Presentasi Illegal Logging (Bagian Hukum)

DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANANBINA PRODUKSI KEHUTANANDEPARTEMEN KEHUTANANDEPARTEMEN KEHUTANAN

PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN

IMPLIKASI HUKUMNYAIMPLIKASI HUKUMNYA

PENATARAN PEJABAT KEHUTANAN DALAM PENATARAN PEJABAT KEHUTANAN DALAM RANGKA PENYIAPAN PERSONIL SAKSI AHLI RANGKA PENYIAPAN PERSONIL SAKSI AHLI

PEMBERIAN KETERANGAN AHLI DALAM PEMBERIAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES YUSTISI PROSES YUSTISI ILLEGAL LOGGINGILLEGAL LOGGING

PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN IMPLIKASI HUKUMNYABINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN IMPLIKASI HUKUMNYA

LATAR BELAKANG :LATAR BELAKANG :1.1. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN HUKUM DIBIDANG BINA PRODUKSI PERMASALAHAN-PERMASALAHAN HUKUM DIBIDANG BINA PRODUKSI

KEHUTANAN TIMBUL AKIBAT DARI KESALAHAN PENERAPAN ATAU KEHUTANAN TIMBUL AKIBAT DARI KESALAHAN PENERAPAN ATAU TIDAK TIDAK DITERAPKANNYA ATAU ADANYA PERBEDAAN PEMAHAMAN DITERAPKANNYA ATAU ADANYA PERBEDAAN PEMAHAMAN PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN;PRODUKSI KEHUTANAN;2.2. PERMASALAHAN HUKUM DIBIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN PERMASALAHAN HUKUM DIBIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN TERSEBUT TERSEBUT MELIPUTI PADA GUGATAN MELALUI PERADILAN TATA MELIPUTI PADA GUGATAN MELALUI PERADILAN TATA USAHA USAHA NEGARA, GUGATAN MELALUI PERADILAN UMUM (PERDATA), NEGARA, GUGATAN MELALUI PERADILAN UMUM (PERDATA), MAUPUN MAUPUN TUDUHAN TURUT SERTA ATAU IKUT MEMBANTU ATAS TUDUHAN TURUT SERTA ATAU IKUT MEMBANTU ATAS KEJAHATAN DI KEJAHATAN DI BIDANG BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, SERTA TUDUHAN BINA PRODUKSI KEHUTANAN, SERTA TUDUHAN TINDAK PIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI.KORUPSI.MAKSUD :MAKSUD :AGAR MENYADARI ARTI PENTINGNYA PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-AGAR MENYADARI ARTI PENTINGNYA PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, SEHINGGA UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, SEHINGGA DIHARAPKAN DAPAT MENGUASAI DAN MENERAPKANNYA DENGAN DIHARAPKAN DAPAT MENGUASAI DAN MENERAPKANNYA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH, BAIK SECARA SUBSTANSI (MATERI) MAUPUN SECARA SUNGGUH-SUNGGUH, BAIK SECARA SUBSTANSI (MATERI) MAUPUN SECARA PROSEDURAL (FORMAL). PROSEDURAL (FORMAL). TUJUAN :TUJUAN :UNTUK MENYAMAKAN PEMAHAMAN AGAR TIDAK TERJADI PERBEDAAN UNTUK MENYAMAKAN PEMAHAMAN AGAR TIDAK TERJADI PERBEDAAN PEMAHAMAN DALAM PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PEMAHAMAN DALAM PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN.BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN.

1. 1. PENGERTIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :PENGERTIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : ISTILAH PERUNDANG-UNDANGAN (ISTILAH PERUNDANG-UNDANGAN (WettelijkeregelsWettelijkeregels)) MENURUT MENURUT “A. “A.

HAMID S. ATTAMIMI” HAMID S. ATTAMIMI” DAPAT DIARTIKAN :DAPAT DIARTIKAN :”” SEBAGAI PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG, SEBAGAI PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG, BAIK PERATURAN ITU BERUPA UNDANG-UNDANG SENDIRI, MAUPUN BAIK PERATURAN ITU BERUPA UNDANG-UNDANG SENDIRI, MAUPUN PERATURAN YANG LEBIH RENDAH YANG MERUPAKAN ATRIBUSIAN PERATURAN YANG LEBIH RENDAH YANG MERUPAKAN ATRIBUSIAN ATAUPUN DELEGASIAN DARI UNDANG-UNDANG. ATAUPUN DELEGASIAN DARI UNDANG-UNDANG.

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PTUN, UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PTUN, PENJELASAN PASAL 1 ANGKA 2 :PENJELASAN PASAL 1 ANGKA 2 :””PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ADALAH SEMUA PERATURAN YANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ADALAH SEMUA PERATURAN YANG BERSIFAT MENGIKAT SECARA UMUM YANG DIKELUARKAN BADAN BERSIFAT MENGIKAT SECARA UMUM YANG DIKELUARKAN BADAN PERWAKILAN RAKYAT BERSAMA PEMERINTAH, BAIK DI TINGKAT PUSAT PERWAKILAN RAKYAT BERSAMA PEMERINTAH, BAIK DI TINGKAT PUSAT MAUPUN DI TINGKAT DAERAH, SERTA SEMUA KEPUTUSAN BADAN ATAU MAUPUN DI TINGKAT DAERAH, SERTA SEMUA KEPUTUSAN BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA, BAIK DI TINGKAT PUSAT MAUPUN DI PEJABAT TATA USAHA NEGARA, BAIK DI TINGKAT PUSAT MAUPUN DI TINGKAT DAERAH, YANG JUGA MENGIKAT UMUM”. TINGKAT DAERAH, YANG JUGA MENGIKAT UMUM”.

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, PASAL 1 PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, PASAL 1 ANGKA 2 :ANGKA 2 :””PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ADALAH PERATURAN TERTULIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ADALAH PERATURAN TERTULIS YANG DIBENTUK OLEH LEMBAGA NEGARA ATAU PEJABAT YANG YANG DIBENTUK OLEH LEMBAGA NEGARA ATAU PEJABAT YANG BERWENANG DAN MENGIKAT SECARA UMUM”.BERWENANG DAN MENGIKAT SECARA UMUM”.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, MELIPUTI ANTARA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, MELIPUTI ANTARA LAIN :LAIN :

1.1. UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK; UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK; 2.2. UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 1999 JO. NO. 19 TAHUN 2004 TENTANG KEHUTANAN ;UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 1999 JO. NO. 19 TAHUN 2004 TENTANG KEHUTANAN ;3.3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 JO. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 52 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 JO. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 52

TAHUN 1998 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAATAHUN 1998 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK;N NEGARA BUKAN PAJAK;4.4. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 1998 TENTANG PROVISI SUMBER DAYA HUTAN;PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 1998 TENTANG PROVISI SUMBER DAYA HUTAN;5.5. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 59 TAHUN 1998 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 59 TAHUN 1998 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN

NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN.NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN.6.6. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG DANA REBOISASI;PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG DANA REBOISASI;7.7. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN;PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN;8.8. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN;PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN;9.9. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 JO. NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 JO. NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA

HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN SERTA PEMANFAATAN HUTAN;HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN SERTA PEMANFAATAN HUTAN;10.10. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 292/KPTS-II/2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 292/KPTS-II/2003 TENTANG PENYELENGGARAAN

KERJASAMA PEMEGANG IUPHHK DAN ATAU BUKAN KERJASAMA PEMEGANG IUPHHK DAN ATAU BUKAN KAYU (IUPHHK DAN ATAU IUPHHBK) DI KAYU (IUPHHK DAN ATAU IUPHHBK) DI HUTAN PRODUKSI DENGAN KOPERASI;HUTAN PRODUKSI DENGAN KOPERASI;

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN :2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN :

- - TUGAS, POKOK DAN FUNGSI YANG DIBERIKAN KEPADA PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI TUGAS, POKOK DAN FUNGSI YANG DIBERIKAN KEPADA PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, MENIMBULKAN KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BAGI PEJABAT TUN DALAM KEHUTANAN, MENIMBULKAN KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BAGI PEJABAT TUN DALAM MELAKSANAKAN TUGAS.MELAKSANAKAN TUGAS.

- DALAM MELAKSANAKAN KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB TERSEBUT, PEJABAT TUN DI BIDANG - DALAM MELAKSANAKAN KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB TERSEBUT, PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN PERLU DIPAYUNGI HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-BINA PRODUKSI KEHUTANAN PERLU DIPAYUNGI HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.UNDANGAN.

- DENGAN ADANYA PAYUNG HUKUM BERUPA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, PEJABAT TUN DI - DENGAN ADANYA PAYUNG HUKUM BERUPA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN AKAN MEMPEROLEH PERLINDUNGAN HUKUM DALAM BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN AKAN MEMPEROLEH PERLINDUNGAN HUKUM DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA BILAMANA TELAH BERTINDAK DENGAN BENAR MENURUT PERATURAN MELAKSANAKAN TUGASNYA BILAMANA TELAH BERTINDAK DENGAN BENAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. DAN SEBALIKNYA, MASYARAKAT AKAN MEMPEROLEH PERLINDUNGAN PERUNDANG-UNDANGAN. DAN SEBALIKNYA, MASYARAKAT AKAN MEMPEROLEH PERLINDUNGAN HUKUM, APABILA PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN BERTINDAK TIDAK BENAR HUKUM, APABILA PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN BERTINDAK TIDAK BENAR ATAU TIDAK SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.ATAU TIDAK SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

- DENGAN DEMIKIAN, PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN - DENGAN DEMIKIAN, PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN MERUPAKAN LANDASAN ATAU DASAR HUKUM DALAM BERPIJAK, UNTUK DIJADIKAN ACUAN BAGI MERUPAKAN LANDASAN ATAU DASAR HUKUM DALAM BERPIJAK, UNTUK DIJADIKAN ACUAN BAGI PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DALAM MENETAPKAN ATAU MENERBITKAN PEJABAT TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DALAM MENETAPKAN ATAU MENERBITKAN KEPUTUSAN HUKUM.KEPUTUSAN HUKUM.

LANJUTAN LANJUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANANBINA PRODUKSI KEHUTANAN

11.11. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 149/KPTS-II/2003 TENTANG TATA CARA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 149/KPTS-II/2003 TENTANG TATA CARA PENILAIAN KELANGSUNGAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM;PENILAIAN KELANGSUNGAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM;

12.12. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 150/KPTS-II/2003 TENTANG TATA CARA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 150/KPTS-II/2003 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN DAN PENERIMAAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM SEBELUM JANGKA WAKTU PENYERAHAN DAN PENERIMAAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM SEBELUM JANGKA WAKTU IZIN BERAKHIR;IZIN BERAKHIR;

13.13. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK.382/MENHUT-II/2004 TENTANG IZIN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK.382/MENHUT-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU;PEMANFAATAN KAYU;

14.14. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK.47/MENHUT-II/2004 JO. PERATURAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK.47/MENHUT-II/2004 JO. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 19/MENHUT-II/2006 TENTANG TATA CARA DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 19/MENHUT-II/2006 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PADA PERUSAHAAN IUPHHK PADA HUTAN PERSYARATAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PADA PERUSAHAAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM DAN/ATAU HUTAN TANAMAN YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS;ALAM DAN/ATAU HUTAN TANAMAN YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS;

15.15. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 256/MENHUT-II/2004 JO. PERATURAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 256/MENHUT-II/2004 JO. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 20/MENHUT-II/2006 TENTANG TATA CARA DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 20/MENHUT-II/2006 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PELEPASAN/PENJUALAN SAHAM BUMN PADA PERUSAHAAN HTI PERSYARATAN PELEPASAN/PENJUALAN SAHAM BUMN PADA PERUSAHAAN HTI PATUNGAN;PATUNGAN;

16.16. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK.352/MENHUT-II/2004 TENTANG IZIN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK.352/MENHUT-II/2004 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR UNTUK KEGIATAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR UNTUK KEGIATAN IUPHHK PADA HUTAN ALAM ATAU HUTAN TANAMAN;ATAU HUTAN TANAMAN;

17.17. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 20/MENHUT-II/2005 TENTANG KERJASAMA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 20/MENHUT-II/2005 TENTANG KERJASAMA OPERASI (KSO) PADA IUPHHK PADA HUTAN TANAMAN;OPERASI (KSO) PADA IUPHHK PADA HUTAN TANAMAN;

18.18. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 21/MENHUT-II/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 21/MENHUT-II/2005 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG UPHHK PADA HUTAN TANAMAN;PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG UPHHK PADA HUTAN TANAMAN;

19.19. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 22/MENHUT-II/2005 TENTANG TATA CARA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 22/MENHUT-II/2005 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENGGABUNGAN PERUSAHAAN IUPHHK PADA HUTAN TANAMAN DAN PERSYARATAN PENGGABUNGAN PERUSAHAAN IUPHHK PADA HUTAN TANAMAN YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS;YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS;

20.20. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 48/MENHUT-II/2006 TENTANG PETUNJUK PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 48/MENHUT-II/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELELANGAN HASIL HUTAN TEMUAN, SITAAN DAN RAMPASAN;PELAKSANAAN PELELANGAN HASIL HUTAN TEMUAN, SITAAN DAN RAMPASAN;

21.21. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.51/MENHUT-II/2006 JIS. PERATURAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.51/MENHUT-II/2006 JIS. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.62/MENHUT-II/2006 DAN PERATURAN MENTERI MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.62/MENHUT-II/2006 DAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.33/MENHUT-II/2007 TENTANG PENGGUNAAN SURAT KEHUTANAN NOMOR P.33/MENHUT-II/2007 TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) UNTUK PENGANGKUTAN HASIL HUTAN KAYU YANG KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) UNTUK PENGANGKUTAN HASIL HUTAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN HAK;BERASAL DARI HUTAN HAK;


22.22. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUT-II/2006 JO. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUT-II/2006 JO. PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.63/MENHUT-II/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN KEHUTANAN NOMOR P.63/MENHUT-II/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA;YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA;

23.23. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.6/MENHUT-II/2007 JO. MENTERI KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.6/MENHUT-II/2007 JO. MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 40/MENHUT-II/2007 TENTANG RENCANA KERJA, RENCANA KERJA TAHUNAN DAN NOMOR P. 40/MENHUT-II/2007 TENTANG RENCANA KERJA, RENCANA KERJA TAHUNAN DAN BAGAN KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM DALAM BAGAN KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM DALAM HUTAN PRODUKSI;HUTAN PRODUKSI;

24.24. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.9/MENHUT-II/2007 JO. PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.9/MENHUT-II/2007 JO. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.41/MENHUT-II/2007 TENTANG RENCANA KERJA, RENCANA KERJA KEHUTANAN NOMOR P.41/MENHUT-II/2007 TENTANG RENCANA KERJA, RENCANA KERJA TAHUNAN DAN BAGAN KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TAHUNAN DAN BAGAN KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN DAN HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN PRODUKSI;TANAMAN DAN HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN PRODUKSI;

25.25. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.16/MENHUT-II/2007 TENTANG RENCANA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.16/MENHUT-II/2007 TENTANG RENCANA PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI (RPBBI) PRIMER HASIL HUTAN KAYU;PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI (RPBBI) PRIMER HASIL HUTAN KAYU;

26.26. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2007 TENTANG PETUNJUK PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGENAAN, PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN PROVISI SUMBER DAYA TEKNIS TATA CARA PENGENAAN, PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN (PSDH) DAN DANA REBOISASI (DR);HUTAN (PSDH) DAN DANA REBOISASI (DR);

27.27. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.19/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.19/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN DAN PERLUASAN AREAL KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PEMBERIAN IZIN DAN PERLUASAN AREAL KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI;PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI;

28.28. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 20/MENHUT-II/2007 JO. NOMOR 12/MENHUT-PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 20/MENHUT-II/2007 JO. NOMOR 12/MENHUT-II/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU II/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI MELALUI PERMOHONAN;DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI MELALUI PERMOHONAN;

29.29. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.34/MENHUT-II/2007 TENTANG PEDOMAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.34/MENHUT-II/2007 TENTANG PEDOMAN INVENTARISASI HUTAN MENYELURUH BERKALA PADA UPHHK PADA HUTAN PRODUKSI;INVENTARISASI HUTAN MENYELURUH BERKALA PADA UPHHK PADA HUTAN PRODUKSI;

30.30. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.45/MENHUT-II/2007 JIS NOMOR PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.45/MENHUT-II/2007 JIS NOMOR P.02/MENHUT-II/2008 DAN NOMOR P.7/MENHUT-II/2008 TENTANG TATA CARA IZIN P.02/MENHUT-II/2008 DAN NOMOR P.7/MENHUT-II/2008 TENTANG TATA CARA IZIN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU PADA HTI DALAM PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU PADA HTI DALAM HUTAN TANAMAN;HUTAN TANAMAN;

31.31. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.54/MENHUT-II/2007 JO. NOMOR PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.54/MENHUT-II/2007 JO. NOMOR P.17/MENHUT-II/2008 TENTANG IZIN PERALATAN UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA P.17/MENHUT-II/2008 TENTANG IZIN PERALATAN UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM ATAU KEGIATAN IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM ATAU KEGIATAN IZIN PEMANFAATAN KAYU ATAU LELANG;PEMANFAATAN KAYU ATAU LELANG;


32.32. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.2/MENHUT-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.2/MENHUT-II/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.45/MENHUT-II/2007 PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.45/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA IZIN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN TENTANG TATA CARA IZIN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN;BUKAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN;

33.33. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.3/MENHUT-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.3/MENHUT-II/2008 TENTANG DELINIASI AREAL IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN DELINIASI AREAL IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN;TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN;

34.34. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.4/MENHUT-II/2008 TENTANG NORMA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.4/MENHUT-II/2008 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN UNTUK KEGIATAN IZIN PEMANFAATAN KAYU;PENGGUNAAN PERALATAN UNTUK KEGIATAN IZIN PEMANFAATAN KAYU;

35.35. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.5/MENHUT-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.5/MENHUT-II/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.23/MENHUT-II/2007 PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.23/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN;KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN;

36.36. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.7/MENHUT-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.7/MENHUT-II/2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR PERUBAHAN KEDUA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.45/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA IZIN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL P.45/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA IZIN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN;TANAMAN;

37.37. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.9/MENHUT-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.9/MENHUT-II/2008 TENTANG PERSYARATAN KELOMPOK TANI HUTAN UNTUK MENDAPATKAN PINJAMAN DANA PERSYARATAN KELOMPOK TANI HUTAN UNTUK MENDAPATKAN PINJAMAN DANA BERGULIR PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT;BERGULIR PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT;

38.38. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.11/MENHUT-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.11/MENHUT-II/2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR PERUBAHAN KEDUA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.19/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN DAN PERLUASAN P.19/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN DAN PERLUASAN AREAL KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN AREAL KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI;INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI;

39.39. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.39/MENHUT-II/2008 TENTANG TATA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.39/MENHUT-II/2008 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEMEGANG IZIN CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEMEGANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN.PEMANFAATAN HUTAN.

KLASIFIKASI SUBYEK HUKUM ATAS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KLASIFIKASI SUBYEK HUKUM ATAS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN :KEHUTANAN :

1. 1. DARI KETENTUAN-KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA DARI KETENTUAN-KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN, PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAPAT PRODUKSI KEHUTANAN, PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAPAT DIBEDAKAN MENJADI 2 (DUA) JENIS YAITU PELANGGARAN ADMINISTRASI DAN DIBEDAKAN MENJADI 2 (DUA) JENIS YAITU PELANGGARAN ADMINISTRASI DAN PELANGGARAN PIDANA.PELANGGARAN PIDANA.

2. 2. PEMBEDAAN ATAS KEDUA JENIS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN PEMBEDAAN ATAS KEDUA JENIS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DIKLASIFIKASIKAN KEPADA 2 (DUA) SUBYEK HUKUM, YAITU :DIKLASIFIKASIKAN KEPADA 2 (DUA) SUBYEK HUKUM, YAITU :

a. SUBYEK HUKUM ”PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI”a. SUBYEK HUKUM ”PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI”, YANG TUNDUK PADA KETENTUAN-, YANG TUNDUK PADA KETENTUAN-KETENTUAN ADMINISTRASI BESERTA SANKSINYA SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NO. 6 TAHUN 2007 KETENTUAN ADMINISTRASI BESERTA SANKSINYA SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NO. 6 TAHUN 2007 JO. NO. 3 TAHUN 2008, BESERTA PERATURAN PELAKSANAANNYA;JO. NO. 3 TAHUN 2008, BESERTA PERATURAN PELAKSANAANNYA;

b. SUBYEK HUKUM ”NON PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI”b. SUBYEK HUKUM ”NON PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI”, YANG TUNDUK PADA , YANG TUNDUK PADA KETENTUAN SESUAI UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 1999 JO. NO. 19 TAHUN 2004. KETENTUAN SESUAI UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 1999 JO. NO. 19 TAHUN 2004.

3. FILOSOFI PEMBEDAAN ATAS JENIS PELANGGARAN DAN KLASIFIKASI PENERAPAN JENIS 3. FILOSOFI PEMBEDAAN ATAS JENIS PELANGGARAN DAN KLASIFIKASI PENERAPAN JENIS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN KEPADA 2 (DUA) SUBYEK HUKUM PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN KEPADA 2 (DUA) SUBYEK HUKUM PEMEGANG IZIN DAN NON PEMEGANG IZIN :PEMEGANG IZIN DAN NON PEMEGANG IZIN :a. PEMBERIAN IZIN PADA HUTAN PRODUKSI TELAH MENCIPTAKAN SUATU KEADAAN a. PEMBERIAN IZIN PADA HUTAN PRODUKSI TELAH MENCIPTAKAN SUATU KEADAAN KONKRIT, INDIVIDUAL KONKRIT, INDIVIDUAL DAN DAN HUBUNGAN HUKUM TERTENTUHUBUNGAN HUKUM TERTENTU, YAITU :, YAITU :

1) 1) KEADAAN KONKRITKEADAAN KONKRIT : OBYEK KEPUTUSAN PEMBERIAN IZIN DITENTUKAN : OBYEK KEPUTUSAN PEMBERIAN IZIN DITENTUKAN DALAM HAL APA IZIN YANG DIBERIKAN (MISALNYA, IUPHHK PADA HUTAN ALAM);DALAM HAL APA IZIN YANG DIBERIKAN (MISALNYA, IUPHHK PADA HUTAN ALAM);

2) 2) INDIVIDUAL : INDIVIDUAL : PEMBERIAN IZIN DIBERIKAN KEPADA ORANG ATAU BADAN PEMBERIAN IZIN DIBERIKAN KEPADA ORANG ATAU BADAN HUKUM;HUKUM;

3) 3) HUBUNGAN HUKUM TERTENTU : HUBUNGAN HUKUM TERTENTU : DENGAN DITETAPKANNYA KEPUTUSAN DENGAN DITETAPKANNYA KEPUTUSAN PEMBERIAN PEMBERIAN IZIN PADA HUTAN PRODUKSI MENIMBULKAN TERJADINYA IZIN PADA HUTAN PRODUKSI MENIMBULKAN TERJADINYA HUBUNGAN HUKUM ANTARA HUBUNGAN HUKUM ANTARA ORANG ATAU BADAN HUKUM PEMEGANG ORANG ATAU BADAN HUKUM PEMEGANG IZIN DENGAN AREAL KAWASAN HUTAN YANG IZIN DENGAN AREAL KAWASAN HUTAN YANG MERUPAKAN OBYEK MERUPAKAN OBYEK KEPUTUSAN IZIN. HUBUNGAN HUKUM TERSEBUT BERUPA HAK-HAK KEPUTUSAN IZIN. HUBUNGAN HUKUM TERSEBUT BERUPA HAK-HAK DAN DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN SERTA LARANGAN-LARANGAN SEBAGAI PEMEGANG IZIN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN SERTA LARANGAN-LARANGAN SEBAGAI PEMEGANG IZIN

ATAS AREAL KAWASAN HUTAN YANG MERUPAKAN OBYEK KEPUTUSAN IZIN. ATAS AREAL KAWASAN HUTAN YANG MERUPAKAN OBYEK KEPUTUSAN IZIN. PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DAN LARANGAN-LARANGAN PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DAN LARANGAN-LARANGAN

YANG YANG DILAKUKAN OLEH PEMEGANG IZIN TUNDUK PADA KETENTUAN-KETENTUAN DILAKUKAN OLEH PEMEGANG IZIN TUNDUK PADA KETENTUAN-KETENTUAN ADMINISTRASI BESERTA SEGALA BENTUK SANKSINYA.ADMINISTRASI BESERTA SEGALA BENTUK SANKSINYA.

b.b. PEMBERIAN IZIN PADA HUTAN PRODUKSI KEPADA ORANG DAN ATAU BADAN HUKUM PEMBERIAN IZIN PADA HUTAN PRODUKSI KEPADA ORANG DAN ATAU BADAN HUKUM ANTARA LAIN DALAM RANGKA UNTUK MEMBERIKAN KEPASTIAN USAHA, BERUPA ANTARA LAIN DALAM RANGKA UNTUK MEMBERIKAN KEPASTIAN USAHA, BERUPA

ANTARA ANTARA LAIN KEPASTIAN JAMINAN HUKUM BERUSAHA SEBAGAIMANA DIAMANATKAN LAIN KEPASTIAN JAMINAN HUKUM BERUSAHA SEBAGAIMANA DIAMANATKAN PASAL 31 PASAL 31 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 1999 JO. NO. 19 TAHUN AYAT (1) UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 1999 JO. NO. 19 TAHUN 2004.2004.

JENIS-JENIS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANANJENIS-JENIS PELANGGARAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN

1. 1. PELANGGARAN ADMINISTRASI :PELANGGARAN ADMINISTRASI :a. KETENTUAN ADMINISTRASI DAN SANKSI PELANGGARANNYA a. KETENTUAN ADMINISTRASI DAN SANKSI PELANGGARANNYA

TERHADAP SUBYEK HUKUM PEMEGANG IZIN PADA HUTAN TERHADAP SUBYEK HUKUM PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI DIATUR SEBAGAIMANA DALAM PERATURAN PRODUKSI DIATUR SEBAGAIMANA DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 JO. NOMOR 3 TAHUN 2008 PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 JO. NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN SERTA PEMANFAATAN HUTAN.PENGELOLAAN HUTAN SERTA PEMANFAATAN HUTAN.

b. JENIS-JENIS SANKSI ADMINISTRASI, TERDIRI DARI :b. JENIS-JENIS SANKSI ADMINISTRASI, TERDIRI DARI :1) SANKSI ADMINISTRASI BERUPA PENGHENTIAN SEMENTARA 1) SANKSI ADMINISTRASI BERUPA PENGHENTIAN SEMENTARA

PELAYANAN ADMINISTRASI;PELAYANAN ADMINISTRASI;2) PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN DILAPANGAN;2) PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN DILAPANGAN;3) DENDA3) DENDA;;4) PENGURANGAN JATAH PRODUKSI4) PENGURANGAN JATAH PRODUKSI, DAN, DAN 5) PENCABUTAN IZIN5) PENCABUTAN IZIN. .

c. JENIS-JENIS PELANGGARAN OLEH PEMEGANG IZIN c. JENIS-JENIS PELANGGARAN OLEH PEMEGANG IZIN USAHA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM HUTAN ALAM PADA PADA HUTAN PRODUKSI (IUPHHK PADA HUTAN PRODUKSI (IUPHHK PADA HUTAN ALAM) DAN HUTAN ALAM) DAN PEMEGANG PEMEGANG IZIN USAHA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HTI DALAM KAYU HTI DALAM HUTAN HUTAN TANAMAN PADA HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI PRODUKSI (IUPHHK PADA HUTAN (IUPHHK PADA HUTAN TANAMAN) YANG TANAMAN) YANG DAPAT DAPAT DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI :DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI :

1) IUPHHK PADA HUTAN ALAM1) IUPHHK PADA HUTAN ALAM : :A) A) SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA PELAYANAN ADMINISTRASI :SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA PELAYANAN ADMINISTRASI :

TIDAK MELAKSANAKAN PENATAAN BATAS AREAL KERJA PALING LAMBAT 1 (SATU) TAHUN SEJAK TIDAK MELAKSANAKAN PENATAAN BATAS AREAL KERJA PALING LAMBAT 1 (SATU) TAHUN SEJAK DIBERIKAN IUPHHK DALAM HUTAN ALAM;DIBERIKAN IUPHHK DALAM HUTAN ALAM;

TIDAK MELAKSANAKAN PERLINDUNGAN HUTAN DI AREAL KERJANYA;TIDAK MELAKSANAKAN PERLINDUNGAN HUTAN DI AREAL KERJANYA; TIDAK MENATA-USAHAKAN KEUANGAN KEGIATAN USAHANYA SESUAI STANDAR AKUNTANSI TIDAK MENATA-USAHAKAN KEUANGAN KEGIATAN USAHANYA SESUAI STANDAR AKUNTANSI

KEHUTANAN YANG BERLAKU BAGI PEMEGANG IZIN USAHA PEMANFAATAN HUTAN;KEHUTANAN YANG BERLAKU BAGI PEMEGANG IZIN USAHA PEMANFAATAN HUTAN; TIDAK MELAKSANAKAN SISTEM SILVIKULTUR SESUAI DENGAN KONDISI SETEMPAT;TIDAK MELAKSANAKAN SISTEM SILVIKULTUR SESUAI DENGAN KONDISI SETEMPAT; TIDAK MENYEDIAKAN DAN MEMASOK BAHAN BAKU KAYU KEPADA INDUSTRI PRIMER HASIL TIDAK MENYEDIAKAN DAN MEMASOK BAHAN BAKU KAYU KEPADA INDUSTRI PRIMER HASIL

HUTAN;HUTAN; TIDAK MENYAMPAIKAN LAPORAN KINERJA PEMEGANG IZIN SECARA PERIODIK KEPADA MENTERI.TIDAK MENYAMPAIKAN LAPORAN KINERJA PEMEGANG IZIN SECARA PERIODIK KEPADA MENTERI.

B) B) SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN DI LAPANGAN, APABILASANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN DI LAPANGAN, APABILAMENGGUNAKAN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN YANG TIDAK SESUAI MENGGUNAKAN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN YANG TIDAK SESUAI

DENGAN DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU.KETENTUAN YANG BERLAKU.

C) C) SANKSI DENDA :SANKSI DENDA : 10 KALI PSDH, APABILA :10 KALI PSDH, APABILA :

TIDAK MELAKUKAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN;TIDAK MELAKUKAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN; TIDAK MELAKUKAN PENGUKURAN ATAU PENGUJIAN HASIL HUTAN.TIDAK MELAKUKAN PENGUKURAN ATAU PENGUJIAN HASIL HUTAN. MENEBANG KAYU YANG MELEBIHI TOLERANSI TARGET SEBESAR 5% (LIMA PERSERATUS) MENEBANG KAYU YANG MELEBIHI TOLERANSI TARGET SEBESAR 5% (LIMA PERSERATUS)

DARI TOTAL TARGET VOLUME YANG DITENTUKAN DALAM RKT.DARI TOTAL TARGET VOLUME YANG DITENTUKAN DALAM RKT. MENEBANG KAYU YANG MELEBIHI TOLERANSI TARGET SEBESAR 5% (LIMA PERSERATUS) MENEBANG KAYU YANG MELEBIHI TOLERANSI TARGET SEBESAR 5% (LIMA PERSERATUS)

DARI VOLUME PER KELOMPOK JENIS KAYU YANG DITETAPKAN DALAM RKT;DARI VOLUME PER KELOMPOK JENIS KAYU YANG DITETAPKAN DALAM RKT;

15 KALI PSDH, APABILA :15 KALI PSDH, APABILA : MENEBANG KAYU YANG DILINDUNGI;MENEBANG KAYU YANG DILINDUNGI; MENEBANG KAYU SEBELUM RKT DISAHKAN;MENEBANG KAYU SEBELUM RKT DISAHKAN; MENEBANG KAYU UNTUK PEMBUATAN KORIDOR SEBELUM ADA IZIN ATAU TIDAK SESUAI MENEBANG KAYU UNTUK PEMBUATAN KORIDOR SEBELUM ADA IZIN ATAU TIDAK SESUAI

DENGAN IZIN PEMBUATAN KORIDOR;DENGAN IZIN PEMBUATAN KORIDOR; MENEBANG KAYU DIBAWAH BATAS DIAMETER YANG DIIZINKAN;MENEBANG KAYU DIBAWAH BATAS DIAMETER YANG DIIZINKAN; MENEBANG KAYU DILUAR BLOK TEBANGAN YANG DIZINKAN;MENEBANG KAYU DILUAR BLOK TEBANGAN YANG DIZINKAN; MENEBANG KAYU UNTUK PEMBUATAN JALAN BAGI LINTASAN ANGKUTAN KAYU DI LUAR MENEBANG KAYU UNTUK PEMBUATAN JALAN BAGI LINTASAN ANGKUTAN KAYU DI LUAR

BLOK RKT, KECUALI DENGAN IZIN DARI PEJABAT YANG BERWENANG.BLOK RKT, KECUALI DENGAN IZIN DARI PEJABAT YANG BERWENANG.

D)D) SANKSI PENGURANGAN JATAH PRODUKSI, APABILA :-- TIDAK MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN KOPERASI MASYARAKAT SETEMPAT, PALING TIDAK MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN KOPERASI MASYARAKAT SETEMPAT, PALING

LAMBAT 1 LAMBAT 1 (SATU) TAHUN SETELAH DITERIMANYA IZIN;(SATU) TAHUN SETELAH DITERIMANYA IZIN;-- TIDAK MENGAJUKAN RKT PALING LAMBAT 2 (DUA) BULAN SEBELUM RKT BERJALAN.TIDAK MENGAJUKAN RKT PALING LAMBAT 2 (DUA) BULAN SEBELUM RKT BERJALAN.

E)E) SANKSI PENCABUTAN IZIN, APABILA :-- MEMINDAHTANGANKAN IZIN TANPA PERSETUJUAN PEMBERI IZIN;MEMINDAHTANGANKAN IZIN TANPA PERSETUJUAN PEMBERI IZIN;-- MENJAMINKAN ATAU MENGAGUNKAN AREAL;MENJAMINKAN ATAU MENGAGUNKAN AREAL;-- TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA UNTUK SELURUH AREAL KERJA;TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA UNTUK SELURUH AREAL KERJA;-- TIDAK MELAKSANAKAN KEGIATAN NYATA DI LAPANGAN UNTUK PALING LAMBAT 1 TIDAK MELAKSANAKAN KEGIATAN NYATA DI LAPANGAN UNTUK PALING LAMBAT 1

TAHUN;TAHUN;-- TIDAK MEMPEKERJAKAN TENAGA PROFESIONAL BIDANG KEHUTANAN DAN TENAGA LAIN TIDAK MEMPEKERJAKAN TENAGA PROFESIONAL BIDANG KEHUTANAN DAN TENAGA LAIN

YANG YANG MEMENUHI MEMENUHI PERSYARATAN SESUAI KEBUTUHAN;PERSYARATAN SESUAI KEBUTUHAN;-- TIDAK MEMBAYAR IURAN ATAU DANA SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-TIDAK MEMBAYAR IURAN ATAU DANA SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN;UNDANGAN;-- TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

(RKUPHHK) JANGKA (RKUPHHK) JANGKA PANJANG UNTUK SELURUH AREAL KERJA;PANJANG UNTUK SELURUH AREAL KERJA;-- MENINGGALKAN AREAL KERJA;MENINGGALKAN AREAL KERJA;-- DIKENAKAN SANKSI PIDANA SESUAI PASAL 78 UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN DIKENAKAN SANKSI PIDANA SESUAI PASAL 78 UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN

1999;1999;-- DINYATAKAN PAILIT OLEH PENGADILAN NEGERI.DINYATAKAN PAILIT OLEH PENGADILAN NEGERI.

2)2) IUPHHK PADA HUTAN TANAMAN :a)a) SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA PELAYANAN ADMINISTRASI, APABILA :SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA PELAYANAN ADMINISTRASI, APABILA :

-- TIDAK MELAKSANAKAN SISTEM SILVIKULTUR SESUAI LOKASI DAN JENIS TANAMAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN SISTEM SILVIKULTUR SESUAI LOKASI DAN JENIS TANAMAN YANG DIKEMBANGKAN;DIKEMBANGKAN;

-- TIDAK MENYEDIAKAN DAN MEMASOK BAHAN BAKU KAYU KEPADA INDUSTRI HASIL TIDAK MENYEDIAKAN DAN MEMASOK BAHAN BAKU KAYU KEPADA INDUSTRI HASIL HUTAN;HUTAN;

-- TIDAK MENYEDIAKAN AREAL SESUAI DENGAN RENCANA DALAM RKT SEBAGAI RUANG TIDAK MENYEDIAKAN AREAL SESUAI DENGAN RENCANA DALAM RKT SEBAGAI RUANG TANAMAN TANAMAN KEHIDUPAN BAGI AREAL KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT.KEHIDUPAN BAGI AREAL KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT.

-- TIDAK MENYAMPAIKAN LAPORAN KINERJA SECARA PERIODIK KEPADA MENTERI.TIDAK MENYAMPAIKAN LAPORAN KINERJA SECARA PERIODIK KEPADA MENTERI.

b)b) SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN DI LAPANGAN, APABILA MENGGUNAKAN SANKSI PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN DI LAPANGAN, APABILA MENGGUNAKAN PERALATAN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU.YANG BERLAKU.

C)C) SANKSI DENDA SANKSI DENDA 10 KALI PSDH, APABILA :10 KALI PSDH, APABILA :

a. TIDAK MELAKUKAN PENGUKURAN ATAU PENGUJIAN HASIL HUTAN;a. TIDAK MELAKUKAN PENGUKURAN ATAU PENGUJIAN HASIL HUTAN;b. TIDAK MELAKUKAN PENGUKURAN ATAU PENGUJIAN HASIL HUTAN.b. TIDAK MELAKUKAN PENGUKURAN ATAU PENGUJIAN HASIL HUTAN.

15 KALI PSDH, APABILA MENEBANG KAYU UNTUK PEMBUATAN KORIDOR SEBELUM ADA IZIN ATAU TIDAK 15 KALI PSDH, APABILA MENEBANG KAYU UNTUK PEMBUATAN KORIDOR SEBELUM ADA IZIN ATAU TIDAK SESUAI DENGAN IZIN PEMBUATAN KORIDOR.SESUAI DENGAN IZIN PEMBUATAN KORIDOR.

D)D) SANKSI PENGURANGAN JATAH PRODUKSI, APABILA :SANKSI PENGURANGAN JATAH PRODUKSI, APABILA :a.a. TIDAK MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN KOPERASI MASYARAKAT SETEMPAT, PALING LAMBAT 1 (SATU) TIDAK MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN KOPERASI MASYARAKAT SETEMPAT, PALING LAMBAT 1 (SATU)

TAHUN TAHUN SETELAH DITERIMANYA IZIN;SETELAH DITERIMANYA IZIN;b. TIDAK MENGAJUKAN RKT PALING LAMBAT 2 (DUA) BULAN SEBELUM RKT BERJALAN.b. TIDAK MENGAJUKAN RKT PALING LAMBAT 2 (DUA) BULAN SEBELUM RKT BERJALAN.

E)E) SANKSI PENCABUTAN IZIN, APABILA :SANKSI PENCABUTAN IZIN, APABILA :a. a. MEMINDAHTANGANKAN IZIN TANPA PERSETUJUAN PEMBERI IZIN;MEMINDAHTANGANKAN IZIN TANPA PERSETUJUAN PEMBERI IZIN;b.b. MENJAMINKAN ATAU MENGAGUNKAN AREAL;MENJAMINKAN ATAU MENGAGUNKAN AREAL;c. c. TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA UNTUK SELURUH AREAL KERJA;TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA UNTUK SELURUH AREAL KERJA;d. d. TIDAK MELAKSANAKAN KEGIATAN NYATA DI LAPANGAN UNTUK PALING LAMBAT 1 (SATU) TIDAK MELAKSANAKAN KEGIATAN NYATA DI LAPANGAN UNTUK PALING LAMBAT 1 (SATU)

TAHUN;TAHUN;e.e. TIDAK MEMPEKERJAKAN TENAGA PROFESIONAL BIDANG KEHUTANAN DAN TENAGA LAIN YANG TIDAK MEMPEKERJAKAN TENAGA PROFESIONAL BIDANG KEHUTANAN DAN TENAGA LAIN YANG

MEMENUHI MEMENUHI PERSYARATAN SESUAI KEBUTUHAN;PERSYARATAN SESUAI KEBUTUHAN;f. f. TIDAK MELAKSANAKAN SISTEM SILVIKULTUR SESUAI DENGAN KONDISI SETEMPAT;TIDAK MELAKSANAKAN SISTEM SILVIKULTUR SESUAI DENGAN KONDISI SETEMPAT;g.g. TIDAK MEMBAYAR IURAN ATAU DANA SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;TIDAK MEMBAYAR IURAN ATAU DANA SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;h. TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (RKUPHHK) JANGKA h. TIDAK MENYUSUN RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (RKUPHHK) JANGKA

PANJANG PANJANG UNTUK SELURUH AREAL KERJA;UNTUK SELURUH AREAL KERJA;i. TIDAK MELAKUKAN PENANAMAN PADA AREAL HTI DALAM WAKTU PALING LAMBAT 1 (SATU) TAHUN i. TIDAK MELAKUKAN PENANAMAN PADA AREAL HTI DALAM WAKTU PALING LAMBAT 1 (SATU) TAHUN

SESUAI SESUAI DENGAN RENCANA PENANAMAN DALAM RKT SEJAK RKT DISAHKAN;DENGAN RENCANA PENANAMAN DALAM RKT SEJAK RKT DISAHKAN;j. j. MENINGGALKAN AREAL KERJA;MENINGGALKAN AREAL KERJA;k. k. DIKENAKAN SANKSI PIDANA SESUAI PASAL 78 UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999;DIKENAKAN SANKSI PIDANA SESUAI PASAL 78 UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999;l. l. DINYATAKAN PAILIT OLEH PENGADILAN NEGERI.DINYATAKAN PAILIT OLEH PENGADILAN NEGERI.

2. PELANGGARAN PIDANA2. PELANGGARAN PIDANAa. KETENTUAN PIDANA KEHUTANAN SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 50 UNDANG-UNDANG NOMOR a. KETENTUAN PIDANA KEHUTANAN SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 50 UNDANG-UNDANG NOMOR 41 41 TAHUN 1999 JO. NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG KEHUTANAN, DENGAN ANCAMAN SANKSI TAHUN 1999 JO. NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG KEHUTANAN, DENGAN ANCAMAN SANKSI PIDANA PIDANA SEBAGAIMANA DALAM SEBAGAIMANA DALAM PASAL 78.PASAL 78.b.b. PASAL 78, UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 MEMBEDAKAN PIDANA MENJADI 3 (TIGA) JENIS YAITU : PASAL 78, UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 MEMBEDAKAN PIDANA MENJADI 3 (TIGA) JENIS YAITU :

1) PIDANA PENJARA;1) PIDANA PENJARA;2) PIDANA DENDA;2) PIDANA DENDA;3) PIDANA PERAMPASAN BENDA YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN PIDANA.3) PIDANA PERAMPASAN BENDA YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN PIDANA.

C. KETIGA JENIS PIDANA TERSEBUT DAPAT DIJATUHKAN KEPADA PELAKU SECARA KUMULATIF.C. KETIGA JENIS PIDANA TERSEBUT DAPAT DIJATUHKAN KEPADA PELAKU SECARA KUMULATIF.

D. JENIS-JENIS PELANGGARAN YANG DAPAT DIANCAM DENGAN SANKSI PIDANA KEHUTANAN, ”APABILA D. JENIS-JENIS PELANGGARAN YANG DAPAT DIANCAM DENGAN SANKSI PIDANA KEHUTANAN, ”APABILA SETIAP ORANG :SETIAP ORANG :1)1) MERUSAK PRASARANA DAN SARANA PERLINDUNGAN HUTAN;MERUSAK PRASARANA DAN SARANA PERLINDUNGAN HUTAN;2)2) SETIAP ORANG YANG DIBERIKAN IZIN USAHA PEMANFAATAN KAWASAN, IZIN USAHA PEMANFAATAN SETIAP ORANG YANG DIBERIKAN IZIN USAHA PEMANFAATAN KAWASAN, IZIN USAHA PEMANFAATAN JASA JASA LINGKUNGAN, IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU, SERTA IZIN LINGKUNGAN, IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU, SERTA IZIN PEMUNGUTAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU, MELAKUKAN KEGIATAN YANG HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU, MELAKUKAN KEGIATAN YANG MENIMBULKAN KERUSAKAN MENIMBULKAN KERUSAKAN HUTAN;HUTAN;3)3) MENGERJAKAN DAN ATAU MENGGUNAKAN DAN ATAU MENDUDUKI KAWASAN HUTAN SECARA MENGERJAKAN DAN ATAU MENGGUNAKAN DAN ATAU MENDUDUKI KAWASAN HUTAN SECARA TIDAK SAH;TIDAK SAH;4)4) MERAMBAH KAWASAN HUTAN;MERAMBAH KAWASAN HUTAN;5)5) MELAKUKAN PENEBANGAN POHON DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RADIUS ATAU JARAK SAMPAI MELAKUKAN PENEBANGAN POHON DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RADIUS ATAU JARAK SAMPAI DENGAN:DENGAN:

a)a) 500 METER DARI TEPI WADUK ATAU DANAU;500 METER DARI TEPI WADUK ATAU DANAU;b)b) 200 METER DARI TEPI MATA AIR DAN KIRI KANAN SUNGAI DI DAERAH RAWA;200 METER DARI TEPI MATA AIR DAN KIRI KANAN SUNGAI DI DAERAH RAWA;c)c) 100 METER DARI KIRI KANAN TEPI SUNGAI;100 METER DARI KIRI KANAN TEPI SUNGAI;d)d) 50 METER DARI KIRI KANAN TEPI ANAK SUNGAI;50 METER DARI KIRI KANAN TEPI ANAK SUNGAI;e)e) 2 (DUA) KALI KEDALAMAN JURANG DARI TEPI JURANG;2 (DUA) KALI KEDALAMAN JURANG DARI TEPI JURANG;f)f) 130 KALI SELISIH PASANG TERTINGGI DAN PASANG TERENDAH DARI TEPI PANTAI;130 KALI SELISIH PASANG TERTINGGI DAN PASANG TERENDAH DARI TEPI PANTAI;

6)6) MEMBAKAR HUTAN;MEMBAKAR HUTAN;7)7) MENEBANG POHON ATAU MEMANEN ATAU MEMUNGUT HASIL HUTAN DIDALAM HUTAN TANPA MENEBANG POHON ATAU MEMANEN ATAU MEMUNGUT HASIL HUTAN DIDALAM HUTAN TANPA MEMILIKI HAK MEMILIKI HAK ATAU IZIN DARI PEJABAT YANG BERWENANG;ATAU IZIN DARI PEJABAT YANG BERWENANG;8)8) MENERIMA, MEMBELI ATAU MENJUAL, MENERIMA TUKAR, MENERIMA TITIPAN, MENYIMPAN, ATAU MENERIMA, MEMBELI ATAU MENJUAL, MENERIMA TUKAR, MENERIMA TITIPAN, MENYIMPAN, ATAU MEMILIKI MEMILIKI HASIL HUTAN YANG DIKETAHUI ATAU PATUT DIDUGA BERASAL DARI KAWASAN HUTAN YANG HASIL HUTAN YANG DIKETAHUI ATAU PATUT DIDUGA BERASAL DARI KAWASAN HUTAN YANG DIAMBIL ATAU DIAMBIL ATAU DIPUNGUT SECARA TIDAK SAH;DIPUNGUT SECARA TIDAK SAH;9)9) MELAKUKAN KEGIATAN PENYELIDIKAN UMUM ATAU EKSPLORASI ATAU EKSPLOITASI BAHAN MELAKUKAN KEGIATAN PENYELIDIKAN UMUM ATAU EKSPLORASI ATAU EKSPLOITASI BAHAN TAMBANG DI TAMBANG DI DALAM KAWASAN HUTAN, TANPA IZIN MENTERI;DALAM KAWASAN HUTAN, TANPA IZIN MENTERI;10)10) MENGANGKUT, MENGUASAI, ATAU MEMILIKI HASIL HUTAN YANG TIDAK DILENGKAPI BERSAMA-MENGANGKUT, MENGUASAI, ATAU MEMILIKI HASIL HUTAN YANG TIDAK DILENGKAPI BERSAMA-SAMA SAMA DENGAN SURAT KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN;DENGAN SURAT KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN;11)11) MENGGEMBALAKAN TERNAK DI DALAM KAWASAN HUTAN YANG TIDAK DITUNJUK SECARA KHUSUS MENGGEMBALAKAN TERNAK DI DALAM KAWASAN HUTAN YANG TIDAK DITUNJUK SECARA KHUSUS UNTUK UNTUK MAKSUD TERSEBUT OLEH PEJABAT YANG BERWENANG;MAKSUD TERSEBUT OLEH PEJABAT YANG BERWENANG;12)12) MEMBAWA ALAT-ALAT BERAT DAN ATAU ALAT-ALAT LAINNYA YANG LAZIM ATAU PATUT DIDUGA MEMBAWA ALAT-ALAT BERAT DAN ATAU ALAT-ALAT LAINNYA YANG LAZIM ATAU PATUT DIDUGA AKAN AKAN DIGUNAKAN UNTUK MENGANGKUT HASIL HUTAN DI DALAM KAWASAN HUTAN, TANPA IZIN DIGUNAKAN UNTUK MENGANGKUT HASIL HUTAN DI DALAM KAWASAN HUTAN, TANPA IZIN PEJABAT YANG PEJABAT YANG BERWENANG;BERWENANG;13)13) MEMBAWA ALAT-ALAT YANG LAZIM DIGUNAKAN UNTUK MENEBANG, MEMOTONG ATAU MEMBELAH MEMBAWA ALAT-ALAT YANG LAZIM DIGUNAKAN UNTUK MENEBANG, MEMOTONG ATAU MEMBELAH POHON POHON DI DALAM KAWASAN HUTAN TANPA IZIN PEJABAT YANG BERWENANG;DI DALAM KAWASAN HUTAN TANPA IZIN PEJABAT YANG BERWENANG;14)14) MEMBUANG BENDA-BENDA YANG DAPAT MENYEBABKAN KEBAKARAN DAN KERUSAKAN SERTA MEMBUANG BENDA-BENDA YANG DAPAT MENYEBABKAN KEBAKARAN DAN KERUSAKAN SERTA

MEMBAHAYAKAN KEBERADAAN ATAU KELANGSUNGAN FUNGSI HUTAN KE DALAM KAWASAN MEMBAHAYAKAN KEBERADAAN ATAU KELANGSUNGAN FUNGSI HUTAN KE DALAM KAWASAN HUTAN; HUTAN; DANDAN15)15) MENGELUARKAN, MEMBAWA, DAN MENGANGKUT TUMBUH-TUMBUHAN DAN SATWA LIAR YANG MENGELUARKAN, MEMBAWA, DAN MENGANGKUT TUMBUH-TUMBUHAN DAN SATWA LIAR YANG TIDAK TIDAK DILINDUNGI UNDANG-UNDANG YANG BERASAL DARI KAWASAN HUTAN TANPA IZIN DARI DILINDUNGI UNDANG-UNDANG YANG BERASAL DARI KAWASAN HUTAN TANPA IZIN DARI PEJABAT PEJABAT YANG BERWENANG.YANG BERWENANG.

PENERAPAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN PENERAPAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIKDAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK

1.1. DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAIMANA UU NO. 5 TAHUN 186 JO. NO. 9 TAHUN 2004 DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAIMANA UU NO. 5 TAHUN 186 JO. NO. 9 TAHUN 2004 TENTANG PTUN, PARAMETER YANG MEMBATASI GERAK BEBAS KEWENANGAN APARATUR NEGARA TENTANG PTUN, PARAMETER YANG MEMBATASI GERAK BEBAS KEWENANGAN APARATUR NEGARA ADALAH “PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN “AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK”. ADALAH “PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN “AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK”.

2. PENERAPAN ATAS KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI 2. PENERAPAN ATAS KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN PENERAPAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK AKAN DIJADIKAN TOLOK KEHUTANAN DAN PENERAPAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK AKAN DIJADIKAN TOLOK UKUR BAGI PIHAK-PIHAK YANG TERKENA KEPUTUSAN TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN.UKUR BAGI PIHAK-PIHAK YANG TERKENA KEPUTUSAN TUN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN.

2.2. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA SEBAGAIMANA, PASAL 1 ANGKA 3 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA SEBAGAIMANA, PASAL 1 ANGKA 3 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA TAHUN 1986 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA YANG BERDASARKAN PERATURAN NEGARA YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA YANG BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, BERSIFAT KONKRIT, INDIVIDUAL DAN FINAL, YANG PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, BERSIFAT KONKRIT, INDIVIDUAL DAN FINAL, YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.

3.3. DARI RUMUSAN SEBAGAIMANA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR DARI RUMUSAN SEBAGAIMANA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004, SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA MENGANDUNG UNSUR-UNSUR :9 TAHUN 2004, SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA MENGANDUNG UNSUR-UNSUR :a.a. PENETAPAN TERTULIS : MENUNJUK KEPADA ISI DAN BUKAN KEPADA BENTUK KEPUTUSANYANG PENETAPAN TERTULIS : MENUNJUK KEPADA ISI DAN BUKAN KEPADA BENTUK KEPUTUSANYANG

DIKELUARKAN OLEH PEJABAT TUN (MEMO ATAU NOTA DAPAT MEMENUHI SYARAT TERTULIS).DIKELUARKAN OLEH PEJABAT TUN (MEMO ATAU NOTA DAPAT MEMENUHI SYARAT TERTULIS).b.b. DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA;DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA;c.c. BERISI TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-BERISI TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;UNDANGAN;d.d. BERSIFAT KONKRIT, INDIVIDUAL DAN FINAL;BERSIFAT KONKRIT, INDIVIDUAL DAN FINAL;e.e. MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.

4. ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA YANG MERASA KEPENTINGAN-NYA DIRUGIKAN OLEH SUATU 4. ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA YANG MERASA KEPENTINGAN-NYA DIRUGIKAN OLEH SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA, DAPAT MENGAJUKAN GUGATAN KEPADA PENGADILAN TATA USAHA KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA, DAPAT MENGAJUKAN GUGATAN KEPADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA, YANG BERISI TUNTUTAN AGAR KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA TERSEBUT DINYATAKAN NEGARA, YANG BERISI TUNTUTAN AGAR KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA TERSEBUT DINYATAKAN BATAL ATAU TIDAK SAH, DENGAN ATAU TANPA DISERTAI TUNTUTAN GANTI RUGI DAN/ATAU BATAL ATAU TIDAK SAH, DENGAN ATAU TANPA DISERTAI TUNTUTAN GANTI RUGI DAN/ATAU REHABILITASI, DENGAN ALASAN :REHABILITASI, DENGAN ALASAN :a.a. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN YANG BERLAKU :UNDANGAN YANG BERLAKU :SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA DINILAI “BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA DINILAI “BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU” APABILA KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN :PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU” APABILA KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN :1)1) BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN UNDANGAN YANG BERSIFAT YANG BERSIFAT PROSEDURAL/FORMALPROSEDURAL/FORMAL;;2)2) BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN UNDANGAN YANG BERSIFAT YANG BERSIFAT MATERIEL/SUBSTANSIALMATERIEL/SUBSTANSIAL;;3)3) DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA YANG TIDAK BERWENANG.DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA YANG TIDAK BERWENANG.

b.b. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN AZAS-AZAS KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA TERSEBUT BERTENTANGAN DENGAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE/ ALGEMENE BEGINSELEN VAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE/ ALGEMENE BEGINSELEN VAN BEHOORLIJKE BESTUUR).BEHOORLIJKE BESTUUR).

AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK YANG MERUPAKAN AZAS UMUM DALAM AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK YANG MERUPAKAN AZAS UMUM DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA DIMUAT DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN PENYELENGGARAAN NEGARA DIMUAT DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME (KKN). AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK KOLUSI DAN NEPOTISME (KKN). AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK TERSEBUT MELIPUTI :TERSEBUT MELIPUTI :

1)1) AZAS KEPASTIAN HUKUM : AZAS DALAM NEGARA HUKUM YANG MENGUTAMAKAN AZAS KEPASTIAN HUKUM : AZAS DALAM NEGARA HUKUM YANG MENGUTAMAKAN LANDASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEPATUTAN DAN KEADILAN LANDASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEPATUTAN DAN KEADILAN

DALAM DALAM SETIAP KEBIJAKAN PENYELENGGARA NEGARA;SETIAP KEBIJAKAN PENYELENGGARA NEGARA;

2)2) AZAS TERTIB PENYELENGGARA NEGARA : AZAS YANG MENJADI LANDASAN AZAS TERTIB PENYELENGGARA NEGARA : AZAS YANG MENJADI LANDASAN KETERATURAN, KETERATURAN, KESERASIAN, DAN KESEIMBANGAN DALAM PENGENDALIAN KESERASIAN, DAN KESEIMBANGAN DALAM PENGENDALIAN PENYELENGGARA NEGARA;PENYELENGGARA NEGARA;

3)3) AZAS KEPENTINGAN UMUM : AZAS YANG MENDAHULUKAN KESEJAHTERAAN AZAS KEPENTINGAN UMUM : AZAS YANG MENDAHULUKAN KESEJAHTERAAN UMUM UMUM DENGAN CARA YANG ASPIRATIF, AKOMODATIF, DAN SELEKTIF;DENGAN CARA YANG ASPIRATIF, AKOMODATIF, DAN SELEKTIF;

4)4) AZAS KETERBUKAAN : AZAS YANG MEMBUKA DIRI TERHADAP HAK MASYARAKAT AZAS KETERBUKAAN : AZAS YANG MEMBUKA DIRI TERHADAP HAK MASYARAKAT UNTUK UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI YANG BENAR, JUJUR, DAN TIDAK DISKRIMINATIF MEMPEROLEH INFORMASI YANG BENAR, JUJUR, DAN TIDAK DISKRIMINATIF TENTANG TENTANG PENYELENGGARAAN NEGARA DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN PENYELENGGARAAN NEGARA DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN PERLINDUNGAN ATAS HAK PERLINDUNGAN ATAS HAK ASASI PRIBADI, GOLONGAN, DAN RAHASIA NEGARA;ASASI PRIBADI, GOLONGAN, DAN RAHASIA NEGARA;

5)5) AZAS PROPORSIONALITAS : AZAS YANG MENGUTAMAKAN KESEIMBANGAN AZAS PROPORSIONALITAS : AZAS YANG MENGUTAMAKAN KESEIMBANGAN ANTARA HAK ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA NEGARA;DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA NEGARA;

6)6) AZAS PROFESIONALITAS : AZAS YANG MENGUTAMAKAN KEAHLIAN YANG AZAS PROFESIONALITAS : AZAS YANG MENGUTAMAKAN KEAHLIAN YANG BERLANDASKAN BERLANDASKAN KODE ETIK DAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KODE ETIK DAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU;YANG BERLAKU;

7)7) AZAS AKUNTABILITAS : AZAS YANG MENENTUKAN BAHWA SETIAP KEGIATAN DAN AZAS AKUNTABILITAS : AZAS YANG MENENTUKAN BAHWA SETIAP KEGIATAN DAN HASIL HASIL AKHIR DARI KEGIATAN PENYELENGGARA NEGARA HARUS DAPAT AKHIR DARI KEGIATAN PENYELENGGARA NEGARA HARUS DAPAT DIPERTANGGUNG-DIPERTANGGUNG- JAWABKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU RAKYAT SEBAGAI JAWABKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU RAKYAT SEBAGAI PEMEGANG KEDAULATAN PEMEGANG KEDAULATAN TERTINGGI NEGARA.TERTINGGI NEGARA.

5.5. IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PENERBITAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG TIDAK IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PENERBITAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG TIDAK SAH: SAH: a.a. SECARA PERDATASECARA PERDATA : DIJADIKAN DASAR GUGATAN MELALUI PERADILAN UMUM : DIJADIKAN DASAR GUGATAN MELALUI PERADILAN UMUM DENGAN DENGAN TUNTUTAN BERUPA “GANTI RUGI” BERDASARKAN PASAL 1365 KITAB UNDANG-TUNTUTAN BERUPA “GANTI RUGI” BERDASARKAN PASAL 1365 KITAB UNDANG-UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA BAHWA “TIAP PERBUATAN MELANGGAR HUKUM PERDATA BAHWA “TIAP PERBUATAN MELANGGAR HUKUM,YANG HUKUM,YANG MEMBAWA MEMBAWA KERUGIAN KEPADA SEORANG LAIN, KERUGIAN KEPADA SEORANG LAIN, MEWAJIBKAN ORANG MEWAJIBKAN ORANG YANG KARENA SALAHNYA YANG KARENA SALAHNYA MENERBITKAN KERUGIAN ITU, MENGGANTI KERUGIAN MENERBITKAN KERUGIAN ITU, MENGGANTI KERUGIAN TERSEBUT”. TERSEBUT”.

CONTOH KASUS :CONTOH KASUS :GUGATAN PERDATA OLEH PEMEGANG HPH PT. MULYA KARYA JAYA CO. KEPADA GUGATAN PERDATA OLEH PEMEGANG HPH PT. MULYA KARYA JAYA CO. KEPADA

MENTERI MENTERI KEHUTANAN, DIMANA PADA :KEHUTANAN, DIMANA PADA :1)1) PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT MENGABULKAN GUGATAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT MENGABULKAN GUGATAN

PERDATA PT. PERDATA PT. MULYA KARYA JAYA CO SEBESAR RP. MULYA KARYA JAYA CO SEBESAR RP. 283.849.163.265,63;283.849.163.265,63;

2)2) PUTUSAN PENGADILAN TINGGI DKI JAKARTA MENGUATKAN PUTUSAN PENGADILAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI DKI JAKARTA MENGUATKAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT;NEGERI JAKARTA PUSAT;

3)3) PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI, MENGABULKAN GUGATAN SEBAGIAN PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI, MENGABULKAN GUGATAN SEBAGIAN DAN DAN MENGHUKUM MEMBAYAR GANTI RUGI KEPADA PT. MULYA KARYA JAYA CO. MENGHUKUM MEMBAYAR GANTI RUGI KEPADA PT. MULYA KARYA JAYA CO. SEBESAR RP. SEBESAR RP. 2.189.052.620,602.189.052.620,60

b.b. SECARA PIDANASECARA PIDANA : DIJADIKAN BUKTI ADANYA PERBUATAN MELAWAN HUKUM : DIJADIKAN BUKTI ADANYA PERBUATAN MELAWAN HUKUM (WEDERECHTELIJKE) DAN APABILA DARI PERBUATAN TERSEBUT MENGAKIBATKAN (WEDERECHTELIJKE) DAN APABILA DARI PERBUATAN TERSEBUT MENGAKIBATKAN KERUGIAN BAGI KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA, AKAN MEMENUHI KERUGIAN BAGI KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA, AKAN MEMENUHI UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 199 UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 199 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.

CONTOH KASUS :CONTOH KASUS :PENERBITAN IPK DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR, YANG MELIBATKAN MANTAN PENERBITAN IPK DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR, YANG MELIBATKAN MANTAN

GUBERNUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, KEPALA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN KALIMANTAN TIMUR, KEPALA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN KEHUTANAN PROVINSI KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR, KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR, KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN TIMUR DAN MANTAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN MANTAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI.PRODUKSI.

KESIMPULANKESIMPULAN

1.1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN MELIPUTI UNDANG-UNDANG, DAN PERATURAN PELAKSANANANNYA SEPERTI MELIPUTI UNDANG-UNDANG, DAN PERATURAN PELAKSANANANNYA SEPERTI PERATURAN PEMERINTAH, KEPUTUSAN/PERATURAN PRESIDEN, KEPUTUSAN/ PERATURAN PEMERINTAH, KEPUTUSAN/PERATURAN PRESIDEN, KEPUTUSAN/ PERATURAN MENTERI KEHUTANAN, KEPUTUSAN/PERATURAN DIREKTUR PERATURAN MENTERI KEHUTANAN, KEPUTUSAN/PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN.JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN.

2.2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN MERUPAKAN :MERUPAKAN :a. PAYUNG HUKUM BAGI PEJABAT TATA USAHA NEGARA DI BIDANG BINA a. PAYUNG HUKUM BAGI PEJABAT TATA USAHA NEGARA DI BIDANG BINA

PRODUKSI KEHUTANAN DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEHARI-HARI;PRODUKSI KEHUTANAN DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEHARI-HARI;b. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEJABAT TATA USAHA NEGARA b. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEJABAT TATA USAHA NEGARA DI DI

BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA APABILA TIDAK BERTINDAK DENGAN BENAR MENURUT PERATURAN APABILA TIDAK BERTINDAK DENGAN BENAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;PERUNDANG-UNDANGAN;

c. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT APABILA PEJABAT c. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT APABILA PEJABAT TATA USAHA NEGARA BERTINDAK TIDAK BENAR ATAU TIDAK SESUAI TATA USAHA NEGARA BERTINDAK TIDAK BENAR ATAU TIDAK SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

3.3. PEMBEDAAN JENIS PELANGGARAN ADMINISTRASI DAN PELANGGARAN PIDANA PEMBEDAAN JENIS PELANGGARAN ADMINISTRASI DAN PELANGGARAN PIDANA KEHUTANAN DENGAN KLASIFIKASI PENERAPANNYA TERHADAP SUBYEK HUKUM KEHUTANAN DENGAN KLASIFIKASI PENERAPANNYA TERHADAP SUBYEK HUKUM ANTARA PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN NON PEMEGANG ANTARA PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN NON PEMEGANG IZIN, DIMAKSUDKAN UNTUK MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM DALAM BERUSAHA IZIN, DIMAKSUDKAN UNTUK MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM DALAM BERUSAHA KEPADA PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI SESUAI YANG DIAMANATKAN KEPADA PEMEGANG IZIN PADA HUTAN PRODUKSI SESUAI YANG DIAMANATKAN DALAM PASAL 31 AYAT (1) UNDANG-UNDANG 41 TAHUN 1999 JO. NOMOR 19 DALAM PASAL 31 AYAT (1) UNDANG-UNDANG 41 TAHUN 1999 JO. NOMOR 19 TAHUN 2004.TAHUN 2004.

4.4. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN HUKUM DI BIDANG BINA PRODUKSI PERMASALAHAN-PERMASALAHAN HUKUM DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN TIMBUL SEBAGAI AKIBAT TIDAK DITERAPKANNYA PERATURAN KEHUTANAN TIMBUL SEBAGAI AKIBAT TIDAK DITERAPKANNYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN AZAS-AZAS PERUNDANG-UNDANGAN DI BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK. KEDUA KOMPONEN TERSEBUT UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK. KEDUA KOMPONEN TERSEBUT MERUPAKAN ”CONDITIO SINE QUA NON” (SYARAT MUTLAK) YANG HARUS MERUPAKAN ”CONDITIO SINE QUA NON” (SYARAT MUTLAK) YANG HARUS DIPENUHI DALAM MENERBITKAN/MENETAPKAN KEPUTUSAN PENETAPAN DIPENUHI DALAM MENERBITKAN/MENETAPKAN KEPUTUSAN PENETAPAN /BESCHICKING, KARENA WALAUPUN SUATU KEPUTUSAN PEJABAT TATA /BESCHICKING, KARENA WALAUPUN SUATU KEPUTUSAN PEJABAT TATA USAHA NEGARA TELAH SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-USAHA NEGARA TELAH SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, TETAP DAPAT BERSIFAT “MELAWAN HUKUM” UNDANGAN YANG BERLAKU, TETAP DAPAT BERSIFAT “MELAWAN HUKUM” YAITU MANAKALA MELANGGAR AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG YAITU MANAKALA MELANGGAR AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK.BAIK.

5.5. IMPLIKASI HUKUM ATAS TIDAK DITERAPKANNYA PERATURAN PERUNDANG-IMPLIKASI HUKUM ATAS TIDAK DITERAPKANNYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN AZAS-AZAS UNDANGAN DI BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN DAN AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK, TIDAK SEBATAS PADA GUGATAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK, TIDAK SEBATAS PADA GUGATAN MELALUI PERADILAN TATA USAHA NEGARA, NAMUN DAPAT BERAKIBAT MELALUI PERADILAN TATA USAHA NEGARA, NAMUN DAPAT BERAKIBAT PADA GUGATAN PERDATA MELALUI PERADILAN UMUM DENGAN TUNTUTAN PADA GUGATAN PERDATA MELALUI PERADILAN UMUM DENGAN TUNTUTAN GANTI RUGI, MAUPUN TUDUHAN TINDAK PIDANA KORUPSI.GANTI RUGI, MAUPUN TUDUHAN TINDAK PIDANA KORUPSI.

Documents

Presentasi Illegal Logging (Bagian Hukum)