Upload
rina-fs
View
215
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
thyfoid
Citation preview
THYFOID
Definisi
• Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.
• Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus
halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran
Definisi
Demam Thyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakteremia, perubahan pada sistem RES yang bersifat difus, pembentukan mikroasbes dan
ulserasi Nodus Peyer di distal ileum.
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella . Salmonella Thyposa Mempunyai 3 macam antigen :
1. Antigen O : Dinding sel
2. Antigen H : Flagel
3. Antigen Vi : Kapsul yang melindungi kuman
MANFES
Masa inkubasi 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
1. Akhir minggu pertama (HIPERPLASIA)
• Demam sekitar interminten/remiten
• Lidah kotor, mulut kering, mual muntah
• Gambaran gejala saluran nafas atas
• Sakit kepala hebat, tampak apatis, lelah
• Tidak enak di perut dan mungkin kontipasi/ diare, ditemukan splenomegali/ hepatomegali
• Raseola mungkin ditemukan
Minggu kedua (NEKROSIS) • Demam kontinu
• Bradikardia relatif
• Keadaan penderita semakin menurun, apatis, bingung
• Lidah tertutup selaput tebal dan kehilangan nafsu makan
• Nyeri, distensi perut, meteorismus
Minggu Ketiga (ULSERASI)• Disorientasi, bingung, insomnia, lesu dan tidak bersemangat
• Wajah tampak toksik : mata berkilat dan mungkin
kemerahan, kelopak mata cekung, pucat dan flushing di daerah pipi
• Pernafasan cepat dan dangkal
• Abdomen tampak lebih distensi
• Sewaktu-waktu dapat timbul pendarahan dan perforasi
• Pea soap diarrhoea
gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :• Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi.
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.
minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun
dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
• Ganguan pada saluran pencernaan
nafas berbau tidak sedap
Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden)
Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue) ujung dan tepinya kemerahan
keadaan perut kembung (meteorismus)
Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan
konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun
walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.
Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
EPIDEMOLOGIInsiden pasien demam tifoid dengan usia 12 – 30 tahun 70 – 80 %,
usia 31 – 40 tahun 10 – 20 %, usia > 40 tahun 5 – 10 %.
Menurut penelitian Simanjuntak, C.H, dkk (1989)
Jawa Barat terdapat 77 % penderita demam tifoid
pada umur 3 – 19 tahun dan tertinggi
pada umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per 100.000
penduduk. Insiden rate pada umur 0 – 3 tahun
sebesar 263 per 100.000 penduduk.
Sumber Penularan (Reservoir)
Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi
ke manusia melalui makanan dan minuman
yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid
Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
• Perdarahan Usus : Sekitar 25% penderita demam tifoid
dapat mengalami perdarahan minor yang
tidak membutuhkan tranfusi darah.
Secara klinis perdarahan akut darurat bedah
ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
• Perforasi Usus : Tanda perforasi lainnya adalah
nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.
• Peritonitis
2. Komplikasi Ekstraintestinal
kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis,
trombosis dan tromboflebitis.
darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis
hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi: Anemia, Leukositosis, leukopenia, Leukosit normal, dan Trombositopenia
2. Identifikasi bakteriologis melalui isolasi / Biakan: Menemukan bakteri
S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots.
3. Uji serologis:
Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :
a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut
b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi
c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.
4. Pemeriksaan SGOT dan SGPT : SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya Typhus Abdominalis.
5. Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Deteksi antibodi IgG, IgM dan IgA thd antigen LPS O9 Deteksi antibodi IgG thd antigen
flagella d (Hd) dan Deteksi antibodi thd antigen Vi S. typhi. (double antibody sandwich
ELISA)
6. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) DOT
Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada membran luar S.typhi, Hasil positif dapat
ditemukan 2-3 hari, Sensitifitas dan spesifitas baik.
7. Identifikasi Bakteriologis Secara Molekuler
Mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik
hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction
(PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.
kekurangan: risiko kontaminasi, biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit
Penatalaksanaan:Pengobatan Typhus Abdominalis menurut Widodo (2006) terdiri atas 3 bagian yaitu dengan
perawatan, diet, dan obat-obatan (medikasi).
1. Perawatan : Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi pendarahan
usus atau perforasi usus.
2. Diet: Makanan harus cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
3. Obat-obatan:
a. Obat-obat anti mikroba yang sering di pergunakan ialah: Kloramfenikol, Cotrimoksazol dan
Tiamfenikol; obat anti mikroba yang dapat meredakan demam dengan cepat.
b. Obat-obat anti biotik yang sering dipergunakan ialah : Ampicillin dan Amoksisilin,
Cefalosforin generasi ketiga(Sefiperazon, Ceftriakson, dan Cefotaxim efektif )untuk
demam,Fluorokinolon.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
• Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
• Perubahan nutrisi kuran dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang inadequate
• Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(Hepatomegali,Splenomegali )