Praktek Theodolitsss

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sssss

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPraktikum Ilmu Ukur Tanah bagi mahasiswa Teknik Sipil adalah merupakan pemahaman yang lebih mendalam sekaligus penerapan dan teori-teori Ilmu Tanah yang telah diperoleh mahasiswa. Selain itu, praktikum ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas bagi mahasiswa untuk pengukuran di lapangan.

1.2 Maksud dan Tujuan PraktikumAdapun maksud dan tujuan praktikum adalah:2.1 Untuk memperkenalkan alat-alat ukur tanah kepada mahasiswa.2.2 Melatih mahasiswa dalam pengoperasian alat-alat ukur tanah.2.3 Dapat mengolah data-data hasil pengukuran menjadi data yang dapat mendukung dalam pembuatan peta, sesuai dengan lokasi yang diukur.2.4 Dapat mengetahui elevasi titik-titik poligon rangka peta.2.5 Dengan pengetahuan theodolit dan waterpas ini diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya saat menghadapi dunia kerja.

1.3 Ruang Lingkup PraktikumRuang Lingkup Praktikum ini meliputi3.1 Pengenalan alat Theodolit dan Waterpass.3.2 Mengolah data hasil pengukuran.3.3 Membuat kerangka peta.

1.4 Peralatan PraktikumAlat-alat ukur yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :4.1 Alat penyipat datar (Waterpass). Digunakan untuk mengukur beda tinggi permukaan tanah, dengan menggunakan selisih pengukuran benang atas, benang bawah, atau benang tengah, antara bacaan belakang dan muka suatu rentang titik A-B.

4.2 Alat ukur sudut (Theodolit).Digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan sudut vertikal pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah pada diagfragmanya, jadi digunakan untuk mengukur jarak optis, beda tinggi dan elevasi titik detail.

4.3 Alat ukur jarak.Digunakan rol meter tanpa memperhiungkan koreksi-koreksi abit kesalahan yang ditimbulkan oleh suhu, berat pita, kesalahan tarikan panjang pita dan lain-lain.

4.4 Alat-alat ukur pembantu a. Bak ukur b. Patok ( 5 buah dengan panjang kira-kira 20 cm)c. Paku payung (5 cm) secukupnyad. Payung e. Palu f. Alat tulis g. Kalkulator

BAB IIPENGERTIAN UMUM

2.1 Pengertian Ilmu Ukur TanahIlmu ukur tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik-titik di permukaan bumi.Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang merupakan ilmu yang lebih luas dan mempunyai dua maksud yaitu maksud ilmiah (menentukan bentuk muka bumi) dan maksud praktis (membuat bayangan bumi, sebagian besar maupun kecil yang disebut dengan peta).Penerapan ilmu ini adalah menyangkut hal-hal yang luas, berskala besar maupun berskala kecil. Contohnya dalarn pembangunan gedung bertingkat, jalan, saluran irigasi, jembatan dan lain-lain.

2.2 Pengetahuan tentang Peta dan Kaitannya dengan Poligon Hal yang paling penting dalam pembuatan peta adalah menyangkut bentuk dan kondisi dari luas yang dipetakan, pemetaan ini dilakukan dengan poligon. Poligon merupakan kerangka peta untuk pengukuran yang bisa ditentukan koordinat-koordinatnya sebagai dasar pengukuran yang lain. Gambaran kasarnya adalah sebagai berikut.Pada sebidang tanah yang akan diukur, ditentukan dulu titik-titik (yang nanti akan dicari koordinatnya) kemudian titik-titik tersebut akan dihubungkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah segi banyak.Peta pada dasarnya merupakan rangkaian titik-titik yang digambarkan pada suatu bidang datar yang mewakili hal-hal tertentu yang ada di lapangan rnelalui skala tertentu. Hal-hal yang terdapat dalam suatu peta adalah : skala pada peta petunjuk arah (biasanya arah utara) keterangan suatu legendaPeranan peta sangatlah penting karena dengan peta dapat dilihat perencanaan yang matang mengenai suatu pembangunan, sehingga akan menghasilkan data atau output yang lebih terperinci dan akurat. Peranan peta itu sendiri berkaitan dengan jenis-jenis peta, misalnya : Peta situsiaonal, untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi, jalan raya, jaringan air mimum dan pertokoan. Peta sungai untuk keperluan Pelayaran. Peta pengairan untuk menyatakan daerah pengairan dengan saluran-saluran air.

Bagian-bagian peta antara lain: Rangka peta poligon Detail peta Titik kontrol tetap Titik Detail.

Poligon ada dua macam, yaitu:1. Poligon terbuka (ujung-ujungnya tak pernah bertemu)2. Poligon tertutup (ujung akhir bertemu di titik awal)

Sebelum koordinat-koordinat titik dihitung, maka kita harus meneliti pengukuran poligon. Karena untuk dapat menentukan koordinat-koordinat diperlukan sudut dan jarak, maka yang diukur pada poligon adalah sudut dan jarak tersebut. Untuk dapat melakukan penelitian, maka harus diketahui dan ditentukan syarat-syarat suatu poligon.

Syarat-syarat poligon (tertutup) Jumlah sudut-sudut yagn diukur harus sama denganRumus : (n+2) x 180o (untuk pengukuran sudut luat): (n-2) x 180o (untuk pengukuran sudut salam poligon tertutup). Jumlah d sin harus : 0,000 m Jumlah d cos harus : 0,000 m

Pada umumnya pengukuran tidak seluruhnya benar sehingga diperlukan faktor koreksi. Sehingga dapat disimpulkan : s = (n-2).180o + f ( n = jumlah titik sudut) s = (n+2).180o + f ( n = jumlah titik sudut) d sin = (XA - XA) + fx= 0 + fx= fx d cost = (YA - XA) + fy= 0 + fy= fy

Keterangan :

fx = fx = d sin

fy = fy = d sin

Keterangan : f = kesalahan pada sudut yang diukur fx= kesalahan pada proyeksi sumbu xfy = kesalahan pada sumbu y

BAB IIIPROSEDUR KERJA

III.1. Penggambaran UmumLapangan terlebih dahulu dilihat secara global dan kemudian menentukan sistem pengukuran yang dikehendaki. Dalam praktikum ini dipilih poligon tertutup dengan 4 buah titik poligon. Selain itu ditentukan arah ataupun ketentuan pokok yaitu arah utara dan koordinat titik awalnya.

III.2. Persiapan dan Pemasangan PatokUntuk membuat peta sederhana dari suatu daerah, maka harus ditentukan batasan-batasan wilayah tersebut dengan menentukan kerangka peta melalui pemasangan patok-patok.Patok awal dipasang sedemikian rupa sehingga didapat patok yang cukup kokoh dan sebaiknya tidak menonjol di atas tanah terlalu panjang, karena akan menyebabkan patok mudah goyah. Ujung patok diberi paku payung sebagai titik ukur. Patok kedua dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dibuat patok lanjutan dengan posisi sedemikian rupa yang memberikan pandangan cukup untuk mengadakan pengukuran. Dan patok satu dibuat patok akhir sehingga terbentuk sudut awal pada patok satu tersebut.Jarak antara patok yang cukup baik adalah antara 50 - 70 m. Hanya dalam hal ini kita memerlukan meteran panjang, disamping itu karena wilayah yang diukur sempit jarak patok terjauh tidak lebih dari 50 m.

III.3Pengaturan Alat TheodolitPada waktu theodolit digunakan untuk melakukan peugukuran, bagian-bagian theodolit harus berada dalam keadaan yang baik. Bagian-bagian theodolit ada 3, yaitu:

1. Bagian bawah2. Bagian tengah3. bagian atasSyarat-syarat agar theodolit dapat dipakai:a. Sumbu kesatu harus tegak lurusb. Sumbu kedua harus mendatarc. Garis bidik harus tegak lurus pada sumbu keduad. Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak harus sama dengan nol.Cara penyetelan theodolit untuk memenuhi syarat-syarat tersebut :a. Untuk membuat tegak lurusnya sumbu kesatu digunakan sebuah nivo karena nivo memiliki garis lurus yaitu garis jurusan nivo yang dapat dibuat mendatar dengan teliti. Untuk itu garis jurusan nivo lebih dahulu dibuat tegak lurus pada sumbu kesatu.Caranya : Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A dan B, dengan dua sekrup penyetel ini gelembung ditempatkan di tengah-tengah. Putar nivo 180 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Umumnya gelembung akan pindah dan tengah-tengah. Pindahkan gelembung setengahnya kembali ke tengah-tengah dengan memutar sekrup koreksi nivo maka garis jurusan nivo akan tegak lurus pada sumbu kesatu. Ulangi pekerjaan sehingga gelembung tetap di tengah-tengah, sebe!um dan sesudah nivo diputar 180 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Putar nivo 90 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Tempatkan gelembung di tengah-tengah dengan sekrup penyetel ketiga. Maka sumbu kesatu tegak lurus pada dua garis jurusan mendatar. Ulangi pekerjaan sehingga semua jurusan gelembung tetap di tengah-tengah.Bila ada dua nivo yang terletak saling tegak lurus, pemutaran nivo 90 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar tidak perlu lagi karena untuk jurusan kedua yang mendatar digunakan garis arah nivo yang terletak pada kaki penyangga sumbu kedua.b. Mengatur sumbu kedua supaya mendatar dan mengatur garis bidik supaya tegak lurus pada sumbu kedua (keadaan sempurna). Tentukan titik T pada dinding yang berhimpit dengan titik potong dua garis diafragma. Dengan unting-unting dibuat titik P tegak lurus dengan titik T dengan tinggi dua kali tinggi titik T (tinggi titik T tinggi sumbu kedua) dan titik Q tegak lurus di bawah titik T yang tedetak di kaki dinding. Setelah garis bidik diarahkan ke titik T, goyangkan teropong keatas dan kebawah. Bila sumbu ke satu telah tegak lurus dan garis bidik telah tegak lurus sumbu kedua, maka pada gerakan teropong garis bidik membuat satu bidang tegak lurus pada sumbu kedua bejalannya garis bidik pada dinding dan titik T di atas melalui titik T ke titik Q dibawah menandakan bahwa sumbu ke satu telah tegak lurus, sumbu kedua telah mendatar dan garis bidik telah tegak lurus pada sumbu kesatu (lihat gambar).

Arahkan garis bidik ke skala atas supaya garis bidik tegak lurus pada sumbu kedua, putar skrup koreksi diafragma sehingga garis bidik ke arah nol skala.Ulangi pekerjaan sehingga keatas dan kebawah garis bidik kearah titik nol kedua skala (P dan Q) dengan demikian sumbu kedua mendatar dan garis bidik tegak lurus pada sumbu kedua.c. Menghilangkan kesalahan indeks pada lingkaran tegak bila pada waktu garis bidik mendatar, pembacaan tidak sama dengan 00 atau 90 dengan garis indeks nonius pembaca pada lingkaran selalu tegak dengan gelembung nivo yang ditempatkan pada plat nonius tegak ditengah-tengah. Misalnya pada gambar (i), garis bidik kearah suatu titik P dengan teropong dalam keadaan biasa. Garis B skala lingkaran berimpit dengan indeks nonius, setelah gelembung nivo diketengahkan. Putar teropong dengan sumbu kedua sebagai sumbu putar, maka teropong dalam keadaan luar biasa. Supaya garis bidik kearah P lagi, setelah teropong diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, maka pada waktu membalikkan teropong , teropong itu harus diputar dua Z dengan sumbu kedua sebagai sumbu putar gambar (ii).

111.4 Pengaturan Alat Penyipat Datar (Waterpass).Susunan pengaturan alat sebagai berikut :1. Membuat garis arah nivo tegak lurus pada sumbu kesatu2. Membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo3. Membuat garis mendatar diafragma tegak lurus pada sumbu kesatu.

BAB IVPELAKSANAAN PRAKTIKUM

IV.1.Waktu dan Tempat Praktikum1. Waktu praktikumPraktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah kelompok III dibawah bimbingan Ir. Wayan Puja dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 5 Desember 2009 mulai pukul 08.30-selesai.2. Tempat praktikumPraktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah berlokasi di program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana (Bukit Jimbaran).

IV.2 Cara Pengaturan Alat1. Pengaturan alat waterpass Mendirikan Tripod Memasang alat waterpass diatas Tripod Meletakkan dan menggser alat waterpass tepat diatas titik dengan mengatur unting-unting. Membuat alat mendatar dan mengatur gelembung Nivo tepat ditengah tengah skala nivo. Dilain pihak memasang bak (mistar ukur) tegak lurus diatas patok yang akan diukur. Membidik teropong alat waterpass ke bak patok yang diukur. Mengatur fokus lensa sehingga angka dan skala terbaca jelas. Mengatur skrup pada ujung teropong untuk memperjelas benang diafragma. Menempatkan benang vertikal teropong tepat pada sumbu dengan menggerakkan teropong, memakai skrup halus.

Pembacaan hasil bacaan sbb:- Ba = ..- Bt = ..- Bb = ..

2. Pengaturan Alat Theodolit Mendirikan tripod Memasang alat theodolit di atas tripod Memasang atau menggeser alat theodolit tepat di atas titik dengan incngatur unting-unting. Membuat alat mendatar dengan mengatur gelembung nivo tepat di tengah-tengah skala nivo. Mengenolkan sudut ke arah utara dan mengatur sekrup K2 dan sekrup halus halus F2. Memutar alat searah jarum jam dengan sekrup K1 dan K2 dilepas terlebih dahulu. Dipihak lain memasang bak ( mistar ukur ) di atas patok yang diukur. Membidik alat teropong theodolit ke bak patok yang diukur. Dengan mengeraskan sekrup K2 untuk pernbacaan sudut horizontal Memfokuskan lensa sehingga angka dan skala mistar jelas terbaca. Pembacaan pencatatan hasil bacaan sebagai berikut:-Ba = ..-Bt = ..-Bb = ..

Sudut horizontal = 00 0 0 Sudut vertikal = 00 0 0

IV.3. Cara Pengukuran1. Pengukuran Jarak Dengan meteran yaitu : mengukur jarak mendatar Dengan menggunakan alat theodolit yang sudah siap dipakai adalah sebagai berikut: Theodolit yang sudah siap dipakai diletakan pada patok yang diatur sedemikian rupa sehingga tegak lurus dengan patok (diatur dengan bantuan unting-unting). Pasang bak pada patok maupun tempat lain yang akan diukur jarak dan patok yang terdapat theodolit. Bidik patok tersebut dan catat hasil pengukuran Ba, Bt, Bb. Ukur jarak dengan rol meter atau bisa juga melalui jarak optis yaitu D = (Ba-Bb)* 100. Ulangi pengukuran hingga semua patok detail lain memiliki data lengkapGambar:

2. Pengukuran beda tinggi Dengan theodolitGambar:

1. Theodolit yang telah siap dipakai diletakkan tegak lurus dengan titik atau patok utama poligon dan sumbu kedua mendatar.2. Ukur tinggi theodolit dan tanah (b).3. Pasang bak pada tempat yang akan diukur detailnya disekitar patok utama polygon.4. Bidik bak tersebut dan hasilnya, catat Ba, Bt, Bb5. Hitung beda tinggi yaitu t = b-Bt

Dengan Waterpass Gambar :

1. Waterpass diletakkan antara dua buah titik yang akan diukur beda tingginya dan diatur agar waterpass tegak lurus.2. Letakkan bak pada tinggi patok yang akan diukur beda tingginya.3. Bidik bak dan catat hasilnya :Ba=Bt =Bb=4. Hitung beda tinggi yaitut Ba-Bb

IV. 4. Cara PerhitunganMenentukan koordinat titik dengan cara polygon.Jalan perhitungan dalam menentukan koordinat titik adalah : Jumlah sudut yang diukur, hitung Xakhir - Xawal, tentukan dx dan berilah koreksi pada sudut agar syarat pertama terpenuhi. Hitung awal dengan sudut yang telah diberi koreksi sudut jurusan semua sisi. Hitung dengan sudut jurusan hasil d sin dan d cos .

12 = 110 50 25 23= 91 30 22.5 34 = 178 20 40 41 = 268 40 52.5

12 = 110 50 25

23= 12 + SII + 180 - 360 00 00= 12 + 180 + S23 (koreksi) - 360 00 00= 110 50 25 +180 + 259 39 57.5 - 360 00 00= 451 30 22.5 - 360 00 00= 91 30 22.5

34 = 32 + SIII + 180 - 360 00 00= 23 + 180 + SIII (koreksi) - 360 00 00 = 91 30 22.5 + 180 + 266 50 17.5 - 360 00 00= 538 20 40 - 360 00 00= 178 20 40

41 = 43 + SIV + 180 - 360 00 00= 34 + 180 + SIV (koreksi) - 360 00 00= 178 20 40 + 180 + 270 20 12.5 - 360 00 00= 628 40 52.5 - 360 00 00= 268 40 52.5Kontrol : 12 = 14 + SI + 180 - 360 00 00= 41 + 180 + SI (koreksi) - 360 00 00= 268 40 52.5 + 180 + 283 9 32.5 - 360 00 00= 731 50 25 2 . 360 00 00= 110 50 25Terbukti polygon tertutup sudutnya kembali ke sudut awal.

Jumlahkan semua d sin dan d cos , tentukan Xakhir- Xawal dan Yakhir- Yawal serta hitung fx dan fy. Bagi dx dan dy kepada absis dan ordinat titik polygon dengan perbandingan jarak-jaraknya. Akhir koordinat titik polygon dapat dicari: X2 = X1 + dl sin 12 + koreksi Y2= Y1 + d1 cos 12 + koreksi

Menentukan beda tinggi (BT)

Menghitung beda tinggi di dapat langsung data-data hasil pengukuran yaitu melalui pengukuran benang tengah antara patok. Rumus adalah sebagai berikut: BT Btn - Btn-1.Perhitungan sudut dalamS12 = 282 59 45S23 = 259 30 10S34 = 266 40 30S41 = 270 10 25

S= 1079 20 50

Jumlah patok = 4Jumlah sudut seharusnya (n+2).180 = 2.180 = 1080 Faktor koreksi = 1080 00 00 - 1079 20 50 = 0 39 10

Koreksi sudut = 0 39 10 4 = 0 9 47.5Koreksi sudut luar:S12 = 283 09 32.5S23 = 259 39 57.5S34 = 266 50 17.5S41 = 270 20 12.5

2. Pengolahan datas = 1079 20 50Koreksinya = s - (n + 2) x 1080..................... n = 4 fs = 1080 00 00 - 1079 20 50 = 0 39 10Sehingga koreksi yang harus diberikan pada masing masing sudut adalah senagai berikut : Fs = fs / n = 0 39 10 / 4= 0 9 47.5Dengan demikian masing masing sudut polygon dikurangi = 0 9 47.5Didapat :

TitikSudut Horisontal

LuarSetelah

KoreksiDikoreksi

I276 31 15276 24 45

0 6 30

II249 21 15249 14 45

0 6 30

III302 01 00301 54 30

0 6 30

IV252 32300252 26 00

0 6 30

I

S = 1080 26 00

Setelah koreksi S = 00 00 00

Diketahui dari hasil pengukuran dilapangan : 12 = 110 50 25Sehingga : 23= 12 + SII + 180 - 360 00 00= 12 + 180 + S23 (koreksi) - 360 00 00= 110 50 25 +180 + 259 39 57.5 - 360 00 00= 451 30 22.5 - 360 00 00= 91 30 22.5

34 = 32 + SIII + 180 - 360 00 00= 23 + 180 + SIII (koreksi) - 360 00 00 = 91 30 22.5 + 180 + 266 50 17.5 - 360 00 00= 538 20 40 - 360 00 00= 178 20 40

41 = 43 + SIV + 180 - 360 00 00= 34 + 180 + SIV (koreksi) - 360 00 00= 178 20 40 + 180 + 270 20 12.5 - 360 00 00= 628 40 52.5 - 360 00 00= 268 40 52.5Kontrol : 12 = 14 + SI + 180 - 360 00 00= 41 + 180 + SI (koreksi) - 360 00 00= 268 40 52.5 + 180 + 283 9 32.5 - 360 00 00= 731 50 25 2 . 360 00 00= 110 50 25

Hasil perhitungan sesuai dengan dalil yang berlaku dalam perhitungan polygon tertutup, yaitu bahwa hasil pehitungan akan kembali sama dengan sudut azimuth yang dipakai patokan.Sebagaimana didapat :TitikSudut HorisontalAzimuth ()

LuarSetelah

KoreksiDikoreksi

I276 31 15276 24 45

0 6 309 28 20

II249 21 15249 14 45

0 6 3078 43 5

III302 01 00301 54 30

0 6 30200 37 35

IV252 32300252 26 00

0 6 3081 54 20

I

S = 1080 26 00

Setelah koreksi S = 00 00 00

3. PERATAAN JARAKTitikSudut HorisontalAzimuth ()Jarak (d)d sin

Luar

Koreksi

I

283 9 32.511 50 2534,477,0727

II

259 39 57.591 30 22.521,0020,0003

III

266 50 17.5178 20 4033,0032,9711

IV

270 20 12.5268 40 52.518,05

I

= 106,52 = -0.114

A. Perataan d sin i) d12 sin 12= 21.700 x sin 11 50 25= 4.453ii) d23 sin 23 = 37.700 x sin 91 30 22.5 = 37.687iii) d34 sin 34 = 18.500 x sin 178 20 40= 0.535iv) d41 sin 41 = 42.800 x sin 268 40 52.5= 42.789

Koreksi d sin fx = ( d12 / d ) x -0.114= ( 21.700 / 120.700) x -0.114 = - 0.020Sehingga : d12 sin 12 - ( - 0.020): 4.453+ 0.020: 4.473

fx = ( d23 / d ) x -0.114 = ( 37.700 / 120.700) x -0.114 = - 0.036Sehingga : d23 sin 23 - ( - 0.036): 37.687 + 0.036: 37.723

fx = ( d34 / d ) x -0.114 = ( 18.500 / 120.700) x -0.114 = -0.017Sehingga : d34 sin 34 - ( - 0.017): 0.535 + 0.017: 0.552 fx = ( d41 / d ) x -0.114 = ( 42.800 / 120.700) x -0.114 = -0.041Sehingga : d12 sin 12 - ( - 0.041): 42.789 + 0.041: - 42.748

TitikSudut HorisontalAzimuth ()Jarak (d)d sin koreksi

Luar

Koreksi

I283 9 32.5

11 50 2521.7004.473

II259 39 57.5

91 30 22.537.70037.723

III266 50 17.5

178 20 4018.5000.552

IV270 20 12.5

268 4052.542.800 42.748

I283 9 32.5

d =120,700 d sin =0

Karena jumlah d sin setelah dikoreksi telah sama dengan nol, maka perhitungan benar.

B. Perataan d cos i) d12 cos 12= 21.700 x cos 11 50 25= 21.238ii) d23 cos 23 = 37.700 x cos 91 30 22.5 = - 0.991iii) d34 cos 34 = 18.500 x cos 178 20 40 = -18.492iv) d41 cos 41 = 42.800 x cos 268 4052.5 = 0.985

TitikSudut HorisontalAzimuth ()Jarak (d)d cos

Luar

Koreksi

I283 9 32.5

11 50 2521.70021.238

II259 39 57.5

91 30 22.537.700- 0.991

III266 50 17.5

178 20 4018.500-18.492

IV270 20 12.5

268 4052.542.800 0.985

I283 9 32.5

d = 120,700 d cos =0.770

Koreksi d cos fx = ( d12 / d ) x 0.770= ( 21.700 / 120.700) x 0.770 = 0.138Sehingga : d12 cos 12 - 0.138: 21.238 - 0.138: 21.100

fx = ( d23 / d ) x 0.770 = ( 37.700 / 120.700) x 0.770 = 0.241Sehingga : d23 cos 23 - 0.241: - 0.991 0.241: - 1.232

fx = ( d34 / d ) x 0.770 = ( 18.500 / 120.700) x 0.770 = 0.118Sehingga : d34 cos 34 - 0.118: -18.492 0.118: -18.610 fx = ( d41 / d ) x 0.770 = ( 42.800 / 120.700) x 0.770 = 0.273Sehingga : d12 sin 12 - 0.273: - 0.985 0.273: - 1.258

TitikSudut HorisontalAzimuth ()Jarak (d)d cos koreksi

Luar

Koreksi

I283 9 32.5

11 50 2521.70021.100

II259 39 57.5

91 30 22.537.700- 1.232

III266 50 17.5

178 20 4018.500-18.610

IV270 20 12.5

268 4052.542.800- 1.258

I283 9 32.5

d = 120,700 d cos =0

Karena jumlah d cos setelah dikoreksi telah sama dengan nol, maka perhitungan benar.

TitikSudut HorisontalAzimuth ()Jarak (d)d sin koreksid cos koreksi

Luar

Koreksi

I283 9 32.5

11 50 2521.7004.47321.100

II259 39 57.5

91 30 22.537.70037.723- 1.232

III266 50 17.5

178 20 4018.5000.552-18.610

IV270 20 12.5

268 4052.542.800 42.748- 1.258

I283 9 32.5

d = 120,700 d sin =0d cos =0

Perhitungan Koordinat Koordinat titik I telah ditentukan sebesar ( 1,000 , 1,000). Sehingga koordinat titik lain dapat ditentukan, dengan :* Koordinat titik II (x,y) :x2= x1 + d sin koreksi= 1,000 + 4.473= 5.473y2= y1 + d cos koreksi= 1.000 + 21.100= 22.100Jadi koordinat titk II (5.473 , 22.100)

* Koordinat titik III (x,y) :x3= x2 + d sin koreksi= 5.473 + 37.723= 43.196y3= y2 + d cos koreksi= 22.100 + (- 1.232)= 20.868Jadi koordinat titk III (43.196 , 20.868)* Koordinat titik IV (x,y) :x4= x3 + d sin koreksi= 43.196 + 0.552= 43.748y4= y3 + d cos koreksi= 20.868 + (-18.610)= 2.258Jadi koordinat titk II (43.748 , 2.258)

Cek kesesuaian * Koordinat titik IV (x,y) :x1= x4 + d sin koreksi= 43.748 + ( 42.748)= 1,000y1= y4 + d cos koreksi= 2.258+ (- 1.258)= 1.000

Karena hasil dari cek kesesuaian sama dengan koordinat awal yang telah ditentukan, maka perhitungan benar.

A. PENGUKURAN WATERPASS1. Hasil Pengukuran di LapanganTitikPembacaan Skala

BelakangMuka

BABTBBBABTBB

I

1.2951.2521.2101.3701.3001.250

II

1.9531.9021.8500.8450.7230.600

III

2.5002.0601.6000.6950.6500.603

IV

0.6800.6050.5303.2523.1162.982

2. Kontrol Hasil Dengan Rumus BT = (BA+B) / 2TitikBELAKANGKontrolMUKAKontrol

BT=Kontrol -BTBT=Kontrol -BT

BABTBB(BA+BB)/2BABTBB(BA+BB)/2

I

1.2951.2521.2101.253-0.0011.3701.3091.2501.310-0.001

II

1.9531.9021.8501.9020.0000.8450.7230.6000.7230.000

III

2.5002.0481.6002.050-0.0020.6950.6500.6030.6490.001

IV

0.6800.6050.5300.6050.0003.2523.1162.9823.117-0.001

Karena kelebihan maupun kekurangan hasil bacaan Benang Tengah (BT) tidak lebih dari 0,002 maka hasil bacaan dapat dikatakan memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut.

3. PERHITUNGAN BEDA TINGGIBeda tinggi sebelum dikoreksi.TitikPembacaan SkalaBeda Tinggi

BelakangMukaSebelum

BABTBBBABTBBKoreksi

I

1.2951.2521.2101.3701.3001.250-0.048

II

1.9531.9021.8500.8450.7230.6001.179

III

2.5002.0601.6000.6950.6500.6031.410

IV

0.6800.6050.5303.2523.1162.982-2.511

beda tinggi = 0.030

Dari perhitungan jumlah beda tinggi didapat selisih beda tinggi sebesar 0,030. Dimana diharapkan selisih beda tinggi adalah = 0 , sehingga diperlukan factor koreksi.

Perhitungan Koreksi beda tinggi / n = 0,030 / 4 = 0,0075 0.007 atau 0,008Jadi masing-masing perhitungan beda tinggi tersebut harus dikurangi sebesar 0,007 atau 0,008 agar menghasilkan beda tinggi = 0Sehingga menjadi : Beda tinggi III= - 0,048 0,008 = - 0,056 Beda tinggi IIIII= 1,179 0,007= 1,172 Beda tinggi I II= 1,410 0,007 = 1,403 Beda tinggi I II = - 2,511 0,008 = - 2,519

Beda tinggi setelah dikoreksi.TitikPembacaan SkalaBeda TinggiFaktorBeda Tinggi

BelakangMukaSebelumKoreksiSesudah

BABTBBBABTBBKoreksiKoreksi

I

1.2951.2521.2101.3701.3001.250-0.0480.008-0.056

II

1.9531.9021.8500.8450.7230.6001.1790.0071.172

III

2.5002.0601.6000.6950.6500.6031.4100.0071.403

IV

0.6800.6050.5303.2523.1162.982-2.5110.008-2.519

4. PERHITUNGAN ELEVASIDari perhitungan beda tinggi yang telah dikoreksi di atas akan dihitung elevasi dari masing-masing titik, yakni titik II, III, dan IV dimana elevasi titik I telah diketahui sebesar +150,000.

Elevasi Titik II = Elevasi Titik I + Beda Tinggi I-II = +150,000 + (-0,056) = + 149,944 Elevasi Titik III= Elevasi Titik II + Beda Tinggi II-III = +149,944+ 1,172 = + 151,116 Elevasi Titik IV = Elevasi Titik III + Beda Tinggi III-IV = +151,116 + 1,403 = + 152,519Cek kesesuaian Elevasi Titik I = Elevasi Titik IV + Beda Tinggi IV-I = +152,519 + (-2, 519) = + 150,000Hasil cek kesesuaian cocok dengan elevasi yang telah ditentukan berarti perhitungan benar.TitikPembacaan SkalaBeda TinggiFaktorBeda TinggiElevasi

BelakangMukaSebelumKoreksiSesudah

BABTBBBABTBBKoreksiKoreksi

I+150,000

1.2951.2521.2101.3701.3001.250-0.0480.008-0.056

II+149,944

1.9531.9021.8500.8450.7230.6001.1790.0071.172

III+151,116

2.5002.0601.6000.6950.6500.6031.4100.0071.403

IV+152,519

0.6800.6050.5303.2523.1162.982-2.5110.008-2.519

+150,000

Dari hasil perhitungan waterpass didapat beda tinggi antar titik (sebagai koordinat sumbu) sehingga secara keseluruhan didapat tabel sebagai berikut.

1