43
PRESENTASI KASUS SEORANG WANITA 59 TAHUN DENGAN FROZEN SHOULDER SINISTRA Oleh : Erickson G99121014 Pembimbing : Desy Kurniawati Tandiyo, dr., Sp.KFR KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

Preskes Frozen Shoulder Dx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Preskes Frozen Shoulder Dx

PRESENTASI KASUS

SEORANG WANITA 59 TAHUN DENGAN

FROZEN SHOULDER SINISTRA

Oleh :

Erickson

G99121014

Pembimbing :

Desy Kurniawati Tandiyo, dr., Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

Page 2: Preskes Frozen Shoulder Dx

BAB I

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESA

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. T

Umur : 59 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Colomadu, Karanganyar

Status : Menikah

Tanggal Periksa : 3 April 2013

B. Keluhan Utama

Nyeri bahu kiri.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merupakan rujukan dari poli interna dengan keluhan nyeri pada

bahu bagian kirinya. 3 bulan yang lalu pasien mulai merasa nyeri pada bahu

bagian kirinya.Awalnya pasien merasa nyeri jika beraktifitas berat saja,

namun lama kelamaan mulai terasa nyeri walaupun beraktifitas ringan saja.

Nyeri terasa semakin memberat jika bahunya digerakkan untuk mengangkat

lengannya. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat.

Nyeri dirasakan semakin memberat dari hari ke hari. Karena merasa

takut pasien kemudian memeriksakan diri ke RSDM

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Jatuh : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

2

Page 3: Preskes Frozen Shoulder Dx

Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi

Pasien makan 3 kali sehari dengan sepiring nasi dan lauk pauk berupa

tempe, tahu, sayur dan kadang daging. Pasien kadang makan buah-buahan.

Riwayat merokok : disangkal

Riwayat minum alkohol : disangkal

G. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang wanita sudah menikah, tinggal bersama suaminya.

Anak dan cucunya tidak tinggal serumah dengan pasien. Pasien merupakan

pensiunan PNS dan memeriksakan kesehatannya menggunakan fasilitas

Askes PNS. Dalam aktifitas sehari-hari pasien dibantu oleh pembantu

rumah tangga.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum sakit ringan, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup.

A. Tanda Vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 76 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur

Respirasi : 20 x/menit, irama teratur

Suhu : 36,5 0C per aksiler

3

Page 4: Preskes Frozen Shoulder Dx

C. Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),

hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).

D. Kepala

Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris.

E. Mata

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan

tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-),

sekret (-/-).

F. Hidung

Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

G. Telinga

Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

H. Mulut

Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor

(-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).

I. Leher

Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+2), limfonodi tidak

membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-).

J. Thoraks

a.Retraksi (-)

b.Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,

bising (-).

c.Paru

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan

paradoksal (-)

Palpasi : fremitus raba kanan = kiri

4

Page 5: Preskes Frozen Shoulder Dx

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ),

suara tambahan (-/-)

K. Trunk

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (+), lordosis(-)

Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)

Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bruit

(-) dan lien tidak teraba

M. Ekstremitas

Oedem Akral dingin

N. Status Neurologis

Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik

N N

N N

Fungsi Motorik dan Reflek :

Kekuatan : 5 sulit dinilai kesan 5

5 5

5

- -

- -

- -

- -

Page 6: Preskes Frozen Shoulder Dx

Tonus : N N

N N

Reflek fisiologis: +2 +2

+2 +2

Reflek patologis: - -

- -

Nervus Cranialis

N. III : reflek cahaya (+/+) ; pupil isokor (3 mm/3mm)

N. VII : dalam batas normal

N XII : dalam batas normal

Range of Motion (ROM)

NECKROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0 - 70º 0 - 70º

Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º

Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º

Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º

Rotasi kanan 0 - 90º 0 - 90º

Rotasi kiri 0 - 90º 0 - 90º

Ektremitas SuperiorROM Pasif ROM Aktif

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Shoulder Fleksi 0-180º 0-140 0-180º 0-140º

6

Page 7: Preskes Frozen Shoulder Dx

Ektensi 0-50º 0-20º 0-50º 0-20º

Abduksi 0-180º 0-60º 0-180º 0-60º

Adduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75º

Eksternal Rotasi 0-90º 0-20º 0-90º 0-20º

Internal Rotasi 0-90º 0-30º 0-90º 0-30º

Elbow

Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º

Ekstensi 0º 0º 0º 0º

Pronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Supinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Wrist

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Ekstensi 0-70º 0-70º 0-70º 0-70º

Ulnar Deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Radius deviasi 0-20º 0-20º 0-20º 0-20º

Finger MCP I Fleksi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

MCP II-IV fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

PIP II-V fleksi 0-100º 0-100º 0-100º 0-100º

MCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Trunk

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Right Lateral Bending 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º

Left Lateral Bending 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º

Ektremitas InferiorROM Pasif ROM Aktif

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Hip Fleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

7

Page 8: Preskes Frozen Shoulder Dx

Ektensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Abduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Adduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Eksorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Endorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

KneeFleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

Ekstensi 130-180o 130-180o 130-180o 130-180o

Ankle

Dorsofleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Plantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Eversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

Inversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º

Manual Muscle Testing (MMT)

NECK

• Fleksor M. Strenocleidomastoideus : 5

• Ekstensor : 5

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra

Shoulder Fleksor 5 5

Ekstensor 5 5

Abduktor 5 5

Adduktor 5 5

Internal Rotasi 5 5

Eksternal Rotasi 5 5

8

Page 9: Preskes Frozen Shoulder Dx

Elbow Fleksor 5 5

Ekstensor 5 5

Supinator 5 5

Pronator 5 5

Wrist Fleksor 5 5

Ekstensor 5 5

Abduktor 5 5

Adduktor 5 5

Finger Fleksor 5 5

Ekstensor 5 5

Ekstremitas inferior Dextra Sinistra

Hip Fleksor 5 5

Ekstensor 5 5

Abduktor 5 5

Adduktor 5 5

Knee Fleksor 5 5

Ekstensor 5 5

Ankle Fleksor 5 5

9

Page 10: Preskes Frozen Shoulder Dx

Ekstensor 5 5

Status Ambulasi

Independent

I. ASSESMENT

Frozen shoulder joint sinistra

IV. PENATALAKSANAAN

Terapi Medikamentosa :

Meloxicam tab 1 x 7.5 mg

Esperison Hcl tab 1 x1 mg

Non medikamentosa :

Fisioterapi: US pada bahu sinistra

latihan meningkatkan lingkup gerak sendi

I. DAFTAR MASALAH

A. Problem Medis : Frozen shoulder joint sinistra

B. Problem Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi : Gangguan gerak (keterbatasan gerak pada ekstremitas

ataskiri)

2. Terapi wicara : Tidak ada

3. Okupasi Terapi : Gangguan dalam melakukan aktivitas fisik

sehari- hari (Activity Daily Living) seperti menyisir,memakai baju

4. Sosiomedik : Tidak ada

5. Ortesa-protesa : Tidak ada

6. Psikologi : Beban pikiran pasien dan keluarga dalam

menghadapi penyakit penderita

10

Page 11: Preskes Frozen Shoulder Dx

C. Rehabilitasi Medik:

1. Fisioterapi :

a. US pada bahu kiri

2. Terapi wicara : tidak ada

3. Okupasi terapi : latihan meningkatkan lingkup gerak sendi

4. Sosiomedik : tidak ada

5. Ortesa-Protesa : tidak ada

1. Psikologi : Psikoterapi suportif untuk mengurangi

kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit

pasien.

VI. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP

Impairment : Dislokasi shoulder joint sinistra

Disability : Penurunan fungsi anggota gerak atas

Handicap : Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari.

11

Page 12: Preskes Frozen Shoulder Dx

PLANNING

Planning diagnostik : -

Planning terapi : kontrol rutin untuk fisioterapi 2 - 3 kali dalam

seminggu hingga total 6 kali fisioterapi, kemudian

evaluasi.

Planning monitoring : evaluasi hasil medikamentosa dan rehabilitasi medik

VII. TUJUAN

1. Perbaikan keadaan umum sehingga dapat kembali melakukan ADL

2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan

3. Meminimalkan impairment, disability dan handicap

4. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari

5. Edukasi perihal home exercise

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

12

Page 13: Preskes Frozen Shoulder Dx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh

sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi

kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular,

permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi

bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai

konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi,

disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional

sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan

sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-

sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak

cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas

glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan

kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat

sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya (Soeharyono,

2004; Priguna, 2003).

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:

a. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala

sendinya tidak sebanding.

b. Kapsul sendinya relatif lemah.

c. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot

supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.

d. Gerakannya paling luas.

e. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah

mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya

(Soeharyono, 2004).

13

Page 14: Preskes Frozen Shoulder Dx

2. Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars)

a. Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik

mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf

reseptor dan pembuluh darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial

sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi.Bila

ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali

mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul

tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri

apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.

b. Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf

reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan

stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi.

Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan

tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa (Soeharyono, 2004).

3. Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan

sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau.Namun demikian

14

Page 15: Preskes Frozen Shoulder Dx

pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal

dengan degenerasi kartilago (Soeharyono, 2004).

B. FROZEN SHOULDER

Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan

keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh

orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma sering kali ringan.

Frozen shoulder adalah suatu gangguan bahu yang sedikit atau sama

sekali tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memperlihatkan kelainan pada

foto Rontgen. tetapi menunjukkan adanya pembatasan gerak. Frozen

shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan periarthritis

yang itandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif maupun aktif

pada semua pola gerak (Djohan, 2004; David, 2009).

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini

merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil – hasil rusaknya

jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang

menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto

immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi

lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus,

kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari

dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff,

fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina

pectoris) (Djohan, 2004; David, 2009). 

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul

artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian

anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen

coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada

kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen

inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan

pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada

kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal

15

Page 16: Preskes Frozen Shoulder Dx

paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler (Donatelli et al, 1999;

Soeharyono, 2004).

Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya

jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial.dan kapsul sendi

glenohumeral yang membuat formasi adhesif sehingga menyebabkan

perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan

sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10

ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30 ml, dan selanjutnya

kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada pemeriksaan gerak

pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular, inilah yang disebut

frozen shoulder (Yamaguchi et all, 2006). 

Histologis frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral

seperti telah dijelaskan di atas adalah kehilangan ekstensibilitas dan

termasuk abnormal cross-bridging diantara serabut collagen yang baru.

Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous menyebabkan

perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi sinovial dan

mengakibatkan nyeri serta penurunan mobilitas.

Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico

thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya vicious

circle of reflexes yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan

aktifitas efferent sistem simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme

pada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga jaringan

otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks sistem simpatik

pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan suhu, aliran

darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan

konsumsi oksigen pada tahap akhir penyakit nonspesifik dan abnormalitas

histologi dapat terjadi (David, 2009).

Hal tersebut jika tidak ditangani dengan baik akan membuat otot-

otot bahu menjadi lemah dan distrofi. Karena stabilitas glenohumeral

sebagian besar oleh sistem muskulotendinogen , maka gangguan pada

otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan nyeri, menurunnya mobilitas,

sehingga mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi bahu.

16

Page 17: Preskes Frozen Shoulder Dx

Gejala 

1. Adanya nyeri sekitar bahu.

2. Keterbatasan gerak sendi bahu, misalnya pasien tidak dapat

mengangkat lengannya, tidak dapat menyisir, tidak dapat mengambil

dompet.

3. Otot-otot daerah sendi bahu nampak mengecil.

Fase-fase Frozen Shoulder

Pengetahuan mengenai fase-fase ini sangat penting artinya terutama

dalam pelaksanaan terapi fisioterapi.

1. Fase I

Dari 24 jam sampai minggu I setelah trauma dengan gejala-gejala:

nyeri yang dominan, gerakan sendi terbatas ke segala arah karena sakit,

dan kadang-kadang disertai bengkak.

2. Fase II

Dari minggu II sampai IV setelah trauma, dengan gejala-gejala yang

dominan : jarak gerak sendi (ROM) terbatas, kaku terutama pada abduksi

dan exorotasi, nyeri tajam pada akhir ROM dan gangguan koordinasi dan

aktivitas lengan/bahu.

3. Fase III

Setelah minggu IV, dengan gejala-gejala dominan : bahu kaku dan

terkunci pada ROM tertentu serta timbulnya subtle sign, gerakan sendi

bahu sangat terbatas, membesarnya otot-otot daerah gelang bahu dan

sedikit rasa nyeri. (David, 2009)

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi pada kondisifrozen shoulder akibat

kelumpuhan separuh badan, sebagai berikut:

a) Anamnesis Umum : Identitas penderita

b) Anamnesis khusus:

1.Keluhan utama penderita

2.Lokasi keluhan utama

3.Sifat keluhan utama

4.Lamanya keluhan

17

Page 18: Preskes Frozen Shoulder Dx

5.Faktor-faktor yang memperberat keluhan.

c) Inspeksi : Dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita.

d) Tes Orientasi : Untuk melihat kemampuan aktivitas lengan.

e) Pemeriksaan Fungsi Dasar : Gerakan aktif, pasif dan tes isometrik

melawan tahanan sendi bahu.

f) Pemeriksaan Spesifik:

1.Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.

2.Tes kekuatan otot.

3.Tes koordinasi gerakan.

4.Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.

(David, 2009)

B. PENATALAKSANAAN FROZEN SHOULDER

1. Istirahat/terapi dingin

Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses

pembengkaan masih bekerja, diperlukan dimmobilisasi sampai proses

pembengkaan berhenti. Selama bahu tidak digerakkan untuk

menghentikan pembengkaan, diberikan kompres dingin atau es dan

obat anti bengkak dan nyeri.

2. Terapi panas

Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkaan berhenti atau

pada bahu yang nyeri tanpa pembengkaan pada jaringan otot yang

spasme. Terapi panas bertujuan :

a. Memperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempat

b. Mengurangi rasa nyeri

c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme

Terapi panas yang digunakan adalah :

a. Terapi panas superficial : HCP,sinar infra merah

b. Terapi panas dalam: SWD, MWD, USD

Terapi panas superfisial ; sinar infra merah

- macam sinar infra merah

a. luminous ( diberikan pada penderitadengan kondisi akut)

18

Page 19: Preskes Frozen Shoulder Dx

b. non luminous ( diberikan pada penderita dengan kondisi kronis )

- dosis :

a. jarak lampu dengan punggung bawah antara 50-75 cm

b. pada kondisi akut durasi dan frekuensinya 10-15 menit/1 x

1/hari.

Terapi panas dalam

a. MWD (Micro Wave Diathermy)

Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan

gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang 12,25 cm

dan frekuensinya 2.450 mc/detik. Dosis : jarak emitor dengan

kulit pada punggung bawah antara 10 – 20 cm, intensitas 200

watt, tetapi untuk semua kasus tergantung toleransi penderita.

Durasi dan frekuensinya 10 – 30 menit/hari ( kondisi akut

kurang dari 10 menit ). (Thomson, 2001; Djohan, 2004)

b. SWD (Short Wave Diathermy)

Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan

arus listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 27,33 MHz dan

panjang gelombang 11 meter. Dosis : Elektrode yang digunakan

dengan kondensor (pad ). Kondisi akut intensitasnya kurang dari

40 mA (dibawah sensasi panas), durasi dan frekuensinya 2,5 –

10 menit/hari. Kondisi kronis intensitasnya antara 40 – 60 mA

(panas comfortable) durasi dan frekuensinya 20 menit/hari.

(Thomson, 2001; Djohan, 2004)

c. USD (Ultra Sound Diathermy)

Terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari

gelombang suara dengan frekuensi tinggi antara 0,8 – 1 MHz

dan panjang gelombang 1,5 mm. Dosis : Kondisi akut

intensitasnya 0,25 – 0,5 W/cm2 durasi 2 – 3 menit. Apabila tidak

ada perbaikan intensitasnya dinaikkan 0,8W/cm2, durasinya 4 –

5 menit. Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2, durasinya 5-10

menit, apabila tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan

19

Page 20: Preskes Frozen Shoulder Dx

maksimal 3 W/cm2, durasi 10 – 15 menit, jika tidak ada

perbaikan sampai 6x terapi, maka terapi dihentikan mungkin ada

penyakit lain. (Thomson, 2001; Djohan, 2004).

3. Traksi leher

Tujuan traksi ialah relaksasi spasme otot, meluruskan

lordosis dari leher, melebarkan foramen intervertebral, melepaskan

permukaan faset dan ligamen-ligamen. Traksi yang digunakan

adalah traksi leher statik dan intermitten dari listrik. Beban traksi

diberikan mulai dari sepertujuh sampai dengan sepersepuluh dari

berat badan total atau sesuai dengan toleransi penderita. Waktu

yang diberikan 10 – 20 menit. Pada kondisi akut, traksi diberikan

1x/hari/seri (7-10 x). Apabila nyeri bertambah pemberian beban

dikurangi atau traksi ditunda pemberiannya.

4. Massage sendi bahu

Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan

permukaan metabolisme setempat, melemaskan otot-otot yang

spasme, mengurangi nyeri, melepaskan perlengketan antar otot dan

kapsuler.

5. Manipulasi dan mobilisasi

Manipulasi dan mobilisasi digunakan untuk mengembalikan

gerakan sendi bahu yang terganggu. Manipulasi dikerjakan

dengan gerakan atau doroangan dengan tiba-tiba dalam amplitudo

kecil. Mobilisasi dikerjakan dengan gerakan pasif bergoyang

dua atau tiga kali perdetik.

6. Terapi latihan : di rumah sakit (Gymnasium)

Latihan LGS dengan menggunakan : over head pulleys shoulderwell,

finger ladder, dan lain-lain. Latihan yang dapat dilakukan di rumah

misalnya latihan codman, latihan tongkat, dan lain-lain.

(Thomson, 2001; Djohan, 2004)

20

Page 21: Preskes Frozen Shoulder Dx

Program Terapi Latihan pada Penderita Nyeri Bahu

Terapi latihan yang dimaksudkan adalah latihan khas

(specific exercises). Tujuan pokok terapi latihan pada nyeri bahu

adalah :

a. Mengurangi sakit dan spasme otot

b. Memelihara fungsi sendi bahu

c. Menghilangkan gangguan fungsi sendi bahu yang terjadi atau

meningkatkan fungsi sendi semaksimal mungkin. (Thomson, 2001;

Djohan, 2004)

1). Terapi latihan pada penderita nyeri bahu stadium akut

Dalam stadium ini gejala peradangan stadium akut yang

berupa keluhan nyeri (nyeri khas, nyeri bahu, nyeri terulur

dan nyeri kontraksi), spasme otot dan gangguan fungsi

tampak menonjol. Dalam stadium ini, bahu yang sakit perlu

mendapatkan istirahat/mobilisasi karenapenggunaan sendi bahu

pasa stadium ini akan menyebabkan memberatnya gejala dan

kerusakan sendi. Untuk mengistirahatkan sendi bahu yang nyeri

baisanya dipakai gendongan. Tetapi tidak menutup kemungkinan

untuk mengistirahatkan sendi bahu dengan cara lain, misalnya

pemasangan gips sirkuler dengan pemberian posisi optimum

yaitu fleksi 300 - 400, abduksi 450 dan internal rotasi 450.

Pemberian istirahat lama pada sendi bahu yang sakit sedapat

mungkin dihindarkan karena pemberian istirahat lama sengan

alasan apapun akan memungkinkan terjadinya gangguan fungsi

bahu yang dapat berupa pembatasan jarak gerak sendi dan

atau atropi otot sekitar bahu yang justru akan memperburuk

keadaan. Tujuan terapi latihan pada stadium akut ini adalah :

a). Mengurangi nyeri dan spasme otot

b). Mencegah terjadinya pembatasan jarak gerak sendi dan

mencegah atropi otot dengan cara memberikan latihan pasif,

latihan aktif dengan bantuan (assisted) dan kontraksi

statik/isometrik.

21

Page 22: Preskes Frozen Shoulder Dx

i). Latihan pasif

Sebelum program latihan dimulai perlu diberikan

penjelasan kepada penderita tentang tujuan pelaksanaan

latihan agar terjalin kerjasama yang baik antara penderita

dengan fisioterapis. Arah gerakan ke semua arah gerak

sendi bahu dan terutama pada arah gerak yang

terhambat karena nyeri atau faktor lain. Luas gerak sendi

disesuaikan dengan toleransi penderita sampai batas nyeri

yang tertahan oleh penderita. Latihan pasif juga dapat

dilakukan dengan latihan anjuran yang sangat populer

(codman pendular exercise). Penderita berdiri didepan

meja dan membungkuk ke depan. Lengan yang sakit

tergantung bebas (rileks) pada sendi bahu

(glenohumeracle) tanpa adanya kontraksi otot. Badan

digerakkan sehingga lengan terayun bebas ke depan dan

ke belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit

terayun pasif. Pemberat beban harus digantungkan pada

pergelangan tangan seberat 1- 2 kg (Keith, 2010).

Gerakan pasif harus dikerjakan dengan perlahan-

lahan, makin meningkat dan dipertahankan selama

mungkin dalam batas toleransi penderita. Gerakan dengan

kuat kejut dan cepat merupakan kontraindikasi karena

dapat merusak kapsul sendi. Dengan cara tersebut,

pengukuran yang berlebihan dapat dihindarkan dan

penambahan luas gerak sendi dapat tercapai sedikit demi

sedikit.

22

Page 23: Preskes Frozen Shoulder Dx

23

Page 24: Preskes Frozen Shoulder Dx

ii) Latihan dengan bantuan (active assisted)

Latihan ini biasanya lebih menguntungkan daripada

latihan pasif karena adanya kontraksi secara sadar yang

berarti penderita ikut mengontrol gerakan yang terjadi

sampai batas toleransinya, sehingga penderita merasa

lebih aman dan memungkinkan timbulnya ketegangan otot

karena takut, dapat dihindari serta gerakan lebih mudah

dilakukan. Arah gerakan dan luas gerak sendi serupa

dengan saat latihan pasif.

iii). Kontraksi Isometrik

Diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang

terkena terutama otot-otot yang biladikontraksikan tidak

menimbulkan nyeri. Intensitas kontraksi disesuaikan

dengan toleransi penderita. Latihan dapat dikerjakan kira-

kira 3 – 4 menit tiap jam dan disesuaikan juga dengan

keadaan penderita untuk memungkinkan latihan dapat

dikerjakan dengan baik. Setelah diberikan tindakan

pengobatan dengan obat-obatan atau modalitas fisioterapi

yang lain untuk mengurangi nyeri dan apasme otot.

Modalitas yang digunakan pada stadium akut ini antara

lain adalah: terapi USD (Ultra Sound Diatermy) yang

mengurangi spasmeyang diberikan dalam waktu 10 –30

menit.

2). Terapi Latihan pada Penderita Nyeri Bahu Stadium Kronis

Pada penderita nyeri bahu stadium kronis sering dijumpai

adanya gangguan fungsi sendi bahu yang berupa pembatasan

luas gerak sendi dan atropi otot yang menyolok, disamping

keluhan nyeri yang telah banyak berkurang. Hal ini terjadi

karena faktor kurang perhatian atau kurangnya keberhasilan

dalam usaha pencegahan. Tujuan terapi latihan pada stadium

kronis ini adalah :

a). Meningkatkan luas gerak sendi bahu

24

Page 25: Preskes Frozen Shoulder Dx

Pembatasan luas gerak sendi pada bahu biasanya

disebabkan oleh terjadinya pemendekan dan hilangnya

elastisitas jaringan lunak sendi (kapsul sendi) bahu atau

adanya perlengketan antar jaringan akibat adanya reaksi

jaringan fibrosa. Pada prinsipnya, untuk meningkatkan luas

gerak sendi harus dilakukan penguluran struktur yang

memendek serta mengembalikan jaringan yang kehilangan

elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan

yang ada dengan latihan pasif, latihan aktif atau

kombinasi keduanya. Pelaksanaan latihan sebagai berikut :

i) Latihan pasif

Sebelum menyusun program latihan pasif pada nyeri

stadium kronis ini, perlu diadakan

pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu, yaitu :

a. Sifat nyeri : terus menerus, kadang-kadang, atau hanya

saat tertentu

b. Gangguan fungsi yang ada

c. Pemeriksaan luas gerak sendi : secara aktif atau pasif

d. Isometris melawan tahanan

Codman Pendular Exercise pada mulanya adalah

latihan ayunan pasif tetapi bertujuan untuk menambahkan

luas gerak sendi. Latihan dimodifikasi menjadi active

pendular exercise, dengan menambah beban, latihan ini

harus benar-benar diajarkan kepada penderita dan dapat

dilakukan dengan benar. Gerakan dimulai dari amplitudo

yang kecil meningkat sampai terasa latihan pada struktur

yang memendek atau lengket. Gerak ayunan diarahkan

ke arah gerak yang mengalami pembatasan gerakan

abduksi dan eksternal rotasi.

ii) Latihan aktif

Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan luas

gerak sendi. Latihan harus dikerjakan dengan teknik

25

Page 26: Preskes Frozen Shoulder Dx

yang benar, berulang-ulang teratur dan

berkesinambungan. Untuk itu perlu penderita diberikan

pengertian dan memahami tujuan dari latihan serta

cara melakukannya. Penderita harus menyadari

pentingnya program latihan yang diprogramkan untuknya.

b) Memperkuat otot-otot bahu

Akibat immobilisasi yang lama, otot akan menjadi

lebih kecil (atropi) dan kekuatannya berkurang/menurun.

Pada orang sehat, immobilisasi total selama 3 minggu

menyebabkan penurunan kekuatan otot sebesar 50 % atau rata-

rata tiap hari 1, 3 – 3, 0 %. Kekuatan otot dapat diperbaiki

dengan latihan yang berulang-ulang mempergunakan

kekuatan maksimum lebih dari 35 %, ketahanan otot dapat

diperbaiki dengan kekuatan maksimum 20 – 40 % dan

pengulangan yang relatif lebih besar. Latihan penguatan

lebih ditekankan pada beban yang diberikan, sedangkan

latihan untuk menambah daya tahan lebih ditekankan pada

pengulangan/repetisi. Tahanan yang dipakai dapat berupa

pemberat atau secara manual, sedangkan program latihan di

rumah sakit disesuaikan dengan fasilitas yang ada, sepertistick,

finger ladder, over head pulley dan lain-lain, yang membantu

menambah luas gerak sendi bahu.

1. Latihan dengan tongkat

Latihan ini cukup sederhana dan murah. Gerakan yang

dianjurkan adalah :

a. Pegang tongkat dengan kedua tangan, menggantung di

muka/depan.

b. Dengan siku lurus, gerakan lengan ke atas kepala

sejauh limitasi sendi bahu memungkinkan.

c. Seperti gerakan no.b, tetapi gerakan tangan ke samping

kanan dan kiri. Perlu diingat bahwa gerakan berpusat di

sendi bahu.

26

Page 27: Preskes Frozen Shoulder Dx

d. Tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang

kepala kemudian digerakkan naik-turun.

e. Tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang

punggung bawah kemudian lakukan gerakan berikut :

- menjauhi tubuh

- digerakkan ke atas dan ke bawah (Keith, 2010)

27

Page 28: Preskes Frozen Shoulder Dx

2. Latihan dengan Wall Climbing Exercise

a. ShoulderAbduction

Penderita berdiri dengan bahu sakit disamping

shoulder abduction ladder atau dinding. Gerakan lengan

abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang memanjat

dinding.

b. Shoulder Flexion

Penderita menghadap dinding/Wall Climbing

Exercise. Gerakan bahu fleksi dibantu oleh jari II dan jari

III yang memanjat dinding.

3. Clinning Bar

Penderita berdiri dengan keduia tangan memegang

Clinning Bar (Palang antara dua bingkai pintu) bar

berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua lutut

ditekuk, badan turunke bawah.

4. Overhead Exercise

Dengan katrol ditempatkan di atas kepala, lengan

mengalami kelainan secara pasif dan dielevasi oleh

lengan yang sehat atau normal.

5. Passive External Rotasi of Shoulder

Penderita berdiri menghadap sudut dinding, kedua

siku ditekuk. Kedua lengan masing-masing memang

dinding (push-up) anterior kapsuldan pektoralis

akanterulur. Permulaan latihan dengan kedua tangan

lurus dengan dada kemudian kedua tangan naik

sampai lengan ekstensi penuh di atas kepala.

6. Beberapa latihan untuk penderita nyeri bahu

Latihan A : Penderita tidur terlentang dengan siku

di sisi tubuh dan tangan mengarah ke atas. Eksternal

rotasi secara aktif oleh pasien dan secara pasif oleh

terapis. Tahanan boleh diberikan jika lingkup gerak

28

Page 29: Preskes Frozen Shoulder Dx

memungkinkan. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi

melawan dinding.

Latihan B: Sama dengan latihan A dengan

peningkatan abduksi lengan.

Latihan C: Lengan di belakang kepala, gerakan siku

ke belakang, kearah lantai jika berbaring terlentang ; ke

dinding jika berdiri. (Thomson, 2001; Djohan, 2004)

29

Page 30: Preskes Frozen Shoulder Dx

DAFTAR PUSTAKA

Thomson, Ann M. 2001. Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 2001. hal: 71.

David. Ring. 2009. Aprroach to The Patient with Shoulder Pain. In Primary Care Medicine. Lippincott Williams and Wilkins. p:150.

Djohan Aras. 2004. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis: Ujungpandang.

Donatelli, Robert, Wooden, Micheal J. 1999. Orthopaedic Physical therapy. Churchil Livingstone Inc. hal: 160.

Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise. American Academy of Orthopaedic Surgeons.

Priguna, Sidharta. 2003. Sakit neuromuskuloskeletal dal praktek umum. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Soeharyono. 2004. Sinkronisasi gerak persendian daerah gelang bahu pada gerak abduksi lengan. Maj Fisioterapi 2004: 2(23).

Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et al. 2006. The demographic and morphological features of rotator cuff disease. A comparison of asymptomatic and symptomatic shoulders. J Bone Joint Surg Am. 88:1699.

 

30