18

PRESIDEN, SELAKU KEPALA PEMERINTAHAN KEUANGAN …bagianpbj.kutaibaratkab.go.id/wp-content/uploads/2019/02/2-Sosi... · sesuai bidang tugasnya selaku aparat penegak hukum. 2)

Embed Size (px)

Citation preview

PRESIDEN, SELAKU KEPALA PEMERINTAHANMEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAANKEUANGAN NEGARA SEBAGAI BAGIAN DARIKEKUASAAN PEMERINTAHAN.

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAA. DIKUASAKAN KEPADA :

1. MENTERI KEUANGAN;2. MENTERI TEKNIS/PIMPINAN LEMBAGA.

B. DISERAHKAN KEPADA :GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA.

(PSL 6 AYAT (1) DAN (2) UU NO.17/2003 TENTANGKEUANGAN NEGARA)

PENGELOLAAN

KEUANGAN NEGARA

A. MENYUSUN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKATDAERAH YANG DIPIMPINNYA;

B. MENYUSUN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN;C. MELAKSANAKAN ANGGARAN SATUAN KERJA

PERANGKAT DAERAH YANG DIPIMPINNYA ;

D. MELAKSANAKAN PEMUNGUTAN PENERIMAAN BUKANPAJAK;

E. MENGELOLA UTANG PIUTANG DAERAH YANG MENJADITANGGUNG JAWAB SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAHYANG DIPIMPINNYA;

F. MENGELOLA BARANG MILIK/KEKAYAAN DAERAH YANGMENJADI TANGGUNG JAWAB SATUAN KERJA PERANGKATDAERAH YANG DIPIMPINNYA;

G. MENYUSUN DAN MENYAMPAIKAN LAPORAN KEUANGANSATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH YANG DIPIMPINNYA.

4

1. Korupsi yang terjadi di Lingkungan Legislatif dan Eksekutif baik dipusat m

aupun didaerah, tidak terlepas dari kecenderungan DPR/DPRD yang lebih

banyak memerankan fungsi BUDGETING daripada fungsi Legislasi dan Pe

ngawasan;

2. Pelaksanan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan salah kaprahnya impleme

ntasi Otonomi Daerah, menjadikan maraknya korupsi yang melibatkan pej

abat daerah;

3. Implementasi sistem DESENTRALISASI dan DEKONSENTRASI telah meni

mbulkan dampak pemekaran daerah baru;

4. Instrumen hukum dalam pengelolaan keuangan daerah yang beragam dan

menimbulkan peluang terbukanya multi tafsir;

5. Tertundanya pengesahan APBD merupakan fenomena yang kerapkali terja

di,sehingga banyak kegiatan dan proyek yang dilaksanakan di daerah dital

angi dahulu oleh BIAYA SILUMAN.

INTEL –

DATUN

REPRESIF

ULTIMUM

REMEDIUM

INTEL

PIDSUS PIDUM

DISKRESI KEUANGAN TIDAK BISA DIPIDANAKAN. KALAU KESALAHAN ADMINISTRASI, HARUS

DILAKUKAN APARAT INTERNAL PENGAWASAN PEMERINTAH, KARENA ITU DIJAMIN UU 30/2014

TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAH

APARAT DALAM MELIHAT KERUGIAN NEGARA HARUS KONKRET YANG

BENAR-BENAR ATAS NIAT UNTUK MENCURI. KALAU NIAT MENCURI, FORUM

MUFAKAT JAHAT, SILAKAN. TETAPI JANGAN KEMUDIAN ASUMSI, PERSEPSI,

PRADUGA

TIDAK BOLEH DILAKUKAN EKSPOSE TERSANGKA SEBELUM DILAKUKAN PENUNTUTAN.

JANGAN EUFORIA, TUNTUTAN PUBLIK

TINDAKAN ADMINISTRASI PEMERINTAH TERBUKA JUGA DILAKUKAN TUNTUTAN

SECARA PERDATA, TIDAK HARUS DIPIDANAKAN. KALAU ADA ORANG, ATAU

LEMBAGA YANG MELAKUKAN KERUGIAN YANG SIFATNYA PERDATA, TIDAK HARUS

DIPIDANAKAN. DIA HANYA CUKUP MELAKUKAN PENGEMBALIAN

BPK DAN BPKP JIKA MELIHAT ADA INDIKASI KESALAHAN ADMINISTRASI

KEUANGAN NEGARA, DIBERI WAKTU 60 HARI UNTUK PERBAIKAN. DALAM MASA

PERBAIKAN 60 HARI ITU, APARAT KEPOLISIAN, KEJAKSAAN, APARAT PENEGAK

HUKUM TIDAK BOLEH INTERVENSI

Optimalisasi Whistle

Blowing System (WBS)

Pelaksanaan Kewajiban

Laporan Harta Kekayaan

(LHKPN)

Transparansi Pengangkatan

Pejabat

Peningkatan Keterbukaan

Proses Penanganan Hukum

Data Base Terpadu

di semua Penegak Hukum

Pelaksanaan Koordinasi

dengan KPK

Publikasi Reguler PNBP

dari Penanganan Perkara

TRANSPARANSI ASET SITAAN

DAN RAMPASAN

OPTIMALISASI UU PENCUCIAN UANG

OPTIMALISASI UANG PENGGANTI

Pertimbangan1) Inpres No. 7 Tahun 2015 untuk meningkatkan

pencegahan TPK di Institusi Pemerintahan agarberlangsung efektif dan optimal ;

2) Pidato Presiden RI pada HBA ke 55 tgl 22 Juli 2015pemberantasan TPK bertujuan meningkatkankesejahteraan rakyat dgn menjaga kelancaran programpembangunan sehingga kejaksaan RI memandangperlumemberikan pendampingan kepada PejabatPemerintahan terkait Akselerasi Pembangunan danProgram2 strategis pembangunan nasional ;

3) Sebagai lembaga penegak hukum berperan mendukungkeberhasilan penyelenggaraan pemerintahan danpembangunan nasional dipusat/daerah melaluipengawalan dan pengamanan dlm keg. Perencanaan,pelaksanaan dan pemanfaatan hasil pembangunan dlmupaya mencegahpenyimpangan dan kerugian negara.

1) TIM PENGAWAL DAN PENGAMAN PEMERINTAHAN DANPEMBANGUNAN (P4) :

Bertugas untuk melakukan pendampingan terhadappemerintah dalam pembangunan, mulai dari tahapperencanaan sampai pelaksanaan pembangunan;

Fokus pada aspek pencegahan tindak pidana Korupsi,sesuai bidang tugasnya selaku aparat penegak hukum.

2). BERKEDUDUKAN DI :

Kejaksaan Agung : Untuk Tingkat Pusat (P4P);

Setiap Kejaksaan Tinggi : Untuk Tingkat Propinsi

(P4D);

Setiap Kejaksaan Negeri : Untuk Tingkat Kabupaten /

Kota.

Dipilih dari para Jaksa yang dipandang cakap / mumpuni /memiliki kompetensi dan memiliki integritas yang baik. DiKejaksaan Tinggi dipilih oleh KAJATI, sedangkan di KejaksaanNegeri dipilih oleh KAJARI.

1.Mengawal, mengamankan dan mendukung keberhasilanjalannya pemerintahan dan pembangunan melalui upayapencegahan/ prefentif dan persuasif di tingkat pusat/ daerahdgn cara :

a. Memberikan PENKUM di instansi pemerintah, BUMN,BUMD dan pihak lain, terkait materi ttg perencanaan,pelaksanaan pekerjaan, perijinan, pengadaan barangdan jasa, tertib adm. Dan tertib pengelolaan Keu.Negara

b. Melakukan diskusi/ pembahasan bersama instansipemerintah, BUMN, BUMD dan pihak lain untukmenindentifikasi permasalahan yang dihadapi dalampenyerapan anggaran dan pelaksaan pembangunan

c. Memberikan PENKUM baik atas inisiatif TP4 maupunpermintaan pihak2 yang memerlukan.

d. TP4 dapat melibatkan instansi/ pihak lain yang memilikikapasitas, kompetensi dan relevan dgn materiPENKUM/ LUHKUM.

2. Dapat memberikan pendampingan hukum dalam setiap tahapan programpembangunan dari awal sampai akhir berupa ;

a.Pembahasan hukum dari sisi penerapan regulasi, peraturanPerundang-undangan , mekanisme dan prosedur dengan pejabatpengelola anggaran atas permasalahan yang dihadapi dalam halpenyerapan anggaran

b.Pendapat hukum dalam tahap perncanaan, pelaksanaan,pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan barang danjasa baik inisiatif TP4 maupun atas permintaan instansi dan pihak-pihak yg memerlukan

3.Melakukan kordinasi dengan aparat pengawasan intern pemerintah untukmencegah terjadinya penyimpangan yang berpotensi menghambat,menggagalkan dan menimbulkan bagi Keu. Negara

4.Bersama-sama melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaanpekerjaan dan program pembangunan

5.Melaksanakan penegakan hukum REPRESIF jika ditemukan buktipermulaan yang cukup setelah dilakukan kordinasi oleh aparatpengawasan intern pemerintah ttg terjadinya perbuatan melawan hukum,penyalahgunaan kewenangan dan/atau perbuatan lainnya yang berakibatmenimbulkan kerugian bagi Keu. Negara

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN

KEJAKSAAN NEGERI KUTAI BARAT,

DAN

KEPOLISIAN RESOR KUTAI BARAT

TENTANG

KOORDINASI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH (APIP) DENGAN APARAT PENEGAK HUKUM (APH) DALAM PENANGANAN LAPORAN ATAU PENGADUAN

MASYARAKAT YANG BERINDIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN KUTAI BARAT

NOMOR : B/1898/Q.4.19/GS/10/2018

Bagian KeduaMekanisme Penanganan Laporan

atau PengaduanParagraf 1

Penerimaan Laporan atau Pengaduan

Pasal 5

PARA PIHAK melakukan penerimaan laporan atau pengaduanmasyarakat berindikasi tindak pidana korupsi pada penyelenggaraanPemerintahan Daerah, apabila memenuhi syarat sebuah laporanatau pengaduan, yaitu memuat secara jelas paling sedikit:

a. Data identitas nama dan alamat pelapor atau pengadu disertaifotokopi KTP atau identitas lainnya; dan

b. Keterangan mengenai dugaan bukti-buktipermulaan/pendukung antara lain berupa benda/barang dandokumen.

Paragraf 2Subyek Yang Dilaporkan atau Diadukan

Pasal 6Subyek yang dilaporkan atau diadukan masyarakatmeliputi penyelenggara Pemerintahan Daerah yangmasih aktif, yaitu:a. bupati dan wakil bupati;b. pimpinan dan anggota DPRD;c. ASN pemerintah daerah;d. petinggi; dane. perangkat kampung.

Paragraf 3

Pemeriksaan Investigatif atau Penyelidikan

Pasal 7

(1) PARA PIHAK menindaklanjuti laporan atau pengaduan masyarakat sesuai kewenangannya.

(2) PIHAK PERTAMA menindaklanjuti laporan atau pengaduan masyarakat yang diterima secara langsung melaluipemeriksaan investigatif untuk menentukan laporan atau pengaduan tersebut berindikasi kesalahan administrasiatau pidana.

(3) PIHAK PERTAMA dalam melaksanakan pemeriksaan investigatif menemukan adanya dugaan tindak pidanakorupsi, PIHAK PERTAMA wajib menyerahkan kepada PIHAK KEDUA atau PIHAK KETIGA untuk dilakukanpenyelidikan.

(4) PIHAK KEDUA atau PIHAK KETIGA dalam hal menemukan kesalahan administrasi dalam penanganan laporan ataupengaduan masyarakat wajib menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA.

(5) Kesalahan administrasi yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Tidak terdapat kerugian keuangan negara/daerah

b. Terdapat kerugian keuangan negara/daerah dan telah diproses melalui tuntutan ganti rugi atau tuntutanperbendaharaan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak laporan hasil pemeriksaan APIP atau BPK diterimaoleh pejabat atau telah ditindaklanjuti dan dinyatakan selesai oleh APIP atau BPK;

c. Merupakan bagian dari diskresi, sepanjang terpenuhi tujuan dan syarat-syarat digunakannya diskresi; atau

d. Merupakan penyelenggaraan administrasi pemerintahan sepanjang sesuai dengan asas umum pem.erintahanyang baik

(6) Koordinasi tidak berlaku dalam hal tertangkap tangan.