15
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah khususnya di Kota Malang dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan Penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada hakekatnya merupakan suatu paket kebijakan umum pengembangan daerah. Rencana tata ruang merupakan hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Bagi wilayah Kota Malang, kebijakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan spasial, baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci (RDTRK, RTBL), maupun rencana kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan, industri, permukiman, serta fasilitas umum dan sosial. Latar Belakang RTRW Kota Malang tahun 2009-2029 memuat beberapa rencana pengembangan Kota Malang dan memiliki nilai strategis karena akan “mengikat” baik bagi pemerintah dan masyarakat dan mengenai sanksinya seperti yang tertuang dalam UU No. 26 Tahun 2007.

PRESENTASI PERKOT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Perancangan Kota

Citation preview

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah khususnya di Kota Malang dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan Penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada hakekatnya merupakan suatu paket kebijakan umum pengembangan daerah. Rencana tata ruang merupakan hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang.

Bagi wilayah Kota Malang, kebijakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan spasial, baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci (RDTRK, RTBL), maupun rencana kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan, industri, permukiman, serta fasilitas umum dan sosial.

Latar Belakang

RTRW Kota Malang tahun 2009-2029 memuat beberapa rencana pengembangan Kota Malang dan memiliki nilai strategis karena akan “mengikat” baik bagi pemerintah dan masyarakat dan mengenai sanksinya seperti yang tertuang dalam UU No. 26 Tahun 2007.

1. Rencana Penetapan dan Pengembangan Kawasan StrategisKota Malang memiliki kawasan lindung dan kawasan Budidaya yang memerlukan perhatian khusus dalam

pengelolaannya. Kota Malang merupakan kota dengan Orde II di Jawatimur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar ke dua di Jawa Timur Kota Malang memiliki beberapa kawasan strategis yang didalamnya terdapat berbagai fungsi pelayanan perkotaan dengan skala pelayanan lokal, regional dan skala nasional. Ruang kawasan strategis kota perlu diprioritaskan karena mempunyai pengaruh penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain dibidang yang sejenis dan kegiatan dibidang lainnya, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Malang tersebut yang meliputi;

A. Kawasan PendidikanKawasan pendidikan yang terdapat di Kota Malang memiliki skala pelayanan hingga skala pelayanan

nasional, dimana kawasan pendidikan ini merupakan kompleks pendidikan perguruan tinggi berskala nasional yang bergerak pada standar internasional. Kawasan pendidikan ini terletak di Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Blimbing seperti UNIBRAW, Universitas Negeri Malang, ITN, UNMUH Malang dan perguruan tinggi swasta lainnya di Kota Malang yang tersebar di seluruh Kecamatan. Untuk pengembangan kawasan pendidikan kedepannya adalah tetap mempertahankan fungsi kawasan yang sudah ada

Pengembangan sarana pendidikan menengah dan atas ditetapkan di kawasan Tugu yang terdiri dari SMU 1, SMU 3 dan SMU 4. Dikembangkan dengan cara peningkatan mutu pelajaran hingga taraf internasional yang saat ini sudah dilaksanakan di SMU 3, di harapkan SMU 1 dan SMU 4 menerapkan sistem pendidikan SNBI (Sekolah Nasional Bertaraf Internasional) yang sama.

Pengembangan Lembaga pendidikan setara D1 atau D3 yang mengelompok disekitar kawasan pendidikan tinggi ini sebaiknya dikembangkan secara terbatas dan pada masa yang akan datang diarahkan mendekati Perguruan Tinggi yang dikembangkan secara menyebar khususnya di bagian Utara dan Timur Kota Malang.

Sedangkan untuk lokasi perguruan tinggi yang letaknya menyebar maka arahan pengembangannya berdasarkan kriteria sebagai berikut : Pengembangan pendidikan tinggi sebaiknya mengelompok

dengan jumlah yang terbatas antara 3 - 4 perguruan tinggi, masing-masing dengan kapasitas antara 10.000 sampai 20.000 mahasiswa sehingga secara akumulatif dapat mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya tetapi tidak sampai menjadikan kawasan permukiman sekitarnya menjadi padat.

Pada kawasan yang akan dikembangkan sudah ada kawasan permukiman yang mapan akan tetapi juga terdapat tanah kosong yang cukup untuk mengendalikan perkembangan pada tingkat selanjutnya.

Kawasan yang akan dikembangkan mempunyai aksesibilitas yang cukup tinggi dan ditunjang oleh sistem jaringan utilitas yang memadai.

Kawasan ini harus dapat dikendalikan secara lebih tepat terutama dalam hal pengembangan bangunannya sehingga secara proporsional dapat menciptakan lingkungan yang nyaman.

Melihat kondisi perkembangan yang ada di Kota Malang dan untuk menarik perkembangan wilayah serta dengan memperhatikan kriteria yang ada diatas maka untuk pengembangan kawasan pendidikan tinggi akan diarahkan pada: Bagian Utara Kota arahan pengembangan kawasan perguruan

tinggi ini akan diarahkan pada sekitar Kelurahan Tasikmadu - Tunjung Sekar (Kecamatan Lowokwaru).

Bagian Timur Kota yaitu di sekitar wilayah Gunung Buring yakni sekitar Kelurahan Kedungkandang dan Lesanpuro, sekaligus untuk memacu perkembangan wilayah dan pertumbuhan permukiman di kawasan Gunung Buring dan sekitarnya.

Untuk mendukung pengembangan kawasan strategis pendidikan di kota Malang, maka untuk menyelaraskan perkembangan wilayah dari sisi pengembangan sistem transportasi yang mendukung perkembangan pendidikan maka direncanakan:

1. Pengadaan trayek bus khusus pelajar dan mahasiswa dari kantong-kantong permukiman menuju kawasan-kawasan pendidikan, diutamakan pada tahapan awal yaitu bertumpu pada ruas jalan Jl. Kawi – Jl. Basuki Rachmat – Jl. JA Suprapto serta Jl. Jl.Brigjen S.Riyadi - Jl. JA Suprapto – Jl. Pattimura mengingat pergerakan dengan motivasi aktivitas pendidikan atau belajar terbesar yaitu dari zona zona 9 (Gadingkasri, Oro-Oro Dowo, Bareng) ke zona 6 (Samaan, Lowokwaru, Rampalcelaket, Klojen). Pengadaan bus khusus pelajar ataupun mahasiswa ini diarahkan untuk disediakan dengan sistem kerjasama dengan pihak swasta, misal pabrik gula, serta penyediaan secara mandiri oleh lembaga pendidikan terkait, khususnya untuk lembaga perguruan tinggi yang merencanakan pembangunan kampus yang terpisah dari kampus yang sudah ada saat ini.

2. Pengembangan perhatian khusus pada penyediaan parkir pada kawasan pendidikan dengan arahan fungsi keamanan dan tidak terjadi gangguan baik terhadap kendaraannya serta tidak terjadi kemacetan lalu lintas khususnya pada peak hours aktivitas pendidikan.

3. Pengadaan Zona Selamat Sekolah pada masing-masing kawasan pendidikan (khususnya sekolah dasar) yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian pengemudi terhadap penurunan batas kecepatan di zona selamat sekolah serta memberikan rasa aman kepada para murid yang akan menyeberang di jalan.

B. Kawasan Hankam

Menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis ditijau dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer. Di Kota Malang, kawasan yang digolongkan sebagai kawasan strategis hankam adalah kawasan militer yang terletak di Lapangan Rampal yang terletak di Kecamatan Blimbing dan SKODAM Brawijaya di Kecamatan Klojen.

Selain digunakan sebagai kawasan latihan militer, Lapangan Rampal juga dimanfaatkan sebagai area pertunjukkan/ konser maupun pameran dan juga sebagai kawasan resapan air Kota Malang. Hal ini dikarenakan karena luasan lahan yang cukup besar dan areal tesebut hanya digunakan pada saat musim latihan. Pemanfaatan lain dari lapangan Rampal untuk area pertunjukkan/ konser dan saat ini digunakan untuk kegiatan belanja khusus pada hari minggu sehingga dapat menambah sarana hiburan pada waktu tertentu sekaligus memberikan penambahan pendapatan bagi Kota Malang.

Khusus untuk kompleks militer, pengembangan kawasan sekitar perlu pembatasan, Intensitas kegiatan pada kawasan terbangun harus dikendalikan dan dibatasi secara ketat, yang meliputi ruang utama (kawasan militer), ruang bebas hambatan dan ruang radius pengamanan (ruang transisi). Perlunya pembatasan ruang pada kawasan ini, dimaksudkan untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan di dalam kawasan militer tersebut.

 Meskipun begitu, perlu dilakukan arahan di kawasan militer Kota Malang, antara lain:

1. Pembatasan penggunaan tanah yang memiliki intensitas kegiatan tinggi dan menimbulkan multiplier effect seperti perdagangan dan jasa, dan industri.

2. Untuk mencari alternatif jalan keluarnya diperlukan adanya musyawarah mufakat antara pihak militer, masyarakat dan pemerintah.

C. Kawasan Strategis Ekonomi

Pertumbuhan Kota Malang yang semakin pesat, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Malang sendiri bergerak sangat cepat. Kawasan strategis ekonomi di Kota Malang terbagi menjadi 2 yaitu kawasan perdagangan yang berpusat di sekitar Pasar Besar Kota Malang, serta kawasan sentra industri yang tersebar di setiap kecamatan di Kota Malang seperti sentra industry keripik di Sanan, sentra mubeul di Tunjungsekar, sentra saniter di Karangbesuki, sentra kerajinan rotan di Arjosari. Keberadaan kawasan strategis ekonomi ini khusunya kawasan perdagangan telah didukung dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai serta jaringan utilitas yang mendukung kegiatan di kawasan tersebut. Pengembangan kawasan ini harus didukung oleh semua pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat) karena keberadaan sentra-sentra industri maupun di Kota Malang dapat menjadi salah satu penarik orang untuk berkunjung ke Malang dan tentunya akan meningkatkan pendapatan daerah Kota Malang. Secara lebih jelas akan terlihat pada peta Kawasan strategis ekonomi Kota Malang.

Untuk mendukung pengembangan kawasan strategis ekonomi di sekitar Pasar Besar Kota Malang, maka direncanakan adanya suatu zona pedestrian. Zona ini merupakan bentuk keterkaitan pengembangan kawasan strategis dengan pengembangan sistem jaringan transportasi. Adanya perencanaan konsep pengembangan zona pedestrian didasari pada kondisi penumpukan arus lalu lintas akibat aktivitas ekonomi yang cukup tinggi di sekitar kawasan pasar besar, baik dari kendaraan pribadi, kendaraan umum, maupun pejalan kaki. Untuk menunjang keamanan dan kenyamanan dalam berbelanja, maka kawasan zona pedestrian ini dikembangkan dengan sistem hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan angkutan umum. Rencana pengembangan zona pedestrian ini meliputi :

1. Zona bebas kendaraan pribadi, khusus kendaraan umum dan pejalan kaki yang meliputi ruas jalan : jalan Pasar Besar, jalan Sersan Harun serta jalan Kopral Usman

2. Zona Parkir kendaraan pribadi pada ruas jalan : jalan Wiro Margo, jalan Zainul Arifin serta jalan Kyai Haji Tamin

3. Pengalihan rute kendaraan pribadi melalui rute jalan : direncanakan pada ruas jalan Gatot Subroto, jalan S W Pranoto - jalan Sultan Syahrir, jalan Kyai Haji Tamin, serta jalan KH Agus Salim – jalan Zainul Arifin – jalan KH Ahmad Dahlan.

4. Penyediaan sarana pendukung yang meliputi : lampu penerangan, rambu pejalan kaki, tanaman, telpon umum, tempat sampah, pos keamanan, toilet umum, bangku duduk untuk beristirahat, pemandangan yang mendukung, lintasan jalan yang baik, kanopi yang menyejukkan serta magnet pemandangan lain yang menyebabkan pejalan kaki betah berjalan di kawasan tersebut.

5. Perencanaan konsep zona pedestrian memerlukan adanya suatu studi kajian kelayakan pengembangan yang terkait dengan guide line mengenai tata letak dan denah yang berisi berbagai rancangan dan peta zona tersebut. Tentang tempat parkir, lintas jalan yang akan dilalui, rancangan trotoar yang nyaman untuk pejalan kaki, serta aturan mengenai kapan di berlakukannya zone pejalan kaki.

2. Rencana Penataan Bangunan

Pedoman yang digunakan untuk mengatur dan mengendalikan rencana bangunan, merujuk pada Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dari Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum serta pedoman dan ketentuan umum tata bangunan yang biasanya berlaku di beberapa kota di Indonesia. Pedoman dan ketentuan tersebut adalah mengenai pengaturan tinggi maksimum bangunan, kerenggangan bangunan, jarak muka bangunan dan samping bangunan, serta keamanan terhadap jalur penerbangan rendah (helikopter) dan keamanan pada lintasan jalur terbang pesawat terbang.

Di samping itu masih pula diperlukan pengaturan bagi pengadaan unsur-unsur lingkungan sebagai komponen pendukung wajah kota. Yang termasuk di sini ialah misalnya jaringan utilitas, street furniture, serta ruang terbuka dan tata hijau. Penataan dilakukan baik pada bagian-bagian kawasan di dalam kavling maupun di luar kavling atau public space. Unsur-unsur pendukung ini merupakan hal penting dalam penataan lingkungan, yang fungsinya antara lain 1.Keseimbangan lingkungan, 2. Kemudahan dan kenyamanan bagi umum, 3.Faktor pemersatu estetika lingkungan, 4. Variabel desain (seperti aksen, kontras dan focal point).

Penataan koefisien dasar bangunan pada kawasan-kawasan di Kota Malang diarahkan sebagai berikut :1. Kegiatan komersial Perdagangan pada kawasan pusat kota

Perdagangan pada pusat kota ini memiliki skala pelayanan yang sangat luas, sehingga seluruh kawasan yang memiliki skala pelayanan yang sangat luas, sehingga seluruh kawasan yang dimiliki dapat digunakan sebagai bangunan. Arahan penataan bangunannya adalah : KDB = 90 - 100 %, KLB = 1 - 3,0 dan TLB = 4 - 20 lantai. Dan KDB ini termasuk sistem parkir yang ada di dalam bangunan (off street).

 

Jasa komersial pada kawasan pusat kotaTermasuk didalamnya antara lain show room, biro perjalanan, bank, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah : KDB nya 90 - 100 %, KLB 0,9 - 3,00 dan TLB = 4 - 20 lantai. Dan KDB ini termasuk sistem parkir yang ada di dalam bangunan.

Kawasan perdagangan - jasa yang terletak pada sepanjang jalan utama kota tetapi tidak termasuk dalam kawasan pusat kota. Arahan penataan bangunannya adalah KDB = 90 - 100 %, KLB = 0,9 - 3,0, dan TLB = 4 - 20 lantai. Dan yang perli diperhatikan pada kegiatan ini harus mempuyai sistem parkir off sreet (didalam bangunan) tersendiri selain parkir on street (dipinggir jalan) bagi kegiatan yang banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan kendaraan yang cukup besar.

Kegiatan perdagangan dan jasa yang terletak pada pusat lingkungan dan yang tersebar. Termasuk kegiatan ini adalah pertokoan, toko, warung, bengkel, tukang jahit, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah : KDB = 70 - 80 %, KLB = 0,7 - 1,6, dan TLB = 2 - 6 lantai.

2. Perkantoran Perkantoran pada kawasan pusat kota

Kawasan perkantoran yang terletak pada kawasan ini memiliki skala pelayanan tingkat kota. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,8, dan TLB = 4 - 20 lantai.

  Perkantoran pada lokasi lainnya

Intensitas bangunannya sedang dan pada kawasan ini harus cukup ruang terbuka untuk parkir, upacara, olah raga, serta tempat untuk pejalan kaki. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,2, dan TLB = 3 - 10.

3. Fasilitas Umum Fasilitas umum pada kawasan pusat kota

Termasuk fasilitas ini antara lain adalah kantor pos, kantor telepon, hotel, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,5 - 1,8, dan TLB = 4 - 20.

Fasilitas umum pada kawasan lainnyaTermasuk fasilitas ini antara lain adalah balai pertemuan, gedung serba guna, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,5 - 1,8 %, dan TLB = 1 - 4.

4. Industri Untuk industri yang mempunyai skala pelayanan besar dengan dampak yang besar, maka intensitas

kegiatannya tinggi dan perlu penyediaan ruang terbuka yang cukup. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 50 %, KLB = 0,4 - 1,0, dan TLB = 2 - 4.

Industri yang memiliki skala pelayanan sedang dengan intensitas kegiatan sedang. Pada lokasi industri semacam ini, perlu penyediaan ruang terbuka yang cukup akan tetapi tidak sebesar industri yang mempunyai skala pelayanan besar. Arahan

penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,2, dan TLB =2 - 4. Industri rumah tangga, kegiatan industri ini berada pada kawasan perumahan. Arahan penataan

bangunannya adalah: KDB = 50 - 70 %, KLB = 0,5 - 1,4, dan TLB = 2 - 4 lantai.

5. Perumahan Perumahan kapling besar, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 30 - 50 %, KLB = 0,3 - 1,25 dan

TLB = 1 - 4 lantai. Perumahan kapling sedang, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,50 - 1,2,

dan TLB = 1 - 2 lantai. Perumahan kapling kecil, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 60 - 75 %, KLB = 0,60 - 1,2 dan

TLB = 1 - 2 lantai. Perumahan sangat sederhana, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 60 - 80 %, KLB = 0,6 - 1,6 %

dan TLB = 1 - 2 lantai. Rumah susun, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 20 - 30 %, KLB = 0,80 - 1,20,dan TLB = 10-

20. Perumahan khusus, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 80 - 90 %, KLB = 0,8 - 0,9 dan TLB = 1

lantai. Perumahan pada kawasan perkampungan, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 80 - 90 %, KLB =

0,8 - 1,35, dan TLB = 1 - 2 lantai. Khusus untuk permukiman yang terletak di wilayah Gunung Buring harus dikembangkan dengan kepadatan

bangunan rendah yaitu KDB maksimal 60 %, KLB maksimal 1,2, dan TLB maksimal 1 - 2 lantai.

Dalam pengaturan KDB/KLB ini harus disesuaikan dengan Garis Sempadan Pagar (GSP) dan Bangunan (GSB). Bagi bangunan yang GSB-nya lebih kecil dalam pengertian jarak dari pagar semakin jauh, maka dapat diperbelakukan sistem intensif dalam bentuk pemberian ijin penambahan ketinggian bangunan dengan catatan KLB-nya tetap.