Upload
iam-sasmito
View
735
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
SELEKSI KULIT
DI PERUSAHAAN “SARI BANTENG MULIA”
KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
LAPORAN PRAKTEK PERUSAHAAN
Oleh :
LAMTO
NPM. 081553
AKADEMI PETERNAKAN KARANGANYAR
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
KARANGANYAR
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas ridlo dan
karunia-Nya semata penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Perusahaan
dengan judul “ Seleksi Kulit di Perusahaan “SARI BANTENG MULIA”
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Selama pelaksanaan penelitian
hingga selesainya penulisan Laporan Praktek Perusahaan ini penulis menyadari
adanya hambatan-hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka
hambatan-hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis sampaikan banyak terima kasih kepada, Yth :
1. Direktur Akademi Peternakan Karanganyar.
2. Ketua Jurusan Akademi Peternakan Karanganyar.
3. Ir. Tjatur Lukito. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan sehingga Laporan Praktek Perusahaan ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Sabar Mulyanto selaku pimpinan beserta staf dan karyawan Perusahaan
Kulit “SARI BANTENG MULIA”.
5. Serta teman-teman yang telah mendukung dan membantu sehingga penulisan
Laporan Praktek Perusahaan ini dapat diselesaaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktek Perusahaan ini
masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Praktek
Perusahaan ini. Semoga Laporan Praktek Perusahaan ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu peternakan pada
khususnya serta mendapatkan ridhlo sebagai amal bagi penulis.
Karanganyar, 21 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan............................................................................................... ii
Kata Pengantar.........................................................................................................
..................................................................................................................................
iii
Daftar Isi..................................................................................................................
..................................................................................................................................
iv
Daftar Gambar ..........................................................................................................
Daftar Lampiran....................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan.........................................................................................................
C. Manfaat...................................................................................................... 2
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kulit.....................................................................................
B. Proses Pengulitan.....................................................................................
C. Kerusakan Kulit Mentah.........................................................................
D. Struktur Kulit...........................................................................................
E. Cacat Kulit Dan Penyebabnya.................................................................
F. Klasifikasi Kulit.......................................................................................
G. Metode Seleksi.........................................................................................
III. MATERI DAN METODE
A. Materi.........................................................................................................
B. Metode.......................................................................................................
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................
A. Keadaan Umum.........................................................................................
B. Seleksi Kulit...............................................................................................
C. Hasil Seleksi...............................................................................................
D. Analisa Usaha
IV. PENUTUP
A.Kesimpulan.................................................................................................
B.Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
SELEKSI KULIT
DI PERUSAHAAN “SARI BANTENG MULIA”
KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Oleh :
LAMTO
NPM. 081553
LAPORAN PRAKTEK PERUSAHAAN
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing
Ir. Tjatur Likito
AKADEMI PETERNAKAN KARANGANYAR
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
KARANGANYAR
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPemanfaatan kulit hewan sebagai salah satu peningkatan
pendayagunaan hasil ternak merupakan salah satu upaya membangun
peternakan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat,
meningkatkan kesempatan kerja dan usaha serta peningkatan devisa negara.
Dewasa ini sudah bukan hal umum orang menggunakan kulit untuk berbagai
keperluan sehari-hari, sehingga dapat dikatakan penggunaan kulit sudah
memasyarakat, misal untuk sepatu, jaket, tas, sarung tangan dan lain-lain.
Kulit segar (kulit baru ditanggalkan dari hewannya) yang disimpan
tanpa proses pengawetan akan cepat mengalami kerusakan. Kulit segar
memiliki sifat mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh
dan berkembangbiaknya mikroorganisme. Kerusakan karena mikroorganisme
ini akan berpengaruh terhadap kualitas kulit jadi (leather), sehingga perlu
adanya pengolahan atau pengawetan (penyamakan) agar tidak mempengaruhi
kualitas produk yang dihasilkan.
Dengan ditemukannya cara-cara penyamakan baru antara lain samak
sintetis, samak crom, samak minyak, dan sebagainya, industri perkulitan mulai
berkembang pesat, sehingga industri-industri kulit mempunyai peran sangat
penting dalam menopang perekonomian negara. Produk kerajinan kulit sudah
digunakan manusia sejak ribuan tahun yang lalu sebagai penutup kepala,
selimut, pakaian dan berbagai keperluan dalam upacara adat. Kulit mentah
merupakan produk hasil peternakan yang memiliki nilai tambah tinggi apabila
telah mengalami proses lebih lanjut menjadi kulit hasil olahan (pickle, wet
blue,crust, dan leather).
Kulit pada zaman modern pada saat ini diolah menjadi berbagai
macam produk yang mempunyai nilai jual yang tinggi yaitu berupa sepatu,
jaket, ikat pinggang, dompet, tas, sarung tangan, dll. Untuk mendapatkan hasil
dengan kualitas yang memuaskan bahan yang dipakai juga harus berkualitas
sehingga dalam pemilihan bahan perlu adanya pemilihan kulit (seleksi kulit)
yang cermat.
Penggunaan kulit jadi di Indonesia didominasi oleh empat jenis kulit
yakni: untuk kulit atasan sepatu, kulit sarung tangan, kulit jaket dan kulit jok.
Dari kriteria tersebut memuat persyaratan yang menyangkut parameter teknis
produk dan parameter lain yang terkait dengan aspek kualitas hasil produksi,
sehingga penting adanya penyeleksian kulit untuk bahan produksi kerajinan
kulit, standar kriteria ini dimaksudkan untuk digunakan oleh produsen kulit
untuk menghasilkan produk berkualitas juga untuk mengikuti ketentuan
akreditasi dan sertifikasi ekolabel yang berlaku di Indonesia dan standard
internasional sehingga dapat memperlancar dalam pemasaran produk dari
hasil kerajinan olahan kulit tersebut.
Kulit merupakan salah satu bagian dari makhluk hidup yang dapat
dimanfaatkan yang termasuk produk ternak non karkas sebagai hasil ikutan
(by products) dari ternak potong yang dapat meningkatkan keuntungan selain
dari penjualan karkas, dengan gambaran tersebut kami mahasiswa semester V
( lima ) Akademi Peternakan Karanganyar melaksanakan Praktek Perusahaan
di perusahaan dengan bidang usaha pengolahan kulit dengan tujuan
mendalami usaha pengawetan kulit ( penyamakan kulit ).
Perusahaan dibidang usaha/industri pengolahan kulit di wilayah
karisidenan Surakarta (Solo) masih sedikit, salah satu diantaranya adalah
perusahaan “SARI BANTENG MULIA” yang mengolah kulit kambing dan
domba, yang terletak di Desa Jogobondo RT 04/22 Kelurahan Palur,
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, yang sudah memenuhi syarat
sebagai tempat praktek perusahaan yang ditentukan oleh Akademi Peternakan
Karanganyar.
B. Tujuan
Tujuan dari praktek perusahaan ini adalah :
1. Lebih mendalami tentang pengawetan kulit pada umumnya dan seleksi
kulit untuk produksi pada khususnya.
2. Untuk mengetahui nilai ekonomis kulit yang dapat dimanfaatkan dalam
pengolahan kulit.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktek ini antara lain :
1. Mengerti seleksi dan pengolahan kulit secara langsung
2. Mengetahui sebagian manajemen pengelolaan usaha dibidang pengolahan
kulit
Daftar Gambar
1.
2.
3.
Daftar Lampiran
1.
2.
3.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kulit
Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh
permukaan tubuh dan mempunyai beberapa fungsi yang penting besarnya ±
10-12% dari tubuh. Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan ( kerangka luar )
tempat bulu hewan tumbuh ( Sunarto, 2000 disitasi oleh Aidil rahmat et al )
senada dengan pernyataan Suardana et al (2008) bahwa kulit adalah lapisan
luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu
binatang itu tumbuh.
Kulit mamalia terbagi menjadi beberapa bagian dari segi histology
menurut Judoamidjojo (1981)yaitu : Epidermis adalah lapisan luar kulit,
Corium (derma) adalah bagian pokok tenunan kulit yang akan diubah menjadi
kulit samak. dan, Hypodermis (subcutis), yang dikenal sebagai lapisan daging
atau tenunan lemak, yang dihilangkan pada saat proses flesing pada proses
penyamakan. Bagian bagian kulit dapat dilihat dalam Irisan penampang kulit
dan keterangannya ( Franson 1981disitasi oleh Hoeruman (2000) :
Gambar 1. Irisan penampang kulit
Tidak semua bagian kulit sama kualitasnya dalam satu lembar kulit,
dijelaskan oleh Suardana et al, ( 2008 ). jenis kulit berdasarkan kualitasnya
sebagai berikut :
1. bagian punggung adalah bagian kulit yang letaknya ada pada
punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak
luasnya 40 % dari seluruh luas kulit.
2. bagian leher mempunyai kriteria kulitnya agak tebal, sangat
kompak tetapi ada beberapa kerutan.
3. bagian bahu kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya
terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas.
4. Bagian perut dan paha struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis
dan mulur.
Dalam dunia industri kulit ada dua istilah yang menonjol yaitu hide dan
skin. Hide adalah istilah kulit mentah yang berasal dari hewan berukuran besar
dan berumur dewasa, misalnya : sapi, kerbau, unta, badak dan paus. Skin
adalah kulit mentah yang berasal dari hewan yang berukuran kecil, misalnya
domba, kambing, babi, dan reptil atau hewan besar yang belum dewasa
misalnya : anak sapi dan anak kuda (Sharpouse, 1957. disitasi oleh Hoeruman,
2000)
B. Proses Pengulitan
Setelah proses penyembelihan dilaksanakan berlanjut proses pengulitan.
Pengulitan menurut Nuhriawangsa (2003) dilakukan dengan cara kambing
domba digantung dengan posisi kaki belakang di atas dan kepala di bawah.
Kulit domba dan kambing tidak melekat erat pada karkas, kecuali pada bagian
rusuk. Pengulitan domba atau kambing akan lebih mudah jika memasukkan
udara pada bagian kaki (carpus metacarpus dan tarsus metatarsus)
(Soeparno, 1992), sehingga dapat melepaskan kulit dari fell (membran tisu
konektif yang tebal yang menyeliputi karkas) (Smith et al., 1978). Fell yang
tetap menempel pada karkas dapat melindungi daging dan menghambat proses
pengeringan (Blakely dan Bade, 1992).
Lebih lanjut Nuhriawangsa ( 2003) menerangkan, pengulitan dimulai dari
bagian lingkar kepala bawah disayat dan dilakukan pengulitan dengan
menyayat pada garis pengulitan pada dada atas sampai ke empat kaki.
Pengulitan dimulai pada leher (A), dada atas (B), kaki depan (C) dan kaki
belakang. Setelah kulit terbuka (D) dilakukan pengulitan dengan bahu tangan
sampai terkelupas dan ditarik sampai pada punggung dan rusuk secara hati-
hati (E). Kulit jika sudah terkelupas baru dilanjutkan penarikan sampai paha
belang (F) dan batas ekor, dilakukan pemotongan ekor dan kulit terlepas
semua (Smith et al., 1978).
A B
C D
E F
Gambar 2. Prosesing pengulitan pada domba dan kambing
C. Kerusakan Kulit Mentah
Menurut Suaradana et al., (2008) kulit binatang ada yang mempunyai
kualitas baik, namun ada pula yang kurang berkualitas. Hal ini dapat terjadi
karena kerusakan -kerusakan pada kulit tersebut, yang mengakibatkan
menurunnya kualitas. Kerusakan kulit mentah pada dasarnya dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: kerusakan ante-mortem dan post-mortem
1. Kerusakan ante-Mortem
Kerusakan ante-mortem adalah kerusakan kulit mentah yang terjadi
pada saat hewan (binatang) masih hidup. Kerusakan kulit dapat
disebabkan oleh beberapa macam, antara lain sebagai berikut :
a. Parasit
Jenis sumber kerusakan ini misalnya: saroptik, demodex atau
demodecosis, caplak, dan kutu. Beberapa jenis parasit ini mengakibatkan
rusaknya rajah pada kulit binatang, yang ditandai dengan adanya lubang-
lubang kecil, tidak ratanya permukaan kulit atau adanya lekukan-lekukan
kecil.
b. Penyakit
Banyak faktor yang menyebabkan binatang menjadi sakit,
misalnya akibat kurang baik dalam pemeliharaan. Bila penyakit tidak
segera diobati akan berpengaruh terhadap kualitas kulitnya, yang kadang
sulit diperbaiki.
Penyakit demam yang berkepanjangan, misalnya sampar lembu
dan trypono-somiosis akan menyebabkan struktur jaringan kulit menjadi
lunak. Lalat hypoderma bovis, menyebabkan kulit berlubang-lubang keril
yang tersebar di seluruh bagian luar kulit. Kemudian, kerusakan yang
disebabkan oleh kutu busuk, ditandai dengan adanya benjolan-benjolan
kecil yang keras pada bagian bulu.
Bila kulit mengalami kerusakan baik struktur maupun
permukaannya, akan menyebabkan kualitas kulit menjadi rendah. Di
samping penyakit hewan seperti tersebut di atas, terdapat pula bermacam
bakteri, virus, jamur (fungi) yang membuat kerusakan-kerusakan lokal
yang sangat sulit untuk diperbaiki.
Kerusakan yang diakibatkan oleh bakteri adalah kulit menjadi
busuk, dan kerusakan ini terjadi pada kulit sebelum diawetkan. Ada pula
penyakit musiman yang dapat membuat kerusakan besar pada kulit.
c. Umur tua
Binatang yang berumur tua, memiliki kulit yang berkualitas
rendah. Pada kulit binatang yang telah mati sebelum dipotong, akan
terdapat pembekuan-pembekuan darah yang tidak mungkin dihilangkan.
d. Sebab mekanis
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan terhadap binatang, yang
dapat menurunkan kualitas kulitnya. Cap bakar yang dipakai dalam
identifikasi atau pengobatan, akan mengakibatkan rusaknya kulit yang
tidak mungkin untuk diperbaiki. Cap bakar, menyebabkan Corium
menjadi keras atau kaku dan tidak akan hilang. Goresan-goresan duri,
kawat berduri, tanduk, berbagai tekanan, sabetan cemeti (cambuk), alat-
alat pengendali, dan lain sebagainya, juga dapat menyebabkan kerusakan
kulit.
Kerusakan kulit mekanis ini sering dijumpai pada binatang piaraan
yang digunakan dalam kepentingan pertanian atau industri. Namun,
kerusakan mekanis ini tidak separah kerusakan yang diakibatkan oleh
penyakit. Di samping itu, pukulan-pukulan yang dilakukan terhadap
binatang sebelum dipotong, dapat menyebabkan memar pada kulit,
sehingga darah akan menggumpal. Karena penggumpalan darah itu,
pembuluh darah akan mengalami kerusakan, sehingga kulit menjadi
berwarna merah kehitam-hitaman. Bila hal ini terjadi, maka akan
memudahkan pembusukan pada saat proses pengeringan.
2. Kerusakan post-Mortem.
Kerusakan post-mortem adalah kerusakan kulit yang terjadi pada
saat pengolahan kulit, misalnya pada proses pengulitan, pengawetan,
penyimpanan, dan pengangkutan, disajikan dalam uraian sebagai berikut :
a. Pengulitan
Pengulitan merupakan proses pemisahan kulit dari tubuh binatang
dengan cara pemotongan serabut kulit lunak. Oleh karena itu, dalam
pengulitan ini dibutuhkan keahlian khusus. Pada kegiatan ini, kerasakan
kulit dapat terjadi karena kesalahan dalam penggunaan peralatan,
misalnya pisau. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ahlinya orang
yang menggunakan peralatan pada proses pengulitan ini.
Pemotongan dan pengulitan harus dilakukan pada tempat yang
memenuhi persyaratan, jangan sampai dilakukan di lantai yang kasar,
yang dapat mengakibatkan kerusakan rajah kulit akibat pergesekan.
Kebersihan binatang sebelum dipotong juga perlu diperhatikan, karena
merupakan salah satu faktor penentu mutu kulit yang dihasilkan.
Bila pelaksanaan pengulitan ini tidak sesuai dengan aturan, akan
berakibat bentuk kulit tidak baik dan tidak normal. Dalam pengulitan ini,
pembersihan kulit dari sisa-sisa daging yang melekat pada Corium harus
dilakukan sebaik mungkin, karena sisa daging yang tertinggal dapat
menjadi sumber tumbuhnya bakteri pembusuk kulit, yang dapat
menyebabkan terjadinya pembusukan kulit.
b. Pengawetan
Kerusakan kulit dapat terjadi pula pada saat pengawetan.
Misalnya, pengawetan dengan sinar matahari yang dilakukan di atas
tanah akan menurunkan kualitas kulit, karena proses pengeringan tidak
merata. Kulit bagian luar terlalu kering. sedangkan bagian tengah dan
dalam masili basah, sehingga dengan demikian masih memungkinkan
mikroorganisnic pembusuk (flek busuk) yang disebut dengan sun-blister
tetap hidup dan berkembang biak. Sebaliknya, kulit bagian luar yang
lerlalu kering akan membuat rajah menjadi pecah-pccah dan bila
dibiarkan dalam kondisi demikian kulit akan berkerut.
Mengeringkan kulit pada saat panas matahari dalam kondisi
puncak (pada siang hari), akan mengakibatkan Collagen terbakar dan
mengalami perubahan sifat (glue-forming), sehingga akan menjadi
penghalang dalam pengolahan kulit selan jutnya. tcrutama dalam proses
perendaman. Kerusakan kulit yang diawetkan dengan garam kering,
ditandai dengan adanya flek biru, hijau. atau cokelat pada rajah.
Kerusakan ini disebabkan pemakaian garam dengan konsentrasi yang
kurang tepat. Flek-flek tersebut tidak dapal dihilangkan, Sambil
mcnunggu proses selanjutnya. kulit yang telah diawetkan tersebut harus
disimpan.
Penyimpanan harus dilakukan dengan baik. Karena dalam
penyimpanan ini tetap ada kemungkinan terjadi kerusakan. Penyimpanan
yang terlalu lama di dalam ruang berasap, dapat menurunkan kualitas
kulit. Kontaminasi asap dengan rajah kulit akan mempengaruhi warna
dan menyebabkan permukaan rajah menjadi kasar.
Kulit yang diawelkan dengan penggaraman basah. bila disimpan
terlalu lama akan rusak karena bakteri pembusuk. Kulit yang disimpan di
tempat yang basah atau lembab, lama -kelamaan akan ditumbuhi jamur di
permukaannya, sehingga mudah menjadi suram dan bila dicat tidak dapat
rata.
c. Transportasi (pengangkutan)
Dalam pengangkutan kulit dapat pula timbul kerusakan yang
merugikan misalnya, terjadinya gesekan-gesekan pada waktu
pengangkutan yang dapat menyebabkan kerusakan pada rajah kulit.
Apalagi bila menggunakan kawat untuk mengikat kulit, maka akan timbul
bekas pada rajah yang sulit dihilangkan. Pengangkutan dengan kapal laut
daiam waktu yang lama, akan menyebabkan kulit lembap, bercendawan.
dan akhirnya busuk.
3. Kerusakan dan Mutu Kulit
Kerusakan akan sangat berpengaruh pada kualitas atau mutu kulit
yang dihasilkan. Ada kerusakan yang mengakibatkan cacat-cacat kulit
sehingga menurunkan mutunya, tetapi ada pula kerusakan yang hanya
menurunkan mutunya saja. Dalam buku penuntun tentang penyamakan kulit
dijelaskan sebagai berikut.
a. Busuk (rusak) yang terjadi pada kulit mentah, akan semakin parah
pada saat proses perendaman dilakukan. Bila pengolahan dilanjutkan,
maka akan dihasilkan kulit yang berkualitas rendah (jelek).
b. Irisan-irisan dalam yang terjadi pada saat pengulitan, akan
menimbulkan luka yang berbekas (tidak bisa hilang) dan membuat
kulit mudah robek. Kulit yang demikian dikelompokkan dalam kulit
berkualitas rendah.
c. Cacat yang disebabkan oleh penyakit kulit raisalnya kudis, akan
menyebabkan timbulnya benjolan keras atau lekukan-lekukan pada
permukaan kulit yang sulit dihilan gkan. Bila diadakan pewarnaan,
warna tidak akan dapat merata, dan cat pada bagian kulit yang cacat
tersebut mudah pecah dan terkelupas. Kulit dengan cacat seperti ini
sangat terbatas pemanfaatannya.
d. Flek darah adalah cacat yang disebabkan oleh pukulan, cambukan,
atau sebab mekanis lain, yang mengenai tubuh binatang pada masa
hidupnya. Cacat flek darah ini dapat terjadi pula pada kulit yang
berasal dari binatang yang mati sebelum dipotong. Kulit yang
demikian, bila digunakan sebagai kulit perkamen, tidak akan banyak
berpengaruh karena kekuatan kulit masih sama, hanya dengan warna
yang kuning menarik. Namun, bila kulit tersebut disamak, akan
menjadi leather (kulit-jadi) yang tidak rata, karena permukaan kulit
yang tidak cacat akan berwarna mengkilap, tetapi bagian kulit yang
cacat, akan buram.
D. Struktur Kulit
Menurut Suaradana et al., ( 2008 ) secara umum, istilah struktur berarti
susunan. Namun dalam dunia perkulitan, yang dimaksudkan dengan struktur
kulit ialah kondisi susunan serat kulit yang kosong atau padat, dan bukan
mengenai tebal atau tipisnya lembaran kulit. Dengan kata lain, menilai
kepadatan jaringan kulit menurut kondisi asal (belum tersentuh pengolahan).
Struktur kulit dapat di bedakan menjadi lima kelompok berikut :
1. Kulit berstuktur baik
kulit yang berstruktur baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang, perbedaan
tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan
bagian-bagian tersebut permukaannya rata, dan kulit terasa padat
(berisi)
2. Kulit berstruktur buntal (Gedrongen).
Kulit yang berstruktur buntal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Kulit tampak tebal, bila dilihat dari perbandingan natara berat dengan
luas permukaan kulitnya, Perbedaan anatara croupon, leher, dan perut
hanya sedikit.
3. Kulit berstruktu cukup baik.
Kulit yang berstruktu cukup baik memiliki ciri-cir sebagai berikut :
kulit tidak begitu tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat
dengan luas permukaan kulit, Kulit berisi dan tebalnya merata
4. Kulit berstruktur kurang baik.
Kulit yang berstruktu kurang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut
: bagian croupon dan perut agak tipis, sedangkan bagian leher cukup
tebal, Peralihan dari bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis
tampak begitu menyolok, dan Luas bagian perut agak berlebihan,
sehingga bagian croupun luasnya berkurang.
5. Kulit brstruktur buruk.
Kulit yang vberstruktur buruk memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Bagian croupon tampak tipis dan kulit tidak berisi, sedangkan kulit
bagian perut dan leher agak tebal, Pada umumnya berasal dari kulit
binatang yang berusia tua, dan luas croupon agak berkurang dan
bagian perut lebar.
E. Cacat Kulit dan Penyebabnya
Menurut Suaradana et al., ( 2008 ) kulit binatang sangat besar manfaatnya
dan tinggi nilai harganya dalam pembuatan produk dari kulit untuk kebutuhan
manusia. Karena besarnya manfaat dan tingginya harga kuiit binatang ini,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi peternakan hewan terhadap kualitas
kulit binatang perlu diperhatikan, seperti pengaruh iklim, perkembangbiakan,
makanan ternak, perawatan, dsb. Uraian berikut menjelaskan ada beberapa
faktor yang berkaitan dengan kualitas kulit binatang agar tidak mengalami
kecacatan dan berkualitas baik.
1. Pengaruh usaha ternak terhadap kualitas kulit.
Pada dasarnya usaha peternakan ditujukan untuk menghasilkan
bahan makanan berupa daging, susu, bagi kebutuhan manusia. Akan
tetapi usaha, usaha peternakan juga bisa menghasilkan kulit yang
merupakan komoditas unggulan dan sejajar dengan hasil yang berupa
bahan makanan. Karena harganya yang cukup tinggi, maka sekarang
usaha peterna kan juga sangat memperhatikan faktor-faktor yang bisa
meningkatkan kualitas kulit.
2. Pengaruh keadaan kulit terhadap kualitas kulit
Kulit yang berkualitas baik adalah kulit yang dihasilkan dari hewan
yang sehat dan gizinya baik, sehingga menghasilkan kulit yang lemas
dan dapat dilipat. Sedangkan kulit yang kualitasnya kurang adalah
kulit yang dihasilkan dari hewan yang sakit atau kondisinya tidak
sehat, sehingga kondisi kulit menjadi kaku dan kering. Bila kita
memotong hewan yang akan diambil dagingnya, maka hewan tersebut
harus dalam keadaan sehat, sehingga kulitnya pun berkualitas baik.
3. Pengaruh iklim terhadap kualitas kulit.
Temperatur, tekanan udara, kelembaban dan sebagainya
merupakan faktor-faktor yang periu diperhatikan sebagai pengaruh
iklim terhadap kualitas kulit. Peternakan hewan yang bertujuan untuk
menghasilkan kulit binatang harus memperhatikan faktor-faktor
tersebut agar kualitas kulit yang dihasilkan tetap baik. Setiap daerah
mempunyai iklimnya sendiri, sehingga temak yang kulitnya akan
diambil harus dipelihara sesuai dengan iklim yang cocok untuknya.
4. Pengaruh adaptasi terhadap kualitas kulit.
Perpindahan tempat akan berpengaruh terhadap hewan yang
kulitnya akan diambil. Ada kalanya hewan tidak tahan terhadap bibit
penyakit yang ada pada suatu daerah tempat ia berpindah. Hewan
yang terkena penyakit akan menghasilkan kulit yang tidak berkualitas
juga. Untuk itu, adaptasi hewan terhadap tempat baru juga harus
mendapatkan perhatian.
5. Pengaruh makanan terhadap kualitas kulit
Makanan yang baik akan berpengaruh terhadap berat badan hewan
dan kesehatannya. Berat badan hewan berpengaruh terhadap kualitas
kulit yang dihasilkannya.
6. Pengaruh perawatan terhadap kualitas kulit
Kerusakan kulit juga merupakan akibat dari perawatan yang tidak
baik terhadap hewan. Hal hal yang menyebabkan nilai kulit menurun
misalnya hewan dicambuk, dipukul, terkena duri atau kawat, terbentur,
dan sebagainya. Perlakuan semacam itu terhadap hewan akan berakibat
peradangan atau luka pada kulit hewan, sehingga pada proses
penyamakan akan menimbulkan tanda atau cacat yang mengurangi
kualitas kulit.
Dalam penentuan kualitas kulit hewan, di samping faktor -faktor yang
disebutkan di atas, ada faktor -faktor lain yang juga menentukan, yaitu
pemotongan hewan, pengulitan dan proses penyamakan. Contoh-contoh
penurunan kualitas kulit yang menyebabkan kecacatan kulit antara lain:
1. Pemeliharaan
Hewan tidak dirawat dengan baik.
Kesehatan hewan tidak diperhatikan
2. Makanan
Hewan tidak mendapatkan makanan secara teratur
Makanan tidak bergizi
3. Perlakuan
Hewan dicambuk sampai luka
Hewan luka karena penyakit
Hewan tidak diobati
4. Pengulitan
Cara pengulitan hewan tidak benar
Pisau sayat tidak tajam/tumpul
5. Penyamakan
Proses pengawetan yang tidak benar
Terjadinya kesalahan pada proses penyamakan
F. Klasifikasi Kulit
Usaha dibidang pengolahan kulit mempunyai prospek jangka panjang
yang cukup bagus, sehingga banyak bermunculan perusahaan – perusahaan
pengolahan kulit baik skala nasional maupun internasional dalam
pemasarannya, untuk menyeragamkan mutu/kualitas produk kulit di
indonesia. Maka berdasarkan hal tersebut pemerintah indonesia menerbitkan
Standar Nasional Indonesia ( SNI ) untuk standar seleksi kulit mentah standar
industri, antara lain sebagai berikut :
1. Kulit Domba Mentah Basah
Standar ini meliputi Diskripsi, klasifikasi, persyaratan, penandaan
dan pengemasan serta pengambilan contoh. yaitu sebagai berikut :
a. Diskripsi
Kulit Domba Mentah Basah adalah kulit yang diperoleh dari hasil
pemotongan ternak domba, dimana kulit tersebut telah dipisahkan dari
seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun yang digarami.
b. Klasifikasi
Berdasarkan mutu, kulit mentah dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
Mutu kulit I
Mutu kulit II
Mutu kulit III
c. Persyaratan
1) Kriteria dan spesifikasi
Bau, berbau khas kulit domba
Warna dan kebersihan, merata, segar/cerah, bersih dan tidak ada warna
yang mencurigakan
Bulu, tidak rontok
Ukuran kulit, dasar penentuan ukuran kulit dipergunakan lembar kulit atau
panjang kulit dalam cm/feet square
Elastisitas, cukup elastis
Kandungan air
Kulit mentah segar, maksimum 66 %
Kulit mentah garaman, maksimum 25 %
2) Cacat
Mekanis : luka cambukan, goresan potongan pisau dan lain lain
Parasit : caplak, lalat dan lain lain
Bahan pengawet, garam Na CL khusus untuk kulit garaman
Tehnik, kontaminasi dan hygiene
3) Tehnik
kulit setelah dipisahkan dari karkas kemudian dibersihkan dari sisa-
sisa daging/lemak yang menempel pada kulitKemudian kulit diawetkan
dengan penggaraman dengan 2 cara yaitu:
a) Sistem pencelupan dalam larutan garam yaitu setelah kulit dibersihkan
kemudian dicelupkan kedalam larutan garam jenuh selama ± 24 jam, lalu
ditiriskan kemudian ditaburi kristal garam secukupnya untuk kemudian
ditumpuk pada tempatnya.
b) Sistem penaburan garam kristal yaitu setelah kulit dibersihkan lalu ditaburi
kristal garam secukupnya untuk kemudian ditumpuk pada tempatnya
Catatan : penumpukan kedua cara ini diperhatikan agar tumpukan kulit
paling bawa diberi alas papan dan jangan mencuci kulit dengan air
sebelum kulit digarami. Kulit siap untuk di proses lebih lanjut di industri
penyamakan kulit
4) Kontaminasi
Tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme dan serangga serta larvanya
5) Hygiene
Tempat penyimpanan harus bersih dan mudah dikontrol
6) Mutu kulit
a) Mutu kuit I,
Dengan syarat berbau kulit khas kulit domba cerah bersih, tidak
ada cacat ( lubang-lubang , penebalan kulit ). Kandungan airnya pada
kulit mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulit mentah
garaman 25%.
b) Mutu II,
Dengan syarat berbau khas kulit domba, cerah, bersih, cukup
elastis, terdapat sedikit cacat diluar daerah punggung (croupon) dan bulu
tidak rontok. Kandungan airnya pada kulit mentah segar maksimum 66
%, sedangkan pada kulit mentah garaman maksimal 25 %.
c) Mutu kulit III,
Dengan syarat berbau khas kulit domba, warna tidak cerah, kurang
elastis, tidak utuh/banyak cacat dan ada kerontokan bulu, Kandungan
airnya pada kulit mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulit
mentah garaman maksimal 25 %.
d) Afkir / Reject,
menyimpang dari mutu I,II, dan III
7) Penandaan dan pengemasan
a) Penandaan
Mutu kulit I
Mutu kulit II
Mutu kulit III
b) Pengemasan.
Kulit dikemas berdasarkan lasifikasi mutu dengan memakai label
yang berisi
Nama pemilik
Mutu kulit
Jumlah lembar kulit
8) Pengambilan contoh
Cara pengambilan contoh, untuk setiap mutu contoh (sample) di ambil
secara acak 5 % dari jumlah lembar kulit atau minimal 1 (satu) lembar
kulit,diuji organoleptis dan diambil oleh petugas yang bersertifikat dan
berpengalamanyang ditetapkan oleh direktur jendral peternakan atau
pejabat yang ditunjuk olehnya. Pemeriksaan organoleptik dengan nomor :
Nomor 008-MP / SPI- NAK.
2. Kulit Kambing Mentah Basah
Standar ini meliputi Diskripsi, Klasifikasi, Persyaratan, Penandaan dan
Pengemasan serta pengambilan contoh. Yaitu sebagai berikut :
a. Diskripsi
Kulit kambing mentah basah adalah kulit yang diperoleh dari hasil
pemotongan ternak kambing, dimana kulit tersebut telah dipisahkan dari
seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun yang digarami.
b. Klasifikasi
Berdasarkan mutu, kulit mentah dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
Mutu kulit I
Mutu kulit II
Mutu kulit III
c. Persyaratan
1) Kriteria dan spesifikasi
Bau, berbau khas kulit kambing
Warna dan kebersihan, merata, segar/cerah, bersih dan tidak ada warna
yang mencurigakan
Bulu, tidak rontok
Ukuran kulit, dasar penentuan ukuran kulit dipergunakan lembar kulit atau
panjang kulit dalam cm/feet square
Elastisitas, cukup elastis
Kandungan air
Kulit mentah segar, maksimum 66 %
Kulit mentah garaman, maksimum 25 %
2) Cacat
Mekanis : luka cambukan, goresan potongan pisau dan lain lain
Termis : cap bakar/terkena api
Parasit : caplak, lalat dan lain lain
Termis : cap bakar/terkena api
Bahan pengawet, garam Na CL khusus untuk kulit garaman
Tehnik, kontaminasi dan hygiene
3) Tehnik
kulit setelah dipisahkan dari karkas kemudian dibersihkan dari sisa-
sisa daging/lemak yang menempel pada kulit
4) Kemudian kulit diawetkan dengan penggaraman dengan 2 cara yaitu:
i. Sistem pencelupan dalam larutan garam yaitu setelah kulit dibersihkan
kemudian dicelupkan kedalam larutan garam jenuh selama ± 24 jam,
lalu ditiriskan kemudian ditaburi kristal garam secukupnya untuk
kemudian ditumpuk pada tempatnya.
ii. Sistem penaburan garam kristal yaitu setelah kulit dibersihkan lalu
ditaburi kristal garam secukupnya untuk kemudian ditumpuk pada
tempatnya. Catatan : penumpukan kedua cara ini diperhatikan agar
tumpukan kulit paling bawa diberi alas papan dan jangan mencuci kulit
dengan air sebelum kulit digarami. Kulit siap untuk di proses lebih
lanjut di industri penyamakan kulit
5) Kontaminasi
Tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme dan serangga serta larvanya
6) Hygiene
Tempat penyimpanan harus bersih dan mudah dikontrol
7) Mutu kulit
a) Mutu kuit I,
Dengan syarat berbau kulit khas kulit kambing cerah bersih, tidak ada
cacat ( lubang-lubang , penebalan kulit ). Kandungan airnya pada kulit
mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulit mentah garaman
25%.
b) Mutu kulit II,
Dengan syarat berbau khas kulit kambing, cerah, bersih, cukup elastis,
terdapat sedikit cacat diluar daerah punggung (croupon) dan bulu tidak
rontok. Kandungan airnya pada kulit mentah segar maksimum 66 %,
sedangkan pada kulit mentah garaman maksimal 25 %.
c) Mutu kulit III,
Dengan syarat berbau khas kulit kambing, warna tidak cerah, kurang
elastis, tidak utuh/banyak cacat dan ada kerontokan bulu, Kandungan
airnya pada kulit mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulit
mentah garaman maksimal 25 %.
d) Afkir / Reject,
menyimpang dari mutu I,II, dan III
8) Penandaan dan pengemasan
a) Penandaan
Mutu kulit I
Mutu kulit II
Mutu kulit II
b) Pengemasan.
Kulit dikemas berdasarkan lasifikasi mutu dengan memakai label yang
berisi
Nama pemilik
Mutu kulit
Jumlah lembar kulit
9) Pengambilan contoh
Cara pengambilan contoh, untuk setiap mutu contoh (sample) di ambil
secara acak 5 % dari jumlah lembar kulit atau minimal 1 (satu) lembar
kulit,diuji organoleptis dan diambil oleh petugas yang bersertifikat dan
berpengalamanyang ditetapkan oleh direktur jendral peternakan atau
pejabat yang ditunjuk olehnya. Pemeriksaan organoleptik dengan nomor :
Nomor 008-MP / SPI- NAK.
Klasifikasi kualitas kulit domba mentah segar menurut (Purnomo, 1985
disitasi oleh Hoeruman, 2000), adalah sebagai berikut :
1. Kelas satu
Kulit harus berasal dari hewan sehat, pemotongan dan persiapan yang
benar, bebas dari lemak, sisa daging dan kontaminasi tanda cacat. Setiap
tanda, irisan, bekas penyakit, kerontokan rambut, hancur, kerusakan
karena asap, air dan serangga atau penyimpanan yang jelek akan
menurunkan kelas kulit. Berat kulit harus 450 g atau lebih
2. Kelas dua
Kulit kelas dua seperti kulit kelas satu tetapi terdapat sedikit kerusakan
pada satu sisi saja. Berat kulit tidak boleh kutang dari 340 g.
3. Kelas tiga
Kulit kelas tiga mungkin menunjukan dua dari cacat–cacat dibawah ini :
Tanda cap kecil
Irisan dan lubang pada bagian perut
Sedikit rusak atau bulu rontok pada bagian perut
Kerusakan oleh asap, air, serangga pada bagian tepi. Berat kulit tidak
boleh kurang dari 300 g
4. Kelas empat
Kulit kelas empat adalah semua kulit dibawah kulit kelas tiga . berat
kulit harus lebih dari 200 g
5. Kelas reject/penolakan
Kulit ditolak bila beratnya kurang dari 230 g, berasal dari hewan muda
dan yang menunjukan kerusakan ekstensif dari berbagai sebab pada
bagian tengah, sehingga tidak memadai untuk disamak
G. Metode Seleksi
Walaupun proses pengolahan atau pengawetan kulit telah dilakukan
dengan hati-hati dan menurut ketentuan yang benar, namun ternyata hasilnya
tidak selalu seperti yang diharapkan. Kemungkinan setelah kering, kulit
menjadi tidak sama kualitasnya.
Memilah kulit bukanlah hal yang mudah karena sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil produk yang akan dihasilkan. Dari setiap jenis ternak
akan berbeda semisal melalui ukuran, kualitas dan beratnya, seperti
diterangkan oleh Suardana et al., (2008) bahwa dalam perdagangan, kulit
dapat dikelompokkan/dikelaskan berdasarkan kualitas dan beratnya, namun
untuk kambing dan domba diseleksi berdasarkan ukuran bukan beratnya
dikelaskan menjadi beberapa kualitas yaitu :
1. Kelas I, adalah kulit yang panjangnya 100 cm, lebar 70 cm
2. Kelas II, adalah kulit yang panjangnya 100 cm, lebar 60 cm.
3. Kelas III, adalah kulit yang panjangnya 90 cm, lebar 55 cm.
4. Kelas IV, adalah kulit yang panjangnya 80 cm, lebar 50
5. Kelas V, adalah kulit yang panjangnya 70 cm, lebar 45 cm
6. Kelas afkir, adalah kulit yang panjangnya kurang dari 70 cm.
Pengusaha kulit menyamak sendiri kulit yang akan diolah menjadi
kerajinan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan sehingga menerima
kulit dari pengumpul kulit dalam bentuk kulit garaman seperti yang
dikemukakan Gumilar (2010) bahwa sebagian besar pengrajin penyamakan
kulit melakukan prosesing kulit dimulai dari kulit mentah garaman yang
didapat dari bandar kulit sampai dengan menjadi kulit jadi (leather),
sedangkan sebagian kecil saja dari pengrajin tersebut memulai proses
produksinya dari kulit pikel. Perdagangan kulit jadi dilakukan berdasarkan
satuan luas kulit (square feet). Pembelian kulit domba mentah segar dilakukan
dalam satuan lembar dan pada awal proses serta beberapa tahapan proses
lainnya dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat kulit yang akan
diproses sebagai dasar penggunaan bahan kimia. Square feet merupakan
satuan luas, dengan perbandingan square feet ke square meter ( m2 ) adalah
0,092903 m2 ( 30,48 cm2 x 30,48 cm2 ), menurut Widarto (2008)
III. MATERI DAN METODE
Praktek Perusahaan (PP) dengan judul “ Seleksi Kulit di Perusahaan
“SARI BANTENG MULIA” Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo”,
telah dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 20 November 2010.
A Materi
Praktek ini menggunakan materi berupa kulit yang diseleksi adalah kulit
kambing dan domba sebanyak 9700 lembar dan 10500 lembar yang diolah di
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo yang disetorkan oleh pengepul kulit dan yang disetorkan langsung
oleh masyarakat.
B Metode
Metode dalam Praktek Perusahaan ini yaitu praktek kerja langsung di
lapangan dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di perusahaan “SARI
BANTENG MULIA” dengan metode observasi langsung dan survey data
tentang seleksi kulit yang digunakan untuk produksi. Data yang diperoleh
disajikan secara diskriptif.
Adapun pengambilan data-data yang diperlukan dilakukan dengan cara :
1. Wawancara dengan pemilik perusahaan dan para karyawan.
2. Melakukan pengamatan dan praktek langsung dilokasi.
Dalam pelaksanaan Praktek Perusahaan di perusahaan “SARI
BANTENG MULIA” yang telah dilakukan dengan beberapa tahap pokok,
yaitu :
1. Tahap pertama pada minggu pertama perkenalan dengan pimpinan dan staf
karyawan perusahaan, dibekali pengarahan – pengarahan dan prosedur
kerja untuk keselamatan kerja dan ketentuan peraturan di perusahaan.
2. Tahap kedua pada minggu kedua kita mengikuti kagiatan pengolahan kulit
dan kegiatan aktifitas karyawan dilapangan secara lngsung, disamping
mengikuti aktifitas sehari-hari kami juga tanya jawab apabila ada hal yang
dirasa masih belum dipahami.
3. Tahap ketiga pada minggu ketiga diadakan evaluasi untuk melihat hasil
kita selama pelaksanaan praktek perusahaan dan melengkapi data – data
yang diperlukan apabila masih kurang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Sejarah Perusahaan
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” didirikan pada tahun 1979
dibangun diatas lahan seluas 2800m2 ,dengan modal awal Rp 500.000,-
dengan jumlah produksi awal 100 lembar kulit berupa kulit lapis yang
digunakan untuk melapisi produk jaket dan dan sepatu. Pertama kali
mengekspor kulit ke negara Kanada pada tahun 1988. Proses berjalannya
waktu produksi kulit Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” terus
meningkat hingga sekarang kapasitas produksi mencapai lebih kurang
2000 lembar kulit samak per hari. Namun mulai pada tahun 1998 pada saat
krisis moneter perusahaan mulai terkena dampaknya, sehingga produksi
mulai terhambat sehingga mencari alternatif untuk kelancaran usaha yaitu
dengan menerima jasa dari luar (menyamakan kulit kambing dan domba,
pewarnaan kulit, cat ulang jaket).
2. Lokasi Perusahaan
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” terletak di Desa Jogobondo
RT 04/22 Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
dengan jumlah tenaga kerja 20 orang dari daerah sekitar lokasi perusahaan,
dengan data monografi desa palur sebagai berikut :
Kelurahan Palur memiliki wilayah dengan ketinggian 96 dpl, yang
merupakan dataran rendah dengan suhu udara rata- rata 37oC dan curah
hujan pertahun adalah 2902 mm/th, dengan luas wilayah Desa Palur
adalah, 4.088.825 Ha dengan didominasi oleh lahan persawahan separuh
lebih dari keseluruhan luas wilayah yaitu seluas 2.206.900 Ha
dibandingkan lahan untuk bangunan 1.577.700 Ha,Adapun Batas wilayah
desa palur sebagai berikut :
a) disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar,
b) disebelah Selatan dengan Desa Demakan ( Dukuh ),
c) disebelah Barat dengan Kodya Surakarta dan,
d) sebelah timur Desa Triyagan.
Salah satu yang menjadi andalan utama penduduk Kelurahan Palur
selain padi adalah usaha ternak. Ada tiga jenis ternak yang diusahakan di
Kelurahan Palur adalah ternak besar, ternak kecil dan unggas. Populasi
ternak di tahun 2009 untuk sapi, domba dan domba masing-masing
tercatat 115 ekor, dan 7493 ekor. Jumlah penduduk desa palur 13.256
orang dengan usia produktif (umur 15-49) 3911 laki-laki dan 3817
perempuan dengan macam mata pencaharian yang beragam yaitu : petani
(451 orang ), buruh tani (37 orang), pengusaha (11 orang), buruh industri
(389 orang), buruh bangunan ( 187 orang ), pedagang (9 orang),
pengangkutan (17 orang), pegawai negeri sipil / ABRI (1175 orang),
pensiunan ( 97 orang ), lain-lain (1175 orang). Dari data tersebut pegawai
negeri sipil / ABRI cukup banyak karena di desa palur tempat
pelaksanaan Praktek Perusahaan merupakan perumahan anggota ABRI
3. MACAM USAHA
a. Penyamakan kulit kambing dan domba
1) Sendiri
Usaha pokok diperusahaan ““SARI BANTENG MULIA”
adalah penyamakan kulit kambing dan domba sampai pikle dan
pemasaran produk kulit sebagian besar juga dalam bentuk pikle
dan yang lain berupa krass, dompet, jaket kulit, dll. sesuai
pemesanan konsumen. Namun pada saat kami melakukan praktek
perusahaan tidak ada pesanan untuk produk jadi (jaket, dompet)
dan berupa krass
Gambar 3.Kulit pikle
Gambar 4. contoh jaket yang sudah jadi
2) Jasa
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” disamping
memproduksi kulit kambing dan domba samak, untuk dijual
kembali, juga menerima jasa penyamakan dari luar dengan syarat
harus dalam partai besar ( minimal 800 lembar kulit ) , dikarenakan
agar tidak merugi dalam satu kali proses penyamakan. dengan tarif
harga jasa penyamakan Rp.3000,-/sf
Gambar .5 kulit garaman yang menggunakan jasa penyamakan
b. Jasa Pewarnaan
1) Kulit Sapi
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” juga menjalin
kerjasama dengan dengan perusahaan dibidang perkulitan lain yaitu
dibidang jasa pewarnaan kulit sapi, dimana obat/ bahan kimia
penyamak menggunakan bahan sendiri , di perusahaan ““SARI
BANTENG MULIA”” hanya menyewa tempat dan peralatan untuk
memproses mewarnai kulit dengan tarif Rp 3.000,- / sf
A
B
Gambar 6. A.penurunan barang kiriman dari mitra Perusahaan “SARI
BANTENG MULIA” dan, B.kulit yang sedang diangin-anginkan
2) Kambing dan domba
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” juga menerima jasa
pewarnaan kulit domba, namun sangat jarang sekali perusahaan
melakukan kerjasama dalam pewarnaan kulit kambing dan domba,
dan pada saat kami melakukan praktek di Perusahaan “SARI
BANTENG MULIA” tidak menemui jasa penyamakan kulit
kambing dan domba
c. Cat ulang jaket
Bagi perorangan maupun kelompok baik partai besar maupun
partai kecil yang ingin mengecat ulang jaket kulit, rompi kulit yang
sudah usang perusahaan “SARI BANTENG MULIA” menerima jasa
pengecatan ulang dengan berbagai macam warna, sehingga jaket
maupun rompi kulit akan tampak seperti baru kembali, dengan tarif per
jaket Rp. 50.000,-
A
B
Gambar 7, A. Proses pengecatan ulang jaket dan, B. Jaket kulit yang
sedang dijemur
d. Bahan baku sarung tangan
Hasil produksi utama Perusahaan ““SARI BANTENG MULIA””
adalah bahan setengah jadi untuk bahan sarung tangan dalam bentuk
pikle dijual ke perusahaan sarung tangan, yang apabila sudah jadi
( menjadi sarung tangan ) pemasaranya di ekspor keluar negeri . dari
perusahaan “SARI BANTENG MULIA” dijual dengan harga Rp.
15000,-/sf
Gambar 8. Kulit domba pikle bahan baku sarung tangan
4. Struktur Perusahaan
Jumlah tenaga kerja 20 orang dari daerah sekitar lokasi perusahaan dipimpin oleh Bapak Sabar Mulyanto, dibantu Ibu Diah Hastuti sebagai pegawai administrasi, untuk manajer produksi dipegang oleh putra Bapak Sabar Mulyanto yaitu Gustaf Ajie Bachtiar yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Untuk bidang unit yang lain tertera bada bagan dibawah ini :
Flashing1. Suwanto2. Rakidin
Stecking waliyem
Pimpinan perusahaanBp. Sabar
AdministrasiDiah Hastuti
Manajer ProduksiGustaf Ajie Bachtiar
SelektorSantoso
Unit MekanikSuyamto
Unit Teknik(Processing)
PemasaranBp. Sabar
Penyamakan1. Ari 2. Nanang3. Suwanto4. Rakidin
Pengawetan1. Budiarjo2. Sukajianto3. Edy
Suprapto
koordinator LapanganSuyamto
Seting outBambang
Saving Mulyono
Pengecatansarwanto
Pewarnaan1. Hendratmo2. Agus3. Diro
B. Seleksi Kulit Kambing dan Domba
Perusahaan penyamakan kulit ”SARI BANTENG MULIA”
mendatangkan kulit mentah dari berbagai tempat yaitu Yogyakarta, Madiun,
Surabaya, Klaten, Solo, Boyolali, Karanganyar dan Sragen, dan kulit - kulit
tersebut sudah diawetkan terlebih dahulu menggunakan metode pengawetan
penggaraman basah dan dibeli dengan hitungan per lembar dan menjual
dengan satuan per square feet (Sf), sesuai dengan pernyataan Gumilar, (2010)
bahwa perusahaan pegolahan kulit memulai dari kulit garaman bukan mentah
maupun pikle dan membeli dalam lembar dan menjual per square feet (sf) hal
inilah yang membuat kulit mempunyai nilai jual yang menjanjikan
keuntungan lebih. Penggaraman tersebut bertujuan untuk mengawetkan
kul;it agar tidak busuk dan juga kulit terhindar dari kerusakan saat
pengangkutan.
Kulit yang didatangkan dalam partai besar ( dapat diproses dalam satu
kali produksi ) ini ada yang diseleksi dan ada juga yang tidak yaitu
menyamaratakan semua kelas kulit dengan satu macam harga, karena
disamaratakan harganya biasanya kualitas terjamin karena sudah menjadi
langanan dan semua kulit yang diterima di perusahaan “SARI BANTENG
MULIA” sudah dalam bentuk kulit garaman, Secara garis besar dalam seleksi
kulit yang diamati di perusahaan “SARI BANTENG MULIA” adalah :
ukuran
Tidak berlubang / sobek
Kulit segar
Bulu tidak mendadak rontok
Tidak terkena penyakit / gudik
Tidak ada tanda-tanda pes ( benjolan pada kulit )
Kulit tidak terkena sayatan pisau (sneil)
Kulit yang disamak oleh perusahaan “SARI BANTENG MULIA” kulit
yang digunakan untuk bahan produksi diseleksi dirinci sebagai berikut :
1. Ukuran
Produk kulit perusahaan “SARI BANTENG MULIA” diukur
berdasarkan square feet (sf), dimana 1 score feet sama dengan 30 cm2,
dengan mengunakan alat yang terbuat dari paralon yang berbentuk
persegi panjang yang dilubangi pada sisinya sebagai tempat perentangan
benang sehingga benang tersebut saling bersinggungan membentuk
persegi- persegi dengan ukuran 30 cm2 dengan alat tersebut digunakan
sebagai ukuran dalam pengklasifikasian (seleksi) kulit, namun karena
penyeleksi sudah terbiasa dalam pengukuran kulit sehingga tidak
menggunakan alat bantu hanya menggunakan perkiraan saja, ukuran
kulit yang diterima dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
a. Besar (≥7 square feet )
b. Sedang ( 5-6 square feet )
c. Kecil ( ≤4 square feet )
Gambar 9. Pengukuran kulit dengan alat bantu sederhana
Sesuai dengan pendapat suardana et al, (2008) bahwa kulit kambing
dan domba di seleksi berdasarkan ukuran bukan berdasarkan berat
seperti pada penjelasan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan menurut
menurut purnomo (disitasi oleh Hoeruman, 2000) untuk kulit kambing
dan domba mentah. Namun standart ukuran kriteria yang dipakai
perusahaan “SARI BANTENG MULIA” adalah square feet (sf) berbeda
dengan yang dikemukakan oleh suardana et al, (2008) yaitu:
a. Kelas I, adalah kulit yang panjangnya 100 cm, lebar 70 cm
b. Kelas II, adalah kulit yang panjangnya 100 cm, lebar 60 cm.
c. Kelas III, adalah kulit yang panjangnya 90 cm, lebar 55 cm.
d. Kelas IV, adalah kulit yang panjangnya 80 cm, lebar 50
e. Kelas V, adalah kulit yang panjangnya 70 cm, lebar 45 cm
f. Kelas afkir, adalah kulit yang panjangnya kurang dari 70 cm
2. Keutuhan/ Kerusakan ( cacat )
Ada berbagai macam faktor yang membuat kulit dikatakan rusak
maupun cacat di perusahaan “SARI BANTENG MULIA” diantaranya
adalah :
Lubang kulit, Sneil (sayatan pisau saat penyembelihan namun tidak
sampai berlubang ), walaupun tidak berlubang namun pada waktu
proses flashing akan berlubang karena kulit terlalu tipis baik
disebabkan oleh luka yang membusuk maupun kesalahan pengulitan
pada proses pemotongan, sesuai dengan penjelasan Suardana et al.,
( 2008) yaitu kerusakan yang disebabkan pada waktu post-mortem
(waktu penyembelihan) yaitu pada proses pengulitan karena kesalahan
penggunaan peralatan, juga disebabkan oleh penggunaan peralatan
oleh orang yang bukan ahlinya dalam proses pengulitan. Penyakit
(scabies/gudik) atau parasit, akan menyebabkan kulit mengeras
sehingga pori-pori akan tertutup sehingga kulit menjadi kaku dan pada
proses pewarnaan warna tidak dapat meresap dan akan menjadi
belang-belang. sesuai dengan penjelasan Suardana et al, ( 2008)
mengenai kerusakan yang disebabkan pada waktu ante-mortem (waktu
ternak masih hidup) disebabkan oleh parasit dan penyakit. Parasit
menyebabkab rajah / bercak pada kulit dan juga membut lekukan-
lekukan kecil pada kulit sehingga kulit menjadi rusak, sedangkan
penyakit bisa disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang baik
sehingga ternak menjadi sakit, pada saat itulah kulit menjadi lunak
sehingga penyakit kulit mudah menyerang.
Bekas luka, bekas luka akan mengurangi kualitas kulit dan sama
seperti terkena penyakit kulit yang. senada dengan penjelasan
Suardana et al, ( 2008) mengenai kerusakan yang disebabkan oleh
mekanis diantaranya adalah tekanan- tekanan terhadap ternak
( cambukan, pukulan saat hewan ternak akan disembelih ), bekas
terkena duri, cap bakar yang digunakan untuk mengidetifikasi ternak
dan lain lain. Dari faktor –faktor diatas perusahaan “SARI BANTENG
MULIA” mengelaskan berdasarkan rusak maupun cacat adalah sebagai
berikut :
a. Kelas 1 – 4 ( kulit tanpa cacat sampai kerusakan 25 % ).
Tidak terdapat kerusakan sampai dengan kerusakan 25 %
sudah sesuai dengan mutu nomor I berdasarkan penjelasan SNI
(Standar Nasional Indonesia) untuk kulit kambing dan domba
mentah. Bentuk kulit berdasarkan kualitasnya nampak seperti pada
gambar dibawah:
1.
.
2.
3.
.
4
Gambar 10, 1.gambar kulit kualitas I., 2. gambar kulit kualitas II., 3.
gambar kulit kualitas III., 4 gambar kulit kualitas IV.
b. Kelas 5 – 6 ( kulit rusak 50% ).
Sesuai dengan kualitas nomor III berdasarkan penjelasan SNI
(Standar Nasional Indonesia) untuk kulit kambing dan domba
mentah. Bentuk kulit berdasarkan kualitasnya nampak seperti pada
gambar dibawah:
1.
2
.
Gambar 11, 1.gambar kulit kualitas V., 2. gambar kulit kualitas VI.
c. Kelas R1 ( kulit rusak 75% ), Kelas R2 ( kulit rusak 85% ), dan
Kelas Afal ( kulit sudah tidak terpakai ). Bentuk kulit berdasarkan
kualitasnya nampak seperti pada gambar dibawah:
1.
2
3
Gambar 12, 1. kulit kualitas R1., 2. kulit kualitas R2., 3. kulit
kualitas reject
Sesuai dengan kualitas reject/afkir berdasarkan penjelasan SNI
(Standar Nasional Indonesia) untuk kulit kambing dan domba mentah
karena tidak masuk dalam mutu I, II, dan III SNI selain itu dianggap
reject/afkir
3. Jenis Kulit
Pada umumnya kulit hewan (Mamalia, Reptil, Aves, Pices,
Amphybia) diawetkan atau disamak, namun paling banyak digunakan
adalah kulit : Sapi, kerbau, kambing dan domba. Namun yang
diproduksi di perusahaan “SARI BANTENG MULIA” adalah :
a. kulit domba , dengan ciri-ciri :
1) Pori-pori kecil, lebih dari kambing
2) Kulit tipis
3) Tidak ada garis punggung
4) Tekstur lembut
b. kulit kambing, dengan ciri-ciri :
1) Pori-pori besar, lebih besar dari domba
2) Kulit tebal
3) Tekstur kasar.
4) Ada garis punggung disepanjang punggung
4. HASIL SELEEKSI
Dari data penerimaan kulit pada waktu Praktek Perusahaan di
perusahaan “SARI BANTENG MULIA” yang diperoleh dari berbagai
daerah disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Kulit yang diterima diseleksi berdasarkan klasifikasinya tampak pada tabel dibawah ini :
1). Kambing
No Asal KulitJenis Kulit ( lembar ) Jumlah per/
kirimanKambing Domba1 Solo 1800 2200 30002 Sragen 1100 1400 25003 Karanganyar 1900 1600 35004 Madiun 400 1700 21005 Surabaya 1600 1100 27006 Klaten 1700 1200 29007 Boyolali 1200 1300 2500
Jumlah total 9700 10500 20200
No
Kualitas Kulit Jumlah (lembar)I II III IV V VI R1 R2 Reject
1 321 621 483 219 88 37 15 10 6 18002 192 324 431 86 35 17 8 4 3 11003 327 624 549 206 96 45 32 12 9 19004 87 122 86 65 21 6 8 5 - 4005 365 183 421 246 352 9 8 3 13 16006 317 721 512 51 75 10 7 4 3 17007 1200
Jumlah Total 9700
2). Domba
Keterangan : untuk kulit dari boyolali tidak diadakan penyeleksian karena harganya disamaratakan
Selain penerimaan kulit yang diproses sendiri perusahaan kulit “SARI BANTENG MULIA” juga menerima jasa. Jumlah produk yang diolah menggunakan jasa yang disediakan di perusahaan “SARI BANTENG MULIA” yaitu sebagai berikut :
1) Penyamakan kulit kambing dan domba sejumlah 3760 lembar terbagi dalam 3 periode yaitu: 943 lembar, 243 lembar, dan 1574 lembar
No
Kualitas Kulit Jumla
h (lemb
ar)I II III IV V VI R1 R2 Reject
1 506 897 743 387 321 89 14 19 24 30002 452 596 631 456 313 12 13 12 15 25003 783 1521 715 197 129 69 28 23 35 35004 378 532 542 463 84 61 13 15 12 21005 693 832 539 339 134 94 24 31 14 27006 456 894 671 562 243 34 12 17 11 29007 2500
Jumlah Total 20200
2) Pengecatan ulang jaket kulit, selama pelaksanaan praktek perusahaan menjumpai 3 kali proses pengecatan ulang yaitu : 4 jaket, 6 jaket dan 5 jaket
3) Pewarnaan kulit sapi, dalam pewarnaan tidak dihitung dalam lembar melainkan dalam hitungan berat (kg), dengan perkiraan 100 kg sama dengan 1000 sf. Selama pelaksanaan praktek perusahaan menjumpai 4 kali proses pewarnaan masing masing :a) 300 kg setara dengan 3000 sfb) 150 kg setara dengan 1500 sfc) 350 kg setara dengan 3500 sfd) 250 kg setara dengan 2500 sf
5. Analisa UsahaDihitung dari awal berdirinya preusahaan kulit “SARI BANTENG MULIA”Analisa dihitung dalam periode perbulan.
1. Pengeluaran perbulan
a. Biaya tetap
Biaya proyek awal(Tanah, bangunan, Kantor, drum penyamak, genset, serta perlengkapanlainnya). : 10 M
6. Penyusutan perbulan
Perusahaan ini diperkirakan dapat berproduksi selama 20 tahun.
=>Harga awal -
Harga awalMasa pakai
Masa pakai
=>10.000.000.000,- -
10.000.000.000,-20 tahun
20 tahun
=>9.500.000.000.-
= Rp. 475.000.000.-/tahun20
=> = Rp. 39.583.333,-=> 475.000.000
12
b. Biaya tidak tetap
1) Pembelian kulit domba Kualitas I-IV sebanyak 14785
lembar (@ lembar Rp. 40.000,-) Kualitas V-VI sebanyak 1583
lembar (@lembarRp. 20.000,- ) Kualitas R1-R2 sebanyak 221 (@
lembar Rp. 12.000,-) Reject sebanyak 111 lembar (@
lembar Rp. 5.000,-)2) Pembelian kulit kambing
Kualitas I-IV sebanyak 7559 lembar (@ lembar Rp. 38.000,-)
Kualitas V-VI sebanyak 791 lembar (@ lembarRp. 17.000,- )
Kualitas R1-R2 sebanyak 116 lembar (@ lembar Rp. 12.000,-)
Reject sebanyak 34 lembar (@ lembar Rp. 5.000,-)
3) Pembelian bahan kimia untuk memproses 20200 lembar (141400 sf) dalam 1 bulan (@ 2000/sf )
4) Gaji karyawan Bagian proses penyamakan 15 orang
(@ Rp. 750.000,-/bulan).7. Teknisi mesin 2 orang
( @ Rp. 750.000,-/bulan ).
8. Koordinator lapangan1orang
( 1.500.000 ,-/bulan )
9. Sopir dan seleksi kulit 1 orang
( Rp. 900.000,-/bulan )
10. Administrasi 1 orang
( Rp. 1.250.000,-/bulan )5) Solar (Rp. 2.500.000,-/bulan )
6) Transportasi (Rp. 3.000.000,-/bulan )7) Biaya listrik (Rp. 500.000,-/bulan )
Rp. 591.400.000,-
Rp. 31.660.000,-
Rp. 2.652.000,-
Rp. 555.000,-
Rp. 287.242.000,-
Rp. 13.447.000,-
Rp. 1.392.000,-
Rp. 170.000,-
Rp. 40.400.000,-
Rp. 11.250.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 900.000,-
Rp. 1.250.000,-
Rp. 2.500.000,-
Rp. 3.000.000,-Rp. 500.000,-
Jumlah Rp 1.218.263.000,-
Jumlah biaya perbulan Rp. 1.257.846.333,-
2. Pendapatana. Penjualan kulit pikle untuk pembuatan Sarung Tangan
= 14785 lembar (103495 sf, @Rp. 15.000 /sf ) = 103495 x 15.000 = Rp. 1.552.425.000,-
b. Jasa Penyamakan kulit mentah sampai proses pickle (@Rp. 2500 /sf )
943 lembar (6629 sf) 6629 x 2500 = Rp. 16.572.500,-
1243 lembar (8701 sf)8701 x 2500 = Rp. 21.752.500,-
1574 lembar (11018 sf)11018 x 2500 = Rp. 27.545.000,-
c. Jasa pewarnaan kulit sapi (@Rp. 1500 /sf ) 300 kg setara dengan 3000 sf
3000 x 1500 = Rp. 4.500.000,- 150 kg setara dengan 1500 sf
1500 x 1500 = Rp. 2.250.000,- 350 kg setara dengan 3500 sf
3500 x 1500 = Rp. 5.250.000,- 250 kg setara dengan 2500 sf
2500 x 1500 = Rp. 3.750.000,-d. Jasa pengecatan ulang (@Rp. 50.000 /jaket)
4 jaket 4 x 50000 =Rp. 200.000,-
6 jaket6 x 50000 =Rp. 300.000,-
5 jaket5 x 50000 =Rp. 250.000,-
e. Penjualan sisa-sisa potongan kulit samak 90 kg
= 90 kg (@Rp. 1.500,- /kg )
= 90 x 1500 = Rp. 135.000,-
Jumlah pendapatan pertahun Rp. 1.634.930.000,-
3. LabaLaba perusahaan dapat dihitung dengan mencari selisih antara jumlah pendapatan dengan jumlah biaya. Total pendapatan – Total biaya Rp. 1.634.930.000,- – Rp. 1.257.846.333,- Rp. 377.083.667,- /bulan
4. Hasil usaha1. BEP ( Break Even Point )
a. BEP Harga Total biaya : Jumlah produksi Rp. 1.257.846.333,- / 20200 lembar ( 141400 sf ) Rp 8.895,- /sf Dari hasil analisa usaha untuk harga produksi dicapai titik
impas modal bila harga Rp 8.895,- /sf, sedangkan penjualan sebesar Rp.12.500,-/sf maka memperoleh keuntungan Rp. 3.605,-/sf
b. BEP Produksi Total biaya : Harga produksi Rp. 1.257.846.333,- : Rp. 12.500,- 100627 sf /bulan Dari hasil analisa usaha untuk volume produksi dicapai titik
impas modal bila volume produksi 83856 sf /bulan, sedangkan yang diproduksi sejumlah 141400 sf sehingga perusahaan memperoleh keuntungan 40773 sf / tahun.
2. B / C Ratio (Benefit / Cost Ratio) Total pendapatan : Total biaya Rp. 1.634.930.000,- – Rp. 1.257.846.333, 1.29Dengan melihat analisa B / C maka usaha ini layak untuk diperkembangkan karena B / C > 1, berarti keuntungan 29 % /tahun.
3. ROI (Return of Investment) (Laba : Modal) X 100 % ( Rp. . 377.083.667,- : Rp. 10.000.000.000,- ) X 100% 3.77% Efisiensi penggunaan modal usaha mencapai 3.77 % sehingga
modal akan kembali setelah ( 100 : 377,148 ) X 1 tahun =26.52 tahun. sehingga modal akan kembali dalam waktu ± 26.5 bulan
IV. PENUTUP
A. KesimpulanDari hasil praktek perusahaan yang telah dilaksanakan dengan judul “
Seleksi Kulit di Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo”, telah dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 20
November 2010 dapat disimpulkan bahwa Seleksi kulit menggunakan
menggunakan dasar ukuran, kerusakan kulit dan, keutuhan kulit. Di
Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” menerima jasa penyamakan kulit
kambing domba, pewarnaan kulit, dan pengecatan ulang jaket.
Dari hasil analisa usaha Perusahaan “SARI BANTENG MULIA” tersebut bisa dikatakan layak.
B. Saran Perlu adanya pengolahan limbah, baik limbah padat maupun cair agar
tidak berdampak terhadap lingkungan sekitar
DAFTAR PUSTAKA
Gumilar, Jajang. 2010. Hubungan Antara Berat Kuilt Domba Garaman, Berat
Blotten dan Berat Wet Blue dengan Luas Kulit Jadi. Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran (dipublikasikan pada proseding Seminar Nasional
Perspektif Pengembangan Agribisnis Peternakan di Indonesia, Universitas
Jendral Sudirman )
Hoeruman, Iman. 2000. Ketebalan, Bobot Dan Luas Kulit Mentah Segar Domba
Lokal Jantan Yang Diberi Pakan Dengan Penambahan Probiotik Dan By
Pass Protein Selama Masa Penggemukan. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Jodoamidjojo, R.M. 1981b. Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Cetakan Pertama,
Penerbit Angkasa Bandung, Bandung.
Nuhriawangsa, Adi Magna Patriadi. 2003. Buku asistensi Teknik Pemotongan.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Rahmat, aidil., latif sahubawa dan iwan yusuf. 2008. Pengaruh Pengulangan
Pengapuran Dengan Kapur Tohor (Cao) Terhadap Kualitas Fisik Kulit
Pari Tersamak. Majalah kulit, karet dan, plastik volume 24
Suardana, I wayan., I Made Sudiadnyana Putra dan Rubiyanto. 2008. Kriya Kulit
Jilid 1 untuk SMK . Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Widarto. 2008. Teknik Pemesinan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat, Jakarta.