Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iii
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA
INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN
PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
2020
iv
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM
PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
PENGARAH
Sujanarko, Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi
(PJKAKI), KPK
TIM PENYUSUN
Bernadette Steari Saraswati
Gita Annisaa Larasati
Syafira Putri Larasati
Miranti Martin
Raden Andita Primanti
Paku Utama
Vauline Frilly
Clinton Antonius
SUPPORTING
Henny Mustika Sari
v
KATA PENGANTAR
Korupsi, termasuk mekanisme pencucian uang di dalamnya, menimbulkan
dampak negatif yang sangat besar terhadap bangsa Indonesia, baik secara
finansial maupun non-finansial.
Perolehan hasil korupsi tersebut disembunyikan dengan mekanisme yang
kompleks masuk ke dalam sistem keuangan dunia yang disembunyikan ke
berbagai yurisdiksi. Perbedaan sistem hukum, sistem perbankan, dan praktik
penanganan perkara antar negara seringkali menjadi hambatan yang signifikan
dalam melakukan upaya penegakan hukum dan upaya asset recovery
(pemulihan aset) yang dilakukan oleh KPK.
Terdapat hambatan dan permasalahan yang dihadapi oleh KPK dalam
melakukan kerja sama internasional. Akan tetapi terdapat juga beberapa praktik
baik yang membuahkan keberhasilan dalam melakukan penanganan perkara
lintas yurisdiksi oleh KPK. Oleh karena itu buku ini dibuat agar pelajaran atas
kegagalan KPK di masa lampau dan strategi keberhasilan yang dilakukan, agar
terekam dengan baik dan dapat dijadikan pembelajaran bagi upaya
pemberantasan korupsi di kemudian hari.
Atas poin-poin di atas, saya sangat menyambut baik atas kehadiran buku
yang ditulis ini. Buku ini dapat dijadikan bahan bacaan dan pegangan dasar bagi
para praktisi, dan aparat penegak hukum dalam melakukan kerja sama
internasional. Selain itu, buku ini dapat dijadikan bahan kajian bagi sivitas
akademika dan masyarakat yang tertarik kepada isu ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan selamat kepada semua
pihak yang terlibat dalam penulisan ini. Semoga upaya kita bersama untuk
memberantas korupsi dalam menjaga kepastian hukum dan stabilitas ekonomi
di Indonesia dapat ditingkatkan.
Jakarta, 2020
Sujanarko
Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI),
Komisi Pemberantasan Korupsi
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
berkontribusi dan membantu penyusunan PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA
INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS
YURISDIKSI, yaitu:
• Ariawan Agustiartono, Jaksa KPK
• Afief Yulian Miftach, Penyidik KPK
• Wedrianto Rahardjo, Penyelidik KPK
• Achmad Taufik, Spesialis Kerja sama KPK (2005 – April 2020)
• Putri Rahayu W, Spesialis Kerja sama KPK (2007 – Oktober 2020)
• Giri Suprapdiono, Direktur Kampanye dan Sosialisasi KPK
• Cahyo R. Muzhar, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kemenkumham,
• Tudiono, Direktur Otoritas Pusat dan Hubungan Internasional
Kemenkumham
• Andi Eva Nurliani, Kasubdit MLA Kemenkumham
• Evren Gilbert, Kasi Penanganan MLA, Kemenkumham
• Seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu dan telah
membantu terselesaikannya buku ini.
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
BAB I LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
I. Tujuan Penulisan Buku .....................................................................1
II. Metodologi dan Bagaimana Menggunakan Buku Ini.......................2
III. Kerja Sama Internasional Kunci Keberhasilan KPK ..........................3
III.1 Kerja Sama Bilateral ..................................................................4
III.2 Kerja Sama Multilateral.............................................................8
BAB II MEKANISME KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK .................................. 13
I. Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana /Mutual
Legal Assistance in Criminal Matters (“MLA”) ...............................13
II. MLA Dengan Saluran Diplomatik ...................................................20
III. Kerja Sama Antar Lembaga ............................................................22
IV. NCB-Interpol...................................................................................23
V. Kerja Sama Unit Intelijen Keuangan ..............................................24
BAB III STRATEGI KEBERHASILAN KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK ............. 27
I. Belajar Dari Kegagalan KPK Di Awal ...............................................27
I.1. Permasalahan Komunikasi .......................................................27
I.2. Permasalahan Kepercayaan .....................................................29
II. Peran Direktorat PJKAKI .................................................................30
III. Strategi Keberhasilan KPK ..............................................................32
III.1. Strategi Sebelum Permintaan Resmi .....................................33
III.2.Strategi Saat Pengiriman Permintaan Resmi ..........................47
III.3. Strategi Setelah Permintaan Bantuan Diberikan ...................50
BAB IV KEBERHASILAN PENANGANAN PERKARA LINTAS YURISDIKSI .............. 54
I. Alstom ............................................................................................54
II. Innospec .........................................................................................63
viii
KESIMPULAN ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 72
LAMPIRAN I ......................................................................................................... 75
ix
DAFTAR CAPTION
Gambar i. Penandatangan MoU KPK dengan Kejaksaan Agung Australia .....6
Gambar ii. Partisipasi KPK dalam Pertemuan APEC ........................................9
Gambar iii. Siklus MLA....................................................................................15
Gambar iv. Pertemuan KPK dengan Central Authority Indonesia dan
Central Authority Thailand Membahas Permintaan MLA dari
NACC Thailand .............................................................................19
Gambar v. Pembahasan Kerja Sama KPK dengan Inspector General of
Vietnam .......................................................................................23
Gambar vi. Direktur PJKAKI Memberikan Pelatihan Kerja Sama
Internasional Kepada Perwakilan Lembaga Asing di Pusat
Edukasi Anti Korupsi KPK .............................................................32
Gambar vii. Pelatihan Bersama Aparat Penegak Hukum Asing dan KPK........38
Gambar viii. Casework Meeting antara Penyelidik, Penyidik, dan Jaksa
KPK dengan Lembaga Asing di Singapura....................................43
Gambar ix. Melalui MLA Jaksa KPK Melakukan Persidangan dengan saksi
WNI di Singapura .........................................................................46
Gambar x. Apresiasi KPK terhadap SFO ........................................................51
Gambar xi. Apresiasi SFO terhadap Keberhasilan KPK ..................................52
Gambar xii. Apresiasi DoJ terhadap Keberhasilan KPK ...................................52
Gambar xiii. Siklus MLA di BVI .........................................................................58
Gambar xiv. Siklus MLA di FBI ..........................................................................59
Gambar xv. Proses Pencarian Alat Bukti di Luar Negeri yang Difasilitasi
oleh Lembaga Asing.....................................................................60
Gambar xvi. Siklus MLA di Jepang....................................................................61
Gambar xvii. Siklus MLA di Inggris ....................................................................66
Gambar xviii. Siklus MLA di Singapura...............................................................68
Gambar xix. Pertemuan Penyelidik, Penyidik, dan Jaksa KPK dengan SFO
yang Difasilitasi oleh KBRI Inggris ................................................70
| 1
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
BAB I
LATAR BELAKANG
I. Tujuan Penulisan Buku
Korupsi telah berkembang semakin kompleks dengan memanfaatkan
sistem perbankan dan keuangan lintas yurisdiksi. Suap menyuap, gratifikasi,
dan skema korupsi lainnya tidak lagi dilakukan dengan memberikan aset
fisik secara langsung melalui perantara pihak ketiga, akan tetapi dengan
membangun struktur utang piutang, pembiayaan, dan transaksi bisnis
dengan memanipulasi pencatatan keuangan agar memenuhi justifikasi
sebagai syarat formal, untuk dapat terlihat sah dalam menguntungkan
pihak-pihak tertentu.
Lebih jauh lagi, tindak pidana korupsi sering disamarkan melalui
modus kejahatan industri tertentu seperti perbankan, pasar modal,
pertambangan, perkebunan, dan lainnya yang disembunyikan dalam
struktur berlapis dalam sistem kerahasiaan negara asing. Hal ini berdampak
pada unsur kerugian negara yang menjadi tidak jelas dan aparat penegak
hukum menjadi ragu dalam memastikan apakah ini perkara perdata atau
pidana, dan apakah ini memenuhi unsur delik tindak pidana korupsi atau
hanya business as usual?
Hampir di semua kasus korupsi yang melibatkan aliran uang yang
cukup besar, Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”) menemukan bahwa
aliran tindak pidana korupsi (“korupsi”) tersebut mengalir dan
2 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
disembunyikan di negara asing. Dalam beberapa perkara bahkan uang suap
mengalir dari rekening perusahaan asing di luar negeri kepada rekening
pejabat Indonesia di luar negeri, sehingga tidak terdeteksi oleh penyedia
jasa keuangan di Indonesia dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (“PPATK”). Hal ini menegaskan bahwa KPK dalam memberantas1
korupsi tidak bisa berdiri sendiri dan hanya mengandalkan kerja sama dalam
negeri saja. Kerja sama internasional dalam upaya pencegahan dan
penindakan korupsi menjadi salah satu kunci signifikan keberhasilan
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sejak KPK beroperasi pada tahun 2003, lembaga ini telah melakukan
berbagai kerja sama, baik secara bilateral dengan mitra kerja sama luar
negeri maupun dalam forum multilateral. Oleh karena itu secara umum
tujuan buku ini dibuat adalah untuk menjelaskan strategi dan contoh praktik
baik dalam mengimplementasi kerja sama internasional yang dilaksanakan
oleh KPK untuk mendukung pemberantasan korupsi. Secara khusus, tujuan
penulisan buku ini adalah untuk:
1. Memberikan gambaran pola strategi kerja sama internasional yang
telah dilakukan oleh KPK selama ini.
2. Membangun isu-isu spesifik dalam kerja sama internasional agar dapat
dijadikan kajian mendalam oleh sivitas akademika dalam membangun
dan mengembangkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
di Indonesia.
II. Metodologi dan Bagaimana Menggunakan Buku Ini
Penulisan buku ini menggunakan metodologi kualitatif dengan
observasi intensif terhadap objek penelitian dan fenomena yang terjadi
dalam proses kerja sama internasional KPK. Fokus penulisan buku ini
ditujukan kepada elemen sumber daya manusia, objek kerja sama
internasional, peran KPK dan Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar
Komisi dan Instansi (PJKAKI), dan interaksi dengan elemen lain seperti
1 Pemahaman pemberantasan (korupsi) yang dimaksud dalam buku ini adalah upaya komprehensif yang
meliputi upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi.
| 3
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
negara atau lembaga asing, serta peran penyelidik, penyidik, dan jaksa KPK.
Data primer dan sekunder yang digunakan cukup bervariasi seperti konvensi
internasional, instrumen hukum regional, petunjuk teknis internal KPK, dan
laporan surat kabar. Data dan informasi seperti resume perkara dan contoh
dokumen formal komunikasi antara KPK dengan lembaga asing didalami
untuk melihat poin penting keberhasilan kerja sama internasional KPK.
Selain itu, wawancara dan observasi langsung juga dilakukan terhadap para
aktor kunci yang meliputi penyelidik, penyidik, jaksa, dan Direktorat PJKAKI.
Penulisan buku ini dirancang dengan menggabungkan antara
pendekatan teoritis dengan pengalaman praktik KPK yang terlibat dalam
upaya kerja sama internasional, yang dibagi menjadi empat bab: bab satu
membahas tentang latar belakang dan kerja sama internasional sebagai
salah satu kunci keberhasilan KPK. Bab dua membahas tentang mekanisme
kerja sama internasional apa saja yang digunakan oleh KPK. Bab tiga
membahas mengenai formula penting apa saja yang dikembangkan dan
digunakan KPK sebagai strategi keberhasilan dalam menerapkan kerja sama
internasional. Bab empat membahas penerapan kerja sama internasional
KPK melalui studi kasus. Di bagian akhir buku ini, yaitu lampiran, akan
membahas secara mendalam mengenai proses bisnis dan mekanisme
penerimaan bantuan hukum berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku di Singapura, sebagai rujukan dalam memahami regulasi negara
asing dalam melakukan kerja sama internasional.
III. Kerja Sama Internasional Kunci Keberhasilan KPK2
KPK adalah lembaga anti korupsi independen yang dibentuk oleh
pemerintah Indonesia pada tahun 2003 sebagai respon atas permasalahan
korupsi di Indonesia. Pembentukan KPK diatur dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 dan diubah melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2019 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya KPK juga berwenang untuk
2 Dalam penulisan bagian ini, sub-bab III – III.2, diambil dari data yang diberikan oleh KPK, yaitu Sujanarko, Syafira Larasati, dkk, Strategi Dan Implementasi Kerja Sama Internasional Dalam Pemberantasan Korupsi, (Jakarta: Direktorat PJKAKI, 2020), hlm. 1 – 13. Dalam Focus Group Discussion “Dinamika Kerja Sama
Internasional Dalam Pemberantasan Korups i: Strategi Dan Tantangan.”
4 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
melakukan kerja sama internasional baik secara bilateral maupun
multilateral sesuai dengan Pasal 7 Ayat 1 huruf (f) Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 (“UU KPK”).
Kerja sama internasional KPK terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu kerja
sama bidang pencegahan, peningkatan kapasitas, dan penindakan. Kerja
sama dalam bidang pencegahan dilakukan untuk tujuan tukar menukar
informasi terkait metode, pendekatan, dan praktik baik dalam pencegahan
korupsi. Kerja sama di bidang peningkatan kapasitas, baik secara
kelembagaan maupun sumber daya manusia dilaksanakan dalam berbagai
bentuk kegiatan, antara lain seperti penyelenggaraan seminar atau
konferensi internasional, program pelatihan bersama, dan program magang
di lembaga anti-korupsi negara lain. Selanjutnya kerja sama dalam bidang
penindakan dilakukan untuk bertukar informasi dan data terkait
penanganan kasus, pertukaran pengetahuan mengenai modus operandi
yang digunakan oleh pelaku korupsi, penggunaan teknologi informasi dan
berbagai metode baru lainnya seperti forensik digital, forensik akuntansi,
dan bantuan terhadap upaya hukum lainnya dalam mendukung penyidikan
dan penuntutan kasus korupsi.
Kerja sama internasional dalam buku ini akan difokuskan kepada kerja
sama dalam bidang penindakan. Akan tetapi beberapa bentuk kerja sama
dalam bidang pencegahan dan peningkatan kapasitas yang dalam
praktiknya digunakan KPK untuk membantu upaya penindakan juga akan
dibahas.
III.1 Kerja Sama Bilateral
Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh dua
negara. Dalam konteks upaya pemberantasan korupsi, kerja sama
bilateral dilakukan antara dua lembaga yang berwenang melakukan
pemberantasan korupsi dari dua negara berdasarkan kebutuhan dan
prinsip timbal balik. Kebutuhan akan kerja sama bilateral yang paling
sering dilakukan adalah kebutuhan terkait pertukaran informasi dan
data, pemanggilan saksi, dan kebutuhan proses beracara di negara
asing seperti perintah penyitaan.
| 5
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Sebelum membangun kerja sama bilateral, KPK melalui Direktorat
PJKAKI melakukan analisis kebutuhan yang meliputi antara lain analisis
keuntungan kerugian dan analisis risiko. Analisis ini dilakukan secara
simultan dengan KPK mengembangkan komunikasi dan hubungan
kepada lembaga dari negara asing terkait baik melalui partisipasi
pertemuan dalam forum internasional, kunjungan ke lembaga asing,
dan korespondesi melalui email. Setelah analisis kebutuhan disepakati,
maka KPK menuangkan kebutuhan tersebut secara spesifik melalui
penyusunan dan penandatanganan nota kesepahaman (“memorandum
of understanding/MoU”). Saat ini, KPK memiliki sekitar 17 MoU dengan
berbagai lembaga yang berwenang dalam memberantas korupsi di
seluruh dunia, antara lain:
• Anti-Corruption and Civil Rights Commission (ACRC), Korea;
• Ministry of Supervision (MoS), Tiongkok;
• Economic and Financial Crimes Commission (EFCC), Nigeria;
• Inspector General of Vietnam (GIV), Vietnam;
• Malaysia Anti-Corruption Commission (MACC);
• National Anti-Corruption Commission (NACC), Thailand;
• General Inspection Organization (GIO), Iran;
• United Nations of Drugs and Crime (UNODC);
• Federal Bureau of Investigation (FBI), Amerika Serikat;
• Attorney General Department (AGD), Australia;
• Department of Justice, Department of Foreign Affairs, Department
of Interior dan Kingdom Relations, Belanda;
• Serious Fraud Office (SFO), Inggris;
• Serious Fraud Office (SFO), Selandia Baru;
• Independent Commission Against Corruption (ICAC), Mauritius;
• Instance Nationale de Lutte Contre la Corruption (INLUCC), Tunisia;
• Nazaha, Arab Saudi.
6 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Area kerja sama yang diatur dalam MoU-MoU ini meliputi:
• Pertukaran informasi terkait metode, cara, dan jenis korupsi
(termasuk TPPU dan aset hasil korupsi);
• Pertukaran informasi terkait metode dan modus operandi korupsi;
• Penyelenggaraan pelatihan bersama dan program pertukaran
pegawai (magang);
• Menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam forum, workshop,
seminar, konvensi, dan konferensi;
• Pertukaran informasi terkait pendidikan masyarakat, meningkatkan
kesadaran masyarakat, termasuk kampanye media serta partisipasi
publik;
• Menyediakan bantuan teknis dalam kegiatan operasional;
• Kerja sama lain sesuai kebutuhan para pihak.
Gambar i. Penandatangan MoU KPK dengan Kejaksaan Agung Australia
| 7
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Selain MoU terkait upaya pemberantasan korupsi antara KPK
dengan lembaga asing, saat ini Indonesia juga telah memiliki beberapa
perjanjian Mutual Legal Assistance in Criminal Matters (“MLA”) dengan
beberapa negara. MLA atau bantuan hukum timbal balik dalam masalah
pidana merupakan suatu mekanisme kerja sama di mana satu negara
meminta negara lain atau instansi terkait yang berada di luar negeri
untuk membantu upaya penegakan hukum secara umum atau upaya
pemulihan aset secara khusus. 3 Dalam praktiknya, mekanisme kerja
sama tersebut diaplikasikan ke dalam upaya ‘surat-menyurat’ secara
formal antara negara yang sedang melakukan upaya pemulihan aset
dengan lembaga negara tempat aset berada.4
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan
Timbal Balik dalam Masalah Pidana, menjelaskan MLA adalah
permintaan bantuan terkait penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
di sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan negara diminta. Konsep dan penjelasan teknis mengenai MLA
akan dijelaskan lebih lanjut dalam Bab II buku ini.
Hingga saat ini (2020), Indonesia sudah memiliki perjanjian MLA
dengan beberapa negara, yaitu:5
• Australia (ditandatangani tahun 1995);
• Tiongkok (ditandatangani tahun 2000);
• Korea Selatan (ditandatangani tahun 2002);
• ASEAN (ditandatangani tahun 2004);
• Hong Kong (ditandatangani tahun 2008);
• India (ditandatangani tahun 2011);
• Vietnam (ditandatangani tahun 2013);
• Uni Emirat Arab (ditandatangani tahun 2014);
3 Paku Utama, Memahami Asset Recovery dan Gatekeeper, (Jakarta: Indonesia Legal Roundtable, 2012), hlm. 71. 4 Ibid. 5 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI, Laporan Penelitian: Central Authority dan Mekanisme Koordinasi Dalam Pelaksanaan Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana,
(Jakarta: Badan Hukum Pembinaan Nasional, 2012), hlm. 48-49.
8 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
• Iran (ditandatangani tahun 2016);
• Swiss (ditandatangani tahun 2019);
• Rusia (ditandatangani tahun 2020).
III.2 Kerja Sama Multilateral
Kerja sama multilateral adalah kerja sama internasional yang
melibatkan lebih dari dua negara. Pada praktiknya, KPK memanfaatkan
kerja sama multilateral untuk membangun inisiatif dan kesepakatan
dengan beberapa negara dalam suatu komitmen anti-korupsi. Inisiatif
ini dilakukan untuk membangun komitmen anti-korupsi tertentu secara
khusus atau umum, baik di tingkat regional maupun internasional.
KPK, melalui Direktorat PJKAKI akan menganalisis komitmen yang
dibangun dan disepakati dalam forum multilateral sesuai dengan
prioritas dan kebijakan Pemerintah Indonesia. Selanjutnya KPK akan
mengurai komitmen tersebut secara teknis agar dapat disesuaikan
berdasarkan arah kebijakan anti-korupsi KPK dan diimplementasikan
manfaatnya secara domestik untuk kepentingan bangsa.
Sebagai koordinator untuk forum-forum multilateral anti-korupsi,
KPK juga bertanggung jawab untuk menyiapkan posisi Indonesia
terhadap kesepakatan komitmen Pemerintah Indonesia dalam forum-
forum tersebut. Lebih jauh, beberapa manfaat yang dapat diambil dari
keikutsertaan pada forum multilateral adalah:
• Mengembangkan jaringan kerja sama internasional;
• Mempelajari standar internasional, metode baru, dan praktik baik
dalam bidang pencegahan dan penindakan korupsi; dan
• Memperoleh kesempatan untuk berbagi pengalaman dan
pendekatan KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi.
| 9
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar ii. Partisipasi KPK dalam Pertemuan APEC
Forum-forum multilateral yang masuk ke dalam prioritas utama
di mana KPK secara aktif menjadi koordinator, antara lain:
• Conference of the State Party (“Konferensi Negara-Negara Pihak,
CoSP”) dan Working Group UNCAC
CoSP adalah konferensi internasional yang dilakukan setiap
dua tahun yang dihadiri oleh negara-negara yang meratifikasi dan
menandatangani UNCAC.6 Konferensi ini membahas perkembangan
aktual terkait implementasi UNCAC dan menyusun resolusi yang
diperlukan sebagai turunan ketentuan UNCAC yang selanjutnya
dapat diadopsi secara teknis oleh negara pihak. Selain forum CoSP,
UNCAC juga memiliki forum pertemuan turunan yang disebut
sebagai Working Group (Kelompok Kerja), mengacu kepada Bab IV
UNCAC tentang kerja sama internasional. Setiap tahun dilaksanakan
6 UNCAC adalah Konvensi PBB mengenai Anti-Korupsi (United Nations Convention on Anti-Corruption).
10 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
minimal empat pertemuan working group, yaitu pertemuan
terkait:7
o Pertemuan yang membahas upaya pencegahan korupsi
(Working Group on Prevention).
o Pertemuan yang membahas upaya pemulihan aset (Working
Group on Asset Recovery).
o Pertemuan yang mebahas implementasi UNCAC
(Implementation Review Group).
o Pertemuan ahli yang membahas kerja sama internasional
(Expert Meeting on International Cooperation).
• G20 Anti-Corruption Working Group (“G20 ACWG”)
G20 ACWG merupakan working group yang dibentuk saat
Konferensi Tingkat Tinggi Toronto pada tahun 2010 yang diinisiasi
oleh pemimpin G20 untuk memberikan rekomendasi anti-korupsi
kepada negara-negara G20. 8 G20 ACWG diagendakan untuk
dilakukan sebanyak tiga kali setahun.
• APEC Anti-Corruption and Transparency Working Group (APEC
ACTWG) ACTWG
ACTWG merupakan sub-forum di bawah Senior Official
Meeting Steering Committee on Economy and Technology (SCE).
Sejarahnya, ACTWG hanya merupakan satuan tugas sebelum
menjadi working group. Working Group ini dibentuk berdasarkan
deklarasi Bogor Goals dan Santiago Commitment, dan juga
berfungsi untuk membangun dan memperkuat jaringan lembaga
anti-korupsi di kawasan Asia Pasifik.
7 Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, Laporan Tahunan KPK 2018, (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2018), Lampiran hlm. 2. 8 Attorney-General’s Department of Australia, G20 Agenda for Action on Combating Corruption, Promoting Market Integrity, and Supporting a Clean Business Environment, https://www.ag.gov.au/sites/default/files/2020-03/G20AntiCorruptionActionPlan.pdf, diakses pada 8
Desember 2020.
| 11
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
• Anti-Corruption Initiatives for Asia Pacific
Forum ini adalah forum anti-korupsi di kawasan Asia Pasifik
yang diinisiasi oleh (Asian Development Bank) ADB dan
(Organization for Economic Co-Operation and Development) OECD.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh forum ini adalah:9
o Steering Group Meeting;
o Regional Anti-Corruption Conferences;
o Law Enforcement Network Meeting;
o Public Integrity Network Meeting;
• ASEAN Parties against Corruption (“ASEAN-PAC”)
ASEAN-PAC merupakan inisiatif sepuluh lembaga anti-korupsi
pada tahun 2004 di Jakarta, antara Anti-Corruption Bureau (ACB)
Brunei Darussalam, KPK, Malaysia Anti-Corruption Commission
(MACC) Malaysia, Corrupt Practice Investigation Bureau (CPIB)
Singapore, Anti-Corruption Unit (ACU) Kamboja, Office of The
Ombudsman (OMB) Filipina, National Anti-Corruption Commission
(NACC) Thailand, Government Inspectorate (GI) Vietnam, State
Inspection and Anti-Corruption Authority (SIAA) Laos, dan Anti-
Corruption Commission (ACC) Myanmar.10
• International Anti-Corruption Academy (“IACA”)
IACA merupakan organisasi internasional yang didirikan pada
2011. Indonesia sudah meratifikasi persetujuan pendirian IACA
melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2013. IACA
memberikan pelatihan anti-korupsi bagi penggiat anti-korupsi.
Indonesia adalah salah satu Founding Members dari 36 negara lain
yang pertama menandatangani perjanjian pendirian IACA. 11 IACA
9 OECD, ADB/OECD Anti-Corruption Initiative For Asia-Pasific-Meetings and Conferences,
https://www.oecd.org/site/adboecdanti-corruptioninitiative/meetingsandconferences/, diakses pada 8
Desember 2020. 10 ASEAN, Register Of Entities Associated with ASEAN, https://asean.org/storage/2012/05/Rev2_REGISTER-OF-ENTITIES-ASSOCIATED-WITH-ASEAN-as-of-1-August-2018-Autosaved.pdf, hlm. 18, diakses pada 8
Desember 2020. 11 The Jakarta Post, RI one of Anticorruption Academy Founders, https://www.thejakartapost.com/news/2010/09/08/ri-one-anticorruption-academy-founders.html,
diakses pada 8 Desember 2020.
12 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
adalah satu-satunya lembaga yang menawarkan program
pendidikan S2 khusus mengenai anti-korupsi.
• Anti-Corruption Agencies (“ACA Forum”)
ACA Forum merupakan forum anti-korupsi yang diprakarsai
oleh Korea Independence Commission Against Corruption (KICAC,
sekarang dikenal sebagai ACRC Korea), pada 2002 di Seoul. Forum
ini beranggotakan KPK, ICAC Hong Kong, Australian Commission for
Law Enforcement Integrity (ACLEI) Australia, ICAC New South Wales
Australia, MACC Malaysia, CPIB Singapura, ACRC Korea, dan
Ombudsman Filipina. Tujuan dari forum ini adalah untuk
membangun kerja sama dalam pertukaran informasi dan
pengalaman terkait upaya pencegahan dan penindakan korupsi.
• Economic Crime Agencies Network (“ECAN”)
ECAN merupakan jaringan kerja sama antar lembaga penegak
hukum yang dibentuk di Selandia Baru pada 2013, di mana KPK
adalah salah satu pendirinya. 12 Upaya pemberantasan korupsi
merupakan salah satu dari isu yang dibahas dalam ECAN.
12 Corrupt Practices Investigation Bureau, 2nd Economic Crime Agencies Network (ECAN), https://www.cpib.gov.sg/press-room/events/2nd-economic-crime-agencies-network-ecan, diakses pada 8
Desember 2020. Selain KPK, pendiri dari ECAN adalah FBI di Amerika Serikat, SFO di Inggris, the European Anti-Fraud Office (OLAF), SFO di New Zealand, the Australian Federal Police (AFP) di Australia, the Economic and Financial Crimes Commission di Nigeria, the Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) di
Malaysia, ICAC di Hong Kong, CPIB di Singapura, Royal Canadian Mounted Police di Kanada.
| 13
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
BAB II
MEKANISME KERJA SAMA
INTERNASIONAL KPK
Bab ini akan membahas praktik dan mekanisme kerja sama internasional
yang dilakukan oleh KPK. Mekanisme kerja sama internasional tersebut meliputi
pemanfaatan Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana /Mutual Legal
Assistance in Criminal Matters (“MLA”), saluran diplomatik, saluran Interpol,
saluran intelijen keuangan, dan saluran antar lembaga (agency to agency).
I. Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana /Mutual
Legal Assistance in Criminal Matters (“MLA”)
1. Definisi
Dalam mempelajari MLA, pertama-tama perlu terlebih dahulu
dipahami tiga hal fundamental, yaitu MLA, surat permintaan/ permohonan
MLA, dan perjanjian MLA. MLA (mutual legal assistance in criminal matters)
atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai bantuan hukum timbal balik
dalam masalah pidana, adalah suatu mekanisme kerja sama antar negara
yang bertujuan untuk saling memberikan bantuan dalam suatu upaya
penegakan hukum seperti pertukaran informasi dan data, pelaksanaan
upaya paksa seperti penggeledahan, penyitaan, perampasan di negara
asing, dan hal lainnya. Definisi MLA ini juga dijelaskan dalam Pasal 3 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik dalam
Masalah Pidana (“UU MLA”) yang menjelaskan bahwa bantuan timbal balik
14 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
dalam masalah pidana adalah bantuan terkait penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
Surat permintaan MLA atau dikenal sebagai MLA request adalah surat
permohonan resmi yang dikeluarkan oleh suatu negara peminta kepada
negara asing terkait permohonan bantuan, dalam upaya penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, sesuai dengan tata cara
yang diatur di negara terkait. Permintaan MLA ini dibuat dalam bentuk surat
resmi yang diajukan oleh Menteri Hukum dan HAM.13
Perjanjian MLA adalah perjanjian antar negara yang dijadikan dasar
untuk menyepakati mekanisme kerja sama bantuan hukum timbal balik.
Dalam hal ini contohnya perjanjian MLA antara Indonesia dengan Swiss yang
ditandatangani pada tahun 2019, yang terdiri dari 39 pasal, mengatur
tentang mekanisme bantuan hukum terkait pelacakan, pembekuan,
penyitaan, perampasan aset hasil kejahatan, dan upaya hukum lainnya.14
Akan tetapi, ketiadaan perjanjian MLA antar negara tidak menjadi alasan
untuk tidak dilakukannya MLA.
UU MLA menjelaskan bahwa MLA dapat dilakukan berdasarkan suatu
perjanjian, termasuk perjanjian bilateral dan multilateral. Apabila tidak
terdapat perjanjian yang dimaksud, maka bantuan hukum timbal balik tetap
dapat dilakukan atas dasar hubungan baik berdasarkan prinsip
resiprositas.15 Prinsip resiprositas adalah prinsip kerja sama berdasarkan
hubungan timbal balik yang berpedoman pada kepentingan nasional
dengan memperhatikan hukum nasional dan internasional.16
13 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 9 (1), “Menteri dapat mengajukan permintaan Bantuan kepada negara
asing secara langsung atau melalui saluran diplomatik.” 14 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Indonesia and Swiss Confederation Sign MLA Agreement, https://setkab.go.id/en/indonesia-and-swiss-confederation-sign-mla-agreement/, diakses pada 8
Desember 2020. 15 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 5 ayat (1) dan (2). Lihat juga Pasal 4 UU MLA yang memberikan
gambaran bahwa MLA bukan merupakan ekstradisi, pengalihan narapidana, dan pengalihan perkara dari satu negara ke negara lain. 16 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No.
18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 5 ayat (2) bagian penjelasan.
| 15
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Dari penjelasan di atas, maka dapat dilihat bahwa MLA, surat
permohonan MLA, dan perjanjian MLA memiliki definisi yang berbeda.
Dalam memahami hal tersebut, berikut ilustrasi tahapan MLA secara umum:
Gambar iii. Siklus MLA
1. Pertama, sebelum mengirimkan permohonan atau memberikan
bantuan timbal balik, harus dipastikan kedua belah pihak memiliki dasar
hukum yang berbentuk perjanjian MLA. Apabila tidak memiliki
perjanjian MLA, maka bantuan tetap dapat dilakukan berdasarkan
hubungan baik atau prinsip resiprositas;
2. Setelah dasar MLA dipenuhi maka surat permintaan MLA dikirimkan dari
negara peminta bantuan kepada negara yang diminta; dan
3. Surat permintaan MLA yang dikirimkan oleh negara peminta tersebut,
dijadikan dasar hukum bagi negara yang diminta untuk melakukan
upaya hukum yang diperlukan bagi negara peminta sesuai dengan
regulasi terkait masing-masing negara.
Akan tetapi, tidak serta-merta semua permintaan MLA baik dari
maupun ke Indonesia dapat diterima dan dilaksanakan. Terdapat beberapa
16 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
pengecualian yang menjadi dasar penolakan permintaan MLA, seperti
permintaan MLA yang terkait:17
• Tindak pidana politik.
• Orang atau pelaku yang sudah dibebaskan atau selesai menjalani
pemidanaan.
• Pemidanaan terkait SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).
• MLA yang dapat merugikan kepentingan nasional suatu negara.
• Merugikan kedaulatan negara, kepentingan dan keamanan nasional.
• Permintaan MLA yang terkait dengan orang yang atas pidananya
diancam hukuman mati dapat ditolak oleh Pemerintah Indonesia, namun
tidak wajib ditolak seperti halnya pada poin-poin di atas.18
2. Dual Criminality
Dual criminality atau kriminalitas ganda19 merupakan salah satu asas
penting MLA karena dilihat sebagai salah satu syarat diterimanya
permintaan MLA. Pasal 7 UU MLA menegaskan bahwa permintaan MLA dari
negara asing kepada Indonesia atas suatu kejahatan di negara asing dapat
ditolak apabila perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana di
Indonesia.
Lebih jauh lagi bahkan United Nations Convention Against Corruption
(“UNCAC”) menegaskan secara eksplisit bahwa dual criminality adalah
persyaratan untuk melakukan kerja sama internasional. 20 UNCAC dapat
17 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 6 dan Pasal 7. 18 Terdapat perbedaan antara permintaan MLA yang wajib ditolak (Pasal 6) dan dapat ditolak (Pasal 7). Misalnya terkait permintaan MLA yang atas pidananya diancam hukuman mati, Pemerintah Indonesia
dapat menolak. 19 Dual criminality adalah asas yang menyatakan bahwa suatu perbuatan harus merupakan suatu tindak pidana yang diatur menurut hukum Indonesia dan negara lain, sehingga dalam meminta MLA, Pemerintah
Indonesia harus memastikan bahwa suatu tindak pidana yang dilakukan di Indonesia juga merupakan tindak pidana yang diatur oleh negara yang dimintakan MLA. Di dalam Black’s Law Dictionary, Dual Criminality didefinisikan sebagai “The rule prohibiting the international extradition of a fugitive unless the offense
involves conduct that is criminal in both countries.” Lihat Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, edisi ke 9, (St. Paul: MN: Thomson/West, 2009), hlm. 573. 20 Paku Utama, Memahami Asset Recovery dan Gatekeeper, (Jakarta: Indonesia Legal Roundtable, 2012),
hlm. 86.
| 17
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
dijadikan dasar hukum MLA apabila tidak terdapat perjanjian antar negara
yang melakukan bantuan hukum timbal balik tersebut, dan para Negara
Peserta (UNCAC) dapat menolak memberikan bantuan dengan alasan
ketiadaan dual criminality. Akan tetapi Negara Peserta, apabila sejalan
dengan dasar hukum domestiknya, wajib memberikan bantuan yang tidak
bersifat memaksa (upaya paksa), apabila bantuan tersebut bersifat
penting.21
Dalam hal ini KPK harus mempelajari hukum yang berlaku di negara
tujuan permintaan MLA terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa unsur-
unsur tindak pidana korupsi yang diatur di Indonesia adalah sama dengan
negara asing tersebut. Dalam bab selanjutnya akan dibahas bagaimana
mitigasi dan strategi KPK dalam menghadapi negara asing yang tidak
mengenal konsep kerugian negara atau keterlibatan pejabat publik dalam
pengaturan tindak pidana korupsi di negara tersebut.
Sebagaimana sudah dibahas pada bagian-bagian sebelumnya, dapat
dilihat bahwa dasar hukum bagi pemerintah Indonesia dan KPK pada
khususnya untuk melakukan MLA dengan negara asing adalah UU MLA. UU
MLA ini juga mengatur mengenai tata cara permintaan maupun pemberian
bantuan hukum timbal balik ke negara asing. MLA ini erat kaitannya dengan
upaya asset recovery atau pemulihan aset hasil kejahatan, di mana MLA
dapat digunakan dalam setiap tahapan asset recovery oleh suatu negara.
Jenis MLA dapat diilustrasikan berdasarkan tahapan asset recovery, yaitu:22
a. Pelacakan
1) Mengidentifikasi dan mencari orang;
2) Mendapatkan pernyataan atau bentuk lain;
3) Menunjukkan dokumen atau bentuk lain;
4) Mengupayakan kehadiran orang untuk memberikan keterangan
atau membantu penyidikan; dan
5) Menyampaikan surat.
b. Pembekuan dan Penyitaan
1) Melaksanakan permintaan penggeledahan dan penyitaan; dan
21 Ibid. Lihat juga Pasal 46 (9) (b) UNCAC. 22 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No.
18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 3 ayat (2).
18 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
2) Melarang transaksi kekayaan, membekukan aset yang dapat dilepas
atau disita, atau yang mungkin diperlukan untuk memenuhi sanksi
denda yang dikenakan, sehubungan dengan tindak pidana.
c. Perampasan
1) Perampasan hasil tindak pidana;
2) Mencari kekayaan yang dapat dilepaskan, atau yang mungkin
diperlukan untuk memenuhi sanksi denda yang dikenakan,
sehubungan dengan tindak pidana; dan
3) Memperoleh kembali sanksi denda berupa uang sehubungan
dengan tindak pidana;
4) Permintaan menindaklanjuti putusan pengadilan di Indonesia untuk
dilakukan di negara asing terkait perampasan, pidana denda, atau
pembayaran uang pengganti.23
d. Repatriasi
1) Tindakan lain seperti pemulangan hasil kejahatan, baik yang sudah
dirampas berdasarkan putusan pengadilan negara asing atau tidak,
kepada negara asal/ Indonesia.
e. Tindakan Lain
1) Permohonan pengaturan penahanan apabila orang yang berada di
negara asing akan melakukan perjalanan ke Indonesia dan akan
transit di negara asing lainnya.24
2) Penggantian biaya atau mekanisme bagi hasil terkait perampasan
aset hasil kejahatan antara Indonesia dengan negara yang
dimintakan MLA.25
23 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Lihat Pasal 22 dan 23. 24 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 26. 25 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No.
18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 57.
| 19
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar iv. Pertemuan KPK dengan Central Authority Indonesia dan Central Authority Thailand Membahas
Permintaan MLA dari NACC Thailand
3. Tata Cara
Berdasarkan UU MLA, Ketua KPK dapat melakukan permohonan MLA
melalui Menteri Hukum dan HAM. Menteri Hukum dan HAM merupakan
pejabat pemegang Central Authority (“CA”) atau otoritas pusat yang
diberikan kewenangan oleh UU MLA sebagai koordinator dalam permintaan
MLA dari Indonesia ke negara asing atau penanganan permintaan MLA dari
negara asing ke Indonesia.26
4. Permintaan MLA dari Indonesia Kepada Negara Lain
UU MLA menjelaskan bahwa Menteri dapat mengajukan permintaan
MLA, berdasarkan permohonan dari Kapolri, Jaksa Agung, atau Ketua KPK
dalam kaitannya penanganan perkara korupsi.27 Hal tersebut dapat dilihat
dari ilustrasi di bawah ini:
26 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Bagian Penjelasan. 27 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No.
18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 9 ayat (2) dan (3).
20 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
5. Permintaan MLA ke Indonesia Dari Negara Lain
UU MLA menjelaskan bahwa terkait permintaan MLA kepada
Indonesia, diajukan kepada CA, yang selanjutnya diteruskan kepada Kapolri
atau Jaksa Agung untuk ditindaklanjuti. 28 Hal tersebut dapat dilihat dari
ilustrasi di bawah ini:
II. MLA Dengan Saluran Diplomatik
MLA dengan saluran diplomatik pada dasarnya adalah bantuan hukum
timbal balik yang prosesnya melibatkan saluran diplomatik baik di Indonesia
maupun negara asing. Hal ini dilakukan jika negara tujuan permintaan
mensyaratkan pengiriman permintaan MLA melalui saluran diplomatik.
Dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM dapat mengajukan bantuan kepada
negara asing melalui saluran diplomatik 29 dan negara asing dapat
28 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 29. 29 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No.
18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 9 (1).
| 21
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
mengajukan permintaan bantuan melalui saluran diplomatik. 30 Saluran
diplomatik yang dimaksud dalam hal ini adalah Kementerian Luar Negeri.
1. Permintaan MLA dari Indonesia Kepada Negara Lain
UU MLA menjelaskan bahwa dalam mengirimkan permintaan MLA,
Menteri dapat mengajukan permintaan MLA tersebut melalui saluran
diplomatik, yaitu melalui Kementerian Luar Negeri Indonesia dan asing.31
Hal tersebut dapat dilihat dari ilustrasi di bawah ini:
2. Permintaan MLA ke Indonesia Dari Negara Lain
UU MLA menjelaskan bahwa permintaan MLA dari negara asing
kepada Indonesia dapat dilakukan menggunakan saluran diplomatik, yaitu
melalui Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Asing.32 Hal tersebut dapat
dilihat dari ilustrasi di bawah ini
30 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 27 (2). 31 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No. 18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 9 ayat (1). 32 Indonesia, Undang-Undang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana, UU No. 1 Tahun 2006, LN No.
18 Tahun 2006, TLN No. 4607, Pasal 27 ayat (2).
22 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
III. Kerja Sama Antar Lembaga
Selain melalui mekanisme MLA, KPK juga dapat mencari informasi,
data, dan/ atau hal lain yang diperlukan terkait penanganan suatu perkara
dalam ranah kerja sama internasional, yaitu kerja sama antar lembaga.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dan diubah melalui Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 (“UU KPK”) menjelaskan kewenangan KPK dalam
melakukan kerja sama internasional antar lembaga. Pasal 7 Ayat (1) Huruf
(f) menjelaskan bahwa KPK memiliki kewenangan untuk melakukan kerja
sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi. Hal ini selanjutnya ditegaskan dalam Pasal 12 Ayat (2) Huruf (g)
bahwa KPK dapat meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi
penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan
penyitaan barang bukti di luar negeri.
Sebagaimana dijelaskan pada Bab I bahwa sampai dengan saat ini, KPK
memiliki MoU dengan 17 lembaga anti-korupsi dari negara lain. Kerja sama
antar lembaga tersebut meliputi kerja sama di bidang:
1) Pertukaran informasi terkait metode penanganan perkara korupsi
(termasuk TPPU dan aset hasil tindak pidana korupsi);
2) Pertukaran informasi terkait metode dan modus operandi tindak pidana
korupsi;
3) Penyelenggaraan pelatihan bersama antar personel lembaga anti-
korupsi;
4) Menyediakan bantuan teknis dalam kegiatan operasional; dan
5) Kerja sama lain sesuai kebutuhan para pihak.
Tata Cara
| 23
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Upaya kerja sama antara KPK kepada lembaga asing dilakukan dengan
mengirimkan permintaan bantuan secara langsung, tanpa melibatkan
lembaga lain seperti CA, Kementerian Luar Negeri, Interpol, atau lainnya.
Selain UU KPK, MoU KPK dengan lembaga asing dapat dijadikan dasar
hukum dalam melakukan kerja sama internasional ini.
Gambar v. Pembahasan Kerja Sama KPK dengan Inspector General of Vietnam
IV. NCB-Interpol
Kerja sama internasional melalui Interpol yang dilakukan KPK adalah
proses pencarian informasi, data, dan/atau upaya penegakan hukum lain
yang melibatkan jaringan polisi internasional melalui kerja sama erat
dengan Kepolisian RI. Interpol adalah organisasi kepolisian seluruh dunia,
yang diakui oleh PBB sebagai organisasi inter-pemerintah, yang dibentuk
tahun 1923 dengan nama awalnya International Criminal Police
Commission, yang selanjutnya berubah menjadi International Criminal
Police Organization.33 Kata Interpol sendiri digunakan sebagai kata sandi
33 Divisi Hubungan Internasional Polri, https://divhubinter.polri.go.id/dhi/profilNcbInterpol.php, diakses
pada 1 Desember 2020.
24 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
dan sebagai alamat telegrafis dalam koordinasi dan komunikasi antar
anggotanya.34
Dalam sejarahnya, sidang umum ICPC di Berlin pada tahun 1926
menyarankan agar setiap negara anggota membuat National Central Bureau
Interpol (“NCB”) sebagai pusat koordinasi dalam proses kerja sama
internasional.35
Peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak mengatur secara
eksplisit terkait kewenangan NCB-Interpol dalam melakukan kerja sama
internasional. Akan tetapi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (“UU Polri”) menjelaskan bahwa
fungsi NCB-Interpol dilaksanakan oleh Polri, dan terikat pada ketentuan
hukum internasional, baik perjanjian bilateral maupun multilateral.
Selanjutnya penjelasan Pasal 15 Ayat (2) Huruf (j) UU Polri
menjelaskan bahwa mekanisme bantuan timbal balik, di mana Polri dapat
melakukan tindakan kepolisian di Indonesia berdasarkan permintaan negara
lain, ataupun sebaliknya Polri dapat meminta negara asing untuk melakukan
tindakan kepolisian di negara tersebut, dapat dilakukan selama tidak
bertentangan dengan hukum nasional negara tersebut.
Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa praktik kerja sama
internasional Polri dengan prinsip resiprositas sudah dilakukan jauh
sebelum lahirnya UU MLA pada tahun 2006. Bahkan hal ini ditegaskan dalam
Pasal 56 UU MLA bahwa pengaturan dalam UU MLA tidak mengurangi
pelaksanaan kerja sama timbal balik dalam masalah pidana yang selama ini
sudah dilakukan oleh NCB-Interpol.
V. Kerja Sama Unit Intelijen Keuangan
Dalam melakukan kerja sama internasional melalui jalur intelijen
keuangan, KPK bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (“PPATK”). PPATK, sebagai unit intelijen keuangan (Financial
Intelligence Unit, “FIU”), adalah lembaga sentral yang melakukan
34 Ibid. 35 Ibid.
| 25
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di
Indonesia. Sebagai lembaga sentral di Indonesia, maka PPATK juga berfungsi
sebagai otoritas 36 dalam melakukan kerja sama internasional terkait
intelijen keuangan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU TPPU”) menegaskan
bahwa PPATK memiliki tugas dan kewenangan untuk menerima,
menganalisis, dan mengkoordinasikan analisis transaksi keuangan kepada
pihak terkait, khususnya lembaga penegak hukum. Selain berkoordinasi
dengan lembaga di dalam negeri, PPATK juga berkoordinasi dengan lembaga
terkait di luar negeri, baik secara langsung melalui antar lembaga, secara
bilateral, atau multilateral melalui forum-forum internasional seperti The
Egmont Group.37 The Egmont Group adalah organisasi internasional yang
beranggotakan FIU dari seluruh dunia yang bertujuan membangun wadah
kerja sama dalam pertukaran informasi terkait pencegahan dan
pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme.38
Tindak pidana pencucian uang seringkali melibatkan struktur
kompleks yang menggunakan sistem perbankan internasional, agar dapat
menyamarkan uang hasil kejahatan dan memindahkan uang tersebut ke
tempat lain dalam waktu singkat. Hal ini pada praktiknya sangat
menghambat upaya penegakan hukum atas tindak pidana pencucian uang,
atau upaya pelacakan aliran keuangan atas tindak pidana lain seperti
korupsi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kerja sama
internasional menjadi salah satu kunci penting keberhasilan penanganan
36 Hal ini ditegaskan dalam UU TPPU bagian Penjelasan (Umum) bahwa “Lembaga keuangan memiliki
peranan penting khususnya dalam menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa dan melaporkan Transaksi tertentu kepada otoritas (financial intelligence unit) sebagai bahan analisis dan untuk selanjutnya disampaikan kepada penyidik.” Otoritas yang dimaksud di sini adalah PPATK. 37 Indonesia, Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 8 Tahun 2010, LN No. 122 Tahun 2010, TLN No. 5164, Pasal 91. Pasal 91 ini menjelaskan bahwa PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU dapat melakukan kerja sama bantuan timbal balik dalam masalah
pidana secara bilateral atau multilateral. Kerja sama tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama timbal balik, atau berdasarkan prinsp resiprositas. 38 PPATK, Egmont Group Meetings 2019 di Jakarta, https://www.ppatk.go.id/siaran_pers/read/921/siaran-
pers-egmont-group-meetings-2019-di-jakarta.html, diakses pada 3 Desember 2020.
26 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
perkara tindak pidana pencucian uang, atau tindak pidana lain dalam
menelusuri aliran uangnya. Hal ini pun ditegaskan dalam Pasal 89 Ayat (1)
UU TPPU bahwa PPATK dalam melakukan fungsinya dapat melakukan kerja
sama internasional dengan lembaga sejenis dari luar negeri. Kerja sama
internasional tersebut dapat dilakukan dalam bentuk formal dan
berdasarkan prinsip resiprositas. 39 PPATK dalam rangka melaksanakan
fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi keuangan terkait
suatu tindak pidana, berdasarkan Pasal 44 Ayat (1) UU TPPU, dapat meminta
informasi dan data kepada pihak pelapor berdasarkan permintaan dari
instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri, dan meneruskan
informasi tersebut kepada instansi peminta baik di dalam atau luar negeri.
Terkait dengan permintaan dan pertukaran informasi dengan FIU dari
negara lain, PPATK berkoordinasi dan bekerja sama dengan instansi penegak
hukum asing, lembaga pengawas penyedia jasa keuangan asing, lembaga
pengelola keuangan negara asing, dan FIU asing.40
Tata Cara
Dalam melakukan kerja sama internasional seperti pencarian data dan
informasi melalui saluran intelijen keuangan, KPK dapat mengirimkan surat
permohonan resmi kepada PPATK untuk selanjutnya PPATK berkoordinasi
dengan FIU asing terkait pencarian tersebut.41 Hal tersebut dapat dilihat dari
ilustrasi berikut ini:
KPK Sebagai Peminta
39 Indonesia, Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 8 Tahun 2010, LN No. 122 Tahun 2010, TLN No. 5164, Pasal 89 ayat (2). 40 Indonesia, Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 8 Tahun 2010, LN No. 122 Tahun 2010, TLN No. 5164, Pasal 90. 41 Indonesia, Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 8
Tahun 2010, LN No. 122 Tahun 2010, TLN No. 5164, Pasal 90 Ayat (3) Huruf (d) UU TPPU.
| 27
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
BAB III
STRATEGI KEBERHASILAN
KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK
I. Belajar Dari Kegagalan KPK Di Awal
Setiap negara asing memiliki kompleksitas permasalahan yang
berbeda-beda dalam membangun hubungan kerja sama dan berkoordinasi
dengan KPK. Dalam melakukan kerja sama internasional, KPK tidak selalu
berhasil, dan seringkali menghadapi kegagalan di awal. Kegagalan ini berasal
dari tidak dapatnya KPK dalam memahami poin penting dan prosedur dalam
penanganan suatu perkara korupsi, seperti permintaan data, informasi,
upaya penyitaan, dan perampasan, sehingga menjadi hambatan dan
permasalahan yang bervariasi dari setiap negara asing.
Dari kegagalan tersebut KPK memahami bahwa kegagalan di awal
sangat erat kaitannya dengan proses komunikasi dan kepercayaan lembaga
asing terhadap KPK. Oleh karena itu bab ini akan membahas dua hal penting,
yaitu apa saja yang menjadi faktor kegagalan KPK di awal dan selanjutnya
membahas strategi apa yang dibangun dan dilakukan KPK dalam mengatasi
kegagalan tersebut, dan menjadi keberhasilan dalam upaya kerja sama
internasional.
I.1. Permasalahan Komunikasi
Salah satu permasalahan utama dari kegagalan KPK di awal adalah
komunikasi. Pada awalnya, komunikasi dan permintaan yang dikirimkan
28 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
KPK melalui email dan surat seringkali tidak mendapatkan respon yang
positif. Contohnya pada tahun 2011, KPK melalui CA mengajukan
permintaan MLA kepada Pemerintah Singapura. Pada tahun 2011
hingga 2014, permintaan MLA tersebut ditanggapi oleh CA Singapura
dengan meminta tambahan informasi dan memberikan saran
perbaikan mengenai kelengkapan persyaratan yang masih belum sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Singapura, misalnya bukti transaksi
yang melibatkan rekening di Singapura. Setelah KPK, bersama dengan
CA Indonesia, melengkapi persyaratan, menyesuaikan dengan saran
perbaikan dan memberikan informasi tambahan kepada CA Singapura,
maka pada awal tahun 2014, Singapura mulai mengirimkan hasil atas
permintaan MLA berupa dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam
penanganan perkara KPK.
Pelajaran penting yang dapat diambil dalam kegagalan ini adalah,
pada saat itu KPK dan CA Indonesia menyusun permintaan MLA yang
belum memenuhi persyaratan berdasarkan hukum nasional Singapura.
Contohnya penyidik belum dapat menjelaskan mengenai kebutuhan
informasi secara detail di Singapura dan keterkaitannya dengan tindak
pidananya, dan kurangnya koordinasi awal antara KPK, CA Indonesia,
CA Singapura, dan otoritas terkait di Singapura sebelum mengirimkan
MLA.
Dalam permintaan-permintaan MLA selanjutnya, pada saat
meminta bantuan ke lembaga asing, penyidik harus dapat memberikan
penjelasan terkait materi spesifik yang diminta dari lembaga asing
tersebut. Materi tersebut tidak boleh bersifat umum untuk
menghindari persepsi adanya fishing expedition42 yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum terkait. Selain itu, hal lainnya yang juga tidak
kalah penting saat melakukan permintaan bantuan lintas negara,
42 Fishing expedition adalah suatu upaya memperoleh informasi melalui permintaan yang bersifat luas
dengan pertanyaan yang tidak spesifik. Dalam praktiknya hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pertanyaan umum dengan harapan terdapat informasi relevan yang ditemukan berdas arkan kata kunci umum yang diberikan. Lebih jauh lagi fishing expedition menurut Black’s Law Dictionary adalah “An
attempt, through broad discovery requests or random questions, to elicit information. Also, from another party in the hope that something relevant might be found; esp., such an attempt that exceeds the scope of discovery allowed by procedural rules.” Lihat Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, edisi ke 9, (St. Paul:
MN: Thomson/West, 2009), hlm. 740
| 29
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
penyidik tidak hanya harus memahami peraturan yang berlaku di
Indonesia namun juga harus mempertimbangkan hukum yang berlaku
di negara tujuan untuk mencari adanya dual criminality dan memahami
kemampuan atau kewenangan lembaga asing tersebut dalam
memenuhi permintaan penyidik.
Dalam permintaan bantuan untuk pemeriksaan saksi di negara
lain misalnya, setiap negara memiliki aturan kerja sama dan format
permintaan yang berbeda-beda. Di Singapura, KPK dapat membangun
komunikasi informal terlebih dahulu dengan surat elektronik (“email”)
dan baru mengirimkan permintaan MLA setelahnya. Akan tetapi di
Jepang, KPK diharuskan menggunakan jalur diplomatik yang melibatkan
Kementerian Luar Negeri dan CA dari kedua negara untuk setiap
komunikasi dan koordinasi yang dilakukan. Perbedaan sistem seperti ini
juga berlaku di negara asing lainnya seperti Inggris, Amerika, Swiss, dan
British Virgin Island.
I.2. Permasalahan Kepercayaan
“Membangun trust adalah kunci”, begitu pernyataan yang
dilontarkan oleh penyelidik, penyidik, jaksa, dan anggota satuan tugas
kerja sama internasional KPK dalam setiap kesempatan dan wawancara
yang berbeda. Strategi dan mitigasi risiko apapun yang dibuat dalam
upaya kerja sama internasional, seperti permintaan data, tidak akan
berhasil apabila tidak ada kepercayaan dari negara maupun lembaga
asing. Kepercayaan adalah konsep yang abstrak dan tidak dapat timbul
dengan sendirinya, sehingga konsep ini perlu diturunkan menjadi
parameter berwujud untuk melihat bentuk dan capaian konkret suatu
kepercayaan. Parameter tersebut perlu dibangun melalui upaya
proaktif dan responsif yang harus dibina secara berkesinambungan
dalam suatu hubungan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam membina
kepercayaan pun beragam, di antaranya integritas diri, komunikasi yang
berkesinambungan, serta kemampuan untuk memberikan respon yang
tepat baik dalam hal teknis maupun nonteknis.
30 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Pada suatu kesempatan, KPK mengirimkan MLA kepada CPIB
(Singapura), untuk mengajukan permintaan informasi terkait 4 rekening
koran, dokumen pembukaan rekening, dan 10 slip transaksi perbankan
atas suatu kasus. Akan tetapi CPIB tidak memberikan tanggapan hingga
lebih dari 1 tahun. Penyidik KPK ingin menemui personel yang
menangani MLA tersebut, dan mengetahui bahwa personel tersebut
akan menghadiri suatu acara internasional di Bangkok. Setelah
dilakukan pertemuan di Bangkok oleh penyidik KPK, diketahui bahwa
terdapat kesalahan ketik dalam permintaan yang diajukan KPK atas
rekening koran, terkait perkara yang seharusnya tahun 2016, namun
tertulis sejak 2006. Singapura mempertanyakan keseriusan KPK dan
mengapa permintaan dari KPK tidak sesuai dengan tempus yang
diuraikan dalam uraian kasus.
Contoh di atas menggambarkan bahwa permasalahan
kepercayaan ini muncul karena Singapura tidak yakin dengan
keseriusan KPK dalam menangani kasus tersebut, terutama di dalam
negeri. KPK menyadari permasalahan ini dan segera merespon
Singapura dengan memperbaiki kesalahan tersebut dan memberikan
beberapa bukti terhadap kemajuan penanganan perkara tersebut di
Indonesia, hingga akhirnya kasus tersebut diputus.
Respon sigap KPK ini berimplikasi terhadap kelancaran upaya
kerja sama selanjutnya dengan Singapura. Di tahun-tahun berikutnya,
saat KPK menangani kasus Garuda, KPK meminta 27 rekening koran dan
ratusan slip transaksi, dan permintaan tersebut dipenuhi oleh
Singapura dalam waktu beberapa bulan saja.
II. Peran Direktorat PJKAKI
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membangun komunikasi
dan kepercayaan tersebut di awal? Apakah upaya ini dilakukan oleh
personel, satuan tugas, atau divisi tertentu? Dalam membangun dan
membina jaringan internasional, terdapat peran suatu direktorat di KPK
yang signifikan, yaitu Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja antar Komisi dan
Instansi (“PJKAKI”). Direktorat PJKAKI bertugas untuk mengoordinasikan
| 31
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
permintaan bantuan terkait penanganan perkara dengan Kedeputian
Penindakan dan sebagai pejabat penghubung dengan mitra kerja sama luar
negeri baik untuk permintaan secara formal maupun informal. Direktorat
PJKAKI bersama dengan penyelidik, penyidik atau jaksa akan merancang
permintaan bantuan dan memastikan kelengkapan persyaratan dan
menentukan mekanisme terbaik dalam mendapatkan informasi dan data
serta melakukan negosiasi dengan mitra kerja sama luar negeri. Selain itu,
Direktorat PJKAKI juga bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan
jaringan kerja sama dengan negara lain sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Dalam membina jaringan internasional, Direktorat PJKAKI berperan
membuka jaringan baru dengan negara atau lembaga asing yang belum
memiliki hubungan kerja sama dengan KPK, serta membina jaringan -
jaringan yang sudah terbentuk sebelumnya. Guna membuka jaringan baru,
Direktorat PJKAKI merancang strategi pendekatan proaktif terbaik yang
disesuaikan dengan karakteristik masing - masing negara atau lembaga. Dan
jika jaringan sudah terjalin, Direktorat PJKAKI membina komunikasi yang
berkesinambungan dengan beragam pendekatan.
Mengingat pentingnya peran Direktorat PJKAKI dalam kerja sama
internasional, maka pertanyaan selanjutnya adalah kompetensi teknis apa
yang menjadi standar bagi para personel Direktorat PJKAKI dalam
melaksanakan tugasnya? Adapun kompetensi teknis dasar yang harus
dimiliki para spesialis kerja sama Direktorat PJKAKI dalam membangun
jaringan dan upaya permintaan data internasional adalah:
• Kemampuan berbahasa asing, terutama Bahasa Inggris;
• Kemampuan persuasi;
• Teknik negosiasi;
• Kemampuan mengelola proyek;
• Strategi komunikasi dengan mitra kerja sama;
• Implementasi komitmen global dan pemanfaatan jaringan kerja sama;
• Teknik diplomasi internasional;
• Teknik pencarian dan pengelolaan data dan informasi;
• Manajemen risiko;
32 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
• Complaint handling management;
• Dasar hukum pidana dan acara pidana; dan
• Komunikasi organisasi.
Gambar vi. Direktur PJKAKI Memberikan Pelatihan Kerja Sama Internasional Kepada Perwakilan Lembaga
Asing di Pusat Edukasi Anti Korupsi KPK
III. Strategi Keberhasilan KPK
Belajar dari kegagalan KPK membangun kerja sama internasional di
awal, maka KPK selalu memperbaharui metode komunikasi dan sistem
koordinasi untuk memitigasi permasalahan tersebut. Dari upaya-upaya
perbaikan tersebut, KPK menyadari bahwa terdapat formula yang efektif
dalam melakukan kerja sama dengan negara asing terkait penanganan suatu
perkara tindak pidana korupsi. Poin-poin penting tersebut akan dirangkum
menjadi strategi keberhasilan kerja sama internasional KPK, yang terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu strategi sebelum mengirimkan permintaan
bantuan kerja sama, saat mengirimkan, dan setelah diberikan bantuan kerja
sama internasional oleh negara asing. Secara keseluruhan, strategi
| 33
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
keberhasilan kerja sama internasional tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi
diagram di bawah ini:
III.1. Strategi Sebelum Permintaan Resmi
Riset Hukum
Sebelum membuka komunikasi, KPK melakukan riset mendalam
mengenai hukum di negara asing tersebut. Dalam meminta bantuan ke
negara lain, baik mencari data, informasi, orang, atau permintaan
bantuan lain seperti penyitaan dan perampasan, KPK tidak bisa hanya
menggunakan sudut pandang peraturan perundang-undangan
Indonesia saja.
Sebagai contoh, untuk upaya permintaan bantuan hukum ke
Singapura, KPK harus memahami konsep delik korupsi di setiap pasal
yang terdapat dalam The Prevention of Corruption Act (“PCA”) untuk
melihat perbedaan dan persamaan konsep tindak pidana korupsi di
Indonesia dan Singapura. Misalnya apakah konsep kerugian negara dan
peran pejabat publik dalam unsur tindak pidana korupsi di Indonesia
sudah sejalan dengan konsep tindak pidana korupsi di Singapura.
Apabila terdapat perbedaan, maka KPK harus mencari dan menegaskan
persamaan konsep tindak pidana korupsi yang masuk ke dalam regulasi
ke dua negara, yang nantinya diimplementasikan ke dalam strategi
komunikasi KPK.
Selain Singapura, KPK juga perlu melakukan hal serupa kepada
peraturan perundang-undangan negara lain yang memiliki intensitas
34 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
tinggi dalam setiap kerja sama internasional KPK, seperti Amerika
dengan Foreign Corrupt Practices Act (“FCPA”) dan Inggris dengan
Bribery Act. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari permintaan
bantuan asing KPK ditolak atau tidak dapat dipenuhi oleh negara yang
dituju.
Poin-poin penting yang harus didalami saat melakukan riset
hukum adalah:
• Apakah perkara yang ditangani KPK berimplikasi signifikan terhadap
kepentingan atau ketertiban umum dalam negeri dari negara yang
dimintakan bantuan? Contohnya, apakah penanganan kasus di
Indonesia berpotensi menghambat stabilitas kegiatan ekonomi di
suatu negara?
• Bagaimana format penerimaan bantuan menurut regulasi domestik
suatu negara, apakah harus melalui MLA, surat resmi antar lembaga,
jalur diplomatik, dan prasyarat apa saja yang harus dipenuhi dalam
membangun substansi permintaan bantuan, antara lain seperti:
o Dasar hukum internasional dan domestik negara terkait;
o Konsep kriminalitas ganda; dan
o Poin penolakan permintaan seperti hukuman mati, isu politik,
SARA, dan lainnya.
Di akhir buku ini, akan terdapat lampiran yang membahas secara
detail dan mendalam mengenai proses bisnis dan mekanisme
penerimaan bantuan hukum berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku di Singapura.
Strategi Komunikasi
Dalam praktiknya, KPK memiliki dua strategi komunikasi, yaitu
komunikasi terhadap lembaga asing yang sudah terjalin hubungan
sebelumnya, dan strategi komunikasi terhadap lembaga asing yang
belum pernah menjalin hubungan dengan KPK.
| 35
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
• Strategi Komunikasi dengan Lembaga Asing yang Sudah Memiliki
Hubungan dengan KPK
Setelah mendalami poin-poin penting terkait peraturan
perundangan dan sistem hukum suatu negara yang akan dimintakan
bantuan, selanjutnya KPK membuka jalur komunikasi awal melalui
email, teleconference, atau pertemuan dengan lembaga asing
terkait. Poin-poin penting yang disampaikan secara komprehensif
dalam komunikasi awal ini adalah:
o Posisi penanganan perkara tersebut di dalam negeri, contohnya
tahapan perkara yang dapat mencakup tahapan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, atau putusan.43
o Setelah mendapatkan posisi kasus dari penyelidik, penyidik
atau jaksa, spesialis kerja sama internasional di dalam
Direktorat PJKAKI dapat memulai komunikasi dengan personel
dari lembaga asing dan menyampaikan kebutuhan KPK. Hal ini
dilakukan supaya penyelidik, penyidik atau jaksa dapat fokus
pada penanganan perkara di domestik, di sisi lain proses
permintaan bantuan ke lembaga asing dapat terus berlangsung
secara paralel. Tidak jarang pertukaran informasi dan data
dapat langsung dilakukan tanpa memerlukan casework atau
pertemuan dengan penyelidik, penyidik atau jaksa. Namun jika
dibutuhkan, spesialis kerja sama bersama dengan personel dari
lembaga asing akan menyepakati dan merancang pertemuan.
o Merujuk ke poin di atas, dalam membangun hubungan
internasional yang baik, yang menjadi fokus utama adalah
persamaan hukum serta penyesuaian terhadap hukum
tersebut, bukan perbedaan hukum antara kedua negara.
Contohnya saat menangani kasus tindak pidana korupsi di
Indonesia, maka saat berhubungan dengan Singapura, yang
43 Penggunaan terminologi dalam menjelaskan posisi kasus sangat penting. Misalnya di beberapa negara, permintaan bantuan melalui MLA dapat diberikan saat kasus sudah memasuki tahap investigasi, sedangkan
arti investigasi di Indonesia dapat berbeda terkait konsep penyelidikan dan penyidikan, sehingg a KPK harus dapat menyamakan persepsi tersebut baik dari sisi hukum dan tahapannya. Poin penting selanjutnya adalah jangan langsung meminta data, informasi, atau hal lainnya di awal, tetapi jelaskan terlebih dahulu posisi
kasus tersebut.
36 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
ditegaskan bukan unsur kerugian negaranya melainkan
suapnya (bribery).
o Urgensi dan implikasi dari bantuan yang diberikan negara asing
kepada KPK dan Indonesia.
o Langkah-langkah yang akan dilakukan KPK berdasarkan data,
informasi, atau hal lainnya yang diperoleh dari negara asing
terkait penanganan perkara di Indonesia.44
o KPK dapat membangun dasar bahwa perkara ini tidak hanya
merugikan Indonesia, tetapi juga berimplikasi kepada negara
yang dituju, sehingga KPK dapat mengajak negara asing
tersebut melakukan penanganan perkara bersama atau
investigasi paralel (joint investigation).45
Saat komunikasi melalui konferensi atau rapat bersama baik
melalui jaringan internet atau kunjungan langsung personel terkait,
KPK tidak hanya menugaskan spesialis kerja sama, penyelidik dan
penyidik, tetapi juga melibatkan jaksa di kegiatan dan
komunikasinya.
• Strategi Komunikasi dengan Lembaga Asing yang Belum Memiliki
Hubungan dengan KPK
Apabila KPK belum pernah memiliki hubungan kerja sama
sebelumnya dengan suatu lembaga asing, KPK membangun
interaksi awal melalui keikutsertaan KPK pada forum-forum
internasional, dan membangun komunikasi melalui perwakilan
negara atau lembaga asing yang terlibat dalam forum tersebut.
Contohnya pada awal berdirinya KPK, Direktorat PJKAKI saat itu
ditargetkan oleh Pimpinan untuk sudah memiliki MoU di level
44 KPK harus memastikan kepada lembaga asing tersebut bahwa data yang dimintakan penting dan
bagaimana pemanfaatannya. Lembaga asing akan menilai keseriusan KPK dalam menangani perkara
tersebut. 45 Metode komunikasi seperti ini dilakukan agar negara dan lembaga asing juga mem iliki rasa kepemilikan
dan menjadi kepentingan bersama terhadap kasus terkait. KPK harus mempelajari dasar hukum dan syarat-syarat apa saja pada negara asing tersebut untuk melakukan joint investigation, sehingga poin-poin ini harus ditekankan dalam komunikasi awal. Dalam pemaparan, KPK harus memberikan rekomendasi dasar
hukum negara asing tersebut untuk membuka kasus terkait di negaranya.
| 37
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
ASEAN. Direktur PJKAKI, Pak Sujanarko, melakukan komunikasi awal
dengan negara-negara ASEAN dan selanjutnya pada bulan
Desember 2003, perwakilan lembaga asing dari empat negara, yaitu
The National Anti-Corruption Commission (NACC) di Thailand, Biro
Mencegah Rasuah (BMR) di Brunei Darussalam, Malaysian Anti-
Corruption Commission (MACC) di Malaysia, dan Corrupt Practices
Investigation Bureau (CPIB) di Singapura melakukan kunjungan
kerja ke KPK untuk membahas konsep kerja sama internasional di
kawasan ASEAN.
Pada saat itu NACC Thailand hadir dan ikut berdiskusi konsep
kerja sama internasional di kawasan ASEAN dan membahas
substansi MoU mengenai kerja sama pencegahan dan
pemberantasan korupsi di regional ASEAN, yang saat ini disebut
sebagai MoU ASEAN-PAC. Namun karena adanya kendala internal di
negara Thailand, NACC tidak dapat ikut menandatangani MoU
tersebut. Akan tetapi komitmennya dalam membangun inisiatif
kerja sama internasional dalam pemberantasan korupsi adalah
preseden yang sangat baik. Pada tahun 2007, NACC baru dapat ikut
menandatangani MoU tersebut.
Selain berpartisipasi aktif di forum-forum internasional,
Direktorat PJKAKI juga rutin mengundang individu-individu kunci
berpengaruh dalam upaya pemberantasan korupsi dari negara lain
untuk berbagi pengalaman kepada KPK. Contohnya, Direktorat
PJKAKI pernah mengundang Jaksa yang berhasil menangani perkara
Vladimir Montesinos di Peru, mantan pimpinan ICAC, Tony Kwok
Man-wai, dan tokoh-tokoh lainnya.
Selain langkah-langkah yang disebutkan di atas, KPK memiliki
cara lain dalam membangun interaksi dalam bentuk kegiatan
pelatihan dan program peningkatan kapasitas lainnya. KPK rutin
berpartisipasi dalam mengikuti pelatihan bersama antar lembaga
anti-korupsi di negara asing. Contohnya, KPK dan CPIB telah
beberapa kali berinteraksi dalam beberapa pelatihan bersama.
Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh CPIB di Singapura dan KPK
diundang sebagai salah satu pesertanya. Dalam pelatihan seperti ini
38 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
para peserta dilibatkan dalam simulasi penanganan perkara yang
diadopsi dari keadaan aktual di masing-masing negara. Hal seperti
ini akan membangun komunikasi intens antar peserta, yang ke
depannya akan sangat membantu koordinasi saat melakukan
penanganan perkara aktual. Selain dengan CPIB Singapura,
penyelidik, penyidik dan jaksa KPK seringkali mengikuti pelatihan
bersama dengan lembaga asing lainnya seperti FBI, ICAC Hongkong,
MACC dan lainnya.
Yang menarik, berdasarkan pengalaman beberapa peserta
pelatihan tersebut, dari KPK menjelaskan bahwa tidak hanya saat
pelatihan, tetapi interaksi para peserta pada kegiatan informal di
sela-sela pelatihan seperti makan malam bersama atau kegiatan
kunjungan ke tempat wisata yang diselenggarakan panitia pelatihan
juga sangat berpengaruh dalam membangun kedekatan masing-
masing individu. Hal ini pun ke depannya sangat bermanfaat saat
melakukan koordinasi penanganan perkara.
Gambar vii. Pelatihan Bersama Aparat Penegak Hukum Asing dan KPK
| 39
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Memastikan Penanganan Perkara Di Dalam Negeri dan Membangun
Kepercayaan Lembaga Asing
Dalam praktiknya terdapat dua pertimbangan kunci yang
dilakukan oleh lembaga asing sebelum memutuskan apakah ia akan
membantu KPK, atau sejauh mana ia akan membantu KPK. Pertama,
adalah sejauh mana keseriusan KPK dalam menangani perkara tersebut
di dalam negeri, di mana hal ini dapat terlihat dari detail permintaan
yang dikirimkan oleh KPK kepada lembaga asing. Hal tersebut dapat
dilihat dari ilustrasi permintaan bantuan di bawah ini.
Ilustrasi pertama, KPK mengirimkan permintaan bantuan
mengenai informasi transaksi dengan narasi sebagai berikut “tolong
berikan informasi rekening koran transaksi antara Bapak A, seorang
pejabat di Indonesia, dengan Bank XXX di Singapura.” Sekarang
bandingkan dengan ilustrasi kedua terkait permintaan yang sama
dengan narasi sebagai berikut, “tolong berikan informasi transaksi
antara Bapak A, seorang pejabat di Indonesia lahir pada tanggal sekian,
dengan Bank X di Singapura, dengan keterangan transaksi pengiriman
uang pembayaran dari Rekening Bank XXX atas nama PT. ABC, yang
terjadi antara 14 Januari 2017 – 20 Januari 2017, dengan kode transaksi
123-00-xxx dan kode swift 0023-xxx. Jumlah transaksi tersebut adalah
USD 200.000 yang dilakukan dengan mata uang USD.” Dari kedua
ilustrasi permintaan tersebut, terlihat bahwa ilustrasi yang kedua
menggambarkan upaya penelusuran yang dilakukan KPK lebih lengkap
sehingga terlihat keseriusan KPK dalam menangani perkara tersebut.
Kedua, adalah permasalahan kepercayaan dan integritas.
Sebelum memberikan bantuan baik berupa data, pencarian saksi, atau
lainnya, lembaga asing mempertimbangkan integritas KPK dalam suatu
penanganan perkara, apakah informasi yang diberikan nantinya akan
digunakan untuk mencari dan menghukum pelaku, atau justru
digunakan untuk melakukan pemerasan terhadap pihak-pihak tertentu.
Kamus kompetensi perilaku KPK mendefinisikan integritas
sebagai suatu nilai moral, etika, dan kepatuhan yang baik dan benar,
yang terimplementasi dalam tindakan konsisten dan perilaku sehari-
40 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
hari.46 Dalam membangun dan menjaga integritas terkait kerja sama
internasional, KPK melakukan dua hal yaitu menjaga dan memastikan
penyelesaian kasus di level dalam negeri, dan memastikan dukungan
KPK terhadap segala permintaan negara asing dilakukan secara
maksimal.
Pada tahun 2007 KPK, melalui Direktorat PJKAKI belajar dari
pengalaman Nigeria dalam melacak dan meminta pemulihan aset hasil
korupsi mantan Presiden Nigeria, Sani Abacha yang disembunyikan ke
beberapa negara seperti Swiss, Guernsey, Cayman Island, dan lainnya.
Permasalahan yang sama dihadapi oleh Nigeria, di mana pada mulanya
negara-negara yang menyimpan uang hasil korupsi tersebut tidak
merespon permintaan bantuan timbal balik dari Nigeria karena
mempertanyakan keseriusan penanganan perkara kasus korupsi
tersebut. Hal yang dilakukan oleh Economic and Financial Crime
Commission (“EFCC”) untuk membangun kepercayaan terhadap negara
asing tersebut adalah fokus untuk menyelesaikan penanganan perkara
di level domestik terlebih dahulu dan langkah selanjutnya meminta
bantuan timbal balik ke negara asing. EFCC kemudian menangkap para
pihak terlibat, termasuk anggota keluarga mantan Presiden Sani
Abacha, menyita, dan merampas aset hasil korupsinya. Hal yang
menarik adalah EFCC menjadikan hasil konkrit atas keseriusan
penanganan perkara di dalam negeri ini sebagai dasar permintaan
bantuan timbal balik. Hasil konkrit tersebut digunakan oleh EFCC
sebagai respon dan jawaban atas keraguan negara asing yang menutup
celah kemungkinan ditolaknya permintaan. EFCC juga kerap
membagikan cerita sukses tersebut pada forum - forum internasional,
yang membuat negara asing berisiko dianggap sebagai pendukung
korupsi jika masih tetap menolak permintaan EFCC.
Hal ini pun diterapkan oleh KPK untuk memaksimalkan seluruh
upaya, dalam setiap penanganan perkaranya di dalam negeri sebelum
mengirimkan permintaan bantuan timbal balik. Selain membuktikan
keseriusan di dalam negeri, KPK juga selalu membuktikan
46 ACLC, Pengertian Integritas, https://aclc.kpk.go.id/materi/sikap-antikorupsi/infografis/pengertian-
integritas, diakses pada 7 Desember 2020.
| 41
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
keseriusannya dalam setiap permintaan bantuan dari negara asing.
Contohnya, Direktorat PJKAKI pernah berhasil membantu mencari dan
menemukan lokasi WNI yang merupakan saksi pada perkara korupsi di
negara asing, serta informasi dan data untuk mendukung
pengembangan kasus yang sedang ditangani penegak hukum asing. Di
antaranya adalah pada perkara yang ditangani Anti-Corruption Bureau
Brunei Darussalam, Malaysian Anti-Corruption Commission, Federal
Bureau of Investigation, NACC Thailand, dan berbagai lembaga asing
lainnya.
Pada tahun 2010, KPK menerima cc (terusan) informasi dari
sebuah lembaga internasional terkait temuan kasus pada sebuah
proyek infrastruktur yang didanai dengan dana internasional di daerah
Sulawesi. Lembaga tersebut menjelaskan kepada KPK bahwa
sebelumnya mereka sudah memberikan informasi temuan ini kepada
pemerintah daerah setempat, akan tetapi tidak pernah ditindaklanjuti.
KPK saat itu melakukan penelusuran dan memberikan bantuan yang
diperlukan hingga akhirnya pejabat asing yang terlibat dipidana di
negaranya.
Selanjutnya, Hong Kong juga pernah mengalami hal serupa. Saat
itu ICAC Hong Kong sudah putus asa dalam mencari salah satu pelaku
kejahatan perbankan cukup besar yang usia kejahatannya sudah cukup
lama, dari tahun 1984. KPK melakukan penelusuran dan akhirnya
menemukan pelaku pidana tersebut yang sudah meninggal dan dikubur
di taman makam pahlawan Surabaya. Pemberian bantuan seperti ini
juga diterapkan oleh Direktorat PJKAKI ke negara lain seperti Amerika,
Singapura, Inggris, dan lainnya.
Meskipun pada awalnya tidak banyak perkara lintas yurisdiksi
yang ditangani KPK, Direktorat PJKAKI tetap memberikan bantuan jika
ada lembaga yang berwenang dari negara asing yang meminta bantuan
kepada KPK, sesuai hukum dan peraturan yang berlaku. Seiring
berjalannya waktu, KPK membuktikan bahwa ini menjadi salah satu
investasi yang sangat besar. Banyak negara dan lembaga asing yang
42 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
membantu KPK saat menangani perkara kompleks yang melibatkan
yurisdiksi asing di kemudian hari.47
Pada kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran tahun
2002-2005 yang melibatkan menteri, gubernur, walikota, pihak swasta,
dan pihak lain, KPK dapat mengakses dan memperoleh data Google dan
Gmail yang dibantu secara resmi oleh FBI dan Amerika Serikat, melalui
mekanisme agency-to-agency yang kemudian dilanjutkan dengan
mekanisme MLA. Selain itu dalam upaya penanganan kasus korupsi dan
pengejaran Anggoro ke Hong Kong dan Cina, KPK memperoleh bantuan
berupa data dan informasi dari ICAC Hong Kong dan kantor imigrasi
asing.
Sekali lagi kepercayaan adalah kunci. Bahkan pernyataan ini
berkali-kali disampaikan oleh banyak anggota satuan tugas yang
menangani perkara tindak pidana korupsi Indonesia yang melibatkan
negara asing, bahwa aparat penegak hukum asing baik dari Asia
maupun Eropa, tidak akan pernah memberikan data dan informasi
sebelum terbangun kepercayaan antar mereka. Seringkali dalam
praktiknya kepercayaan tersebut melekat ke individu, dan bukan
kepada lembaga, bahkan KPK sekalipun. Dalam memitigasi isu ini, maka
Direktorat PJKAKI berperan besar dalam membangun, menjaga
kepercayaan, dan sebagai jembatan penghubung antara penyelidik,
penyidik, dan jaksa KPK dengan lembaga asing terkait.
Pengiriman Personel
Dalam melakukan pemaparan saat mengajukan permintaan
kepada lembaga asing, KPK mengirimkan perwakilan dari masing-
masing fungsi penyelidikan, penyidikan, penuntut umum, dan kerja
sama. Pembagian ini tidak bersifat rigid, namun bergantung pada situasi
dan kondisi di lapangan. Pertemuan ini juga dikenal sebagai casework
meeting, yaitu pertemuan-pertemuan awal para pihak terkait dalam
membahas perkara yang ditangani.
47 Wawancara dengan Sujanarko, Direktur Pembinaan Jaringan Kerja antar Komisi dan Instansi KPK, tanggal
11 November 2020.
| 43
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar viii. Casework Meeting antara Penyelidik, Penyidik, dan Jaksa KPK dengan Lembaga Asing di
Singapura
Dalam pertemuan-pertemuan ini, hal yang terpenting adalah
komunikasi yang baik antara penyelidik, penyidik dan penuntut
sehingga dalam keseluruhan prosesnya dapat saling memberikan
dukungan. Secara umum pembagian tugasnya adalah sebagai berikut:
• Penyelidik
Dalam pertemuan awal, di mana KPK baru pertama kalinya
memaparkan perkara yang hendak dikerjasamakan, penyelidik
membuka di awal dengan menceritakan pola penyelesaian perkara
lintas negara yang pernah dilakukan bersama oleh KPK dan lembaga
asing tersebut. KPK kemudian menyampaikan tindak lanjut atas
data yang diberikan pada penanganan perkara lain yang
sebelumnya mendapat bantuan dari lembaga asing tersebut,
apabila ada. KPK selanjutnya memaparkan kasus dan mengaitkan
dengan pasal-pasal dan peraturan perundang-undangan negara
44 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
asing tersebut untuk menerangkan bahwa kasus ini juga
bersinggungan dengan hukum setempat sehingga KPK
membutuhkan dukungan lembaga asing tersebut dan bila
memungkinkan dapat ditangani bersama-sama.
Dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya, penyelidik
menyampaikan tindak lanjut atau pengayaan informasi atas
informasi awal yang diberikan oleh lembaga asing tersebut. Dalam
pertemuan tersebut penyelidik memaparkan manfaat dari informasi
yang telah diberikan oleh lembaga asing dalam mendukung
kemajuan kegiatan penyelidikan KPK.
• Penyidik
Menerangkan kasus dengan ketentuan pasal di Indonesia dan
menerangkan data yang dibutuhkan berikut urgensinya. Dalam
menyusun kebutuhan permintaan data, informasi, atau hal lain
terdapat poin penting yang harus diperhatikan, yaitu:
o Jangan meminta data atau informasi yang sifatnya umum dan
dapat diperoleh secara mandiri.
o Dalami proses bisnis, misalnya sistem perbankan negara
tersebut, sehingga saat meminta data terkait aliran keuangan
misalnya, KPK secara detail dapat menjelaskan data apa yang
dibutuhkan dan di mana data tersebut berada secara spesifik.
• Penuntut
Terdapat praktik di banyak negara asing, bahwa peran dan
posisi jaksa penuntut umum adalah penting dan tinggi dalam suatu
penanganan perkara, karena Jaksa merupakan pihak yang akan
mempertanggungjawabkan penanganan perkara melalui
persidangan di pengadilan. Sehingga dengan melibatkan jaksa
| 45
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
semenjak komunikasi awal, memperlihatkan kesungguhan KPK dan
jaminan terhadap penanganan kasus tersebut.48
Dalam pertemuan-pertemuan KPK dengan lembaga asing,
jaksa menjelaskan akan pentingnya bukti-bukti yang diminta oleh
penyelidik dan penyidik adalah untuk kepentingan pembuktian
perkara.
• Spesialis Kerja Sama Internasional
Memastikan seluruh informasi yang perlu disampaikan kedua
belah pihak tersampaikan dengan baik pada pertemuan serta
memastikan dicapainya kesepakatan mengenai mekanisme
pertukaran informasi dan data selanjutnya. Setelah proses
komunikasi di atas berjalan dengan baik, maka KPK mengirimkan
format rancangan permintaan bantuan untuk ditinjau oleh lembaga
yang berwenang dari negara terkait. Spesialis kerja sama terus
memantau perkembangan permintaan bantuan KPK serta
memastikan komunikasi tetap lancar meskipun posisi kasus terus
berpindah dari penyelidikan ke penyidikan, penuntutan maupun
hingga tahap eksekusi-putusan pengadilan. Secara umum, Spesialis
kerja sama di Direktorat PJKAKI bertugas untuk menjaga hubungan
baik yang berkelanjutan dan mengembangkan kerja sama baru
dengan lembaga-lembaga asing. Salah satu manfaat yang didapat
dari hal ini adalah saat terdapat suatu perkara baru yang melibatkan
yurisdiksi asing, penyelidik, penyidik, dan jaksa KPK tidak perlu
melakukan inisiasi kerja sama dengan lembaga berwenang di negara
asing tersebut dari awal lagi.
48 Keberadaan jaksa dalam setiap kegiatan menegaskan pesan terhadap negara asing bahwa permintaan KPK ini adalah kebutuhan jaksa untuk membangun dakwaan. Wawancara dengan Ariawan Agustiartono,
Jaksa Penuntut Umum KPK, tanggal 13 November 2020.
46 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar ix. Melalui MLA Jaksa KPK Melakukan Persidangan dengan saksi WNI di Singapura
Pertukaran Informasi Intelijen
Penanganan kasus korupsi memerlukan ketepatan dan kecepatan
karena pelaku kejahatan dapat dengan mudah dan cepat
menyembunyikan dan memindahkan hasil kejahatan tersebut ke
tempat lain. Oleh karena itu pertukaran informasi intelijen menjadi
salah satu kunci keberhasilan, dan sebelum permintaan resmi
dikirimkan, KPK akan bertukar data dan informasi bersama lembaga
asing terkait. Akan tetapi perlu diingat bahwa data dan informasi yang
diperoleh secara intelijen tidak dapat dijadikan alat bukti, sehingga KPK
harus melakukan formalitas terhadap data dan informasi tersebut.
Masing-masing pihak berkomitmen menjaga informasi ini
digunakan hanya sebagai informasi intelijen, dan tidak menjadikannya
bukti di persidangan tanpa seijin lembaga tersebut. Menjaga komitmen
| 47
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
ini merupakan hal yang krusial, dan jika dilanggar dapat merusak kerja
sama selanjutnya.
Verifikasi Rancangan Permintaan
Setelah poin-poin di atas dilakukan, KPK akan mengirimkan
rancangan permintaan bantuan kepada lembaga asing. KPK akan
meminta lembaga asing tersebut untuk menganalisis rancangan
permintaan tersebut apakah poin yang ditanyakan sudah tepat, apakah
dasar hukum yang digunakan sudah cukup, dan apakah lembaga asing
tersebut memiliki data atau informasi yang dibutuhkan, dan bersedia
untuk memberikannya kepada KPK.
III.2. Strategi Saat Pengiriman Permintaan Resmi
Surat Permintaan MLA/ non-MLA
Setelah membangun komunikasi awal dan rancangan
permintaan bantuan KPK disetujui oleh lembaga negara asing yang
berwenang, maka KPK akan mengirimkan permintaan bantuan dalam
format surat resmi kepada lembaga asing tersebut. Dalam proses
pengiriman permintaan resmi, terdapat empat poin penting yang
harus diperhatikan, yaitu surat permintaan resmi, surat permintaan
MLA ke CA Indonesia (apabila menggunakan jalur CA), dokumen
tambahan permintaan resmi, dan tanggapan dari lembaga asing.
Apabila proses permintaan bantuan ini melalui jalur CA, maka
KPK membuat surat permintaan MLA kepada CA Indonesia yang
menjelaskan latar belakang perkara, posisi perkara, urgensi atas
permintaan MLA ini, dan harapan agar CA membangun komunikasi
aktif dengan CA asing dari negara yang dituju. Selain dengan
mengirimkan surat permintaan, Direktorat PJKAKI juga berkoordinasi
dengan CA Indonesia untuk melakukan finalisasi dokumen permintaan
MLA.
Setelah KPK menyepakati format dan poin-poin penting dalam
kerja sama dengan lembaga yang berwenang di negara tujuan, maka
KPK akan mengirimkan permintaan bantuan melalui surat kepada CA
48 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Indonesia. Kemudian CA Indonesia akan mengirimkan permintaan
melalui surat kepada CA di negara tersebut untuk diteruskan ke
lembaga yang berwenang yang sebelumnya telah berkomunikasi
dengan KPK.
Pada permintaan non-MLA, permintaan bantuan KPK dapat juga
dikirimkan secara langsung kepada lembaga yang berwenang di
negara tersebut tanpa melalui CA. Mekanisme ini disebut permintaan
resmi antar lembaga. Dasar dari upaya permintaan bantuan ini
biasanya adalah MoU antara KPK dengan lembaga tersebut.
KPK mengirimkan permintaan resmi hanya apabila sudah
terdapat konfirmasi dari negara atau lembaga asing terkait bahwa
format rancangan sudah baik dan lengkap. Permintaan resmi tersebut
dibuat sesuai dengan standar format yang diterima oleh negara asing
terkait.
Dokumen Tambahan Yang Diperlukan
Dalam praktiknya hal ini dikenal dengan Supplementary Letter of
Request (SLoR), yaitu dokumen-dokumen tambahan yang diperlukan
oleh negara asing untuk menganalisis dan memenuhi permintaan KPK.
KPK harus sigap dalam merespons permintaan dokumen tambahan
ini.
Tanggapan dari Lembaga Berwenang Negara Lain
Lembaga asing akan memberikan tanggapan secara resmi, baik
langsung menjawab dengan pemberian data atau informasi yang
dibutuhkan, dengan permintaan kepada KPK untuk melengkapi atau
memperbaiki permintaan, atau dengan permintaan khusus lainnya.
KPK harus sigap dalam merespon tanggapan ini.
Keabsahan Alat Bukti
Semua data, informasi, atau bantuan lainnya dalam bentuk
apapun adalah penting dan akan menjadi alat bukti di persidangan.
Oleh karena itu saat penyelidik menemukan potensi barang bukti,
maka penyidik harus dapat melakukan formalitas terhadap
| 49
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
penguasaan atas bukti tersebut agar dapat dijadikan sebagai alat
bukti.
Dalam praktiknya, keabsahan alat bukti yang dilakukan oleh
negara asing terbagi menjadi dua poin, yaitu keabsahan prosedur
(admissibility procedure) dan keabsahan format (admissibility form).
Pengujian suatu alat bukti di pengadilan akan menitikberatkan kepada
keabsahan perolehan alat bukti tersebut, dengan mempertimbangkan
hukum yang berlaku baik di negara di mana alat bukti tersebut
diperoleh dan proses perlakuannya setelahnya, hingga nanti
dihadirkan di depan persidangan di Indonesia.
Misalnya saat KPK memperoleh alat bukti berupa hasil forensik
digital yang dilakukan di Amerika Serikat oleh personel FBI, KPK harus
memastikan prosedur yang dilakukan adalah benar agar bukti
elektronik yang diperoleh di Amerika Serikat masih utuh dan tidak
berubah saat ditampilkan di pengadilan di Indonesia. Hal ini sangat
penting untuk dipahami karena perubahan atas data dan informasi
yang diambil dari suatu perangkat elektronik dapat berakibat pada sah
tidaknya suatu alat bukti, sehingga KPK harus dapat memastikan
rekam jejak semenjak data dan informasi tersebut diinisiasi hingga
posisi terakhir ketika disajikan di persidangan, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.49
Keabsahan Prosedur
Dalam hal ini, negara asing menegaskan bahwa permintaan dan
penerimaan bantuan hukum tersebut harus melalui dan memenuhi
tahapan-tahapan yang diatur oleh hukum negara asing tersebut. Agar
dapat diterima di pengadilan, KPK meminta lembaga asing agar
akuisisi bukti yang diminta oleh KPK dilakukan sesuai dengan hukum
di negara asing tersebut. Termasuk di dalamnya, kewenangan
lembaga asing tersebut untuk membagikan bukti tersebut kepada
KPK.
49 Paku Utama dan Vauline Frilly, Anti-Gatekeeper dan Investigasi Forensik, (Jakarta: PT. Wikrama Utama
Indonesia, 2018), hlm. 16.
50 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Selain memenuhi syarat keabsahan dari negara asing, KPK juga
harus memastikan syarat keabsahan yang diatur regulasi di Indonesia.
Beberapa regulasi penting yang harus diperhatikan antara lain adalah:
• Keabsahan Pemeriksaan Saksi
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun
1985 tentang Kekuatan Pembuktian Berita Acara Pemeriksaan
Saksi dan Visum Et Repertum yang Dibuat di Luar Negeri Oleh
Pejabat Asing, berita acara pemeriksaan saksi yang dibuat oleh
aparat penegak hukum dari negara asing dapat dijadikan alat bukti
yang sah apabila:
o Pembuatan berita acara dihadiri penyidik Polri atau penyidik
lain.
o Apabila tidak dihadiri penyidik maka berita acara tersebut
harus disahkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia atau
Kantor Perwakilan, atau
o Saksi yang bersangkutan harus didengar di hadapan penyidik,
pejabat dari kedutaan besar, atau pejabat dari kantor
perwakilan.
• Legalisasi Dokumen
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Luar Negeri No.
09/A/KP/XII/2006/01, tanggal 28 Desember 2006 poin (68),
dijelaskan bahwa pengesahan dokumen dilakukan terhadap tanda
tangan saja, yang dimaksudkan untuk mengesahkan keaslian cap
dan/ atau tanda tangan, dan dokumen asing yang dipergunakan di
Indonesia perlu dilegalisasi oleh instansi yang berwenang.
III.3. Strategi Setelah Permintaan Bantuan Diberikan
Setelah permintaan dikirim dan diberikan tanggapan yang sesuai
dengan kebutuhan KPK, bukan berarti proses kerja sama sudah
selesai. KPK setidaknya harus melakukan tiga hal.
| 51
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Tindak Lanjut Terhadap Permintaan
Pertama, KPK memberikan penjelasan dan tindak lanjut
terhadap permintaan bantuan yang diberikan oleh lembaga dari
negara asing tersebut.
Apresiasi
Kedua, selalu berikan apresiasi atas peran dan bantuan lembaga
asing tersebut. Apresiasi ini dapat berupa surat ucapan terimakasih
dari pimpinan lembaga, siaran pers, atau apresiasi melalui media KPK
lainnya.
Berikut adalah beberapa contoh apresiasi yang KPK berikan
terhadap lembaga asing melalui siaran pers yang selanjutnya
ditampilkan dalam website lembaga tersebut:
Gambar x. Apresiasi KPK terhadap SFO
52 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar xi. Apresiasi SFO terhadap Keberhasilan KPK
Gambar xii. Apresiasi DoJ terhadap Keberhasilan KPK
| 53
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Menjalankan Prasyarat Lembaga Asing
Ketiga, KPK harus patuh terhadap prasyarat yang diberikan oleh
lembaga asing terhadap pemberian bantuan tersebut. Contohnya
dalam beberapa perkara, CPIB menyampaikan kepada KPK agar
Singapura atau lembaga terkait sebaiknya tidak muncul ke dalam
media, dan oleh karenanya hal ini dijaga KPK agar peran CPIB dan
Singapura tidak muncul ke permukaan.
54 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
BAB IV
KEBERHASILAN PENANGANAN
PERKARA LINTAS YURISDIKSI
Upaya pemulihan aset hasil korupsi menjadi semakin sulit karena pelaku
membuat struktur kompleks dan melibatkan yurisdiksi asing dalam
menyembunyikannya. Bab ini akan membahas keberhasilan upaya penanganan
perkara korupsi yang melintasi batas yurisdiksi dan upaya pemulihan aset hasil
korupsi dari perspektif kerja sama internasional melalui studi kasus. Data dan
informasi yang dianalisis dan dimasukkan dalam bab ini sebagian besar diperoleh
dari wawancara kepada penyelidik, penyidik, dan jaksa yang menangani kasus
terkait.
I. Alstom
Kasus Alstom merupakan kasus korupsi terkait tender pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (“PLTU”) Tarahan Lot 3 di Lampung, tahun
2004 - 2005. Dalam proses pemenangan tender ini, konsorsium antara
Alstom Power dan Marubeni melibatkan Izedrik Emir Moeis (Wakil Ketua
Komisi VIII DPR, Bidang Energi) untuk melancarkan prosesnya. Alstom Power
Inc menjadi pemenang tender tersebut. Dalam proses tender tersebut, KPK
dapat membuktikan tindak pidana korupsi baik saat proses maupun setelah
penunjukan pemenang, melalui beberapa skema seperti utilisasi pihak
ketiga.
| 55
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Proses penanganan perkara ini memakan waktu selama empat tahun,
yaitu dari tahun 2011 – 2014. Dalam prosesnya, KPK melakukan penelusuran
data dan informasi dengan melakukan kerja sama internasional secara
intensif dengan Amerika Serikat dan Jepang. Strategi kerja sama
internasional yang digunakan KPK ialah investigasi paralel antara KPK
dengan FBI.
Investigasi paralel merupakan kerja sama yang dilakukan dua negara
atau lebih dalam penanganan suatu perkara pada waktu bersamaan. Kerja
sama ini sangat efektif memfasilitasi pertukaran alat bukti antar otoritas
penegak hukum dari yurisdiksi yang berbeda. Dalam praktiknya, KPK
membagi target penanganan investigasi antara KPK dan FBI. KPK fokus
kepada pelaku yang merupakan WNI dan FBI fokus kepada perusahaan
Amerika yang terlibat, dengan saling berkoordinasi sehingga data dan
informasi yang diperoleh semakin beragam untuk memaksimalkan target
dari penanganan perkara tiap negara.
Awal Mula Kerja Sama Internasional
Dalam sebuah pelatihan investigasi internasional yang tengah diikuti
oleh personel KPK pada suatu saat, terdapat diskusi informal antara penyidik
KPK dengan agen FBI yang sedang menangani kasus Alstom di Amerika
Serikat. Dalam komunikasi ini KPK berhasil meyakinkan FBI bahwa KPK
memiliki kemampuan dan kemauan dalam menangani perkara ini, dengan
memberikan hasil penelusuran awal di dalam negeri. Dari komunikasi awal
tersebut, dimulailah pertukaran data dan informasi antara KPK dan FBI.50
Awal Mula Pelacakan
KPK pertama kali melakukan penelusuran melalui data rekening Emir
Moeis saat melakukan penarikan uang di rekening Bank Century untuk
membeli produk investasi. Saat produk investasi bank tersebut bermasalah,
terdapat pola anomali yang memperlihatkan transaksi pasif Emir Moeis, di
50 Wawancara dengan Afief Yulian Miftach, Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, tanggal 12 November
2020.
56 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
mana masyarakat pada umumnya berusaha memindahkan dananya, tetapi
Emir Moeis tidak. Setelah dilakukan penelusuran lebih dalam diketahui
bahwa dana tersebut berasal dari PT Artha Nusantara Utama (“PT ANU”),
perusahaan milik anak Emir Moeis. Setelah didalami, terlihat terdapat
skema dalam PT ANU tersebut yang berasal dari pembayaran kontrak batu
bara dengan entitas asing yang berdomisili di British Virgin Island.
Pertukaran data dan informasi awal antara KPK dan FBI secara
informal tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti, tetapi menjadi pintu
masuk KPK untuk penelusuran lebih dalam dan membuka upaya penyidikan
di dalam negeri. Di saat yang bersamaan FBI meminta penetapan pengadilan
untuk dapat memberikan data dan informasi sesuai dengan ketentuan
regulasinya.
Selanjutnya, KPK melakukan investigasi bersama (joint investigation)
dengan Federal Bureau Investigation (“FBI”) dari Amerika Serikat. Dapat
dilihat bahwa kerja sama ini dimulai dari kepercayaan terkait upaya saling
berbagi data dan informasi awal antara KPK dan FBI. Pertukaran data dan
informasi ini berdasarkan hukum di Amerika Serikat tidak harus melalui
mekanisme MLA, tetapi bisa melalui saluran antar lembaga dengan syarat
dan mekanisme tertentu. Hal ini serupa dengan KPK, sehingga masing-
masing pihak sepakat untuk mengurus prosedur pada masing-masing
negara untuk memastikan keabsahan data dan informasi yang diperoleh
sebagai alat bukti di pengadilan.51
Mekanisme Permintaan Bantuan Hukum Timbal Balik
Dalam memperoleh data dan informasi, KPK melakukan beberapa
mekanisme pertukaran data dan informasi, dengan menyesuaikan
ketentuan regulasi dari masing-masing negara asing yang dimintakan
bantuan. Dalam berhubungan dengan British Virgin Island KPK
menggunakan mekanisme MLA melalui CA, dengan Jepang menggunakan
mekanisme MLA yang melibatkan jalur diplomatik, dan dengan Amerika
Serikat menggunakan mekanisme antar lembaga.
51 Ibid.
| 57
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
British Virgin Island
Dalam melakukan permintaan data dan informasi, KPK menggunakan
mekanisme MLA. Adapun tahapan yang dilakukan KPK dalam melakukan
kerja sama internasional dengan BVI adalah:
1. Membuka komunikasi awal dengan otoritas yang berwenang di BVI
terkait penanganan perkara dan kebutuhan data dan informasi. KPK
berharap dengan komunikasi awal ini, informasi tersebut dapat
diteruskan kepada otoritas yang dapat memberikan data dan informasi
di BVI yang dibutuhkan KPK.
2. Secara simultan, KPK juga berkoordinasi dengan CA Indonesia terkait
penanganan perkara yang dilakukan dan kebutuhan data dan informasi
di BVI. KPK meminta agar CA Indonesia membangun komunikasi dengan
CA BVI terkait kebutuhan data dan informasi KPK.
3. KPK dan CA menyiapkan rancangan permintaan MLA disertai spesifikasi
data dan informasi yang dibutuhkan KPK dari BVI.
4. Setelah rancangan permintaan MLA tersebut dikonfirmasi dan disetujui
oleh CA BVI maka permintaan MLA tersebut dikirimkan. Permintaan MLA
yang dikirimkan CA Indonesia kepada CA BVI ini dijadikan dasar bagi
aparat penegak hukum BVI untuk melakukan langkah hukum yang
diperlukan dalam mencari dan memperoleh data dan informasi terkait.
5. Setelah langkah-langkah di atas dilakukan maka aparat penegak hukum
BVI mengirimkan data dan informasi yang dibutuhkan kepada CA BVI,
yang selanjutnya dikirimkan kepada CA Indonesia, dan KPK.
Melalui mekanisme kerja sama internasional ini KPK memperoleh
dokumen terkait transaksi keuangan dan perbankan dari BVI.
58 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar xiii. Siklus MLA di BVI
Amerika Serikat
Dalam melakukan kerja sama internasional dengan Amerika Serikat,
KPK menggunakan mekanisme antar lembaga. Adapun tahapan yang
dilakukan KPK adalah:52
1. KPK membuka komunikasi awal kepada FBI terkait penanganan perkara
dan kebutuhan akan data dan informasi terkait.
2. Secara simultan KPK juga membuka komunikasi atas hal yang sama
terhadap Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Washington DC.
3. Setelah KPK dan FBI menyepakati data dan informasi yang dibutuhkan,
masing-masing mencari dan mengumpulkan berdasarkan tata cara yang
diatur oleh hukum masing-masing negara.
4. Selanjutnya pertukaran data dan informasi antara KPK dan FBI dilakukan
dengan menjaga dan memenuhi syarat-syarat keabsahan alat bukti atas
data dan informasi tersebut.
52 Ibid.
| 59
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Data dan informasi yang diperoleh KPK dari FBI adalah:53
• Dokumen transaksi keuangan dan perbankan;
• Isi email yang diperoleh dari provider layanan email di Amerika Serikat;
• Dokumen perusahaan Alstom dan Marubeni; dan
• Akses untuk melakukan pemeriksaan saksi terhadap dua warga negara
Amerika Serikat oleh penyidik KPK.
Data dan informasi yang KPK berikan kepada FBI adalah:54
• Dokumen transaksi keuangan dan perbankan;
• Dokumen kontrak; dan
• Dokumen terkait proyek dan perusahaan.
Gambar xiv. Siklus MLA di FBI
53 Ibid. 54 Ibid.
60 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar xv. Proses Pencarian Alat Bukti di Luar Negeri yang Difasilitasi oleh Lembaga Asing
Jepang
Dalam melakukan kerja sama internasional dengan Jepang, KPK
menggunakan mekanisme MLA dengan melibatkan jalur diplomatik. Hal ini
dikarenakan Indonesia tidak memiliki perjanjian bilateral MLA dengan
Jepang. Adapun tahapan yang dilakukan KPK adalah:55
1. Di awal, Penyidik KPK membuka komunikasi terkait penanganan perkara
dan kebutuhan data dan informasi kepada CA Jepang, CA Indonesia,
Kementerian Luar Negeri yang kemudian berkomunikasi dengan
Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, dan aparat penegak hukum Jepang.
2. Selanjutnya, secara simultan, KPK memanfaatkan forum multilateral
untuk membangun jaringan pertukaran informasi dan data dengan
negara lain. Dalam hal ini, Indonesia dan Jepang merupakan anggota
dalam forum G20 dan APEC. Dalam forum ini, KPK melakukan
pertemuan bilateral dengan otoritas Jepang untuk menginisiasi
55 Ibid.
| 61
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
komunikasi mengenai perkara ini. Dalam pertemuan konsultasi ini, KPK
diarahkan agar mengirimkan permintaan MLA melalui jalur diplomatik,
sesuai dengan peraturan perundangan di Jepang.
3. KPK meminta CA Indonesia untuk turut berkoordinasi dengan CA Jepang
dan Kementerian Luar Negeri Indonesia.
4. Permintaan MLA KPK dikirimkan kepada CA Indonesia dan diteruskan
kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia.
5. Kementerian Luar Negeri Indonesia selanjutnya berkomunikasi dengan
mengirimkan surat permintaan MLA kepada Kementerian Luar Negeri
Jepang terkait perkara dan kebutuhan bantuan hukum ini.
6. Kementerian Luar Negeri Jepang meneruskan komunikasi ini kepada CA
Jepang, dan selanjutnya kepada aparat penegak hukum terkait di
Jepang.
7. Setelah permintaan diterima dan dinilai cukup, maka data dan informasi
yang dibutuhkan akan dikirimkan melalui jalur yang sama kepada KPK.
Data dan informasi yang KPK peroleh dari Jepang adalah:56
• Dokumen terkait transaksi keuangan dan perbankan;
• Dokumen dan laporan keuangan Marubeni; dan
• Dokumen hasil pemeriksaan dua warga negara Jepang dan akses
mendampingi aparat Jepang saat melakukan pemeriksaan tersebut.
Gambar xvi. Siklus MLA di Jepang
Berdasarkan kerja sama internasional tersebut, KPK dapat
memperoleh data dan informasi penting yang dibutuhkan untuk mengurai
56 Ibid.
62 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
kasus tersebut. Hal ini secara umum dapat dilihat dari ilustrasi di bawah ini:
Secara detail, dapat dianalisis aliran transaksi Emir Moeis adalah:
Hasil dari kerja sama internasional ini adalah:57
• KPK dapat menginisiasi kerja sama dengan Jepang. Hal ini dikarenakan
tidak adanya lembaga anti korupsi seperti KPK di Jepang. Penanganan
bersama perkara ini membuahkan pengembangan kerja sama
internasional untuk KPK.
• KPK dapat mengurai dan membuktikan skema-skema korupsi yang
melibatkan nominee dan struktur transaksi-perbankan luar negeri, yang
melibatkan PT. ANU dan PT. PRI yang mengirimkan uang Marubeni dan
57 Ibid.
| 63
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Alstom melalui beberapa transaksi yang melibatkan Bank of New York
dan JP Morgan, hingga akhirnya dinikmati oleh Emir Moeis;
• Para pihak terlibat di Indonesia diputus bersalah dan dirampas asetnya;
• Tiga pejabat tinggi Alstom mengaku bersalah;
• Korporasi Alstom mengaku bersalah dan dikenakan denda US$ 772 juta;
dan
• Korporasi Marubeni mengaku bersalah dan dikenakan denda US$ 88
juta.
II. Innospec
PT. Pertamina Tbk (“Pertamina”) pada tahun 2004 – 2005, melakukan
pengadaan Tetra Ethyl Lead (“TEL”) dari Innospec Inc yang sebelumnya
bernama Octel Corporation and Associated Octel Company, Ltd (perusahaan
Inggris). Suroso Atmomartoyo, mantan Direktur Pengolahan Pertamina
menyetujui pembelian TEL melalui PT. Sugih Interjaya (“PT SI”) sebagai agen
Octel, yang dimiliki Willy Sebastian Lim (“Willy”). Proses pengadaan dan
pembelian ini diliputi oleh suap menyuap untuk melancarkan transaksi
tersebut.
Tindak pidana korupsi yang dilakukan para pihak sebagian besar tidak
dilakukan secara langsung, melainkan melalui skema pembiayaan dan
perusahaan yang melibatkan beberapa yurisdiksi, untuk membuat seolah-
olah tidak terjadi korupsi dan hanya aktivitas bisnis yang wajar.
Untuk menelusuri dan membuktikan skema korupsi ini KPK melakukan
investigasi paralel dengan kantor Serious Fraud Office (“SFO”) di Inggris dan
bekerja sama dengan CPIB Singapura dan Otoritas British Virgin Island
(“BVI”) dalam menangani perkara ini. Data dan informasi yang diterima KPK
dalam proses kerja sama internasional ini menjadi alat bukti yang kuat untuk
mengurai modus tindak pidana korupsi dan para pihak yang terlibat.
Awal Mula Kerja Sama Internasional
Hal ini dimulai saat SFO melakukan investigasi terhadap kasus suap
oleh perusahaan Inggris kepada beberapa pejabat Indonesia dari
64 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Kementerian ESDM, Pertamina, dan BP Migas. SFO berkoordinasi dengan
KPK, dan KPK selanjutnya mendalami keterlibatan entitas asing terkait
Innospec dalam skema suap dengan pejabat Indonesia. Dalam
penelusurannya KPK mendalami aktivitas Willy Sebastian Lim yang
mendirikan perusahaan di BVI bernama Octel Global Inc dan membuka
rekening bank di Singapura untuk menampung aliran keuangan dari
transaksi TEL. Pembayaran Pertamina ke Innospec atas TEL, dikirimkan ke
rekening Octel Global Inc di Singapura untuk selanjutnya dikirim ke pejabat
Indonesia terkait di Singapura.58
Awal Mula Pelacakan59
Berdasarkan hasil penelusuran KPK di awal, KPK membangun
koordinasi intensif dengan SFO untuk melakukan investigasi paralel. KPK
menunjukkan komitmen dan kemampuan yang kuat kepada SFO dalam
penanganan perkara ini. Hal ini membuat SFO memberikan data dan
informasi berbentuk dokumen sebanyak kurang lebih 300.000 lembar
kepada KPK.
Berangkat dari hasil penelusuran di dalam negeri dan dokumen yang
diberikan oleh SFO, KPK dapat mengurai skema korupsi yang disamarkan
melalui strukturisasi pembiayaan di Singapura dan BVI. Dalam salah satu
kontrak antara Innospec dengan PT. SI KPK menemukan bahwa terdapat
klausul yang menjelaskan Innospec, secara tidak langsung, memberikan
komisi kepada Suroso sebagai pejabat yang memiliki kewenangan dalam
pengadaan TEL.
Dari perjanjian terpisah yang diperkuat dengan analisis transaksi
keuangan, KPK mendalami aliran uang dari rekening Innospec di Inggris
kepada rekening Willy di Singapura. Di saat bersamaan, Suroso membuka
rekening di Singapura untuk menerima aliran uang dari Innospec tersebut,
melalui rekening Willy. Dalam salah satu informasi transaksi perbankan,
diketahui Suroso mencatatkan transaksi ini sebagai aliran atas bunga hasil
58 Ibid. 59 Ibid.
| 65
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
investasi.
Mekanisme Permintaan Bantuan Hukum Timbal Balik
Dalam memperoleh data dan informasi, KPK melakukan beberapa
mekanisme pertukaran data dan informasi, dengan menyesuaikan
ketentuan regulasi dari masing-masing negara asing yang dimintakan
bantuan. Dalam berhubungan dengan British Virgin Island, Inggris, dan
Singapura KPK menggunakan mekanisme MLA melalui CA.
KPK sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan semua
dokumen terkait transaksi perbankan dari singapura, karena Singapura saat
itu belum pernah mau mengirimkan data perbankan kepada Indonesia.
Strategi yang dilakukan KPK selain melalui MLA, dalam hal ini, juga
menggunakan jaringan Financial Intelligence Unit (“FIU”) yang pada
akhirnya membuahkan hasil yang baik.
British Virgin Island
Dalam melakukan permintaan data dan informasi, KPK menggunakan
mekanisme MLA. Adapun tahapan yang dilakukan KPK dalam melakukan
kerja sama internasional dengan BVI adalah sama seperti mekanisme yang
juga dilakukan dalam kasus Alstom.
Data dan informasi yang diperoleh dari BVI adalah:
• Dokumen terkait keuangan dan transaksi perbankan;
• Dokumen Perusahaan Octel Global; dan
• Affidavit.
Inggris
Dalam melakukan permintaan data dan informasi, KPK menggunakan
mekanisme MLA. Adapun tahapan yang dilakukan KPK adalah:60
60 Wawancara dengan Afief Yulian Miftach, Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, tanggal 12 November
2020.
66 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
1. KPK membuka komunikasi awal dengan SFO terkait penanganan perkara
dan kebutuhan data dan informasi.
2. Secara simultan KPK juga membuka komunikasi awal dengan CA
Indonesia dan CA Inggris terkait penanganan perkara dan kebutuhan
data dan informasi. KPK berharap dengan komunikasi awal ini, CA
Indonesia bisa membangun koordinasi dengan CA Inggris yang
selanjutnya dapat meneruskan komunikasi tersebut kepada aparat
penegak hukum terkait di Inggris.
3. Setelah komunikasi terbangun dan para pihak paham akan kebutuhan
data dan informasi KPK, maka KPK mengirimkan permintaan MLA
melalui CA Indonesia, yang diteruskan kepada CA Inggris.
4. Data dan informasi yang dibutuhkan KPK selanjutnya dicari dan
diperoleh oleh SFO dan secara resmi dikirimkan melalui CA Inggris untuk
diteruskan kepada CA Indonesia, yang selanjutnya diterima oleh KPK.
Gambar xvii. Siklus MLA di Inggris
Data dan informasi yang diperoleh KPK dari Inggris adalah:
• Dokumen terkait transaksi perbankan;
• Email para pihak hasil penyitaan dan forensik digital yang dilakukan oleh
SFO;
• Dokumen perusahaan Innospec;
• Akses untuk melakukan pemeriksaan terhadap satu warga negara
Inggris; dan
| 67
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
• Dokumen affidavit.
Data dan informasi yang diberikan oleh KPK kepada SFO adalah:
• Dokumen pengadaan;
• Dokumen kontrak;
• Dokumen pembayaran dari Pertamina; dan
• Dokumen affidavit.
Singapura
Dalam melakukan permintaan data dan informasi, KPK menggunakan
mekanisme MLA dan jaringan FIU. Adapun tahapan yang dilakukan KPK
terkait MLA adalah:61
1. KPK membuka komunikasi awal dengan CPIB terkait penanganan perkara
dan kebutuhan data dan informasi.
2. Secara simultan KPK juga membuka komunikasi dengan CA Indonesia dan
CA Singapura.
3. Dalam proses komunikasi awal ini KPK memastikan para pihak paham
terhadap perkara yang sedang ditangani dan kebutuhan data dan
informasi KPK.
4. Setelah para pihak menyetujui dan mengonfirmasi atas permintaan data
dan informasi KPK, maka KPK mengirimkan permintaan MLA kepada CA
Singapura melalui CA Indonesia.
5. CPIB selanjutnya mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan,
dan mengirimkan kepada CA Singapura dan diteruskan kepada CA
Indonesia, yang selanjutnya diberikan kepada KPK.
61 Wawancara dengan Wedrianto Rahardjo, Penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi, tanggal 13
November 2020.
68 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Gambar xviii. Siklus MLA di Singapura
Seperti dalam pembahasan sebelumnya bahwa data dan informasi
terkait data perbankan tidak secara langsung dan dengan mudah diberikan
oleh CPIB kepada KPK. Oleh karena itu KPK selain melalui mekanisme MLA,
juga menggunakan strategi dengan pendekatan jaringan FIU. Adapun
tahapan yang dilakukan KPK adalah:62
1. KPK membuka komunikasi dan berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (“PPATK”) terkait perkara yang sedang
ditangani dan urgensi terhadap kebutuhan data dan informasi terkait.
2. Secara simultan KPK juga berkoordinasi dan melakukan hal yang sama
kepada CPIB.
3. Setelah para pihak menyetujui dan mengkonfirmasi atas kebutuhan KPK,
maka KPK mengirimkan surat permintaan resmi kepada PPATK dan CPIB.
Surat permintaan tersebut berisi tentang spesifikasi data dan informasi
62 Ibid.
| 69
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
terkait transaksi dan rekening koran yang melibatkan penyedia jasa
keuangan di Singapura.
4. PPATK meneruskan permintaan tersebut kepada Suspicious Transaction
Reporting Office (“STRO”), yaitu kantor serupa PPATK milik Pemerintah
Singapura. Secara bersamaan surat permintaan KPK kepada CPIB juga
diteruskan kepada STRO.
5. Dengan adanya dua surat yang bersamaan ini menegaskan kepada STRO
bahwa urgensi terhadap kebutuhan data dan informasi tersebut adalah
sangat penting. Dari hal ini maka STRO mengirimkan data dan informasi
yang dibutuhkan kepada KPK, melalui CPIB dan PPATK.
Ilustrasi
Data dan informasi yang diperoleh KPK dari STRO adalah detail
transaksi antara para pihak terlibat yang melakukan segala aktivitas
perbankan di Singapura.
Berdasarkan kerja sama internasional tersebut, KPK dapat
memperoleh data dan informasi penting yang dibutuhkan untuk mengurai
kasus tersebut. Hal ini secara umum dapat dilihat dari ilustrasi di bawah ini:
70 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Hasil dari kerja sama internasional ini adalah:63
• KPK dapat mengurai dan membuktikan skema-skema korupsi yang
melibatkan nominee dan struktur transaksi-perbankan luar negeri;
• Empat pejabat tinggi Innospec mengaku bersalah;
• Korporasi Innospec mengaku bersalah dan membayar denda US$ 12,7
juta; dan
• Para pihak terlibat di Indonesia diputus bersalah dan dirampas asetnya.
Pembelajaran bagi KPK mengenai pemanfaatan platform pertukaran
data intelijen keuangan (misal Egmont group) untuk memperkaya data
informasi yang dibutuhkan KPK. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan
memanfaatkan kerja sama dengan PPATK, bahkan sejak sebelum
permintaan MLA dikirimkan.
Gambar xix. Pertemuan Penyelidik, Penyidik, dan Jaksa KPK dengan SFO yang Difasilitasi oleh KBRI Inggris
yang Difasilitasi oleh KBRI Inggris
63 Wawancara dengan Afief Yulian Miftach, Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, tanggal 12 November
2020.
| 71
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
KESIMPULAN
Dalam melakukan kerja sama internasional terkait upaya penanganan
tindak pidana korupsi, KPK memanfaatkan berbagai mekanisme yang tersedia
dan diakui baik secara praktik maupun aturan (hukum) internasional dan
nasional. Kunci keberhasilan kerja sama tersebut berada pada komitmen dan
pemenuhan persyaratan yang berlaku pada negara yang dimintakan bantuan.
Sehingga, untuk mendukung kelancaran permintaan bantuan, membangun
kepercayaan dan penyesuaian mekanisme kerja sama sesuai standar tiap negara
sangat penting untuk dilakukan. Poin-poin penting yang menjadi formulasi dasar
yang dapat diterapkan di setiap strategi kerja sama internasional antara lain:
• Kepercayaan;
• Integritas;
• Komitmen melakukan atau menyelesaikan penanganan perkara di dalam
negeri terlebih dahulu;
• Sumber Daya Manusia yang berdedikasi dan memiliki standar kompetensi
teknis yang baik dalam upaya kerja sama internasional, seperti kemampuan
komunikasi khusus;
• Pendekatan personal kepada setiap lembaga asing terkait;
• Kemampuan intelijen;
• Riset mendalam terkait hukum dan analisis terhadap potensi hambatan
berdasarkan regulasi dan karakter dari tiap negara;
• Keabsahan perolehan alat bukti;
• Keterlibatan penyelidik, penyidik, dan jaksa dalam rangkaian kerja sama
internasional;
• Kemampuan penyelidik, penyidik, dan jaksa dalam menghubungkan
kebutuhan data dan informasi di luar negeri dengan tindak pidana di
Indonesia;
• Pemanfaatan platform pertukaran data intelijen keuangan melalui PPATK
untuk memperkaya data informasi yang dibutuhkan KPK; dan
• Pemanfaatan forum multilateral untuk membangun jaringan pertukaran
informasi dan data KPK dengan negara lain. Dalam forum-forum ini, KPK
seringkali melakukan pertemuan bilateral dengan berbagai lembaga asing
untuk menginisiasi komunikasi mengenai penanganan perkara yang
melibatkan yurisdiksi asing tersebut.
72 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah
Pidana. UU No. 1 Tahun 2006. Lembaran Negara Republik Indonesia
(LNRI) Tahun 2006 No. 18, dan Tambahan Lembaran Negara (TLN) No.
4607.
Indonesia. Undang-Undang Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang. UU No. 8 Tahun 2010. Lembaran Negara
Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2010 No. 122, dan Tambahan Lembaran
Negara (TLN) No. 5164.
BUKU
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI. 2012.
Laporan Penelitian “Central Authority dan Mekanisme Koordinasi Dalam
Pelaksanaan Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana”, Jakarta:
Badan Hukum Pembinaan Nasional.
Garner, Bryan A. 2009. Black’s Law Dictionary. Edisi ke 9. St. Paul: MN:
Thomson/West.
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. 2018. Laporan Tahunan KPK
2018. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.
Utama, Paku. 2012. Memahami Asset Recovery dan Gatekeeper, Jakarta:
Indonesia Legal Roundtable.
Utama, Paku dan Frilly Vauline. 2018. Anti-Gatekeeper dan Investigasi Forensik,
Jakarta: PT. Wikrama Utama Indonesia.
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Sujanarko, Direktur Pembinaan Jaringan Kerja antar Komisi
dan Instansi KPK, tanggal 11 November 2020.
Wawancara dengan Afief Yulian Miftach, Penyidik Komisi Pemberantasan
Korupsi, tanggal 12 November 2020.
| 73
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Wawancara dengan Wedrianto Rahardjo, Penyelidik Komisi Pemberantasan
Korupsi, tanggal 13 November 2020.
Wawancara dengan Ariawan Agustiartono, Jaksa Penuntut Umum Komisi
Pemberantasan Korupsi, tanggal 13 November 2020.
INTERNET
ACLC, Pengertian Integritas, <https://aclc.kpk.go.id/materi/sikap-
antikorupsi/infografis/pengertian-integritas>, diakses pada 7 Desember
2020.
ASEAN, REGISTER OF ENTITIES ASSOCIATED WITH ASEAN,
<https://asean.org/storage/2012/05/Rev2_REGISTER-OF-ENTITIES-
ASSOCIATED-WITH-ASEAN-as-of-1-August-2018-Autosaved.pdf>, hlm.
18, diakses pada 8 Desember 2020.
Attorney-General’s Department of Australia, G20 Agenda for Action on
Combating Corruption, Promoting Market Integrity, and Supporting a
Clean Business Environment,
<https://www.ag.gov.au/sites/default/files/2020-
03/G20AntiCorruptionActionPlan.pdf>, diakses pada 8 Desember 2020.
Corrupt Practices Investigation Bureau, 2nd Economic Crime Agencies Network
(ECAN), <https://www.cpib.gov.sg/press-room/events/2nd-economic-
crime-agencies-network-ecan>, diakses pada 8 Desember 2020.
Divisi Hubungan Internasional Polri,
<https://divhubinter.polri.go.id/dhi/profilNcbInterpol.php>, diakses
pada 1 Desember 2020.
INT (Institutional Integrity Department) adalah unit khusus yang dibentuk pada
tahun 2001 oleh World Bank untuk melakukan investigasi atas dugaan
tindakan korupsi dan fraud atas proyek-proyek yang didanai oleh World
Bank di seluruh dunia. The World Bank, Anticorruption Fact Sheet,
<https://www.worldbank.org/en/news/factsheet/2020/02/19/anticorr
uption-fact-sheet>, diakses pada 7 Desember 2020.
OECD, ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia-Pasific-Meetings and
Conferences, <https://www.oecd.org/site/adboecdanti -
74 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
corruptioninitiative/meetingsandconferences/>, diakses pada 8
Desember 2020.
PPATK, Egmont Group Meetings 2019 di Jakarta,
<https://www.ppatk.go.id/siaran_pers/read/921/siaran-pers-egmont-
group-meetings-2019-di-jakarta.html>, diakses pada 3 Desember 2020.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Indonesia and Swiss Confederation Sign
MLA Agreement, <https://setkab.go.id/en/indonesia-and-swiss-
confederation-sign-mla-agreement/>, diakses pada 8 Desember 2020
The Jakarta Post, RI one of Anticorruption Academy founders,
<https://www.thejakartapost.com/news/2010/09/08/ri-one-
anticorruption-academy-founders.html>, diakses pada 8 Desember
2020.
Kompas, INFOGAFIK: Singapura, Surga bagi Koruptor
Indonesia, <https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/17/0635006
65/infografik--singapura-surga-bagi-koruptor-indonesia>, diakses
tanggal 8 Desember 2020.
| 75
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
LAMPIRAN I
Mekanisme dan Persyaratan Permintaan Bantuan Kepada Singapura Dalam
Masalah Pidana
Singapura tercatat menjadi salah satu destinasi pelarian dari para pelaku
tindak pidana korupsi di Indonesia, baik melarikan diri secara fisik maupun
“melarikan” hasil kejahatannya.64 Dalam mengungkap pelarian tersebut, perlu
adanya kolaborasi antara penegak hukum di Indonesia dan di Singapura. Namun,
kolaborasi tersebut dapat terjadi secara efektif apabila, aparat penegak hukum
di Indonesia memahami “rambu-rambu” hukum yang ada di Singapura, begitu
juga sebaliknya.
Media kolaborasi ini sudah tersedia melalui mekanisme permintaan
bantuan hukum timbal balik. Kedua negara sudah memiliki aturannya masing-
masing. Dalam penulisan ini, akan dibahas secara singkat dan padat mengenai
mekanisme dan persyaratan dalam mengajukan permintaan bantuan dalam
masalah pidana kepada Singapura. Di Singapura, mekanisme dan persyaratan ini
diatur di dalam Mutual Assistance in Criminal Matters Act (“MACMA”). Di dalam
MACMA, terdapat mekanisme dan persyaratan dalam permintaan bantuan
secara umum maupun secara khusus yang selanjutnya akan dibahas dalam
penulisan ini.
I. Pengaturan Umum Permintaan Bantuan Oleh Negara Asing
Di Singapura, mekanisme dan persyaratan terkait permintaan bantuan
dari dan kepada negara asing diatur di dalam MACMA. Di dalam aturan ini,
mekanisme permintaan bantuan oleh negara asing diatur secara umum dan
secara khusus berdasarkan jenis permintaannya. Secara umum, permintaan
bantuan oleh negara asing kepada Singapura harus diajukan melalui Jaksa
Agung Singapura.65
64 Kompas, INFOGRAFIK: Singapura, Surga bagi Koruptor Indonesia, https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/17/063500665/infografik--singapura-surga-bagi-koruptor-indonesia, diakses tanggal 8 Desember 2020. 65 Article 19 (1) MACMA.
76 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Adapun syarat-syarat yang secara umum harus dipastikan oleh
lembaga penegak hukum dari negara asing saat mengajukan permintaan
bantuan adalah sebagai berikut: 66
1. Menjelaskan secara spesifik tujuan dari permintaan dan sifat bantuan
yang diinginkan;
2. Menguraikan secara rinci identitas pihak atau Otoritas yang
Berwenang67 yang mengajukan permintaan;
3. Menyertakan sertifikat atau sejenisnya dari Otoritas yang Berwenang di
negara yang mengajukan permintaan yang menyatakan bahwa
permintaan tersebut terkait dengan Masalah Pidana 68 sesuai dengan
MACMA ini;
4. Menguraikan secara rinci jenis Masalah Pidana serta ringkasan fakta
dan dasar hukum yang relevan dengan Masalah Pidana tersebut;
5. Menguraikan nama, identitas, kewarganegaraan, lokasi, atau deskripsi
dari pihak yang menjadi obyek yang dicurigai di dalam permintaan
bantuan tersebut atau lokasi dan deskripsi harta kekayaan (apabila
diketahui). Namun, uraian yang dimaksud harus disertakan dengan
dasar yang memenuhi kondisi di bawah ini:
66 Article 19 (2) MACMA. 67 Terminologi “Otoritas yang Berwenang” berdasasrkan MACMA adalah orang atau lembaga di negara asing yang menurut Jaksa Agung dapat diyakini telah diberikan kewenangan oleh hukum negara asing tersebut untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: i. Membuat permintaan bantuan dari negara asing tersebut kepada Singapura terkait Masalah Pidana;
atau
ii. Menerima permintaan bantuan dari Singapura kepada negara asing tersebut terkait Masalah Pidana. 68 Berdasarkan Article 2 (1) MACMA, terminologi Masalah Pidana adalah sebagai berikut:
i. Investigasi Pidana; Investigasi Pidana berdasarkan MACMA adalah investigasi terhadap suatu kasus yang menjadi pelanggaran berdasarkan hukum Singapura atau pelanggaran berdasarkan hukum negara asing.
ii. Proses Pidana; Proses peradilan terhadap seseorang untuk suatu pelanggaran yang diatur berdasarkan hukum Singapura atau hukum negara asing. Proses peradilan ini juga termasuk proses hukum untuk
menentukan apakah pihak tersebut harus diadili atas pelanggarannya. iii. Masalah Pidana Tambahan.
Penahanan yang disertai penyitaan terhadap harta kekayaan yang terkait dengan pelanggaran
berdasarkan hukum Singapura atau pelanggaran berdasarkan hukum negara asing.
| 77
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
i. Pihak yang menjadi obyek yang dicurigai terlibat di dalam atau
menerima manfaat dari Masalah Pidana;
ii. Penelusuran harta kekayaan yang diduga terkait dengan
pelanggaran.
6. Menguraikan tindak pidana yang terkait dengan Masalah Pidana
beserta ancaman hukuman maksimal;
7. Menguraikan secara rinci prosedur yang diharapkan oleh negara asing
tersebut untuk diikuti oleh Singapura. Rincian ini mencakup rincian
mengenai tata cara dan format dalam memberikan informasi atau
apapun yang harus diberikan kepada negara asing tersebut sesuai
dengan permintaan yang diterima oleh Singapura;
8. Apabila permintaan bantuan terkait dengan penyitaan terkait Masalah
Pidana, namun perintah penyitaan di negara asing tersebut masih
belum dilembagakan di pengadilan, maka harus disertakan pernyataan
yang menunjukkan kapan kemungkinan perintah tersebut akan
dilembagakan;
9. Menyertakan pernyataan dari negara asing yang menjelaskan keinginan
mereka agar permintaan yang diajukan ini dijamin kerahasiaannya.
Pernyataan ini juga harus disertai alasan yang jelas mengapa
permintaan tersebut bersifat rahasia;
10. Menguraikan secara rinci periode waktu yang diharapkan oleh negara
asing tersebut agar Singapura dapat memenuhi permintaan yang
diajukan;
11. Apabila permintaan yang diajukan akan mengakibatkan seseorang dari
Singapura pergi ke negara asing tersebut, maka harus disebutkan
rincian tunjangan dan pengaturan akomodasi yang akan menjadi hak
orang tersebut selama berada di negara asing tersebut dalam jangka
waktu yang dituangkan dalam permintaan;
12. Memberikan informasi lain yang diperlukan untuk disertakan dalam
permintaan yang diajukan berdasarkan perjanjian, nota kesepahaman,
atau perjanjian lain antara Singapura dan negara yang mengajukan
permintaan;
78 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
13. Memberikan informasi lain yang dapat membantu untuk memenuhi
permintaan yang diajukan atau yang diperlukan menurut ketentuan
Undang-Undang ini.
Namun, permintaan bantuan yang telah diajukan oleh negara asing
tersebut, dapat ditolak oleh Jaksa Agung. MACMA mengatur kondisi-kondisi
yang secara umum dapat menjadi dasar penolakan permintaan bantuan
oleh negara asing. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut.69
1. Otoritas yang Berwenang telah gagal memenuhi persyaratan di dalam
perjanjian, nota kesepahaman, atau perjanjian lain antara Singapura dan
negara asing tersebut;
2. Permintaan sehubungan dengan investigasi, penuntutan, atau hukuman
terhadap seseorang terhadap suatu pelanggaran yang bersifat politik;
3. Permintaan sehubungan dengan investigasi, penuntutan, atau hukuman
terhadap seseorang atas suatu pelanggaran yang berdasarkan hukum di
Singapura masuk ke dalam kategori pelanggaran yang diatur oleh hukum
militer, bukan hukum pidana umum;
4. Terdapat alasan yang kuat bagi Jaksa Agung untuk meyakini bahwa
permintaan tersebut dibuat untuk tujuan investigasi melakukan
penuntutan, menjatuhkan hukuman atau membuat prasangka buruk
bagi seseorang karena ras, agama, jenis kelamin, etnis, kebangsaan, atau
pendapat politik pihak tersebut;
5. Permintaan terkait dengan investigasi, penuntutan atau hukuman
terhadap seseorang atas suatu kasus yang memenuhi kondisi berikut ini:
I. Pada kasus tersebut, orang itu telah dihukum, dibebaskan atau
diampuni oleh pengadilan yang berwenang atau otoritas lain di
negara asing tersebut; atau
II. Orang tersebut telah menjalani hukuman yang ditentukan oleh
hukum negara asing tersebut karena pelanggaran itu atau
pelanggaran lain yang dilakukan oleh tindakan atau kelalaian yang
sama;
69 Article 20 (1) MACMA.
| 79
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
6. Menurut Jaksa Agung, pelanggaran tersebut bukan pelanggaran yang
cukup berat;
7. Menurut Jaksa Agung, hal-hal yang diminta tidak cukup penting untuk
keperluan investigasi atau hal-hal tersebut secara wajar dapat diperoleh
dengan cara lain;
8. Pemenuhan permintaan bantuan bertentangan dengan kepentingan
umum;
9. Otoritas yang Berwenang gagal untuk melaksanakan komitmen untuk
tidak menggunakan hal-hal yang diminta untuk masalah selain masalah
pidana sehubungan dengan permintaan tersebut, kecuali penggunaan
tersebut telah mendapat persetujuan dari Jaksa Agung;
10. Dalam hal permintaan bantuan untuk memperoleh alat bukti serta
penggeledahan dan penyitaan, Otoritas yang Berwenang tidak
mengembalikan alat bukti tersebut setelah Masalah Pidana tersebut
selesai, walaupun sudah diminta untuk dikembalikan oleh Jaksa Agung;
11. Pemberian bantuan dapat merugikan Masalah Pidana yang ada di
Singapura; atau
12. Menurut Jaksa Agung, pelanggaran di negara asing yang menjadi dasar
permintaan bantuan terkait perolehan alat bukti, perintah perampasan,
penggeledahan dan penyitaan, tidak termasuk suatu pelanggaran bila
terjadi di Singapura. Namun, hal ini dikecualikan apabila sehubungan
dengan pelanggaran penghindaran pajak asing di negara asing
tersebut. 70 Pengecualian kedua adalah apabila sudah ada perjanjian
kepatuhan pajak internasional telah dibuat antara Singapura dengan
pemerintah negara asing yang mengajukan permintaan tersebut.71
II. Pengaturan Khusus Permintaan Bantuan Oleh Negara Asing
Selain aturan umum mengenai syarat yang harus dipenuhi oleh negara
asing dalam mengajukan permintaan bantuan kepada Singapura, MACMA
70 Article 20 (4) dan (5) MACMA. 71 Article 20 (5) MACMA.
80 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
juga mengatur secara khusus mengenai permintaan bantuan tersebut.
MACMA mengatur mekanisme dan syarat yang harus dipenuhi oleh negara
asing dalam mengajukan permintaan bantuan berdasarkan jenis
permintaan yang diajukan. Setidaknya ada 7 (tujuh) jenis permintaan
bantuan yang dapat diajukan oleh negara asing berdasarkan MACMA.
Ketujuh permintaan bantuant tersebut adalah permintaan bantuan untuk
memperoleh alat bukti, menghadirkan seseorang di luar negeri, penahanan
terhadap seseorang yang akan transit melalui Singapura, perintah
penyitaan, penggeledahan dan penyitaan, identifikasi dan pencarian
seseorang, dan layanan proses pengadilan.
II.1. Permintaan bantuan terkait perolehan alat bukti
Negara asing dapat mengajukan permintaan bantuan untuk
memperoleh alat bukti yang dibutuhkan. Dalam memenuhi permintaan
bantuan ini, MACMA bahkan mengatur mekanisme permintaan
bantuan untuk perolehan 2 jenis alat bukti, yakni alat bukti secara
umum dan alat bukti dengan jenis tertentu.
II.1.1 Perolehan Alat bukti Secara Umum
Dalam mengajukan permintaan bantuan tersebut, Otoritas
yang Berwenang harus mengajukannya kepada Jaksa Agung di
Singapura.72 Setelah permintaan tersebut diterima, Jaksa Agung
akan memberikan kewenangan melalui pemberitahuan tertulis
kepada hakim untuk memperoleh bukti yang diminta.73
Setelah menerima pemberitahuan tersebut, Hakim
nantinya harus mendapatkan bukti dari setiap saksi yang hadir
untuk memberikan bukti terkait Masalah Pidana.74 Namun, saksi
disini tidak diwajibkan untuk memberikan bukti dan menjawab
pertanyaan apapun yang tidak bisa ia penuhi.75 Perolehan alat
bukti ini dilakukan melalui persidangan dengan mekanisme
72 Article 21 (1) MACMA. 73 Ibid. 74 Article 21 (2) MACMA. 75 Article 21 (7) MACMA.
| 81
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
seolah-olah saksi tersebut memberikan bukti terhadap pihak yang
didakwa berdasarkan hukum Singapura. 76
Setelah itu, Hakim akan membuat keterangan secara
tertulis mengenai bukti apa saja yang sudah diterima oleh Hakim.
Nantinya, keterangan ini yang akan diberikan kepada Jaksa
Agung. 77 Persidangan ini pun dapat dilaksanakan baik dengan
atau tanpa pihak yang terkait dengan Masalah Pidana atau
perwakilan hukumnya.78
II.1.2 Perolehan Alat bukti Dengan Jenis Tertentu
Di samping pengaturan mengenai permintaan bantuan
untuk memperoleh alat bukti secara umum, terdapat juga
pengaturan terhadap permintaan alat bukti tertentu. Alat bukti
yang dimaksud adalah suatu hal tertentu atau suatu dokumen
yang menerangkan mengenai sesuatu yang ada di Singapura. 79
Dalam mengajukan permintaan bantuan ini, permintaan harus
diajukan ke Jaksa Agung.80 Namun, apabila permintaan tersebut
menyangkut sesatu yang di bawah penguasaan lembaga
keuangan atau Variable Capital Companies (“VCC”), maka
permintaan bantuan harus diajukan kepada pengadilan tinggi.81
Setelah memenuhi syarat yang ditentukan, pengadilan akan
memerintahkan pihak yang memiliki atau akan memiliki
kewenangan untuk menghadiri sidang dan menyediakan alat
bukti sesuai dengan permintaan bantuan yang diajukan.82 Setelah
itu, pengadilan akan mengeluarkan perintah tersebut pihak
tersebut perintah sebagai berikut (“Perintah Pengadilan”):83
i. Menyerahkan suatu hal tertentu atau dokumen yang
dimaksud kepada petugas yang berwenang dalam waktu 7
76 Article 21 (2) MACMA. 77 Ibid. 78 Article 21 (3) MACMA. 79 Article 22 (1) – Article 22 (8) MACMA. 80 Article 22 (1) MACMA. 81 Article 22 (2) MACMA. 82 Article 22 (3) MACMA. 83 Article 22 (3) MACMA.
82 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
hari sejak diperintahkan oleh pengadilan atau jangka waktu
lain yang ditetapkan pengadilan; atau
ii. Memberikan akses terhadap suatu hal tertentu atau suatu
dokumen yang dimaksud kepada petugas yang berwenang
dalam waktu 7 hari sejak diperintahkan oleh pengadilan atau
jangka waktu lain yang ditetapkan pengadilan.
Bahkan, terdapat pendekatan yang berbeda terhadap alat
bukti yang berupa informasi yang terdapat di dalam suatu
perangkat atau hanya dapat diakses dengan menggunakan suatu
Perangkat Data.84 Apabila kondisinya demikian, maka Perintah
Pengadilan akan menjadi sebagai berikut:85
i. Perintah Pengadilan akan dianggap sebagai perintah untuk
membuat material tersebut menjadi suatu bentuk yang
dapat diambil serta dapat dilihat dan dibaca; dan
ii. Perintah Pengadilan akan dianggap sebagai perintah untuk
memberikan akses terhadap suatu material yang bentuknya
dapat dilihat dan dibaca.
Dalam mengajukan permintaan bantuan ini, Otoritas yang
Berwenang di negara asing harus memastikan syarat-syarat ini
sudah terpenuhi:86
i. Terdapat alasan yang masuk akal untuk mencurigai orang
yang menjadi target telah mendapatkan manfaat dari tindak
pidana di luar negeri.
84 Perangkat Data yang dimaksud berdasarkan Article 23 (8) MACMA adalah: i. Setiap perangkat yang dapat secara otomatis memproses informasi;
ii. Setiap perangkat yang dapat secara otomatis merekam atau menyimpan informasi; iii. Setiap perangkat yang dapat digunakan untuk mencatat, menyimpan, atau memproses informasi
secara informasi pada perangkat lain.
iv. Setiap perangkat yang dapat digunakan untuk memperoleh kembali informasi, baik yang telah direkam atau disimpan pada perangkat tersebut atau perangkat lain.
85 Article 23 (2) MACMA. 86 Article 22 (4) MACMA.
| 83
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
ii. Terdapat alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa
hal-hal yang terkait dengan permohonan yang diajukan
memiliki kondisi sebagai berikut:
a) Kemungkinan besar memiliki nilai substansial untuk
Masalah Pidana;
b) Tidak termasuk pada hal-hal yang tunduk pada hak
istimewa dalam hukum.
iii. Pengadilan meyakini bahwa suatu hal atau suatu dokumen
yang diminta untuk dibuat dan diberikan tidak
bertentangan dengan kepentingan umum.
Namun, perlu diketahui bahwa Perintah Pengadilan
tersebut bisa untuk tidak dilaksanakan dengan terpenuhinya
salah satu dari kondisi berikut ini:
i. Perintah Pengadilan untuk membuat atau menyediakan hal
tersebut akan memberatkan atau akan membuat pihak
yang memenuhi permintaan tersebut dikenakan penalti.87
ii. Perintah Pengadilan untuk membuat atau menyediakan hal
tersebut akan membuat pihak yang memenuhi permintaan
tersebut melanggar kewajibannya untuk tidak
mengungkapkan keberadaan hal tersebut.88
iii. Pembuatan atau pemberian akses terhadap hal-hal yang
tunduk pada hak istimewa dalam hukum.89
Ilustrasi:
Central Authority (“CA”) di Indonesia mengajukan permintaan yang
ditujukan kepada Jaksa Agung Singapura untuk meminta bantuan
dalam memperoleh alat bukti yang ada di Singapura. Nantinya, Hakim
di Singapura berdasarkan pemberitahuan dari Jaksa Agung akan
berusaha mendapatkan bukti yang diminta melalui mekanisme
persidangan. Apabila bukti tersebut berupa hal tertentu atau
87 Article 23 (3) Huruf (a) MACMA. 88 Article 23 (3) Huruf (b) MACMA. 89 Article 23 (4) Huruf (a) MACMA.
84 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
dokumen tertentu, pengadilan akan memberikan perintah agar bukti
tersebut diberikan kepada petugas yang berwenang dalam 7 hari
sejak perintah dikeluarkan. Selanjutnya, bukti beserta keterangan
mengenai bukti apa saja yang berhasil didapat, akan diserahkan
kepada Jaksa Agung dan selanjutnya diberikan kepada Otoritas yang
Berwenang.
III. Permintaan Bantuan Agar Sesorang Hadir Di Luar Negeri
Otoritas yang Berwenang pada negara tetentu dapat meminta
seseorang yang berada di Singapura hadir di negaranya, apabila dibutuhkan
kehadirannya sebagai saksi.90 Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut,
Otoritas yang Berwenang harus mengajukan permintaan bantuan kepada
Jaksa Agung di Singapura untuk membantu mengondisikan agar orang
tersebut dapat hadir di negara asing tersebut untuk memberikan atau
menyediakan bukti atau bantuan terkait Masalah Pidana di negara asing
tersebut.91
Dalam pelaksanaannya, negara asing tersebut harus menjamin
imunitas terhadap orang yang diminta hadir sebagai saksi. Imunitas yang
dimaksud adalah orang tersebut tidak dapat dituntut melakukan
pelanggaran atas dasar bukti yang telah dia berikan. Namun, orang tersebut
tetap dapat dituntut secara hukum berdasarkan hukum negara tersebut
apabila terkait pelanggaran berupa sumpah palsu atau penghinaan
terhadap pengadilan saat memberikan bukti tersebut.92
Saat mengajukan permintaan bantuan ini, Otoritas yang Berwenang di
negara asing harus memastikan syarat-syarat berikut ini sudah terpenuhi:93
a. Permintaan tersebut terkait dengan Masalah Pidana berdasarkan
hukum negara asing tersebut.
b. Terdapat alasan yang masuk akal bahwa pihak yang diminta untuk hadir
dapat memberikan atau menyediakan bukti atau bantuan yang relevan
dengan Masalah Pidana.
90 Article 26 (1) MACMA. 91 Article 26 (1) MACMA. 92 Article 26 (3) Huruf (b) MACMA. 93 Article 26 (2) MACMA.
| 85
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
c. Orang yang diminta untuk hadir tanpa paksaan telah menyetujui untuk
hadir sebagaimana diminta.
Orang tersebut tidak tunduk pada hukum atau kewajiban apa pun untuk
hadir. Oleh karena itu, apabila pihak tersebut menolak untuk hadir,
maka pihak tersebut harus dibebaskan dari segala konsekuensi
hukumnya.94
d. Orang yang diminta bukan termasuk:
i. Narapidana yang dimaksud dalam Bagian 2 Prison Act; atau
ii. Seseorang yang ditahan di bawah institusi/lembaga yang
ditentukan selain yang dimaksud Prison Act.
e. Otoritas yang Berwenang telah memberikan upaya terbaiknya untuk
menjamin hal-hal berikut ini:95
i. Orang tersebut tidak boleh ditahan, dituntut, atau dihukum untuk
pelanggaran apa pun berdasarkan hukum negara asing yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan sebelum keberangkatan
pihak tersebut dari Singapura.
ii. Orang tersebut tidak boleh digugat secara perdata sehubungan
dengan tindakan atau kelalaian pihak tersebut yang telah terjadi
atau diduga telah terjadi sebelum keberangkatan pihak tersebut
dari Singapura. Hal ini dikarenakan pihak tersebut menjadi tidak
bisa digugat secara perdata apabila pihak tersebut tidak berada di
negara yang mengajukan permintaan.
iii. Orang tersebut diminta untuk memberikan bukti atau bantuan
sehubungan dengan Masalah Pidana di negara asing tersebut
selain dengan Masalah Pidana yang disebutkan dalam
permintaan.
Namun, hal-hal di atas dikecualikan apabila terdapat kondisi sebagai
berikut:96
94 Article 26 (3) Huruf (d) MACMA. 95 Article 26 (2) Huruf (e) dan Article 26 (3) Huruf (a) MACMA. 96 Article 26 (3) Huruf (a) MACMA.
86 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
a. Orang tersebut telah meninggalkan negara asing; atau
b. Orang tersebut tetap tinggal di negara asing tersebut tersebut walaupun
memiliki kesempatan untuk meninggalkan negara asing tersebut dengan
tujuan selain menyediakan atau memberikan bantuan sehubungan
dengan Masalah Pidana yang disebutkan dalam permintaan.
IV. Permintaan Bantuan Untuk Memfasilitasi Tahanan Yang Dibawa Melalui
Transit di Singapura
Apabila terdapat seseorang yang ditahan di negara asing dan telah
setuju agar pihak tersebut memerikan bantuan sehubungan dengan
Masalah Pidana di negara asing lainnya, maka pihak tersebut dapat dibawa
melalui Singapura. Namun, negara asing tempat pihak tersebut ditahan
harus memberi pemberitahuan terlebih dahulu kepada Jaksa Agung.97
V. Permintaan Bantuan untuk Melaksanakan Perintah Penyitaan
Otoritas yang Berwenang dapat meminta bantuan Singapura untuk
melaksanakan perintah penyitaan. Perintah penyitaan yang dimaksud
adalah perintah yang dikeluarkan oleh pengadilan di negara asing tersebut.
Otoritas yang Berwenang dapat meminta bantuan untuk melaksanakan atau
menyediakan hal-hal yang diperlukan untuk melaksanakan perintah
penyitaan dalam hal ditemukan hambatan-hambatan dalam mengakses
harta kekayaan di Singapura.98 Selain itu, Otoritas Yang Berwenang juga
dapat membantu untuk melaksanakan perintah penyitaan yang dibuat
berdasarkan proses pengadilan di negara asing terhadap harta kekayaan
yang diyakini berada di Singapura.99
Otoritas yang Berwenang harus mengajukan permintaan tersebut
kepada Jaksa Agung di Singapura. Selanjutnya, Jaksa Agung atau pihak yang
diberikan wewenang oleh Jaksa Agung akan mengajukan permohonan ke
Pengadilan Tinggi untuk mendaftarkan perintah penyitaan asing tersebut.100
Namun, Pengadilan Tinggi akan membatalkan pendaftaran tersebut apabila
97 Article 27 (1) MACMA. 98 Article 29 (1) Huruf (b) MACMA. 99 Article 29 (1) Huruf (a) MACMA. 100 Article 30 (1) MACMA.
| 87
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
menurut Pengadilan Tinggi, perintah tersebut sudah dipenuhi dengan
pembayaran sejumlah uang atau pihak tersebut telah dihukum penjara.101
Dalam mengajukan permintaan ini, Otoritas yang Berwenang harus
memastikan syarat-syarat berikut ini sudah dipenuhi:
i. Perintah tersebut berkekuatan hukum dan sudah tidak dapat diajukan
banding102 lagi di negara asing tersebut; 103
ii. Apabila terdapat pihak yang terkena dampak akibat perintah tersebut,
namun tidak hadir di dalam persidangan, pihak tersebut sudah
menerima pemberitahuan terkait persidangan tersebut dengan waktu
yang mencukupi untuk melakukan pembelaan;104 dan
iii. Pelaksanaan perintah tersebut tidak akan bertentangan dengan
kepentingan dari keadilan itu sendiri.105
iv. Apabila terdapat sejumlah uang yang harus dibayar dalam mata uang
selain mata uang Singapura berdasarkan perintah tersebut, maka nilai
tersebut harus dikonversi ke mata uang Singapura berdasarkan nilai
tukar yang berlaku pada tanggal pendaftaran permohonan.106
v. Otoritas yang Berwenang harus dapat membuktikan adanya perintah
penyitaan tersebut dengan adanya suatu sertifikat yang otentik107 yang
telah disahkan oleh siapapun selama dalam kapasitasnya sebagai hakim
atau pejabat pengadilan atau pihak yang mewakili Otoritas yang
Berwenang di negara asing tersebut.108 Adapun isi dari sertifikat yang
dimaksud harus menyatakan hal-hal sebagai berikut:
101 Article 30 (4) MACMA. 102 Adapun terminologi “banding” pada ketentuan ini yang diatur pada Article 30 (3) MACMA mencakup:
1. Proses apa pun yang menghentikan atau mengenyampingkan putusan; 2. Permohonan baru atas perkara yang sama atau penundaan eksekusi.
103 Article 30 (2) MACMA. 104 Ibid. 105 Ibid. 106 Article 30 (5) MACMA. 107 Dokumen yang otentik berdasarkan Article 42 (2) MACMA adalah (i) dokumen yang ditandatangani atau disertifikasi oleh hakim atau pejabat pengadilan atau pihak yang berwenang ada di negara asing tersebut;
atau (ii) dokumen tersebut dibuktikan dengan sumpah seorang saksi atau pejabat di negara asing tersebut; atau (iii) dokumen tersebut disegel dengan segel resmi dari negara atau m enteri atau departemen atau pejabat pemerintah yang berwenang di negara asing tersebut. 108 Article 32 (3) Huruf (e) MACMA.
88 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
1. Proses peradilan telah dilembagakan, namun belum diputus, atau
proses peradilan belum dilembagakan di negara asing tersebut;
2. Perintah penyitaan berkekuatan hukum dan tidak dapat diajukan
banding kembali;
3. Seluruh atau sebagian dari jumlah yang harus dibayar berdasarkan
perintah penyitaan berdasarkan perintah penyitaan masih tidak
dibayar di negara asing tersebut, atau harta kekayaan yang dapat
diperoleh berdasarkan perintah penyitaan, namun tetap tidak dapat
diperoleh di negara asing itu;
4. Pihak tersebut telah diberitahu mengenai proses peradilan di negara
asing tersebut; atau
5. Perintah yang dibuat oleh pengadilan di negara asing tersebut
memiliki tujuan sebagai berikut: 109
a. Memulihkan, merampas, menyita setiap pembayaran atau
hadiah atau sesuatu yang senilai dengan itu yang diperoleh
sehubungan dengan pelanggaran di negara asing tersebut;
b. Memulihkan, merampas, menyita harta kekayaan apa pun atau
sesuatu yang senilai dengan itu yang diperoleh atau didapat, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dari setiap pembayaran
atau hadiah lain.
c. Merampas, memusnahkan, atau membuang obat-obatan atau
zat-zat lainnya yang terkait dengan pelanggaran yang telah
dilakukan terhadap undang-undang narkotika di negara
tersebut.
d. Merampas, memusnahkan, atau membuang properti apa pun
yang digunakan dalam melakukan pelanggaran terhadap hukum
negara asing.
109 Article 32 (1) Huruf (e) MACMA.
| 89
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
VI. Permintaan Bantuan Penggeledahan dan Penyitaan
Otoritas yang Berwenang dapat mengajukan permintaan bantuan
kepada Singapura untuk melakukan penggeledahan dan penyitaan. Otoritas
yang Berwenang dapat mengajukan permintaan tersebut kepada Jaksa
Agung di Singapura.110 Setelah menerima permintaan ini, Jaksa Agung atau
pihak yang diberikan wewenang oleh Jaksa Agung dapat mengajukan
permohonan ke pengadilan untuk mendapatkan surat perintah dari
pengadilan untuk memasuki dan menggeledah tempat tertentu.111 Namun,
apabila obyeknya berada di bawah penguasaan lembaga keuangan dan
Variable Capital Companies (“VCC”), maka permohonan atas surat perintah
tersebut harus diajukan ke pengadilan tinggi.112
Setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, pengadilan akan
mengeluarkan surat perintah. Namun, Pengadilan Tinggi akan membatalkan
pendaftaran tersebut apabila menurut Pengadilan Tinggi, perintah tersebut
sudah dipenuhi dengan pembayaran sejumlah uang atau pihak tersebut
telah dihukum penjara. 113 Dalam melaksanakan surat perintah tersebut,
petugas yang berwenang memiliki hak untuk menyita dan menyimpan apa
pun yang dicatat di dalam surat perintah tersebut saat memasuki dan
melakukan penggeledahan suatu tempat, kecuali hal-hal yang tunduk pada
hak yang diistimewakan dalam hukum. 114 Selain itu, petugas yang
berwenang juga berhak mendokumentasikan dan membuat salinan dari
setiap barang yang disita.115
Setelah itu, petugas tersebut akan menyimpan benda, foto, atau
salinan paling lama 1 bulan sambil menunggu instruksi tertulis dari Jaksa
Agung mengenai penanganan barang, foto, atau salinan tersebut serta
instruksi untuk mengirimkan benda, foto, atau salinan itu kepada Otoritas
yang Berwenang.116
110 Article 33 (1) dan (2) MACMA. 111 Article 33 (3) dan 34 (1) MACMA. 112 Article 33 (3) MACMA. 113 Article 30 (4) MACMA. 114 Article 35 (1) MACMA. 115 Article 35 (2) MACMA. 116 Article 35 (3) MACMA.
90 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Sebelum mengajukan permintaan bantuan tersebut, Otoritas yang
Berwenang harus sudah memastikan syarat-syarat berikut ini terpenuhi.
i. Permintaan bantuan terkait dengan Masalah Pidana di negara asing
sehubungan dengan pelanggaran yang terjadi di negara asing
tersebut;
ii. Terdapat alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa hal-hal terkait
di dalam permintaan yang diajukan tersebut relevan dengan Masalah
Pidana dan berlokasi di Singapura.
iii. Perintah untuk memperoleh alat bukti berupa suatu hal atau suatu
dokumen yang menerangkan suatu hal tertentu yang ada di
Singapura, belum juga dipenuhi;117
iv. Terdapat alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa terdapat pihak
tertentu telah melakukan atau memperoleh manfaat dari
pelanggaran berdasarkan hukum negara asing; 118
v. Terdapat alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa permohonan
yang diajukan sehubungan dengan hal-hal sebagai berikut: 119
1. Hal-hal yang memiliki nilai substansial (baik hal itu sendiri atau
bersama-sama dengan hal lainnya) terhadap Masalah Pidana
yang melatarbelakangi dibuatnya permohonan; dan
2. Hal-hal tersebut tidak terdiri dari hal-hal atau termasuk dalam
hal-hal yang tunduk pada hak yang diistimewakan dalam hukum.
3. Pengadilan meyakini bahwa surat perintah yang akan dikeluarkan
tidak bertentangan dengan kepentingan publik. 120
Ilustrasi:
Central Authority (“CA”) di Indonesia mengajukan permintaan yang
ditujukan kepada Jaksa Agung Singapura untuk meminta bantuan dalam
melakukan penggeledahan dan penyitaan. Setelah mengajukan permintaan
dan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, Jaksa Agung dan
117 Article 34 (1) MACMA. 118 Article 34 (2) MACMA. 119 Ibid. 120 Ibid.
| 91
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
pihak yang diberikan delegasi oleh Jaksa Agung akan memohon kepada
pengadilan untuk dikeluarkannya surat perintah. Surat perintah ini adalah
surat perintah untuk melakukan penggeledahan dan penyitaan.
Setelah surat perintah dikeluarkan, petugas yang berwenang memasuki dan
menggeledah tempat tersebut. Petugas akan melakukan penyitaan dan
penyimpanan terhadap barang-barang yang tercatat di dalam surat
perintah. Setelah itu, petugas akan mendokumentasikan atau membuat
salinan dari segala yang disita. Jangka waktu untuk menyimpan barang-
barang hasil sitaan dan dokumentasi atau salinannya paling lama 1 bulan.
Jangka waktu ini diberikan untuk menunggu instruksi dari Jaksa Agung
mengenai mekanisme penanganan barang hasil sitaan ataupun instruksi
untuk mengirimkannya kepada CA di Indonesia.
VII. Permintaan Bantuan Untuk Mengidentifikasi atau Menemukan Orang
Negara asing dapat meminta bantuan Singapura untuk
mengidentifikasi atau menemukan orang yang diyakini berada di Singapura.
Otoritas yang Berwenang di negara asing tersebut dapat meminta bantuan
Jaksa Agung untuk menemukan atau mengidentifikasi atau keduanya
terhadap seseorang yang diyakini berada di Singapura. 121 Setelah
permintaan bantuan diterima, Jaksa Agung dapat mendelegasikan
kewenangan untuk memberikan bantuan tersebut kepada lembaga yang
berwenang di Singapura. 122 Pendelegasian ini dilakukan dengan
meneruskan permintaan Otoritas yang Berwenang tersebut kepada
lembaga yang berwenang di Singapura. 123 Lembaga yang berwenang
tersebut nantinya akan memberitahu hasil dari identifikasi atau penemuan
yang telah dilakukan kepada Jaksa Agung.124 Hasil temuan atau identifikasi
yang telah diterima Jaksa Agung inilah yang akan dikirimkan kepada Otoritas
yang Berwenang di negara asing.125
121 Article 37 (1) MACMA. 122 Article 37 (3) MACMA. 123 Article 37 (3) MACMA. 124 Article 37 (4) MACMA. 125 Article 37 (5) MACMA.
92 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
Dalam mengajukan permintaan ini, Otoritas yang Berwenang harus
memperhatikan dan memenuhi syarat-syarat berikut ini:126
i. Jaksa Agung meyakini bahwa permintaan tersebut berkaitan dengan
Masalah Pidana di negara asing;
ii. Jaksa Agung meyakini bahwa terdapat alasan yang masuk akal untuk
meyakini orang yang akan diidentifikasi atau ditemukan sedang atau
mungkin terlibat atau dapat memberikan bukti atau bantuan yang
relevan dengan Masalah Pidana terkait; dan
iii. Jaksa Agung meyakini bahwa orang tersebut berada di Singapura.
Ilustrasi:
Central Authority (“CA”) di Indonesia mengajukan permintaan yang
ditujukan kepada Jaksa Agung Singapura untuk mengidentifikasi ataupun
menemukan seseorang. Setelah mengajukan permintaan dan memenuhi
syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, Jaksa Agung meneruskan dan
mendelegasikan permintaan tersebut kepada lembaga yang berwenang
untuk memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut. Setelah itu
lembaga tersebut akan melakukan identifikasi atau pencarian sesuai
dengan permintaan. Hasil identifikasi atau encarian tersebut akan
dilaporkan kepada Jaksa Agung. Selanjutnya Jaksa Agung akan
menginformasikan kepada CA di Indonesia.
VIII. Permintaan Bantuan Untuk Layanan Proses Pengadilan
Negara asing dapat meminta bantuan Singapura untuk memberikan
layanan proses peradilan yang dibutuhkan terhadap seseorang yang ada di
Singapura. 127 Permintaan ini harus diajukan kepada Jaksa Agung di
Singapura oleh Otoritas yang Berwenang di negara asing tersebut. 128
Setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi dan permintaan tersebut diterima,
Jaksa Agung memerintahkan pejabat yang berwenang untuk memberikan
layanan proses pengadilan di Mahkamah Agung. Berdasarkan perintah yang
126 Article 37 (2) MACMA. 127 Article 38 (1) MACMA. 128 Article 38 (1) MACMA.
| 93
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
diberikan oleh Jaksa Agung, melekat kewajiban pejabat yang berwenang
tersebut dalam melakukan upaya terbaiknya untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:129
i. Menjalankan proses sesuai dengan prosedur yang diusulkan oleh
Otoritas yang Berwenang dalam permintaan; atau
ii. Menjalankan proses sesuai dengan Rule of Court130 apabila prosedur
yang diusulkan tidak sesuai dengan hukum di Singapura atau Otoritas
yang Berwenang tidak memberikan usulan di dalam permintaan.131
iii. Apabila permintaan dapat diproses, maka pejabat yang berwenang
akan mengirimkan sertifikat dari Panitera Mahkamah Agung
Singapura kepada Jaksa Agung, yang menerangkan pelaksanaan dari
permintaan yang telah diterima. Selanjutnya, Jaksa Agung akan
mengirimkan sertifikat tersebut kepada Otoritas yang Berwenang di
negara asing.
iv. Apabila permintaan tidak dapat diproses, maka pejabat yang
berwenang akan mengirimkan pernyataan dari Panitera Mahkamah
Agung kepada Jaksa Agung, yang berisi alasan tidak dapat
dipenuhinya permintaan. Pernyataan tersebut nantinya akan
dikirimkan ke Otoritas yang Berwenang di negara asing.
Sebelum mengajukan permintaan bantuan tersebut, Otoritas yang
Berwenang harus memastikan syarat-syarat berikut ini terpenuhi.132
i. Permintaan tersebut sehubungan dengan Masalah Pidana di negara
asing;
ii. Terdapat alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa orang
tersebut berada di Singapura;
iii. Negara asing yang mengajukan permintaan telah menguraikan setiap
konsekuensi yang timbul apabila proses peradilan tersebut gagal
untuk dipatuhi; dan
129 Article 38 (3) MACMA. 130 Rule of Court mengenai bantuan ini diatur dalam Order 65 Article (1) sampai Article (4). 131 Article 38 (4) MACMA. 132 Article 38 (2) MACMA.
94 |
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI
iv. Apabila permintaan terkait dengan pemanggilan seseorang untuk
hadir sebagai saksi di negara tersebut, negara asing harus telah
memberikan upaya terbaiknya untuk menjamin bahwa orang
tersebut tidak akan dijatuhkan hukuman atau kewajiban atau
prasangka hukum apa pun hanya karena orang tersebut menolak
atau tidak memenuhi pemanggilan tersebut.133
Ilustrasi:
Central Authority (“CA”) di Indonesia mengajukan permintaan yang
ditujukan kepada Jaksa Agung Singapura untuk meminta bantuan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap seseorang dalam kapasitasnya sebagai
saksi terkait masalah korupsi di Indonesia. Setelah mengajukan permintaan
dan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, Jaksa Agung
akan memerintahkan pejabat yang berwenang di Mahkamah Agung
Singapura untuk memproses permintaan tersebut. Apabila orang yang
dimaksud telah memberikan keterangan sesuai permintaan dari CA di
Indonesia, maka pejabat yang berwenang akan mengirimkan kepada Jaksa
Agung sebuah sertifikat dari Panitera Mahkamah Agung Singapura yang
menerangkan hasil pemeriksaan dari saksi. Namun, apabila orang yang
dimaksud tidak memenuhi permintaan dari CA di Indonesia dan
pemeriksaan gagal untuk dilakukan, Jaksa Agung akan menerima sebuah
pernyataan dari Panitera Mahkamah Agung yang berisi alasan tidak dapat
dipenuhinya permintaan dari CA di Indonesia. Sertifikat maupun pernyataan
tersebut akan dikirimkan oleh Jaksa Agung kepada CA di Indonesia.
133 Article 38 (2) dan Article 39 MACMA.
| 95
PRAKTIK TERBAIK KERJA SAMA INTERNASIONAL KPK DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI LINTAS YURISDIKSI