prakerin anggrek

  • Upload
    jk

  • View
    880

  • Download
    27

Embed Size (px)

Citation preview

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK DI BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS SEGUNUNG, KABUPATEN CIANJUR

Laporan Praktik Kerja Industri

Disusun oleh : M. Ali Mudin Tatang Yusup

PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TANAMAN SMK NEGERI 2 CILAKU CIANJUR, JAWA BARAT 2011

i

HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH SMK N 2 CILAKU Teknik Budidaya Anggrek di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, Kabupaten Cianjur Oleh: M. Ali Mudin Tatang Yusup

Telah Disahkan Pada Tanggal: Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Komisi Pembimbing

Ketua Program Keahlian

Pembimbing I

Ir. Herliny 196651202.199303.2.003 Cianjur, Januari 2011 Kepala Sekolah

Chonaini Agustiningwati 1960081019993032001

Ir. Dede Sunaryat, M. Pd. NIP. 19640713.198703.1.006

ii

HALAMAN PENGESAHAN INSTITUSI BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS Teknik Budidaya Anggrek di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, Kabupaten Cianjur Oleh: M. Ali Mudin Tatang Yusup

Telah Disahkan Pada Tanggal: Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Komisi Pembimbing

Kepala KebunPercobaan Segunung,

Pembimbing Lapang,

Suhardi NIP. 19610105.199002.1.001

Suparmin NIP.

Cianjur, Januari 2011 a/n Kepala Balai, Kepala Bagian Jasa Penelitian

A. Saepulah, SP. NIP. 19611104.198903.1.003

iii

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini. Tema yang ditentukan dalam Prakerin yang dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sejak Oktober s/d. Desember 2010 ini ialah Budidaya Tanaman Hias, dan penulis memilih judul Teknik Budidaya Anggrek di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung. Ucapan dan rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Muchdar Soedarjo, MSc. selaku Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias yang telah memberikan izin Prakerin, Bapak Ir. Dede Sunaryat, MPd. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur, Ibu Ir. Herliny selaku Ketua Kompetensi Keahlian, Ibu Chonaini Agustiningwati selaku Pembimbing Prakerin Sekolah, Bapak A. Saepulah, SP., selaku Kepala Seksi Jasa Penelitian Tanaman Hias Balithi, Bapak Suhardi selaku Kepala Kebun Balithi, serta Bapak Suparmin sebagai Pembimbing Lapangan. Selain itu, rasa hormat penulis sampaikan kepada Staf dan Karyawan Balithi, Staf dan Karyawan SMK Negeri 2 Cilaku yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan praktek dan penyusunan laporan Prakerin ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, serta seluruh anggota keluarga atas doa, ketulusan, dan kasih sayang yang diberikan. Penulis sadar bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depannya. Semoga laporan ini bermanfaat dalam perkembangan ilmu khususnya pertanian. Cianjur, Januari 2011 M. Ali Mudin Tatang Yusup

iv

DAFTAR ISI

v

vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki jumlah spesies cukup banyak dan beragam di dunia. Berdasarkan keseluruhannya lebih dari separuh jumlahnya terdapat di daerah tropis dan di Indonesia sendiri memiliki tidak kurang dari separuhnya yakni sekitar 5000 spesies. Anggrek memiliki beberapa kendala dalam upaya pembudidayaannya, salah satunya adalah karena biji anggrek tidak memiliki endosperm, sehingga dalam perkecambahannya harus bersimbiosis dengan cendawa tertentu, yaitu Mycoriza sp. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, telah ditemukan cara untuk mengecambahkan benih anggrek secara in vitro, yaitu dengan menggunakan media yang mengandung berbagai macam unsure hara yang diperlukan untuk perkembangan biji anggrek. Salah satu tempat untuk mempelajari budidaya anggrek adalah di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) yang meneliti berbagai macam tanaman hias. 1.2 Tujuan Kegiatan Prakerin ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur, serta untuk mengetahui dan mempelajari secara umum teknik budidaya tanaman anggrek. 1.3 Metode Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan prakerin meliputi metode kerja nyata, wawancara, pengamatan langsung, pengumpulan data, dan studi literatur. Metode kerja nyata dilakukan dengan melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh para pembimbing di lapangan maupun di laboratorium. Wawancara dan pengamatan langsung dilakukan dengan para pembimbing, staf humas dan personalia teknis pelayanan penelitian. Metode studi literatur untuk membantu pemperkuat tinjaan pustaka bersumber dari berbagai bacaan berupa buku, majalah, tabloid, jurnal, buletin teknik, leaflet, surat kabar, selembaran, dan tulisan-tulisan dari situs resmi Balithi.

1

1.4

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan prakerin ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober s/d. 31 Desember 2010. Lamanya waktu pelaksanaan prakerin tersebut 3 bulan, atau setara dengan 200 jam kerja. Bertempat di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, Jalan Raya Ciherang Kec. Pacet Kab. Cianjur Jawa Barat Telp. (0263)512607-514138-517055-517056 Sdl.

2

BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Balai Penelitian Tanaman Hias Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian tanaman hias di bawah koordinasi dan tanggung jawab Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pada awal berdirimya, Balithi Segunung merupakan sebuah kebun percobaan tanaman pangan yang didirikan pada tahun 1963 sebagai lembaga penelitian hortikultura yang merupakan cabang dari kebun percobaan tanaman hortikultura di Pasar Minggu, Jakarta. Tahun 1980, kebun percobaan ini diresmikan menjadi Sub Balai Penelitian Tanaman Pangan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor : 861/Kpts/OT/12/1980 yang disempurnakan kembali pada tahun 1982. Selanjutnya, pada tanggal 16 Agustus 1984 ditandai dengan turunnya SK Menteri Pertanian Nomor. 631/Kpts/OT.210/8/1984 secara resmi Sub Balai Penelitian Hortikultura Segunung menjadi Unit Pelaksana Teknis Bidang Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura di bawah koordinasi Balai Penelitian Tanaman Hortikultura Lembang, Bandung. Balithi terbentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 796/Kpts/OT.210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994 dengan sebutan Intalasi Penelitian Tanaman Hias (Inlithi) di bawah koordinasi Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Pasar Minggu, Jakarta, kemudian diperkuat dengan SK Menteri Pertanian Nomor : 63/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002 yang menjadikan Inlithi Segunung sebagai kantor pusat Balithi Segunung menggantikan Balithi Pasar Minggu, Jakarta. 2.2 Lokasi dan Tata Letak Balithi berlokasi di Segunung Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berjarak 15 km dari kota Cianjur dan 3 km dari Cipanas dan berada sekitar 600 m dari jalur provinsi yang menghubungkan Bogor dengan Cianjur. Kecamatan Pacet dikenal sebagai salah satu sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat. Luas areal Balithi mencapai 10,6 ha, meliputi areal perkantoran, rumah dinas, laboratorium, guest house dan kebun 3

percobaan. Luas kebun sekitar 7 ha yang digunakan untuk rumah kaca, kebun percobaan plasma nutfah dan kebun produksi. Tata letak Balithi Segunung dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.3 Visi dan Misi Balithi yang telah berdiri lebih dari 50 tahun, memiliki visi untuk menjadi institusi penelitian utama dalam menciptakan dan mengembangkan IPTEK tanaman hias yang berorientasi pada pengguna, serta misi untuk mengembangkan IPTEK strategis dan berisiko tinggi yang Inovatif, bernilai Hak Kekeyaan Intelektual (HKI) dan publik domain untuk memenuhi kebutuhan pengguna. 2.4 Tugas Pokok Instansi pemerintah ini memiliki tugas pokok sebagai unit pelaksana teknis bidang penelitian dan pengembangan tanaman hias, di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. 2.5 Fungsi Secara umum Balithi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai tempat penelitian, pelayanan, serta desiminasi atau pengembangan tanaman hias unggulan. Pada bidang penelitian, meliputi (1) penelitian eksplorasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasmanutfah (2) pemuliaan, (3) fisiologi, (4) agronomi, (5) proteksi, (6) agroekosistem, (7) agroekonomi, (8) pascapanen, (9) mekanisasi untuk pengembangan produksi, (10) ekologi tanam, (11) analisis komoditas, (12) analisis residu pestisida dan pupuk, (13) penelitian komponen teknologi sistem usahatani tanaman hias, dan ilmu tanah, sedangkan dibidang pelayanan, meliputi pelayanan teknik, pelayanan jasa penelitian, kerjasama, pelatihan dan penyebaran hasil penelitian. Bidang Diseminasi/Pengembangan, Balithi melakukan pengembangan tanaman hias yang difokuskan pada komoditas unggulan, yaitu Anggrek, dan Lily, serta komoditas prioritas yaitu Krisan, Mawar, Anyelir dan Anthurium, serta Komoditas Trends Setter yaitu Tanaman Hias Tropis dan Lily. Komoditas penting lainnya termasuk yang prospektif adalah Dracaena, Alpinia, Costus, Tapeinochilus, Zingiberaceae, Gladiol, Melati, dan Sedap Malam. Selain itu

4

juga diteliti komoditas lain seperti tanaman hias daun Aglaonema, Tanaman Hias Pot dan Tanaman Hias Taman. 2.6 Sarana dan Prasarana Penunjang Balithi mempunyai tiga Kebun Percobaan (KP) : (1) KP Segunung, berlokasi di Balithi Segunung -Pacet. Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Segunung lebih diutamakan untuk pengembangan koleksi plasma nutfah, teknologi pemuliaan, hama dan penyakit tanaman dan, fisiologi tanaman KP Segunung dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere, rumah paranet, dan rumah plastik; (2) KP Cipanas, berlokasi di Cipanas sekitar 600 m dari Istana Kepresidenan Cipanas. Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Cipanas lebih diutamakan untuk kegiatan pemuliaan, pengembangan teknologi benih dan koleksi plasma nutfah. KP Cipanas dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere, laboratorium kultur jaringan dan (3) KP Pasarminggu, berlokasi di Pasarminggu, Jakarta. Kegiatan yang dilakukan di KP Pasarminggu diutamakan untuk penelitian pemuliaan, perbenihan, fisiologi dan teknologi pascapanen untuk tanaman hias dataran rendah kuhusunya anggrek. Fasilitas yang ada di KP Pasarminggu adalah rumah kaca, rumah sere, laboratorium kultur jaringan dan laboratorium pascapanen. Untuk kegiatan penelitian, Balithi dilengkapi dengan Laboratorium, seperti Laboratorium Ekofisiologi, Entomologi, Virologi, Biokontrol, Mikologi, Bakteriologi, Nematologi, Kultur Jaringan, Uji BUSS, dan Unit Pengelola Benih Sumber. Fasilitas pendukung lainnya adalah ruang pertemuan (aula), guest house, musholla, dan perpustakaan. Fasilitas tersebut telah direnovasi dan diperbaharui sejak tahun 2001. Tabel 1 Sarana dan prasarana Balithi Segunung pada tahun 2010 Sarana dan Prasarana Gajebo taman Gedung serbaguna Gudang Kantin Kantor kebun Kantor utama Komputer Laboratorium Jumlah 3 1 4 1 3 1 > 40 10 5

Menana pandang Mess Mushola Perpustakaan Persembaian Pos jaga Ruang intalasi Ruang seminar Rumah dinas Rumah kaca Rumah plastic Rumah sere 2.7 Keadaan Tanah dan Iklim

1 1 1 1 10 1 4 1 10 >10 >20 >20

Kondisi geografi dan iklim di daerah Segunung selengkapnya diuraikan sebagai berikut : Altitude Jenis tanah pH Suhu tanah Struktur tanah Warna tanah Tekstur tanah Topografi Tipe iklim Kelengasan udara Penguapan Radiasi matahari Kecepatan angin Arah angin 2.8 : 1100 m dpl : Andosol : 5.5 6 : 21oC sampai 23oC : Remah dan gembur : Hitam kelabu kecoklat-coklatan : Lempung berdebu : Berbukit : A C Alfa (Schmidt dan Ferguson 1951) : 88% : 3.2 mm/hari : 246 kal/cm/hari : 1.6 n/menit : Timur Laut (musim hujan); Barat Laut (musim kemarau) Sumber Daya Manusia Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor : 63/kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002 tentang struktur organisasi Baai Penelitian Tanaman

Curah hujan rata-rata : 3042 mm/tahun

6

Hias (Balithi), Balithi Segunung dipimpin oleh seorang kepala balai yang dibantu sub balai tata usaha, seksi pelayanan teknis, serta seksi jasa penelitian. Selain itu dibantu oleh tiga kepala kebun percobaan (KP) yakni KP Segunung, KP Cipanas, dan KP Pasarminggu yang secara langsung dibantu oleh seluruh kelompok jabatan fungsional. Struktur organisasi Balithi Segunung per 31 Desember 2009 dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 Struktur organisasi Balithi Segunung berdasarkan SK Mentan RI No. 63/kpts/OT.210/1/2002 per 31 Desember 2009. Sesuai surat keputusan Menteri Pertanian Nomor :

185/Kpts/KP.150/3/2003, Tanggal 26 Maret 2003 tentang penataan kembali administrasi pegawai, jumlah pegawai Balithi per 31 Desember 2009 adalah 147 orang. Jumlah pegawai fungsional dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini, sedangkan jumlah pegawai berdasarkan golongan dan pendidikan per 31 Desember 2009 dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 2 Keadaan Pegawai Balithi Segunung berdasarkan jabatan fungsional peneliti dan teknisi likayasa.

7

Jenis Tenaga Fungsional

Tingkatan Peneliti Utama Peneliti Madya

Jumlah 6 10 11 6 17 3 17 5 0 9

Peneliti

Peneliti Muda Penelti Pertama Peneliti non Klas Teknisi Litkayasa Penyelia

Teknisi Litkayasa

Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan Teknisi Litkayasa Pelaksana Teknisi Litkayasa Pemula Teknisi Litkayasa non Klas

Tabel 3 Keadaan Pegawai Balai Penelitian Tanaman Hias berdasarkan golongan dan pendidikan.GOL/RUANG S3 S2 S1 SM D3 D2 D1 SMA LAINNYA JUMLAH

I/a I/b I/c

2 4 6

2 4 6

8

I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e JUMLAH

1 1 2 6 5 2 3 2 3 21 6 7 5 5 1 2 1 1 1 1 2

1 6 3 15 12 15 2

11 1 3

1 1 3 3 1 6

27

3

2

2

0

54

27

11 2 10 3 17 18 27 13 11 4 6 6 6 1 147

9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Asal Usul Tanaman Tanaman anggrek dengan segala keunikannya yang memukau telah menarik perhatian para Botanis yang menggemari tanaman hias, sejak 2 abad yang lalu. Anggrek dalam penggolongan taksonomi termasuk dalam family Orchidaceae, suatu family besar dan sangat bervariasi. Family ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25000 spesies. Dahulu para ahli berpendapat bahwa family compositae yang anggotanya meliputi Aster, Zinnia, dan Chrysanthemum adalah family yang besar dan sulit diulas, tetapi ternyata Orchidaceae ini lebih bervariasi lagi. Persilangan-petsilangan dalam family anggrek ini sangat mudah terjadi. Persilangan yang pertama antara 2 spesies Calanthe yang dilakukan oleh Jhon Dominy dari Inggris berbunga pada tahun 1856. Keberhasilan persilangan tersebut telah membuka kemungkinan baru yang kemudian berkembang menjadi suatu keunikan yang tidak pernah terjadi dalam hortikultura sebelumnya. Anggrek ternyata dapat disilangkan tidak hanya dengan spesies yang termasuk dalam suatu genus seperti tanaman hias lainnya, tetapi juga dengan genus lain. Dahulu gambaran bunga anggrek adalah bunga yang berwarna ungu, tetapi bunga anggrek dewasa ini dapat dijumpai dalam berbagai macam bentuk, warna dan ukuran, dari yang mempunyai bibir hitam sampai yang bergarisgaris, dari yang berbau sampai yang tidak berbau. Setiap tahun ratusan hibrida baru terdaftar dan diterbitkan dalam Sanders List Of Orchid Hybrids. Dengan

10

demikian akan sulit bagi seorang botanis untuk menulis review yang lengkap tentang anggrek. 3.2 Klasifikasi Tanaman Pada umumnya klasifikasi tanaman anggrek didasarkan pada keistimewaan bunga, khususnya pada bagian alat reproduksinya. Klasifikasi tanaman anggrek adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili 3.3 : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledonae : Orchidales : Orchidaceae

Morfologi Tanaman Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk seperti agak bulat, lonjong, sampai lanset. Tebal daun beragam, mulai dari tipis sampai berdaging dan kaku. Permukaan rata, daun tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang, bagian tepi tidak bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah, tulang daun sejajar dengan tepi daun dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Berdasarkan pertumbuhan daunnya anggrek digolongkan menjaid dua kelompok : 1). Evergreen, yaitu daun tetap segar, hijau dan tidak gugur secara serentak, misalnya : Cattleya, dan beberapa Dendrobium (Dendrobium gouldii, Dendrobium phalaenopsis, Dendrobium stratiotes) 2). Decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat misalnya beberapa Dendrobium (Dendrobium anosmus, Dendrobium parishii, Dendrobium pierardii) Batang anggrek ada yang berbentuk tunggal dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak berbatas. Daun-daunnya yang tua pada batang bawah gugur. Setelah daun batang tampak seperti mati, pada umumnya dapat digunakan untuk perbanyakan, yaitu pada bagian potongan-potongan batang tunggal tersebut. Karena bekas potongannya dapat membentuk pucuk baru kembali, maka disebut pola pertumbuhan monopodial (berbatang satu).

11

Pada jenis lainnya, ditemui pula pertumbuhan yang simpodial (berumpun), yaitu dengan pertumbuhan pada ujung batang terbatas. Batang ini akan tumbuh terus menerus. Setelah mencapai batas maksimum, pertumbuhan batang akan berhenti. Pertumbuhan baru ini dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh disampingnya. Pada anggrek simpodial terdapat suatu penghubung yang disebut rhizome atau batang dibawah tanah. Pertumbuhan tunas yang baru akan keluar dari rhizome ini. Pada umumnya akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat dan kering. Akar anggrek berfilamen. Terdiri dari lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapisan sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada system saluran akar. Filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu melekatnya akar pada benda yang ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh velamen dan ujung akar. Namun umumnya hanya air dan hara yang diserap melalui ujung akar saja yang dapat disalurkan ke dalam jaringan tanaman. Oleh karenanya tidak efektif bila penyiramana hanya dilakukan dengan membasahi media. Akar anggrek pseudolub diproduksi pada bagian dasar pseudolub atau sepanjang rhizome yang menghubungkan pseudolub satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda dengan akar anggrek monopodial yang banyak tumbuh pada ruas-ruas batang. Akar anggrek epifit dapat menempel pada cabang atau batang pohon, akar lekat dapat menempel keseluruh substrat sehingga memperkuat kedudukan tanaman. Anggek epifit tidak mengambil nutrient dari inangnya, tetapi hanya menyerap nutrient dari kulit kayu yang telah mati atau dari lingkungan sekitarnya. Selain akar lekat, anggrek juga memiliki akar udara yang berfungsi menyerap air dan unsur hara.

12

Bunga anggrek memiliki 5 bagian utama, yaitu: sepal (daun kelopak), Petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovary (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah 3 buah, sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan 2 lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki 3 buah petal, petal ke satu dank e dua letaknya berseling dengan sepal, petal ke tiga mengalami modifikasi menjadi labelum (bibir). Warna labelum anggrek umumnya lebih cerah daripada warna sepal dan petal. Pada labelum terdapat gumpalan-gumpalan seperti massa sel (callus) yang mengandung protein, minyak, dan zat pewangi yang berfugsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi (penyerbukan). Buah anggrek merupakan buah capsular yang berbelah 6. Biji didalam buah sangat banyak. Biji-biji anggrek ini tidak mempunyai endosperm yaitu cadangan makanan seperti biji tanaman lainnya. Cadangan makanan ini diperlukan dalam perkecambahan dan pertumbuhan awal biji. Oleh karena itu, untuk perkecambahannya dibutuhkan gula dan persenyawaanpersenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekelilingnya. 3.4 Syarat Tumbuh Tanaman Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Anggrek pada dataran rendah: anggrek ini hidup di dataran dengan ketinggian 0-650 m dpl. anggrek tersebut memerlukan suhu udara 26-30C pada sinag hari dan 21C pada malam hari. Contoh jenis anggrek ini adalah: Dendrobium phalaenopsis, Omchidium papilla, dan phapilopedillum bellatum. 2. Anggrek pada dataran sedang: Anggrek ini umumnya tumbuh pada ketinggian 150-1500 m dpl, dengan suhu pada siang hari 21C dan 15-21C pada malam hari. 3. Anggrek pada dataran tinggi: anggrek jenis ini jarang tumbuh di Indonesia. Biasanya terdapat pada ketinggian lebih dari 1500m dpl. Tumbuh baik pada kondisi suhu udara 15-21C pada siang hari dan 9-15C pada malam hari. Contohnya adalah anggrek jenis Cymbidium.

13

Intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman anggrek di dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat berbeda, tergantung pada jenisnya. Miaslkan pada anggrek epifit yang membutuhkan cahaya matahari berkisar antara 1500-3000 Fc. Sedangkan anggrek terrestrial membutuhkan intensitas cahaya matahari 4000-5000 Fc. Keasaman tanah (pH) yang ideal berkisar antara 5-6. Kebutuhan suhu pada tanaman anggrek sangat tergantung pada jenisnya. Anggrek yang tumbuh di dataran rendah membutuhkan suhu siang antara 24-33C = dan suhu malam 21-27C. sedangkan anggrek yang tumbuh di dataran tinggi membutuhkan suhu siang berkisar antara 18-27C dan suhu malam berkisar antara 13-18C. Media yang cocok untuk tanaman anggrek antara lain: arang, pakis, sabut kelapa, Moss Spagnum, Moss Kaliandra, serutan kayu, dan pecahan batu bata. Kelembapan nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 6085%. Fungsi kelembapan yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghidari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembapan dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunastunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembapan yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) disekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer (Batchelor, 1983). 3.5 Manfaat Tanaman Anggrek merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki nilai keindahan serta daya tarik. Komoditas tanaman hias yang dapat diusahakan dan menjanjikan keuntungan besar. Selain bunga potong, terdapat sejenis mawar yang dapat ditanam di pot, karena tanaman anggrek relatif mudah ditanam dan diatur sebagai bonsai, pohon ever green, miniatur dalam taman atau kebun, dalam pot, atau sebagai bunga penghias meja. Keragaman kegunaan ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan pendapatannya (Sjaifullah et al. 1995). Selain itu tanaman anggrek juga diketahui sebagai aroma therapy bahkan dapat memperbaiki keadaan emosional seseorang.

14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi/ budidaya yang umumnya dilakukan pengusaha bunga anggrek meliputi penyiapan media tumbuh, perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan terhadap hama dan penyakit, dan panen. Dalam budidaya tanaman anggrek, faktor lingkungan yang harus diperhatikan antara lain: cahaya, suhu, kelembaban, penyiraman, pemupukan, media tumbuh, pengendalian hama dan penyakit. 4.1 Penyiapan Media Tumbuh Fungsi media tumbuh ialah sebagai tempat berpijak tanaman dan penyimpanan hara serta air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman anggrek. Media tumbuh yang baik memenuhi persyaratan: tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relative murah harganya. Pertumbuhan tanaman anggrek tang baik, pada pH kemasan media antara 5-6. Media tumbuh yang sering digunakan adalah moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot karena mempunyai kemampuan drainase yang baik. Laurie et al. (1958) menyatakan bahwa media moss memiliki daya mengikat air yang baik dan draine\ae yang baik pula. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek. Penggantian meda baru (repotting) dilakukan bila: 1. Tanaman dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas 2. Medium lama sudah hancur., sehingga menyebabkan medium bersifat asam, dan dapat menjadi sumber penyakit. Tanaman ditanam dengan posisi pseudobulb (umbi semu) bagian atas tidak terbenam, untuk menghindari kebusukan. 4.2 Perbanyakan

15

Perbanyakan konvensional yang biasa dilakukan diantaranya dengan cara: (1) Setek, ujung atau pucuk tanaman anggrek monopodial dipotong dengan menyertakan minimal dua akar dan tanpa mengurangi jumlah daun. Contohnya Arachnis, Aranthera, Renanthera dan Vanda. (2) Pemecahan atau pemisahan rumpun, artinya pseudobulb dipisahkan dari tanaman induknya masing-masing sebanyak 3 pseudobulb, dengan bagian dasar pseudobulb atau rhizome yang menghubungkan pseudobulb satu dengan lainnya tetap saling berhubungan. Contohnya Cattleya, Cymbidum, Dendrobium, dan Onicidium. (3) Pemotongan anak tanaman atau keiki yang keluar dari pseudobulb. Contohnya Dendrobium. (4) Pemotongan anak tanaman yang keluar dari ujung akar atau tangkai bunga. Contohnya Phalaenopsis. Adapun cara pemisahan anakan adalah: 1. Tanaman dipilih yang memiliki rumpun yang banyak. 2. Tanaman dikeluarkan dari terdiri atas tiga umbi semu. 3. Akar-akar yang sudah mati dipotong dengan gunting. 4.3 Penyiapan Lahan dan Intalasi Sarana Prasarana Budidaya di Rumah Lindung 4.3.1 Pemasangan Instalasi Listrik Tanaman anggrek membutuhkan panjang hari tertentu (waktu) untuk tetap tumbuh vegetatif. Panjang hari yang dibutuhkan untuk fase vegetatif adalah lebih dari batas kritisnya ( 13,5 - 16 jam), di daerah tropis di Indonesia, panjang hari berkisar kurang dari 12 jam (10,5 jam efektif dengan intensitas penuh). Oleh karena itu, untuk fase vegetatif pada budidaya anggrek, pemberian cahaya tambahan dengan menggunakan lampu pada malam hari mutlak diperlukan. Pemasangan instalasi listrik sebaiknya dilakukan jauh sebelum pengolahan tanah agar tidak mengganggu aktivitas pengolahan tanah. Pemasangan instalasi listrik ini diatur dengan jarak lampu 2.5 x 2.5m dengan tinggi 1,5m dari permukaan tanah. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 75-100 pot dan belah dengan menggunakan gunting tanaman di antara umbi semu. Sebaiknya dalam setiap rumpun

16

watt atau lampu lainnya dengan intensitas cahaya optimal 70-100 lux yang mulai di pasang pada waktu anggrek telah ditumbuhkan di media bedengan untuk pemberian hari panjang. 4.3.2 Pengolahan Tanah Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah (Harjowigeno 1987). Pengolahan tanah dimulai dari pencangkulan untuk menggemburkan, membalik tanah serta mengubur sisa tanaman dan gulma yang masih tersisa dari musim sebelumnya. Hal ini bertujuan menghilangkan gas beracun yang ada dalam tanah serta membuat sirkulasi udara dan air menjadi baik sehingga memenuhi kebutuhan tanaman. Pembersihan gulma dapat dilakukan secara mekanis maupun aplikasi herbisida. Pencangkulan biasanya dilakukan sedalam 20-30 cm. 4.3.3 Sterilisasi Lahan Pertanaman Tanah yang memiliki tingkat keasaman tinggi hingga pH < 5,5 perlu ditambahkan kapur pertanian untuk memperbaiki pH tanah. Sumber kapur dapat berupa dolomit, kalsit, atau zeagro. Dosis pemberian kapur disesuaikan dengan keasaman tanah, pada saat ini dilakukan dengan pemberian dolomit sebanyak 3,1 ton /ha karena pH tanah berkisar 5,5. Pemberian kapur dilakukan dengan menaburkan kapur pada media permukaan bedengan dan diaduk merata. Selanjutnya, 1-2 hari sebelum penanaman, bedengan diberi air hingga kapasitas lapang. 4.3.4 Pemasangan Jaring Penyangga Jaring penyangga biasa dibuat dari tali atau tambang kecil yang berfungsi untuk menjaga agar tanaman krisan tetap tegak yang sekaligus sebagai pengatur jarak tanam sebaiknya dipasang sebelum tanam, jarak tanam yang ideal berukuran 12.5 x 12.5 cm (populasi 64 tanaman/ m2), tetapi untuk meningkatkan populasi/m2, para petani biasanya menggunakan jarak tanam 10 x 10 cm (populasi 100 tanaman/m2). Pemasangan jaring penyangga ini biasanya menggunakan bambu atau

17

besi yang dipasang dalam keadaan kencang tetapi mudah diatur sehingga dapat mengikuti pertumbuhan tanaman. 4.3.5 Pembuatan Lubang Tanam Pekerjaan setelah plotting (bedengan/ petakan) adalah pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan dipergunakan dalam percobaan biasanya berdiameter 15-20cm. fungsi dari lubang tanam itu sendiri diantaranya untuk mempermudah pada saat penanaman, persiapan aplikasi pupuk buatan, persiapan aplikasi pupuk kandang, keserasian dan kerapihan, mempermudah proses perawatan (penyiraman, penyiangan ,pemupukan, dan penyemprotan hama dan penyakit), memudahkan pertumbuhan akar tanaman, dan untuk mempermudah pengamatan kelak. 4.4 Penanaman Perbanyakan tanaman anggrek monopodial dilakukan melalui stek pucuk atau ujung. Pucuk atau ujung batang dipotong denganmengikutsertakan minimal dua akar, tanpa mengurangi jumlah daun. Sedangkan bagian bawah batang bekas potongan tetap dipelihara, karena dari bagian batang bawah tersebut dapat mengeluarkan beberapa tunas anakan baru. Bila tunas anakan baru tersebut telah membentuk daun dan mengeluarkan minimal dua akar, maka tunas anakan dapat dipotong dan digunakan sebagai bibit. Cara penanaman tek pucuk adalah: 1. Jika penanaman dalam pot, penanaman bibit dalam pot dimulai dengan penanaman setek tepat di bagian tengah pot yang dasar potnya telah diisi dengan pecahanbatu bata atau genting sepertiga bagian tinggi pot. Selanjutnya diisi dengan media tumbuh sabut kelapa, arang, pakis, atau media sejenisnya. Pada umumya penanaman dalam pot dilakukan untuk anggrek monopodial yang bersifat semi terrestrial seperti Vanda berdaun lebar (Vanda daun). 2. Bila penanamannya dengan system bedengan, di sepanjang jalur penanaman diberi batu bata atau genting agar media tumbuh tidak keluar dari bedengan tersebut. Oleh karena sifat pertumbuhan anggrek 18

monopodial cenderung tumbuhke atas tanpa batas maka diperlukan penyangga yang terbuat dari kayu, bambu, besi atau sejenisnya. Media tumbuh yang digunakan pada umumnya berupa erutan kayu, sabut kelapa atau sejenisnya. Bagian atas media ditambah pupuk kandang atau kompos dicampur dengan pupuk buatan NPK 0,1-0,2%. Sedangkan perbanyakan tanaman untuk anggrek simpodial dilakukan dengan pemisahan atau pemecahan rumpun. Hal ini dilakukan bila dalam pot telah penuh sesak dan padat dengan tunas anakan atau pseudobulb. Pseudobulb dipisahkan dari tanaan induknya masing-masing kurang lebih 3 pseudobulb dengan bagian dasar peudobulbatau rhizome yang menghubungan peudobulb tetap saling berhubungan. Selanjutnya pseudobulb tersebut ditanam dalam pot berdiameter 1540 cm tergantung pada jenis anggreknya atau besar kecilnya tanaman yang akan diperbanyak. Seperti anggrek Cattleya dan Dendrobium diameternya 18-22 cm, ukuran diameter kurang lebih 30 cm untuk anggrek Cymbidium. Cara penanamannya pertama-tama dasar pot diisi dengan pecahan batu bata atau genting setinggi sepertiga bagian tinggi pot, setelah itu pot diisi media tumbuh setinggi sepertiga bagian tinggi pot.selanjutnya pseudobulb tersebut ditanam dengan mengatur pseudobulb yang paling tuadiantara ketiga pseudobulb tersebut berada atau menempel pada bibir pot bagian pinggir atas. Apabila kesulitan dalam mengeluarkan pseudobulb, sebaiknya pot dipecahkan untuk menghindari kerusakan atau putusnya pseudobulb. 4.5 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi pemberian air, pemberian hari panjang, pemupukan tambahan, penyiangan, pemeberian jarring penegak atau tanaman produksi bunga potong serta pemeliharaan khusus lainnya. 4.5.1 Pemberian Air Untuk tanaman golongan terestrial seperti Spathoglottis, diperlukan cara pengairan yang hati-hati khsusnya untuk anggrek yang sedang berada dalam masa istirahat. Apabila diberikan air berlebihan akan berakibat pada bagian tanaman yang berada di dalam tanah. Cara yang

19

aman adalah dengan memberi kebasahan dalam arti bukan basah kuyup pada tanaman ini pada masa pertumbuhan, sedang dalam masa istirahat air hanya boleh diberikan dalam kekeringan total. 4.5.2 Pemberian Pupuk Spathoglottis merupakan tanaman yang vigor dengan sistem perakaran yang cepat berkembang, sehingga apabila di tanam di pot, dipilih pot yang dalam. Pertumbuhan anggreknya yang cepat yang memerlukan suplai hara yang lebih banyak. Pemakaian media jumlah minimum untuk mencegah

mengandung pupuk kandang atau kompos sudah cukup, namun untuk memberikan hasil yang maksimal, pemupukan tambahan perlu dilakukan. Pupuk organik cair dapat ditambahkan dengan cara melarutkan pupuk tersebut dengan konsentrasi 2 ml per liter air, dan disiramkan dalam tanah setiap satu minggu sekali. 4.5.3 Penyiangan dan Pemangkasan Gulma adalah tanaman penggangu bagi tanaman produksinya atau pokok. Gulma yang tumbuh dapat merugikan tanaman melalui kompetisi dalam mendapatkan cahaya, ruang tumbuh, unsur parasit tanaman, inang bagi penyebaran hama dan penyakit bahkan gulma-gulma tertentu dapat menyekresi racun yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman pokok. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman dan media tanam dari gulma yang mengganggu. Selain itu penyiangan dapat menekan penyebaran hama, dan meningkatkan kebersihan lingkungan dan menghemat persediaan pupuk yang seharusnya diperuntukan bagi tanaman utama, sehingga pemberian pupuk susulan dapat ditekan. Penyiangan (pembersihan gulma) umumnya dilakukan minimal setiap dua minggu sekali sebelum pemberian pupuk susulan atau disesuaikan dengan kebutuhan percobaan hingga menjelang panen dan frekuensi penyiangan akan berkurang/menurun bilamana tanaman telah menutup areal tanaman secara sempurna. Penyiangan dan penggemburan tanah selain bertujuan eradikasi gulma, penyiangan juga dapat ditunjukan sebgai pengolahan tanah ringan yang dapat meningkatkan sifat fisik

20

tanah. Penyiangan juga dilakukan pada areal sekitar rumah lindung untuk menghindari berkembang biaknya gulma secara cepat dan vektor hama penyakit. Pemangkasan daun dilakukan secara teratur dengan memotong bagian-bagian yang dapat mengganggu terutama daun-daun yang sudah mulai coklat dan tangkai bunga telah mengering. Penggantian media dilakukan bersamaan dengan pemisahan anakan, terutama pada tanaman yang telah banyak membentuk rumpun, sehingga pot tidak mampu lagi menampung tanaman. 4.6 Pemeliharaan Khusus Tanaman Pemeliharaan khusus yang dimaksud disini meliputi aktifitas

pemeliharaan yang belum masuk dalam proses produksi. Pemeliharaan khusus meliputi pinching, penjarangan rumpun dan tangkai bunga dan pemberian zat pengatur tumbuh. 4.6.1 Pembuangan Titik Tumbuh (Pinching dan Disbunding) Pinching atau pembuangan titik tumbuh apikal muda dapat berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas akar aksiler untuk percabangan tanaman. Hal ini dilakukan dengan membuang kuntum bunga terminal yang dilakukan pada tanaman anggrek jenis spray yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan kuntum bunga samping sehingga tumbuh seragam, baik ukuran kuntum maupun waktu mekar. Pemotesan tunas samping/ aksiler (disbunding) dilakukan pada tanaman krisan jenis standar dengan tujuan untuk mempercepat pembesaran bunga terminal, karena hasil fotosintesis akan terpusat pada bunga terminal. Pembuangan tunas samping dilakukan 2-3 selama fase vegetatif, yang dimulai dari tunas kedua sampai ke bawah. 4.6.2 Penjarangan Tanaman dan Percabangan Penjarangan tanaman dan percabangan dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan tanaman dalam lingkungan pertanaman. Penjarangan ini selain ditujukan untuk memberikan ruang tumbuh memadai pada tanaman dan meminimalkan kompetisi antar tanaman, 21

juga dimaksudkan untuk memberikan ruang aerasi dan sirkulasi udara yang memadai, dengan demikian tanaman dapat tumbuh optimal dan mengurangi resiko serangan patogen karena terlalu lembab. Penjarangan percabangan juga dimaksudkan untuk membuang bagian tanaman yang rusak akibat serangan organisme pengganggu tanaman atau penyebab fisik lain yang dapat menurunkan mutu dan keragaman tanaman, yang berpeluang menurunkan harga jual produk. 4.6.3 Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dimaksudkan untuk menstimulasi kondisi fisiologis tertentu pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan performa tanaman yang diharapkan. Pada budidaya krisan, aplikasi ZPT dapat dilakukan untuk penyeragaman dan pembungaan setelah akhir pelampuan (untuk mengatur tinggi tanaman). Aplikasi ZPT menggunakan paclobutrazol 50 ppm untuk mengatur ketinggian tanaman (menghambat pertumbuhan tinggi tanaman dengan menghambat pemanjangan buku), sehingga tanaman akan terlihat lebih kompak. 4.7 Perlindungan Terhadap Hama dan Penyakit Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida sesuai kebutuhan. Biasanya hama yang sering dijumpai menyerang Spathoglottis adalah kutu putih/white fly (Aleurodicus disperses Russell) dan thrips (Megalurothrips distalisKarny) (Kumari and Lyla 2001). Serangan hama lalat putih yang hebat dapat menyebabkan tanaman mati, karena hama tersebut menghisap cairan dalam daun. Selain itu tanaman menjadi kotor/berwarna hitam akibat embun jelaga yang tumbuh pada madu yang dikeluarka kutu putih. Sedangkan penyakit yang sering dijumpai adalah busuk sclerotium yang menyerang akar, umbi semu dan pangkal daun. Hal ini terjadi apabila tanaman dalam kondisi media terlalu basah, sehingga serangan organisme kedua seperti jamur dapat menyerang, yang mengakibatkan tanaman menjadi busuk. 4.7.1 Hama Tanaman

22

Hama penting yang sering menyerang dan mengakibatkan kerugian signifikan pada pertanaman krisan adalah sebagai berikut : Hama yang menyerang tanaman anggrek adalah: a. Tungau Hama ini menyebabkan warna daun berubah menjadi kuning keperakan. b.Thrips Menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, kuntum bunga menjadi rontok dan daun brwarna keperakan. c. Kutu Perisai Daun tampak seperti sisik berwarna merah sampai coklat. d.Aphids Ciri hama: ketika muda akan berwarna hijau dan setelah tua akan berwarna cokelat tua sampai hitam. e. Siput Hama ini tinggal diantara media tumbuh, kemudian menyerang akar dan memakan bagian tanaman terutama tunas dan daun muda. f. Semut Semut biasa bersembunyi dipangkal batang atau dibawah pot. g. Ulat Gejala: daun yang terserang akan terlihat bekas gigitan dibagian tepinya. h.Kumbang gajah Hama ini memakan bagian epidermis tanaman, bila serangannya sampai pada titik tumbuh (meristem) dapat terjadi kematian pucuk sehingga pertumbuhan tanaman terhenti. Cara pengendalian hama anggek adalah: 1. Secara mekanis Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan bila serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi atau sore hari, kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek, dapat didorong

23

dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. 2. Secara kultur teknis Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan hama secara dini. 3. Secara kimiawi (pestisida) Zat kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tersedia di kios-kios sarana pertanian. Dalam pengendalian hama anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tanaman yang akan dikendalikan, yaitu diantaranya: Insektisida Akarisida : untuk mengendalikan hama serangga : untuk mengendalikan hama tungau

Moluscasida : untuk mengendalikan hama keong Fungisida : untuk pengendalian penyakit yang disebabkan

oleh jamur Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust), pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantum kan pada tiap kemasan. Jenis tepung, pasta atau granula dapat diaplikasikan dengan dosis 1 g/ liter, sedangkan cairan diaplikasikan 2 cc/ liter. 4.7.2 Penyakit Tanaman Tanaman krisan mudah terserang penyakit apabila kelembaban terlalu tinggi dan bila tanaman dlam kondisi stress/tidak sehat. Beberapa penyakit yang sering dijumpai pada tanaman krisan dapat disebabkan oleh bakteri, fungi, nematoda, dan virus.

24

A. Bakteri 1) Busuk cokelat Disebabkan oleh bakteri Erwinia cypredii. Serangannya ditandai dengan adanya bintik-bintik bulat berair yang lama kelamaan menjadi cokelat dibagian tengah daun. Bila serangan mencapai titik tumbuh (meristem) tanaman akan mati. 2) Busuk lunak Disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora, menyerang seluruh bagian tanaman, seperti daun, akar, batang dan pseudobulb, terutama pada jaringan yang lunak dan jaringan bekas luka. Akibatnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. 3) Bercak cokelat Disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp. Bakteri ini berkembang pada lingkungan basah dan suhu tinggi. Gejalanya adanya berak-bercak basah berair pada daun, yang lama-kelamaan menjadi kehitaman. Bila serangan sampai pada titik tumbuh (meristem) maka tanaman akan mati. B. Fungi 1) Penyakit Karat (Rust) Disebabkan oleh fungi Uredo sp. Gejalanya ditandai dengan adanya pustul berwarna kuning jingga sampai cokelat pada permukaan daun bagian bawah yang semakin lama semakin menyebar keseluruh permukaan daun. Setiap pustule dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Bunga akan menjadi kecil. 2) Bercak Daun Septoria sp. Penyebab penyakit ini adalah cendawan Septoria

chrysanthemi Allesch, dan S. leucanthemi Sacc. Et Speg. Gejala serangan Septoria rchrysanthemi menimbulkan bercak-bercak hitam atau disebut black spot pada daun. Bercak berbentuk

25

coklat

bulat

dan

berbatas-batas

tegas.

S.

leucanthemil

menyebabkan bercak-bercak coklat atau disebut brown spot pada daun, bentuk bercak bulat berukuran besar 2.5 cm dan mempunyai lingkaran-lingkaran yang jelas. 3) Layu fusarium Disebabkan oleh fungi Fusarium oxysporum. Gejalanya berupa tanaman yang menguning dan kadang-kadang menggulung. Daun dan pseudobulb berkerut dan mongering. Akar membusuk yang dapat berkembang sampai kebagian pseudobulb. Pathogen ini dapat menular ke tanaman lainnya melalui luka bekas potong atau perbanyakan vegetative. 4) Bercak bunga Disebabkan oleh fungi Botritys cinerea. Gejala yang ditimbulkan yaitu pada sepal dan petal terdapat bercak-bercak cokelat yang dikelilingi warna merah muda dibagian tepinya. Bila penyakit ini telah menyerang lebih lanjut, bunga akan menjadi busuk Cara pengendalian pengendalian penyakit tanaman anggrek adalah: 1. 2. 3. Penyiraman dilakukan apabila diperlukan Penyiraman dilakukan pada pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering Bila menggunakan alat-alat seperti pisau atau gunting stek, sebaiknya setiap 4. 5. 6. 7. 8. 9. kali memakai alat tersebut disuci hamakan dengan menggunakan formalin 2% atau desinfektan lainnya. Karantinakan tanaman baru 2-3 bulan sampai diketahui bahwa tanaman tersebut benar-benar sehat. Media tumbuh disuci hamakan dengan uap air panas atau fumigant. Pot atau wadah lainnya didisinfektankan dengan clorox 10% atau bahan-bahan sejenis lainnya. Tanaman selalu dipelihara dan dijaga dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit Isolasi tanaman yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit. Buang tanaman atau bagian tanaman yang sakit

26

10. Lakukan pencegahan penyakit dengan penyemprotan fungisida secara rutin, misalnya Dithane M-45, Antracol, Manzate, Daconi dan sebagainya. 4.8 Panen Panen merupakan titik kritis dalam bisnis bunga potong. Panen hasrus dilakukan pada indeks ketuaan panen yang tepat, karena kualitas bunga seusai panen tidak dapat diperbaiki hanya sebatas dipertahankan. Dalam kaitan teknologi panen, mencakup indeks ketuaan bunga, waktu panen, alat panen, dan cara panen. Pemanenan dilakukan ketika bunga anggrek potong mencapai stadia kuncup. Bila kuntum bunga dibiarkan sampai penuh, kerusakan akan mudah terjadi selama pengemasan dan transportasi. Sebaliknya bila bunga dipanen terlalu awal maka bunga tidak dapat mekar dengan sempurna dan warnanya agak pucat.Teknik penanganan seperti ini memberikan banyak keuntungan antara lain, mempercepat waktu panen, meningkatkan kapasitas isi kemas, penyederhanaan manajemen suhu, mengurangi kerusakan mekanis dan menekan kehilangan air. Namun ada juga jenis anggrek yang dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar, yaitu pada anggrek Dendrobium. Waktu yang paling baik untuk panen adalah pada pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi, dan saat bunga anggrek berturgor optimum. Hal yang penting diperhatikan dalam penentuan waktu panen adalah keadaan bunga tidak basah atau berembun atau sebab lain. Bunga yang basah akan mudah terserang cendawan penyebab penyakit busuk. Alat pemotong yang akan digunakan sebaiknya disterilkan terlebih dahulusebelum digunakan lagi pada pohon anggrek berikutnya. Hal ini untuk menghindari penularan penyakit dari satu pohon ke pohon lain.

27

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Perbanyakan anggrek sesuai dengan tipe anggrek yang akan ditanam. Secara konvensional perbanyakan vegetative yang dilakukan antara lain dengan setek, pemecahan atau pemisahan rumpun, pemotongan anak tanaman atau keiki, dan pemotongan anak tanaman yang keluar dari ujung akar atau tangkai bunga. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bibit yang seragam serta memiliki sifat genetic sama dengan induk, juga dapat disediakan dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan. Selain perbanyakan dengan cara konvensional, anggrek juga dikembangkan sebagai bunga potong dan bunga pot. Hal ini menjadikan anggrek sebagai komoditi yang dicari oleh para pengusaha bunga. Semua cara perbanyakan tersebut bertujuan untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas yang diinginkan guna memenuhi permintaan pasar yang kian hari kian meningkat. 5.2 Saran Dalam sistem budidaya anggrek ini sebaiknya lebih diperhatikan lagi sistem penyesuaian lingkungan tanam dan pengendalian hama penyakit, dan selama pelaksanaan prakerin ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Selain itu, para pembimbing di tempat praktik diharapkan dapat memberi informasi selengkapnya mengenai komoditas yang dipelajari siswa khususnya dan keseluruhan umumnya.

28

DAFTAR PUSTAKA Batchelor, S. R. 1983. Phalaenopsis part 5. Amer. Orchid Soc. Bull. 52(4): 365-374. Laurie, A. D., D. C. Kiplinger, and K. S. Nelson. 1958. Comercial flower forcing. McGrow Hill Book Co. Inc., New York. 509 pp. Sjaifullah, Muharam A, Sutater T, Kusumo S. 1995. Mawar. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias. Harjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Kumari, S and K.R. Lyla. 2001. A Survey of the pests of orchids. Journal of Tropical Agriculture 39 : 32-34. Syaifullah, Marwoto, B., Muharam A., Sutater T. 1997. Anggrek. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias.

29

LAMPIRAN

30

Rilis anggrek Balithi

Penampilan tanaman anggrek Spathoglottis Anitah

31