Upload
ridwan-fauzi
View
223
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
power
Citation preview
REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN 20 KV FEEDER PANDEAN LAMPER 5
RAYON SEMARANG TIMUR
WISNU AJI NUGRAHADI21060111110118
Tugas Akhir
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
• Pada rayon Semarang Timur, tercatat bahwa pada bulan maret 2015
feeder GI Pandean Lamper 5 menanggung beban 80%.
• Nilai jatuh tegangan jaringan tegangan menengah feeder PDL.5 melebihi
standar SPLN No. 72 ; tahun 1987 yaitu 5%.
• Adanya perencanaan penambahan feeder baru dari perusahaan listrik
setempat
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan nilai jatuh tegangan pada jaringan distribusi GI Pandean
Lamper 5 (PDL.5) Rayon Semarang Timur sebagai dasar rekonfigurasi
jaringan.
2. Mensimulasikan perbaikan nilai jatuh tegangan dengan metode
penambahan feeder baru yang diasumsikan sebagai PDL.14, serta
menyeimbangkan pembebanan masing-masing fasa trafo pada jaringan
distribusi PDL.5 dan PDL.14 dengan menggunakan ETAP 11.1.1
3. Menganalisis hasil simulasi jaringan distribusi GI Pandean Lamper 5
pada saat sebelum dan setelah dilakukan rekonfigurasi.
B. Maksud dan Tujuan
C. BATASAN MASALAH
1. Data beban dan data peralatan energi listrik yang digunakan adalah data
perusahaan listrik di Rayon Semarang Timur.
2. Data Peta yang digunakan adalah data feeder Pandean Lamper 5 (PDL.5)
Rayon Semarang Timur
3. Perbaikan yang dilakukan hanya dibatasi pada masalah teknis, tidak
memperhitungkan biaya
4. ETAP 11.1.1 hanya menganalisis kondisi eksisting dan hasil rekonfigurasi
jaringan distribusi tegangan menengah, serta nilai jatuh tegangan pada
saluran tegangan menengah.
5. Standar yang digunakan pada penelitian ini adalah SPLN, diantaranya : SPLN
41-8: 1981 “ Hantaran Aluminium Campuran ( AAAC ), SPLN 64: 1985
“Petunjuk Pemilihan dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Distribusi
Tegangan Menengah“.
B. Sistem Distribusi
Sistem distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang terletak antara Gardu Induk dan konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, fungsi dari sistem distribusi tenaga listrik adalah sebagai sub sistem tenaga listrik yang berhubungan langsung dengan pelanggan.
C. Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar jaringan listrik.
Dari gambar diatas dapat ditunjukkan hubungan antara tegangan pada sisi kirim, jatuh tegangan dan tegangan pada sisi terima dengan diagram fasor sbb:
Berikut merupakan gambar diagram saluran distribusi tenaga listrik :
Persamaan nilai jatuh tegangan
VS = VR + ( I R Cos φ + I X sin φ ) (2.1)
Karena faktor (I R Cos φ + I X sin φ) sama dengan I Z saluran, maka
VS = VR + IZ saluran atau VS – VR = IZ saluran
Sehingga ΔV = IZ saluran (2.2)
Kemudian tegangan jatuh juga dapat dirumuskan sebagai berikut
ΔV = Tegangan Pangkal GI (Volt)-Tegangan Paling Ujung (Volt) (2.3)
Analisis Hasil Simulasi
1. Kondisi Eksisting Feeder PDL.5 Semarang Timur
2. Rekonfigurasi Penambahan Feeder PDL.14 Semarang Timur
3. Rekonfigurasi Penambahan Feeder + Pembebanan Fasa Transformator
A. Kondisi Eksisting
Berikut merupakan hasil simulasi kondisi eksisting PDL.5 dengan menggunakan ETAP 11.1.1
Dengan menggunakan salah satu titik lokasi yang memiliki nilai jatuh tegangan tertinggi yaitu titik lokasi PDL 5.72.T2.U15.T6.S10. Berikut merupakan tabel perubahan nilai jatuh tegangan pada setiap variasi pembebanan :
Feeder
Kondisi Pembebanan ΔV
(Volt)
ΔV
(%)
PDL.5 100% 1351 6,76
PDL.5 90% 1225 6,13
PDL.5 82% 1122 5,61
PDL.5 70% 966 4,83
PDL.5 60% 834 4,17
B. Rekonfigurasi Penambahan feeder PDL.14
Berikut merupakan hasil simulasi penambahan feeder PDL.14 dengan menggunakan ETAP 11.1.1
Titik lokasi yang digunakan untuk menunjukkan perubahan nilai jatuh tegangan feeder PDL.X adalah titik PDL.X.72. T2. U15. T6. S10. Sedangkan titik lokasi yang digunakan pada feeder PDL.Y adalah titik PDL.Y. 71. B2. U1. B13. U10. T7. U7. Berikut merupakan tabel perubahan nilai jatuh tegangan pada setiap variasi pembebanan :
Feeder
Kondisi Pembebanan ΔV
(Volt)
ΔV
(%)
PDL.X 100% 854 4,27
PDL.X 90% 773 3,87
PDL.X 82% 708 3,54
PDL.X 70% 608 3,04
PDL.X 60% 524 2,62
Sedangkan tabel perubahan nilai ΔV dengan variasi pembebanan feeder PDL.Y ditunjukkan pada Tabel berikut :
Feeder
Kondisi
Pembebanan
ΔV
(Volt)
ΔV
(%)
PDL.Y 100% 587 2,94
PDL.Y 90% 530 2,65
PDL.Y 82% 485 2,43
PDL.Y 70% 416 2,08
PDL.Y 60% 358 1,79
C. Rekonfigurasi Penambahan feeder PDL.14 + Pembebanan fasa Trafo
No
Feeder
Lokasi
Fasa Trafo Eksisting
Fasa Trafo Rekonfigurasi
Fasa Arus (A) Fasa Arus (A)
1 PDL. X 74 C 7,8 A 7,9
2 PDL. X 87 C 3,9 A 4
3 PDL. X 72.T2.U4.T3 C 7,7 A 7,9
4 PDL. X72 T2.U2.T9.U2.T5 C 3,9 A 4
5 PDL. X72 T2.U2.T9.U2.T8 C 7,7 B 8
Berikut merupakan tabel rekonfigurasi pembebanan trafo 1 fasa yang digunakan untuk menyeimbangkan arus tiap fasa.
No
Feeder
Lokasi
Fasa Trafo Eksisting
Fasa Trafo Rekonfigurasi
Fasa Arus (A) Fasa Arus (A)
6 PDL. X72.T2.U15.T4.U8 C 7,7 A 7,9
7 PDL. X 72.T2.S1.T11.S8 C 7,8 A 7,9
8 PDL. X 72.T2.S15.T2.S8 C 7,8 A 7,9
9 PDL. X 72.T2.S19 C 3,9 A 4
10 PDL. X 85.T7.U1 C 3,9 A 4
11 PDL. X 85.T13.U5 B 3,9 A 4
12 PDL. Y 31.U13.T13 B 8,1 A 8,1
13 PDL. Y 31.U17 B 8,1 C 8,1
14 PDL. Y 85.B3.S5.B5 C 4 B 4
15 PDL. Y 85.B3.S5.B7 B 2 A 2
Pembebanan
Arus ( A) ΔV ( Volt )
Fasa A Fasa B Fasa C Fasa A Fasa B Fasa C
60% 136,3 168,6 210 355,81 440,14 548,21
70% 158,2 195,1 242,6 412,99 509,32 633,32
82% 184 226,2 280,8 480,34 590,50 733,04
90% 201,1 246,8 306 524,98 644,28 798,83
100% 222,2 272 336,7 580,06 710,07 878,97
Pembebanan
Arus ( A) ΔV ( Volt )
Fasa A Fasa B Fasa C Fasa A Fasa B Fasa C
60% 171,3 172 172,8 447,18 449,01 451,10
70% 198,3 199,3 200,1 517,67 520,28 522,37
82% 230,1 231,4 232,1 600,69 604,08 605,91
90% 251 252,5 253,3 625,25 659,16 661,25
100% 276,7 278,6 279,2 722,34 727,30 728,86
Tabel Perubahan Nilai Jatuh tegangan sebelum dilakukan rekonfigurasi pembebanan fasa trafo pada titik lokasi PDLX.72.T2.U15.T6.S10
Tabel Perubahan Nilai Jatuh tegangan setelah dilakukan rekonfigurasi pembebanan fasa
Pembebanan
Arus ( A) ΔV ( Volt )
Fasa A Fasa B Fasa C Fasa A Fasa B Fasa C
60% 106,6 120,2 109,6 296,77 334,63 305,12
70% 123,5 139,2 127 343,82 387,53 353,56
82% 143,5 161,7 147,7 399,50 450,17 411,19
90% 156,7 176,6 161,3 436,25 491,65 449,05
100% 172,9 194,8 178,1 481,35 542,32 495,82
Pembebanan
Arus ( A) ΔV ( Volt )
Fasa A Fasa B Fasa C Fasa A Fasa B Fasa C
60% 112,7 111,8 111,9 313,75 311,24 311,52
70% 130,6 129,6 129,7 363,58 360,80 361,08
82% 151,7 150,6 150,7 422,33 419,26 419,54
90% 165,6 164,4 164,6 461,02 457,68 458,24
100% 182,8 181,5 181,7 508,91 505,29 505,84
Tabel Perubahan Nilai Jatuh tegangan sebelum dilakukan rekonfigurasi pembebanan fasa trafo pada titik lokasi PDLY.71.B2.U1.B13.U10.T7.U7
Tabel Perubahan Nilai Jatuh tegangan setelah dilakukan rekonfigurasi pembebanan fasa
Dari pemaparan diatas terlihat bahwa metode penambahan feeder ditambah dengan pembebanan fasa trafo lebih baik dibanding dengan hanya penambahan feeder. Hal ini terlihat dari nilai jatuh tegangan yang seimbang pada setiap fasanya.
Hasil rekonfigurasi penambahan feeder menunjukkan bahwa nilai jatuh tegangan PDL.X dapat berkurang dari nilai 5,5% menjadi sebesar 3,468% atau sebesar 2,04%.
Hasil rekonfigurasi penambahan feeder ditambah dengan pembebanan fasa trafo menunjukkan nilai jatuh tegangan pada tiap fasa lebih seimbang.
Fasa A Fasa B Fasa C
Sebelum rekonfigurasi 470,836 V 578,862 V 718,474 V
Setelah rekonfigurasi 582,626 V 591,966 V 593,898 V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil simulasi jatuh tegangan pada feeder PDL.5 titik lokasi
72.T2.U15.T6.S10 menunjukkan bahwa pada kondisi pembebanan 100%,
90%, dan 82% nilai jatuh tegangan jaringan tegangan menengah melebihi
standar SPLN 72 1987 yaitu sebesar 5%. Sedangkan pada kondisi pembebanan
70% dan 60% nilai jatuh tegangan berada dibatas standar SPLN. Nilai jatuh
tegangan rata-rata dari kondisi pembebanan 100%, 90%, dan 82%, bernilai
sebesar 6,16% atau sebesar 1232,67 V. Untuk kondisi pembebanan 70% dan
60% nilai jatuh tegangan rata-rata bernilai sebesar 4,5% atau sebesar 900 V.
2. Dengan metode rekonfigurasi penambahan feeder, nilai rata-rata jatuh
tegangan dari 5 kondisi pembebanan PDL.5 dapat direduksi sebesar 2,032%.
Semula nilai jatuh tegangan rata-rata bernilai sebesar 5,5% dan setelah
dilakukan rekonfigurasi penambahan feeder menjadi sebesar 3,468%.
3. Dengan menggunakan metode rekonfigurasi pembebanan fasa, didapatkan nilai
jatuh tegangan terbaik pada setiap fasa. Pada feeder PDL.X dan PDL.Y terlihat
bahwa terjadi perubahan nilai rata-rata jatuh tegangan sebelum dan setelah
dilakukan rekonfigurasi pembebanan fasa. Sebelum dilakukan rekonfigurasi
pembebanan fasa, nilai jatuh tegangan PDL.X fasa A bernilai sebesar 470,836 V,
fasa B sebesar 578,862 V, fasa C sebesar 718,474 V. Kemudian setelah dilakukan
rekonfigurasi pembebanan fasa, nilai jatuh tegangan fasa A bernilai sebesar
582,626V, fasa B sebesar 591,966 V, dan fasa C sebesar 593,898 V. Untuk feeder
PDL.Y, nilai jatuh tegangan rata-rata sebelum rekonfigurasi pada fasa A bernilai
sebesar 391,538 V, fasa B sebesar 441,26 V, dan fasa C sebesar 402,948 V. Setelah
dilakukan rekonfigurasi pembebanan fasa, nilai jatuh tegangan fasa A bernilai
sebesar 413,918 V, fasa B sebesar 410,854 V, dan fasa C sebesar 411,244 V.
4. Rekonfigurasi penambahan feeder ditambah dengan rekonfigurasi
pembebanan fasa trafo dianggap sebagai kondisi dengan nilai jatuh
tegangan terbaik dibandingkan dengan kondisi eksisting ataupun
penambahan feeder. Hal ini karena pada kondisi tersebut, nilai jatuh
tegangan ≤ 5% dan nilai jatuh tegangan tiap fasanya seimbang
1. Studi lebih lanjut dapat dikembangkan dengan analisis perencanaan penambahan feeder dengan memperhitungkan biaya.
2. Studi lebih lanjut dapat dikembangkan dengan menggunakan metode rekonduktor untuk memperbaiki tegangan sistem pada jaringan distribusi 20 kV GI Pandean Lamper rayon Semarang Timur.
3. Studi lebih lanjut dapat dikembangkan dengan menggunakan metode optimasi penempatan kapasitor untuk mengurangi nilai jatuh tegangan pada jaringan distribusi 20 kV GI Pandean Lamper rayon Semarang Timur.
B. Saran