31
BAB I LAPORAN KASUS 1. 1 IDENTITAS Nama Pasien : Tn. Ngadiman Umur : 61 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Tanggal Masuk : 10 Maret 2012 1. 2 INSTALASI GAWAT DARURAT Anamnesa Keluhan Utama Keluar darah saat berdehem sejak 3 jam SMRS ± 1 sdm Keluhan Tambahan Suara serak, sesak dan dada terasa panas namun tidak menjalar Riwayat Penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan keluar darah saat berdehem 3 jam SMRS ± 1 sdm, sesak napas ( + ), Batuk ( - ), suara serak, terasa panas di dada kiri tidak menjalar, demam ( - ), keringat malam ( - ), nafsu makan baik, berat badan tidak turun, beberapa hari yang lalu berobat ke Sp. THT dikatakan ada kelainan di pita suara, tidak merokok dan pekerjaan sebagai pemadam kebakaran selama 38 tahun Riwayat Penyakit Dahulu 1

preskas tumor laring

Embed Size (px)

DESCRIPTION

prekas THT tumor laring

Citation preview

Page 1: preskas  tumor laring

BAB I

LAPORAN KASUS

1. 1 IDENTITAS

Nama Pasien : Tn. Ngadiman

Umur : 61 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 10 Maret 2012

1. 2 INSTALASI GAWAT DARURAT

Anamnesa

Keluhan Utama

Keluar darah saat berdehem sejak 3 jam SMRS ± 1 sdm

Keluhan Tambahan

Suara serak, sesak dan dada terasa panas namun tidak menjalar

Riwayat Penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan keluar darah saat berdehem 3 jam SMRS ± 1

sdm, sesak napas ( + ), Batuk ( - ), suara serak, terasa panas di dada kiri tidak

menjalar, demam ( - ), keringat malam ( - ), nafsu makan baik, berat badan

tidak turun, beberapa hari yang lalu berobat ke Sp. THT dikatakan ada

kelainan di pita suara, tidak merokok dan pekerjaan sebagai pemadam

kebakaran selama 38 tahun

Riwayat Penyakit Dahulu

o Riwayat hipertensi ( + )

o Riwayat diabetes mellitus ( - )

o Riwayat asma ( - )

Riwayat Penyakit Keluarga

o Riwayat hipertensi pada keluarga ( + )

o Riwayat diabetes mellitus ( - )

o Riwayat sakit jantung ( - )

o Riwayat asma ( - )

1

Page 2: preskas  tumor laring

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

Pernapasan : 16x/menit

Suhu : 36, 8° C

Nadi : 64x/menit

Tekanan Darah : 190/120 mmHg

Kepala : normosefali

Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1 – T1

Leher : kelenjar getah bening submandibula kiri membesar

Dada : kesan barel chest

Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 normal

Paru : simetris

Hepar dan lien : tidak teraba

Perut : agak buncit

Kemaluan : tidak diperiksa

Ekstremitas : akral hangat, edema ( - )

Terapi :

IVFD NaCl 0,9% 500ml

Vitamin K

Vitamin C

Konsul Poli THT dengan diagnosis :

Stridor dan dispneu

Disfoni

Hemoptisis ec iritasi saluran napas atas

Hipertensi Urgensi

1. 3 POLI THT

Anamnesa

Keluhan Utama

Keluar darah saat berdehem sejak 3 jam SMRS ± 1 sdm

2

Page 3: preskas  tumor laring

Keluhan Tambahan

Suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sesak napas ( + ) sejak 1 hari yang lalu

dan dada terasa panas namun tidak menjalar

Pemeriksaan Fisik

Telinga : MT intak kanan – kiri, refleks cahaya baik, serumen (- ),

liang telinga lapang, hiperemis ( - )

Hidung : konka inferior hipertrofi ( - ), sekret ( - ), septum deviasi

( - )

Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, arkus faring simetris,

uvula ditengah

Laringoscopy direct : epiglotis tenang, aritenoid tenang, plika vokalis dan

plika ventrikularis sebelah kanan tertutup masa,

permukaan masa tidak rata, gerakan plika vokalis

terganggu, rima glotis sempit

1. 4 DIAGNOSIS

Tumor Laring

1. 5 RENCANA PENATALAKSANAAN

Rencana penatalaksanaan pasien :

Trakeostomi

Foto thoraks

CT scan Laring

Biopsi Laring

Bila tumor jinak :

o Ekstirpasi tumor dengan bedah mikro atau laser

Bila tumor ganas :

o Tentukan stadium

o Pembedahan (laringektomi)/radiasi/obat sitostika/kombinasi

o Rehabilitasi Suara

o Dukungan Psikis (bergabung dengan komunitas tuna laring)

3

Page 4: preskas  tumor laring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 ANATOMI LARING

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu

rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV –

VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya

selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.

Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya

kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia

Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun.

Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di

sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan

laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan

ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.

Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot -

otot. Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :

Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :

Kartilago Tiroidea, 1 buah

Kartilago Krikoidea, 1 buah

Kartilago Aritenoidea, 2 buah

Kartilago minor, terdiri dari :

Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah

Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah

Kartilago Epiglotis, 1 buah

4

Page 5: preskas  tumor laring

Laring tampak SagitalLaring tampak Lateral

Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu

Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :

Membran tirohioid

Ligamentum tirohioid

Ligamentum tiroepiglotis

Ligamentum hioepiglotis

Ligamentum krikotrakeal

Ligamentum intrinsik, terdiri dari :

Membran quadrangularis

Ligamentum vestibular

Konus elastikus

Ligamentum krikotiroid media

Ligamentum vokalis

Otot-otot ekstrinsik

Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok

otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan. Terbagi atas :

Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :

M. Stilohioideus - M. Milohioideus

5

Page 6: preskas  tumor laring

M. Geniohioideus - M. Digastrikus

M. Genioglosus - M. Hioglosus

Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :

M. Omohioideus

M. Sternokleidomastoideus

M. Tirohioideus

Otot-otot intrinsik

Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan

struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.

Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang

serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan

suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot

ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.

6

Page 7: preskas  tumor laring

Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :

Otot-otot adduktor Berfungsi untuk menutup pita suara.

Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik

M. Krikotiroideus

M. Krikotiroideus lateral

Otot-otot abduktor berfungsi untuk membuka pita suara.

M. Krikoaritenoideus posterior

Otot-otot tensor

Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis

Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus

Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor

internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke

lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.

7

Page 8: preskas  tumor laring

Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Supraglotis (vestibulum superior) yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring. 2. Glotis (pars media) yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni. 3. Infraglotis (pars inferior) yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.

Beberapa bagian penting dari dalam laring : Aditus Laringeus pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.

Rima glottis merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.

Vallecula terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.

Plika Ariepiglotika dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.

Incisura Interaritenoidea suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.

Plika Ventrikularis (pita suara palsu) yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.

Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus) yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati

Plika Vokalis (pita suara sejati)

Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh

ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima

belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut

intercartilagenous portion.

8

Page 9: preskas  tumor laring

2. 2 SUMBATAN LARING

Sumbatan laring dapat disebabkan oleh :

Radang akut dan kronis, benda asing, trauma akibat kecelakaan, perkelahian,

percobaan bunuh diri dengan sejata tajam

Benda asing

Trauma akibat tindakan medis

Tumor laring (jinak maupun ganas)

Kelumpuhan nervus

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tanda dan

gejala :

Stadium 1 cekungan tampak pada waktu inspirasi suprasternal, stridor pada

waktu inspirasi dan pasien masih tenang.

Stadium 2 cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,

ditambah lagi dengan timbulnya cekungan daerah epigastrium. Pasien sudah

mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.

Stadium 3 cekungan selain di daerah suprasternal dan epigastrium, juga terdapat

di infraklavikula dan sela – sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor

terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi.

Stadium 4 cekungan – cekungan diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah,

tampak sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus maka

pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea.

Pasien lemah dan tertidur, dapat meninggal karena asfiksia.

2. 3 TUMOR LARING

9

Page 10: preskas  tumor laring

2. 3. 1. Tumor Jinak Laring

Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5%

dari semua jenis tumor laring. Tumor jinak dapat berupa :

Papiloma laring (terbanyak frekuensinya)

Adenoma

Kondroma

Mioblastomo sel granuler

Hemangioma

Lipoma

Neurofibroma

Papiloma Laring

Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis :

Papiloma laring juvenil, ditemukan pada anak, berbentuk multipel dan

beregresi pada saat dewasa.

Pada orang dewasa berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi

dan merupakan prekanker.

Bentuk juvenil dapat tumbuh pada pita suarabagian anterior atau

bagian subglotis. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid.

Secara makroskopis bentuknya seperti buah murbei, berwarna putih kelabu

atau kemerahan. Sangat rapuh dan bila dipotong, tidak menyebabkan

perdarahan. Sifat yang paling menonjol adalah sering tumbuh lagi setelah

diangkat, sehingga operasi pengngkatan harus dilakukan berulang – ulang.

Suara parau merupakan gejala utama dari papiloma, kadang batuk dan

apabila papiloma telah menutup rima glotis maka muncul sesak napas da

stridor.

Terapi untuk papiloma yaitu :

ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau juga dengan sinar laser

yang dilakukan berkali – kali akibat sering tumbuh lagi.

Terapi terhadap penyebabnya diberikan vaksin dari masa tumor, obat

anti virus, hormon, kalsium atau ID methionin (esential aminoacid),

namun terapi ini belum memuaskan, karena sampai sekarang

etiologinya belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab munculnya

papiloma adalah virus, tetapi dengan pemeriksaan mikroskop elektron

inclusion body tidak ditemukan.

10

Page 11: preskas  tumor laring

Tidak dianjurkan radioterapi karena dapat berubah ganas.

2. 3. 2. Tumor Ganas Laring

sebagai perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati

tempat pertama dalam urutan keganasan dibidang THT. Sedangkan di RS

Cipto Mangunkusumo, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah

karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.

Etiologi

Belum diketahui dengan pasti, menurut para ahli, perokok dan

peminum alkohol merupakan orang – orang dengan resiko tinggi terhadap

karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal

yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring ialah rokok, alkohol

dan terpapar sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto

mangunkusumo menunjukan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada

orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma

laring naik sesuai dengan jumlah rokok yang dihisap. Yang terpenting

penanggulangan karsinoma laring ialah diagnosis dini dan

pengobatan/tindakan yang tepat dan kurativ, karena tumornya masih terisolasi,

dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama adalah mengangkat

laringyang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta

fungsi sfingter laring.

Histopatologi

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 % – 98 % dari semua tumor

ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi menjadi 3 tingkat diferensiasi :

Diferensiasi baik (grade 1)

Diferensiasi sedang (grade 2)

Diferensiasi buruk (grade 3)

Kebanyakan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi yang

mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang

berdiferensiasi baik.

Klasifikasi letak tumor

11

Page 12: preskas  tumor laring

Tumor supraglotis terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis

sampai batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Tumor glotis mengenai pita suara asli. Batas inferior glotis adalah 10

mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior

otot – otot intrinsik pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring.

Oleh karena itu tumor glotis dapat mengenai satu atau kedua pita suara,

dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan dapat mengenai

komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago

aritenoid.

Tumor subglotis tumbuh > 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli

sampai batas inferior krikoid.

Tumor ganas transglotis adalah tumor yang menyeberangi ventrikel

mengenai mengenai pita suara asli dan palsu, atau meluas ke subglotik

> 10 mm.

Gejala

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling

dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan terganggunya fungsi fonasi laring.

Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotis, besar pita suara,

ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara. Pada

tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsidisebabkan ketidakteraturan pita

suara, oklusi atau penyempitan celah glotis, terserangnya otot – otot vokalis,

sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang – kadang menyerang saraf.

Adanya tumor pita suara mengganggu gerakan maupun getaran kedua pita

suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasarmengganggu,

sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni karena

nyeri, sumbatan jalan napas atau paralisis komplit.

Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli , serak merupakan gejala

dini dan menetap. Bila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring di bagian

bawah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul

kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala

akhir atau tidak timbul sala sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak

kha dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di

12

Page 13: preskas  tumor laring

tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya

eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam (hot potato voice).

Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan

jalan napas dandapat timbul tiap tumor laring.gejala ini disebabkan oleh

gangguan jalan napas oleh masa tumor, penumpukan kotoran atau sekret,

maupin oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik,

terdapat kedua gejala tersebut. Pada umumnya dispnea dan stridor tanda

prognosis kurang baik.

Nyeri tenggorok bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang

tajam.

Disfagia merupakan ciri tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring,

dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada

tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan

adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glitis, biasanya timbul

dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.

hemoptisis sering terjadi pada tumor supraglotis dan glotis.

Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis batuk,

hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar

laring atau metastasis jauh. Pembesaran KGB leher dipertimbangkan sebagai

metastasis tumor ganas yang menunjukan tumor pada stadium lanjut. Nyeri

tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi

tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang selain pemeriksaan darah dan direct laringoscope

diperlukan juga pemeriksaan radiologi. Foto toraks diperlukan untuk menilai

keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT

scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring, misalnya

penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta

metastasis KBG leher.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari

bahan biopsy laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran KGB di leher.

13

Page 14: preskas  tumor laring

Dari hasil patologi anatomi paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel

skuamosa.

2. 3. 3. Klasifikasi Tumor Ganas Laring (AJCC dan UICC 1988)

TUMOR PRIMER

SUPRAGLOTIS

Tis Karsinoma insitu

T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih

baik).

T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis

masih bisa bergerak (tidak terfiksir).

T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah

krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan

arah ke rongga pre epiglotis.

T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan

lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

GLOTIS

Tis Karsinoma insitu.

T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara

masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau

posterior.

T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih

dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).

T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah

keluar dari laring.

SUBGLOTIS

Tis karsinoma insitu

T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.

T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau

sudah terfiksir.

14

Page 15: preskas  tumor laring

T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar

laring atau kedua-duanya.

Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

Nx Kelenjaar limfa tidak teraba

N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm

homolateral.

N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6

cm.

N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak lebih

dari 6 cm.

N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.

N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih daaari 6 cm.

N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

METASTASIS JAUH (M)

Mx Tidak terdapat/terdeteksi.

M0 Tidak ada metastasis jauh.

M1 Terdapat metastasis jauh.

STAGING (STADIUM)

ST1 T1 N0 M0

STII T2 N0 M0

STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0

15

Page 16: preskas  tumor laring

STIV T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

2. 3. 4. Penatalaksanaan

Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan

tindakan yang akan diambil sebagai penenggulangannya. Ada 3 cara

penanggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat

sitostatiska ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium

penyakit dan keadaan umum pasien.

Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan

radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan

operasi dengan rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk

radiasi. Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial,

tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher

radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. Di bagian THT RSCM

tersering dilakukan laringektomi totalis, karena beberapa pertimbangan,

sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena tehnik sulit umtuk

menentukan batas tumor.

Pemakaian sitostatiska belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian

sitostatiska tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping

harga obat yang relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien. Para ahli

berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling baik

diantara tumor-tumor daerah traktus aerodigestivus, bila dikelola dengan tepat,

cepat dan radikal.

2. 3. 5. Rehabilitasi Suara

Laringektomi mengakibatkan cacat pada pasien. Dengan dilakukan

pengangkatan laring beserta pita suara yang ada didalamnya, sehingga pasien

menjadi afonia dan bernapas melalui stroma permanen di leher. Pasien dapat

mengatasi afoni dengan mengikuti rehabilitasi suara, dapat dengan

pertolongan alat bantu suara semacam vibrator yang ditempelkan di

submandibula, ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esofagus

(esophageal speech) melalui proses belajar. Selain rehabilitasi suara, pasien

16

Page 17: preskas  tumor laring

juga diarahkan bergabung dengan perkumpulan himpunan pasien – pasien

tuna – laring guna menyokong aspek psikis.

Laringektomi terbagi menjadi :

1. Laringektomi parsial (Laringektomi-Tirotomi)  

Direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu

pita suara yang terkena

Mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi

Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan semua struktur

lainnya tetap utuh

Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau

Jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki

kesulitan menelan.

2. Laringektomi supraglotis (horisontal)

Untuk penatalaksanaan tumor supraglotis

Tulang hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara,

kartilago krikoid, dan trakea tetap utuh

Diseksi leher radikal pada tempat yang sakit, selang trakeostomi

dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih (Selang

trakeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma

dibiarkan menutup)

Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat

penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi

Pasca operasi pasien akan mengalami kesulitan menelan selama 2

minggu pertama

Keuntungan utama operasi ini adalah bahwa suara akan kembali

pulih dalam seperti biasa. Masalah utamanya adalah bahwa kanker

tersebut akan kambuh

3. Laringektomi hemivertikal  

Dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan

tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis

Kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan

bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu)

dengan pertumbuhan tumor diangkat

17

Page 18: preskas  tumor laring

Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat

Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi

Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit

tenggorok) dan proyeksi, namun demikian jalan nafas dan fungsi

menelan tetap utuh

4. Laringektomi total

Dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara, lebih jauh ke

tulang hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin

trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan

Rasional tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe

servical sering terjadi

Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis

tengah atau kedua pita suara

Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total dibutuhkan

stoma trakeal permanen

Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran

pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan

stingfer tidak ada lagi

Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan

normal

18

Page 19: preskas  tumor laring

Trakeostomi adalah :

19

Page 20: preskas  tumor laring

Suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk

mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan

memintas jalan nafas bagian atas.

Prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. (Smeltzer & Bare,

2002)

Insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam trakea agar klien

dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan sekretnya.

( Putriardhita, C, 2008)

Indikasi Trakeostomi :

Timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi

setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura

suprasternal dan supraklavikular.

Pasien tampak pucat atau sianotik

Disfagia

Pada anak-anak akan tampak gelisah

Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi :

Terjadinya obstruksi jalan nafas atas

Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,

misalnya pada pasien dalam keadaan koma.

Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).

Apabila terdapat benda asing di subglotis.

Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (misal angina ludwig),

epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul

melalui mekanisme serupa

Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti

rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada

pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.

Indikasi lain yaitu:

Cedera parah pada wajah dan leher

Setelah pembedahan wajah dan leher

Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga

mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

Klasifikasi Trakeostomi :

20

Page 21: preskas  tumor laring

Trakeostomi darurat dalam waktu yang segera dan persiapan sarana

sangat kurang

Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan

secara baik

Jenis Tindakan Trakeostomi :

Surgical trakeostomy

Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang

operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang

4-5 cm.

Percutaneous Tracheostomy

Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat

darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan

dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka

penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.

Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.

Mini tracheostomy

Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan

trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

  Komplikasi Trakeostomi :

Perdarahan

Pneumothoraks terutama pada anak-anak

Aspirasi

Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi

Paralisis saraf rekuren

2. 3. 6. Prognosis Tumor Laring

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan

kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada

karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 –

70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional

akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%

21

Page 22: preskas  tumor laring

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani Bambang, Abdurrachman Hartono. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher : Tumor Laring. Edisi 6. Cetakan I.

Jakarta : FK UI

2. Sofyan Ferryan. 2011. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Laring. FK USU

22