Upload
veri-ambar-sari
View
120
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bbbbbbb
Citation preview
PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA TAK TERINCI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa RSJ Grhasia Pakem
Diajukan Kepada Yth :
dr. Rukmi, Sp.KJ
Disusun Oleh :
Veri Ambar Sari (20080310216)
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. J
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Status Pernikahan : Nikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Ngentak RT 02, Mulyodadi, Bantul, DIY
Datang ke IGD Pada : 7 Februari 2014, pukul 22:30
Kunjungan : Lama
No RM : 0064568
II. RIWAYAT PSIKIATRI Hasil didapatkan dari alloanamnesis di Rekam Medis :
Nama Tn. Suhardjuno
Umur 60 th
Agama Islam
Hubungan dengan pasien Kakak kandung
Sifat perkenalan Akrab
Pekerjaan Tidak ada info
Pendidikan terakhir Tidak ada info
Alamat
Griya Purwo Asri Blok B 701
Sangrahan 15/5 Purwomartani,
Yogyakarta
Sebab Dibawa ke Rumah Sakit: pasien kambuh akibat telat minum obat.
Riwayat Gangguan Sekarang: Pasien teriak-teriak, sulit tidur, minum obat tidak
teratur, aktifitas menurun, rawat diri menurun.
Riwayat Gangguan Sebelumnya: Pasien tersebut dirawat di RSJ Grhasia yang
kedelapan kalinya. Terakhir mondok pada tanggal 8 Mei 2012. 3
Faktor organik:
Riwayat trauma kepala/jatuh (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat demam tinggi (-)
Penyalahgunaan obat dan alkohol: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
tidak mengonsumsi minuman beralkohol maupun obat-obatan terlarang.
Riwayat kehidupan pribadi:
Riwayat keagamaan: tidak ada info mengenai aktifitas peribadatannya
Aktivitas sosial: Pasien jarang mau bergaul dengan tetangganya. Pasien cukup
akrab dengan keluarganya. Pasien hanya mempunyai sedikit teman.
Riwayat pekerjaan: Pasien adalah pembatik di wilayah Keraton Yogyakarta
Riwayat pernikahan: Pasien pernah menikah satu kali dan bercerai.
Kepribadian: Pasien termasuk orang yang normal dalam pergaulan. Hubungan
sosial pasien dengan teman-temannya dari sebelum pasien mengalami gangguan
jiwa cukup baik.
Riwayat keluarga: Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit jiwa
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 150/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : -
Hasil pemeriksaan hematologi dan kimia darah dalam batas normal.
IV. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Pemeriksaan status mental dilakukan tanggal 21 Oktober 2012 berdasarkan dari
rekam medis.
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan: Tampak laki-laki lebih tua dari umur sebenarnya, rawatan diri kurang.
2) Kesadaran
Kuantitatif : compos mentis, GCS 15
Kualitatif : orientasi tempat, waktu, orang, dan situasi baik 4
3) Perilaku dan aktivitas psikomotor: Normoaktif
4) Pembicaraan: Pembicaraan cukup, menjawab spontan. Tapi pada pertanyaan-
pertanyaan tertentu, pasien tidak menjawab spontan.
5) Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif
B. Mood dan Afek
Mood : disforik
Afek : tumpul
Roman muka : hipomimik
Keserasian : appropriate
C. Fungsi intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan: Tamat SLTA, tingkat kecerdasan
sesuai pendidikan dan intelegensi mampu berhitung, mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan umum.
2. Daya konsentrasi: Cukup
3. Orientasi:
- Waktu : baik
- Tempat: baik
- Orang : baik
- Situasi : baik
4. Daya ingat
- Segera : cukup
- Jangka pendek : cukup
- Jangka panjang : cukup
5. Pikiran abstrak: Baik
6. Kemampuan menolong diri sendiri: Pasien mampu melakukan activity daily
living.
D. Gangguan persepsi
Halusinasi dan ilusi
- Halusinasi visual : tidak ada
- Halusinasi auditorik : tidak ada
- Halusinasi olfaktori : tidak ada
- Halusinasi taktil : tidak ada
- Ilusi : tidak ada 5
E. Proses pikir
Progresi pikir
- Kualitatif : Koheren
- Kuantitatif : Blocking
Isi pikiran
o Waham Bizzare:
Waham siar pikir : -
Waham sisip pikir : -
Waham kendali pikir : -
Waham sedot pikit : -
o Tought of echo : -
o Waham magic mistik : -
o Waham curiga : -
o Waham kebesaran : -
o Waham kejar : -
o Waham cemburu : -
o Waham bersalah : -
o Waham somatic : -
o Waham tak berguna : -
Bentuk pikir : Autistik
F. Perhatian: Mudah ditarik dan sulit dicantum
G. Insight: Jelek
V. HASIL VISITASI DOKTER
Pemeriksaan pada tanggal 22 Oktober 2012
S: tidur kurang
O: halusinasi dengar (+), ide curiga (+). Bentuk pikir autistik
A : F 20.3
P : stelazin 5mg (1-0-1)
: haloperidol 1.5mg (1-0-1)
: chlorpromazine 100mg ( 0-0-1/2)
: Triheksifenidil 2mg (1-0-1) 6
Pemeriksaan pada tanggal 23 oktober 2012
S: mondar mandir, bicara sendiri
O : ide curiga (+), agak gelisah, autistik ringan, halusinasi dengar berkurang
A : F 20.3
P : terapi lanjut
Pemeriksaan pada tanggal 30 Oktober 2012
S : Tidur agak sulit, bicara sendiri
O : halusinasi dengar (+)
A : F20.3
P : Terapi lanjut
Pemeriksaan pada tanggal 2 November 2012
S: setiap malam sulit tidur
O: halusinasi dengar (+), progresi pikir kualitatif koheren, relevan
A: F 20.3
P: diazepam 2mg (0-0-1)
: Terapi lanjut
VI. IKHTISAR PENEMUAN AUTOANAMNESIS (24 dan 30 Oktober 2012)
Pasien laki-laki usia 51 tahun, suku Jawa, beragama Islam, pernah menikah sudah
bercerai, pendidikan terakhir SLTA. Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan tidak
mau minum obat, sering teriak-teriak dan sulit tidur.
Gejala yang didapat saat sekarang :
a. Perilaku dan Aktifitas Psikomotor
Hipoaktif
b. Keadaan afektif
Mood: disforik
Afek: menyempit
Roman muka: hipomimik
Keserasian: apropiate
c. Proses pikir 7
Progresi pikir:
Kualitatif : Intelektualisasi
Kuantitatif : Blocking
Isi pikir
o Waham bizarre
Sisip pikir : -
Kendali pikir : -
Siar pikir : -
Sedot pikir :-
o Waham curiga :-
o Waham kebesaran :-
o Waham kejar :-
o Ide curiga :+
Bentuk pikir: Autistik
d. Gangguan persepsi
Halusinasi visual : -
Halusinasi auditorik : +
Halusinasi taktil : -
Halusinasi olfaktori :-
Ilusi :-
e. Insight: derajat II (ambivalensi terhadap penyakitnya)
VII. SINDROM YANG DIDAPAT
Saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 24 dan 30 Oktober 2012
1. Sindroma psikotik
a. Sakit sudah lebih dari 1 bulan karena sudah ada riwayat yang sama
sebelumnya dan mondok di RSJ Grasia
b. Adanya hendaya/disfungsi
c. Adanya distress
d. Adanya gangguan dalam berperilaku, pola pikir dan perasaan
2. Sindroma skizofrenia
a. Halusinasi auditorik (perkataannya tidak jelas).
b. Ide curiga 8
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Skizofrenia tak terinci (F 20.3)
2. Skizofrenia paranoid (F20.0)
3. Skizoafektif tipe depresif (F 25.1)
IX. PEMBAHASAN DIAGNOSIS
Pedoman diagnostik skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. – “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
– “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
– “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
– “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
– “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau 9
– Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan
stupor;
h. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurang
waktu satu bulan lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
10
1. Skizofrenia Tak Terinci (F 20.3)
No Kriteria diagnosis Pasien
1 Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia
Terpenuhi
2 Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
paranoid, hebefrenik, atau katatonik
Terpenuhi
3 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual
atau depresi pasca skizofrenia
Terpenuhi
2. Skizofrenia paranoid (F 20.0)
No Kriteria diagnosis Pasien
1 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Terpenuhi
2 Sebagai tambahan:
a. Halusinasi dan atau waham menonjol:
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien
atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing)
Terpenuhi
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh,
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
Tidak
terpenuhi
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-
Tidak
terpenuhi 11
kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas;
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata / tidak menonjol.
Tidak
terpenuhi
3. Skizoafektif tipe depresif (F 25.1)
No Kriteria diagnosis Pasien
1 Kategori ini harus dipakai baik untuk episode
skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk
gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depresif
Tidak
Terpenuhi
2 Afek depresif harus menonjol, disertai oleh
sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun
kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam
uraian untuk episode depresif.
Gejala utama depresi: afek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lain depresi: konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan
diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang.
Tidak
Terpenuhi
3 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas Terpenuhi 12
ada satu, dan sebaiknya ada dua, gejala khas
skizofrenia
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia tak terinci (F 20.3)
Aksis II : Cenderung skizoid
Aksis III : Hipertensi grade I
Aksis IV : Tidak jelas
Aksis V : GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
XI. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
Haloperidol 1,5mg ( 1-0-1)
Chlorpromazine 100mg (0-0-1/2)
Stelazin 5mg (1-0-1)
Trihexifenidil 2mg (1-0-1)
B. Psikoterapi
Terapi suportif terdiri dari :
1. Bantu problem solving : pasien dibimbing untuk menceritakan tentang
kehidupannya dengan membangun rasa percaya pasien terhadap orang lain
(terapis) serta mengungkapkan segala permasalahannya.
2. Persuasi : penjelasan yang masuk akal mengenai timbulnya gejala serta baik
buruknya.
3. Sugesti : membangkitan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh
dan masalah yang dihadapinya dapat diatasi, memberikan motivasi dan
semangat pasien agar menjalani kehidupan lebih baik, berarti dan bahagia,
serta menganjurkan pasien melakukan aktivitas di luar aktivitas sehari-hari
sesuai dengan hobinya.
4. Terapi reduktif terdiri dari:
a.Terapi kerja : melatih pasien untuk bekerja guna mengembalikan fungsi
psikomotor dan memberikan kesibukan pada pasien, melatih pasien 13
bekerja dalam kelompok untuk menumbuhkan rasa percaya pasien
terhadap rekan kerjanya.
b. Terapi keluarga dan relaksasi : keluarga diberikan informasi tentang sakit
yang diderita pasien, diajarkan cara merawat, memperlakukan pasien
dengan benar, keluarga dianjurkan mengawasi pasien pada saat minum
obat dan memastikan pasien minum obat dengan rutin di rumah.
XII. OBAT ANTI-PSIKOTIK
Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Antipsikotik tipikal bekerja dengan memblok
reseptor dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik
dan sistem ekstrapiramidal, sehingga efektif untuk gejala positif. Sedangkan obat antipsikotik
atipikal disamping berafinitas terhadap reseptor dopamine juga terhadap reseptor serotonin,
sehingga juga efektif untuk gejala negatif, dan interaksi serotonin dan dopamin pada ke
empat jalur dopamin di otak menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal.
Gejala positif antara lain gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), gangguan perasaan
(tidak sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized), dan
gejala negatif antara lain gangguan perasaan (afek tumpul, respons emosi minimal),
gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir (lambat,
terhambat), isi pikiran yang stereotipi dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas
dan cenderung menyendiri (abulia).
Antipsikotik tipikal dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan
kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol
dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala
dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya
lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada
penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. Obat yang tersedia
untuk golongan antipsikotik atipikal adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan risperidon.
Pemakaian lama antipsikotik tipikal dapat memberikan efek samping berupa:
gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia,
rigiditas), tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada: lidah, wajah, mulut/ rahang,
dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang), peningkatan kadar 14
prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan
memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu juga menimbulkan efek samping
antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi.
Antikolinergik (triheksifenidil, orfenadrin) dan beta-blokers (propanolol) sering
ditambahkan untuk menanggulangi efek samping antipsikotika, terutama extrapiramidal
sindrom. Benzodiazepin diberikan guna mengatasi kegelisahan dan kecemasan.
XIII. PROGNOSIS
Indikator Baik Buruk
Faktor Premorbid
1. Faktor kepribadian: √
2. Faktor genetik √
3. Faktor organik √
4. Socioekonomi √
5. Faktor pencetus √
6. Status perkawinan √
Faktor Morbid
1. Onset usia √
2. Perjalanan penyakit √
3. Respon terhadap terapi √
4. Riwayat rutin kontrol √
5. Riwayat disiplin minum obat √
6. Riwayat peningkatan gejala √
Kesimpulan: dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FKUnika Atmajaya;
2003. h. 46-7.3.
Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik edisi ketiga. Jakarta: BagianIlmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atmajaya; 2007. h. 14-5.6.
Sadock BJ, Sadock VA. Schizophrenia. Sadock BJ, Sadock VA, editors. In: Kaplan &sadock's synopsis of
psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry, 10th edition. NewYork: Lippincott William & Wilkins; 2007.
p. 25-6