Upload
yanuarrifqiamrulloh
View
32
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
soal bimbingan koasss
Citation preview
Ukmppd
Its no hardPEDIATRIC
Yanuar r i fk i A ,MD
Tim UKMPPD
Ikterik neonatorum
Sepsis neonatorum
Resusitasi neonatus
Sindrom Distres nafasPERINATOLOGI
Trauma persalinan
RESUSITASI NEONATUS
Rekomendasi utama untuk resusitasineonatus
• jika pada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dilakukan LANGKAH AWAL resusitasi:1. Berikan kehangatan2. Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka
kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan pengisapan pada mulut hingga orofaring kemudian hidung.
3. Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit tengadah.
• Langkah awal diselesaikan dalam waktu ≤ 30 detik.
Ventilasi tekanan positif (VTP)
• Ventilasi Tekanan Positif (VTP)– VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal
didapatkan salah satu keadaan berikut:• Apnu• Frekuensi jantung < 100 kali/menit• Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen
aliran bebas. Pernapasan awal dan bantuan ventilasi• VTP menggunakan balon_sungkup diberikan selama 30 detik
dengan kecepatan 40- 60 kali/menit ~ 20-30 kali/30 detik.• Pastikanlah bahwa dada bergerak naik turun tidak terlalu tinggi
secara simetris.• Lakukan penilaian setelah VTP 30 detikKattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909–S919.
VTP + Kompresi
• Frekuensi jantung < 60 detik setelah VTP 30 detik
• Lakukan VTP + kompresi dada 30 detik dengan kecepatan 3 kompresi : 1 ventilasi selama 2 detik.
Intubasi + obat obatan
INTUBASI• Intubasi Endotrakea dilakukan
pada keadaan berikut:• Ketuban tercampur mekonium
& bayi tidak bugar• Jika VTP dengan balon &
sungkup tidak efektif• Membantu koordinasi VTP &
kompresi dada• Pemberian epinefrin untuk
stimulasi jantung• Indikasi lain: sangat prematur &
hernia diafragmatika.
OBAT OBATAN (Epineprin)• Indikasi : Setelah pemberian VTP
selama 30 detik dan pemberian secara
• terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jan tung tetap < 60kali/menit.
• Cara pemberian & dosis :– Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 – Melalui vena umbilikalis
(dianjurkan) : 0.1-0.3 mL/kgBB– Melalui pipa endotrakea : 0.3-
1.0 mL/kgBB
Kapan resusitasi di hentikan
• Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.
• Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi.
• Persilakan ibu memegang bayinya jika ia menginginkan.
Mengapa APGAR tidak di gunakan selama resusitasi?
• Tindakan resusitasi harus dimulai sebelum perhitungan APGAR• Nilai APGAR berguna untuk pemberian informasi tentang :
– Status bayi secara keseluruhan– Respons terhadap resusitasi
SINDROM DISTRES NAFAS
HIALIN MEMBRAN DISEASE (HMD)
• Sering pada bayi premature• Etiologi
– Deficiensi surfactankolaps a lveoli saat akhir ekspirasi
– Surfactan di bentuk oleh sel Pneumonosit tipe II
• Manifestasi klinis – Sesak nafas dalam 24 jam pertama– Takipnoe (frekwensi > 60x– Gruting(merintih)– Sianosis
Pemeriksanan penunjang
• Pulse Oxymeter• Radiologi
– Ground glass apperance or retikulo granuler
Tatalaksana• Umum
– Jaga kehangatan,bersihkan jalan nafas
• Khusus– Endotrachealtube(ETT)– Continuous positive airway
pressure (CPAP)– Surfactant replacement– Pemberian Cortocosteroid
pada ibu hamil (<34 minggu)
TRANSIENT TAKIPNOE OF NEW BORN / WET LUNG
• Faktor resiko: – SC, Hipoksia janin atau asfiksia
berat, Ibu mengalami sedasi, Polihidramnion
• Klinis– Cukup bulan/kurang bulan – Sesak napas saat atau segera
setelah lahir – Sesak akan membaik dalam 24
jam pertama, menghilang dalam 72 jam
• Foto RO– peningkatan corakan
perihilar, hiperinflasi, lapangan paru perifer bersih.
• Tatalaksana – Observasi. Tidak ada
penanganan khusus – Makanan per oral setiap 3
jam melalui sonde lebih dianjurkan
SINDROM ASPIRASI MEKONIUM
• Hipoksia janin Mekonium keluar & janin gaspingCairan amnion yang terkontaminasi mekonium terhirup ke larings dan trakheaMekonium masuk saluran napas lebih kecil dan alveolusKerusakan paru
• Klinis – Cukup/lebih bulan– Cairan amnion terkontaminasi
mekonium – Mekonium tampak/dapat
dihisap dari saluran napas atas (bantuan laringoskop)
– Kulit bayi diwarnai mekonium – Sesak napas segera setelah
lahir
• Pemeriksaan Ro – Air Traping & Patchy
Opachity
• Penatalaksanaan– Pencegahan
membersihkan jalan nafas– Tidak ada pengobatan
spesifik – Kasus berat ventilator /
ECMO – Pengawasan ketat
terhadap komplikasi
Gambaran Radiologi : Air Traping & Patchy Opachity
PNEUMONIA NEONATAL
• Dihubungkan dengan sepsis neonatal (terdapat faktor risiko sepsis)
• Gejala timbul 12 jam-1 hari pertama
• Disebabkan infeksi intrauterin atau selama persalinan. umumnya infeksi bakterialis.
• Pada bayi prematur, infeksi E. coli merupakan penyebab yang biasa ditemukan.
• Saat lahir : Komplikasi dari Korioamnionitis
• Setelah lahir : infeksi nasokomial • Klinis : Pus cells dan bakteri pada
cairan lambung• Foto toraks : daerah paru-paru
yang kolaps dan konsolidasi • Tata laksana
– Suportif – Antibiotika
SEPSIS NEONATORUM
• Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
• Klasifikasi 1. Early Onset = 3 hari pertama, awitan tiba-tiba, cepat berkembang
menjadi syok septik (Group B Streptococcus (GBS)) 2. Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1 minggu, ada fokus
infeksi, sering disertai meningitis (Coagulase-negative Staphylococcus) • Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik → diperlukan skrining
dan pengelolaan faktor risiko
Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.
Kelompok temuan yg berhubungan dengan sepsis
• Kecurigaan besar sepsis bila a. Bayi umur sampai dengan usia 3 hari Riwayat ibu dengan infeksi
rahim, demam dengan kecurigaan infeksi berat, atau ketuban pecah dini
b. Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada kategori B Bayi usia lebih dari 3 hari Bayi memiliki dua atau lebih temuan Kategori A atau tiga atau lebih temuan Kategori B
• Penatalaksanaan – Suportif– Antibiotik
IKTERIK NEONATORUM
• Ikterus (jaundice) adalah diskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
• Secara klinis akan tampak jika – Dewasa tampak kuning bila kadar
bilirubin serum >2 mg/dL, – Neonatus bila kadar bilirubin >5
mg/dL.
Klasifikasi
Ikterus fisiologis: • Awitan terjadi setelah 24 jam • Memuncak dalam 3-5 hari,
menurun dalam 7 hari (pada NCB)
• Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus non fisiologis: • Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
– Penyakit hemolitik pada BBL: Inkompatibilitas Rh,ABO
– Infeksi ; TORCH, malaria, bakteri – Defisiensi enzim G6PD
• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam • Tingkat cutoff> 15 mg/dl pada NCB • Ikterus bertahan> 8 hari pada NCB, >
14 hari pada NKB – Sepsis, Hematoma sefal,Hepatitis
neonatal Atresia biliaris Breastmilk jaundice Kelainan metabolik
• Ikterik pada 24 jam pertama– Inkompabilitas RH & ABO , perdarahan tersembunyi,
sepsis, atau infeksi intrauterine(sifilis, rubella, dan toxoplasmosis kongenital)
• Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 – Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome dan
breast feeding jaundice• Ikterik yg muncul setelah hari ke-3 & dalam minggu
pertama– Sepsis bacterial atau infeksi
• Ikterik yang muncul sesudah satu minggu – breast milk jaundice, septicemia, atresia congenital,
hepatitis, galaktosemi, hipotiroidisme, anemia hemolitik kongenital (spherocytosis), anemia hemolitik akibat obat.
• Ikterik yang persisten selama satu bulan – Ada ya obtrusi ( Atresia bilier,kolestasis joundice)
Ikterik ec hemolitik
Inkompabilitas RH• Ibu RH(-),Anak RH(+)
Inkompabilitas ABO• Ibu Ibu O, anak A /B• Ibu A, anak B• Ibu B, anak A
Ikterik ec ASI
Breastfeeding jaundice
• Timbul pada hari ke-2 atau ke-3
• Penyebab: asupan ASI kurang
• Tata laksana: Teruskan ASI
Breastmilk jaundice
• Kadar bilirubin meningkat pada hari 4-7
• Dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa penyebab ikterus lainnya
• Penyebab: menurunnya kemampuan hati mengkonjugasi bilirubi indirek
• Tata laksana:penghentian ASI sementara
Kolestasis (Cholestatic Liver Disease)
• Definisi : Keadaan bilirubin direk > 1 mg/dl bila bilirubin total < 5 mg/dl, atau bilirubin direk >20% dari bilirubin total bila kadar bil.total >5 mg/dl
• Kolestasis : – Hepatoselular (Sindrom hepatitis neonatal) – Obstruktif (Kolestasis ekstrahepatik)
• Sign and Symptom : – Jaundice– dark urine and pale stools– nonspecific poor feeding and sleep disturbances– bleeding and bruising, – seizures
Kramer Rule’s
Kramer Ikterik Bilirubin totalKramer I Kepala - Leher 5-7 mg/dlKramer II Dada& punggung 7-10 mg/dl
Kramer III Perut (bawah umbilicus) - Lutut
10-13 mg/dl
Kramer IV Lengan & ekstremitas bawah (di bawah lutut)
13-17 mg/dl
Kramer V Tangan (telapak tangan), kaki, hingga ujung jari
> 17 mg/dl
Penatalaksanaan
• Fototerapi– NCB-SMK: bil tot ≥ 12 mg/dl– NKB sehat: bil tot > 10 mg/dl
• Transfusi tukar– Bil indirek ≥ 20 mg/dl– Digunakan bil indirek karena ditakutkan kernikterus
• Komplikasi – Kern Ikterik : Bilirubin indirek
bersifat lipofilik Peningkatan bilirubin indirek menembus sawar darah otak ensefalopati bilirubin (kernikterus)
– Biasanya kadar bilirubin > 20 mg/dl
TRAUMA PADA BAYI BARU LAHIR
TRAUMA KEPALAPembengkakan ekstrakranial
Meningkat setelah lahir
Melintasi garis sutura
Meningkat kehilangan darah akut
Kaput suksadenum Lunak, lekukan Tidak Ya Tidak
Sefal hematoma Padat, tegang Ya Tidak Tidak
Hematoma subgaleal Padat berair ya ya Ya
TRAUMA PLEXUS BRACHIAL
Tipe Erb Duch • Superior trunk (C5-C6)• Proximal
– Lengan atas aduksi dan endorotasi
– Bawah lengan di ekstensi dan pronasi
• Postur “Waiters trip”• Kehilangan sensibilitas di
daerah bahu• Refleks biceps menurun
Tipe Klumpke • Inferior trunk (C8-Th1)• Kelemahan otot dan atrofi dari
tangan dan jari.• Kehilangan sensibilitas di
bagian medial atas lengan,bawah lengan,dan bagian ulnar tangan
• Refleks ulnar menurun• Refelk Monro (-)
Erb’s Palsyhttp://orthoinfo.aaos.org/figures/A00077F01.jpg
Sepsis neonatorum
CHD (PJB)
Penyakit jantung di dapat
Kardiologi
Trauma persalinan
CONGETIAL HEART DISEASE (PJB)
• KlasifikasiCHD
Asianotik
ASD
VSD
PDA
Coartasio Aorta
Sianotik
TOF
TGA
ASIANOTIK (Shunt L-R)
ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD) • Defect antara Atrium kanan
–kiri fossa ovale gagal menutup
• Shunt L-R • Chinical Key : Fixed Spliting
S2
VENTRIKEL SEPTAL DEFECT (VSD)
• Defek antara Ventrikel Ka – Ki
• Shunt L – R Asianotik• Jika Shunt R – L Sindrom
eismengerSianotik• Clinical Key : Bising
pansiltolik kasar garis sternal bawah
Cont”d
PATEN DUCTUS ARTERIOUS (PDA)
• Duktus arterious tetap terbuka antara Left Pulmonary Artery (LPA)- Aorta
• Tekanan Aorta >>, aliran aorta – LPA
• Clinical key : Countinoue machynari murmur
Con”t
COARTASIO AORTA • Ada
SIANOTIK (Shunt R-L)
TETRALOGI OF FALLOT(TOF) • 4 KELAINAN
1. VSD2. Overiding Aorta3. Stenosis Pulmonal4. RVH
• Klinis – Cyanotic spell: biru jadi
tambah biru karena sistemik perifer resistance ↓ (nangis).
– Squatiing:Dapat diperbaiki dengan cara ↑ resistensi perifer (jongkok)
– Clinical key : Murmur ejeksi sistol pada garis sternal kiri atas
– Foto RO : Boot and Shape
Cont”d
PENYAKIT JANTUNG DI DAPAT
PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR) • Penyakit jantung reumatik / Rheumatic hear disease(RHD)
merupakan komplikasi dari Rheumatic fever (RF). • Gejala RF salah satunya Pharyngitis diakibatkan group A beta-
hemolytic streptococcal.
Kriteria Diagnosa (Jhones Kriteria)
Diagnosa • 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor di tambah• Bukti adanya Infeksi Stretococus Biakan (+),ASTO ↑
Kriteria Mayor Kriteria Minor
Poliartitis Demam
Erytema marginatum Poliatralgia
Chorea EKG : Interval P-R memanjang
Nodul Subcutan Lab : CRP ↑,LED ↑,Leukositosis
Karditis
Banyak artis ,pakai baju merah,pergi ke korea ,buat makan mie,bayarnya make karu kredit,disana malah kepanasan.
Kelaina katup terus ada murmur Ingat Jgn di buat susah
Pneumonia
Bronkiolitis
Tb pada anak
AsmaPulmonologi
Sindrom Croup
TUBERKULOSIS
• Gejala respiratori infeksi tb pada anak tidak khas,gejala yg sering muncul– Demam lama (lebih dari 2
minggu) dengan penyebab tidak jelas
– Nafsu makan tidak ada (anoreksia)
– Berat badan turun atau gagal tumbuh
– Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple.
– Batuk lama lebih dari 3 minggu dan sesak napas.
• Ingat diagnosa TB pada anak harus di lakukan dengan sistem Skoring TB
• Skor utama yg mudah di ingiat adalah yg nilainya 3 yaitu, kontak dgn penderita TB dgn BTA (+) dan tes mantoux (+)
• Jika score ≥ 6 mulai terapi• Jika kurang dari 6 maka:
– Beri Profilaksis primer jika ada paparan
– Beri profilaksis sekunder jika ads bukti infeksi
– Mantoux (-) dab belum BCG maka beri Imunisasi asal umur < 5 tahun
Sistim skoring TB pada anak
Pemeriksaan penunjang
Tes mantoux • Cara
– Suntukan 0,1 ml PPD RT-23 atau PPD S %TU IC di bagian volar bawah
• Interprestasi – Dibaca stlh 48-72 jam – Prinsip Hypersensitivitas tipe IV– Ukur Indurasi yg timbul
• ≥ 10 mm :Positif• 5 – 9 mm: meragukanUlangi• 0 – 4 mm :Negatif• Pada Imunokompromised : ≥ 5
mm Positif
• Hasil Positif– Infeksi TB alamiah– Imunisasi BCG– Infeksi mikobaterium
atipik• Hasil Negatif
– Tidak ada infeksi TB– Dalam masa inkubasi
infeksi TB – Anergi
Profilaksis & Pengobatan
• Kemoprofilaksis primer– Diberikan untuk mencegah infeksi– Diberikan pada anak dengan
kontak TB (+) tetapi uji tuberkulin (-)
– Obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
• Kemoprofilaksis sekunder– Diberikan untuk mencegah sakit
TB– Diberikan pada kontak TB (+), uji
mantoux konversi (+),tetapi klinis (-), Ro (-)
– Obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-9 bulan
• Kontak dinilai dengan adanya kontak dengan pasien TB di sekitar lingkungan
• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux• Disease dinilai dengan TB scoring
menurut WHO
Class Contact Infection Disease Management0 - - - -
I + - - 1st proph.
II + + - 2nd proph.
III + + + OAT thera.
Pengobatan
• Diberikan pada score 6• Regimen : 2RHZ/4RH
ASMA
• Definisi– Gangguan inflamasi kronik
saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
– Inflamasi kronik mengakibatkan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang:• mengi, sesak napas, dada
terasa berat, dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
– Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi & seringkali bersifat reversibel.
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, GINA Up Dated 2012, Page 16 Downloaded from www.ginasthma.org
Klasifikasi derajat serangan asma pada anakGejala dan tanda Derajat seran Keadaan
Ringan Sedang Berat Mengancam jiwaSesak napas Berjalan Berbicara IIstirahat
Posisi Dapat tidur terlentang
Duduk Duduk membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk,gelisah
,kesadaran menurun
Frekuensi napas <20/ menit 20-30/ enit > 30/menit Nadi < 100 100 –120 > 120 BradikardiaPulsus paradoksus -
10 mmHg+ / - 10 – 20 mmHg +
> 25 mmHg-
Kelelahan ototOtot Bantu Napas dan retraksi suprasternal
- + + Torakoabdominal paradoksal
Mengi Akhir ekspirasi paksa
Akhir ekspirasi Inspirasi&Ekspirasi Silent Chest
APE > 80% 60 – 80% < 60%
PaO2 > 80 mHg 80-60 mmHg < 60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%
Klasifikasi derajat Asma pada anak
Bagaimana cara mengetahui asma terkotrol / tidak • Asma Control test
Versi gampanganya
• Tatalaksana serangan– Inhalasi β2 agonis rapid
acting ; 2-4 puff setiap 20 menit utk 1 jam pertama Kemudian 2-4 puff setiap 3-4 jam(untuk mild exsaserbasi),6-10 puff setiap 1-2 jam (untuk moderat exsaserbasi).
– Oral Glococorticoid : 0,5-1mg/kgbb(prednisolone dalam 24 jam.(pada serangan moderat&serve)
– 02
• Tatalaksana Rawat jalan– Sterp 1 β2 agonis rapid
acting(tanpa controler)– Step 2 (β2 agonis rapid acting
& low dose inhalasi corticosteroid)
– Step 3 (β2 agonis rapid-acting+low dose ICS + LABA)
BRONKIOLITIS
• Definition: Infection (inflammation) at bronchioli
• Etiologi – Paling sering adalah
respiratory syncytial virus (RSV)
• Predominantly < 2 years of age (2-6 months)
• Difficult to differentiate with pneumonia and asthma
Bronkiolitis-Phatogenesis
• Invasi virus inflamasi akumulasi mukus, debris dan edema obstruksi bronkiolus pada fase inspirasi dan ekspirasi ada mekanisme ‘klep’ yang menyebabkan air trapping overinflasi dada ventilasi turun dan hipoksemia frekuensi napas naik; pada keadaan berat dapat terjadi hiperkapnia, obstruksi todal dapat menyebabkan atelektasis
• Manifestasi Klinis – Terjadi pada anak <2 tahun
(2-6 bulan)– Batuk di sertai dengan gejala
rhinorea– Sesak nafas,retraksi,whezing– Demam ringan
• Pemeriksaan fisik– expiratory effort,retraksi(+)– Whezing expiratori,expiratori
memenjang
• Pemeriksaan penunjang – foto RO AP-lateral :air
trapping– AGD
• Hiperkarbia• Asidosis
metabolik/respiratorik
Bronkiolitis management• Mild disease
– Symptomatic therapy• Moderate to Severe diseases
– Life Support Treatment : O2,– IVFD– Etiological Treatment
• Antibiotic (if etiology bacteria)– Symptomatic Therapy
• Bronchodilator: controversial• Corticosteroid: controversial
(not effective)
PNEUMONIA
• Tanda utama menurut t WHO: fast breathing & lower chest indrawing .
• Signs and symptoms :– Non respiratory: fever,
headache, fatigue, anorexia, lethargy, vomiting and diarrhea, abdominal pain
– Respiratory: cough, chest pain, tachypnea , grunting, nasal flaring,subcostal retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)
Fast breathing (tachypnea)Respiratory thresholdsAge Breaths/minute< 2 months 602 - 12 months 501 - 5 years 40
Cont”d
• Pemeriksaan fisik – Inspeksi:
• Pemeriksanaan penunjang – RO