37
Leptospirosis Kode ICD X : A27.9 1. Pengertian 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding 7. Pemeriksaan Penunjang 8. Tata Laksana 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator 15. Kepustakaan

Ppk Pkm Kediri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

okdcoaskljaslkfndmklanfcm,as nc,mnadsmc am,c m, ncm, dcv,msndmnc mdnsc

Citation preview

Page 1: Ppk Pkm Kediri

Leptospirosis Kode ICD X : A27.9

1. Pengertian

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Tata Laksana

9. Edukasi

10. Prognosis

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator

15. Kepustakaan

Page 2: Ppk Pkm Kediri

Leptospirosis Kode ICD X : A27.9

1. Pengertian Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia disebabkanoleh mikroorganisme Leptospira interogans dan memiliki manifestasi klinisyang luas. Spektrum klinis mulai dari infeksi yang tidak jelas sampaifulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat muncul sepertiinfluenza dengan sakit kepala dan myalgia. Tikus, adalah reservoir yang utamadan kejadian leptospirosis lebih

banyak ditemukan pada musim hujan

Fakto risiko: -

2. Anamnesis Demam disertai menggigil, sakit kepala, anoreksia, mialgia yang hebat padabetis, paha dan pinggang disertai nyeri tekan. Mual, muntah, diare dan nyeriabdomen, fotofobia, penurunan

kesadaran

3. Pemeriksaan Fisik Febris, Ikterus, Nyeri tekan pada otot, Ruam kulit, Limfadenopati,Hepatomegali, Splenomegali, Edema, Bradikardi relatif, Konjungtiva suffusion,Gangguan perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis dan perdarahangusi, kaku kuduk sebagai tanda

meningitis

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan darah rutin, dan

pemeriksaan urin rutin

5. Diagnosis Kerja Diagnosis dapat ditegakkan pada

Page 3: Ppk Pkm Kediri

pasien dengan demam tiba-tiba, menggigilterdapat tanda konjungtiva suffusion, sakit kepala, myalgia ikterus dan nyeritekan pada otot. Kemungkina tersebut meningkat jika ada riwayat bekerjaatau terpapr dengan lingkungan yang

terkontaminasi dengan kencing tikus.

6. Diagnosis Banding a. Demam dengue,b. Malaria,c. Hepatitis virus,d. Penyakit rickettsia.

7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin

b. Pemeriksaan laboratorium urin rutin

8. Tata Laksana a. Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi danmengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi,perdarahan dan gagal ginjalsangat penting pada leptospirosis.b. Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin. Pada kasus-kasusringan dapat diberikan antibiotika oral seperti doksisiklin, ampisilin ,amoksisilin atau erytromicin. Pada kasus leptospirosis berat diberikandosis tinggi penicillin injeksi.

9. Edukasi a. Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit,karena banyaknya hospes perantara dan jenis serotype. Bagi merekayang mempunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harusdiberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapatmelindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telahterkontaminasi dengan kemih

Page 4: Ppk Pkm Kediri

binatang reservoir.b. Keluarga harus melakukan pencegahan leptospirosis denganmenyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar daritikus, mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan, mencuci tangan,kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja disawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yangtercemar lainnya.

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Otitis Externa, Unspecified Kode ICD X : H60.9

1. Pengertian Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkanoleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai padadaerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dankering.

2. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila dauntelinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien denganotomikosis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasapenuh pada liang telinga.

Faktor Risiko

Page 5: Ppk Pkm Kediri

a. Lingkungan yang panas dan lembabb. Berenangc. Membersihkan telinga secara berlebihan, seperti dengan cotton budataupun benda lainnya

d. Kebiasaan memasukkan air ke

dalam telinga

e. Penyakit sistemik diabetes

3. Pemeriksaan Fisik a. Nyeri tekan pada tragusb. Nyeri tarik daun telingac. Kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyerid. Pada pemeriksaan liang telinga:1. Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisulserta liang telinga sempit;2. Pada otitis eksterna difusa liang telinga sempit, kulit liang telingaterlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas serta sekretyang sedikit.3. Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas denganwarna yang bervariasi (putih kekuningan)4. Pada herpes zoster otikus tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liangtelinga.e. Pada pemeriksaan

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, danpemeriksaan penunjang.

5. Diagnosis Kerja Rasa sakit pada telinga, rasa penuh pada

telinga

6. Diagnosis Banding a. Otitis eksternanekrotikb. Perikondritis yang berulangc. Kondritisd. Dermatitis, seperti psoriasis dan

dermatitis seboroika.

Page 6: Ppk Pkm Kediri

7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan sediaan langsung jamur

dengan KOH untuk otomikosis

8. Tata Laksana a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas denganberhati-hati.b. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidakmengorek telinga.c. Farmakologi:1. Topikal• Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikansalep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixinB atau basitrasin.• Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan tampon yangmengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontakyang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Pilihanantibiotika yang dipakai adalah campuran polimiksin B, neomisin,hidrokortison dan anestesi topikal.• Pada otomikosis dilakukan pembersihan liang telinga dari plakjamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga dengan larutanasam asetat 2% dalam alkohol 70% setiap hari selama 2 minggu.Irigasi ringan ini harus diikuti dengan pengeringan. Tetes telingasiap beli dapat digunakan seperti asetat-nonakueous 2% dan mkresilasetat.2. Oral sistemik• Antibiotika sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yangcukup berat.• Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan.• Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan tatalaksanaHerpes Zoster.

Page 7: Ppk Pkm Kediri

3. Bila otitis eksterna sudah terjadi abses, diaspirasi secara steril untukmengeluarkan nanah.

9. Edukasi a. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau lainnya.b. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang.c. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agardalam kondisi kering dan tidak

lembab.

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Page 8: Ppk Pkm Kediri

Otitis Media Akut Kode ICD X : H66.0

1. Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosatelinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yangterjadi dalam waktu kurang dari 3

minggu.

Faktor risiko:

a. Bayi dan anakb. Infeksi saluran napas berulangc. Bayi yang tidak mendapatkan ASI

Eksklusif

2. Anamnesis KeluhanPasien datang dengan keluhan yang bergantung pada stadium OMA yangterjadi.Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan demamserta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tibatibamenjerit waktu tidur, bila demam tinggi sering diikuti diare dan kejangkejang.Kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Pada stadiumsupurasi pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekretmengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pulagangguan pendengaran dan rasa

penuh dalam telinga.

3. Pemeriksaan Fisik a. Dapat ditemukan demam

Page 9: Ppk Pkm Kediri

b. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani:1. Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat gambaran retraksimembran timpani, warna membran timpani suram dengan reflexcahaya tidak terlihat.2. Pada stadium hiperemis membran timpani tampak hiperemis sertaedema.3. Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke arah luar(bulging) berwarna kekuningan.4. Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan nanahkeluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.5. Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap utuh, makaperlahan-lahan akan normal kembali.Bila telah terjadi perforasi,maka sekret akan berkurang dan mengering.c. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih besardapat ditemukan tuli konduktif

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Otitis Media Akut:a. Stadium oklusi tuba EustachiusAdanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanannegatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.Membran timpani terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang.Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulitdibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus ataualergi.

Page 10: Ppk Pkm Kediri

b. Stadium HiperemisTampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehinggamembran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang terbentukmungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.c. Stadium SupurasiEdema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitelsuperfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpaniyang menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telingaluar. Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat. Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) padastadium ini, kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dankeluar nanah ke liang telinga luar. Dan bila ruptur, maka lubang tempatruptur (perforasi) kadang tidak menutup kembali terutama pada anakusia lebih dari 12 tahun atau dewasa.d. Stadium PerforasiKarena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atauvirulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membrantimpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telingaluar.e. Stadium Resolusi

6. Diagnosis Banding a. Otitis media serosa akutb. Otitis eksterna

7. Pemeriksaan Penunjang -

8. Tata Laksana a. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh

Page 11: Ppk Pkm Kediri

b. Pemberian farmakoterapi dengani:1. Topikal• Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membukakembali tuba eustachius. Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%(atau oksimetazolin 0,025%) diberikan dalam larutan fisiologikuntuk anak kurang dari 12 tahun dan HCl efedrin 1% (atauoksimetazolin 0,05%) dalam larutan fisiologik untuk anak yangberumur lebih dari 12 tahun atau dewasa.• Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3%selama 3-5 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang tidakototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu.2. Oral sistemik• Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi.• Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak.• Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialahpenisilin atau eritromisin, selama 10-14 hari:a) Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 xsehari ataub) Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 xsehari atauc) Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 xseharid) Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi denganasam klavulanat atau sefalosporin.

Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan)dan pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan:

Page 12: Ppk Pkm Kediri

a) Amoxyciline: Dewasa 3x500 mg/hari. Pada bayi/anak50mg/kgBB/hari; ataub) Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosisamoxyciline;atauc) Cotrimoxazole: (kombinasi trimethroprim 80 mg dansulfamethoxazole 400 mg tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, anak(trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg) suspensi2x5 ml.d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasiamoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari. Padabayi/anak, dosis disesuaikan dengan

BB dan usia.

9. Edukasi a. Memberitahu keluarga bahwa pengobatan harus adekuat agar membrantimpani dapat kembali normal.b. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran napas atas(ISPA) pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA denganpengobatanadekuat.c. Memberitahu keluarga untuk menganjurkan pemberian ASI minimalenam bulan sampai dengan 2 tahun.d. Menghindarkan pajanan terhadap

lingkungan merokok dan lain-lain.

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Page 13: Ppk Pkm Kediri

Serumen Prop Kode ICD X : H61.2

1. Pengertian Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yangterlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liangtelinga. Bila serumen ini berlebihan maka dapat membentuk gumpalan yangmenumpuk di liang telinga, dikenal

dengan serumen prop.

2. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan pendengaran yang berkurang disertai rasapenuh pada telinga.Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga menyebabkanrasa penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif). Terutama bilatelinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen mengembangsehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakindirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien mengeluhkan adanya vertigoatau tinitus. Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekandinding liang telinga.Faktor Risikoa. Dermatitis kronik liang telinga luarb. Liang telinga sempitc. Produksi serumen banyak dan keringd. Adanya benda asing di liang telingae. Kebiasaan mengorek telinga

3. Pemeriksaan Fisik a. Otoskopi: dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh material

Page 14: Ppk Pkm Kediri

berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumendapat bervariasi.b. Pada pemeriksaan penala dapat ditemukan tuli konduktif akibatsumbatan serumen.

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Pendengaran yang berkurang disertai rasapenuh pada telinga

6. Diagnosis Banding Benda asing di liang telinga

7. Pemeriksaan Penunjang -

8. Tata Laksana 1. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkanpada pelilit kapas.2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabiladengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumenharus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10%selama 3 hari.3. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telingasehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpanisewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi)air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.4. Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untukmelakukan evaluasi membran timpani, otitis eksterna, oklusiserumen dan bagian dari terapi tuli konduktif. Kontraindikasidilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani. Bilaterdapat keluhan tinitus, serumen yang sangat keras dan pasien yang

Page 15: Ppk Pkm Kediri

tidak kooperatif merupakan

kontraindikasi dari suction.

9. Edukasi a. Memberitahu pasien dan keluarga untuk tidak mengorek telinga baikdengan cotton bud atau lainnya.b. Memberitahu keluarga dan pasien untuk menghindari memasukkan airatau apapun ke dalam telinga

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Benda asing di hidung Kode ICD X : T17.1

1. Pengertian Benda asing di hidung ialah benda yang berasal dari luar tubuh (eksogen) ataudari dalam tubuh (endogen), yang dalam keadaan normal tidak ada dalamhidung. Benda asing di hidung

biasanya merupakan benda asing

eksogen.

2. Anamnesis Hidung tersumbat yang terjadi dengan segera setelah memasukkan sesuatu kedalam hidung.Faktor RisikoFaktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam hidungantara lain:a. Faktor umur (biasanya pada anak di bawah 12 tahun)b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur,

Page 16: Ppk Pkm Kediri

kesadaranmenurun, alkoholisme, epilepsi)c. Faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis)d. Ukuran, bentuk, serta sifat benda asinge. Faktor kecerobohan (meletakkan

benda asing di hidung)

3. Pemeriksaan Fisik Tanda patognomonisPada pemeriksaan rongga hidung dengan bantuan spekulum hidung danlampu kepala, ditemukan adanya

benda asing.

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding -

7. Pemeriksaan Penunjang -

8. Tata Laksana a. Edukasi untuk pencegahanMemperingatkan pasien (biasanya anak-anak), agar tidak memasukkansesuatu ke dalam hidung.b. TindakanKeluarkan benda asing dari dalam hidung dengan memakai pengait(hook) tumpul yang dimasukkan ke dalam hidung di bagian atas,menyusuri atap kavum nasi sampai melewati benda asing. Lalu pengaitditurunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asingakan ikut terbawa keluar. Dapat pula menggunakan cunam Nortmanatau wire loop.c. Farmakoterapi1. Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan bilaterjadi laserasi mukosa hidung.2. Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada

Page 17: Ppk Pkm Kediri

kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidungmaupun sinus.

9. Edukasi Kasus benda asing di hidung seringkali terjadi pada anak-anak, karena anakanaksecara naluriah memasukkan segala sesuatu ke hidung maupun mulut.Maka orang tua perlu meningkatkan

pengawasan terhadap anak-anak,

serta lebih berhati-hati jika

meletakkan sesuatu agar tidak

mudah dijangkau anakanak.

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Angina Pektoris Kode ICD X : I20.9

1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.

2. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat seperti ditimpa beban yang sangat berat.Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang mempunyai cirikhas sebagai berikut:a. Letak

Page 18: Ppk Pkm Kediri

Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum atau di bawahsternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadangmenjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher,atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lainseperti di daerah epigastrium, leher, rahang, gigi, bahu.b. KualitasPada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atauseperti diperas atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluhperasaan tidak enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskandengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.c. Hubungan dengan aktivitasNyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukanaktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedangberjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitasringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang,emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segerahilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapattimbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.d. Lamanya seranganLamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadangkadangperasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang.Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasienmendapat serangan infark miokard

Page 19: Ppk Pkm Kediri

akut dan bukan angina pektorisbiasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesaknapas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringatdingin.e. Nyeri dada bisa disertai keringat dingin , mual, muntah, sesak danpucat.Faktor RisikoFaktor risiko yang tidak dapat diubah:a. UsiaRisiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun(umumnya setelah menopause)b. Jenis kelaminMorbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kalilebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal initerbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setaradengan laki-laki pada wanita setelah masa menopause.c. Riwayat keluargaRiwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami penyakit jantungkoroner sebelum usia 70 tahun merupakan faktor risiko terjadinya PJK.

Faktor risiko yang dapat diubah:a. Mayor1. Peningkatan lipid serum2. Hipertensi3. Merokok4. Konsumsi alkohol5. Diabetes Melitus6. Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalorib. Minor1. Aktivitas fisik kurang2. Stress psikologik

Page 20: Ppk Pkm Kediri

3. Tipe kepribadian

3. Pemeriksaan Fisik a. Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Walau jarang padaauskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmursistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun,menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.b. Dapat ditemukan pembesaran

jantung.

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, danpenunjang.

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding a. Gastroesofageal Refluks Disease (GERD)b. Gastritis Akut

7. Pemeriksaan Penunjang EKG, Foto toraks

8. Tata Laksana Modifikasi gaya hidup:a. mengontrol emosi dan mengurangi kerja yang berat dimanamembutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnyab. mengurangi konsumsi makanan berlemakc. menghentikan konsumsi rokok dan alkohold. menjaga berat badan ideale. mengatur pola makanf. melakukan olah raga ringan secara teraturg. jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetessecara teraturh. melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid.i. Mengontrol tekanan darah.

Terapi farmakologi:a. Nitrat dikombinasikan dengan β-

Page 21: Ppk Pkm Kediri

blocker atau Calcium Channel Blocker(CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan heart rate (misalnyaverapamil, diltiazem). Pemberian dosis pada serangan akut :1. Nitrat 10 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 10 mg peroralsampai mendapat pelayanan rawat lanjutan di Pelayanan sekunder.2. Beta bloker:• Propanolol 20-80 mg dalamdosis terbagi atau• Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam.3. Calcium Channel Blocker (CCB)Dipakai bila Beta Blocker merupakan kontraindikasi.• Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari)• Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali sehari)

b. Antipletelet:Aspirin 160-320 mg sekali minum

pada akut. c. Oksigen dimulai

2l/menit

9. Edukasi a. Mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat dimana membutuhkanbanyak oksigen dalam aktivitasnya.b. Melakukan pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi makananberlemak, menghentikan konsumsi rokok dan alkohol, menjaga beratbadan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga ringan secarateratur.

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Page 22: Ppk Pkm Kediri

Infark Miokard Kode ICD X : I21.9

1. Pengertian Infark miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis ototjantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplaioksigen dan kebutuhan miokardium. Ini biasanya merupakan hasil dariruptur plak dengan trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkankekurangan suplai darah ke

miokardium.

2. Anamnesis Keluhana. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda berat.b. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium.Penjalaran ke tangan kiri lebih sering terjadi.c. Disertai gejala tambahan berupa sesak, mual muntah, nyeriepigastrium, keringat dingin, dan

anxietas.

Faktor RisikoYang tidak dapat diubah:a. UsiaRisiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun(umumnya setelah menopause).b. Jenis kelaminMorbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kalilebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan denganestrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal initerbukti insidensi PJK meningkat

Page 23: Ppk Pkm Kediri

dengan cepat dan akhirnya setaradengan laki-laki pada wanita setelah masa menopause.c. Riwayat keluargaRiwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami penyakit jantungkoroner sebelum usia 70 tahun merupakan faktor risiko terjadinya PJK.Yang dapat diubah:a. Mayor1. Peningkatan lipid serum2. Hipertensi3. Merokok4. Konsumsi alkohol5. Diabetes Melitus6. Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol dan kalorib. Minor1. Aktivitas fisik kurang2. Stress psikologik3. Tipe kepribadian

3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan FisikPemeriksaan tanda sering tidak membantu diagnosisa. Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucatb. Hipertensi/hipotensic. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3d. Ronki basah disertai peningkatan vena jugularis dapat ditemukan padaAMI yang disertai edema parue. Sering ditemukan aritmia

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasar

anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang.

5. Diagnosis Kerja Kriteria diagnosis pasti jika terdapat 2 dari 3 hal di bawah ini:a. Klinis : nyeri dada khas angina.b. EKG : ST elevasi atau ST depresi atau T inverted.c. Laboratorium : peningkatan enzim

Page 24: Ppk Pkm Kediri

jantung.

6. Diagnosis Banding a. Angina pectoris prinzmetalb. Unstable angina pectorisc. Ansietasd. Diseksi aortae. Dispepsiaf. Miokarditisg. Pneumothoraksh. Emboli paru

7. Pemeriksaan Penunjang EKG, Pemeriksaan Laboratorium (dilakukan di layanan rujukan)

8. Tata Laksana a. Tata Laksana: Segera rujuk setelah pemberian MONACO:M : Morfin, 2,5-5 mg IV

O : Oksigen 2-4 L/mN : Nitrat, bisa diberikan nitrogliserin infus dengan dosis mulai dari5mcg/m (titrasi) atau ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kaliA : Aspirin, dosis awal 160-320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan1 x 160 mgCO : Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg, dilanjutkan dosispemeliharaan 1 x 75 mgDirujuk dengan terpasang line infus dan oksigenb. Modifikasi gaya hidup:Modifikasi gaya hidup dalam hal pola makan, olah raga/aktivitas fisik,menghentikan rokok, pengendalian stres, untuk menurunkan risikopredisposisi.c. Pengobatan Biomedis (dilakukan di layanan rujukan):1. Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 jam IV tiap 4-6 jam2. Streptokinase/trombolisis3. PCI (Percutaneous coronary

intervention)

9. Edukasi Edukasi untuk mengendalikan faktor risiko, teratur kontrol ke dokter untukterapi lanjutan.

Page 25: Ppk Pkm Kediri

10. Prognosis Dubia ad Bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Takikardia Kode ICD X : R00.0

Supraventrikular takikardia Kode ICD X : I47.1, Ventrikuler takikardia Kode

ICD X : I47.2

1. Pengertian Takikardi adalah suatu kondisi dimana denyut jantung istirahat seseorangsecara abnormal lebih dari 100 kali per menit. Sedangkan SupraventikularTakikardi (SVT) adalah takikardi yang berasal dari sumber di atas ventrikel(atrium), dengan ciri gelombang QRS sempit(< 0,12ms) dan frekuensi lebih dari150 kali per menit.Ventrikular Takikardi (VT) adalah takikardi yang berasal dari ventrikel,dengan ciri gelombang QRS lebar (> 0,12ms) dan frekuensi biasanya lebih dari150 kali per menit. VT ini bisa menimbulkan gangguan hemodinamik yangsegera memerlukan tindakan

resusitasi.

2. Anamnesis KeluhanGejala utama meliputi:a. Palpitasib. Sesak napasc. Mudah lelahd. Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada

Page 26: Ppk Pkm Kediri

e. Denyut jantung istirahat lebih dari 100bpmf. Penurunan tekanan darah dapat terjadi pada kondisi yang tidak stabilg. Pusingh. Sinkopi. Berkeringatj. Penurunan kesadaran bila terjadi gangguan hemodinamik

Faktor Risikoa. Penyakit Jantung Koronerb. Kelainan Jantungc. Stress dan gangguan kecemasand. Gangguan elektrolit

Faktor Predisposisia. Penyakit yang menyebabkan gangguan elektrolit seperti diareb. Sindrom koroner akutc. Gangguan cemas yang berlebih pada SVTd. Aritmia

3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik Patognomonisa. Denyut jantung melebihi 100 kali per menit dan bisa menjadi sangatcepat dengan frekuensi > 150 kali per menit pada keadaan SVT dan VTb. Takipneac. Hipotensi

d. Sering disertai gelisah hingga

penurunan kesadaran pada kondisi

yang tidak stabil.

4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, danpenunjang.

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding -

7. Pemeriksaan Penunjang EKG :a. SVT: kompleks QRS sempit (< 0,12ms) dengan frekuensi > 150 kali per

Page 27: Ppk Pkm Kediri

menit. Gelombang P bisa ada atau terkubur dalam kompleks QRS.b. VT: terdapat kompleks QRS lebar ( > 0,12ms), tiga kali atau lebih secaraberurutan. Frekuensi nadi biasanya >

150 kali per menit

8. Tata Laksana a. Tata Laksana:Keadaan ini merupakan keadaan yang mengancam jiwa terutama biladisertai hemodinamik yang tidak stabil. Bila hemodinamik tidak stabil(Tekanan Darah Sistolik < 90 mmHg) dengan nadi melemah, apalagidisertai penurunan kesadaran bahkan pasien menjadi tidak responsifharus dilakukan kardioversi baik dengan obat maupun elektrik. Kondisiini harus segera dirujuk dengan terpasang infus dan resusitasi jantungparu bila tidak responsif. Oksigen diberikan dengan sungkup O2 10-15lpm. Pada kondisi stabil, SVT dapat diatasi dengan dilakukan vagalmanuver (memijat A. Karotis atau bola mata selama 10-15 menit). Bilatidak respon, dilanjutkan dengan pemberian adenosin 6 mg bolus cepat.Bila tidak respon boleh diulang dengan 12 mg sebanyak dua kali. Bilatidak respon atau adenosin tidak tersedia, segera rujuk ke layanansekunder. Pada VT, segera rujuk dengan terpasang infus dan oksigen O2

nasal 4 l/m.b. Modifikasi gaya hidup:1. Mencegah faktor risiko2. Modifikasi aktifitas fisik, asupan makanan, dan mengelola timbulnya

Page 28: Ppk Pkm Kediri

gejala.

9. Edukasi Edukasi kepada keluarga bahwa keadaan ini merupakan keadaan yangmengancam jiwa. Persetujuan keluarga perlu dilakukan karena membutuhkan penanganan yang cepat sampai ke tempat rujukan.

10. Prognosis Dubia ad Malam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat Rekomendasi -

13. Penelaah Kritis -

14. Indikator -

15. Kepustakaan PERMENKES No.5 TAHUN 2014