45
Presentasi Kasus KEJANG DEMAM KOMPLEKS Oleh : dr. Pratiwi Jayamandiri Pendamping : dr. Meilike Fransiska Pembimbing: dr. Isnada, SpA Wahana: RSUD H.M. Rabbain Muara Enim KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 1

Presentasi Kasus KEJANG

Embed Size (px)

Citation preview

Presentasi Kasus

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Oleh :dr. Pratiwi Jayamandiri

Pendamping :dr. Meilike Fransiska

Pembimbing:dr. Isnada, SpA

Wahana:RSUD H.M. Rabbain Muara Enim

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIAKEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIABADAN PPSDM KESEHATAN2014

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi KasusJudulKEJANG DEMAM KOMPLEKS

Oleh:dr. Pratiwi J.telah dinilai dan diterima sebagai salah satu syarat dalam kegiatan borang dokter internship Indonesia di Rumah Sakit Umum Daerah H. M. Rabbain Muara Enim Sumatera Selatan.

Muara Enim, April 2014 Pendamping,Pembimbing,

dr. Meilike Fransiska dr. Isnada, SpA

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan case dengan judul Kejang Demam Kompleks ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Isnada, SpA atas bimbingan dalam penyelesaian dan penyusunan case ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Meilike F. selaku pendamping dokter internship serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan case ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan case ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan demi kebaikan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Harapan penulis semoga case ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Demikianlah penulisan case ini, semoga bermanfaat, amin.

Muara Enim, April 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38,5C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam. 1,2Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain (kejang yang tidak disebabkan oleh demam) akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh saja dan dapat terjadi berulang.2Diperkirakan 3% anak-anak dibawah usia 6 tahun pernah menderita kejang demam. Anak laki-laki lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1,0. Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna.3Kejang demam akan berulang pada 50% anak yang menderita kejang demam pertamanya pada kurang dari usia 1 tahun pada 28% dari mereka dengan umur setelah 1 tahun. Kejang demam dapat disebabkan oleh infeksi system saraf, epilepsy yang dipicu oleh demam, atau kejang demam sederhana. Kejang demam tanpa komplikasi merupakan kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15 menit yang terjadi hanya sekali dalam masa 24 jam. Jika bersifat fokal, lama, atau multiple kejang tersebut dinamakan demam kompleks.3Kejang demam merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Anak di Rumah Sakit. Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Frekuensi berkisar 25-30% umumnya terjadi pada 6 bulan pertama dan resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.3

Tindakan yang tepat dapat dilakukan jika para praktisi medis mengenal dengan baik faktor risiko, etiologi, patogenesis, serta tanda dan gejala klinis dari kejang demam. Oleh karena itu, penulis mengangkat kejang demam sebagai tema presentasi kasus ini dengan harapan kita mengenal lebih dalam mengenai penyakit ini, sehingga mampu mendiagnosis serta menerapkan penatalaksanaan dan terapi yang tepat terhadap pasien.

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIENNama : An. ETUmur : 18 bulanJenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: Muara Enim MRS: 24 Februari 2014

Alloanamnesis ( diberikan oleh ibu pasien )Seorang anak laki-laki umur 18 bulan dirawat di Bangsal Anak RSUD. H. M. Rabbain sejak 24 Februari 2014 dengan : Keluhan Utama :Kejang sejak 1 jam sebelum masuk Rumah SakitKeluhan Tambahan :Demam sejak 1 hari yang laluRiwayat Penyakit Sekarang3 hari SMRS ibu pasien mengeluh pasien sering batuk, batuk tidak berdahak, pilek tidak ada, sesak tidak ada. Keluhan sakit telinga dan keluar cairan ditelinga disangkal. Mual dan muntah tidak ada. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Nafsu makan dan minum pasien baik1 hari SMRS, Ibu pasien menyatakan anak mengalami demam. Demam terjadi pada waktu pagi, timbul tidak mendadak, tidak terlalu tinggi dan terus-menerus sepanjang hari. Ibu pasien mengaku belum memberikan obat penurun panas. 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang sebanyak 1 kali. Lama kejang 5 menit. Saat kejang ibu pasien mengaku tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil. mata mendelik keatas, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Pasien kemudian dibawa ke IGD RSUD H.M Rabbain, sesaat tiba di IGD, pasien kejang kembali frekuensi 1x, diberikan diazepam supp 10 mg, kejang berhenti.

Riwayat Penyakit Dahulu :Riwayat kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya disangkalRiwayat trauma kepala disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita kejang dengan atau tanpa demam

Riwayat kehamilan Ibu :Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, kontrol teratur ke bidan, riwayat imunisasi TT tidak diketahui, dan gestasi cukup bulan

Riwayat Kelahiran :Lahir spontan ditolong bidan, langsung menangis kuat. Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lupa.

Riwayat Makanan dan Minuman :ASI : 0 bulan 20 bulanSusu Formula: 20 bulan 27 bulanBubur susu: 4 bulan - 8 bulanNasi Tim: 8 bulan - 1 tahunNasi Biasa: usia > 1 tahun, 3x 1 porsi per hariKesan makanan dan minuman : kualitas dan kuantitas cukup

Riwayat Imunisasi :BCG : umur 1 bulan (scar +)DPT : umur 2 bulan, 3 bulan, 6 bulanPolio : umur 2 bulan, 3 bulan, 6 bulanHepatitis B: umur 2 bulan, 3 bulan, 6 bulanCampak: umur 9 bulanKesan : imunisasi dasar lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :Pertumbuhan gigi I: Umur 6 bulan(Normal: 5-9 bulan)Gangguan perkembangan mental : Tidak adaPsikomotorTengkurap: Umur 4 bulan(Normal: 3-4 bulan)Duduk: Umur 7 bulan(Normal: 6-9 bulan)Berdiri: Umur 10 bulan(Normal: 9-12 bulan)Berjalan: Umur 11 bulan(Normal: 13 bulan)Bicara: Umur 12 bulan(Normal: 9-12 bulan)

Silsilah Keluarga

I

II

IIIAn. ET, ,18 bulan

Pasien merupakan anak pertama. Ayah dan ibu menikah satu kali. Riwayat keluarga dengan riwayat kejang demam (-)

Pemeriksaan fisik :Keadaan umum: sakit sedangKesadaran : sadarFrekuensi denyut nadi : 124 x /menitFrekuensi nafas: 30 x/ menitSuhu : 38,7 oCData Antropometri Berat Badan:14 kg Tinggi Badan:82 cm Lingkar Kepala:46 cm Status Gizi BB/U = (14 kg/11,4 kg) x 100 % = 123 % Gizi lebih (>120%) TB/U= (87 cm/84.5 cm) x 100 % = 103 % baik/normal (90-110%) BB/TB= (14 kg/ 11,7 kg) x 100 % = 119 %overweight (110-120%)Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien baikPemeriksaan Sistemik :Kulit:Teraba hangat, sianosis tidak ada, pucat tidak ada, kuning tidak ada, turgor kembali cepat

Kepala:Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut lebat, berwarna coklat, tidak mudah dicabut

Leher:Tidak teraba pembesaran KGB

Mata:Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil 2 mm/2mm, reflek cahaya +/+ normal

Telinga:Tidak ditemukan kelainan

Hidung :Tidak ditemukan kelainan, nafas cuping hidung tidak ada

Mulut :Mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorokan:Tonsil T2-T2 hiperemis, faring hiperemis

Dada :Paru Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan Perkusi : Sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada , wheezing tidak adaJantung Inspeksi: Iktus tidak terlihat Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial linea mid clavicularis sinistra RIC V Perkusi : Batas kanan : Linea Sternalis dextra Batas kiri : 1 jari medial linea mid clavicularis sinistra RIC V Batas atas : Linea Parasternalis sinistra RIC II Auskultasi : Bunyi jantung normal, irama teratur, bising tidak ada

Perut:Inspeksi : Distensi tidak adaPalpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak terabaPerkus : TimpaniAuskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung:Tidak ditemukan kelainan

Anggota gerak:Atas: Akral hangat, refilling kapiler baikReflek fisiologis : Refleks biseps (+/+), Refleks triseps (+/+)Bawah : Akral hangat, refilling kapiler baikRefek fisiologis : Reflek sendi lutut (+/+), Reflek pergelangan kaki (+/+)Reflek patologis : Reflek babinsky (-/-), Reflek openheim (-/-), Reflek chaddock (-/-), Reflek scaefer (-/-), Reflek Gordon (-/-)

Pemeriksaan Laboratorium (24 Februari 2014)Darah : Hemoglobin:10,1 gr% Leukosit: 13.500/ mm3 Hitung jenis leukosit : 0/ 1/ 7/ 84/5/3 Eritrosit: 3.960.000/mm3Hematokrit: 32 %Trombosit: 280.000/mm3

Diagnosis Banding1. Kejang demam Kejang demam kompleks Kejang demam sederhana 2. Epilepsi yang diprovokasi demam3. Meningoensefalitis

Diagnosa Kerja: Kejang Demam Kompleks Tonsilofaringitis akutTerapi : O2 sungkup 5l/m Diazepam 10 mg supp (saat kejang) IVFD KAEN 1B gtt xii/m Inj. Ceftriaxone 1 x 1400mg Paracetamol syrup 3 x 180 mg Ambroxol syrup 2 x 7,5mg

Prognosis:Quo ad vitam: bonamQuo ad functionam: dubia et bonam

Follow up25-2-2014

SDemam (+) tidak terlalu tinggiKejang (-)Batuk (+) 38,5c). Cari sumber infeksi Kejang bersifat umum Riwayat kejang pada keluarga (+/-) Prognosis baik

Epilepsi + demam Usia > 5 tahun Kejang lama dan bersifat fokal Frekuensi serangan lebih dari 4 kali/tahun Penegakan diagnosis EEGEEG setelah tidak demam abnormal Riwayat kejang/ epilepsi pada keluarga (+)

Meningoensefalitis Usia < 6 bulan Infeksi SSP demam tinggi Ensefalitis (trias): Panas mendadak tinggi Kejang Tidak sadar Meningitis : Panas tinggi/ subfebris Kejang Kesadaran (+/-) Tanda rangsangan meningial Kaku kuduk (+) Penegakan diagnosis Pemeriksaan CSS

Faktor resiko terjadinya kejang demam adalah demam. Selain itu juga terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, faktor usia, faktor prenatal (usia ibu saat hamil, riwayat pre-eklampsi pada ibu, riwayat pemakaian bahan toksik), faktor perinatal (asfiksia, berat badan lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, cara lahir), faktor pascanatal (kejang akibat toksik, trauma kepala). Dua puluh sampai 25% penderita kejang demam mempunyai keluarga dekat (orang-tua dan saudara kandung) yang juga pernah menderita kejang demam. Tsuboi mendapatkan bahwa insiden kejang demam pada orang tua penderita kejang demam ialah 17% dan pada saudara kandungnya 22% (Tumbelaka AR, Trihono PP ,Kurniati N, Widodo DP, 2005).Pada penderita kejang demam risiko saudara kandung berikutnya untuk mendapat kejang demam ialah 10%. Namun bila satu dari orang-tuanya dan satu saudara pernah pula mengalami kejang demam, kemungkinan ini meningkat menjadi 50% (Aminulah A, Madiyono B, 2002).Penelitian Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing memperoleh data dari 221 penderita kejang demam ditemukan 79 penderita (36%) mempunyai satu atau lebih saudara kandung yang pemah mengalami kejang disertai demam (Lumbantobing SM, 2007).Hal ini sering dikaitkan dengan channelopaties. Channelopaties adalah defek dari ion channel yang bersifat genetik, dimana terjadi kelainan pembentukan protein ion channel pada waktu penggabungan beberapa asam amino sehingga menyebabkan membran sel menjadi hipereksistable. Kelainan ini akan menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara aliran masuk natrium dan keluarnya natrium (Tumbelaka AR, Trihono PP ,Kurniati N, Widodo DP, 2005).Penelitian yang dilakukan oleh Ellenberg JH and Nelson KB (1978) Lebih dari 90% penderita kejang demam mengalami kejang demam pada usia 6 bulan sampai dengan umur 5 tahun. Insiden bangkitan kejang tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Faktor riwayat kejang pada keluarga yang positif kejang demam sebesar 25% dari anak yang mengalami kejang demam dan sebesar 15% dari jumlah tersebut mengalami kejang demam berulang. Sebesar 50% anak yang mengalami kejang demam berulang berusia kurang dari 1 tahun dan 20% pada anak yang berusia lebih dari 3 tahun.Otak yang belum matang memiliki ekstabilitas neural yang lebih tinggi dibandingkan dengan otak yang pertumbuhannya telah matang. Developmental window merupakan masa perkembangan otak pada fase organisasi yaitu pada saat anak berusia kurang dari 2 tahun. Pada masa developmental window, eksitator lebih dominan dibandingkan dengan inhibitor sehingga tidak ada keseimbangan antara eksitator dan inhibitor. Apabila anak mengalami stimulasi berupa demam maka akan mudah terjadi kejang (Millichap JG. 1994).Dapat disimpulkan bahwa An. ET hanya memiliki 1 faktor penyebab kejang yaitu demam. Komplikasi paling umum pada kejang demam adalah kejang demam berulang. Sekitar 33% anak akan mengalami kejang demam berulang jika mereka mengalami demam. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :1. Riwayat kejang demam dalam keluarga2. Usia kurang dari 12 bulan 3. Temperatur yang rendah saat kejang4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar terjadi pada tahun pertama. Faktor terbesar terjadinya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kejang berulang (Knudsen FU, 1996).Disimpulkan bahwa An. ET tidak memiliki faktor resiko yang memungkinkan untuk terjadinya kejang demam berulang, kemungkinan kejang berulang hanya 10-15%Salah satu tatalaksana kejang demam adalah melakukan edukasi kepada orang tua penderita yang bertujuan untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya kejang dan penanganan di rumah pada saat anak kejang serta mengurangi kecemasan terhadap penyakit yang diderita oleh anaknya (Wong V, dkk, 2002). Pada kasus ini pasien belum perlu diberikan pengobatan rumatan.Pengobatan rumatan; paling sering digunakan Asam valproat dengan dosis 15-40mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis, hanya diberikan dengan indikasi kuat atau bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):1. Kejang lama > 15 menit2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.3. Kejang fokal4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan Kejang demam > 4 kali per tahunPada An. ET pemberian pengobatan rumatan dapat dipertimbangkan, namun pada kasus ini dimana anak tidak memiliki faktor resiko untuk terulangnya kejang demam, dibandingkan keefektifan, efek samping dari pemberian asam valproat lebih besar yaitu gangguan fungsi hati bila diberikan pada anak usia < 2 tahun. Selain edukasi, orang tua harus dibekali obat-obatan di rumah sebagai tatalaksana awal apabila anak demam atau kejang, berupa antipiretik dan diazepam per rectal.

BAB VDAFTAR PUSTAKA

1. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006.2. Soetomenggolo T, Ismael S. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta : IDAI; h. 244-51.3. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2000. Hal 2059-2067.4. Roberton DM, South M. Practical Paediatrics Sixth Edition. UK : Churchill Livingstone. 2007; page 582.5. Tejani NR. Febrile Seizure. Dalam emedicine.medscape.com 5 Februari 2010.6. Kimia A, Ben-Joseph EP, Rudloe T, Capraro A, Sarco D, Hummel D, Johnston P, Harper MB. Yield of Lumbar Puncture Among Children Who Present With Their First Complex Febrile Seizure. Pediatrics 2010;126;62-69.7. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicine. Dalam: McMilan JA, DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oskis pediatrics. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 1999, h, 566-89.8. Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-849. Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of epilepsy. Edisi ke-1. New York: The Parthenon Publishing Group, 1998.h. 15-23.10. Commission on Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and electroencephalographic classification of epileptic seizures. Epilepsia 1981; 22:489-50111. Mangunatmadja I. [Powerpoint slide] Kejang dan epilepsi, diagnosis serta tatalaksananya. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta.

1