Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1126
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Asrul 1,* dan Dede Rival Novian2
1 Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur , [email protected] 2 Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur, [email protected]
Alamat Prof. Dr. Herman Yohanis Kelurahan Lasiana Kupang –NTT 85011
1,* Corresponding Author Email: [email protected]
Diterima: 08 Oktober 2020 – Disetujui: 31 Oktober 2020 – Dipublikasi: 20 November 2020
© 2020 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari
ABSTRACT
Keywords: Animal Feed, Azolla. East Nusa Tenggara (NTT)
ABSTRAK
Salah satu persoalan utama dalam dunia peternakan adalah tingginya biaya untuk pakan. Sekitar 50-70% biaya operasional peternakan habis untuk penyediaan pakan. Salah satu alternatif pakan ternak yang bisa digunakan adalah tanaman Azolla. Tanaman Azolla dikenal sebagai tanaman paku-pakuan yang umumnya mengapung di atas air dan merupakan salah satu tanaman yang kandungan proteinnya tinggi. Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kabupaten Kupang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sapi potong, namun seiring berjalannya waktu ketersedian pakan semakin menurun. Oleh karena itu perlu ada penelitian tentang potensi Azolla yang hidup di kabupaten Kupang untuk dijadikan pakan ternak. Identifikasi morfologi, analisis proksimat kandungan nutrient dan anilisis kandungan air Azolla merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya jenis Azolla yang ditemukan merupakan tipe Azolla microphylla. Uji proksimat menunjukkan kandungan protein kasarnya 16,81%, lemak kasar 2,80%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 24,03%, dan serat kasarnya 24,03. Analisis nutrien airnya menunjukkan bahwa Azolla microphylla hidup pada air dengan pH rata rata 7,85, kandungan oksigen terlalut 7,4 ppm, NO2
-N 0,004 ppm, dan
PO4-P dengan kadar 0,135 ppm. Azolla microphylla yang hidup di kabupaten Kupang Nusa Tenggara
Timur (NTT) mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak. Kata kunci: Pakan Ternak, Azolla. Nusa Tenggara Timur (NTT)
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2),
Hal. : 1126-1133, November 2020
p-ISSN : 2355-6404 │ e-ISSN : 2685-6360
One of the main problems in the world of livestock is the high cost of feed. About 50-70% of the farm's operational costs are used up for the provision of feed. One alternative animal feed that can be used is the azolla plant. Azolla plant is known as a fern plant that generally floats on water and is one of the plants that has a high protein content. East Nusa Tenggara (NTT), especially Kupang regency, is known as one of the beef cattle producing areas, but over time the availability of feed has decreased. Therefore there needs to be research on the potential of Azolla which lives in Kupang district to be used as animal feed. Morphological identification, proximate analysis of nutrient content and water content of Azolla were the methods used in this study. The result is that the type of Azolla found is the type of Azolla microphylla. The proximate test showed that the crude protein content was 16,81%, crude fat was 2,80%, the extract without nitrogen (BETN) was 24,03%, and the crude fiber was 24,03. The water nutrient analysis showed that Azolla microphylla lived water with an average pH of 7,85, with a dissolved oxygen content of 7,4 ppm, NO2-N 0,004 ppm and PO4-P with a level of 0,135 ppm. Azolla microphylla that lives in Kupang district, East Nusa Tenggara (NTT), has a potenic to be used as animal feed.
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1127
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
PENDAHULUAN
Salah satu persoalan utama dalam
dunia peternakan adalah tingginya cost
untuk pakan. Sekitar 50-70% biaya
operasional peternakan habis untuk
penyediaan pakan. Hal ini tentunya sangat
riskan jika pemberian pakan tidak efesien,
baik dilihat dari aspek jumlah pakan yang
diberikan maupun pada kandungan nutrisi
pakan itu sendiri. Pemberian pakan dalam
jumlah banyak ke ternak tidak serta merta
dapat menambah biomassa ternak, namun
sebaliknya semakin menambah biaya
pengadaan pakan.
Prinsip efesiensi pakan terletak
pada tingginya kandungan nutrisi pakan
itu, khususnya protein. Jerami padi
umumnya dikenal masyarakat sebagai
pakan ternak khususnya sapi.
Kenyataannya, meskipun sapi diberikan
jerami dalam jumlah banyak namun
pertumbuhan bobot tubuhnya tidak terlalu
signifikan. Hal ini dikarenakan jerami padi
lebih banyak mengandung serat kasar
namun rendah protein. Padahal diketahui
protein berperan penting dalam
pembentukan biomassa pada ternak.
Nusa Tenggara Timur (NTT)
sebelum tahun 2000-an dikenal sebagai
salah satu lumbung daging sapi nasional,
namun seiring berjalan waktu jumlah
populasi sapi semakin menurun. Faktor
utama menurunnya populasi sapi di NTT
yaitu ketersedian pakan yang semakin
menipis akibat semakin berkurangnya
ladang pengembalaan (Priyanto, 2017).
Bukan hanya sapi, namun jenis ternak lain
seperti ayam, kambing, dan babi terus
menurun populasinya seiring tahun
berjalan.
Melihat kondisi tersebut maka perlu
ada usaha untuk mencari pakan alternatif,
selain jerami atau jagung yang umumnya
digunakan oleh peternak. Terpenting,
pakan alternatif ini mudah untuk
dibudidayakan, daya tumbuh yang cepat,
kandungan nutrisi yang tinggi khususnya
protein dan mampu untuk dikonsumsi oleh
banyak ternak. Salah satu pakan alternatif
yang masih kurang diaplikasikan
khususnya peternak di NTT adalah
pemanfaatan tanaman Azolla.
Tanaman Azolla merupakan
tanaman berukuran kecil yang biasa
mengapung di atas permukaan air. Azolla
dibagi menjadi dua sub genus yaitu
euazolla dan rhizospermae dengan tujuh
speseis yang terdeteksi yaitu A.
filiculoides, A. caroliniana, A. microphylla,
A. rubra, A. pinnata, A. nilotica dan A.
Mexicana (Raja et al., 2012). Tanaman
azolla dapat hidup di seluruh bagian dunia
yang terdapat air tawar, baik pada daerah
subtropik, tropik, maupun daerah yang
beriklim hangat (Wagner, 1997)
Kelebihan tanaman Azolla yaitu
kandungan proteinnya tergolong tinggi.
Penelitian Anitha, et al, (2016)
memperlihatkan protein di azolla bisa
mencapai 22,48 % dari berat total
organiknya. Kathirvelan et al., (2015)
protein yang terdapat di Azolla berkisar 25-
35%. Dibandingkan dengan jerami yang
merupakan pakan umum yang digunakan
peternak khsususnya ruminansia, maka
azolla jauh lebih baik.
Hasil penelitian Hanum & Usman,
(2011) menunjukkan bahwa kandungan
protein pada jerami hanya sekitar 4,9%,
berarti 5-6 kali lipat jumlah kelimpahan
protein dalam azolla. Tanaman azolla
dapat dikonsumsi oleh berbagai jenis
hewan ternak mulai dari sapi, kambing dan
ayam, bahkan azolla mampu
meningkatkaan massa tubuh ternak
tersebut sekitar 8-10 % (Kumar & Chander,
2017). Berdasarkan uraian diatas maka
perlu ada penelitian tentang potensi
tanaman azolla khususnya kandungan
proteinnya yang hidup di NTT untuk
dijadikan sebagai pakan ternak.
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1128
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
METODE
a) Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung dari bulan
Juni – September 2020. Identifikasi
morfologi azolla berlangsung di
laboratorium Teknologi Pakan
Ternak Politeknik Pertanian Negeri
Kupang. Analisis Proksimat
dilakukan di Universitas Hasanuddin
dan Analisis kandungan air di
Universitas Nusa Cendana.
b) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan terdiri
mikroskop, kaca pembesar, mistar,
timbangan digital, cawan porselen,
oven, eksikator, tanur listrik,
erlenmyer, sintered glass, pompa
vacuum, labu khjedhal, lemari asam,
tabung reaksi, labu ukur, pipet, PH
meter, spektrofotometer dan
kolorimeter.
Bahan yang digunakan yaitu
tanaman azolla, air, kertas saring,
reagent nitrit, reagent phosphorus,
H2SO4, NaOH, H3BO3, chloroform,
HCl pekat, ammonium molibdat,
asam askorbat, KMnO4, dan AgNO3
c) Survei Tanaman Azolla
Tanaman azolla yang dicari
merupakan tanaman azolla yang
hidup, baik secara liar ataupun yang
sudah didomestikasi. Khusus azolla
yang didomestikasi, maka
pemeliharaannya minimal sudah
melewati pertukaran dua musim
yaitu musim hujan dan kemarau
(satu tahun). Area survei meliputi
Kota Kupang dan Kabupaten
Kupang di Nusa Tenggara Timur
yang diketahui memiliki kantong
kantong air tahunan. Bakunase,
Baumata, dan Tarus-Tilong
merupakan daerah yang menjadi
objek pencarian tanaman Azolla
tersebut.
d) Indentifkasi Morfologi Azolla
Azolla yang diperoleh kemudian
diidentifikasi secara morfologi untuk
mengetahui spesiesnya. Mulai dari
warna batang, bentuk akar, panjang
akar, tinggi tumbuhan, warna daun,
sifat permukaan daun (Mantang et
al., 2018).
e) Analisis Proksimat
Analisis proksimat kandungan Azolla
dilakukan dengan menggunakan
jasa analisator di Laboratorium
Kimia Makanan Ternak, Jurusan
Nutrisi dan Makananan Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, meliputi
1. Analisis Kadar Air
2. Protein Kasar
3. Lemak Kasar
4. Serat Kasar
5. BETN (Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen)
6. Abu
f) Analisis Kandungan Air
Analisis proksimat kandungan air
dilakukan dengan menggunakan
jasa analisator di Laboratorium
Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Nusa Cendana, meliputi
1. Kadar pH Air
2. Kelarutan Oksigen (DO) dalam
ppm
3. Kadar NO2-N dalam ppm
4. PO4-P dalam ppm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pencarian tanaman Azolla
hanya ditemukan di daerah Tarus-Tilong
Kabupaten Kupang yang didomestikasi
kurang lebih satu tahun oleh masyarakat
setempat (sudah melewati dua pergantian
musim). Azolla dipelihara di sebuah kolam
yang berisi ikan. Jadi, secara langsung
Azolla dijadikan sebagai pakan hijaun
segar bagi ikan. Azolla dibiarkan tumbuh
bebas, dan jika sudah memenuhi
permukaan air kolam, maka Azolla dibuang
di sawah milik masyarakat setempat.
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1129
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
Rendahnya hasil capaian pancarian
disebabkan karena bulan Juni –
September sudah memasuki musim
kemarau. Banyak sumber air dan sawah
yang sudah mengering. Hasil wawancara
dengan beberapa masyarakat mengatakan
bahwa daerah Tarus-Tilong dan Baumata
(kabupaten Kupang) sering ditemukan
Azolla, namun jejak dokumentasinya
seperti foto belum ditemukan. Tamad,
(2002) mengkonfimasi bahwa pada daerah
Tarus dan Baun di Kabupaten Kupang
terdapat tanaman Azolla.
Gambar 1. Tanaman Azolla yang didomestikasi oleh masyarakat di daerah Tarus –Tilong
Kabupaten Kupang. (Sumber : Dokumentasi primer, 2020)
1) Identifikasi Morfologi Azolla
Hasil identifikasi secara morfologi
tanaman Azolla yang diperoleh (lihat
tabel 1 dan gambar 2) menunjukkan
bahwa jenis Azolla ini merupakan Azolla
microphylla.
Tabel 1. Hasil Indetifikasi morfologi tanaman Azolla
No Karateristik Mofologi
1 Tinggi Tumbuhan 1,8 cm
2 Sifat Permukaan daun Terdapat trikoma dan tumpang tindih
3 Bentuk Akar Lurus seperti rambut, tidak bercabang
dan tidak berbulu
4 Panjang Akar 1, 4 cm
5 Warna batang Hijau Muda
(Sumber : Data Primer, 2020)
Azolla microphylla memiliki ciri
yaitu bentuk akarnya tidak bercabang
dan tidak berbulu, tinggi tumbuhannya
berada pada rentang 1-2 cm, panjang
akarnya 1-3 cm, warna batang hijau
muda serta sifat permukaan daunnya
terdapat trikoma yang tumpang tindih
(Mantang et al., 2018). Tanaman Azolla
umumnya dapat ditemukan pada
seluruh kawasan Asia. Azolla
microphylla merupakan tanaman yang
sangat cocok untuk daerah tropis
(Chatterjee et al., 2013). Tanaman
Azolla secara umum berkembang biak
dengan spora dan mempunyai
kemampuan bersimbiosis dengan
anabaena (Small & Darbyshire, 2011).
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1130
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
Gambar 2. Azolla microphylla (Sumber : Dokumentasi Primer, 2020)
Azolla microphylla sendiri
merupakan tanaman Pteridophyta,
dengan ordo Salviniales serta famili
Salviniaceae atau lebih dikenal dengan
istilah paku air. Selain spesies Azolla
microphylla, Azolla juga mempuyai
varian spesies lainnya yaitu Azolla
caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla
mexicana, Azolla pinnata dan Azolla
nilotica (Wagner, 1997). Azolla
microphylla secara DNA molekuler
sangat dekat kekerabatannya dengan
Azolla mexicana, dan tingkat
similiritasnya 100% serta Azolla
caroliana yang mencapai 99% (Madeira
et al., 2013).
2) Analisis Proksimat
Hasil analisis proksimat (Tabel
2) menunjukkan bahwa kadar protein
kasar (PK) tanaman Azolla microphylla
yang hidup di kabupaten kupang hanya
16,81% lebih rendah jika dibanding
dengan tanaman azolla lainnya.
Menurut Kathirvelan et al., (2015) kadar
protein pada tanaman azolla umumnya
berada disekitar 25-35%. Lebih lanjut
penelitian Amalia et al., (2017)
menunjukkan hasil analisis proksimat
protein kasar pada Azolla microphylla
berada pada level 26,18%. Protein
dengan monomer asam amino berperan
sebagai biomolekul penyusun tulang,
jaringan tubuh dan terpenting sebagai
salah satu bahan untuk pembentukan
hormon dan enzim dalam tubuh ternak.
Tabel 2. Hasil anslisis proksimat Azolla microphylla
No Kode
Sampel
Komposisi (%)
Kandungan
air
Protein
Kasar
Lemak
Kasar
Serat
Kasar BETN Abu
1 Az1 11,70 16,81 2,80 24,03 33,21 23,14
Ket : BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) (Sumber : Data Primer, 2020)
Meskipun tanaman Azolla
microphylla yang hidup di Kabupaten
Kupang kadar protein kasarnya rendah,
namun jauh lebih baik jika dibandingkan
dengan kadar protein kasar pada
jerami, jagung kuning, dan dedak padi
yang sering dijadikan pakan oleh
peternak. Jerami pada umumnya hanya
mengandung 4,9% protein kasar
(Hanum & Usman, 2011), jagung kuning
hanya mengandung 6,8 - 7,20 % (Santi,
2018), sedangkan dedak hanya bisa
mencapai 10,93% (Wibawa et al.,
2015).
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1131
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
3) Analisis Nutrien Air
Tabel 3. Kandungan nutrient air
No Kode sampel PH DO (ppm) NO2-N (ppm) PO4
-P (ppm)
1 Pengulangan 01 7,9 7,6 0,004 0,113
2 Pengulangan 02 7,8 7,2 0,004 0,158
Rataan 7,85 7,4 0,004 0,135
Keterangan : NO2-N : Anilisis Nitrit (nitrogen) dengan metode Diazotization, PO4
-P:
analisis Fosfat dengan metode asam askorbat, DO : Jumlah oksigen
terlarut dalam air. (Sumber: Data Primer, 2020)
Tanaman baik yang tumbuh di atas
permukaan tanah maupun mengapung di
permukaan air masih tetap membutuhkan
unsur hara makro dan mikro untuk proses
tumbuh kembangnya. Fosfat dan nitrogen
merupakan dua unsur hara makro yang
harus diserap oleh tumbuhan. Nitrogen
berperan sebagai penyusun asam amino
(protein) sedangkan fosfat berperan dalam
proses respirasi dan fotosintesis tanaman
(Lakitan, 2013).
Kurangnya kandungan nitrogen
dalam media tumbuh tanaman berakibat
pada rendahnya asam amino (protein)
yang terbentuk. Tanaman tingkat tinggi,
termasuk tanaman paku-pakuan (Azolla),
kebutuhan akan unsur hara nitrogen bisa
mencapai 15.000 ppm dengan batas
kecukupan terserap 225 ppm (Lakitan,
2013). Tabel 3 menunjukan ketersedian
nitrogen yang akan diserap oleh azolla
dalam air hanya mencapai 0,004 ppm. Hal
ini menandakan bahwa kandungan
nitrogen di air (media tumbuh Azolla)
sangat kurang. Korelasinya, jumlah protein
kasar yang didapatkan dari hasil uji
proksimat (Tabel 2) kurang jika
dibandingkan dengan protein kasar dari
Azolla micropyhlla di tempat lainnya.
Azolla secara alamiah mempunyai
kemampuan mengikat nitrogen sendiri
dengan bantuan anabaena, namun
kurangnya ketersediaan fosfat bisa
menjadi faktor pembatas penyerapan
nitrogen sendiri. Hukum minimum
mengatakan keterserapan maksimal suatu
unsur sangat tergantung dari ketersedian
unsur lainnya (Munawar, 2011). Penelitian
Utama et al., (2015) menunjukkan bahwa
kadar fosfat 30 ppm di air media tumbuh
Azolla merupakan kadar fosfat yang paling
bagus untuk meningkatkan serapan total
nitrogen pada tanaman azolla, sedangkan
pada penelitian ini (Tabel 3) kadar fosfat
hanya rata rata 0,135 ppm.
Tanaman Azolla yang hidup di
Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur
(NTT) dapat dikatakan borpotensi untuk
dijadikan pakan ternak. Hal ini dikarenakan
kadar proteinnya yang lebih tinggi dari
pada jerami, dedak dan jagung kuning,
serta mampu hidup beradaptasi dengan
indikator yang cukup sesuai kondisi iklim
dan air di NTT. Secara umum Azolla dapat
dikonsumsi oleh itik, ikan (Supartoto et al.,
2012), ayam broiler (Tarigan & Manalu,
2019), sapi dan kambing (Kumar &
Chander, 2017) dan bisa menjadi rumusan
masalah penelitian selanjutnya tentang
jumlah minimal Azolla yang diperlukan
masing-masing ternak tersebut.
KESIMPULAN Tanaman Azolla microphylla yang
hidup di Tarus-Tilong Kabupaten Kupang mempuyai potensi untuk dijadikan pakan ternak, meskipun analisis kandungan protein kasar masih rendah namun lebih baik jika dibandingkan jerami padi, jagung dan dedak padi.
UCAPAN TERIMA KASIH Kami selaku tim peneliti manghaturkan banyak terimakasih kepada Direktorat
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1132
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah mendukung penelitian ini baik secara meteriil maupun non materiil. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi pengembangan pakan ternak khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, F. A., Muryani, R. M., & Isroli, I. (2017). Pengaruh Penggunaan Tepung Azolla Microphylla Fermentasi Pada Pakan Terhadap Bobot Dan Panjang Saluran Pencernaan Ayam Kampung Persilangan (Effect Of The Use Of Azolla Microphylla Fermentation Powder Feed On Weight And Length Digestive Tract Of Crossbreed. Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 14(26), 53. https://doi.org/10.36626/jppp.v14i26.38
Anitha., KC YB, R., SB, P., & Shree J, S. (2016). Nutritive evaluation of azolla as livestock feed. Journal of Experimental Biology and Agricultural Sciences, 4(6), 670–674. https://doi.org/10.18006/2016.4(Issue6).670.674
Chatterjee, A., Sharma, P., Ghosh, M. K., Mandal, M., & Roy, P. K. (2013). Utilization of Azolla Microphylla as Feed Supplement for Crossbred Cattle. International Journal of Agriculture and Food Science Technology, 4(3), 2249–3050. http://www.ripublication.com/
Hanum, Z., & Usman, Y. (2011). Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi Dengan Penambahan Isi Rumen. Jurnal Agripet, 11(1), 39–44. https://doi.org/10.17969/agripet.v11i1.653
Kathirvelan, C., Banupriya, S., & Purushothaman, M. R. (2015). Azolla - an alternate and sustainable feed for livestock. International Journal of Science, Environment and Technology, 4(4), 1153–1157. http://www.ijset.net/journal/748.pdf
Kumar, G., & Chander, H. (2017). A Study on the Potential of Azolla pinnata as Livestock Feed Supplement for Climate Change Adaptation and Mitigation. Asian Journal of Advanced Basic Sciences, 5(2), 65–68. https://www.researchgate.net/publication/320444318_A_Study_on_the_Potential_of_Azolla_pinnata_as_Livestock_Feed_Supplement_for_Climate_Change_Adaptation_and_Mitigation
Lakitan, B. (2013). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan (12th ed.). PT
RajaGrafindo Persada. Madeira, P. T., Center, T. D., Coetzee, J.
A., Pemberton, R. W., Purcell, M. F., & Hill, M. P. (2013). Identity and origins of introduced and native Azolla species in Florida. Aquatic Botany, 111(July), 9–15. https://doi.org/10.1016/j.aquabot.2013.07.009
Mantang, W., Mantiri, F. R., & Kolondam, B. J. (2018). Identifikasi tumbuhan paku air (Azolla sp.) secara morfologi dan molekuler dengan menggunakan gen rbcL. Jurnal Bioslogos, 8(2), 38–44. W Mantang, FR Mantiri, BJ Kolondam - BIOSLOGOS, 2018 - ejournal.unsrat.ac.id
Munawar, A. (2011). Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman (1st ed.). PT Penerbit IPB Press.
Priyanto, D. (2017). Strategi Pengembalian Wilayah Nusa Tenggara Timur sebagai Sumber Ternak Sapi Potong. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 35(4), 167. https://doi.org/10.21082/jp3.v35n4.2016.p167-178
Raja, W., Rathaur, P., John, S. A., & Ramteke, W. (2012). Azolla: an Aquatic Pteridophyte With Great Potential. International Journal of Research in Biological Sciences, 2(2), 68–72. http://www.urpjournals.com
Santi, S. (2018). Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar Jagung Kuning Giling pada Difermentasi dengan EM-4 Pada Level yang Berbeda. AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian, 3(2), 84. https://doi.org/10.35329/agrovital.v3i2.211
Small, E., & Darbyshire, S. J. (2011). 35.
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1133
Asrul & Novian, D.R., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 7 (2), Hal. : 1126-1133, Nov. 2020
Mosquito Ferns (Azolla species) - tiny “super plants.” Biodiversity, 12(2), 119–128. https://doi.org/10.1080/14888386.2011.585928
Supartoto, Widyasunu, P., Rusdiyanto, & Santoso, M. (2012). Eksplorasi Potensi Azolla microphylla dan Lemna Polyrhizza Sebagai Produsen Biomas Bahan Pupuk Hijau, Pakan itik dan ikan. Prosiding Seminar Nasional, 217–225.
Tamad. (2002). Pengaruh Urea Dan Azolla Sebagai Tanaman Penutup Pada Budidaya Padi Sawah Tanah Berkapur Di Sekitar Kupang, Timor NTT. Berita Biologi, 6(3), 515–520.
Tarigan, D. M. S., & Manalu, D. S. T. (2019). Fresh Azolla Pinnata as Alternative Feed to Reduce Broiler Production Cost. Jurnal AGRISEP : Kajian Masalah Sosial Ekonomi
Pertanian Dan Agribisnis, 18(1), 177–
186. https://doi.org/10.31186/jagrisep.18.1.177-186
Utama, P., Firnia, D., & Natanael, G. (2015). Growth And Nitrogen Uptake of Azolla microphylla as a Result of Phosphate Application And Different Water Levels. Agrologia, 4(1), 41–52.
Wagner, G. M. (1997). Azolla: A Review of Its Biology and Utilization. Botanical Review, 63(1), 1–26. https://doi.org/10.1007/BF02857915
Wibawa, A. A. ., Wirawani, W., & Partama, I. B. . (2015). Peningkatan Nilai Nutrisi Dedak Padi Sebagai Pakan Itik Melalui Biofermentasi dengan Khamir. Majalah Ilmiah Peternakan, 18(1), 11–16.