19
THYFOID

Presentation 1

  • Upload
    rina-fs

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

thyfoid

Citation preview

Page 1: Presentation 1

THYFOID

Page 2: Presentation 1

Definisi 

• Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

• Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus

halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan

dengan atau tanpa gangguan kesadaran

Page 3: Presentation 1

Definisi 

Demam Thyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan

bakteremia, perubahan pada sistem RES yang bersifat difus, pembentukan mikroasbes dan

ulserasi Nodus Peyer di distal ileum.

Page 4: Presentation 1

Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella . Salmonella Thyposa Mempunyai 3 macam antigen :

1. Antigen O : Dinding sel

2. Antigen H : Flagel

3. Antigen Vi : Kapsul yang melindungi kuman

Page 5: Presentation 1

MANFES

Masa inkubasi 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)

1. Akhir minggu pertama (HIPERPLASIA)

• Demam sekitar interminten/remiten

• Lidah kotor, mulut kering, mual muntah

• Gambaran gejala saluran nafas atas

• Sakit kepala hebat, tampak apatis, lelah

• Tidak enak di perut dan mungkin kontipasi/ diare, ditemukan splenomegali/ hepatomegali

• Raseola mungkin ditemukan

Page 6: Presentation 1

Minggu kedua (NEKROSIS) • Demam kontinu

• Bradikardia relatif

• Keadaan penderita semakin menurun, apatis, bingung

• Lidah tertutup selaput tebal dan kehilangan nafsu makan

• Nyeri, distensi perut, meteorismus

Page 7: Presentation 1

Minggu Ketiga (ULSERASI)• Disorientasi, bingung, insomnia, lesu dan tidak bersemangat

• Wajah tampak toksik : mata berkilat dan mungkin

kemerahan, kelopak mata cekung, pucat dan flushing di daerah pipi

• Pernafasan cepat dan dangkal

• Abdomen tampak lebih distensi

• Sewaktu-waktu dapat timbul pendarahan dan perforasi

• Pea soap diarrhoea

Page 8: Presentation 1

gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :• Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.

Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi.

minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.

minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun

dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

Page 9: Presentation 1

• Ganguan pada saluran pencernaan

nafas berbau tidak sedap

Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden)

Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue) ujung dan tepinya kemerahan

keadaan perut kembung (meteorismus)

Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan

konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

Page 10: Presentation 1

Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun

walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.

Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

Page 11: Presentation 1

EPIDEMOLOGIInsiden pasien demam tifoid dengan usia 12 – 30 tahun 70 – 80 %,

usia 31 – 40 tahun 10 – 20 %, usia > 40 tahun 5 – 10 %.

Menurut penelitian Simanjuntak, C.H, dkk (1989)

Jawa Barat terdapat 77 % penderita demam tifoid

pada umur 3 – 19 tahun dan tertinggi

pada umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per 100.000

penduduk. Insiden rate pada umur 0 – 3 tahun

sebesar 263 per 100.000 penduduk.

Page 12: Presentation 1

Sumber Penularan (Reservoir)

Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi

ke manusia melalui makanan dan minuman

yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid

Page 13: Presentation 1

Komplikasi

1. Komplikasi Intestinal

• Perdarahan Usus : Sekitar 25% penderita demam tifoid

dapat mengalami perdarahan minor yang

tidak membutuhkan tranfusi darah.

Secara klinis perdarahan akut darurat bedah

ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

• Perforasi Usus : Tanda perforasi lainnya adalah

nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.

• Peritonitis

Page 14: Presentation 1

2. Komplikasi Ekstraintestinal

kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis,

trombosis dan tromboflebitis.

darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi

intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis

hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis

ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis

tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis

neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,

polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.

Page 15: Presentation 1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah tepi: Anemia, Leukositosis, leukopenia, Leukosit normal, dan Trombositopenia

2. Identifikasi bakteriologis melalui isolasi / Biakan: Menemukan bakteri

S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots.

3. Uji serologis:

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

4. Pemeriksaan SGOT dan SGPT : SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat

tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya Typhus Abdominalis.

Page 16: Presentation 1

5. Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Deteksi antibodi IgG, IgM dan IgA thd antigen LPS O9 Deteksi antibodi IgG thd antigen

flagella d (Hd) dan Deteksi antibodi thd antigen Vi S. typhi. (double antibody sandwich

ELISA)

6. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) DOT

Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada membran luar S.typhi, Hasil positif dapat

ditemukan 2-3 hari, Sensitifitas dan spesifitas baik.

7. Identifikasi Bakteriologis Secara Molekuler

Mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik

hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction

(PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.

kekurangan: risiko kontaminasi, biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit

Page 17: Presentation 1

Penatalaksanaan:Pengobatan Typhus Abdominalis menurut Widodo (2006) terdiri atas 3 bagian yaitu dengan

perawatan, diet, dan obat-obatan (medikasi).

1. Perawatan : Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih

selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi pendarahan

usus atau perforasi usus.

2. Diet: Makanan harus cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh

mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.

3. Obat-obatan:

a. Obat-obat anti mikroba yang sering di pergunakan ialah: Kloramfenikol, Cotrimoksazol dan

Tiamfenikol; obat anti mikroba yang dapat meredakan demam dengan cepat.

b. Obat-obat anti biotik yang sering dipergunakan ialah : Ampicillin dan Amoksisilin,

Cefalosforin generasi ketiga(Sefiperazon, Ceftriakson, dan Cefotaxim efektif )untuk

demam,Fluorokinolon.

Page 18: Presentation 1
Page 19: Presentation 1

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:

• Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

• Perubahan nutrisi kuran dari kebutuhan tubuh b.d

intake yang inadequate

• Nyeri berhubungan dengan proses penyakit

(Hepatomegali,Splenomegali )