35
PERBEDAAN STATUS GINGIVA DAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT PADA PEMAKAI KONTRASEPSI PIL, SUNTIK DAN IMPLAN DI KECAMATAN MAPPAKASUNGGU, KABUPATEN TAKALAR FITRIANI J111 10 009 PEMBIMBING : DR. DRG. NURLINDAH HAMRUN, M.KES Seminar Hasil Skripsi Departemen Oral Biologi FKG Unhas

Power Point Seminar Akhir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gambaran status gingiva dan status kebersihan rongga mulut pada pengguna kontrasepsi hormonal

Citation preview

PERBEDAAN STATUS GINGIVA DAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT PADA PEMAKAI KONTRASEPSI PIL, SUNTIK

DAN IMPLAN DI KECAMATAN MAPPAKASUNGGU, KABUPATEN TAKALAR

FITRIANIJ111 10 009

PEMBIMBING : DR. DRG. NURLINDAH HAMRUN, M.KES

Seminar Hasil SkripsiDepartemen Oral Biologi FKG Unhas

PENDAHULUANI.1 LATAR BELAKANG

Dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi hormonal berjumlah 50.781 peserta implant (6,87 %), 373.154 peserta suntikan (50,46 %) dan 206.708 peserta pil (27,94%).

Pada kontrasepsi hormonal mengandung hormon progesteron dan estrogen. Estrogen dan progesterone dapat menghambat kemotaksis dan meningkatkan jumlah inflamasi gingiva. Penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal seperti pil, suntik, dan implan dimana pemakaian kontrasepsi dapat mengubah keadaan hormonal pada jaringan periodontal yang dapat menyebabkan inflamasi pada gingiva.

Banyaknya peserta KB yang menggunakan kontrasepsi pil, suntik, dan implan maka dapat diasumsi bahwa prevalensi penyakit gingiva dan menurunnya kebersihan rongga mulut dapat menjadi semakin tinggi. Apalagi jika ditambah dengan kurangnya perhatian terhadap kesehatan mulut.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan status gingiva dan status kebersihan rongga mulut pada pemakai kontrasepsi hormonal berupa kontrasepsi pil, suntik, dan implant.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana perbedaan status gingiva dan status kebersihan rongga mulut pada pemakai kontrasepsi pil, suntik, dan implant.

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan status gingiva status kebersihan rongga mulut pada pemakai kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi pil, suntik dan implan.

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai perbedaan status gingiva pada pemakai kontrasepsi hormonal berupa kontrasepsi pil dan suntik.

Bagi InstansiPenelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya,

Bagi masyarakatPenelitian ini diharapkan dapat :- Memberikan informasi kepada masyarakat terutama wanita dan ibu –ibu terhadap perubahan keadaan mulut akibat pemakaian kontrasepsi yang akan mempengaruhi tingkat level pada hormon.

- Memberi masukan pada puskesmas, bidan dan praktisi kesehatan untuk memperhatikan kondisi mulut pemakai kontrasepsi pil dan suntik.

TINJAUAN PUSTAKA

Kontrasepsi menurut ahli kesehatan dapat diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk mencegah kemungkinan lahirnya keturunan. Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi hormonal tersedia dalam bentuk pil, suntikan dan implan.

Kontrasepsi hormonal ini mengandung hormon

estrogen dan progesteron dalam dosis yang berbeda-beda.

Kondisi fisiologis tubuh manusia khususnya wanita yang dapat menyebabkan perubahan pada jaringan periodontal terhadap plak bakteri karena terdapat adanya perubahan hormon pada tubuh terutama pada estrogen dan progesteron dari kandungan kontrasepsi hormonal tersebut.

Estrogen dan progesteron merupakan reseptor yang berperan pada gingiva wanita. Hormon streroid tersebut akan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga memberi kontribusi terhadap timbulnya inflamasi.

Hormon estradiol dan progesteron dalam sirkulasi dilakukan oleh enzim steroid menjadi bentuk yang lebih aktif, sehingga dapat meningkatkan sintesa prostaglandin E2.

Peningkatan produksi pada prostaglandin E2 akan menimbulkan gejala-gejala berupa inflamasi pada gingiva.

Penggunaan kontrasepsi dapat menurunkan kekuatan dari jaringan gingiva, oleh karena itu dapat menyebabkan mudahnya terkena iritasi dan juga memicu peningkatan inflamasi gingiva yang dipengaruhi oleh faktor hormonal.

KERANGKA KONSEP

METODE PENELITIANJenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional DescriptiveDesain penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar Waktu Penelitian Waktu penelitian yaitu pada bulan Juni - Agustus 2013. Populasi Penelitian Pengguna kontrasepsi di Kec. Mappakasuggu, Kab. Takalar Sampel Penelitian

Pengguna kontrasepsi hormonal pil dan suntik.Metode sampling Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah simple random

sampling

Variabel penelitianVariabel Sebab : Penggunaan kontrasepsi hormonal pil, suntik dan implanVariabel Akibat : Gingivitis dan OH menurunVariabel antara : Fluktuasi hormon estrogen dan progesteroneVariabel kendali : Lama pemakaian, umur sampel, wanita sehat

Kriteria sampelKriteria Inklusi

◦ Berumur 20-35 tahun◦ Pemakaian kontrasepsi pil, suntik, dan implan minimal 3 bulan◦ Sampel pemakai kontrasepsi aktif◦ Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Kriteria Ekslusi◦ Pasien dalam perawatan ortodonsi◦ Pengguna gigi tiruan ◦ Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian

DEFINISI OPERASIONAL

Kontrasepsi hormonal merupakan cara mencegah kehamilan melalui pemberian hormon steroid dalam bentuk kontrasepsi pil, suntik, dan implan.

Pengguna kontrasepsi suntik adalah sampel yang menggunakan kontrasepsi cara suntik secara periodik setiap 3 bulan untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Pengguna kontrasepsi pil adalah sampel yang menggunakan kontrasepsi dalam bentuk pil yang diminum 1 tablet perhari.

Pengguna kontrasepsi implan adalah sampel yang menggunakan kontrasepsi dengan cara memasang implan pada bagian lengan atas dan berdaya guna selama 3-10 tahun.

Kontrol adalah sampel yang diperoleh dari subyek penelitian yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.

Status Gingiva adalah kondisi ginggiva pada pemakai kontrasepsi hormonal, yang diperiksa dengan menggunakan probe periodontal untuk melihat apakah ada peradangan, perdarahan, karang gigi, serta poket yang dangkal dan dalam.

Status kebersihan rongga mulut adalah kondisi rongga mulut pasien yang diperiksa dengan menggunakan disclosing solution untuk melihat derajat kebersihan mulut sampel.

Lama pemakaian minimal 3 bulan adalah batas minimal waktu pemakaian kontrasepsi pada sampel, yang didapatkan dari hasil wawancara.

KRITERIA PENILAIAN

Penilaian Status GinggivaKondisi ginggiva dapat diukur dengan Skor Index Gingiva menurut Loe and Sillness. Indeks gingiva akan mengukur hal-hal seperti warna gingiva, kontur gingiva, perdarahan gingiva, luasnya keterlibatan gingiva, dan laju aliran cairan gingiva. Kebanyakan indeks gingival berskala ordinal (0,1,2,3 dsb) untuk menunjukkan tingkat keparahan dan keluasan peradangan.

Penialain Oral Hygiene Index Simplified (OHI-s)Untuk memngukur kebrsihan mulut seseorang, Green dan Vertmilillion memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada di rongga mulut.

ALAT DAN BAHANAlat :

◦Masker◦Handscone◦Probe periodontal◦Cotton budsteril / kapas◦Alat tulis◦Oral Diagnostik set◦Nier becken◦Tissue

Bahan :◦Betadine◦Alkohol 70%◦Air Mineral

TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan/observasi dengan memeriksa status gingiva pada pengguna alat kontrasepsi hormonal pil, suntik dan implan.

Analisa data dilakukan untuk melihat perbedaan status gingiva dan status kebersihan mulut pada pengguna kontrasepsi hormonal pil, suntik dan implan.

PROSEDUR PENELITIAN

Peneliti menentukan waktu penelitian yaitu bulan Juli – Agustus 2013

Penelitian dilakukan di Kecamatan Mappakasunggu, Kab. Takalar Mendata pengguna kontrasepsi Memeriksa sampel yang memenuhi kriteria inklusi Setelah sampel didapatkan, dilakukan pendataan data pribadi yaitu

nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, alamat, pendidikan dan pekerjaan serta riwayat penggunaan kontrasepsi pil dan suntik.

Mencatat semua data pribadi dan riwayat penggunaan serta status gingiva dengan menggunakan Gingival Index dan OHI-s

Kemudian mengumpulkan hasil penelitian Dilakukan pengolahan data dan menganalisis data yang telah

diperoleh Menyajikan dalam tabel Menarik kesimpulan

SKEMA ALUR PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Kabupaten Takalar, terdapat 717 pengguna kontrasepsi pil, 835 pengguna kontrasepsi suntikan dan 195 pengguna kontrasepsi implan di wilayah kecamatan Mappakasunggu sampai dengan triwulan kedua tahun 2013. Dari data tersebut diperoleh sampel sebanyak 40 masing-masing 10 sampel yang diperoleh dari subyek pengguna kontrasepsi pil, 10 sampel dari subyek pengguna kontrasepsi suntik, 10 sampel dari subyek pengguna kontrasepsi implan dan 10 sampel sebagai kontrol. Berdasarkan data yang telah diperoleh dilapangan, maka karakteristik sampel yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Tabel diatas menunjukkan Status oral hygiene yang baik pada pengguna kontrasepsi pil adalah paling besar yaitu 15%. Pada pemakai kontrasepsi implan menunjukkan kondisi oral hygiene sedang sebesar 25 %. Untuk status oral hygiene buruk jumlah yang sama ditunjukkan oleh pengguna kontrasepsi hormonal pil dan suntik sebesar 2,5 %. Dari seluruh sampel yang diperiksa, menunjukkan status oral hygiene yang sedang sebesar 57,5 %.

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 5.4) setiap pengguna alat kontrasepsi hormonal dan kelompok control menunjukkan angka yang sama 25 % pada status peradangan ringan.

Grafik 5.1 diatas menunjukkan jumlah skor OHI-s yang paling tinggi pada pengguna kontrasepsi implan sebesar 2,183 dan paling rendah pada pengguna kontrasepsi pil sebesar 1,36

Grafik 5.2 diatas menunjukkan skor gingival index pada pengguna kontrasepsi implant paling tinggi sebesar 0,32 dan skor gingival index paling rendah pada pengguna pil sebesar 0,190

PEMBAHASANData pembinaan peserta Keluarga Berencana aktif per mix

kontrasepsi pada bulan Maret 2013, pengguna kontrasepsi hormonal di Kecamatan Mappakasunggu yang menggunakan pil sebanyak 717, suntik 835 dan implan 197 pengguna.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sibue pada tahun 2010 menyebutkan bahwa peningkatan hormon estrogen dan progesteron di dalam aliran darah, mempengaruhi jaringan periodontal dengan memodifikasi respon plak sebagai faktor pemicu yang mengakibatkan penyakit gingiva dan jaringan periodontal.

Beberapa studi diringkaskan oleh Nyman menunjukkan bahwa hormone seksual dalam hal ini estrogen dan progesterone mempunyai pengaruh spesifik pada jaringan gingiva. Progesteron menyebabkan dilatasi dari kapiler gingiva, dan meningkatkan glikogen epitel yang mengakibatkan pengurangan keutuhan dari barier epitel.

Respon jaringan gingiva terhadap peningkatan estrogen dan progesterone dengan mengalami vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Akibatnya akan terjadi peningkatan migrasi dari cairan dan sel darah putih keluar dari pembuluh darah. Peningkatan level progesterone juga dihubungkan dengan peningkatan populasi mikrobial.

Kontrasepsi hormonal pil mengandung 0,15 mg levonorgestrel yang merupakan hormone progesterone dan 0,03 mg etinilestradior yang merupakan hormone estrogen dalam setiap tabletnya. Pada kontrasepsi suntik, mengandung 150 mg hormone progestin Medroxyprogesteron Acetate dalam tiap 3 ml. Suntikan ini diinjeksikan setiap periode 3 bulan. Sedangkan dalam kontrasepsi implant mengandung paling banyak hormone progesterone yaitu sebanyak 216 mg levonorgestrel.11

Hal ini menunjukkan bahwa dosis hormone yang paling banyak diterima oleh tubuh selama penggunaan kontrasepsi hormonal yaitu pada metode implan. Semakin besar fluktuasi hormonal pada wanita, maka semakin besar pula dampak yang ditimbulkan.

Hasil pengamatan status kebersihan mulut (Oral Hygiene) tidak menunjukkan adanya perbedaan kondisi rongga mulut signifikan diantara berbagai sampel dan kontrol yang diteliti dari pengguna kontrasepsi hormonal dan control yang diteliti.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kondisi oral hygiene yang baik paling besar terdapat pada pengguna kontrasepsi pil sebanyak 15 %. Kondisi oral hygiene sedang pada pengguna kontrasepsi implant sebesar 25 % dan kondisi oral hygiene yang buruk tidak ada perbedaan pengguna kontrasepsi pil dan suntik sebesar 2,5 %.

Namun rata – rata skor OHI-S paling tinggi pada pengguna kontrasepsi hormonal implan sebesar 2,183 yang termasuk kedalam kriteria sedang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan 57,5 % pengguna kontrasepsi hormonal mempunyai status kebersihan mulut sedang.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi kondisi kebersihan rongga mulut namun tidak ada perbedaan yang signifikan jika didasarkan pada metode penggunaan kontrasepsi hormonal tersebut.

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status gingival pada pengguna kontrasepsi pil, suntik, implant dan kontrol. Dari 40 sampel penelitian mengalami peradangan ringan pada gingivanya. Namun skor gingival index tertinggi pada pengguna kontrasepsi hormonal implan sebesar 0.32. Angka ini tidak jauh berbeda dengan skor gingival index pada control sebesar 0,245. Semua sampel penelitian memiliki kriteria peradangan ringan berdasarkan skor gingival index yang didapatkan pada grafik 5.1.

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan yang berarti mengenai status kebersihan mulut berdasarkan metode penggunaan kontrasespi hormonal namun pengguna kontrasepsi implant memiliki skor OHI-s dan skor index gingival yang paling tinggi karena dosis yang diterima oleh tubuh selama penggunaanya lebih besar daripada dosis kontrasepsi pil dan suntik yaitu sebesar 216 mg levonorgestrel.

Meskipun penelitian yang sekarang dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi pil, suntik dan implan terhadap status gingival dan status kebersihan mulut, tetapi pemakaian kontrasepsi pil, suntik dan implan akan mempengaruhi terjadinya penyakit gingival dan kondisi kebersihan rongga mulut yang mendukung teori sebelumnya.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Takalar, Kecamatan Mappakasunggu pada bulan Juli – Agustus 2013 maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Kontrasepsi hormonal pil dan suntik adalah jenis kontrasepsi yang lebih disukai dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal implan.

Tidak terdapat perbedaan yang berarti mengenai Status kebersihan rongga mulut terhadap metode penggunaan kontrasepsi hormonal.

Status oral hygiene baik lebih tinggi pada pengguna kontrasepsi pil dibandingkan pengguna kontrasepsi pil dan suntik

Skor OHI-S paling tinggi pada pengguna kontrasepsi hormonal implan Tidak terdapat perbedaan mengenai status gingival terhadap metode

penggunaan kontrasepsi hormonal. Skor gingival index paling tinggi pada pengguna kontrasepsi hormonal

implan Terdapat pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap

status kebersihan mulut dan status gingival.

SARANPenelitian ini dapat dilanjutkan untuk

mendapatkan hasil yang bermakna mengenai perbedaan metode penggunaan kontrasepsi hormonal.

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menambahkan jumlah sampel untuk mendukung dan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Perlunya perhatian khusus dari dokter gigi terhadap pengguna kontrasepsi hormonal yang mempengaruhi kondisi rongga mulut penggunanya.