Upload
ribowo6282
View
33
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
GERAKAN PRAMUKA SEBAGAI WAHANA BENGKEL AKHLAK
Oleh : Ribowo, S.Pd.I *)
Sudah 52 tahun gerakan Pramuka berjalan…….., berarti
sudah 52 tahun pula kita merenungi dan mengulang
janji-janji Gerakan Pramuka.
Tapi kok aneh………, sudah sekian kali diucapkan janji,
usia sudah sekian tua nyatanya perkembangan kegiatan
tetap begitu-begitu juga.
Sejak zaman dulu kepanduan atau kepramukaan bertanggungjawab atas pembinaan mental dan
moral serta menanamkan nasionalisme. Nasionalisme yang dimaksud tergantung dengan kondisi.
Pada zaman penjajahan yang disebut nasionalisme adalah semangat untuk membantu pemerintah,
yaitu pemerintah Belanda. Berbeda dengan sekarang. Setelah merdeka, tentu saja kita harus membantu
pemerintah Indonesia. Inilah yang disebut nasionalisme dalam Gerakan Pramuka.
Seorang Pramuka haruslah memiliki budi pekerti luhur, karena itu kepramukaan sangat dibutuhkan dalam
pembinaan mental spiritual. Dengan fungsi tersebut, layak kalau Gerakan Pramuka kita disebut bengkel
akhlak. Tempat menggodog peserta didik untuk menuju akhlakkul karimah. Dan inilah yang dikatakan
pendidikan Budi Pekerti atau pendidikan berkarakter.
Budi pekerti diterjemahkan dari pengertian moralitas yang mengandung pengertian, antara lain
adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh karena itu pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah
perilaku. Sebagai perilaku maka budi pekerti meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku (Edi
Sedyawati, 1997 : ). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1988:131) yang dimakud budi pekerti
adalah tingkah laku, akhlak, dan watak.
Budi merupakan alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik
buruk, tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik, daya upaya dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggapan
atau reaksi individu yang berwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan tetapi juga ucapan. Budi
Pekerti berkaitan dengan sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa serta alam sekitar.
Budi Pekerti yang membuat seorang Pembina/pemimpin/Guru itu ideal adalah : Honest (Jujur,
Terbuka), Forward Looking (Berfikiran maju), Competent (Cakap, Terampil), Inspiring (Mampu
memberikan inspirasi), Intelligent (Cerdas), Fair-minded (Adil, tanpa prasangka), Broad-Mind
(Berpandangan luas, Tidak Memihak), Supportive (Bersifat mendukung), Straight Forward (Mudah
dimengerti), Dependable (Dapat diandalkan, Cooperatif (Suka bekerja sama), Determined (Tekun),
Imaginative (Berdaya cipta), Ambitious (Berkeinginan besar), Courageous (Berani), Caring
(Menampilkan kebaikan dan perhatian pada orang lain), Mature (Dewasa), Loyal (Setia, dapat dipercaya),
Self Controlled (Dapat mengendalikan perasaan atau tingkah laku), Independent (Tidak tergantung orang
lain).
Mengapa Peserta Butuh Pendidikan Budi Pekerti / Berkarakter ?
Banyak remaja terlibat dalam perilaku negatif (penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, tawuran,
mencontek, berbohong, dll).
Kenapa Banyak Remaja Berperilaku Negatif ?
Banyak remaja yang mengalami “Kekosongan Spiritual” (Spiritual Void)
(Riset mutakhir para pakar psikologi, tahun 2010)
Mengapa Hal ini Bisa Terjadi?
Karena selama ini pendidikan Berkarakter/Budi Pekerti dibangun dengan “filsafat moral kognitif
rasional”
Pada prakteknya, dalam dunia pendidikan sering melupakan aspek terpenting moralitas, yaitu
aspek “spiritual”.
BAGAIMANA PELAKSANAAN DALAM METHODE PEMBELAJARAN ?
Beberapa methode yang diungkap oleh pakar – pakar pembelajaran dantaranya adalah : ada 3 tahapan
yang harus dilalui dan dicapai oleh pembina atau pendidik :
1. Moral Knowing
Tujuan pembelajaran:
a. Siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela
b. Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dokmatis dan doktriner) pentingnya
akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan
c. Siswa bergama Islam mengenal sosok Nabi Muhammad saw sebagai figur teladan melalui hadits-
haditsnya
Contoh penerapan:
Materi nilai akhlak mulia
Man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri fal yakul khoiron auliyasmud
Dalam tahap moral Knowing, guru memberikan pertanyaan tentang:
a. Apa akhlak mulia yang diajarkan dalam hadits tersebut?
b. Apa akhlak tercela yang bertentangan dengan hadits tesebut ?
Siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok kecil tentang:
Bentuk-bentuk nyata dari perkataan-perkataan yang baik dan yang jelek.
Manfaat yang diperoleh dari perkataan-perkataan yang baik.
Dampak negatif dari kata-kata yang jelek
Dalam tahapan ini, “anak diajak berfikir tentang pentingnya menjaga ucapan”.
2. Moral Loving
Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai
akhlak mulia.
Sasaran dalam tahapan ini adalah “dimensi emosional siswa, hati atau jiwa”, bukan lagi akal, rasio, dan
logika.
Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, dan kebutuhan sehingga mampu
berkata pada dirinya sendiri, (Misal: “ya saya harus seperti itu”).
Contoh Penerapan
Untuk menyentuh sisi emosional siswa, guru dapat melakukan alternatif:
a. Menyampaikan kisah yang menarik dan menyentuh yang berkaitan dengan akhlak menjaga ucapan
b. Bermain peran atau sosio drama.
c. Sharing Pengalaman Sesama Siswa tentang nilai akhlak yang dibahas.
Siswa dibawa pada situasi, bagaimana bila mereka mendapatkan perlakuan kata-kata yang baik
atau tidak baik dari orang lain ? Apa yang ia rasakan ?
d. Kontemplasi atau Perenungan.
Dengan mengajak siswa merenungkan berapa banyak orang yang telah tersakiti hati dan
perasaannya karena kata-katanya ?
Dengan cara ini diharapkan siswa sendiri dapat menyimpulkan pentingnya menjaga ucapan.
3. Moral Doing
Siswa mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia dalam perilakuknya sehari-hari.
Siswa menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, disiplin, jujur, dan sebagainya.
Keterangan: Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak, kita harus selalu berfikir
untuk mencari solusi yang tepat.
Contoh Penerapan
Dalam tahap moral doing sebagai target puncak, Pembina/guru perlu melakukan pengamatan terhadap
perubahan perilaku siswa. Untuk ini Pembina/guru perlu menyiapkan format pengamatan termasuk
meminta laporan dari sesama pembina/guru atau dari siswa yang lain. Sangat baik bila anak diberi
tugas /PR (pekerjaan rumah) untuk mempraktekkan nilai akhlak yang telah dipelajari.
Salam untuk semua gerakan Pramuka khususnya Pembina smoga bermanfaat Ikhlas Bhakti Bina
Bangsa Perbudi Bawalaksana (Penulis Pembina/Pengurus Kwaran Tempursari).