46
MECONIUM ASPIRASI SYNDROME, IDM DAN POST MATURE, PEMASANGAN DAN PERAWATAN INFUS PADA ANAK Di susun oleh: DASA TISNA ASYARI AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH CIANJUR

PP Meconium Aspirasi Syndrome, Idm Dan Post Mature, Pemasangan Dan Perawatan Infus Pada Anak

Embed Size (px)

Citation preview

Di susun oleh:

DASA TISNA ASYARIAKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH CIANJUR

Sindrom Aspirasi Mekonim

Definisi Sindrom Aspirasi Mekonium Mekonium adalah pembuangan usus bayi baru lahir

yang keluar pertama kalinya. Mekonium, berwarna hijau, kental dan pekat yang mengandung substansi terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir, dan sekresi usus, seperti empedu. Sekresi usus, sel mukosa, dan elemen solid dari cairan ketuban adalah 3 kandungan padat yang utama pada mekonium. Air adalah kandungan cairan utama, sekitar 85-95% dari mekonium.

Etiologi Adanya tekanan intrauterin, mempengaruhi bagian dalam

rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagian dalam rahim termasuk insufisiensi plasenta, hipertensi ibu, preeklamsia, oligohidramnion, dan penyalahgunaan obat ibu, terutama tembakau dan kokain. Cairan mekonium, terutama ketuban dapat disedot oleh janin selama persalinan dan kelahiran, sehingga menyebabkan gangguan pernapasan bayi. Mekonium jarang ditemukan dalam cairan ketubanpada kehamilan sebelum 34 minggu, aspirasi mekonium terutama mempengaruhi bayi pada kehamilan lewat bulan.

EpidemiologiInternasional Di

Mortalitas/Morbiditas Tingkat

negara -negara berkembang dengan ketersediaan perawatan prenatal yang kurang dan kelahiran di tempat umum, kejadian sindrom aspirasi mekonium dianggap lebih tinggi dan dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih besar.

kematian untuk sindrom aspirasi mekonium akibat penyakit paru yang parah, kerusakan parenkim paru dan hipertensi adalah setinggi 20%. Komplikasi lain termasuk sindrom udara yang terhalang (misalnya, pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium) dan emfisema interstisial paru, yang terjadi pada 10-30% bayi dengan sindrom aspirasi mekonium

Patofisiologi Bagian dalam rahim yang mengandung mekonium terjadi

akibat dari rangsangan saraf saluran GI yang sudah matang dan biasanya disebabkan oleh stres hipoksia janin. Saat janin mendekati jalan keluar dengan saluran pencernaan matang, kepala atau kompresi tali pusat dapat menyebabkan gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter rektal yang mengarah ke saluran mekonium. Mekonium langsung mengubah fungsi cairan ketuban sehingga mengurangi aktivitas antibakteri dan selanjutnya meningkatkan risiko infeksi bakteri perinatal. S Komplikasi yang paling parah dari mekonium dalam rahim adalah aspirasi cairan ketuban sebelum, selama, dan setelah kelahiran. Masalah yang diakibatkan oleh mekonium: Obstruksi jalan nafas Disfungsi Surfaktan Pneumonitis Kimia

Faktor Resiko

Ibu penderita diabetes Kehamilan lebih bulan Insufisiensi plasenta Hipertensi maternal Preekalamsi Oligohidroamnion Penggunaan obat-obataan saat hamil, misalnya kafein dan tembakau Infeksi maternal (chorioamnionitis) Pernafasan fetus (megal-megal) yang berujung hipoksia Pembersihan mekonium yang tidak adekuat

Manifestasi Klinis Takhipnea Ekspirasi yang memanjang Sianosis

Retraksi intercosta Barrel Chest Adanya ronkhi pada auskultasi (tidak semua kasus

ditemukan ronkhi ) Kuku, tali pusat, dan kulit yang berwarna kuning kehijauan,

Penatalaksanaan Pencegahan sindrom aspirasi mekonium (SAM): Pencegahan adalah yang terpenting. Dokter kandungan harus memonitor status janin dalam upaya untuk mengidentifikasi adanya stres janin Ketika mekonium terdeteksi, amnioinfusion, garam steril secara teoritis menguntungkan untuk mengencerkan mekonium dalam cairan ketuban, sehingga meminimalkan keparahan aspirasi. Namun, bukti saat ini tidak mendukung amnioinfusion rutin untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium Rekomendasi sekarang tidak lagi menyarankan penyedotan intrapartum rutin untuk bayi lahir dari ibu dengan mekonium Ketika aspirasi terjadi, intubasi dan penyedotan langsung dari saluran napas dapat mengeliminasi banyak mekonium Jangan melakukan teknik-teknik berbahaya berikut dalam upaya untuk mencegah aspirasi mekonium yang mengandung cairan ketuban:

Meremas dada bayi Memasukkan jari ke mulut bayi

Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian Keperawatan Riwayat antenatal ibu Stress intra uterin Status infant saat lahir Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan Apgar skor dibawah 5 Terdapat mekonium pada cairan amnion Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen Pulmonarry Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60x pernafasan per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru Cyanosis Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)

Pemeriksaan Diagnostik Rontqen dada untuk menemukan adanya atelektasis,

peningkatan diameter antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragma dan terdapatnya pneumothorax. Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2.

Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi mekonium Koping keluarga yang tidak efektif b.d kecemasan, rasa bersalah dan kemungkinan perawatan jangka panjang Diagnosa Keperawatan Lain yang Mungkin Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori Kecemasan orangtua berhubungan dengan kemungkinan kematian pada infant,

respon terhadap perawatan yang lama, dan pemberian bantuan ventilator di rumah Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan pernafasan Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium pada paru Resiko tinggi injuri berhubungan dengan komplikasi pneumothoraks, atelektasis Kegagalan pertukaran gas berhubungan dengan pneumonitis chemical dan kegagalan fungsi paru akibat aspirasi mekonium Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan aspirasi mekonium Defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan jangka panjang setelah kepulangan.

Infant of Diabetic Mother (IDM) dan Post Mature

Pengertian Infant of Diabetic Mother (IDM) Bayi dari ibu diabetes adalah bayi yang dilahirkan

dari ibu penderita diabetes. Satu dari 500-1000 wanita hamil adalah penderita diabetes, dan satu dari 120 kehamilan adalah gestasional diabetes. IDM atau Infant of Diabetic Mother adalah suatu istilah untuk bayi yang dilahirkan atau masih berada dalam rahim seorang ibu yang mengidap Diabetes Mellitus.

Etiologi Kematian bayi yang belum lahir akibat ketoasidosis

maternal mencapai 50% atau lebih. Terdapat beberapa indikasi bahwa beberapa kondisi neonatalmakrosomia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, hipokalsemia, dan kemungkinan ketidakmaturan paru janin bisa dihilangkan atau insiden diturunkan dengan mempertahankan kontrol kadar glukosa maternal dalam batas yang sempit (Creasy, Resnik, 1989).

Patofisiologi Pada tahap kehamilan, ketika pankreas ibu tidak dapat

mengeluarkan insulin yang memadai untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, terjadilah hiperglikemia maternal. \Kadar glukosa yang tinggi melewati plasenta dan merangsang pankreas janin untuk mengeluarkan insulin. Kadar glukosa dalam darah wanita hamil merupakan ukuran kemampuanya untuk memberikan respon terhadap tantangan kehamilan itu. Kadar glukosa darah maternal dicerminkan dalam kadar glukosa janin, karena glukosa melintasi plasenta dengan mudah. Insulin tidak melintasi barier plasenta, sehingga kelebihan produksi insulin oleh ibu atau janin tetap tinggal bersama. Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yang dilahirkannya. Gangguan tersebut antara lain: Hipoglikemia., Makrosomia, Respiratory distress syindrome (RDS)., Anomaly congenital, Hiperbilirubinemia, Hipokalsemi dan Trauma lahir.

Manifestasi Klinis Bayi cenderung montok dan besar akibat bertambahnya lemak tubuh.

Gejala klinis yang sering ditemukan dan merupakan cirri khas bayi hipoglikemia adalah tremor, lertargi, malas minum, serta gejala lain yaitu hiperpnea, apnea, sianosis, pernafasan berat, kejang, apatis, hipotonin, iritabilitas, tangisan melengking. Pada pemeriksaan diagnostik akan ditemukan peningkatan kadar gula darah, kadar kalsiun serum . Tanda dan gejala lainnya:Bengkak dan kemerahan Kaki fleksi dan abduksi Telapak tangan menutup erat di kedua sisi kepala, abdomen menonjol Pernafasan lemah Bayi menampilkan kesan jelas bahwa ia telah mengkonsumsi begitu banyak makanan dan cairan yang terus-menerus diberikan oleh tuan rumah sehingga bayi hanya menginginkan kedamaian supaya bisa pulih dari rasa kenyangnya Memiliki wajah yang kerubi (seperti tomat atau cushingoid) Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir Besar untuk usia gestasi

Pemerikasaan Diagnostik Pemeriksaan gula darah ibu dan anak ketika sudah lahir USG Pemeriksaan fisik ibu dan bayi Komplikasi Hipoglikemia (kedutan, gugup, tremor, sianosis, letargi, timpang, frekuensi pernafasan tak teratur, apnea, lemah, menangis nada tinggi, kesulitan makan, mata berputar, hipertermia) Hipokalsemia: kalsium serum < 7 mg %

Penatalaksanaan Setelah lahir, semua bayi yang lahir dari ibu dibetes harus

mendapat pengamatan dan perawatan intensif. Adapun penatalaksanaan umum yang dilakukan adalah: Periksa adar gula darah bayi segera setelah lahir. Selanjutnya, kontrol setiap jam sampai kadar gula darah normal dan stabil. Jika kondisi bayi baik, berikan minuman setelah 2-3 jam kelahiran. Jika bayi sulit mengisap, beri makanan melalui intravena. Mengatasi hipoglikemia dengan cara member infuse glukosa 10%, injeksi bolus glukosa kadar tinggi harus dihindarkan karena dapat menyebabkan hiper insulinemia.

Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian keperawatan Pengkajian yang dilakukan terhadap bayi dari ibu diabetes adalah mengkaji tanda RDS, hiperbilirubinemia, trauma lahir, kelainan kongenital, hipokalsemia. Pengkajian keperawatan yang cermat dan terus menerus serta perawatan yang intensif sangat penting dalam penurunan bahaya potensial. Diagnosa Keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan peningkatan metabolisem glukosa (hiperinsulinemia). Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan distres pernafasan sekunder akibat gangguan produksi surfaktan. Koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan penyakit bayi.

Post Mature Pengertian Post Mature Bayi postmatur adalah bayi yang masa gestasinya lebih dari 42

minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahirnya. Pada umumnya, bayi-bayi ini memiliki kernik kaseosa, selain lipatanlipatan kulit (skin creases), yang berwarna kuning atau hijau. Beberapa kelompok bahkan melahirkan dengan usia gestasi lebih dari 42 minggu, termasuk ibu yag melahirkan untuk pertama kali, wanita multipara (dengan empat atau lima anak), dan wanita dengan riwayat kehamilan lewat waktu (postdate). Kehamilan post date adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi fundus uteri serial (Mansjoer, 2001).

Etiologi Etiologinya masih belum pasti (idiopatik). Faktor yang

dikemukakan adalah : Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufiensi plasenta

Manifestasi Klinis Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998) Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur Rambut lanugo hilang atau sangat kurang Verniks kaseosa di bidan kurang Kuku-kuku panjang Rambut kepala agak tebal Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu Pertumbuhan janin makin lambat terjadi perubahan metabolisme janin Air ketuban berkurang dan makin kental

Sebagian

janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat meninggal di rahim.

Pemeriksaan Penunjang dan Komplikasi

HPHT Pemeriksaan antenatal Pemeriksaan rontgenologik USG Pemeriksaan sitologik air ketuban Amnioskopi Kardiotografi Uji oksitosin ( stress test) Pemeriksaan kadar estriol dalam urinKomplikasi Suhu yang tidak stabil Hipoglikemi Polisitemia Kelainan neurogenik

Penatalaksanaan Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu, yang terpenting

adalah monitoring janin sebaik-baiknya. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi, Bila:

Riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim Terdapat hipertensi, pre eklamsi dan Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau Pada Kehamilan lebih dari 40 42 minggu, maka ibu dirawat di RS

Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan

sangat merugikan bayi, Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian Identitas bayi / ibu Riwayat penyakit Riwayat penyakit sekarang. Bayi lahir dengan usia kehamilan ibu lebih dari 42 minggu dan tidak merasakan adanya tanda-tanda bayi mau lahir. Riwayat penyakit dahulu. Kemungkinan ibu pernah mengalami kehamilan lama seperti yang dialami sekarang, riwayat haid ibu, penyakit yang diderita ibu yang berkaitan dengan kehamilannya. Riwayat penyakit keluarga. Apakah ada dalam keluarga yang pernah melahirkan bayi post term. Pengkajian fisik Respirasi : bisa terjadi asfiksia Kulit : berkeriput, pucat disertai deskuamasi, verniks kaseosa

dan lanugo berkurang Nutrisi : kurus, tampak kurang gizi

Diagnosa Keperawatan Gangguan pemenuhan oksigen b.d adanya penuaan

plasenta Resti infeksi intra partum b.d air ketuban pada waktu lahir berwarna hijau Gangguan integritas kulit b.d kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas

Pemasangan Infus

Pemasangan dan Perawatan Infus Pada Anak Pengertian Terapi intravena memberikan cairan tambahan yang

mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus menerus selama periode tertentu. Pemasangan infuse merupakan suatu tindakan keperawatan yang di lakukan dengan cara memasukan cairan atau obat melalui intravena dalam jumlah yang di butuhkan dengan waktu yang ditentukan dalam menggunakan infus set. Pemberian caiaran infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan dan nutrisi yang berat, tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.

Tujuan Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk: Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut Memulihkan keseimbangan asam-basa Memulihkan volume darah Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terusmenerus Untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan injeksi intramuskulerUntuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (misal :pada pasien koma) atau IM (misal : pasien dengan gangguan koagulasi)

Jenis-jenis Cairan Intravena Cairan bisa bersifat isotonis (contohnya ; NaCl 0,9 %,

Dekstrosa 5 % dalam air, Ringer laktat / RL, dll) Cairan bisa bersifat hipotonis (contohnya ; NaCl 5 %) Cairan bisa bersifat hipertonis (contohnya ; Dekstrosa 10 % dalam NaCl, Dektrosa 10 % dalam air, Dektrosa 20 % dalam air)

Indikasi dan Kontra Indikasi Indikasi Pasien dengan

dehidrasi atau yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat Pasien sebelum tranfusi darah Pasien pra dan pasca operasi Pasien yang tidak bisa beraktivitas makan dan minum melalui mulut (oral) Pasien yang memerlukan pengobatan melalui parenteral.

Kontraindikasi Bila terdapat luka atau gangguan pada area penyuntikan

infus.

Pemilihan Vena Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan

sebelum keputusan dibuat, sering digunakan untuk terapi rutin Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan institusi dan keinginan dokter Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan dokter ; sering dipilih pada bayi Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang atau infus cairan yang mengiritasi (hipertonik)

Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur

tekanan vena sentral. Contoh Vena sentral adalah: v. subkalvia, v. jugularis interna/eksterna, v. sefalika atau v.basilika mediana, v. femoralis, dll Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena sentral atau memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui vena kava superior Vena femoralis : biasanya hanya diguakan pada keadaan darurat tetapi dapat digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk pemberian NTP Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang palastik antara arteri dan vena untuk dialisis ginjal Tandur (bovine) : anastomoisis arteri karotid yang berubah sifat dari cow ke sistem vena ; biasanya dilakukan pada lengan atas untuk dialisis ginjal Fistula: anastomoisis bedah dari arteri ke vena baik end atau side to side untuk dialisis ginjal Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonatus

Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi (vena) Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi

adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV berakhir Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, takbergerak, perubahan tingkat kesadaran Jenis IV : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum (mis, hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)

Durasi terapi IV : terapi jangka panjang memerlukan

pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (mis, mulai di tangan dan pindah ke lengan) Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada ,pemilian sisi dan rotasi yang berhati hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena pengganti ( mis ,pemasangan kateter broviac atau hickman atau pemasangan jalur PICC ) Terapi IV sebelumnya: flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk di gunakan; kometerapi sering membuat vena menjadi buruk (mis,mudah pecah atau sklerosis ) Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (mis, pasien mastektomi ) tanpa izin dari dokter Kesukaan pasien: jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.

Prosedur Pemasangan Langkah/Prosedur Persiapan alat dan lingkungan Persiapan alat dan bahan Menyiapkan lingkungan yang aman Persiapan klien Salam terapeutik Identifikasi pasien (bayi/anak) Memberitahu anak/bayi dan keluarga tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan Mempersiapkan pikologis klien Atur posisi pasien senyaman mungkin

Persiapan alat Abocath/IV kateter sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan Berikut adalah ukuran jarum yang digunakan dalam

pemasangan infuse:

Nomor 16 : digunakan untuk bedah mayor atau trauma Nomor 18 : digunakan untuk darah dan produk darah,pemberian

obat-obat yang kental Nomor 20 : digunakan pada kebanyakan pasien dewasa Nomor 22 : digunakan pada anak-anak dan orang tua Nomor 24 : digunakan pada pasien pediatric dan neonatus

Infus set sesuai ukuran Cairan infus sesuai kebutuhan Standar infus Bak insturumen steril

Lanjutan..

Torniquet Kapas alkohol dalam tempat tertutup Betadin bila diperlukan Kassa steril Plester Sarung tangan (jika memasang infus pada klien yang mengalami penyakit menular, seperti ; hepatitis B, HIV-B, AIDS, dll) Bengkok Perlak dan pengalas Gunting perban Jam tangan Alat tulis

Prosedur kerja

Cuci tangan Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Hubungkancairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus Isi cairan kedalam infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruang tetesan terisi sebagian, lalu buka klem sampai selang terisi dan udara keluar Cek adanya udara di dalam selang Letakan pengalas dibawah tempat (vena/area) yang akan dilakukan penginfusan Bengkok didekatkan Gunakan sarung tangan Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse Memilih vena yang tepat dan benar untuk pemasangan infuse Lakukan pembendungan pada daerah yang akan dipasang infuse (jika pada tangan: 10-12 cm diatas tempat penusukan dan dianjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya) Desinfeksi daerah yang akan dilakukan penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol

Lakukan penusukan pada vena dengan meletakan ibu jari

dibagian bawah vena dan jarum (abocath) mengarah keatas. Cek kembali apakah suadah mengenai vena (cirinya adalan bila di sapirasi darah keluar melalui jarum infus/abocat) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus Torniquet dilepas Alirkan secara perlahan Lakukan fiksasi dengan kasa steril tanpa menyentuh area penusukan Mengatur tetesan infuse sesuai kebutuhan klien

Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infuse pada plester dan pada selang infuse set dengan benar Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan Bereskan peralatan Rapikan bayi/anak Cuci tangan Dokumentasikan waktu pemberian, jenis cairan dan tetesan, jumlah cairan yang masuk, waktu

pemeriksaan kateter (terhadap adanya embolus), serta reaksi klien (terhadap cairan yang telah masuk)

Perawatan Infus Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat,

sesuai dengan program pengobatan Bila terjadi gangguan, bengkak pada daerah penyuntikan, infus harus dihentikan dan dipindahkan pemasangannya ke daerah yang lain Perhatikan reaksi pasien selama 15 menit pertama, bila timbul reaksi alergi misalnya menggigil, ultikaria atau syok maka infus harus segera diperlambat tetesanya, jika perlu dihentikan kemudian dilaporakan kepada penanggung jawab ruangan atau dokter yang bersangkutan.

Perhatikan teknik septik dan aseptik. Bila labu infus habis dan ada udara pada selang maka

lakukan tindakan seperti berikut: Matikan klem Pasang cairan baru, lalu isi standar level Siapkan spuit dengan cairan infus Disinfeksi area selang yang lentur Tusukan spuit, ketika cairan didorong dari spuit secara teratur klem dibuka Atur sampai udara habis / naik ke atas

TERIMA KASIH!!