5
GERAKAN PRAMUKA SEBAGAI WAHANA BENGKEL AKHLAK Oleh : Ribowo, S.Pd.I *) Sudah 5 2 tahun gerakan Pramuka berjalan…….., berarti sudah 5 2 tahun pula kita merenungi dan mengulang janji-janji Gerakan Pramuka. Tapi kok aneh………, sudah sekian kali diucapkan janji, usia sudah sekian tua nyatanya perkembangan kegiatan tetap begitu-begitu juga. Sejak zaman dulu kepanduan atau kepramukaan bertanggungjawab atas pembinaan mental dan moral serta menanamkan nasionalisme. Nasionalisme yang dimaksud tergantung dengan kondisi. Pada zaman penjajahan yang disebut nasionalisme adalah semangat untuk membantu pemerintah, yaitu pemerintah Belanda. Berbeda dengan sekarang. Setelah merdeka, tentu saja kita harus membantu pemerintah Indonesia. Inilah yang disebut nasionalisme dalam Gerakan Pramuka. Seorang Pramuka haruslah memiliki budi pekerti luhur, karena itu kepramukaan sangat dibutuhkan dalam pembinaan mental spiritual. Dengan fungsi tersebut, layak kalau Gerakan Pramuka kita disebut bengkel akhlak. Tempat menggodog peserta didik untuk menuju akhlakkul karimah. Dan inilah yang dikatakan pendidikan Budi Pekerti atau pendidikan berkarakter. Budi pekerti diterjemahkan dari pengertian moralitas yang mengandung pengertian, antara lain adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh karena itu pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku maka budi pekerti meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku (Edi Sedyawati, 1997 : ). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1988:131) yang dimakud budi pekerti adalah tingkah laku, akhlak, dan watak. Budi merupakan alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk, tabiat, akhlak, watak, perbuatan

PRAMUKA BENGKEL AKHLAK ٢.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRAMUKA BENGKEL AKHLAK ٢.docx

GERAKAN PRAMUKA SEBAGAI WAHANA BENGKEL AKHLAK

Oleh : Ribowo, S.Pd.I *)

Sudah 52 tahun gerakan Pramuka berjalan…….., berarti

sudah 52 tahun pula kita merenungi dan mengulang

janji-janji Gerakan Pramuka.

Tapi kok aneh………, sudah sekian kali diucapkan janji,

usia sudah sekian tua nyatanya perkembangan kegiatan

tetap begitu-begitu juga.

Sejak zaman dulu kepanduan atau kepramukaan bertanggungjawab atas pembinaan mental dan

moral serta menanamkan nasionalisme. Nasionalisme yang dimaksud tergantung dengan kondisi.

Pada zaman penjajahan yang disebut nasionalisme adalah semangat untuk membantu pemerintah,

yaitu pemerintah Belanda. Berbeda dengan sekarang. Setelah merdeka, tentu saja kita harus membantu

pemerintah Indonesia. Inilah yang disebut nasionalisme dalam Gerakan Pramuka.

Seorang Pramuka haruslah memiliki budi pekerti luhur, karena itu kepramukaan sangat dibutuhkan dalam

pembinaan mental spiritual. Dengan fungsi tersebut, layak kalau Gerakan Pramuka kita disebut bengkel

akhlak. Tempat menggodog peserta didik untuk menuju akhlakkul karimah. Dan inilah yang dikatakan

pendidikan Budi Pekerti atau pendidikan berkarakter.

Budi pekerti diterjemahkan dari pengertian moralitas yang mengandung pengertian, antara lain

adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh karena itu pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah

perilaku. Sebagai perilaku maka budi pekerti meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku (Edi

Sedyawati, 1997 : ). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1988:131) yang dimakud budi pekerti

adalah tingkah laku, akhlak, dan watak.

Budi merupakan alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik

buruk, tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik, daya upaya dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggapan

atau reaksi individu yang berwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan tetapi juga ucapan. Budi

Pekerti berkaitan dengan sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa serta alam sekitar.

Budi Pekerti yang membuat seorang Pembina/pemimpin/Guru itu ideal adalah : Honest (Jujur,

Terbuka), Forward Looking (Berfikiran maju), Competent (Cakap, Terampil), Inspiring (Mampu

memberikan inspirasi), Intelligent (Cerdas), Fair-minded (Adil, tanpa prasangka), Broad-Mind

(Berpandangan luas, Tidak Memihak), Supportive (Bersifat mendukung), Straight Forward (Mudah

dimengerti), Dependable (Dapat diandalkan, Cooperatif (Suka bekerja sama), Determined (Tekun),

Imaginative (Berdaya cipta), Ambitious (Berkeinginan besar), Courageous (Berani), Caring

(Menampilkan kebaikan dan perhatian pada orang lain), Mature (Dewasa), Loyal (Setia, dapat dipercaya),

Self Controlled (Dapat mengendalikan perasaan atau tingkah laku), Independent (Tidak tergantung orang

lain).

Mengapa Peserta Butuh Pendidikan Budi Pekerti / Berkarakter ?

Page 2: PRAMUKA BENGKEL AKHLAK ٢.docx

Banyak remaja terlibat dalam perilaku negatif (penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, tawuran,

mencontek, berbohong, dll).

Kenapa Banyak Remaja Berperilaku Negatif ?

Banyak remaja yang mengalami “Kekosongan Spiritual” (Spiritual Void)

(Riset mutakhir para pakar psikologi, tahun 2010)

Mengapa Hal ini Bisa Terjadi?

Karena selama ini pendidikan Berkarakter/Budi Pekerti dibangun dengan “filsafat moral kognitif

rasional”

Pada prakteknya, dalam dunia pendidikan sering melupakan aspek terpenting moralitas, yaitu

aspek “spiritual”.

BAGAIMANA PELAKSANAAN DALAM METHODE PEMBELAJARAN ?

Beberapa methode yang diungkap oleh pakar – pakar pembelajaran dantaranya adalah : ada 3 tahapan

yang harus dilalui dan dicapai oleh pembina atau pendidik :

1. Moral Knowing

Tujuan pembelajaran:

a. Siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela

b. Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dokmatis dan doktriner) pentingnya

akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan

c. Siswa bergama Islam mengenal sosok Nabi Muhammad saw sebagai figur teladan melalui hadits-

haditsnya

Contoh penerapan:

Materi nilai akhlak mulia

Man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri fal yakul khoiron auliyasmud

Dalam tahap moral Knowing, guru memberikan pertanyaan tentang:

a. Apa akhlak mulia yang diajarkan dalam hadits tersebut?

b. Apa akhlak tercela yang bertentangan dengan hadits tesebut ?

Siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok kecil tentang:

Bentuk-bentuk nyata dari perkataan-perkataan yang baik dan yang jelek.

Manfaat yang diperoleh dari perkataan-perkataan yang baik.

Dampak negatif dari kata-kata yang jelek

Dalam tahapan ini, “anak diajak berfikir tentang pentingnya menjaga ucapan”.

2. Moral Loving

Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai

akhlak mulia.

Sasaran dalam tahapan ini adalah “dimensi emosional siswa, hati atau jiwa”, bukan lagi akal, rasio, dan

logika.

Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, dan kebutuhan sehingga mampu

berkata pada dirinya sendiri, (Misal: “ya saya harus seperti itu”).

Contoh Penerapan

Page 3: PRAMUKA BENGKEL AKHLAK ٢.docx

Untuk menyentuh sisi emosional siswa, guru dapat melakukan alternatif:

a. Menyampaikan kisah yang menarik dan menyentuh yang berkaitan dengan akhlak menjaga ucapan

b. Bermain peran atau sosio drama.

c. Sharing Pengalaman Sesama Siswa tentang nilai akhlak yang dibahas.

Siswa dibawa pada situasi, bagaimana bila mereka mendapatkan perlakuan kata-kata yang baik

atau tidak baik dari orang lain ? Apa yang ia rasakan ?

d. Kontemplasi atau Perenungan.

Dengan mengajak siswa merenungkan berapa banyak orang yang telah tersakiti hati dan

perasaannya karena kata-katanya ?

Dengan cara ini diharapkan siswa sendiri dapat menyimpulkan pentingnya menjaga ucapan.

3. Moral Doing

Siswa mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia dalam perilakuknya sehari-hari.

Siswa menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, disiplin, jujur, dan sebagainya.

Keterangan: Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak, kita harus selalu berfikir

untuk mencari solusi yang tepat.

Contoh Penerapan

Dalam tahap moral doing sebagai target puncak, Pembina/guru perlu melakukan pengamatan terhadap

perubahan perilaku siswa. Untuk ini Pembina/guru perlu menyiapkan format pengamatan termasuk

meminta laporan dari sesama pembina/guru atau dari siswa yang lain. Sangat baik bila anak diberi

tugas /PR (pekerjaan rumah) untuk mempraktekkan nilai akhlak yang telah dipelajari.

Salam untuk semua gerakan Pramuka khususnya Pembina smoga bermanfaat Ikhlas Bhakti Bina

Bangsa Perbudi Bawalaksana (Penulis Pembina/Pengurus Kwaran Tempursari).