Upload
113111007
View
38
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Ketetapan hukum Islam yang diperoleh dari Nash Al-Qur’an dan
Sunnah yang qath’i dan shanh adalah bersifat universal dan fix, dan berlaku
untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Namun sesuai dengan asas-
asas hukum Islam yang fleksibel, praktis, tidak menyulitkan, dalam batas
jangkauan kemampuan manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan
kemajuan zaman, dan sesuai pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan
waktu sholat dan puasa berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 78 dan Al-
Baqarah ayat 187 tidak berlaku untuk seluruh daerah bumi, melainkan hanya
berlaku di zone bumi yang normal, yang perbedaan waktu siang dan malamnya
relatif kecil, yakni didaerah-daerah khatulistiwa (equator) dan tropis. Daerah
khatulistiwa sampai garis pararel 45º dari garis lintang utara dan selatan.
•
•Dirikanlah salat dari sesudah mataharitergelincir sampai gelap malam dan(dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan(oleh malaikat). (Al-Isra’ : 78)
Q.S. Al-Isra’
•
• Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Al-Baqarah: 187)
Q.S. Al-Baqarah
ayat tersebut menujukan
kepada kita :
Sedangkan untuk daerah abnormal terletak didaerahkhatulistiwa dan tropis yang berada diluar garis
pararel 45 derajat dari garis lintang utara dan selatan. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam tidakbesar, yakni enam bulan terus menerus dalam keadaansiang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan malam.
Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal antara lain, Belanda, Inggris, dan Amerika Utara.
Waktu berpuasa mulai terbit fajarsampai terbenam matahari.
Jadwal waktu shalat fardhu, ialah : tergelincirnyamatahari waktu untuk shalat zuhur dan ashar ;
gelap malam untuk waktu shalat maghrib dan isya ; dan fajar untuk waktu shalat shubuh.
Waktuibadah didaerahabnormal
Ada wilayah yang pada bulan – bulantertentu mengalami siang selama 24
jam dalam sehari.
Ada wilayah yang pada bulantertentu tidak mengalami
hilangnya mega marah (syafaqulahmar) sampai datangnya waktu
shubuh.
menyesuaikan waktusetempat,pada saat musim
panas mereka berpuasa sekitar18 jam lebih dari mulai jam
02.00 sd 21.00 dan pada saatmusim dingin mereka hanyaberpuasa selama 7 jam, dari
mulai jam 04.00 sd 14.00.
Ada wilayah yang masih mengalamipergantian malam dan siang dalamsatu hari, meski panjangnya siang
sangat singkat sekali atau sebaliknya.
•
• Allah tidak membebaniseseorang, melainkan sesuai dengankesanggupannya. (Al-Baqarah : 286)
Q.S Al-Baqarah: 286
•
• “Agama (Islam) itu mudah. Tiada seorang pun yang bisa mengalahkan atau menguasai agama,
bahkan agama lah yang mengalahkan ia.
Hadis Nabi riwayatBaihaqi dari Abu
Hurairah ra.
Fuqaha telah sepakat bahwa bulan Arab
berisi 29 atau 30 hari, dan bahwa yang
dijadikan pertimbangan dalam penetapan
bulan Ramadhan ialah rukyah (melihat
bulan).
Sebagaimana sabda Nabi Saw:
Artinya:
”Jika ternyata bulan tertutup atasmu, maka sempurnakanlah bilangan menjadi tiga puluh hari.”
Iptek sesuai dengan watak dan pengalamannya selalu menilai
dan mengukur segala sesuatu dari sisi akurasi dan kedekatannya
dengan kenyataan.
Oleh karena itu, wajar kalau iptek memandang rukyah sebagai
sesuatu yang memiliki banyak kelemahan. Atas dasar penilaian
tersebut, maka iptek berkeinginan untuk mengambil peran dalam hal
penentuan awal Ramadhan sebagaimana yang telah dilakukannya
selama ini dalam berbagai aspek kegiatan.
Dengan memperhatikan keadaan penentuan awal Ramadhan
antara hisab dan rukyah, Departemen Agama berusaha memadukan
sistem-sistem yang telah dipergunakan.
Departemen Agama berusaha mengembangkan sistem
rukyah yang berpadukan hisab, dan sistem hisab yang berpadukan
rukyah / observasi. Hasilnya dalam banyak kasus ormas-ormas
khususnya kelompok ahli hisab dan ahli rukyah, sehingga keputusan
itsbat sering dipengaruhi oleh fanatik paradigma yang mereka anut.
Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan
dalam Penentuan Awal Ramadhan
Faktor fiqh
• klasik dipertentangkan orang adalah antara “rukyah bil fi’li (dengan mata telanjang) dan yang juga di-klaim sebagai “rukyat bil ‘ilmi” serta pemahaman hadits yang berbeda-beda.
• masalah daerah berlaku rukyah,
Faktor teknis
• Perbedaan di kalangan ahli hisab
• Mengenai rukyah bil fi’li menggunakan alat (nazhzharah)
Faktor politis
• faktor fiqih dan teknis yang beraneka ragam itu harus disatukan, dan itu tidak bisa selain dengan suatu otoritasyang legitimate baik secara real politis maupun secara syar’i, yang akan mengadopsi salah satu pendapat yang argumentasinya paling kuat, entah dari segi fiqih maupun teknis rukyah/hisab.
• lebih bersifat politis, karena memang yang dihadapi tidak lagi hukum atau teknis, tetapi masalah yang berkaitandengan politik juga, yakni semangat kebangsaan (nasionalisme) sempit atau fanatisme golongan (sektarian) yang membuat orang memilih suatu pendapat bukan secara syar’i atau berdasarkan ilmu pengetahuan.
• ketiga metode hisab (taqriby, tahqiqi dankotemporer) itu bersatu dalam penentuanawal bulan khususnya awal Ramadhan.
• menyusun langkah-langkah untukmerealisasikannya.
Teknis
• penyatuan ormas-ormas Islam baik dari kalangan hisab maupunrukyah.
• merubah cara /pola berpikir dalam segala hal, khususnyamasalah perbedaan penetapan awal bulan Ramadlan sehinggadalam masalah ini penulis meminjam teori dari Thomas Kuhn yaitu paradigm shift seperti yang tertuang dalam bukuPudarnya Pesona Ilmu Agama bahwa pemikiran Kuhn yang bisadibilang radikal itu, mendapat tanggapan luas dari banyakkalangan. Sikap pro dan kontra bermunculan dari para ilmuwan.
Non teknis