Praktikum Patologi Klinik (Titis)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I TUJUAN Berikut ini adalah tujuan praktikum pemeriksaan patologi klinik.a.

Menunjang pemahaman mahasiswa dalam penerapan ilmu kedokteran dasar yaitu patologi klinik khususnya mengenai hematologi. Melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan hematologi rutin. Mengetahui prosedur dalam melakukan pemeriksaan hematologi rutin. Mengetahui materi yang berhubungan dengan hematologi. Mengetahui kelainan-kelainan yang berhubungan dengan abnormalitas pemeriksaan darah.

b. c. d. e.

BAB II DASAR TEORI

Patologi adalah perubahan struktural dan fungsional pada jaringan dan organ tubuh yang menyebabkan atau disebabkan oleh penyakit. Patologi klinis adalah patologi yang diterapkan pada pemecahan masalah klinis khususnya pada metode laboratorium dalam diagnosis klinis. Salah satu materi dalam patologi klinik adalah hematologi. Hematologi adalah ilmu yang berkaitan dengan susunan dan fungsi darah. Darah dari setiap individu dapat dibedakan dengan menggunakan golongan darah. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu yang mencerminkan perbedaan suatu perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Darah manusia dibedakan menjadi empat macam; A, B, AB, dan O yang masing-masing memiliki karakteriktik berbeda. Darah tersusun dari plasma darah dan sel darah. Plasma darah, terdiri dari albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai protein dan garam. Sel darah meliputi sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan trombosit atau platelet. Eritrosit adalah sel darah yang komposisinya paling banyak. Eritrosit memiliki bentuk bulat dengan cakram atau cekungan di bagian tengahnya. Bentuk yang demikian akan memudahkan eritrosit untuk melalui pembuluh darah. Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa pria + 5 juta/mm3 darah, sedangkan wanita + 4,5 juta/mm3 darah. Besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100mm3 darah dan dinyatakan dalam % disebut dengan hematokrit. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memiliki empat ikatan yang memudahkan untuk menangkap oksigen. Pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah adalah metode Sahli. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Leukosit terdiri dari sel bergranula (granulosit) dan sel tak bergranula (agranulosit). Sel bergranula adalah neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil memiliki granula, memiliki 2-5 lobus, dan pada wanita, inti neutrofilnya berbentuk gada. Eosinofil memiliki lobus 2-3,

inti memiliki warna biru, dan sitoplasma memiliki warna merah. Basofil memiliki inti sel berwarna merah dan sitoplasma berwarna biru. Sel tak bergranula (agranulosit) adalah limfosit dan monosit. Limfosit berukuran besar dan bertaki. Monosit memiliki sel yang besar dan seperti ginjal. Trombosit atau platelet merupakan pecahan dari sel megakariosit. platelet berperan dalam pembekuan darah. Pemeriksaan bilik hitung dapat digunakan untuk menghitung banyaknya leukosit dalam darah. Mekanisme pembekuan darah melalui 2 jalur yaitu melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik. Jalur tersebut dibedakan berdasarkan tempat perdarahannya. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai jalur pembekuan darah tersebut. a. Jalur Intrinsik Mencetuskan pembekuan intravaskuler serta pembekuan sampel darah. Semua unsur yang diperlukan untuk menghasilkan pembekuan melalui jalur intrinsik tersedia dalam darah. Jalur ini yang melibatkan tujuh langkah terpisah, berjalan pada saat faktor XII diaktifkan karena berkontak dengan kolagen yang terpajan di pembuluh yang cedera atau permukaan benda asing.

Gambar 1 Lintasan Intrinsik

b.

Jalur Ekstrinsik. Mengambil jalan pintas dan hanya memerlukan empat

langkah. Jalur ini, yang memerlukan kontak dengan faktor-faktor jaringan di luar darah, mengawali proses pembekuan darah yang keluar ke jaringan. Jika mendapat trauma, jaringan akan mengeluarkan suatu kompleks protein yang dikenal sebagai tromboplastin jaringan. Tromboplastin jaringan secara langsung mengaktifkan faktor X, sehingga melewatkan semua langkah pendahuluan pada jalur ekstrinsik.

Gambar 2 Lintasan Ekstrinsik Mekanisme intrinsik dan ekstrinsik biasanya bekerja secara stimultan. Apabila cedera jaringan menyebabkan ruptur pembuluh, mekanisme intrinsik menghentikan darah di pembuluh yang cedera, sementara mekanisme ekstrinsik menyebabkan darah yang keluar ke dalam jaringan membeku sebelum pembuluh tersebut ditambal. Biasanya pembentukan bekuan sudah selsesai seluruhnya dalam tiga sampai enam menit. Setelah bekuan terbentuk, kontraksi trombosit yang merangkap di dalam bekuan menciutkan jaring fibrin, menarik tepi-tepi luka di pembuluh saling mendekat, dan akhirnya luka tertutup. (Sherwood,2001)

Pembekuan darah pada orang normal. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah yaitu: a. Saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh, lalu darah keluar dari pembuluh b. Pembuluh darah mengerut atau mengecil c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman yang akan menutup luka sehingga darah berhenti keluar dari pembuluh. Pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku dalam satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. Seperti yang telah dijelaskan, proses pembekuan darah diperlukan untuk menghambat perdarahan di dalam maupun di luar tubuh. Sedangkan perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu: a. Pendarahan terbuka Pada perdarahan tebuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah

terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang. b. Pendarahan tertutup. Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya memar pada korban. Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh, seperti rongga dalam perut.

BAB III. ALAT DAN BAHAN

3.1 PRAKTIKUM I3.1.1

Laju Endap Darah (LED) Alat Reagen Bahan : 1. Tabung westergreen 2. Rak westergreen : Natrium sitrat 3, 8% : Darah EDTA

3.1.2 Hemoglobin Alat : 1. Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler2. Hemometer Sahli

Terdiri dari: a. 22 b. c. d. e. f. 3.1.3 Alat Jumlah Leukosit : 1. Hemositometer Terdiri dari: a. Bilik hitung b. Pipet leukosit Tabung standar Hb Pipet Hb Pipet HCL Botol tempat aquadest dan Batang pengaduk Tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris angka 2-

HCl 0,1 N

c. Pipet eritrosit 2. Kaca penutup 3. Mikroskop Reagen : Larutan Turk terdiri dari:a. Gentian violet 1 %

: 1 ml : 1 ml : 100

b. Asaml asetat glasialc. Aquadest

ml

Bahan

: Darah vena atau darah kapiler

3.2 PRAKTIKUM 2 3.2.1 Jumlah Eritrosit Alat Hemositometer : Alat untuk mengambil darah vena/kapiler :

a. Bilik hitung Neubauer Improve

b. Kaca penutup c. Pipet eritrosit : pipet dengan bola merah dengan skala 0,5-1101 Mikroskop Reagen Larutan haymen terdiri dari:a.

Na2SO4 Kristal NaCl

: 5,0 gram : 1,0 gram

b.

c.d.

HgCl2 Aquadest

: 0,5 gram : 200,0 ml

3.2.2 Hematokrit Alat 1. Alat untuk memeperoleh darah vena / kapiler. 2. Pipet Hematokrit: panjang 7,5 cm dan diameter 1,2 mm. 3. Vasellin 4. Sentrifuge yang dapat memutar dengan kecepatan 16.000 rpm. 5. Skala pembaca Ht Reagensia Bahan : Heparin : Darah vena / darah kapiler.

3.2.3 Alat Bahan

Golongan Darah ABO : pipet tetes dan object glass : darah Anti-A Anti-B

3.3 PRAKTIKUM 3 3.3.1 Alat Waktu Perdarahan :

1. Lancet 2. Kapas alcohol 3. Gelas obyek 4. Kertas saring 5. Stop watch, penggaris

3.3.2

Waktu Pembekuan

Metode Lee dan White (Pemeriksaan Waktu Pembekuan) Alat : 1. 2. 3. 4. 5. Tabung reaksi Alat pengambilan darah vena Stopwatch Rak Tabung Inkubator (kalau ada)

3.3.3 Rumple Leed Alat 1. 2. : Tensimeter Stetoskop

3.3.4 Identifikasi Sel Alat : Mikroskop Sedian sel darah

BAB IV CARA KERJA

4.1 PRAKTIKUM I 4.1.1 Laju Endap Darah (LED) Metode Westergreen1.

Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan

sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.2.

Sampel

darah

yang

telah

diencerkan

tersebut

kemudian

dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.3.

Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

4.

4.1.2

Hemoglobina.

Cara kerja : Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1 N sebanyak 5 tetes Dengan pipet hb isap darah sampai 20 L jangan sampai ada b.

gelembung udara yang terhisap

c.

Hapus darah yang ada pada ujung pipet Tuang darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan HCL bila Diamkan 1 menit Tambahkan aquadest tetes demi tetes dan aduk Bandingkan larutan tabung dengan warna larutan standart Persamaan campuran harus tercapai dalam waktu 3-5 menit Amati pada skala di tabung pengencer

d. e. f. g. h. i. 4.1.3

masih ada darah dalam pipet

Jumlah Leukosit

Cara Kerja : 1. Bilik hitung dicari dengan mikroskop cari kotak sedang sedang dipojok bilik hitung. 2. Hisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 pengenceran 10 kali. 3. Hapus darah yang melekat pada ujung pipet. 4. Kemudian dengan pipet yang sama hisap larutan Turk sampai garis skala 11. 5. Hati-hati jangan sampai ada gelembung udara. 6. Angkatlah pipet dari cairan tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap. 7. Kocok dengan arah horizontal selama 15-30 detik. 8. Buang 3 tetesan yang pertama. 9. Tuang pada bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan diletakkan di mikroskop. 10. Lakukan penghitungan sel leukosit dengan pembesaran obyektif 10 x atau 40 x. Nilai rujukan menurut Dacie :

Dewasa pria Dewasa wanita Bayi1

: 4-11 ribu/mm3 : 4-11 ribu/mm3 : 10-25 ribu/mm3 : 6-18 ribu/mm3 : 4,5-13 ribu/mm3

tahun

12 tahun

4.2 PRAKTIKUM 2 4.2.1 Jumlah eritrosit Prinsip pemeriksaan menghancurkan sel-sel lain. Cara pemeriksaan : serupa menghitung sel leukosit: : menghitung sel eritrosit dalam larutan yang

a. Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakkan di

bawah mikroskop.b. Cari kotak kecil. Atau kotak eritrosit (ditengah). c. Dengan pipet eritrosit hisap darah sampai angka 1 (pengenceran 100

x). atau sampai angka 0,5 (pengenceran 200 x). bersihkan ujung pipet. d. Pertahankan posisi pipet, hisap larutan hayem sampai angka 101 e. Bersihkan ujung pipet f. Kocok dengan arah horizontal g. Buang 3 tetes pertama h. Tetes ke bilik hitung lewat sela-sela kaca penutup

4.2.2

Hematokrit

Cara pemeriksaan : 1. Darah telah di siapkan. 2. Isi tabung kapiler dengan darah sampai tabung. 3. Bakar ujung tabung yang kosong dengan lampu

spritus atau disumbat dengan vasellin, hingga benar-benar tertutup. 4. Sentrifuge dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3-5 menit. 5. Baca dengan skala hematokrit panjang kolom merah. Nilai rujukan menurut DACIE : Pria Wanita Bayi baru lahir 3 bulan 3-6 bulan 10-12 tahun 4.2.3 Golongan Darah ABO Cara kerja : a. Tetes darah dengan anti-A b. Tetes darah dengan anti-B pada sisi object glass yang lain c. Aduk campuran tersebut d. Amati apakah ada gumpalan atau tidak 4.3 PRAKTIKUM 3 4.3.1 Waktu Perdarahan : 47 7 %. : 42 5 %. : 54 10 %. : 38 6 %. : 40 45 %. : 41 4 %.

Cara pemeriksaan : 1. Cuping telinga tempat pemeriksaan dipijit-pijit atau di gosok supaya hiperemis. 2. Bersihkan cuping telinga dengan kapas alcohol, biarkan kering. 3. Tusuk cuping telinga dengan lancet sedalam 2-3 mm dan bairkan darah keluar dengan bebas, saat darah keluar jalankan stopwatch. 4. Isap darah vena yang keluar dengan kertas saring tiap setengah menit sampai darah berhenti jangan sampai kertas saring menyentuh luka, hentikan stopwatch saat darah tidak dapat dihisap lagi, dan catat waktu. Penilaian hasil : Normal 1-3 menit. 4.3.2 Waktu Pembekuan Cara Pemeriksaan : 1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bebas dari kotoran letakkan pada rak. 2. Ambil darah vena 3 cc secara legendaris, saat darah mulai keluar jalankan stopwatch (catat waktunya). 3. Masukkan sampel darah perlahan-lahan pada 2 tabung pertama dengan posisi miring masing-masing 1 cc, sisanya masukkan dalam tabung ke-3 sebagai control. 4. Diamkan 2-3 menit, kemudian setiap 0,5 menit tabung 1 digoyang catat waktu terjadinya bekuan. Bila sudah timbul bekuan pada tabung 1, lakukan hal yang sama terhadap tabung ke-2 (goyangkan) catat waktunya.5. Amati tabung ke-3 apakah sudah timbul bekuan, bila belum tampak

bekuannya lakukan hal yang sama seperti tabung yang lain. Arti klinis 1. Normal : 9-15 menit

2. Memnjang

: Kelainan beberapa factor koagulasi (koagulopati) inhibitor

dalam darah missal heparin. 4.3.3 Rumple Leed Cara Pemeriksaan : 1. Ukur tekanan systole dan diastole, ambil rata-ratanya. 2. Lakukan bendungan pada lengan atas pada tekanan rata-rata tersebut, maksimal 100 mmHg dan pertahankan selama 10 menit. 3. Baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm dibawah lipat siku dengan penampang 5 cm. Penilaian hasil : 1. Normal Bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan atau timbul petechiae kurang dari 5 buah. 2. Positif Dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae. 3. Negatif Dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul petechiae atau kurang dari 10 buah.

4.3.4

Identifikasi Sel

Cara Pemeriksaan :a. Letakkan sedian pada mikroskop.

b. Amati sel darah putih yang ada

BAB V HASIL

5.1 PRAKTIKUM 1 5.1.1 Hasil Pengamatan Laju Endap Darah (LED)

Hasil pengamaatan laju endap darah dari campuran reagen natrium sitrat 3,8 % dengan darah setelah diamati selama 30 menit, adalah sebagai berikut: : 12 mm 14 mm 16 mm

Dari hasil pengamatan tersebut, lapisan 1 adalah eritrosit, lapisan 2 adalah leukosit, lapisan 3 adalah plasma darah. Jumlah keseluruhan campuran adalah 196 mm, maka LED nya 12mm / 30 menit. 5.1.2 Hasil Pengamatan Hemoglobin Campuran antara reagen HCl (5 tetes) dan darah kemudian ditambahkan dengan aquadest tetes demi tetes sebagai campuran, hingga mencapai 12, 4 gr %. 5.1.3 Hasil Pengamatan Jumlah Leukosit Hasil pengamatan jumlah leukosit menghasilkan bilik hitung yang dapat dilihat dalam mikroskop berupa: 8 5 1 9 Maka perhitungan jumlah leukositnya menjadi: Perhitungan: * 7

5.2 PRAKTIKUM 2 5.2.1 Hasil Pengamatan Jumlah Eritrosit Pada pengamatan eritrosit dengan contoh darah Ny. Apriyatun menghasilkan bilik hitung berupa 220 eritrosit. Perhitungan: Jumlah eritrosit = Jumlah eritrosit yang dihitung X 400 X 10 X 100 Jumlah Kotak kecil = 220 X 400 X 10 X 100 = 5,5 juta / mm3 (Normal) 16

5.2.2 Hasil Pengamatan Golongan Darah ABO Pada pengamatan golongan darah pada sample Ny. Apriyatun memiliki hasil pada campuran anti-A dengan darah menggumpal dan anti-B dan darah tidak menggumpal. 5.2.3 Hasil Pengamatan Hematokrit Pada hasil pengamatan hematokrit dimana darah setelah disentrifuge dalam pipet hematokrit, pada skala pembaca hematokrit menunjukan angka 40 % . 5.3 PRAKTIKUM 3 5.3.1 Hasil Pengamatan Waktu Perdarahan Pada pengamatan untuk mengetahui waktu perdarahan dengan sample darah Tn. Septyan Dwi W. dengan bercak pertama mempunyai penampang 5 mm dan perdarahan berhenti pada waktu 2 menit 11 detik (normal)

Dengan batasan normal waktu perdarahan adalah 1- 3 menit.

5.3.2 Hasil Pengamatan Waktu Pembekuan Pada pembekuan darah yang mengambil sample darah Nn. Dwi Sartika. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut: Total Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 : 1 menit : 1.28 menit : 1. 39 menit

Sedangkan waktu pengambilan darah : 3 menit Total keseluruhan waktu pembekuan : 7.07 menit Hasil pemeriksaan tidak normal, karena batas normal waktu pembekuan darah adalah 9 15 menit. Banyak hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan adalah adanya pembekuan darah, kesalahan sampling, atau pembekuan yang terlalu cepat.

5.3.3

Hasil Pemeriksaan Rumple Leed

Pemeriksaan rumple leed dilakukan dengan membendung vena pada tekanan tertentu dan mendeteksi adanya kelainan sistem vaskuler dan trombosit dengan tanda-tanda petechiae yang timbul. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat 3 buah petechiae. Tekanan yang digunakan sebesar 100 mmHg. Jadi, penilaian hasilnya adalah normal, karena pada waktu 10 menit timbul l petechiae kurang dari 5 buah.

5.3.4

Hasil Pemeriksaan Identifikasi Sel

Hasil identifikasi sel menunjukan bahwa sel darah yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Basofil batang

Gambar 1. Basofil batang 2. Neutrofil bersegmen

Gambar 2. Neutrofil bersegmen 3. Lymphosit

Gambar 3. Sel lymfosit

4.

Eosinophil bersegmen

Gambar 4. Sel eusinofil bersegmen

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 PRAKTIKUM I 6.1.2 Laju Endap Darah (LED) Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. Prosedur Tujuan :

Hasil pengamatan laju endap darah dari campuran reagen natrium sitrat 3,8% dengan darah setelah diamati selama 30% adalah sebagai berikut.

12 mm 14 mm 16 mm

Dari hasil pengamatan tersebut, lapisan I merupakan eritrosit, lapisan II merupakan leukosit, dan lapisan III merupakan plasma darah. Jumlah keseluruhan campuran adalah 196mm. Maka, sediaan yang kelompok B2 amati merupakan darah wanita dewasa dengan LED: 12mm/30menit.

Nilai normal LED pada manusia: a. Pria b. Wanita 6.1.3 Hemoglobin Campuran antara reagen HCl(5tetes) dan darah 20mikro kemudian ditambahkan aquades tetes demi tetes sampai campuran mencapai 12,4gr%. Jadi, sediaan yang kelompok B2 amati merupakan sediaan darah dari wanita dewasa. Standar hemoglobin wanita dewasa adalah 11,5-16,5%. Standar Normal Hemoglobin : a. Pria Dewasa 12,5-18,0 gr% 0-15 mm/jam 0-20 mm/jam

b. Wanita dewasa c. Bayi 3bulan e. 1 tahun f. 3-6 tahun g. 10-12 tahun

11,5-16,5 gr% 9,5-13,5 gr% 10,5-13,5 gr% 10,5-13,5 gr% 12,0-14,0 gr% 11,5-14,5 gr%

Abnormalitas hemoglobin : Anemia Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya keseluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Penyebab Anemia Sumsum tulang membuat sel darah merah. Proses ini membutuhkan zat besi, serta vitamin B12 dan asam folat. Eritropoietin (EPO) merangsang pembuatan sel darah merah. EPO adalah hormon yang dibuat oleh ginjal.

Anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah secukupnya. Anemia juga disebabkan kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia:a.

Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan folat dapat menyebabkan jenis anemia yang disebut

asamb. c. d.

megaloblastik, dengan sel darah merah yang besar dengan warna muda Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid perempuan Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik) Infeksi HIV dapat menyebabkan anemia. Begitu juga banyak infeksi oportunistik terkait dengan penyakit HIV. Beberapa obat yang umumnya dipakai untuk mengobati HIV dan infeksi terkait dapat menyebabkan anemia. Pada anak-anak, anemia terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah. 6.1.4 Jumlah Leukosit Hasil pengamatan jumlah leukosit menghasilkan kotak/bilik hitung yang diamati pada mikroskop berupa: 8 5 1 9 * 7

Maka, perhitungan jumlah leukositnya menjadi:

Sehingga, dari hasi perhitungan tersebut, sediaan yang kelompok B2 amati merupakan sediaan darah dari wanita dewasa. Standar jumlah leukosit wanita dewasa adalah 4-11.000/mm3. Kadar jumlah Leukosit normal pada manusia:a. Pria b. Wanita c. Bayi d. 1 tahun e. 12 tahun

4.000-11.000 /mm3 4.000-11.000 /mm3 10-25/mm3 6-18 /mm3 4,5-13/mm3

Kondisi abnormalitas Leukosit : 1. Leukopenia Berkurangnya jumlah sel darah putih di dalam darah di bawah 5000/mm3 (kamus Kedokteran Dorland edisi 29). Kondisi leukopenia terjadi bila sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung dengan sempurna terhadap banyak bakteri dan agen lain yang mungkin masuk menginvasi jaringan. (buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11, Guyton & Hall) 2. Leukimia Produksi sel darah putih yang berlebihan yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang bersifat kanker pada sel mielogen atau sel limfogen. Hal ini menyebabkan leukimia, yang biasanya ditandai

dengan jumlah sel darah putih abnormal yang sangat meningkat dalam sirkulasi darah. Leukimia dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu: a. Leukimia limfositik

Leukimia limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, biasanya dimulai dari nodus limfe atau jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya b. Leukimia Mielogenosa

Leukimia mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker (karsinogenik) di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluru tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi di banyak organ ekstramedular(terutama di nodus limfe, limpa dan hati). Pada leukimia ini kadang-kadang proses yang bersifat kanker itu memproduksi sel yang berdiferensiasi sebagian, menghasilkan apa yang disebut dengan leukimia netrofilik, leukimia eosinofilik, leukimia basofilik, atau leukimia monositik. Namun, yang lebih sering terjadi adalahsel leukimia dengan bentuk yang aneh dan tidak berdiferensiasi, maka leukimia yang terjadi semakin akut, dan jika tidak diobati sering menyebabkan kematian dalam beberapa bulan. Pada sel-sel yang berdiferensiasi, prosesnya dapat berlangsung kronik, kadang begitu lambatnya sampai lebih dari 10-20 tahun.6.2 PRAKTIKUM 2

6.2.1. Hasil Pengamatan Jumlah Eritrosit Pada pengamatan eritrosit dengan contoh darah Ny. Apriatun menghasilkan kotak atau bilik hitung yang dilihat dimikroskop dengan toal 220. Untuk penghitungan Jumlah eritrositnya yaitu : Jumlah eritrosit = Jumlah eritrosit yang dihitung X 400 X 10 X 100 Jumlah Kotak kecil = 220 X 400 X 10 X 100 = 5,5 juta / mm3 (Normal) 16

Indeks normal wanita dewasa antara 3,9 5,6 Juta/mm3

Abnormal Berdasarkan jumlah sel dan kadar hemoglobin yang merupakan bagian penting dari sel erytrosit,kelainan sel darah merah (erytrosit) dibedakan menjadi anemia bila jumlah atau kadarnya rendah dan polycythemia bila jumlahnya meningkat. WHO menetapkan kriteria diagnosis anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl, kadar hemoglobin ini biasanya sebanding dengan jumlah erytrosit dan hematokrit. Sebaliknya, disebut polycythemia bila kadar hemoglobin lebih dari 18,0 g/dl dan jumlah erytrosit lebih dari 5,5 juta/uL disertai dengan peningkatan sel leukosit dan platelet. Dibanding polycythemia, penyakit anemia mempunyai prevalensi yang lebih tinggi terutama pada wanita. Pasien anemia tampak pucat, lesuh, lemah dan pusing karena reaksi tubuh yang kekurangan oksigen. Dampak dari penyakit anemia adalah menurunnya kualitas hidup, kinerja rendah, IQ rendah, sampai dengan kematian penderitanya. Pada ibu hamil, anemia bisa berakibat serius pada janin berupa keguguran atau cacat bawaan. Anemia terjadi karena menurunnya kadar hemoglobin yang terikat pada sel erytrosit atau jumlah erytrosit yang mengikat hemoglobin kurang. Penyebabnya dapat oleh karena kegagalan proses synthesis atau kualitas hemoglobin dan erytrosit yang dihasilkan tidak sempurna, pemecahan

erytrosit abnormal, kehilangan darah masif, intake nutrient kurang atau merupakan penyakit sekunder akibat penyakit lain. Berdasarkan makrositik. morfologi dan ukuran sel erythrosit, anemia

diklasifikasikan menjadi: Anemia mikrositik, anemia normositik dan anemia

Klasifikasi yang lain, membagi anemia berdasarkan penyebabnya : a. Iron deficiency anemia b. Hemoglobinopathies 1. Sickle-cell disease 2. Thalassemia 3. Methemoglobinemia c. Megaloblastic Anemia 1. Vit. B12 deficiency anemia 2. Folat deficiency anemia 3. Pernicious anemia d. Hemolytic Anemia 1. Genetic disorders of RBC membrane a. Hereditary spherocytosis b. Hereditary elliptocytosis 2. Genetic disorders of RBC metabolism a. G6PD deficiency b. Pyruvate kinase deficiency 3. Immune mediated hemolytic anemia a. Autoimmune hemolytic anemia

b. Alloimmune hemolytic anemia c. Drug Induced 4. Paroxymal nocturnal hemoglobinuria (PNH) 5. Dyrect physical damage to RBCs mis

microangiopathic e. Aplastic Anemia 1. Fanconi anemia 2. Acquired pure red cell aplasia 3. Diamond-Blackfan anemia a. Mikrositik anemia Anemia mikrositik terjadi karena karena gangguan sinthesis atau defect hemoglobin sehingga menyebabkan kadar hemoglobin yang terikat pada eritrosit menjadi rendah. Karena kadar hemoglobin rendah menyebabkan ukuran eritrosit lebih kecil (MCV kurang dari < 80 fl), dan ini merupakan bentuk kompensasi sel agar dapat lebih mudah kontak dengan oksigen dengan kadar hemoglobin terbatas . Anemia mikrositik paling sering disebabkan karena defesiensi zat besi (anemia defisiensi besi). Besi merupakan unsur esensial molekul heme, dimana heme merupakan bagian dari hemoglobin. Anemia defisiensi besi bisa disebabkan karena intake zat besi kurang atau mal-absorbsi, pendarahan kronis, keganasan yang menyebabkan pendarahan kronis atau infeksi cacing.

Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan hapusan darah tepi, dan dipastikan dengan menurunnya kadar serum iron (Fe), unsaturated iron binding capacity (UIBC) meningkat dan kadar simpanan besi (feritin) menurun. Diagnosa banding mikrositik anemia selain anemia defesiensi besi adalah anemia sideroblastik, dimana pada keduanya didapatkan gambaran morfologi sel eritrosit yang sama yakni hipokrom mikrositik. Tetapi pada anemia sideroblastik justru kadar serum iron meningkat, UIBC menurun dan feritin meningkat. Hal ini terjadi karena kegagalan pengikatan besi pada molekul hemoglobin (myelodysplastic syndrome) sehingga terjadi penumpukan besi pada daerah sekitar inti dan mitokondria. Sideroblas adalah erythroblast dengan granula besi di sekitar inti yang terlihat pada pengecatan besi. Penyebab anemia mikrositik yang lain adalah

Hemoglobinopathies, dimana hemoglobin terbentuk dengan kualitas tidak sempurna. Thalassemia dan sickle cell anemia adalah kelainan konginetal pada synthesis protein globin yang merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Struktur abnormal hemoglobin ini menyebabkan eritrosit lebih mudah beraglutinasi dan mengalami pemecahan sebelum waktunya.

b. Normositik Anemia Bila pada anemia mikrositik terjadi kelainan pada pembentukan hemoglobin, maka pada normositik anemia, kelainan disebabkan karena sel eritrosit yang merupakan kendaraan hemoglobin, kurang atau tidak cukup jumlahnya. Penyebabnya bisa pada proses pembuatan sel eritrosit

(erythropoisis) terganggu, kehilangan sel darah merah dalam jumlah besar atau pemecahan sel yang tinggi. Karena kadar hemoglobin pada dasarnya cukup untuk setiap sel eritrosit maka volumenya masih normal (MCV 80 100 fl) Pemecahan sel eritrosit yang tinggi terjadi pada anemia hemolitik, misalnya pada autoimune hemolytic anemia (AIHA) atau pada hereditary spherocytosis atau ovalocytosis . Termasuk dalam AIHA adalah anemia yang disebabkan karena SLE, Idiopathic, Infectius mononucleosis, paroxysmal nocturnal hemoglobinuria. Dalam penderita AIHA tubuh membentuk antibody abnormal yang bisa berikatan dengan sel eritrosit, akibat dari ikatan ini sel eritrosit akan mudah lisis. Pada anemia hemolitik atau pada anemia yang disebabkan karena pendarahan akut, akan didapatkan peningkatan sel reticulocyte, yakni sel eritrosit muda yang masih mengandung sisa-sisa ribosome. Peningkatan reticulosite ini mencerminkan adanya peningkatan aktifitas erythroid hematopoietic pada sumsum tulang untuk mengkompensasi kehilangan sel darah merah pada proses hemolitik maupun kehilangan sel akibat pendarahan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa aktifitas pabrik pembuatan sel eritrosit masih berfungsi. Ini untuk membedakan penyebab dari kegagalan sinthesis. Sebaliknya, apabila gangguan terjadi pada proses

erythropoeisis, menurunnya jumlah eritrosit tidak disertai peningkatan sel reticulocyte. Kasus ini dijumpai pada anemia aplastik dimana terjadi aplasia pada sel-sel erythropoeisis pada sumsum tulang atau pada gagal ginjal kronis dimana terjadi gangguan pada produksi hormone erythropoeisis.

Anemia normositik dalam kenyataannya lebih sering merupakan secondary anemia, yang merupakan akibat dari penyakit yang lain misalnya anemia karena penyakit menahun, nephritis, rheumatoid arthritis, keganasan tanpa pendarahan kronis dan gagal ginjal kronis.

c.Makrositik Anemia Termasuk dalam type makrositik anemia adalah anemia megaloblastik. Anemia ini disebabkan karena proses pematangan inti sel erythroblast yang terganggu akibat kekurangan vitamin B12 dan folat yang merupakan zat yang dibutuhkan pada synthesis DNA. Produk yang dihasilkan akibat gangguan ini berupa eritrosit makrositik (MCV > 100fl) yang mudah pecah. Termasuk dalam kategori makrositik anemia adalah anemia pernisiosa, yang disebabkan karena mal absorbsi vitamin B-12.

6.2.2 Pengamatan Golongan Darah ABO Pada pengamatan golongan darah, dengan mengambil sample darah dari Ny. Apriyatun memiliki hasil, pada anti-A darah tersebut menggumpal dan anti-B tidak menggumpal. Jadi, golongan darah Ny. Apriyatun bergolongan darah A.

Anti B

Anti A

Gambar 1. Darah setelah diberi anti A dan anti B

Tabel Golongan Darah ABOGolongan darah (fenotip) A B AB O Antigen dalam eritrosit A B A dan B Antibodi dalam serum Anti B Anti A Anti dan B A Anti

6.2.3 Pengamatan Hematokrit Pada hasil pengamatan Hematokrit dimana darah setelah di sentrifuge didalam pipet hematokrit, pada skala pembaca Hematokrit menunjukkan angka 40. Sehingga nilai hematokrit adalah 40%.

Gambar 2. Menunjukkan pengamatn hematokrit

6.2.4 Mengamati Nilai Indeks Eritrosit a. MCV = Hematokrit X 10 = 40 X 10 = 72,7 Femtoliter Eritrosit (juta) 5,5

Pada penjumlahan MCV ternyata sampel darah adalah abnormal. Nilai normal 82-92 Femtoliter. b. MCH = Hemoglobin X 10 = 13 X 10 = 23,6 Pikogram Eritrosit (juta) 5,5 Pada penjumlahan MCH ternyata sampel darah adalah abnormal. Nilai normal 27-32 Pikogram. c. MCHC = Hemoglobin X 100 % = 13 X 100 % = 32,5 % Hematokrit 40 Pada penjumlahan MCHC ternyata sampel darah adalah normal. Nilai normal 32-37 %

6.3 PRAKTIKUM 3 6.3.1Waktu Perdarahan Praktikum ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler, tetapi keadaan dinding vaskuler dan trombosit juga berpengaruh. Percobaan dilakukan sekali dengan mengambil sample darah yang berasal dari cuping telinga milik Tn. Septyan. Dari hasil percobaan, didapatkan bahwa waktu perdarahan Tn. Septyan, yaitu 2 menit 11 detik, dengan bercak yang terdapat pada kertas saring mempunyai penampang 5 mm. Seseorang dapat dikatakan memiliki waktu perdarahan yang normal dengan catatan : a. Pemeriksaan hasil bercak yang dihasilkan pada kertas saring mempunyai penampang 3-5 mm b. Waktu perdarahan luka adalah 1-3 menit

Hasil yang didapat, mengindikasikan Tn. Septyan berada dalam batas normal, dengan panjang penampang bercak 3-5mm dan waktu perdarahan 2 menit 11 detik. Apabila waktu perdarahan lebih dari batas normal dikarenakan jumlah trombosit yang kurang dari normal, 150.000-450.000/mm3, bila waktu perdarahan lebih dari batas normal dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki penyakit yang berkaitan dengan kurangnya jumlah trombosit dalam tubuh atau yang disebut dengan trombositopenia. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini terjadi akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit.

Penyakit yang disebabkan trombositopenia adalah sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g) Anemi aplastik Leukemia akut Sindrom mielodisplastik Mielosklerosis Infiltrasi sumsum tulang: limfoma, carcinoma Mieloma multipel Anemia megaloblastik Waktu perdarahan setiap orang berbeda-beda itu diakibatkan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti:a)

Metode yang digunakan; teknik yang tidak tepat bila

terjadi luka fungsi yang mungkin lebih dalam daripada yang seharusnya. Bila tetesan darah ditekan paksa pada permukaan kertas dan tidak menunggu tetesan darah benar-benar terisap dengan sendirinya pada kertas penghisap, hal ini dapat merusak partikel fibrin sehingga memperlama perdarahan. b) Obat aspirin dan antikoagulan dapat memperlama perdarahan 6.3.2 Waktu Perdarahan Praktikum ini mempunyai tujuan untuk mengetahui waktu pembekuan darah, dan hasil dari percobaan ini dapat dijadikan ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi. Hasil dari percobaan mengenai waktu pembekuan darah yang mengambil sample darah vena dari Nn. Dwi Sartika, didapatkan hasil sebagai berikut:

a)

Waktu yang dibutuhkan untuk mengambil darah vena : membutuhkan waktu

sampai dimasukkan ke dalam tabung 3 menitb)

Darah pada tabung 1 : membeku pada waktu 1menit : membeku pada waktu 1 menit 28 : membeku pada waktu 1 menit 39

c) Darah pada tabung 2

detikd) Darah pada tabung 3

detik e) Total keseluruhan waktu pembekuan darah vena Nn. Dwi sartika adalah : 7 menit 7 detik

Karena waktu pembekuan darah memiliki batasan normal antara 9-15 menit, dapat disimpulkan bahwa waktu pembekuan pada darah vena Nn. Dwi Sartika dikatakan tidak dalam batasan normal karena hanya memiliki waktu pembekuan 7 menit 7 detik. Apabila melihat batasan normal yang ada, dapat disimpulkan Nn. Dwi Sartika mempunyai gangguan dengan faktor koagulasinya, seperti:a) Faktor I b) Faktor II c) Faktor III d) Faktor IV e)

: Fibrinogen : Protrombin : Trombokinase : Kalsium Faktor V : Proakselerin adalah substansi yang pembentukan tromboplastin, terdapat di dalam plasma, bukan di dalam serum, yang berfungsi saat baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.

f) Faktor VII g) Faktor VIII h) Faktor IX i) Faktor X j) Faktor XI k) Faktor XII

: Prokonvertin : Plasmokinin : Protromboplastin beta : Faktor Stuart : Faktor PTA : Faktor Hageman

l) Faktor XIII

: Fibrinase

Namun keabnormalan waktu pembekuan darah dapat dikarenakan kesalahan sampling atau pembekuan darah yang terlalu cepat. Disisi lain hasil yang mengindikasikan abnormal ini dapat mengetahui bahwa pasien tersebut mengidap suatu penyakit yang berkaitan dengan kekurangan faktor koagulasi seperti penyakit: a) Hemofilia

Darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. b) Von willebrand

Suatu penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan atau kelainan pada vaktor von willebrand di dalam darah yang sifatnya diturunkan. Faktor von willebrand adalah suatu protein yang mempengaruhi fungsi trombosit c) Trombositosis

Peningkatan jumlah trombosit di atas 400.000/mm3. d) Trombositopenia

Suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Kadar trombosit di dalam plasma darah kurang dari 200.000 permilimeter kubik. e) D.I.C (disseminated intravascular coagulation)

Pembekuan intravaskuler tersebar (DIC) adalah sindrom multifaset, sindrom kompleks dimana homeostatik normal dan sistem fisiologik yang mempertahankan darah agar tetap cair berubah menjadi sistem yang patologik, sehingga terjadi trombi fibrin yang menyumbat miovaskuler dari tubuh. Namun karena Nn. Dwi Sartika tidak memiliki kelainan genetik dan kelainan faktor pembekuan darah, dapat disimpulkan bahwa cepatnya waktu pembekuan darah dikarenakan kesalahan dalam pengambilan sampling darah vena dan waktu pengambilan darah yang lebih dari 30 detik, sehingga telah terjadi proses pembekuan darah sebelum pemeriksaan dikerjakan. 6.3.3 Rumple Reed Tujuan dari pemeriksaan rumple leed ini adalah untuk mendeteksi kelainan sistem vaskuler dan trombosit. Percobaan rumple leed dengan probandus Tn. Hasta Adin dilakukan sekali percobaan pada lengan kanan. Karena Tn. Hasta memiliki tekanan 125/80 mmHg yang seharusnya dilakukan percobaan pada tekanan 102, 5 mmHg, namun hanya diberikan tekanan 100 mmHg sesuai dengan petunjuk dan dipertahankan selama 10 menit. Setelah dipertahankan selama 10 menit, dengan perubahan warna tangan menjadi kebiruan, dihitung petechiae yang ada pada lengan bawah Tn. Hasta Adin yang menunjukan terdapat 3 buah petechiae. Apabila dilihat dari penilaian hasi rumple leed, yaitu: a. Dikatakan normal : apabila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan atau timbul petechiae kurang dari 5 buah.

b. Dikatakan positif : apabila dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae. c. Dikatakan negatif : apabila dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul petechiae atau kurang dari 10 buah. Seseorang dikatakan tidak normal atau positif apabila timbul petechiae lebih dari 5 buah, itu dapat disebabkan karena adanya gangguan pada vaskuler dan gangguan pada trombosit, contohnya adalah: a) Demam berdarah dengue b) Kurang vitamin C c) Purpura d) Tifus e) Meningitis f) Hipertensi g) Vaskulitis h) D.I.C i) Pasca transfusi purpura (reaksi negatif pasca transfusi darah) Dari hasil rumple leed yang menunjukan hanya terdapat 3 buah petechiae dalam waktu 10 menit dapat dikatakan Tn. Hasta Adin normal. 6.3.4 Identifikasi Sel 1. Basofil batang

Gamabr 1. basofil batang

Kurang dari 1 % leukosit darah berupa basofil, dan karena itu basofil sukar ditemukan dalam apusan darah normal. Basofil ini merupakan leukosit yang bergranuler, dan mempunyai ciri-ciri: a) Berdiameter 12-15 m b) Intinya terbagi dalam lobuli yang tidak teratur dan sering terhalangi granul-granul spesifik diatasnya.c) Jumlah di tubuh 0-100 mm3 dalam keadaan normal

d) Granuler spesifiknya berdiameter 5 m terpulas secara metakromatik, berwarna biru tua atau coklat e) Jumlah granuler spesifik pada basofil lebih sedikit dan ukuran serta bentuk granulnya lebih tidak teratur dibandingkan granul dari granulosit lain. f) Granuler spesifiknya mengandung histamin dan heparin Karena mengandung histamin dan heparin, sel basofil ini fungsinya adalah sebagai reaksi terhadpa antigen tertentu, misalnya pada penyakit kulit hipersensitivitas basofil kutaneus, terdapat banyak basofil di area peradangan. 2. Neutrofil bersegmen

Gambar 2. Neutrofil bersegmen

Neutrofil merupakan 60-70% dari leukosit yang beredar dalam tubuh, jadi mudah ditemukan dalam apusan darah. Neutrofil merupakan leukosit yang bergranuler yang mempunyai ciri-ciri: a) Sitoplasma neutrofil mengandung granul halus berwarna ungu atau merah muda yang sukar dilihat dengan mikroskop cahaya biasa, akibatnya sitoplasma neutrofil tampak bening. b) Inti neutrofil terdiri atas bebrapa lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin halus, jumlah lobus yang lebih sedikit menunjukan bahwa neutrofil kurang matang atau belum matang. c) Pada wanita tampak seperti pemukul drum atau drumstik d) Neutrofil berumur pendek sekitar 6-7 jam dalam darah dan memilki jangka hidup selama 1-4 hari dalam jaringan ikat.e) Jumlah dalam darah normal adalah 2.500-7.500 /mm3 f) Neutrofil bergerak secara amoboid, dan berbentuk bulat

Neutrofil adalah sel fagosit yang aktif terhadap bakteri

dan

partikel kecil lainnya, di dalam jaringan, terdapat faktor kemotaktik yang akan menarik sel neutrofil ke tempat mikroorganisme, dan kemudian memakan dan menghancurkan bakteri. Bila di dalam darah kekurangan jumlah neutrofil, dapat dipastikan seseorang dapat menderita neutropenia, dimana di dalam darah jumlah sel neutrofil sedikit. Penurunan jumlah neutrofil ini dapat disebabkan karena berkurangnya pembentukan neutrofil di sumsum tulang atau karena penghancuran sejumlah besar sel darah putih dalam sirkulasi. Anemia aplastik menyebabkan neutropenia dan kekurangan jenis sel darah lainnya. Penyakit keturunan lainnya yang jarang terjadi, seperti agranulositosis genetik infantil danneutropenia familial, juga menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih. Pada neutropenia siklik (suatu penyakit yang jarang), jumlah neutrofil turun-naik antara normal dan rendah setiap 21-28 hari;

jumlah neutrofil bisa mendekati nol dan kemudian secara spontan kembali ke normal setelah 3-4 hari. Pada saat jumlah neutrofilnya sedikit, penderita penyakit ini cenderung mengalami infeksi 3. Lymphocyte

Gambar 3 Lymphocyte Limphocyte merupakan leukosit yang agranuler atau hampir tidak memiliki sitoplasma. Mencakup sekitar 20-30 % leukosit darah normal. Dengan jumlah dalam darah adalah 1.500-3.500 /mm3. Limphocyte ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a) Inti bulat, berbentuk tapal kuda b) Berdiameter 6-8 m di kenal sebagai limphocyte kecil, dan

limphocyte berukuran sedang dan besar dengan diameter 18 m. Perbedaan ini mempunyai arti fungsional karena limfosit yang berukuran besar diyakini adalah sel yang telah diaktifkan oleh antigen spesifik.c) Limfosit kecil dalam darah memiliki inti sferis dan kadang-

kadang berlekuk, kromatinnya padat dan tampak sebagai gumpalan kasar sehingga inti terlihat gelap.d) Sitoplasma limfosit sangat sedikit, bersifat basa lemah dan

berwarna biru muda, dan mengandung granul azurofilik.

e) Sitoplasma limfosit kecil mengandung sedikit mitokondria dan

sebuah kompleks golgi kecil, dan mengandung poliribosom bebas.f) Jangak hidup limfosit bervariasi, sebagian hanya hidup

bebrapa hari dan yang lain bertahan di sirkulasi darah bertahun-tahun lamanya.g) Terdapat 2 limfosit, yaitu limfosit sel T dan sel B

Limfosit

berperan

penting

dalam

mekanisme

pertahanan

imunologik tubuh. Bila dirangsang antigen spesifik, sebagian limfosit (sel B) berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan menghasilkan antibodi. Bila seseorang didalam tubunya kekurangan atau mengalami perbanyakan limfosit, seseorang tersebut dapat mengalami:1. Leukimia.

Yang menyebabkan leukimia adalah sel limfosit yang berubah menjadi banyak dan menjadi ganas dengan memakan sel darah putih umumnya perkembangan ini terjadi di sumsum tulang dan akhirnya masuk ke dalam sistem peredaran darah Karena berada dalam aliran darah, maka aneka sel darah lain akan ikut diserang lalu mengalami kerusakan. Serangan sel limfosit ganas terhadap sel darah putih ini mengakibatkan sistem daya tahan tubuh menurun. Akibatnya, anak mudah terkena infeksi. Sedangkan rendahnya sel darah merah menyebabkan anak pucat dan lemah. 2. Limfositopenia Limfositopenia adalah jumlah limfosit yang rendah di dalam darah (dibawah 1.500 sel/mikroL darah pada dewasa atau dibawah 3.000 sel/mikroL pada anak-anak).

Penyakit Kanker

yang

dapat

menyebabkan penyakit

limfositopenia: Hodgkin)

(leukemia,

limfoma,

Artritis rematoid Lupus eritematosus sistemik Infeksi kronik Penyakit keturunan yang jarang terjadi (agamaglobulinemia tertentu, sindroma DiGeorge, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma imunodefisiensi AIDS. Penurunan jumlah limfosit yang sangat drastis bisa menyebabkan timbulnya infeksi karena virus, jamur dan parasit. 3. Eosinofil bersegmen gabungan yang berat, ataksia-telangiektasi)

Gambar 4. Eosinofil bersegmen Eosinofil jauh lebih sedikit daripada neutrofil, dan merupakan 24 % leukosit dalam darah. Pada sediaan apusan darah, sel ini berukuran kurang lebih sama dengan neutrofil dan mengandung intibilobus yang khas. Jumlah Eosinofil dalam darah normal adalah berkisar 60-600 /mm3 . ciri yang khas adalah : a. Terdapat granul spesifik berukuran besar dan lonjing sekitar 200 per sel dan terpulas dengan eosin

b. Granul spesifik mengandung protein yang disebut protein dasar mayor yang banyak mengandung residu arginin. Protein ini merupakan 50 % protein total granul dan menyebabkan terbentuknya sifat eosinofilik di granul tersebut. Eosinofil sendiri mempunyai fungsi untuk sel fagositik dengan afinitas khusus terhadap kompleks antigen-antibodi. Sel-sel ini bertambah banyak selama infestasi parasit dan berperan penting dalam penghancurannnya. Apabila eosinofil lebih banyak dari batas normal maka akan menyebabkan penyakit seperti : Pneumonia eosinofilik Pneumonia Eosinofilik (Sindroma Infiltrasi Paru Oleh Eosinofilia) merupakan sekelompok penyakit paru-paru dimana eosinofil (salah satu jenis sel darah putih yang terlibat dalam terjadinya reaksi alergi), muncul dalam jumlah yang banyak di paruparu dan di dalam aliran darah. Pada pneumonia eosinofilik terdapat peningkatan 10-15 kali jumlah eosinofil.

Daftar Pustaka

Johnkueira, Luiz Carlos. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta: EGC Eroschenko,Victor p. 2003. Atlas Histologi di fiora. Jakarta: EGC http://agathariyadi.wordpress.com/2009/09/04/mekanisme-perdarahan-abnormalserta-diferensiasi-penyakit-terkait-trombositopenia/ diakses pada tanggal 30 April 2010 http://agathariyadi.wordpress.com/2009/09/04/mekanisme-perdarahan-abnormalserta-diferensiasi-penyakit-terkait-trombositopenia/ diakses pada tanggal 1 Mei 2010 http://akperku.blogspot.com/2010/03/gangguanabnormalitas-trombosit.html diakses pada tanggal 1 Mei 2010 http://astaqauliyah.com/article/faktor-yang-mempengaruhi-waktu-perdarahan.html diakses pada tanggal 1 Mei 2010 http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4358.0 diakses pada tanggal 30 April 2010 http://forum.tabloidnova.com/archive/index.php/t-259.html diakses pada tanggal 2 Mei 2010

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091214000029AAmEAtH diakses pada tanggal 2 Mei 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia diakses pada tanggal 2 Mei 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Hemofilia diakses pada tanggal 30 April 2010 http://januari12.multiply.com/journal/item/29 diakses pada tanggal 30 April 2010 http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/hematokrit_30.html tanggal 2 Mei 2010 diakses pada

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/penetapan-kadar-hemoglobin.html diakses pada tanggal 30 April 2010 http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/hitung-eritrosit.html tanggal 2 Mei 2010 http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/indeks-eritrosit.html tanggal 1 Mei 2010 diakses diakses pada pada

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/01/waktu-perdarahan.html diakses pada tanggal 1 Mei 2010 http://med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=387 diakses pada tanggal 1 Mei 2010 http://medicastore.com/penyakit/166/Penyakit_Hemoglobin_C_S-C_&_E.html diakses pada tanggal 2 Mei 2010 http://medicastore.com/penyakit/775/Disfungsi_Trombosit.html tanggal 2 Mei 2010 http://medicastore.com/penyakit/775/Disfungsi_Trombosit.html tanggal 1 Mei 2010 diakses diakses pada pada

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=552 diakses pada tanggal 1 Mei 2010 http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/18/102578/MimisanTanda-Kelainan-Perdarahan diakses pada tanggal 2 Mei 2010 http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/darah.htm diakses pada tanggal 30 April 2010 http://www.indonesiaindonesia.com/f/2397-hemoglobin/ diakses pada tanggal 30 April 2010

http://www.resep.web.id/tips/anemia-penyebab-gejala-dan-diagnosanya.htm diakses pada tanggal 2 Mei 2010 http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/r_susanti.pdf diakses pada tanggal 1Mei 2010 http://yaltafitjeem.blogspot.com/2008/09/patologi-klinik.html? zx=4b517b7b1bb31832 diakses pada tanggal 1 Mei 2010