2
27 MPA 311 / Agustus 2012 Ada ketidaklaziman dari pesantren yang beralamat di jalan Bougenvile 69 Waru Si- doarjo ini. PP Mukmin Mandiri adalah nama pesantren ini. Na- ma yang sederhana, namun tak lazim dipakai pesantren yang umumnya menggunakan nama berbahasa Arab. Tidak itu saja, lokasi pesantren pun tidak lum- rah. Sebab pesantren yang me- miliki usaha Agrobisnis dan Agroindustri ini berada di te- ngah-tengah kawasan peru- mahan elit Graha Tirta. “Kami ingin menepis kesan pesantren yang selama ini terlanjur dilabeli ndeso dan kumuh,” tukas Drs. KH. Muhammad Zakki Mukmin, MSi. Dengan menempati lahan bekas 11 rumah yang dibeli, berdirilah ba- ngunan pesantren. Bangunan yang didominasi warna hijau dan coklat ini menampakkan kemegahan. Apalagi ditunjang arsitektur modern yang membalut bangunan dua lantai itu. Kalau saja tidak ada papan nama pe- santren, mungkin saja dikira sebagai rumah seorang konglomerat. Posisinya yang berada tepat di sisi kiri jalan simpang tiga pun cukup strategis dan mencolok. Tepat di de- pan pesantren – yang terpisah oleh jalanan perumahan selebar 4 meter – terdapat bangunan mushalla domi- nasi warna putih yang biasa dipakai sebagai sarana ibadah santri dan war- ga perumahan. Interaksi santri de- ngan warga komplek perumahan pun terjalin begitu akrab dan cair. Padahal, mayoritas penghuni perumahan ini adalah warga keturunan Tionghoa. “Kami ingin menjadi menebarkan bah- wa Islam itu rahmatan lil ‘alamin,” terang Pengasuh Pesantren Mukmin Mandiri ini. Pesantren ini tak hanya menjalin keakraban dengan warga sekitar, tapi juga menjalin komunikasi dengan warga non muslim. Terbukti dalam waktu dekat akan bekerja sama de- ngan beberapa gereja untuk pendi- rian outlet usaha. Bahkan beberapa kali terdapat kunjungan beberapa kelompok non muslim ke pesantren ini untuk melakukan studi banding. “Ada beberapa kelompok keagamaan yang ke sini ingin belajar bisnis yang dikembangkan pesantren,” ungkap pria yang pernah nyantri di pesan- tren Tebuireng Jombang ini sambil menunjukkan contoh produk santri berupa kopi. Sejak 4 tahun silam, me- mang pesantren yang mengkhu- suskan diri membina santri ma- hasiswa ini menekuni bisnis ko- pi dengan label Mahkota Raja. Kapasitas produksinya pun cu- kup besar yaitu mencapai 20 ton perbulan dengan omzet miliaran rupiah. Sedangkan wilayah distrubusinya sangat luas yang menjangkau hampir semua pasar di Surabaya, Gresik, Bojone- goro, Tuban, Mojokerto, Jom- bang dan Madiun. Bahkan saat ini sudah mulai membuka jaringan pasar di Jepang dan Australia. Keberhasilan ini tak lepas dari insting bisnis dari sang pengasuh yang merupakan pengusaha kopi. “Tapi yang turun lapangan ya para santri sendiri. Mereka yang memasar- kannya langsung ke pasar-pasar tra- disional,” ujarnya singkat. Sebelumnya, mereka mendapat- kan traning khusus dari pesantren. Apalagi pesantren ini juga telah men- jalin kerjasama dengan Kadin Institut dalam hal pemberian pelatihan-pe- latihan. Selain itu juga menggandeng STAI An Najah Surabaya dalam pem- bekalan materi entrepreneur bagi santri. Tidak hanya itu, santri juga mendapatkan wawasan bagaimana pengolahan produk pertanian dari PP Mukmin Mandiri Sidoarjo Seimbangkan Seimbangkan Seimbangkan Seimbangkan Seimbangkan Ng Ng Ng Ng Ng aji, aji, aji, aji, aji, Ker er er er erja dan K ja dan K ja dan K ja dan K ja dan Kuliah uliah uliah uliah uliah Drs. KH. Muhammad Zakki Mukmin, MSi MEGAH: Tempat belajar santri mengaji sekaligus bekerja DISTRIBUSI: Salah satu santri tengah memasarkan kopi

PP Mukmin Mandiri Sidoarjo Seimbangkan NgNgNgaji,aji,aji ...jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar311/wayh1343841377.pdf · rumah seorang konglomerat. Posisinya yang berada tepat di

Embed Size (px)

Citation preview

27MPA 311 / Agustus 2012

Ada ketidaklaziman daripesantren yang beralamat dijalan Bougenvile 69 Waru Si-doarjo ini. PP Mukmin Mandiriadalah nama pesantren ini. Na-ma yang sederhana, namun taklazim dipakai pesantren yangumumnya menggunakan namaberbahasa Arab. Tidak itu saja,lokasi pesantren pun tidak lum-rah. Sebab pesantren yang me-miliki usaha Agrobisnis danAgroindustri ini berada di te-ngah-tengah kawasan peru-mahan elit Graha Tirta. “Kamiingin menepis kesan pesantrenyang selama ini terlanjur dilabelindeso dan kumuh,” tukas Drs. KH.Muhammad Zakki Mukmin, MSi.

Dengan menempati lahan bekas11 rumah yang dibeli, berdirilah ba-ngunan pesantren. Bangunan yangdidominasi warna hijau dan coklat inimenampakkan kemegahan. Apalagiditunjang arsitektur modern yangmembalut bangunan dua lantai itu.Kalau saja tidak ada papan nama pe-santren, mungkin saja dikira sebagairumah seorang konglomerat.

Posisinya yang berada tepat disisi kiri jalan simpang tiga pun cukupstrategis dan mencolok. Tepat di de-pan pesantren – yang terpisah olehjalanan perumahan selebar 4 meter –terdapat bangunan mushalla domi-nasi warna putih yang biasa dipakaisebagai sarana ibadah santri dan war-ga perumahan. Interaksi santri de-

ngan warga komplek perumahan punterjalin begitu akrab dan cair. Padahal,mayoritas penghuni perumahan iniadalah warga keturunan Tionghoa.“Kami ingin menjadi menebarkan bah-wa Islam itu rahmatan lil ‘alamin,”terang Pengasuh Pesantren MukminMandiri ini.

Pesantren ini tak hanya menjalinkeakraban dengan warga sekitar, tapijuga menjalin komunikasi denganwarga non muslim. Terbukti dalamwaktu dekat akan bekerja sama de-ngan beberapa gereja untuk pendi-rian outlet usaha. Bahkan beberapakali terdapat kunjungan beberapakelompok non muslim ke pesantrenini untuk melakukan studi banding.“Ada beberapa kelompok keagamaanyang ke sini ingin belajar bisnis yangdikembangkan pesantren,” ungkappria yang pernah nyantri di pesan-

tren Tebuireng Jombang inisambil menunjukkan contohproduk santri berupa kopi.

Sejak 4 tahun silam, me-mang pesantren yang mengkhu-suskan diri membina santri ma-hasiswa ini menekuni bisnis ko-pi dengan label Mahkota Raja.Kapasitas produksinya pun cu-kup besar yaitu mencapai 20 tonperbulan dengan omzet miliaranrupiah. Sedangkan wilayahdistrubusinya sangat luas yangmenjangkau hampir semua pasardi Surabaya, Gresik, Bojone-goro, Tuban, Mojokerto, Jom-

bang dan Madiun. Bahkan saat inisudah mulai membuka jaringan pasardi Jepang dan Australia.

Keberhasilan ini tak lepas dariinsting bisnis dari sang pengasuhyang merupakan pengusaha kopi.“Tapi yang turun lapangan ya parasantri sendiri. Mereka yang memasar-kannya langsung ke pasar-pasar tra-disional,” ujarnya singkat.

Sebelumnya, mereka mendapat-kan traning khusus dari pesantren.Apalagi pesantren ini juga telah men-jalin kerjasama dengan Kadin Institutdalam hal pemberian pelatihan-pe-latihan. Selain itu juga menggandengSTAI An Najah Surabaya dalam pem-bekalan materi entrepreneur bagisantri.

Tidak hanya itu, santri jugamendapatkan wawasan bagaimanapengolahan produk pertanian dari

PP Mukmin Mandiri Sidoarjo

Seimbangkan Seimbangkan Seimbangkan Seimbangkan Seimbangkan NgNgNgNgNgaji,aji,aji,aji,aji, KKKKKerererererja dan Kja dan Kja dan Kja dan Kja dan Kuliahuliahuliahuliahuliah

Drs. KH. Muhammad Zakki Mukmin, MSi

MEGAH: Tempat belajar santri mengaji sekaligus bekerja DISTRIBUSI: Salah satu santri tengah memasarkan kopi

28 MPA 311 / Agustus 2012

hulu hingga hilir. Misalkan, masalahpenanaman dan perawatan kopi,santri bisa langsung ke belajar di la-han perkebunan kopi seluas 650 hek-tare milik pesantren di daerah Tu-lungagung. Sedangkan masalah pro-duksi pasca panen, santri bisa prakteklangsung di rumah produksi kopi milikpesantren.

Dan tak kalah penting adalahpembekalan trik memasarkan produkdan manajemen usaha. Untuk yangsatu ini, santri tidak usah bingung,sebab mereka dilibatkan secara lang-sung dalam pengelolaan usaha kopiini. Jadi selama ini yang mengurusiusaha kopi adalah santri sendiri. “Se-mua saya serahkan santri, saya hanyamemantau saja,” tukas salah satu pe-ngurus PWNU Jawa Timur ini. “Bah-kan uang hasil penjualan dan laba

usaha pun mereka yang menyim-pannya,” imbuhnya.

Dari 120 santri yang ada, semua-nya dilibatkan dalam bisnis ini. Me-reka terbagi menjadi beberapa bagian.Ada yang mengurusi produksi, mar-keting dan administrasi. Mereka pundigaji layaknya pekerja profesional.“Minimal mereka mendapatkan gajisetara UMK sebesar 1,5 juta. Ini punbisa lebih, tergantung tanggung ja-wabnya di bagian apa,” beber KetuaUmum IPMI (Ikatan Pengusaha Mu-da Indonesia) Jatim ini sambil terse-nyum lebar. “Dari gaji inilah merekabisa membiayai kuliahnya. Malah takjarang ada yang bisa mengirimi or-ang tuanya di desa lho,” imbuhnya.

Meski semua santri dilibatkandalam usaha milik pesantren, tohmereka tak melupakan kewajiban

untuk mendalami mendalami ilmuagama dan belajar di bangku kuliah.Sudah ada pengaturan jam yang ke-tat antara pembelajaran di pesantren,bekerja dan kuliah. Apalagi tak semuasantri yang menempuh pendidikan diperguruan tinggi tersebut menum-puk di satu kampus dengan waktupembelajaran yang berbarengan.Mereka menyebar di beberapa kam-pus seperti IAIN Sunan Ampel Su-rabaya, Universitas Negeri Surabaya(Unesa) dan Universitas Sunan Giri(Unsuri) Surabaya.

Awal aktivitas santri biasanyadimulai sejak ba’da Subuh. Para santriwajib mengikuti pengajian subuh.Baru kemudian sekitar pukul delapanpagi, santri bagian marketing mulaiberangkat ke pasar-pasar untuk me-masarkan kopi. Bagi santri bagian

produksi, mereka langsung menggi-ling kopi dan mengemasnya dalamukuran 250 gram. Kegiatan ini ber-langsung hingga sore hari. Sebab so-re hari ada jam pengajian.

Bagi santri yang kuliah pagi,mereka – yang rata-rata tenaga pema-saran – biasanya berangkat kuliahsambil membawa produk kopi. Baruseusai jam kuliah, mereka bergerak kepasar-pasar. Dan bagi santri yang jamperkuliahannya malam, tentu tak adakendala berarti. “Dan yang terpen-ting mereka mampu menyeimbangkanantara ngaji, kerja dan kuliah,” tan-das pria kelahiran Surabaya 1 April1970 ini. “Dengan aktivitas kesehari-an ini, saya ingin para santri memilikijiwa yang tangguh. Dan dalam waktutiga tahun nyantri, mereka harus su-dah bisa mengembangkannya di ru-

mah masing-masing,” imbuhnya.Tekad ini diilhami dari kondisi

kebanyakan santri yang aktivitasnyahanya monoton ngaji. Padahal dibalik itu, banyak waktu santri yangterbuang percuma. Akhirnya ketikalulus, banyak santri saat ini yang se-akan gagap menatap realitas kehi-dupan. Padahal sejatinya, jiwa-jiwausahawan dalam diri santri itu kuatsekali. “Sudah saatnya, dunia santrimengubah mindset-nya selama ini.Jadi tak hanya menfokuskan diri padatafaqquh fiddin tapi juga harustafaqquh fit tijarah,” ucapnya meng-ingatkan.

Kesadaran itulah yang mendo-rong pesantren Mukmin Mandiri me-rangkul beberapa pesantren untukdiberikan pelatihan entrepreneur.Salah satunya adalah Pesantren Ba-

bus Salam Madiun. Bebe-rapa saat yang lalu, sejum-lah 8 santri pesantren itudigembleng. Alhasil, yangmampu bertahan hanya 4orang. “Saya sih tidak ka-get, sebab memang tak mu-da menjadi seorang peng-usaha sejati,” tukas KiaiZakki, panggilan karimDrs. KH. Muhammad Zak-ki, MSi ini. “Bahkan sebe-lum pelatihan pun sayamewajibkan mereka untukmelakukan baiat sebagaiwirausahawan,” tambah-nya.

Model pesantren dengan polapendidikan entrepreneur memangbelum lumrah saat ini. Meski tidakumum, tidak berarti haram diterapkan.Sebab sudah banyak model pesan-tren salaf maupun khalaf. Apalagi,masih terpatri dalam jiwa Kiai Zakkibagaimana pesan pendiri NU, KH.Hasyim Asy’ari yang didapatnya daribeberapa referensi. Bahwa kemajuanumat Islam itu ditopang oleh empathal, yakni an nahdlatul ulama (ke-bangkitan ulama), an nahdlatus si-yasah (kebangkitan bidang politik),an nahdlatul risalah (kebangkitanbidang pers) dan an nahdlatul tujjar(kebangkitan bidang niaga). “Kansudah banyak yang melakukan tigayang pertama. Biar saya yang ber-gumul dengan bidang terakhir sajalah,” kelakarnya. Hisy, pri

PRODUKSI: Proses penggilingan dan pengepakan kopi