160
POTRET PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KALANGAN IBU PEKERJA DI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh: Praptadi Agung Sadyoga NIM 6450406081 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

POTRET PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KALANGAN ...ii Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Januari 2011 ABSTRAK Praptadi Agung Sadyoga

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • POTRET PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA

    KALANGAN IBU PEKERJA DI DESA KLEPU

    KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN

    SEMARANG TAHUN 2010

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh:

    Praptadi Agung Sadyoga

    NIM 6450406081

    JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2011

  • ii

    Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang

    Januari 2011

    ABSTRAK

    Praptadi Agung Sadyoga.

    POTRET PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KALANGAN IBU PEKERJA DI

    DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN 2010.

    VI + 91 halaman + 30 tabel + 2 gambar + 16 lampiran

    ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena kandungan zat gizinya yang

    lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia

    berdasarkan data SDKI 2007 sebesar 32 %, masih jauh dari target yaitu 80%. Ibu pekerja

    menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pemberian ASI eksklusif pada

    kalangan ibu pekerja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun

    2010.

    Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi

    dalam penelitian ini ibu pekerja yang memiliki bayi usia 0 – 12 bulan, yaitu sebanyak 63

    orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan diperoleh jumlah

    sampel sebesar 54 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data

    dilakukan secara univariat yang disajikan dalam bentuk tabel dan bivariat dengan uji chi

    square.

    Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada

    kalangan ibu pekerja sebesar 5,6 % dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu

    (p=0,280), tingkat pengetahuan ibu (p=0,466), sikap ibu (p=1,00), status sosial ekonomi

    (p=1,00), fasilitas di tempat kerja (p=1,00), penyuluhan ASI eksklusif (p=0,604),

    dukungan keluarga (p=1,00), dan sikap petugas kesehatan (p=1,00) dengan pemberian

    ASI eksklusif.

    Saran yang dianjurkan bagi para ibu, hendaknya senantiasa berusaha memberikan

    ASI eksklusif walaupun harus bekerja dan aktif konsultasi dengan petugas kesehatan saat

    menemui permasalahan.

    Kata kunci :ASI eksklusif, ibu pekerja

    Kepustakaan : 48 (1995 – 2009)

  • iii

    Public Health Department

    Sport Science Faculty

    Semarang State University

    January 2011

    ABSTRACT

    Praptadi Agung Sadyoga.

    Exclusive Breastfeeding Portrait of Working Mother in Klepu Village Pringapus

    Subdistrict Semarang Regency in the year 2010.

    VI + 91 pages + 30 tables + 2 figures + 16 appendices

    Breastmilk is the best food for baby because of its high and complete nutrient

    content and because it is appropriate with the baby’s need. The extent of exclusive

    breastfeeding in Indonesia based on SDKI data in 2007 is 32%, and it is still far from the

    target which is 80%. Working mother is one of the factors which influence Exclusive

    Breastfeeding. The objective of this study is to get description of eexclusive breastfeeding

    on working mother in Klepu Village Pringapus Subdistrict Semarang Regency in the

    Year 2010.

    This Study is a descriptive study with quantitative approach. Population in this

    study is 63 working mothers who have baby with age 0 – 12 months. The technique of

    sample withdrawal is purposive sampling and in the end the researcher gets 54 samples.

    The instrument of the study is using questionaire. Data analysis was done univariantly

    and presented in the form of table and bivariantly by using chi square test.

    The results of this study show proportion of exclusive breastfeeding on working

    mother is 5,6%; and the education level of the mother, the level of mothers’ knowledge,

    mothers’ attitude, economic status, facility in the working place, counseling, husband and

    mother or mother in law’s support on Exclusive Breastfeeding and attitude of health

    workers do not have significant relation with exclusive breastfeeding.

    The suggestion of this study is mothers should try to give exclusive breastfeeding

    although they are working mothers and to have active consultation with health workers

    when they meet problems. Health institutes ought to have cooperation with companies to

    provide facility which supports exclusive breast feeding.

    Keywords : exclusive breastfeeding, working mother

    Literature : 48 (1995-2009)

  • iv

    PENGESAHAN

    Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu

    Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,

    skripsi atas nama:

    Nama : Praptadi Agung Sadyoga

    NIM : 6450406081

    Judul : Potret Pemberian ASI Eksklusif pada Kalangan Ibu Pekerja di

    Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun

    2010

    Pada hari : Kamis

    Tanggal : 17 Februari 2011

    Panitia Ujian

    Ketua Panitia, Sekretaris,

    Drs. H. Harry Pramono, M.Si Irwan Budiono, SKM, M.Kes

    NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19751217 200501 1 003

    Dewan Penguji, Tanggal persetujuan

    Ketua Penguji 1. Widya Hary C., SKM, M.Kes

    NIP. 19771227 200501 2 001

    Anggota Penguji 2. DR. E.R. Rustiana, M.Si

    (Pembimbing Utama) NIP. 19470427 1985032 001

    Anggota Penguji 3. dr. Intan Zainafree

    (Pembimbing Pendamping) NIP. 19790105 200604 2 002

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “ Mintalah, maka kalian akan menerima. Carilah, maka kalian akan mendapat.

    Ketuklah, maka pintu akan dibukakan untukmu.” (Matius 7:7)

    “Janganlah iri hati kepada orang berdosa. Taatlah selalu kepada Allah supaya

    masa depanmu terjamin, dan harapanmu tidak hilang.” (Amsal 23:17-18)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    o Bapak dan Ibu tercinta yang telah

    menuntunku

    o Kakak-kakakku yang kusayangi yang

    selalu mendukungku

    o Adekku tersayang yang selalu

    menyemangatiku

    o Teman – teman seperjuangan

    o Almamater

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

    segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

    Potret Pemberian ASI Eksklusif pada Kalangan Ibu Pekerja di Desa Klepu

    Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2010. Skripsi ini disusun

    sebagai kelengkapan akhir dari kegiatan studi mahasiswa Ilmu Kesehatan

    Masyarakat Universitas Negeri Semarang untuk mencapai gelar Strata Satu (S1)

    Kesehatan Masyarakat.

    Akhirnya, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan

    terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang

    telah diberikan dalam penyusunan skripsi, kepada:

    1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

    Negeri Semarang, Drs. Said Junaidi, M. Kes., atas ijin penelitian.

    2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang, dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas ijin

    penelitian.

    3. Pembimbing I, Dr. E.R. Rustiana, M.Si atas arahan, bimbingan dan motivasi

    dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Pembimbing II, dr. Intan Zainafree, atas arahan, bimbingan, dan motivasi

    dalam penyusunan skripsi ini..

  • vii

    5. Bapak, Ibu dan kakak - kakaku yang tercinta atas doa, kasih sayang,

    pengorbanan, dan semangat yang telah diberikan selama ini.

    6. Adekku tersayang Fitriana Nursinta Sihotang, atas dukungan dan bantuan

    yang telah diberikan selama ini.

    7. Kader – kader posyandu dan warga Desa Klepu atas kerja sama dan bantuan

    yang telah diberikan.

    8. Sahabat – sahabatku semua, Fika, Dini, Hema, Ratna, Nobita, A’la, Oce,

    Lukman, Anang, Wisnu, Ucup, Luwi, Fahmi, Aulia, dan semua teman – teman

    Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Angkatan 2006 atas

    dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama menyusun skripsi ini.

    9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

    Semoga bantuan dan dukungan dari semua pihak, mendapat imbalan yang

    berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis menyadari

    sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapannya

    semoga hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

    Semarang, Maret 2011

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    ABSTRAK .............................................................................................. ii

    ABSTRACT ............................................................................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v

    KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................... 1

    1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................. 6

    1.3 TUJUAN PENELITIAN ................................................................... 8

    1.4 MANFAAT PENELITIAN ............................................................... 9

    1.5 KEASLIAN PENELITIAN .............................................................. 10

    1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN .................................................. 13

  • ix

    BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 14

    2.1 LANDASAN TEORI ........................................................................ 14

    2.1.1 Definisi ASI ................................................................................ 14

    2.1.2 Definisi ASI Eksklusif ................................................................ 14

    2.1.3 Anatomi Payudara ....................................................................... 15

    2.1.4 Produksi ASI ............................................................................... 16

    2.1.5 Komposisi ASI ............................................................................ 20

    2.1.6 Manfaat dan Keunggulan ASI ..................................................... 27

    2.1.7 ASI Esklusif dan Ibu Pekerja ...................................................... 30

    2.1.8 Faktor-Faktor yang memperngaruhi Perilaku Pemberian

    ASI Eksklusif .............................................................................. 32

    2.2 KERANGKA TEORI ....................................................................... 40

    BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 41

    3.1 KERANGKA KONSEP................................................................... 41

    3.2 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN................................... 42

    3.3 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN

    VARIABEL .................................................................................... 42

    3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN .................................... 45

    3.5 SUMBER DATA PENELITIAN ..................................................... 47

    3.6 INSTRUMEN PENELITIAN .......................................................... 47

    3.7 TEKNIK PENGAMBILAN DATA ................................................ 49

  • x

    3.8 TEKNIK ANALISIS DATA ........................................................... 49

    BAB IV HASIL ...................................................................................... 52

    4.1 GAMBARAN UMUM .................................................................... 52

    4.2 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 55

    BAB V PEMBAHASAN ........................................................................ 75

    5.1. PEMBAHASAN .............................................................................. 75

    5.2. HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN ...................... 88

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 89

    6.1. SIMPULAN ..................................................................................... 89

    6.2. SARAN ............................................................................................ 90

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 92

    LAMPIRAN ............................................................................................ 97

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................. 10

    Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian ............................................................... 12

    Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................... 42

    Tabel 4.1 Mata Pencaharian Penduduk ................................................... 52

    Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ............................... 53

    Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja .................. 54

    Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......... 55

    Tabel 4.5 Distribusi Pemberian ASI eksklusif ....................................... 56

    Tabel 4.6 Distribusi Usia Pertama Kali Bayi Diberikan Makanan atau

    Minuman Selain ASI ............................................................... 56

    Tabel 4.7 Distribusi Makanan atau Minuman Pertama Kali Diberikan .. 56

    Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu .......................................... 57

    Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu ........................................ 58

    Tabel 4.10 Distribusi Sikap Ibu ............................................................. 58

    Tabel 4.11 Distribusi Status Sosial Ekonomi ......................................... 59

  • xii

    Tabel 4.12 Distribusi Dukungan Suami ................................................. 60

    Tabel 4.13 Distribusi Dukungan Ibu atau Ibu Mertua ........................... 60

    Tabel 4.14 Distribusi Sikap Petugas Kesehatan ...................................... 61

    Tabel 4.15 Distribusi Penyuluhan ASI Eksklusif ................................... 62

    Tabel 4.16 Distribusi Fasilitas TPA ........................................................ 62

    Tabel 4.17 Distribusi Fasilitas dan Ruangan untuk Memerah dan

    Menyimpan ASI .................................................................... 63

    Tabel 4. 18 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Pemberian ASI

    Eksklusif .............................................................................. 63

    Tabel 4. 19 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI

    Eksklusif ............................................................................... 65

    Tabel 4. 20 Tabulasi Silang Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif 66

    Tabel 4. 21 Tabulasi Silang Status Sosial Ekonomi dengan Pemberian ASI

    Eksklusif ............................................................................... 67

    Tabel 4. 22 Tabulasi Silang TPA dengan Pemberian ASI Eksklusif. ..... 68

    Tabel 4. 23 Tabulasi Silang Fasilitas dan Sarana Menyimpan dan Memerah ASI

    dengan Pemberian ASI Eksklusif ....................................... 69

  • xiii

    Tabel 4. 24 Tabulasi Silang Penyuluhan ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI

    Eksklusif .............................................................................. 70

    Tabel 4. 25 Tabulasi Silang Dukungan Suami dengan Pemberian ASI

    Eksklusif ............................................................................... 71

    Tabel 4. 26 Tabulasi Silang Dukungan Ibu atau Ibu Mertua dengan

    Pemberian ASI Eksklusif ..................................................... 72

    Tabel 4. 27 Tabulasi Silang Sikap Petugas Kesehatan dengan Pemberian

    ASI Eksklusif ....................................................................... 73

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................... 40

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 41

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Surat Keputusan tentang Dosen Pembimbing ................................... 98

    2. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Kesbangpolinmas

    Kabupaten Semarang ........................................................................ 99

    3. Surat Permohonan Ijin kepada Kepala Desa Klepu .......................... 100

    4. Data Sampel Penelitian ..................................................................... 101

    5. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 104

    6. Hasil Uji Validitas Pengetahuan Ibu ............................................... 109

    7. Hasil Uji Validitas Sikap Ibu ............................................................ 111

    8. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Desa Klepu ....... 114

    9. Rekapitulasi Data Pemberian ASI Eksklusif..................................... 115

    10. Rekapitulasi Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Responden ....... 120

    11. Rekapitulasi Sikap Responden .......................................................... 123

    12. Rekapitulasi Sikap Petugas Kesehatan, Fasilitas di Tempat Kerja

    Dan Penyuluhan ASI Eksklusif ........................................................ 125

    13. Analisis Univariat.............................................................................. 127

    14. Analisis Bivariat ................................................................................ 131

    15. Surat Keputusan tentang Penguji Skripsi .......................................... 144

    16. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 145

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap II

    yang termuat dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014

    menetapkan bahwa pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber

    Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas tercipta sejak manusia berada di

    dalam kandungan ibunya. Salah satu faktor kesehatan yang penting bagi ibu hamil

    adalah pemberian gizi yang baik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya, karena

    status gizi ibu akan mempengaruhi status gizi bayi di dalam kandungannya

    (Arisman, 2004:8). Nutrisi bagi bayi dan anak adalah pondasi bagi pertumbuhan

    badan yang sehat yang pada gilirannya akan mendukung perkembangan yang

    sehat (Roy Meadow, 2005:80), sedangkan kekurangan nutrisi pada bayi dan anak

    dapat meningkatkan risiko kesakitan dan menyebabkan sepertiga kematian balita

    baik secara langsung maupun tidak langsung dari perkiraan 9,5 juta kematian

    balita pada tahun 2006 (WHO, 2009:3).

    Kebutuhan bayi akan zat gizi di awal kehidupan dapat dikatakan sangat

    kecil bila dibandingkan dengan orang dewasa. Namun akan berbeda jika

    kebutuhan tersebut dibandingkan dengan persentase berat badannya. Hasilnya

    kebutuhan bayi akan zat gizi melebihi kebutuhan orang dewasa dan bahkan dapat

    mencapai 2 kali lipatnya (Arisman, 2004: 41). Untuk memenuhi kebutuhan akan

    zat gizi tersebut Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bergizi yang paling lengkap,

    1

  • 2

    aman, higienis, dan murah. Selain itu ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan

    anak yang bersifat mendukung perkembangan kepribadian anak di kemudian hari

    (Arifin Siregar, 2004).

    ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena kandungan zat gizinya

    yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung lebih dari 200

    unsur-unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin,

    mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih.

    Semua zat tersebut terdapat secara proporsional dan seimbang satu sama lainnya.

    Komposisi ASI sangat unik karena berbeda dari satu ibu dengan ibu lainnya,

    misalnya pada ibu yang melahirkan bayi prematur dengan ibu yang melahirkan

    bayi cukup bulan. Komposisi ASI juga berbeda dari waktu ke waktu yang

    disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu (Utami Roesli, 2000:24). Selain

    mengandung zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, ASI juga

    mengandung enzim-enzim yang membantu bayi mencerna zat-zat gizi tersebut

    sehingga ASI menjadi mudah dicerna (Depkes, 2005:6).

    United Nations Children’s Fund (UNICEF) bersama dengan World

    Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya merekomendasikan untuk

    memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan (Utami Roesli, 2000: 3).

    Pemberian ASI selama 6 bulan memiliki efek positif terhadap ketahanan hidup

    bayi. Nurmiati dan Besral (2008) melaporkan bahwa bayi yang disusui dengan

    durasi 6 bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada

    bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disusui dengan durasi 4 - 5

    bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui

  • 3

    kurang dari 4 bulan. Selain itu ASI juga telah terbukti mampu mencegah berbagai

    macam penyakit seperti infeksi saluran cerna baik akut maupun kronis, infeksi

    saluran cerna lainnya, infeksi saluran nafas, mengandung anti-virus dan anti-

    bakteri serta faktor anti-parasit (Chairrudin P. Lubis, 2003). Hal tersebut sejalan

    dengan penelitian Kramer (2003) yang melaporkan bahwa pemberian ASI

    eksklusif selama 6 bulan berhubungan dengan risiko infeksi gastrointestinal yang

    lebih rendah daripada bayi yang diberi ASI eksklusif selama 3 bulan saja. Maka

    ASI lebih baik diberikan secara eksklusif selama 6 bulan.

    Pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia juga telah ditetapkan selama

    6 bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan

    pemberian makanan tambahan. Hal tersebut telah diatur dalam Keputusan Menteri

    Kesehatan nomor 450/MENKES/SK/IV/2004. Selain itu Undang-Undang No 36

    tahun 2009 pada pasal 128 ayat 1 juga mengatur tentang ASI eksklusif, yaitu

    bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6

    (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Selanjutnya dijelaskan juga di dalam

    ayat 2 bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah

    daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan

    penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

    Pemberian ASI secara eksklusif telah diatur oleh pemerintah, walaupun

    demikian perilaku pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Dalam

    Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010 - 2014 disebutkan bahwa berdasarkan

    data SDKI 2007 cakupan ASI eksklusif selama 0-6 bulan mengalami penurunan

    dari 39,4% pada tahun 2003 menjadi sebesar 32 %. Sementara itu jumlah bayi

  • 4

    dengan usia di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7%

    pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (www.menegpp.go.id).

    Pemberian susu formula sendiri memiliki dampak negatif bagi bayi, yaitu

    meningkatkan risiko diare, seperti yang disimpulkan dalam penelitian Muhamad

    Enoch dan Djumadias Abunaim di Jakarta (1988), angka kejadian diare pada bayi

    yang diberi ASI hanya 6% (dari 845 bayi), diberi ASI dan susu fomula 14%, dan

    jika diberi susu formula saja angka kejadian diare meningkat sampai 18%

    (Arisman, 2004:43).

    Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2008,

    persentase ASI eksklusif di propinsi Jawa Tengah sebesar 28,96%. Angka tersebut

    masih sangat jauh dari target yang ditetapkan dalam Indonesia Sehat 2010 yaitu

    80%. Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten yang mengalami

    penurunan cakupan ASI eksklusif selama 3 tahun. Pada tahun 2006 persentase

    ASI di Kabupaten Semarang sebesar 38,36%, pada tahun 2007 turun menjadi

    21,53%, dan tahun 2008 menjadi 9,52%. Penurunan ini dikarenakan ibu yang

    bekerja sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif secara optimal (Profil

    Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008:25).

    Puskesmas Pringapus termasuk salah satu dari 26 puskesmas yang berada

    di Kabupaten Semarang. Cakupan ASI eksklusif di Puskemas Pringapus

    berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2008 adalah sebesar

    21,49% dan masih jauh dari target yaitu 80%. Puskesmas Pringapus memiliki

    wilayah kerja yang merupakan kawasan industri karena terdapat 8 industri besar,

    dan salah satunya terdapat industri garmen yang sebagian besar tenaga kerjanya

    http://www.menegpp.go.id/

  • 5

    adalah wanita. Sebagai kawasan industri tentu saja masayarakat di sekitar banyak

    yang terserap menjadi tenaga kerja di industri tersebut. Berdasarkan data yang

    dari Kecamatan Pringapus, Desa Klepu merupakan desa yang sebagian besar

    penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh industri yaitu sebesar 27%.

    Partisipasi wanita dalam angkatan kerja menjadi salah satu faktor yang

    mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Kenaikan partisipasi wanita dalam

    angkatan kerja menurunkan kesediaan menyusui dan lamanya menyusui (Siregar,

    2004). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003 yang termuat

    dalam kebijakan Departemen Kesehatan tentang peningkatan pemberian ASI

    pekerja wanita, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana 64,63%

    pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Wanita yang bekerja sesungguhnya

    merupakan arus utama di banyak industri. Mereka diperlakukan sama dari

    beberapa segi, hanya dari segi riwayat kesehatan mereka seharusnya diperlakukan

    berbeda dengan laki-laki dalam hal pelayanan kesehatan. Pekerja wanita dituntut

    untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal, tanpa

    mengabaikan kodratnya sebagai wanita. Ibu yang bekerja dengan cuti hamil 3

    bulan menjadi salah satu permasalahan yang menyebabkan kegagalan pemberian

    ASI eksklusif (Utami Roesli, 2000:46). Waktu cuti yang hanya 3 bulan memaksa

    ibu harus kembali bekerja walaupun bayinya masih membutuhkan ASI. Hal

    senada juga diungkapkan oleh Hikmawati dalam penelitiannya yang menyebutkan

    bahwa ibu yang bekerja adalah salah satu faktor risiko penyebab kegagalan ASI

    eksklusif. Hal ini ditegaskan lagi oleh Suyatno (1997) yang menyampaikan bahwa

    Kelompok karyawan yang bekerja di perusahaan atau pabrik merupakan

  • 6

    kelompok wanita dengan rata-rata pemberian ASI eksklusif dan lama pemberian

    ASI paling singkat.

    Pemerintah telah mengatur pemberian ASI secara eksklusiff melalui UU

    No 36 tahun 2009 di dalam pasal 128. Selain itu juga dijelaskan bahwa berbagai

    pihak juga harus turut mendukung secara penuh dengan penyediaan waktu dan

    fasilitas khusus. ASI sangatlah penting bagi pertumbuhan bayi, karena selain

    komposisinya lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi, ASI juga memberikan

    perlindungan bagi bayi terhadap berbagai masalah kesehatan, namun kenaikan

    partisipasi wanita dalam angkatan kerja menurunkan kesediaan menyusui dan

    lamanya menyusui (Siregar, 2003). Pemberian ASI eksklusif sendiri dipengaruhi

    oleh berbagai faktor. Berdasarkan paparan di atas maka penulis hendak

    melakukan penelitian yang berjudul “Potret Pemberian ASI Eksklusif pada

    Kalangan Ibu Pekerja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten

    Semarang”.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    1.2.1 Rumusan Masalah Umum

    Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana

    potret pemberian ASI eksklusif pada kalangan ibu pekerja di Desa Klepu

    Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

  • 7

    1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

    1. Bagaimanakah pemberian ASI eksklusif pada kalangan ibu pekerja di Desa

    Klepu.

    2. Bagaimanakah hubungan tingkat pendidikan ibu pekerja di Desa Klepu

    dengan pemberian ASI eksklusif.

    3. Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan ibu pekerja tentang ASI

    eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.

    4. Bagaimanakah hubungan sikap ibu pekerja terhadap pemberian ASI

    eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.

    5. Bagaimanakah hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    6. Bagaimanakah hubungan status ekonomi keluarga dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    7. Bagaimanakah hubungan fasilitas di tempat kerja dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    8. Bagaimanakah hubungan penyuluhan tentang ASI eksklusif dengan

    pemberian ASI eksklusif.

    9. Bagaimanakah hubungan sikap petugas kesehatan dengan pemberian ASI

    eksklusif.

  • 8

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potret pemberian ASI

    eksklusif pada kalangan ibu bekerja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus

    Kabupaten Semarang.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mendeskripsikan pemberian ASI eksklusif pada kalangan ibu pekerja di

    Desa Klepu.

    2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu pekerja di Desa Klepu

    dengan pemberian ASI eksklusif.

    3. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu pekerja tentang ASI

    eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.

    4. Mengetahui hubungan sikap ibu pekerja terhadap pemberian ASI eksklusif

    dengan pemberian ASI eksklusif.

    5. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    6. Mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    7. Mengetahui hubungan fasilitas di tempat kerja dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    8. Mengetahui hubungan penyuluhan tentang ASI eksklusif dengan

    pemberian ASI eksklusif.

  • 9

    9. Mengetahui hubungan sikap petugas kesehatan dengan pemberian ASI

    eksklusif.

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    1. Bagi Puskesmas Pringapus

    Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pemberian ASI

    eksklusif pada kalangan ibu pekerja dan menjadi dorongan bagi

    puskesmas untuk selalu mempromosikan ASI eksklusif kepada masyarakat

    khususnya pada ibu-ibu yang bekerja.

    2. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Penelitian ini dapat berguna sebagai referensi di jurusan Ilmu Kesehatan

    Masyarakat UNNES.

    3. Bagi Peneliti

    Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis

    mengenai ASI eksklusif dan potret pemberian ASI eksklusif pada

    kalangan ibu pekerja.

  • 10

    1.5 KEASLIAN PENELITIAN

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Tahun dan

    Tempat

    Penelitian

    Desain Variabel Hasil

    1 Hubungan

    antara

    Pengetahuan

    Ibu Tentang

    ASI

    Eksklusif

    dengan

    Perilaku

    Pemberian

    ASI

    Eksklusif

    pada Ibu

    Bekerja di

    Wilayah

    Kerja

    Puskesmas

    Wonosobo I

    Dwi Desy

    Prihartati

    2008,

    Wonosobo

    Cross

    sectional

    Variabel

    bebas:

    pengetahuan

    tentang ASI

    eksklusif

    pada ibu

    bekerja

    Variabel

    terikat:

    perilaku

    pemberian

    ASI

    eksklusif

    pada ibu

    belerja

    Ada

    hubungan

    antara

    pengetahuan

    ibu tentang

    ASI

    eksklusif

    dengan

    perilaku

    pemberian

    ASI ekslusif

    pada ibu

    bekerja

    2 Faktor Risiko

    Penyebab

    Kegagalan

    Pemberian

    ASI Eksklusif

    (Studi

    Kualitatif di

    Kelurahan

    Tambakrejo

    Kecamatan

    Purworejo

    Tahun 2006)

    Ari

    Hermawati

    2006,

    Purworejo

    Kualitatif Variabel

    bebas:

    pendidikan

    ibu,

    pengetahuan

    ibu,

    pekerjaan

    ibu, faktor

    kejiwaan,

    promosi

    susu

    formula,

    dukungan

    suami,

    kondisi

    kesehatan

    ibu

    Variabel

    terikat:

    Kegagalan

    pemberian

    ASI

    eksklusif

    disebabkan

    oleh

    kesibukan

    ibu, faktor

    kejiwaan

    dalam diri

    ibu yaitu

    takut kalau

    ASInya

    tidak

    mencukupi

    kebutuhan

    bayi, adanya

    promosi

    susu

  • 11

    No Judul

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Tahun dan

    Tempat

    Penelitian

    Desain Variabel Hasil

    Variabel

    terikat:

    Kegagalan

    pemberian

    ASI

    eksklusif

    formula,

    kondisi

    kesehatan

    ibu

    (mengalami

    masalah

    dalam

    menyusui

    berupa

    payudara

    bengkak,

    lecet-lecet,

    puting susu

    luka, badan

    panas

    dingin, ASI

    keluarnya

    sedikit).

  • 12

    Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian –

    penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

    Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian

    No Perbedaan Dwi Desy

    Prihartati

    Ari Hermawati Praptadi Agung

    Sadyoga

    1 Judul Hubungan

    antara

    Pengetahuan

    Ibu Tentang

    ASI Eksklusif

    dengan

    Perilaku

    Pemberian

    ASI Eksklusif

    pada Ibu

    Bekerja di

    Wilayah Kerja

    Puskesmas

    Wonosobo I

    Faktor Risiko

    Penyebab

    Kegagalan

    Pemberian ASI

    Eksklusif (Studi

    Kualitatif di

    Kelurahan

    Tambakrejo

    Kecamatan

    Purworejo

    Tahun 2006)

    Potret

    Pemberian ASI

    Eksklusif pada

    Kalangan Ibu

    Pekerja di Desa

    Klepu

    Kecamatan

    Pringapus

    Kabupaten

    Semarang.

    2 Variabel Variabel

    bebas:

    pengetahuan

    tentang ASI

    eksklusif pada

    ibu bekerja

    Variabel

    terikat:

    perilaku

    pemberian ASI

    eksklusif pada

    ibu belerja

    Variabel

    bebas:

    pendidikan

    ibu,

    pengetahuan

    ibu, pekerjaan

    ibu, faktor

    kejiwaan,

    promosi susu,

    dukungan

    suami,

    kondisi

    kesehatan ibu

    Variabel

    terikat:

    kegagalan

    pemberian ASI

    eksklusif

    3 Desain Cross

    sectional Kualitatif

    Deskriptif

    Kuantitatif

  • 13

    1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

    1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

    Penelitian ini dilakukan di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten

    Semarang.

    1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2010.

    1.6.3 Ruang Lingkup Materi

    Materi penelitian ini adalah mengenai promosi kesehatan, khususnya

    mengenai pemberian ASI eksklusif pada kalangan ibu pekerja.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 LANDASAN TEORI

    2.1.1 Definisi ASI

    Susu merupakan sumber protein yang kaya energi, protein, dan mineral

    (Roy Meadow, 2005:80). Air Susu Ibu atau ASI adalah suatu emulsi lemak dalam

    larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

    kelejar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Anton Baskoro, 2008:1).

    ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena kandungan zat gizinya yang lengkap

    dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur

    pokok antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor

    pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat

    tersebut terdapat secara proporsional dan seimbang satu sama lainnya (Utami

    Roesli, 2009:24). ASI adalah makanan pertama dan utama bagi bayi, karena ASI

    cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman, 2004:41).

    2.1.2 Definisi ASI Eksklusif

    ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan

    minuman lain yang dianjurkan selama 6 bulan (Depkes, 2005: 5). Menurut Utami

    Roesli (2009:3), ASI eksklusif berarti ASI saja yang diberikan kepada bayi tanpa

    tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan

    tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

    14

  • 15

    nasi, dan tim selama 6 bulan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

    ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa tambahan apapun

    baik makanan maupun minuman dalam berbagai bentuk.

    2.1.3 Anatomi Payudara

    Utami Roesli (2000:18) menyampaikan bahwa payudara terdiri atas 2

    bagian yaitu bagian luar (eksternal) dan bagian dalam (internal). Bagian luar

    payudara terdiri dari:

    1. Sepasang buah dada yang terletak di dada

    2. Puting susu

    3. Aerola mamae yaitu daerah kecoklatan di sekitar puting susu.

    Bagian dalam payudara terdiri dari:

    1. Kelejar susu (mammary alveoly) merupakan pabrik susu.

    2. Gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di

    bawah aerola mamae.

    3. Saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari mammary

    alveoly ke sinus lactiferous.

    4. Jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang

    melindungi.

    Air susu ibu diproduksi di kelejar susu yang kemudian dialirkan melalui

    ductus lactiferous menuju sinus lactiferous. Sinus lactiferous sangat penting

    karena merupakan tempat menampung ASI.

  • 16

    2.1.4 Produksi ASI

    ASI diproduksi sebagai hasil dari kerja gabungan antara hormon dan

    refleks. Selama masa kehamilan terjadi perubahan hormon yang berfungsi

    mempersiapkan jaringan kelejar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah

    melahirkan atau kadang – kadang saat usia kehamilan 6 bulan akan terjadi

    perubahan hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada

    waktu bayi mulai menghisap terjadi 2 refleks yang menyebabkan ASI keluar pada

    saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula, yaitu refleks prolaktin atau refleks

    pembentukan ASI yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks let down

    yang disebut juga refleks oksitosin atau refleks pelepasan ASI (Utami Roesli,

    2000:18).

    1. Refleks Prolaktin

    Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofisis

    anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin

    memacu sel kelejar susu untuk mensekresikan ASI. Makin sering bayi menghisap

    makin banyak prolaktin dilepaskan oleh hipofisis anterior dan akhirnya makin

    banyak ASI yang dihasilkan oleh sel kelejar susu (Depkes, 2005:17-18).

    2. Refleks Oksitosin atau Refleks Let Down

    Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior

    untuk melepaskan hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel

    myoephitel yang mengelilingi mammary alveoly dan ductus lactiferous untuk

    berkontraksi sehingga mengalirkan ASI dari mammary alveoly ke ductus

  • 17

    lactiferous menuju sinus lactiferous dan puting susu. Maka dengan lebih sering

    menyusui dapat membantu pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement

    (payudara bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI. Oksitosin

    berperan juga memacu kontraksi otot rahim sehingga mempercepat keluarnya

    plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan (Depkes, 2005:19).

    Refleks oksitosin lebih rumit bila dibandingkan refleks prolaktin. Pikiran,

    perasaan, dan sensasi ibu sangat mempegaruhi refleks ini. Hal-hal yang dapat

    meningkatkan refleks oksitosin seperti:

    a. Bila melihat bayi

    b. Memikirkan bayi dengan perasaan penuh kasih sayang

    c. Mendengar bayinya menangis

    d. Mencium bayinya

    e. Ibu dalam keadaan tenang.

    Hal-hal yang dapat menghambat refleks oksitosin adalah semua pikiran

    negatif seperti:

    a. Ibu yang sedang bingung atau sedang kacau pikirannya

    b. Apabila ibu khawatir atau takut ASInya tidak cukup

    c. Apabila ibu merasa kesakitan terutama saat menyusui

    d. Apabila ibu merasa sedih, cemas, marah, atau kesal

    e. Apabila ibu malu menyusui (Utami Roesli, 2000:20).

  • 18

    Berdasarkan waktu diproduksi atau stadium laktasi ASI dapat dibedakan

    menjadi 3 yaitu:

    1. Kolostrum (Colostrum)

    Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran

    bayi, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena mengandung vitamin

    A, protein, dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit

    infeksi (Depkes, 2005:4). Menurut Anton Baskoro (2008:9), kolostrum

    merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelejar payudara yang

    mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan

    duktus dari kelejar payudara sebelum dan segera setelah melahirkan. Kolostrum

    disekresikan mulai hari pertama hingga ketiga atau keempat. Jadi kolostrum

    adalah air susu ibu yang pertama kali keluar pada hari pertama hingga hari ketiga

    atau keempat setelah melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental.

    Ada beberapa hal penting yang terjadi ketika kolostrum diproduksi (Anton

    Baskoro, 2008:10):

    a. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah

    b. Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal dan berwarna kekuning-

    kuningan, lebih kuning dibanding ASI mature.

    c. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature, tetapi

    berlainan dengan ASI mature dimana protein yang utama adalah casein,

    pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat

    memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

  • 19

    d. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature yang dapat

    memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

    e. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI

    mature.

    f. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/ 100 ml

    kolostrum.

    g. Vitamin yang larut dalam lemak tinggi jika dibandingkan dengan ASI

    mature, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau

    lebih rendah.

    h. Bila dipanaskan manggumpal, ASI mature tidak.

    i. PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.

    j. Volumenya berkisar 150-300 ml/24jam.

    2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

    ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum

    menjadi ASI yang matang atau mature (Utami Roesli, 2000:25). Air susu

    peralihan mempunyai kadar protein yang semakin merendah, sedangkan kadar

    karbohidrat dan lemak semakin meninggi. Volume ASI pada masa ini semakin

    meningkat. ASI peralihan disekresikan mulai dari hari keempat hingga hari

    kesepuluh masa laktasi (Anton Baskoro, 2008:11).

    3. Air Susu Mature

    Air susu mature merupakan ASI yang disekresikan pada hari kesepuluh

    dan seterusnya. ASI mature merupakan makanan yang aman dan pada ibu yang

  • 20

    sehat ASI satu-satunya makanan yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi

    (Anton Baskoro, 2008:11). ASI mature ini merupakan suatu cairan berwarna putih

    kekuning-kuningan yang disebabkan oleh warna dari garam Ca-caseinat,

    riboflavin dan karoten yang terkandung di dalamnya. ASI mature mengandung

    anti mikrobial faktor antara lain:

    a. Antibodi terhadap bakteri dan virus

    b. Sel (fagosit granulosit , makrofag, dan limfosit tipe T)

    c. Enzim (lizosim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase,

    fosfodiesterase, alkalinfosfatase)

    d. Protein (laktoferin, B12 binding protein)

    e. Resistance factor terhadap stafilokokus

    f. Komplemen

    g. Interferron producing cell

    h. Hormon-hormon (Soetjiningsih, 1997:22).

    2.1.5 Komposisi ASI

    Komposisi ASI tidak selalu sama, namun ada keragaman normal yang

    sering terjadi. ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diit yang dijalankan

    oleh sang ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang

    seorang ibu mendapatkan bahwa makanan yang tidak biasa dimakannya akan

    mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat terus makan makanan yang tidak

    biasa saat menyusui. Bahkan bumbu yang keras, seperti cabai, tidak akan

    mempengaruhi ASI atau mengganggu bayi.

  • 21

    ASI yang dihisap oleh bayi pada menit pertama (susu awal) akan berbeda

    dengan ASI pada menit terakhir (susu akhir). Susu awal muncul pada awal

    pemberian dan encer. Susu ini kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral, dan

    air. Susu akhir adalah susu yang muncul di akhir pemberian ASI. Susu akhir

    terlihat lebih putih daripada susu awal karena susu akhir mengandung lebih

    banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir kaya akan energi (Arifin Siregar,

    2004).

    ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi

    bayi selama 6 bulan pertama. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI

    adalah sebagai berikut:

    1. Karbohidrat

    Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) dan jumlahnya lebih

    banyak dibandingkan dalam PASI (Pengganti Air Susu Ibu). Rasio jumlah laktosa

    dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan

    PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik

    cenderung tidak mau minum PASI (Dwi Sunar Prasetyono, 2009:98). Menurut

    Soetjiningsih (1997:24), kadar laktosa yang cukup tinggi pada ASI ini ternyata

    sangat menguntungkan bagi bayi, karena laktosa ini akan diubah menjadi asam

    laktat melalui proses fermentasi. Asam laktat ini memberikan suasana asam pada

    usus bayi dan suasana asam di dalam usus memberikan beberapa keuntungan

    yaitu:

  • 22

    a. Penghambatan pertumbuhan bakteri patogen.

    b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik

    dan mensintesis vitamin.

    c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-casienat.

    d. Memudahkan absorbsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium.

    Selain itu karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk

    pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf (Anton

    Baskoro, 2008: 2).

    2. Protein

    Protein dalam ASI lebih rendah daripada PASI, namun demikian ASI

    sangat cocok untuk bayi karena hampir semua unsur protein terserap oleh sistem

    pencernaan bayi yaitu protein unsur whey. Rasio protein whey dan kasein adalah

    65:35, sedangkan dalam PASI rasionya adalah 20:80. Artinya protein dalam PASI

    hanya sepertiga dari protein ASI yang dapat diserap oleh usus bayi dan

    membuang dua kali lebih banyak protein yang sulit diserap, sehingga hal ini

    memungkinkan bayi akan lebih berisiko menderita diare dan defekasi dengan

    feses berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap

    oleh bayi (Anton Baskoro, 2008:2). Protein whey mudah diserap oleh usus bayi

    karena pengendapan protein whey lebih halus daripada kasein (Soetjiningsih,

    1997:23).

  • 23

    3. Lemak

    Sekitar setengah dari energi yang terkandung berasal dari lemak. Lemak

    yang terkandung di dalam ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena

    lemak ASI banyak mengandung enzim pemecah lemak atau lipase (Dwi Sunar

    Prasetyono, 2009:99). Jenis lemak yang terdapat dalam ASI adalah asam lemak

    rantai panjang yang berperan dalam pertumbuhan otak (Soetjiningsih, 1997:25).

    Jumlah asam linoleat dalam ASI juga sangat tinggi dan perbandingannya dengan

    PASI adalah 6 : 1. Asam linoleat ini adalah jenis asam lemak esensial yang

    berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi. Komposisi lemak

    dalam ASI berubah-ubah setiap saat. Pada mulanya kadar lemak dalam ASI

    rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI akan berubah

    kadarnya setiap kali dihisap oleh bayi dan hal ini otomatis terjadi. Komposisi

    lemak pada 5 menit pertama akan berbeda dengan 10 menit berikutnya. Demikian

    pula kadar lemak pada hari pertama akan berbeda dengan kadar lemak pada hari

    kedua dan akan terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi dan kebutuhan

    energi yang diperlukan oleh bayi (Anton Baskoro, 2008:3).

    4. Mineral

    ASI mengandung mineral yang lengkap bagi bayi, walaupun kadarnya

    cukup rendah namun cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai umur 6

    bulan. Total mineral selama laktasi adalah konstan, namun beberapa mineral yang

    spesifik kadarnya tergantung dari diit ibu dan stadium laktasi. Zat besi (Fe) dan

    kalsium (Ca) adalah mineral yang paling stabil dalam ASI dan mudah diserap oleh

  • 24

    bayi. Kadar Fe dan Ca dalam ASI tidak dipengaruhi oleh diit ibu (Soetjiningsih,

    1997:25). Dalam PASI kandungan mineralnya cukup tinggi namun sebagian besar

    tidak dapat diserap oleh usus bayi. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi dan

    mengganggu keseimbangan dalam usus serta meningkatkan pertumbuhan bakteri

    yang merugikan, sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi

    akan kembung atau gelisah karena gangguan pencernaan (Anton Baskoro,

    2008:5).

    5. Vitamin

    Apabila ibu mengkonsumsi makanan yang memadai, ASI yang dihasilkan

    mengandung vitamin yang lengkap dan mampu untuk memenuhi kebutuhan bayi

    hingga 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum dapat

    membentuk vitamin K (Anton Baskoro, 2008:5). Selain itu terdapat vitamin D

    dalam lemak susu juga hanya sedikit, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada

    anak yang diberi ASI bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang

    terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin

    ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Arifin Siregar,

    2004)

    6. Air

    Kandungan air dalam ASI adalah 88% dari keseluruhan komposisi ASI.

    Air dalam ASI ini berfungsi untuk melarutkan zat-zat yang terkandung di

    dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik aman untuk bayi dan

  • 25

    kadarnya yang tinggi mampu meredakan rangsangan haus dari bayi

    (Soetjiningsih, 1997:25).

    7. Faktor Pelindung

    ASI mengandung zat - zat nutrisi untuk pertumbuhan bayi, namun selain

    itu ASI juga mengandung unsur – unsur lainnya yang bermanfaat dalam

    memberikan perlindungan terhadap infeksi (Chairuddin P. Lubis, 2003). Zat anti

    infeksi yang terkandung di dalam ASI antara lain adalah:

    a. Sel darah putih

    Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai sel

    darah putih. Sel-sel ini akan beredar dalam usus bayi dan membunuh

    mikroorganisme yang merugikan bagi bayi. Sel yang sangat protektif ini

    jumlahnya sangat banyak pada minggu – minggu pertama kehidupan saat

    kekebalan tubuh bayi belum mampu membentuk antibodi yang protektif dalam

    jumlah yang cukup. Selain membunuh mikroorganisme yang merugikan, sel – sel

    ini juga menyimpan dan menyalurkan zat – zat penting seperti enzim, faktor

    pertumbuhan, dan imunoglobulin (Utami Roesli, 2000:30).

    b. Imunoglobulin

    Imunoglobulin adalah suatu protein yang memerangi infeksi yang masuk

    ke dalam tubuh bayi. Dapat dikatakan seperti suatu antibiotik alami yang tersebar

    di seluruh tubuh dan akan membunuh mikroorganisme yang merugikan (Utami

    Roesli, 2000:30). Pada prinsipnya secretory immunoglobulin A (sIgA) akan

  • 26

    melapisi usus bayi dan mencegah bakteri yang akan memasuki sel (WHO,

    2009:9).

    c. Laktoferin dan Lisozym

    Laktoferin dan lisozym ini dapat membunuh kuman dan bakteri (WHO,

    2009:9). Laktoferin adalah protein yang terikat dengan zat besi. Manfaat

    laktoferin adalah menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coli dengan cara

    mengikat zat besi sehingga kuman tidak mendapat zat besi yang sangat

    dibutuhkan untuk pertumbuhanya. Laktoferin juga terbukti menghambat

    pertumbuhan jamur kandida. Sedangkan lisozim bermanfaat untuk memecah

    dinding sel bakteri (Chairuddin P. Lubis, 2003).

    d. Oligosakarida

    Oligosakarida yang terkandung dalam ASI ini berfungsi untuk mencegah

    bakteri menempel ke permukaan mukosa bayi (WHO, 2009:9).

    8. Unsur Lain

    Unsur-unsur lain yang terkandung di dalm ASI adalah laktokrom, kreatin,

    kreatinin, urea, xantin, amonia, dan asam sitrat. Substansi tertentu yang terdapat di

    dalam plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI misalnya minyak volatil

    dari makanan tertentu (bawang merah). Selain itu obat-obatan tertentu seperti

    sulfanomid, salisilat, morfin, dan alkohol serta elemen organik misalnya As, Bi,

    Fe, I, Hg, dan Pb juga bisa berada dalam ASI (Soetjiningsih, 1997:26).

  • 27

    2.1.6 Manfaat dan Keunggulan ASI

    Menyusui atau memberikan ASI kepada bayi memiliki banyak manfaat

    dan keunggulan yang tidak hanya dapat dirasakan oleh sang bayi saja, tetapi ibu

    juga dapat merasakan manfaatnya.

    1. Bagi Bayi

    a. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (Utami Roesli,

    2009:14). Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan

    seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan

    puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut

    jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim (Depkes,

    2005:10)

    b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

    pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak

    c. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, karena ASI mengandung zat

    kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,

    virus, parasit, dan jamur.

    d. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga

    mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat

    dalam ASI tersebut.

    e. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan

    antara whey dan kasein yang sesuai untuk bayi. Rasio whey dengan kasein

    merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi.

    ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini

  • 28

    menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi

    mempunyai perbandingan whey : casein adalah 20 : 80, sehingga tidak

    mudah diserap (Depkes, 2005:6-7).

    f. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu

    buatan. Di dalam usus, laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang

    bermanfaat untuk:

    1) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

    2) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan

    asam organik dan mensintesis beberapa jenis vitamin.

    3) Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

    4) Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti kalsium,

    magnesium.

    g. ASI tidak mengandung beta-laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi

    pada bayi (Arifin Siregar, 2004).

    2. Bagi ibu

    a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan

    “kehidupan” kepada bayinya.

    b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit

    yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan

    anak.

    c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat

    menyebabkan pengembalian ke ukuran sebelum hamil

    d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.

  • 29

    e. Dengan menyusui, maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk

    beberapa bulan, sehinggga dapat menjarangkan kehamilan.

    f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan

    datang (Arifin Siregar, 2004)

    g. Mengurangi terjadinya anemia

    h. ASI lebih murah dan ekonomis

    i. ASI tidak merepotkan dan hemat waktu

    a. ASI portabel (mudah dibawa kemana-mana) dan praktis (Utami

    Roesli, 2009:14).

    3. Bagi Perusahaan

    a. Menghemat biaya pengobatan.

    b. Meningkatkan produktivitas kerja.

    c. Meningkatkan citra perusahaan (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).

    4. Bagi Negara

    b. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan

    menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

    c. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan

    sakit saluran nafas.

    d. Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan.

    e. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas

    untuk membangun negara.

  • 30

    f. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan

    terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Utami

    Roesli, 2009:14).

    2.1.7 ASI Eksklusif dan Ibu Pekerja

    Peningkatan partisipasi wanita dalam angkatan kerja mempunyai pengaruh

    terhadap pemberian ASI eksklusif, namun bekerja bukan menjadi alasan untuk

    menghentikan pemberian ASI secara eksklusif meskipun cuti yang diberikan

    hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan

    memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat

    tetap memberikan ASI secara eksklusif (Utami Roesli, 2000:38).

    Cuti selama 1 bulan sebelum kelahiran dan 2 bulan setelah yang diberikan

    kepada pekerja wanita sering membuat hak bayi untuk mendapatkan ASI secara

    eksklusif terabaikan. Namun apabila ibu ingin tetap memberikan ASI secara

    eksklusif, para ibu dapat memerah dan menabung ASI-nya 2 minggu sampai 1

    bulan sebelum bekerja. Selanjutnya memerah, menyimpan ASI, dan sering

    menyusui pada malam hari sangat membantu ibu agar dapat terus memberikan

    ASI eksklusif selama 6 bulan (Anton Baskoro, 2008:85).

    ASI yang telah dikeluarkan (diperas ataupun dipompa) dapat disimpan

    dengan beberapa syarat yang penting untuk diperhatikan. Apabila berada di dalam

    ruangan dengan suhu 27 - 320C, kolostrum dapat disimpan selama 12 jam,

    sedangkan ASI pada suhu 19 - 250C dapat bertahan selama 4 - 8 jam. Bila ASI

    disimpan di dalam lemari es dengan suhu 0 - 40C ASI dapat bertahan selama 1 –

  • 31

    2 hari dan jika berada di dalam lemari pembeku (freezer) pada lemari es satu pintu

    ASI dapat bertahan hingga 2 bulan, sedangkan di dalam freezer lemari es dua

    pintu (pintu freezer terpisah), ASI tahan selama 3 – 4 bulan (Anton Baskoro,

    2008:87) . Hal tersebut berarti bahwa ASI memliki ketahanan yang cukup lama

    dengan penyimpanan yang tepat, sehingga ibu dapat menabung ASI untuk

    memenuhi kebutuhan bayinya hingga 6 bulan.

    ASI yang telah disimpan di dalam lemari pendingin, bila akan digunakan

    tidak boleh dipanaskan karena dapat menurunkan kualitasnya yaitu kandungan zat

    kekebalan di dalam ASI. ASI tersebut dapat didiamkan beberapa saat pada suhu

    kamar sehingga tidak terlalu dingin atau dapat direndam di dalam wadah yang

    berisi air hangat (Soetjiningsih, 1997:91). Tempat untuk menyimpan ASI yang

    terbaik adalah stainless steel, karena hanya menyerap sedikit zat-zat dari

    sekitarnya. Kedua adalah kaca dan setelah kaca baru tempat plastik keras, dan

    plastik yang lembek tetapi tidak dianjurkan (Anton Baskoro, 2008:88).

    Idealnya tempat kerja yang mempekerjakan perempuan memiliki “tempat

    penitipan bayi atau anak”, sehingga ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja

    dan menyusui setiap beberapa jam. Namun apabila hal terebut tidak

    memungkinkan bagi ibu bayi karena berbagai sebab seperti tempat kerja yang

    jauh dari rumah, tidak memiliki kendaraan pribadi atau karena lingkungan kerja

    yang kurang sehat untuk bayi saat ibu bekerja, maka ibu dapat memberikan ASI

    perah atau pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu diperlukan peraturan dan

    fasilitas yang mendukung ibu seperti menyediakan ruangan yang memadai untuk

    memerah ASI, memberi ijin dan waktu untuk memerah ASI dan cuti hamil yang

  • 32

    lebih fleksibel agar dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Tempat kerja

    yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui secara eksklusif dinamakan

    “Tempat Kerja Sayang Ibu” (Utami Roesli, 2000:38).

    Utami Roesli (2000:37) menyampaikan bahwa ada tujuh langkah untuk

    keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif dan langkah-langkah tersebut sangat

    penting terutama bagi ibu bekerja. Langkah-langkah tersebut adalah:

    1. Mempersiapkan payudara bila diperlukan

    2. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui

    3. Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya

    4. Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “rumah sakit

    sayang bayi” atau “rumah bersalin sayang bayi”

    5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

    eksklusif

    6. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau

    konsultasi laktasi (lactasion consultant) untuk persiapan apabila menemui

    kesukaran

    7. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.

    2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI

    Eksklusif

    Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

    yang bersangkutan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:133). Green dalam Soekidjo

    Notoatmodjo (2007:16) mengemukakan bahwa perilaku terbentuk dari 3 faktor

  • 33

    yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong, demikian juga

    perilaku pemberian ASI eksklusif juga dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut dan

    masing-masing faktor mempunyai peran masing-masing.

    2.1.8.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

    Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah atau

    mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:60).

    Berikut ini adalah faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku pemberian

    ASI eksklusif.

    1. Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut

    dilakukan melalui pancaindera yang dimiliki oleh manusia, yakni indra

    penglihatan, pedengaran, penciuman, rasa, dan raba. Namun sebagian besar

    pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

    merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

    (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:139). Menurut Arisman (2004:36), gangguan

    pemberian ASI pada dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari ibu.

    Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Anindita Wicitra (2009) yang

    mengemukakan adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan

    lama pemberian ASI. Jadi perilaku ibu memberikan ASI eksklusif dipengaruhi

    juga oleh pengetahuan ibu tersebut tentang ASI eksklusif.

  • 34

    2. Tingkat Pendidikan

    Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap,

    dan bentuk – bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup,

    proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

    terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh

    atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang

    optimal (Ahmad Munib, 2010:33). Jadi seseorang dengan tingkat pendidikan yang

    tinggi tentu saja memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih

    baik dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat pendidikan rendah.

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

    tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:139). Menurut M. Enoch dan D.

    Abunaim (1988) dalam Arisman (2004:32), perilaku tidak menyusui bayi berubah

    sejalan dengan perubahan pendidikan formal. Pemberian susu botol meningkat

    dari 5% (sekolah dasar ke atas) menjadi 56% (perguruan tinggi). Sebaliknya,

    pemberian ASI menurun dari 89% (sekolah dasar ke atas) menjadi 0% (perguruan

    tinggi). Lenie van Rossem (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan hal yang

    sama bahwa keputusan seorang ibu dalam menentukan untuk menyusui didasari

    oleh perbedaan tingkat pendidikannya. Jadi seperti halnya tingkat pengetahuan,

    tingkat pendidikan ibu juga memperngaruhi perilaku ibu memberikan ASI

    eksklusif.

  • 35

    3. Sikap Ibu

    Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,

    tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (covert

    behaviour). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi

    merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk

    bereaksi terhadap suatu objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

    terhadap objek (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:142-143). Menurut Soetjiningsih

    (1997:78), persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan snagat

    berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada saat

    kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Ati Nuraeni (2002) dalam penelitiannya

    disebutkan bahwa sikap ibu menjadi salah satu faktor yang paling berkontribusi

    terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI. Jadi sikap ibu yang positif

    terhadap pemberian ASI eksklusif akan memiliki kemungkinan yang lebih besar

    untuk memberikan ASI secara eksklusif.

    4. Tingkat Ekonomi Keluarga

    Makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang dalam masa menyusui

    secara tidak langsung mempengaruhi mutu kualitas ataupun jumlah air susu yang

    dihasilkan. Namun, apabila makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup

    asupan zat gizi yang diperlukan, pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

    produksi ASI (Arisman, 2004:32). Maka untuk dapat menyusui dengan baik

  • 36

    seorang ibu harus dalam keadaan gizi yang baik dan cenderung dapat dipenuhi

    oleh keluarga dengan penghasilan yang cukup.

    Tingkat ekonomi keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga itu

    untuk memberi susu formula. Pendapatan keluarga yang tinggi tentu saja

    meningkatkan kemampuan keluarga terebut untuk dapat membeli susu formula.

    Peningkatan penggunaan susu formula menurunkan pemberian ASI seperti pada

    hasil SDKI 2007, cakupan ASI eksklusif selama 0-6 bulan mengalami penurunan

    dari 39,4% pada tahun 2003 menjadi sebesar 32 %. Sementara itu jumlah bayi

    dengan usia di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7%

    pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007.

    2.1.8.2 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

    Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang

    memfasilitasi perilaku atau tindakan, atau dapat dikatakan bahwa faktor

    pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

    kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:60).

    1. Fasilitas di Tempat Kerja

    Setelah masa cuti melahirkan habis, sebagai ibu yang bekerja tentu saja

    banyak waktu yang dihabiskan di tempat kerja. Maka agar pemberian ASI dapat

    terus dilakukan secara eksklusif tempat kerja perlu menyediakan sarana dan

    prasarana yang mendukung. Fasilitas atau sarana yang dapat diberikan

    menyediakan ruang atau pojok laktasi, menyediakan tempat menyimpan ASI dan

    menyediakan tempat penitipan anak (TPA) jika lingkungan kerja memungkinkan.

  • 37

    Tempat kerja yang demikian berarti telah menerapkan konsep tempat kerja sayang

    ibu (Depkes, 2005:51). Dalam kebijakan Depkes tentang peningkatan pemberian

    ASI wanita pekerja disebutkan bahwa strategi yang dilakukan adalah dengan

    menyediakan fasilitas yang mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif

    yaitu:

    a. Menyediakan sarana ruang memerah ASI

    b. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI,

    c. Menyediakan materi penyuluhan ASI

    d. Memberikan penyuluhan.

    2. Penyuluhan ASI Eksklusif

    Agar masyarakat mau berperilaku sehat atau mengadopsi perilaku

    kesehatan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara persuasi,

    bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan

    sebagainya melalui kegiatan yang disebut promosi atau pendidikan kesehatan

    (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:16). Penyuluhan menjadi salah satu bentuk

    pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan

    atau meningkatkan pengetahuan masyarakat pemeliharaan kesehatan dan

    peningkatan kesehatan, dalam hal ini tentu saja tentang pemberian ASI eksklusif

    (Notoatmodjo, 2007:20). Karin M. Hillenbrand (2002) menyimpulkan bahwa

    pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang menyusui dan

    kepercayaan diri ibu. Melalui penyuluhan tentu saja harapannya pengetahuan

    masyarakat tentang ASI eksklusif meningkat dan selanjutnya masyarakat dapat

    mengubah perilaku mereka dalam memberikan ASI.

  • 38

    Sebenarnya menyusui, khususnya secara eksklusif merupakan cara

    pemberian makan bayi yang alamiah. Namun seringkali ibu-ibu kurang

    mendapatkan informasi bahkan sering mendapatkan informasi yang salah tentang

    ASI eksklusif, tentang bagaimana menyusui yang benar, dan apa yang harus

    dilakukan bila timbul kesulitan dalam menyusui bayinya (Utami Roesli, 2000:2).

    Oleh karena itu melalui penyuluhan ibu-ibu dapat memperoleh informasi yang

    benar tentang menyusui dan ASI eksklusif.

    2.1.8.3 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

    Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

    terjadinya perilaku (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:60).

    1. Dukungan Keluarga

    Dukungan sosial dari keluarga dekat, suami dan orang tua meningkatkan

    perilaku pemberian ASI eksklusif. Menurut Bender dan Cann dalam Ati Nuraeni

    (2002) pendidikan yang diberikan oleh nenek memiliki pengaruh yang sngat kuat

    terhadap perilaku kesehatan melebihi dari pengaruh dari ibu itu sendiri. Penelitian

    tersebut dilakukan pada kelompok ibu peri urban Bolivia yang menggunakan

    pelayanan kesehatan untuk perawatan prenatal, pemberian ASI dan MP-ASI dan

    keluarga berencana. Keberhasilan dan kegagalan pemberian ASI ekslusif juga

    dipengaruhi oleh dukungan dari suami. Suami yang mengerti bahwa ASI adalah

    makanan yang terbaik bagi bayinya merupakan pendukung yang baik demi

    keberhasilan menyusui (Soetjiningsih, 1997:93). Suami turut berperan

    menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat

  • 39

    dipengaruhi oleh emosi atau perasaan ibu. Suami juga berperan aktif dalam

    pemberian ASI ekslusif dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan

    bantuan-bantuan praktis lainnya seperti mengganti popok atau menyendawakan

    bayi (Roesli, 2000:44). Sebuah penelitian di Itali menyebutkan bahwa

    mengajarkan ayah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan menyusui

    ternyata berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif (Alfredo Picasane,

    2005).

    2. Sikap Petugas Kesehatan

    Petugas kesehatan dan kader kesehatan masyarakat dapat membantu

    menciptakan iklim sosial yang mendukung ibu yang menyusui, dengan

    mempromosikan kebiasaan yang sudah terbukti berhasil di dalam organisasi

    mereka (www.linkagesproject.org). Beberapa penelitian membuktikan bahwa

    sikap petugas kesehatan sangat mempengaruhi pemilihan makanan bayi oleh

    ibunya. Pengaruh ini dapat berupa sikap buruk secara pasif, sikap yang

    ”indifferent” yang dinyatakan dengan tidak menganjurkan dan tidak membantu

    bila ada kesulitan laktasi. Sikap ini dapat pula secara aktif, misalnya bila ada

    kesulitan laktasi, malah menasihatkan ibu untuk segera beralih ke susu formula

    saja (Soetjiningsih,1997:163).

  • 40

    2.2 KERANGKA TEORI

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    (Sumber: Modifikasi dari: Soekidjo Notoatmodjo, Soetjiningsih,

    Utami Roesli, Anton Baskoro, Depkes, Dwi Sunar Prasetyono).

    Pemberian ASI

    eksklusif

    Faktor Pemungkin

    1. Fasilitas di tempat kerja

    2. Penyuluhan ASI eksklusif

    Faktor Predisposisi

    1. Pendidikan ibu

    2. Pengetahuan ibu

    3. Sikap ibu

    4. Status sosial ekonomi

    Faktor Penguat

    1. Dukungan keluarga

    2. Sikap petugas kesehatan

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 KERANGKA KONSEP

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    Pemberian ASI

    Eksklusif

    Faktor Pemungkin

    3. Fasilitas di tempat kerja

    4. Penyuluhan ASI eksklusif

    Faktor Predisposisi

    5. Pendidikan

    6. Pengetahuan

    7. Sikap

    8. Status Sosial ekonomi

    Faktor Penguat

    3. Dukungan keluarga

    4. Sikap petugas kesehatan

    41

  • 42

    3.2 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan kuantitatif.

    Informasi kualitatif ditambahkan pada data kuantitatif penelitian ini dalam upaya

    untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti (Masri

    Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995:9).

    3.3 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN

    VARIABEL

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Cara

    Pengukuran

    Alat

    Ukur Hasil Skala

    1. Pendidikan

    ibu

    Jenjang

    pendidikan

    terakhir yang

    ditempuh oleh

    responden

    Wawancara Kuesioner 1. Rendah, ≤ Tamat

    SMP.

    2. Tinggi, > Tamat

    SMP.

    Ordinal

    2. Pengetahuan

    ibu

    Kemampuan

    responden

    menjawab

    pertanyaan

    tentang ASI

    ekslusif

    Wawancara Kuesioner 1. Rendah, jika 80%

    jawaban

    benar.

    (Yayuk

    Farida,

    2004:17).

    Ordinal

  • 43

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Cara

    Pengukuran

    Alat

    Ukur Hasil Skala

    3. Sikap ibu Ungkapan

    perasaan

    responden

    terhadap

    pemberian ASI

    eksklusif

    Wawancara Kuesioner 1. Buruk, jika 80%

    jawaban

    benar.

    (Yayuk

    Farida,

    2004:17).

    Ordinal

    4. Status sosial

    ekonomi

    Jumlah uang

    yang tiap bulan

    yang diperoleh

    dari hasil

    bekerja untuk

    memenuhi

    kebutuhan

    keluarga

    Wawancara Kuesioner 1. Rendah: < UMK

    Kabupaten

    Semarang

    tahun 2010

    2. Tinggi ≥UMK

    Kabupaten

    Semarang

    tahun 2010

    Ordinal

    5. Fasilitas di

    tempat kerja

    Fasilitas yang

    ada di tempat

    kerja yang

    mendukung

    pemberian ASI

    eksklusif, yaitu

    tempat penitipan

    anak, sarana

    ruang untuk

    memerah,

    perlengkapan

    untuk memerah

    dan menyimpan

    ASI

    Wawancara Kuesioner 1. Tidak Ada 2. Ada

    Ordinal

  • 44

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Cara

    Pengukuran

    Alat

    Ukur Hasil Skala

    6. Penyuluhan

    ASI

    eksklusif

    Penyuluhan

    dengan materi

    ASI eksklusif

    yang diberikan

    oleh tenaga

    kesehatan

    kepada ibu.

    Wawancara Kuesioner 1. Pernah 2. Tidak

    pernah

    Ordinal

    7. Dukungan

    suami

    Sikap dan

    perilaku suami

    yang

    mendukung ibu

    untuk tetap

    memberikan

    ASI secara

    eksklusif kepada

    bayinya.

    Wawancara Kuesioner 1. Tidak mendukung

    2. Tidak bersikap

    apa-apa

    3. Mendukung

    Ordinal

    8. Dukungan

    ibu atau ibu

    mertua

    Sikap dan

    perilaku ibu atau

    ibu mertua yang

    mendukung ibu

    untuk tetap

    memberikan

    ASI secara

    eksklusif kepada

    bayinya.

    Wawancara Kuesioner 1. Tidak mendukung

    2. Tidak bersikap

    apa-apa

    3. Mendukung

    Ordinal

    9.

    Sikap

    petugas

    kesehatan

    Dukungan yang

    diberikan oleh

    petugas

    kesehatan

    terhadap

    pemberian ASI

    eksklusif

    Wawancara Kuesioner 1. Buruk 2. Baik

    Ordinal

    10. Pemberian

    ASI

    eksklusif

    Bayi diberikan

    ASI saja selama

    6 tanpa

    tambahan

    makanan dan

    minuman

    apapun

    Wawancara Kuesioner 1. Tidak eksklusif

    2. Eksklusif

    Ordinal

  • 45

    3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

    3.4.1 Populasi

    Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

    diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:79). Populasi dalam penelitian ini adalah

    seluruh ibu – ibu yang bekerja dan bertempat tinggal di Desa Klepu yang

    memiliki bayi dengan usia 6 sampai 12 bulan. Berdasarkan data dari kader-kader

    posyandu di Desa Klepu jumlah ibu bekerja yang memiliki bayi 6 – 12 bulan

    adalah 62 orang. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah 62 orang.

    3.4.2 Sampel

    Sampel penelitian adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih

    dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sudigdo, 2002:43).

    Sampel dalam penelitian ini adalah adalah ibu pekerja yang memiliki bayi usia 6

    sampai dengan 12 bulan. Ibu pekerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini

    adalah ibu yang bekerja di luar rumah dan mendapatkan upah atau imbalan dalam

    bentuk lain (UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    Besar sampel dalam penelitian ini adalah 54 orang. Jumlah tersebut

    diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

    𝑛 = 𝑁

    1 + 𝑁 𝑑2

    𝑛 = 62

    1 + 62 0,052

  • 46

    𝑛 = 62

    1,155

    𝑛 = 53,68

    𝑛 ≅ 54

    Keterangan:

    n = besar sampel

    N = besar populasi

    d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

    (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:92).

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

    pengambilan sampel secara non random sampling dengan teknik purposive

    sampling. Teknik purposive sampling didasarkan pada kriteria tertentu yang

    dibuat oleh peneliti (Soekidjo, 2005:88). Adapun kriteria tersebut adalah:

    3.4.2.1 Kriteria Inklusi

    Kriteria inklusi penelitian ini adalah karakteristik umum subyek penelitian

    pada populasi terjangkau. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

    1. Ibu yang bekerja di luar rumah dan mendapatkan upah atau imbalan dalam

    bentuk lain (UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    2. Memiliki bayi usia 6 – 12 bulan.

    3. Bertempat tinggal menetap di daerah yang menjadi tempat penelitian.

    4. Bersedia menjadi sampel penelitian.

  • 47

    3.4.2.2 Kriteria Eksklusi

    Kriteria eksklusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi

    tetapi harus dikeluarkan dari anggota sampel karena berbagai sebab yaitu :

    1. Subjek menolak untuk dijadikan sampel.

    2. Subjek yang menjadi sampel tidak ada di tempat.

    3.5 SUMBER DATA PENELITIAN

    3.5.1 Data Primer

    Data primer dalam penelitian ini adalah data responden yang berisi

    identitas reseponden, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

    eksklusif, sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, pendapatan keluarga,

    fasilitas di tempat kerja (TPA, tempat dan alat memerah ASI, serta tempat

    menyimpan ASI), penyuluhan ASI eksklusif, dukungan keluarga, sikap petugas

    kesehatan, dan pemberian ASI eksklusif.

    3.5.2 Data Sekunder

    Data sekunder dalam penelitian ini berupa data ASI eksklusif dan data

    balita di Desa Klepu dari Puskesmas Pringapus, data monografi Desa Klepu dan

    data jumlah bayi usia 6-12 bulan dengan ibu yang bekerja yang ada di Desa Klepu

    dari kader posyandu.

    3.6 INSTRUMEN PENELITIAN

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

    Kuesioner digunakan dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan yang sifatnya

  • 48

    tertutup dan terbuka untuk memperoleh data primer. Kuesioner yang akan

    digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas

    terlebih dahulu di daerah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan daerah

    penelitian.

    1. Uji Validitas

    Uji validitas pada kuesioner dilakukan agar inrtrumen yang digunakan

    benar-benar mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian ini (Sugiyono,

    2006:267). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi “product

    moment”. Perhitungan korelasi product moment dilakukan dengan program

    computer dan hasil akhirnya dibandingkan dengan nilai r tabel. Suatu pertanyaan

    dinyatakan valid jika nilai r hitung > nilai r tabel.

    2. Uji Reliabilitas

    Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

    pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2005:133). Rumus yang

    digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah rumus

    alpha cronbach. Perhitungan koefisien alpha cronbach dilakukan dengan

    program komputer. Jika nilai r alpha > nilai r tabel maka pertanyaan tersebut

    reliabel.

  • 49

    3.7 TEKNIK PENGAMBILAN DATA

    3.7.1 Wawancara

    Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

    memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Riduwan, 2007:29). Metode

    wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin yaitu wawancara

    dilakukan dengan bantuan kuesioner kepada ibu-ibu yang menjadi responden

    dalam penelitian ini. Wawancara juga dilakukan secara mendalam untuk

    memperoleh data primer tentang identitas reseponden, tingkat pendidikan ibu,

    tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, sikap ibu terhadap pemberian ASI

    eksklusif, pendapatan keluarga, fasilitas di tempat kerja (TPA, tempat dan alat

    memerah ASI serta tempat menyimpan ASI), penyuluhan ASI eksklusif,

    dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan pemberian ASI eksklusif.

    3.7.2 Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

    tempat penelitian (Riduwan, 2007:31). Dalam penelitian ini metode dokumentasi

    digunakan untuk memperoleh data sekunder yang meliputi data ASI eksklusif dan

    balita di Desa Klepu dan data monografi Desa Klepu.

    3.8 TEKNIK ANALISIS DATA

    Adapun tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

  • 50

    3.8.1 Editing

    Yaitu penyuntingan data untuk mengecek kelengkapan pengisian dan

    kejelasan pengisian jawaban dari setiap kuesioner.

    3.8.2 Coding

    Yaitu memberi kode pada masing-masing jawaban untuk memudahkan

    dalam proses pengolahan data.

    3.8.3 Entry

    Yaitu memasukkan data yang telah diberikan kode ke dalam komputer

    untuk kemudian diolah.

    3.8.4 Analisis Data

    3.8.4.1 Analisis Univariat

    Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel

    penelitian yaitu tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

    eksklusif, sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, pendapatan keluarga,

    fasilitas di tempat kerja (TPA, tempat dan alat memerah ASI serta tempat

    menyimpan ASI), penyuluhan ASI eksklusif, dukungan keluarga, sikap petugas

    kesehatan, dan pemberian ASI eksklusif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

    3.8.4.2 Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antar variabel.

    Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

  • 51

    variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala

    data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Apabila tidak

    memenuhi syarat uji chi square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji fisher

    atau kolmogorov smirnov (Sopiyudin, 2008: 128). Besarnya hubungan antar

    variabel diketahui dengan menggunakan Contingency Coefficient (CC).

    Penafsiran terhadap koefisien kontingensi digunakan pedoman sebagai berikut :

    1. 0.00-0.19 = hubungan sangat rendah

    2. 0.20-0.39 = hubungan rendah

    3. 0.40-0.59 = hubungan sedang

    4. 0.60-0.79 = hubungan kuat

    5. 0.80-1.00 = hubungan sangat kuat (Sugiyono, 2006: 216).