yaitu tahapan

    menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah

    diketahui bahwa permasalahan utama dalam

    potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang

    adalah lokasi pariwisata Kota Malang masih

    belum terpublikasi dengan baik. Terbukti dari

    hasil kesesuaian lokasi pariwisata perkotaan

    antara Stakeholder dengan masyarakat.

    Gambar 4. Peta Overlay persebaran lokasi

    wisata perkotaan kota Malang

    Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi

    Analisa evaluatif penentuan kriteria

    evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode

    AHP yang menggunakan variabel supply demand

    pariwisata dan variabel lainnya hasil dari

    wawancara terhadap stakeholder. Berikut

    merupakan hasil perhitungan menggunakan

    metode AHP.

    Berdasarkan perhitungan gabungan

    pendapat Stakeholder, diketahui bahwa pendapat

    kelima Stakeholder telah konsisten karena telah

    memenuhi ketentuan konsistensi pendapat

  • Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    51

    disimpulkan bahwa variabel yang memiliki rating

    tertinggi sebagai prioritas pertama dalam

    mempengaruhi strategi potensi pariwisata

    perkotaan di Kota Malang adalah variabel

    kebijakan. Urutan variabel yang mempengaruhi

    berdasarkan pada rating untuk prioritas dalam

    strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota

    Malang yaitu (1) Kebijakan; (2) Kelembagaan;

    (3) Linkage System; (4) Atraksi wisata; (5)

    Fasilitas; (6) Transportasi; (7) Jumlah wisatawan;

    dan (8) Promosi.

    Tabel 1. Priority Vector hasil gabungan

    pendapat Stakeholder terhadap strategi

    pariwisata perkotaan kota Malang Total

    Normalisasi

    Gabungan

    Pendapat

    Priority

    Vector (VP)

    Rating

    Prioritas

    Atraksi

    wisata

    415/441

    0.118

    IV

    Fasilitas 368/585 0.079 V

    Transportasi 139/227 0.077 VI

    Promosi 341/857 0.050 VIII

    Jumlah

    Wisatawan

    454/763

    0.074

    VII

    Kelembagaan 1 194/289 0.209 II

    Kebijakan 1 443/562 0.224 I

    Linkage

    System

    1 272/745

    0.171

    III

    Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif

    Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang

    Berdasarkan hasil potensi dan masalah

    kepariwisataan di Kota Malang digolongkan

    dalam strength, weakness, opportunity, dan

    threat. Berdasarkan hasil matriks strategi IFAS-

    EFAS mengenai strategi pariwisata perkotaan

    Kota Malang berdasarkan Stakeholder terhadap

    potensi, masalah, peluang dan ancaman maka

    keseimbangan faktor eksternal dan internal

    terdapat pada kuadran I ruang B, lebih tepatnya

    yaitu Stable Growth Strategy.

    Gambar 5. Kuadran strategi IFAS-EFAS

    Stable growth strategy menunjukkan

    bahwa pertumbuhan kebutuhan pasar terhadap

    pariwisata meningkat dan lebih besar daripada

    potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kota

    Malang. Stable growth strategy merupakan

    strategi pertumbuhan stabil dimana

    pengembangan dilakukan secara bertahap dan

    target disesuaikan dengan kondisi.

    Pengembangan secara bertahap dilakukan

    berdasarkan dengan urutan prioritas variabel

    yang didapatkan dari pendapat Stakeholder. Hal

    ini disesuaikan dengan faktor internal maupun

    faktor eksternal pariwisata perkotaan di Kota

    Malang. Berikut merupakan alternatif strategi

    pariwisata perkotaan di Kota Malang.

    Tabel 2. Alternatif Strategi pada kuadran

    Stable Growth Strategy pariwisata perkotaan

    kota Malang berdasarkan Stakeholder Variabel Alternatif Strategi

    Kebijakan Mensosialisasikan kebijakan pariwisata

    Kota Malang secara umum pada

    masyarakat melalui media promosi

    langsung dan tidak langsung

    Mensosialisasikan kebijakan setiap daya

    tarik wisata pariwisata melalui penerapan

    program kebijakan

    Kelembagaan Pembagian kerja yang jelas antara tugas

    pemerintah untuk memelihara fasilitas

    umum wisata Kota Malang dan swasta

    dalam mengelola setiap daya tarik wisata

    Kota Malang

    Menggandeng lebih banyak lembaga

    swasta untuk saling bekerjasama

    mengembangkan pariwsata Kota Malang

    Linkage System Menghubungkan daya tarik wisata melalui

    pengadaan kegiatan yang saling

    melengkapi antar lokasi wisata Kota

    Malang

    Mengadakan agenda kegiatan secara

    bergantian dan berkelanjutan untuk

    menjaga hubungan antar lokasi wisata Kota

    Malang

    Atraksi

    wisata

    Mengembangkan atraksi wisata di Kota

    Malang dengan mengemas atraksi lebih

    menarik berupa paket perjalanan wisata,

    festival, pameran

    Menambah atraksi wisata berupa wisata

    buatan

    Fasilitas Memperbaiki dan merawat fasilitas wisata

    pada setiap daya tarik wisata Kota Malang

    Membuat inovasi baru terhadap fasilitas

    wisata agar lebih berkelanjutan

    Transportasi Mengalokasikan moda angkutan

    umum untuk mendukung angkutan

    wisata

    Membuat rute angkutan umum yang

    melintasi seluruh daya tarik wisata

    Kota Malang

    Jumlah

    Wisatawan

    Meningkatkan jumlah wisatawan melalui

    peningkatan kualitas pariwisata perkotaan

    Kota Malang

    Membuat inovasi baru kegiatan wisata di

    Kota Malang untuk menambah jumlah

    wisatawan

    Promosi Mengadakan kegiatan promosi melalui

    berbagai media

    Mengadakan promosi melalui agenda

    kegiatan duta pariwisata Kota Malang

  • KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER

    52 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    Analisa Evaluasi Setiap Alternatif

    Analisa evaluasi setiap alternatif

    menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan

    terdiri dari efektivitas (effectiveness), efisiensi

    (efficiency), kecukupan (adequacy), perataan/

    kesamaan (equity), responsivitas (responsiveness)

    dan kelayakan/ketepatan (appropriateness),

    dimana keenam kriteria tersebut memiliki

    hubungan dengan biaya. Selain menggunakan ke

    enam kriteria rekomendasi kebijakan juga

    digunakan penilaian terhadap keberadaan

    alternatif-alternatif kebijakan tersebut dalam

    kebijakan eksisting yang sudah ada. Berikut

    merupakan hasil akhir evaluasi alternatif strategi

    potensi pariwiata perkotaan di Kota Malang.

    Tabel 3. Evaluasi strategi pariwisata

    perkotaan kota Malang berdasarkan

    Stakeholder Variabel Alternatif Strategi Keber

    hasilan

    Kebija-

    kan

    Mensosialisasikan kebijakan pariwisata

    Kota Malang secara umum pada

    masyarakat melalui media promosi

    langsung dan tidak langsung

    Sedang

    Mensosialisasikan kebijakan setiap daya

    tarik wisata pariwisata melalui

    penerapan program kebijakan

    Tinggi

    Kelemba-

    gaan

    Pembagian kerja yang jelas antara tugas

    pemerintah untuk memelihara fasilitas

    umum wisata Kota Malang dan swasta

    dalam mengelola setiap daya tarik

    wisata Kota Malang

    Sedang

    Menggandeng lebih banyak lembaga

    swasta untuk saling bekerjasama

    mengembangkan pariwsata Kota

    Malang

    Rendah

    Linkage

    System

    Menghubungkan daya tarik wisata

    melalui pengadaan kegiatan yang saling

    melengkapi antar lokasi wisata Kota

    Malang

    Sedang

    Mengadakan agenda kegiatan secara

    bergantian dan berkelanjutan untuk

    menjaga hubungan antar lokasi wisata

    Kota Malang

    Rendah

    Atraksi

    wisata

    Mengembangkan atraksi wisata di Kota

    Malang dengan mengemas atraksi lebih

    menarik berupa paket perjalanan wisata,

    festival, pameran

    Sedang

    Menambah atraksi wisata berupa

    wisata buatan

    Rendah

    Fasilitas Memperbaiki dan merawat fasilitas

    wisata pada setiap daya tarik wisata

    Kota Malang

    Tinggi

    Membuat inovasi baru terhadap fasilitas

    wisata agar lebih berkelanjutan

    Rendah

    Transpor-

    tasi

    Mengalokasikan moda angkutan umum

    untuk mendukung angkutan wisata

    Sedang

    Membuat rute angkutan umum yang

    Melintasi seluruh daya tarik wisata Kota

    Malang

    Rendah

    Jumlah

    Wisata-

    wan

    Meningkatkan jumlah wisatawan

    melalui peningkatan kualitas pariwi-

    sata perkotaan Kota Malang

    Sedang

    Membuat inovasi baru kegiatan wisata

    di Kota Malang untuk menambah

    jumlah wisatawan

    Rendah

    Promosi Mengadakan kegiatan promosi melalui

    berbagai media

    Tinggi

    Mengadakan promosi melalui agenda

    kegiatan duta pariwisata Kota Malang

    Sedang

    Analisa Preskriptif Memaparkan dan Memilih

    Alternatif

    Menggunakan kata kunci matriks Goeller

    Scorecard yaitu best, intermediate dan worst

    untuk digunakan sebagai penilaian terhadap hasil

    evaluasi tingkat keberhasilan alternatif dan

    mencapai hasil alternatif terbaik yang efektif dan

    efisien sesuai prioritas variabel. Berdasarkan

    tahap ini, diperoleh strategi terbaik setiap

    variabel kajian sesuai urutan prioritas. Alternatif

    yang terpilih sebagai strategi potensi pariwisata

    perkotaan di Kota Malang, antara lain: (1)

    kebijakan: mensosialisasikan kebijakan setiap

    daya tarik wisata pariwisata melalui penerapan

    program kebijakan; (2) kelembagaan: pembagian

    kerja yang jelas antara tugas pemerintah untuk

    memelihara fasilitas umum wisata Kota Malang

    dan swasta dalam mengelola setiap daya tarik

    wisata Kota Malang; (3) linkage system:

    menghubungkan daya tarik wisata melalui

    pengadaan kegiatan yang saling melengkapi antar

    lokasi wisata Kota Malang; (4) atraksi wista:

    mengembangkan atraksi wisata di Kota Malang

    dengan mengemas atraksi lebih menarik berupa

    paket perjalanan wisata, festival, pameran; (5)

    fasilitas: memperbaiki dan merawat fasilitas

    wisata pada setiap daya tarik wisata Kota

    Malang; (6) transportasi: mengalokasikan moda

    angkutan umum untuk mendukung angkutan

    wisata; (7) jumlah wisatwana: meningkatkan

    jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas

    pariwisata perkotaan Kota Malang; dan (8)

    promosi: mengadakan kegiatan promosi melalui

    berbagai media.

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil kajian menggunakan

    analisis kebijakan terhadap pendapat Stakeholder

    teridentifikasi bahwa pada kajian tahap pertama

    terdapat ketidaksesuaian persebaran lokasi

    menurut kebijakan dan menurut Stakeholder.

    Ketidaksesuaian tersebut teridentifikasi melalui

    hasil overlay menurut Stakeholder dengan

    pemahaman masyarakat, yaitu terdapat lokasi

    wisata yang tidak diketahui Stakeholder serta

    lokasi wisata yang tidak diketahui masyarakat.

    Melalui identifikasi tersebut, maka masih

    diperlukan koordinasi untuk saling mengenal,

    menjaga dan mempromosikan potensi pariwisata

    yang dimiliki. Sedangkan pada kajian tahap

    kedua, diketahui bahwa variabel yang

    mempengaruhi strategi potensi pariwisata Kota

    Malang berdasarkan prioritasnya antara lain (1)

    kebijakan; (2) kelembagaan; (3) linkage system;

    (4) atraksi wisata; (5) fasilitas; (6) transportasi;

    (7) jumlah wisatawan dan (8) promosi.

  • Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    53

    Selanjutnya pada kajian tahap ketiga

    teridentifikasi mengenai potensi, masalah,

    peluang dan ancaman pariwisata Kota Malang

    sehingga di dapatkan bahwa pariwisata Kota

    Malang termasuk dalam kuadran Stable growth

    strategy dan kemudian dilakukan penyusunan

    alternatif-alternatif strategi untuk setiap variabel

    yang mempengaruhi strategi pariwisata

    berdasarkan prioritasnya. Alternatif strategi

    pariwisata tersebut selanjutnya di evaluasi pada

    kajian tahap ke empat menggunakan kriteria

    rekomendasi kebijakan untuk mengevaluasi

    masing-masing alternatifnya guna mendapatkan

    alternatif terbaik yang memiliki tingkat

    keberhasilan terbaik untuk diterapkan dari setiap

    variabelnya.

    Kajian tahap kelima merupakan kajian

    terakhir untuk mendapatkan strategi potensi

    pariwisata Kota Malang, yaitu menggunakan kata

    kunci pemilihan alternatif Goeller Scorecard

    yang dijadikan penilaian terhadap hasil evaluasi

    tingkat keberhasilan alternatif dan mencapai hasil

    alternatif terbaik yang efektif dan efisien sesuai

    prioritas variabel. Berdasarkan hasil kajian dari

    kelima tahap analisa terhadap pendapat

    stakeholder, maka strategi potensi pariwisata

    perkotaan berdasarkan prioritasnya, yaitu

    (1)mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik

    wisata pariwisata melalui penerapan program

    kebijakan; (2) pembagian kerja yang jelas antara

    tugas pemerintah untuk memelihara fasilitas

    umum wisata Kota Malang dan swasta dalam

    mengelola setiap daya tarik wisata Kota Malang;

    (3) menghubungkan daya tarik wisata melalui

    pengadaan kegiatan yang saling melengkapi antar

    lokasi wisata Kota Malang; (4) mengembangkan

    atraksi wisata di Kota Malang dengan mengemas

    atraksi lebih menarik berupa paket perjalanan

    wisata, festival, pameran; (5) memperbaiki dan

    merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik

    wisata Kota Malang; (6) mengalokasikan moda

    angkutan umum untuk mendukung angkutan

    wisata; (7) meningkatkan jumlah wisatawan

    melalui peningkatan kualitas pariwisata

    perkotaan Kota Malang; dan (8) mengadakan

    kegiatan promosi melalui berbagai media.

    Saran

    Guna menyempurnakan penelitian ini

    terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan,

    antara lain: (1) stakeholder mampu melakukan

    langkah pemantauan dan evaluasi terhadap

    pelaksanaan strategi; (2) masyarakat agar ikut

    mendukung pemerintah dalam mewujudkan

    strategi potensi pariwisata Kota Malang dan

    saling bekerjasama menggali, memelihara dan

    mengenalkan potensi pariwisata; dan (3) kajian

    lanjutan untuk membuat strategi lebih detail dari

    setiap strategi pada masing-masing variabel serta

    perlunya kajian lanjutan strategi yang difokuskan

    pada setiap daya tarik wisata yang ada. Selain itu,

    peneliti juga menyarankan perlunya kajian

    lanjutan mengenai analisis pembiayaan untuk

    masing-masing strategi yang terpilih.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan

    Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada

    University.

    Gunn, Clare.A. (1994). Tourism Planning Basic

    Concept, Casses Third Edition.

    Wahsington DC:Taylor&Francis

    Patton&Sawicki. (1986). Basic Methods of Policy

    Analysis and Planning. Englewood

    Cliffs:Prentice Hall.

    Perda No 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kota

    Malang

    Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota

    Malang Tahun 2007

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota

    Malang 2005-2025

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

    Tahun 2008-2028

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

    Kepariwisataan

    Wurianto, Arif.B. (2006). Alternatif Model

    Pengembangan Pariwisata Terpadu

    Kota Malang (Penelitian P2U

    Universitas Muhamadiyah Malang).

    Malang: UMM

  • KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER

    54 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013