20
KELOMPOK 4 PEMERIKSAAN LENGKAP TRAUMATIK INJURY

Ppt Pemeriksaan Lengkap Traumatik Unjury Kel.4 Genap Fkg Baiturrahmah 2012

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bj

Citation preview

KELOMPOK 4

PEMERIKSAAN LENGKAP TRAUMATIK INJURY

1. PENGERTIAN

•   Traumatik injuri pada gigi dan struktur pendukung adalah suatu keadaan yang ditimbulkan sebagai keadaan darurat.

2. FAKTOR ETIOLOGI

Ellis dan Davey membagi penyebab trauma menjadi dua yaitu :

• Langsung– Yaitu gigi secara langsung

terkena benda penyebab trauma.

• Tidak langsung– Gigi secara tidak langsung

terkena benda penyebab trauma, misalnya trauma mengenai rahang bawah yang kemudian menyebabkan kerusakan gigi di rahang bawah.

3. KLASIFIKASI

Klasifikasi Ellis & Davey• Kelas I• Kelas II • Kelas III • Kelas IV• Kelas V • Kelas VI • Kelas VII• Kelas VIII • Kelas IX

4. PEMERIKSAAN KLINIS

• Dalam perawatan fraktur akibat trauma diperlukan pemeriksaan klinis termasuk intra oral dan ektra oral. Pada pemeriksaan klinis anamnese baik pada anak dan pada orang tuanya dapat membantu dalam menegakan diagnosis. Beberapa anamnese yang diperlukan adalah:– Medical history:– Dental history:

• pemeriksaan intraoral– Luka jaringan lunak

• Pemeriksaan muka, bibir, gingiva. Dengan melihat perubahan padajaringan lunak seperti wama, textur, ulcerasi, udcm dsb

• Adanya fragmen atau debris yang masuk ke dalam jaringan diperlukan pemeriksaan yang teliti, seperti perdarahan yang tidak behenti-henti pada jaringan lunak yang kena injuri. Fragmen atau debris perlu diambil guna penyembuhan jaringan yang luka

• Pembersihan jaringan sekitar luka dipakai : saline, yod • Penentuan rencana perawatan luka jaringan lunak akibat

trauma. Seperti perlu tidaknya jahitan, untuk mengatasi perdarahan yang terjadi

– Luka pada jaringan keras gigi dan prosesus alveolaris: • Fraktur mahkota atau dan fraktur akar. Pemeriksaan perlu bantuan rontgen foto

untuk melihat kerusakan struktur gigi • Posisi gigi termasuk konkusi, Iuksasi, perpindahan tempat, avulse • Dicatat besarnya mobilitas baik secara vertical atau horizontal. Khusus pada gigi

permanen muda dan gigi desidul • Dicatat pulpa terbuka atau tidak • Periksa ggi didekatnya dan gigi antagonisnya, untuk melihat ada/tidaknya

abnormalitas oklusi. • Reaksi gigi terhadap perkusi. Alat yang digunakan dapat memakai tangkai kaca

mulut secara perlahan-lahan kearah pertikal atau horizontal. Rasa sakit pada perkusi menunjukkan kerusakan pada ligament-periodontal

• Warna gigi. Adanya sedikit perubahan warna mahkota setelah mendapat injuri khusus diperhatikan dibagian permukaan palatinal sepertiga mahkota daerah gingiva

– Pemeriksaan rontgen foto • Anak di bawah 2 tahun sering kesulitan untuk

dilakukan pemeriksaan radiografi, disebabkan adanya rasa takut atau tidak ada kerjasama yang baik antara pasien dan operator. Dalam pembuatan rontgenografi anak tersebut perlu kehadiran orang tuanya.

– Penilaian Kesehatan Pulpa• Sangat penting sebagai dasar untuk mengetahui

status pulpa. Biasanya respon awal pulpa pada saat kejadian mungkin tidak akurat, namun sangat penting untuk mencatat hasil status pulpa sebagai perbandingan. Anak-anak kecil sering sulit membedakan antara sentuhan alat penguji status pulpa dengan rangsangan yang sebenarnya dari pulpa dan pemeriksa harus berhati-hati terhadap hasil yang salah/meragukan.

– Diagnosis • Dengan mengkombinasikan beberapa informasi

dan pemeriksaan klinis dan rontgenologis, maka diagnosis dan klasifikasi injuri dapat dilakukan. Pada gigi desidul kasus traumatik injuri banyak adalah perpindahan tempat atau ekstrusi atau intrusi.

5. PERAWATAN

• Perawatan gigi sulung– Klas I Menghaluskan, penambalan– Klas II Penambalan, pulp caping– Klas III Terapi pulpa, pencabutan– Klas IV Terapi pulpa, pencabutan– Klas V Tidak dirawat (observasi)– Klas VI Pencabutan– Klas VII Intrusi : Re-erupsi, reposisi, pencabutan

• Ekstrusi : Reposisi, pencabutan• Luksasi : Reposisi, pencabutan

– Klas VIII Mahkota dicabut,akar dibiarkan resorpsi

– Perawatan gigi permanen muda• Pada fraktur klasi I adalah kerusakan gigi pada email. Kebanyakan

pada trauma yang baru disertai dengan luksasi dan sebagai restorasinya dikerjakan dengan sistem etsa dan resin komposit, disertai dengan mengembalikan posisi dan splinting pada gigi yang goyah

• Pada fraktur klas II adalah kerusakan gigi pada email dan dentin, kalau disertai dengan /luksasi maka perawatan disertai dengan splinting. Untuk restorasi mahkota dikerjakan:

– Perlindungan pulpa kalsium hidroksit,

– Restorasi komposit dengan etsa dan

– Kontrol vitalitas 6-8 minggu

• Pada fraktur klas III adalah kerusakan gigi dengan pulpa terbuka. Untuk perawatannya dikerjakan:

– Perawatan pulpotomi (yang baik jika perawatan pulpa dilakukan 1-2 hari setelah mendapatkan trauma) prognosa. Hasil yang diharapkan pulpa tetap hidup

– Perawatan pulpektomi (bila vitalitas gigi tidak dapat dipertahankan). Bagi ujung akar masih ternuka dilakukan dengan perawatan apeksifikasi lebih dahulu.

– Jika ada mobilitas dilakukan splinting

• Pada fraktur klas IV adalah gigi non vital dengan tanpa hilangnya struktur mahkota. Perawatannya gigi tersebut adalah: – Dilakukan pulpektomi, dan untuk estetika perlu perawatan – Bleaching jika ada perubahan wama mahkota gigi

• Pada fraktur klas V adalah hilangnya gigi atau lepasanya gigi dan soket dan perawatannya dilakukan replantasi. – Prognosa baik jika perawatannya dilakukan setelah ± V2 jam

lepasnya gigi dan soket • Pada fraktur klas VI adalah fraktur yang terjadi pada akar gigi baik

yang 1/3 dari ujung akar, bagian tengah-tengah akar atau 1/3 – Dilakukan splinting (fraktur akar 1/3 dan apikal) – Pada fraktur akar 1/3 dan gingiva dilakukan pencabutan

• Pada fraktur klas VII adalah gigi mengalami perubahan tempat dan sebagai perawatannya adalah: – Dikembalikan kemudian splinting. Untuk ini perlu evaluasi

vitalitas gigi 1 bulan, 3 bulan sampai I tahun • Pada fraktur klas VIII adalah fraktur akar miring pada mahkota

sampai akar– Dilakukan pencabutan gigi