45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi dan perilaku. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu gangguan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan disfungsi dalam pekerjaan. Menurut arti dari PPDGJ III gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologik yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya (impairment) dalam fungsi psikososial. Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease). Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik 1

PPDGJ

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PPDGJ

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPsikiatri merupakancabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi dan perilaku. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu gangguan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan disfungsi dalam pekerjaan. Menurut arti dari PPDGJ III gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologik yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya (impairment) dalam fungsi psikososial. Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease).Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.B. Tujuan 1. Tujuan UmumMahsiswa memahami pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa.2. Tujuan Khusus Mahasiswa mengetahui perkembangan pedoman penggolongan gangguan jiwa Mahasiswa memahami pengertian, konsep dan diagnosis gangguan jiwa Mahasiswa mengetahui Diagnosis Multiaksial dan Klasifikasi dan Urutan Hierarki Blok gangguan jiwa

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan PPDGJ1. Bidang pelayanan nkesehatan (service clinical use) Kodefikasi penyakit/gangguan untuk statistik kesehatan Keseragaman diagnosis klinis untuk tatalaksana terapi2. Bidang pendidikan kedokteran (educasional use) Kesamaan konsep diagnosis gangguan jiwa untuk komunikasi akademik3. Bidang penelitian kesehatan (research use) Memberikan batasan dan kriteria oprasional diagnosis gangguan jiwa, yang memungkinkan perbandingan data dan analisis ilmiah. B. Perkembangan PPDGJ1. PPDGJ I Terbit tahun 1973 Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD 8 ( International Clasification of Desease -8 ) yang diterbitkan oleh WHO chapter V, nomor 290-315 (sitem numerik) Diagnosis : mono-aksial2. PPDGJ II Diterbitkan pada tahun 1983 Diagnosis multi aksial menurut DSM-III Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-9 ( sistem numerik ) Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis memakai kriteria diagnosis DSM ( The Diagnosis statistical manual of mental disorder)3. PPDGJ III Diterbitkan pada tahnun 1993 Diagnosis multi-aksial Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-10 Konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnoosis ICD-10 Diagnosis multi aksial menurut DSM-IV (APA,1994) Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) merujuk pada standard dan system pengkodean dari International Classification of Disease (ICD-10) dan system multiaksis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Berikut sedikit dijelaskan sekilas tentang DSM yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA) dan ICD yang dikeluarkan oleh WHO. DSM-I telah selesai disusun pada tahun 1952 oleh APA(American Psychiatric Association). Edisi kedua keluar pada tahun 1968, kemudaian disusul setelahnya edisi ke-13 pada tahun 1980, yang akhirnya dilakukan revisi kembali pada tahun1987(DSM-III R), dan pada tahun 1994 APA mengeluarkan lagi DSM-IV, yang akhirnya di revisi kembali manjadi DSM-IV TR(text revision) pada tahun 2000. DSM-IV dan DSM-IV TR dikeluarkan setelah melalui persetujuan dengan ICD-9 CM (clinical modification). ICD sudah digunakan lebih lama, dan pada saat ini infrastruktur ICD telah menginvestasikan dalam pengembangan sistem pengkodean komputer, case-mix, dan sistem diagnosis. Dari sumber lain berbahasa Indonesia dikatakan DSM-IV didesain untuk mendampingi ICD-10, disusun pada tahun 1992. Pada waktu itu terdapat konsensus yang kuat bahwa sistem diagnosis di USA harus sesuai dgn klasifikasi penyakit internasional (ICD-10) sedangkan ICD-10 merupakan sistem klasifikasi tertinggi yg digunakan di Eropa & negara-negara lain dii dunia.Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.

C. Pengertian Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease).Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia sedemikian rupa sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi secara normal didalam masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya sebagai insan dalam masyarakat itu (Dep Kes RI, 1997)Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu tersebut atau orang lain . ( Suliswati, 2005)D. Konsep Gangguan Jiwa 1. Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu:Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability (keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat personal).Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang terjadi pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri, disability, hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian.Definisi disabilitas ini sumbernya ICD 10. Sedangkan yang dimaksud aktivitas dalam tingkat personal adalah aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk kelangsungan hidup juga untuk perawatan diri, yaitu hal yang biasa dilakukan seperti: mandi, BAB, BAK, makan, berpakaian, dll.. Butir-butir pada konsep gangguan jiwa: Ada gejala klinis bermakna berupa: Bisa sindrom perilaku atau bisa pola perilaku tertentu. Bisa sindrom psikologis atau bisa pola psikologis tertentu. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) contohnya: nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, dll.. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas.E. Proses Diagnosis Gangguan JiwaProses diagnosis ggn jiwa mengikuti prosedur klinis yg lazim pada pemeriksaan medis yaitu meliputi langkah-langkah berikut ini :1. Anamnesis (dengan menanyakan) alasan berobat riwayat gangguan sekarang riwayat gangguan dahulu riwayat perkembangan diri latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dll2. Pemeriksaan meliputi Fisik Status mental Lab Radiologik Evaluasi psikologik3. Diagnosis Aksis I : Klinis Aksis II : Kepribadian Aksis III : Kondisi medik Aksis IV : Psiko-sosial Aksis V : Taraf fungsi 4. Terapi Farmakoterapi Psikoterapi Terapi sosial Terapi okupasional Terapi lainnya

5. Tindak lanjut Evaluasi terapi Evaluasi diagnosisDengan rumusan matemtis dapat disimpulkan bahwa :DIAGNOSIS= ANAMNESIS + PEMERIKSAAN(data subjektif) (data objektif)F. Diagnosis MultiaksialDiagnosis multi aksial terdiri dari 5 aksis:1. Aksis I:Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinisGangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu.Kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah lain yang menjadi fokus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi yang mempengaruhi kondisi medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari PPDGJ III yang dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit Dr.Rusdi Maslim:1) F00-F09:Gangguan Mental Organik (ermasuk Gangguan Mental Simtomatik)GangguanMentalOrganikadalahgangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatikadalahpengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan sensorium kesadaran, perhatian Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosiF00 Demensia pada penyakit alzeimerF00.0 demensia pada penyakit alzeimer dengan onset diniF00.1 demensia pada penyakit alzeimr dengan onset lambatF00.2 demensia pada penyakit alzeimer, tipe tak khas atau tipe campuranF00.9 demensia pada penyakit alzeimer YTTF01 Demensia vaskulerF01.0 demensia vaskuler onset akutF01.1 demensia multi infarkF01.2 demensia vaskuler subkortikalF01.3 demensia vaskuler campuran kortikal dan subkortikalF01.8 demensi vaskuler lainnyaF01.9 demensia vaskuler YTTF02 Demensia pada penyakit lain YDKF02.0 demensia pada penyakit pickF02.1 demensia pada penyakit creutzfeldt-jakobF02.2 demensia pada penyakit huntingtonF02.3 demensia pada penyakit parkinsonF02.4 demensia pada penyakit HIVF02.8 demensia pada penyakit lain YDT YDKF03 Demensia YTTKarakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03 sebagai berikut:.x0 tanpa gejala tambahan.x1 gejala lain terutama waham.x2 gejala lain terutama halusinasi.x3 gejala lain terutama depresi.x4 gejala campuran lainF04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnyaF05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnyaF05.0 delirium tak bertumpangtintid dengan demsiaF05.1 delirium bertumpangtindih dengan demensiaF05.8 delirium lainnyaF05.9 delirium YTTF06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit fisikF06.0 halusinosis organikF06.1 gangguan katatonik organikF06.2 gangguan waham organik (lir-skizoprenia)F06.3 gangguan suasana perasaan (mood afektif) organik.30 gangguan manik oranik.31 gangguan bipolar organik.32 gangguan defresif organik.33 gangguan afektif organik campuranF06.4 gangguan axietas organikF06.5 gangguan disosiatif organikF06.6 gangguan astenik organikF06.7 gangguan kognitif ringanF06.8 gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit fisikF06.9 ganggguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisikF07 Gangguan kepribadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi otakF07.0 gangguan kepribadian organikF07.1 sindrom pasca-ensefalitisF07.2 sindrom pasca-contusioF07.8 gangguan kepribadian dan prilaku organik lain akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otakF07.9 gangguan kepribadian dan prilaku organik YTT akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otakF09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTTKET: YDT= yang di tentukanYTT= yang tidak tergolongkanYDK= yang diklasifikasi di tempat lainYTK= yang tidak diklasifikasi di tempat lain 2) F10-F19:Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat PsikoaktifF10 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkoholF11 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan opioidaF12 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kanabionoidaF13 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotikaF14 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kokainF15 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafeinF16 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan halusinogenikaF17 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan tembakauF18 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguapF19 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya3) F20-F29:Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan WahamSkizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta olehefek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian.F20 SkizopreniaF20.0 Skizoprenia paranoidF20.1 Skizoprenia hibefrenikF20.2 Skizoprenia katatonikF20.3 Skizoprenia tak terinciF20.4 depresi pasca-Skizoprenia F20.5 Skizoprenia residualF20.6 Skizoprenia simpleksF20.8 Skizoprenia lainnyaF20.9 Skizoprenia YTT

F21 Gangguan skizopitalF22 Gangguan waham menetapF22.0 gangguan wahamF22.8 gangguan waham menetap lainnyaF22.9 gangguan waham menetapF23 Gangguan psikotik akut dan sementaraF23.0 gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizopreniaF23.1 gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizopreniaF23.2 gangguan psikotik lir-skizoprenia akutF23.3 gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan wahamF23.8 gangguan psikotik akut dan sementara lainnyaF23.9 gangguan psikotik akut dan sementara YTTF24 Gangguan waham induksiF25 Gangguan skizoafektifF25.0 gangguan skizoafektif tipe manikF25.1 gangguan skizoafektif tipe depresifF25.2 gangguan skizoafektif tipe campuranF25.8 gangguan skizoafektif lainnyaF25.9 gangguan skizoafektif YTTF28 Gangguan psikotik non organik lainnyaF29 Gangguan psikotik non organik YTT4) F30-F39:Gangguan Suasana Perasaan (Mood [afektif])Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu.F30 Efisode manikF30.0 hipomaniaF30.1 mania tanpa gejala psikotikF30.2 mania dengan gejala psikotikF30.8 efisode manik lainnyaF30.9 efisode manik YTTF31 Gangguan afektif bipolarF31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanikF31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotikF31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotikF31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang.30 tanpa gejala somatik.31 dengan gejala somatikF31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikomatikF31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikomatikF31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuranF31.7 gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisiF31.8 gangguan afektif bipolar lainnyaF31.9 gangguan afektif bipolar YTTF32 Episode depresifF32.0 episode depresif ringan.00 tanpa gejala somatik.01 dengan gejala somatikF32.1 episode depresif sedang.10 tanpa gejala somatik.11 dengan gejala somatikF32.2 episode depresif berat tanpa gejala somatikF32.3 episode depresif berat dengan gejala somatikF32.8 episode depresif lainnyaF32.9 episode depresif YTTF33 Gangguan depresif berulangF33.0 gangguan depresif berulang, episode kini ringan.00 tanpa gejala somatik.01 dengan gejala somatikF33.1 gangguan depresif berulang, episode kini sedang.10 tanpa gejala somatik.11 dengan gejala somatikF33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotikF33.3 gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotikF33.4 gangguan depresif berulang, episode kini dalam remisiF33.8 gangguan depresif berulang lainnyaF33.9 gangguan depresif berulang YTTF34 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap)F34.0 siklotimiaF34.1 distimiaF34.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) lainyaF34.9 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) YTTF38 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnyaF38.0 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) tunggal lainnya.00 episode afektif campuranF38.1 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) berulang lainya.10 gangguan depresi singkat berulangF38.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya YDTF39 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT5) F40-F48:Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait StresF40 Gangguan axietas fobikF40.0 agorafobia.00 tanpa gangguan panik.01 dengan gangguan panikF40.1 fobia sosialF40.2 fobia khas (terisolasi)F40.8 gangguan axietas fobik lainnya F40.9 gangguan axietas fobik YTTF41 Gangguan axietas lainnyaF41.0 gangguan panik (axietas proksimal episodik)F41.1 gangguan axietas menyeluruh F41.2 gangguan campuran axietas dan depresifF41.3 gangguan axietas campuran lainnyaF41.8 gangguan axietas lainnya YDTF41.9 gangguan axietas YTTF42 Gangguan obsesif-kompulsifF42.0 predominan pikiran obsesif atau pengulanganF42.1 predominan tindakan kompulsif (obsessional ritual)F42.2 campuran pikran dan tindaka obsesifF24.8 gangguan obsesif-kompulsif lainnyaF42.9 gangguan obsesif-kompulsif YTTF43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaianF43.0 reaksi stres akutF43.1 gangguan stres pasca trumaF43.2 gangguan penyesuaian.20 reaksi depresif singkat.21 reaksi depresif berkepanjangan.22 reaksi campuran axietas dan depresif.23 dengan predominan gangguan emosi lainnya.24 dengan predominan gangguan tingkah laku.25 dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah laku.28 dengan gejala predominan lainnya YDTF43.8 reaksi stres berat lainnyaF43.9 reaksi stres berat YTTF44 Gangguan disosiatif (konversi)F44.0 amnesia disodiatifF44.1 fugue disosiatifF44.2 stupor disosiatifF44.3 ganngaun trans dan kesurupanF44.4 gangguan motorik disosiatifF44.5 konvulsi disosiatifF44.6 anestesia dan kehilangan sensorik disosiatifF44.7 gangguan disosiatif (konversi) campuranF44.8 gangguan disosiatif (konversi) lainnya.80 sindrom ganser.81 gangguan kepribadian multipel.82 gangguan disosiatif (konversi) sementara terjadi pada masa kanak dan remaja.83 gangguan disosiatif (konversi) YDTF44.9 gangguan disosiatif (konversi) YTTF45 Gangguan somatoformF45.0 gangguan somatisasiF45.1 gangguan somatoform tak terinciF45.2 gangguan hipokondrikF45.3 disfungsi otonomik somatoform.30 jantung dan kardiovaskuler.31 saluran pencernaan bagian atas.32 saluran pencernaan bagian bawah.33 sistem pernafasan.34 sistem genitourinaria.38 sistem atau organ lainnyaF45.4 gangguan nyeri somatoform menetapF45.8 gangguan somatoform lainnyaF45.9 gangguan somatoform YTTF48 Gangguan neurotik lainnyaF48.0 neurasteniaF48.1 sindrom depresonalisasi-derealisasiF48.8 gangguan neurotik lainnya YDTF48.9 gangguan neurotik YTT6) F50-F59:Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik.F50 Gangguan makanF50.0 anoreksia nervosaF50.1 anoreksia nervosa tak khasF50.2 bulimia nervosaF50.3 bulimia nervosa tak khasF50.4 makan berlebihan yang berhubungan dengan psikologis lainnya F50.5 muntah yang berhubungan dengan psikologis lainnyaF50.8 gangguan makan lainnyaF50.9 gangguan makan YTTF51 Gangguan tidur non organikF51.0 insomnia non organnikF51.1 hipersomnia non organikF51.2 gangguan jadwal tidur jaga non organikF51.3 somnabulisme (sleep walking)F51.4 teror tidur (night terrors)F51.5 mimpi buruk (nightmares)F51.8 gangguan tidur non organik lainnyaF51.9 gangguan tidur non organik YTTF52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organikF52.0 kurang atau hilangnya nafsu seksualF52.1 penolakan dan kurangnya kenikmatan seksual .10 penolakan seksual.11 kurangnya kenikmatan seksualF52.2 kegagalan dari respon genitalF52.3 disfungsi orgasmeF52.4 ejakulasi diniF52.5 vaginismus non organikF52.6 dispareunia non organikF52.7 dorongan seksual yang berlebihanF52.8 disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan gangguan atau penyakit organikF52.9 disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan gangguan atau penyakit organikF53 Gangguan mental dan prilaku yang berhubungan dengan masa nifas YTKF53.0 gangguan mental dan prilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTKF53.1 gangguan mental dan prilaku berat yang berhubungan dengan masa nifas YTKF53.8 gangguan mental dan prilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas YTKF53.9 gangguan jiwa masa nifas YTTF54 Faktor psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDKF55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantunganF55.0 anti depresanF55.1 pencaharF55.2 analgetikaF55.3 antasidaF55.4 vitamin F55.5 steroida atau hormonF55.6 jamuF55.8 zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantunganF55.9 YTTF59 Sindrom prilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik7) F60-69: Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasaF60 Gangguan kepribadian khasF60.0 gangguan kepribadian paranoidF60.1 gangguan kepribadian skizoidF60.2 gangguan kepribadian dissosialF60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil.30 tipe impulsif.31 tipe ambangF60.4 gangguan kepribadian hestrionikF60.5 gangguan kepribadian anankastikF60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar)F60.7 gangguan kepribadian dependenF60.8 gangguan kepribadian khaslainnyaF60.9 gangguan kepribadian YTTF61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnyaF61.0 gangguan kepribadian campuranF61.1 gangguan kepribadian yang bermasalahF62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit otakF62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah menderita gangguan jiwaF62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnyaF62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTTF63 Gangguan kebiasaan dan impulsF63.0 judi patologisF63.1 bakar patologis (piromania)F63.2 curi patologis (kleptomannia)F63.3 trikotilomaniaF63.8 gangguan kebiasaan dan impuls lainnyaF63.9 gangguan kebiasaan dan impuls YTTF64 Gangguan identitas jenis kelaminF64.0 transeksualismeF64.1 transvestisme peran gandaF64.2 gangguan identitas jenis kelamin masa kanakF64.8 gangguan identitas jenis kelamin lainnyaF64.9 gangguan identitas jenis kelamin YTTF65 Gangguan preferensi seksualF65.0 fetishismeF65.1 transvestisme fetishistikF65.2 ekshibisionismeF65.3 voyeursmeF65.4 pedofiliaF65.5 sadomasokismeF65.6 gangguan preferensi seksual multipelF65.8 gangguan preferensi seksual lainnyaF65.9 gangguan preferensi seksual YTTF66 Gangguan psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan perkembangan orientasi seksualF66.0 gangguan maturitas seksualF66.1 orientasi seksual egodistonikF66.2 gangguan jalinan seksualF66.8 gangguan perkembangan psikoseksual lainnyF66.9 gangguan perkembangan psikoseksual YTTF68 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa lainnyaF68.0 elaborasi gejala fisik karena alasan psikologisF68.1 kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologis F68.8 Gangguan kepribadian dan prilaku dewasa lainnya YDTF69 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa YTT8) F70-79: Retardasi mentalF70 Retardasi mental ringanF71 Retardasi mental sedangF72 Retardasi mental beratF73 Retardasi mental sangat beratF78 Retardasi mental lainnyaF79 Retardasi mental YTT9) F80-F89: Gangguan perkembangan psikologisF80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasaF80.0 gangguan artikulasi berbicara khasF80.1 gangguan berbahsa ekspresifF80.2 gangguan berbahsa reseptifF80.3 afasia didapat dengan epilepsi F80.8 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnyaF80.9 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTTF81 Gangguan perkembangan belajar khasF81.0 gangguan membaca khasF81.1 gangguan mengeja khasF81.2 gangguan berhitung khasF81.2 gangguan belajar campuran F81.8 gangguan perkembangan belajar lainnyaF81.9 gangguan perkembangan belajar YTTF82 Gangguan perkembangan motorik khasF83 Gangguan perkembangan khas campuranF84 Gangguan perkembangan pervasifF84.0 autisme pada kanak F84.1 autisme tak khasF84.2 sindrom rettF84.3 gangguan desintegratif masa kanak lainnyaF84.4 gangguan aktivitas berlebihan yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipikF84.5 sindrom aspergerF84.8 gangguan perkembangan pervasif lainnyaF84.9 gangguan perkembangan pervasif YTTF88 Gangguan perkembangan psikologis lainnyaF89 Gangguan perkembangan psikologis YTT10) F90-F98: Gangguan prilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remajaF90 Gangguan hiperkinetikF90.0 gangguan aktivitas dan perhatian F90.1 gangguan tingkah laku hiperkinetikF90.8 gangguan hiperkinetik lainnyaF90.9 gangguan hiperkinetik YTTF91 Gangguan tingkah lakuF91.0 gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan keluargaF91.1 gangguan tingkah laku tak berkelompokF91.2 gangguan tingkah laku berkelompokF91.3 gangguan sikap menentang (membangkang)F91.8 gangguan tingkah laku lainnyaF91.9 gangguan tingkah laku YTTF92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosiF92.0 gangguan tingkah laku defresifF92.8 gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnyaF92.9 gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTTF93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanakF93.0 gangguan anxietas perpisahan masa kanakF93.1 gangguan anxietas fobik masa kanakF93.2 gangguan anxietas sosial masa kanakF93.3 gangguan persaingan antar saudaraF93.8 gangguan emosional masa kanak lainnyaF93.9 gangguan emosional masa kanak YTTF94 Gangguan funsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remajaF94.0 mutisme elektifF94.1 gangguan kelekatan reaktif masa kanakF94.2 gangguan kelekatan tak terkendali masa kanakF94.8 gangguan funsi sosial masa kanak lainnyaF94.9 gangguan funsi sosial masa kanak YTTF95 Gangguan TICF95.0 gangguan tic sementaraF95.1 gangguan tic motorik atau vokal kronikF95.2 gangguan kombinasi tic vokal dan motorik multipelF95.8 gangguan tic lainnyaF95.9 gangguan tic YTTF98 Gangguan prilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak dan remajaF98.0 enuresis non organikF98.1 enkopresis non organikF98.2 gangguan makan masa bayi dan kanakF98.3 pika masa bayi dan kanakF98.4 gangguan gerakan stereotipikF98.5 gagap (stuttering/stammering)F98.6 berbicara cepet dan tersendat (cluttering)F98.8 gangguan prilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remajaF98.9 gangguan prilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remajaF99 Gangguan mental YTTF99 gangguan mental YTT2. Aksis II: Gangguan Kepribadian, Retardasi MentalGangguan kepribadian mencakup pola perilaku maladaptif yang sangat kaku dan biasanya merusak hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial.Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, dll.1) F60Gangguan Kepribadian khasKondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.F60 Gangguan kepribadian khasF60.0 gangguan kepribadian paranoidF60.1 gangguan kepribadian skizoidF60.2 gangguan kepribadian dissosialF60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil.30 tipe impulsif.31 tipe ambangF60.4 gangguan kepribadian hestrionikF60.5 gangguan kepribadian anankastikF60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar)F60.7 gangguan kepribadian dependenF60.8 gangguan kepribadian khaslainnyaF60.9 gangguan kepribadian YTTF61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnyaF61.0 gangguan kepribadian campuranF61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah2) F70-F79Retardasi MentalKeadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainsehingga perilaku adaptif selalu ada.Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis IIR46.8 Diagnosis aksis II tertunda3. Aksis III:Kondisi Medik UmumKondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi pemahaman atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental individu.Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan penyebab gangguan yang dialami individu.

1) Bab I A00 B99Penyakit infeksi dan parasit tertentu 2) Bab II C00 D48Neoplasma3) Bab IV E00 G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik4) Bab VI G00 G99Penyakit susunan syaraf5) Bab VII H00 H59Penyakit Mata & adneksa6) Bab VIII H60 H95Penyakit telinga & Prosesus Mastoid7) Bab IX I00 I99Penyakit sistem sirkulasi8) Bab X J00 J99Penyakit sistem Pernafasan9) Bab XI K00 K93Penyakit sistem Pencernaan10) Bab XII L00 L99Penyakit kulit & jaringan subkutan11) Bab XIIIM00 M99Penyakit sistem musculoskeletal & Jar. ikat12) Bab XIV N00 N99Penyakit sistem genito-urinaria13) Bab XV O00 O99Kehamilan, kelahiran anak & masa Nifas14) Bab XVII Q00 Q99Malformasi congenital, deformasi, Kel.kr15) Bab XVIII R00 R99Gejala, tanda & temuan klinis-lab. abn16) Bab XIX S00 T98Cedera, keracunan & akibat kausa ekst17) Bab XX V01 V98Kausa eksternal dari Morb. & mort.18) Bab XXI Z00 Z99Faktor status kes. & Pelayanan kesehatan4. Aksis IV:Masalah Psikososial dan LingkunganMasalah dengan primary support group (keluarga)Masalah berkaitan dengan lingkungan sosialMasalah pendidikanMasalah pekerjaanMasalah perumahanMaslah ekonomiMasalah akses ke pelayanan kesehatanMaslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminalMasalah psikososial dan lingkungan lain5. Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global(Global Assesment of Functioning (GAF) Scale)Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien.Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebelumnya.100-91 :Gejala tidak ada,berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi90-81:Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa80-71:Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll70-61:Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik60-51:Gejala dan disabilitas sedang50-41:Gejala dan disabilitas berat40-31:Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi30-21:Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang20-11:Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi danmengurus diri10-01:Persisten dan lebih serius0:Informasi tidakadekuatG. Urutan hierarki blok diagnosisPada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya: gangguan mental organik) terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada bebrapa gangguan jiwa lainya (seperti: gagguan cemas) hananya terdapat tanda dan gejala yang sangat terbatas. Atas dasar ini dilakukan suatu urutan penyusunan blok-blok diagnosis yang berdasarkan hierarki, dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin mempunyai ciri-ciri dari gagguan yang terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapatnya hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis gejala utama. Suatu diagnosis, baru dapat dipastikan setelah kemungkinan kepastian diagnosis/diagnosis banding dalam blok diatasnya dapat ditiadakan secara pasti.Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III:I= Gangguan mental organik dan simtomatik (F00-F09).= Gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19)Ciri khas: etiologi organik/fisik jelas, primer/skunderII= Skizoprenia, gangguan skizopital dan gangguan waham (F20-F29)Ciri khas: gejala psikotik, etiologi organik tidak jelasIII= Gangguan suasana perasaan [mood/afektif] (F30-F39)Ciri khas: gejala gangguan afek (psikotik dan non psikotik)IV= Gangguan neurotik, gangguan stomatoform dan gangguan stres (F40-F48)Ciri khas: gejala non psikotik, etiologi non organikV= Sindrom prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik (F50-F59)Ciri khas: gejala disfungsi biologis, etiologi non organikVI= Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa (F60-F69)Ciri khas: gejala prilaku, etiologi non organikVII= Retardasi mental (F70-F79)Ciri khas: gejala perkembangan IQ, onset masa kanakVIII= Gangguan perkembangan psikologis (F80-F89)Ciri khas: gejala perkembangan khusus, onset masa kanakIX= Gangguan prilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja (F90-F98)Ciri khas: gejala prilaku/emosional, onset masa kanakX= Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (Kode Z)Ciri khas: tidak tergolong gagguan jiwa

H. Perbadingan Penggolongan DiagnostikNoPPDGJ-IPPDGJ-IIPPDG-III

I290 - 294Psikosa organik290 - 294Gg. Mental organik (psikotik-nonpsikotik)F00 - F09Gg. Mental organik(termasuk gg. Mental simtomatik)F10 - F29Gg. Mental dan perilaku akibat zat psikoaktif.

II295 - 299Psikosa fungsional295 - 299G.g psikotik lainnyaF20 - F29Skizofrenia,Gg. Skizopital dan Gg. WahamF30 F39Gg. Suasana Perasaan(mood / afektif)

III300 309Neurosa,Gg. Kepribadian,Gg. Jiwa nonpsikosa317Kondisi yang terkait pada KebudayaanSetempat300 316Gg. Neurotik,Gg. Kepribadian Dan gg. Mental non psikotik lainnya.307. 19 307. 92Penomena danSindrom yangBerkaitan Dengan faktor Sosial budaya di Indonesia.F40 F48Gg. NeurotikGg. Somatoform DanGg. Terkait stresF50 F59Sindrom PerilakuBerhubungan DenganGg. Fisiologis dan Faktor fisikF60 F69Gg. KepribadianDan perilakuMasa dewasa.

IV310 315Retardasi mental317 319Retardasi mentalF70 F79Retardasi mental

V308Gg. Tingkah lakuMasa anak dan Remaja307, 309, 312, 313,314, 315, dll.Gg. Yang biasanyaMulai nampakDalam masa bayi,Kanak, atauRemajaF80 F89Gg. PerkembanganPsikologisF90 F98Gg. Perilaku danEmosional Dengan onset Biasanya padaMasa kanak dan Remaja.

KODEV316 dan 138KegagalanPenyesuaian sosialTanpa gg. PsikiatrikYang nyata.Kondisi yang tidakTercantum sebagaiGangguan jiwa, Tetapi menjadi Pusat perhatianAtau terapi.Kondisi lain Yang menjadi fokus perhatiannya Klinis.

Formulir Laporan Dignosis Multiaksial

AKSIS I:Gangguan klinis Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinisNomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III

AKSIS II: Gangguan keperibadianRetardasi mentalNomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III

AKSIS III: Kondisi medik umumNomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III

AKSIS IV: Masalah psikososial dan lingkungan( )Masalah dengan primary support group (keluarga), jelaskan: ( )Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, jelaskan:( )Masalah pendidikan, jelaskan: ( )Masalah pekerjaan, jelaskan: ( )Masalah perumahan, jelaskan: ( )Maslah ekonomi, jelaskan: ( )Masalah akses ke pelayanan kesehatan, jelaskan: ( )Maslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal, jelaskan:( )Masalah psikososial dan lingkungan lain, jelaskan: AKSIS V: Skala penilaian fungsi secara globalNilai Kerangka waktu

Contoh pencatatan diagnosis multiaksial

1. Aksis IF34.1 DistemiaF81.0 Gangguan membaca khasAksis IIZ03.2 Tidak ada diagnosisAksis IIIH90.1 Otitis media, berulangAksis IVKorban penelantaran anakAksis VGAF = 53 (Mutakhir)

2. Aksis IF38.0 Gangguan afektif tunggal (depresi) disebabkan hipotiroidAksis IIZ03.2 Tidak ada diagnosisGambaran kepribadian histrionikAksis IIIE02.0 HipotiroidAksis IVTidak ada (none)Aksis VGAF = 45 (Pada saat masuk RS)GAF = 65 (Pada saat pemulangan)

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease).1. Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu:Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability (keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat personal).Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang terjadi pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri, disability, hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian.2. Diagnosis Multi AksialTerdiri atas 5 Aksis Aksis I: - Gg. Klinis - Kondisi lain yg menjadi fokus perhatian Aksis II: - Gg Kepribadian - Retardasi Mental Aksis III: - Kondisi Medik Umum Aksis IV: - Masalah Psikososial & lingkungan Aksis V: - Penilaian fungsi secara globalB. Saran Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1983), Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, JakartaDepartemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa ,JakartaDepartemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993. Fakultas Kedokteran, Jakarta.Hawari Dadang, dr (2001), Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Hurlock, Elisabeth, (1998), Psikologi Perkembangan, Jakarta, ErlanggaKelliat Budi Anna, Dr, (1998), Peranan Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Maslim, Rusdi (2001) Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. PT Nuh Jaya. Jakartahttp://masarie.wordpress.com/tag/gangguan-jiwa/2008 diaksese pada tanggal 07 mei 2013 jam 20:00 WITA

31