Upload
koko-f-setiawan
View
371
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kerja praktek
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus meningkat dan mengalami
perkembangan yang semakin pesat dari masa ke masa. Hal tersebut berakibat pada
peningkatan kebutuhan akan tenaga professional untuk mendukung proses
industrialisasi. Oleh karena itu, dunia pendidikan menjadi sarana utama untuk
meningkatkan sumber daya manusia disamping lembaga yang lainnya.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya
terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini
permintaan akan minyak bumi dan gas bumi sangat besar, baik dari dalam negeri
maupun di luar negeri sehingga dibutuhan pengolahan minyak dan gas bumi
secara tepat dan efisien guna memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, salah
satu perusahaan minyak yang cukup berperan dalam mengatasi kebutuhan minyak
dan gas bumi di indonesia yaitu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju –
Sungai Gerong. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan minyak mentah
dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang digunakan untuk
menunjang proses pengolahan minyak tersebut.
Kegiatan industri di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju –
Sungai Gerong yaitu meliputi pengolahan minyak mentah (eksplorasi), sebagai
perusahaan komoditi ekspor untuk sektor migas, dan sebagainya. Unit Pengolahan
III Plaju – Sungai gerong tediri dari beberapa unit pengolahan tersebut tersebut
mampu memproduksi minyak sebanyak 10.000 ton/hari.
Untuk menunjang kegiatan tersebut, PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit III Plaju – Sungai Gerong memiliki 5 CDU (Colomn Destilation Unit) untuk
mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi bahan bakar. Di setiap CDU
terdapat beberapa Accumulator untuk penyediaan aliran refluk dan mencegah
terjadinya kerusakan peralatan setelah accumulator akibat fluktuasi aliran kolom.
Accumulator ini termasuk bejana tekan (Pressure Vessel).
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
1
1.2 Tujuan Kerja Praktek (KP)
Tujuan Kerja praktek yaitu :
1. Tujuan Umum
a. Mengadakan studi banding untuk mengetahui secara mendalam
sampai seberapa jauh pengetahuan yang telah didapat oleh
mahasiswa di bangku kuliah yang dapat dipraktekkan di dunia kerja
yang sesungguhnya.
b. Memahami secara umum kegiatan-kegiatan yang ada di perusahaan,
khususnya di bidang permesinan.
c. Mengikat pengalaman, wawasan dan daya nalar mahasiswa tentang
pengopersian mesin-mesin dan aspek-aspek keteknikkan dalam
aplikasinya dalam dunia industri.
d. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa Teknik Mesin dengan
adanya transfer informasi dari kalangan dunia industri kepada
mahasiswa.
e. Sebagai sarana diskusi tentang keprofesian Teknik Mesin di masa
yang akan datang dan dalam menghadapi persaingan bebas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Universitas, dapat memperoleh gambaran tentang
perusahaan sebagai bahan informasi untuk mrngembangkan
kurikulum di jurusan.
b. Untuk mahasiswa, dapat mengetahui lebih mendalam penerapan
teori yang didapat mahasiswa dan yang diterapkan dalam dunia
kerja sesungguhnya.
c. Untuk Perusahaan, dapat memperoleh usulan dan saran secara
tertulis dari mahasiswa terhadap permasalahan yang terjadi di
perusahaan.
1.3 Batasan Masalah
Dalam kerja praktek ini, penulis membahas tentang “Konstruksi pressure
vessel accumulator pada CDU 4” dengan batasan :
1. Menentukan ketebalan Accumulator
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
2
2. Menentukan korosi pertahunnya
3. Menentukan umur Accumulator
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan selama kerja praktik adalah :
1. Observasi ( pengamatan ), dilakukan dengan mengamati tangki
yang ada di plaju secara langsung dan mengumpulkan data hasil
pengukuran ketebalan dan kondisi Accumulator. Dengan
demikian diperoleh data-data serta hasil pengamatan yang akan
digunakan dalam analisa.
2. Wawancara dan diskusi dengan pembimbing kerja praktek
tentang metode yang digunakan dalam pengukuran, yang
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang Accumulator
secara umum serta data-data non teknis yang berkaitan dengan
Accumulator.
3. Study literatur, bertujuan untuk memperoleh data-data mengenai
accumulator dengan cara melihat beberapa referensi buku
keteknikan yang membahas mengenai Pressure Vessel.
4. Dialog dan Diskusi, diterapkan pada pembimbing dan mekanik yang bekerja di lapangan.
I.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Kerja praktek ini berlangsung selama 2 bulan dan dilakukan pada
tanggal 28 Januari 2013 s/d 28 Maret 2013, kegiatan ini berlangsung di
PERTAMINA RU III Plaju-Sungai Gerong.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
3
TANGGAL WAKTU TEMPAT BAGIAN
28 Januari 2013 s/d 31 Januari
2013
1 Februari 2013 s/d Selesai
Kerja Praktek
07.00 – 15.30
07.00 – 15.30
Workshop
MAINTENANCE AREA I
1.6 Parameter Perhitungan
Ada beberapa parameter yang diperlukan untuk perhitungan perancangan
Accumulator CDU 4. Parameter yang dibutuhkan dari pompa adalah Diameter
luar, Pressure, dan Material. Para
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
III Plaju – Sungai Gerong mulai dari tanggal 28 Januari sampai 28 Maret 2013.
Adapun tempat pelaksanaan kerja praktek adalah Workshop dan Maintenance
Area 1.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Dalam proses penyelesaian laporan ini, penulis membuat apa yang didapat
dilapangan dalam bentuk tulisan dengan sistematika sebagai berikut :
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
4
BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, batasan
masalah, parameter perhitungan, metode penulisan, tempat dan
waktu pelaksanaan serta sistematika penulisan laporan.
BAB II Tinjaun umum yang meliputi sejarah PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit III Plaju – Sungai Gerong, struktur organisasi
Perusahaan, Proses pengolahan minyak, Produk Pertamina, Lokasi
Tata letak pabrik, dan Kepegawaian
BAB III Dasar Teori Pressure Vessel Accumulator
BAB IV Hasil Perhitungan dan Pembahasan
BAB V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
II.1 Sejarah Singkat PERTAMINA
Penduduk yang semakin lama kian meningkat jumlahnya menyebabkan
kebutuhan akan energi yang seiring ikut meningkat pula. Hal ini menuntut
ketersediaan energi yang memadai.Pada saat ini, minyak dan gas bumi merupakan
sumber energi andalan dan paling banyak dibutuhkan dalam berbagai sektor
kehidupan.Minyak dan gas bumi merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui.
Hal ini memacu usaha-usaha yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
minyak dan juga gas bumi.
Usaha pencarian minyak bumi di Indonesia diawali dengan eksplorasi yang
dilakukan pengusaha Belanda bernama Jan Reerink dan Van Hoevel pada tahun
1871 di kaki Gunung Ceremai. Namun eksplorasi tersebut mengalami kegagalan,
usaha selanjutnya dilakukan oleh pengusaha Belanda lain bernama Aieko Jan
Zijlker di Telaga Tunggal. Pada tanggal 15 Juni 1885, eksplorasi ini berhasil
menemukan sumur minyak bumi komersil pertama di Indonesia dengan
kedalaman 121 m. Setelah keberhasilan pengeboran ini maka secara berturut-turut
ditemukan sumur sumur minyak di beberapa tempat diantaranya :
Sumur minyak di Telaga Sahid (Sumatera Utara)
Sumur minyak Kruka (Jawa Timut, 1887)
Sumur minyak Ledok (Cepu, 1901)
Sumur minyak Pamusian (Tarakan, 1905)
Sumur minyak Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan, 1921)
Penemuan sumur-sumur minyak tersebut mendorong berdirinya kilang-
kilang minyak seperti di Wonokromo (1890), Pangkalan Brandan (1891), Cepu
(1894), dan Plaju-Sungai Gerong (1920).Pada saat itu pengeboran minyak masih
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing seperti Royal Dutch Company, Shell,
Stanvac, Caltex, dll.Baru setelah Indonesia merdeka dilakukan usaha-usaha
pengambilan alihan kekuasaan di bidang industri minyak dan gas bumi. Pada
tahun 1951 didirikan perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia dengan
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
6
nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PMTRI). Setelah
itu, pada tanggal 10 Desember 1957, Kolonel Ibnu Sutowo memerintahkan
perubahan nama PT. ETMSU (Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara)
menjadi PN. PERMINA.Tanggal inilah yang dijadikan sebagai hari jadi
PERTAMINA.
Berdasarkan Undang-Undang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, UU
No. 44/1961, dibentuklah tiga perusahaan negara (PN) disektor minyak dan gas
bumi, yaitu :
PN. PERTAMIN berdasarkan PP No. 3/1961
PN. PERMINA berdasarkan PP No. 198/1961
PN. PERMIGAN berdasarkan PP No. 199/1961
Pada tahun 1965 PN. PERMIGRAN dibubarkan dengan menggunakan SK
Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 6/M/MIGAS?66 tanggal 4 Juni 1966.
Semua kekayaan PN.PERMIGRAN, yaitu sumur minyak dan penyulingan di
Cepu, diserahkan kepada Lemigas, sedangkan fasilitas produksinya diserahkan
kepada PN.PERMINA dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada
PN.PERTAMIN. Berdasarkan PP No. 27/1968, maka pada tanggal 20 Agustus
1968 dibentuk Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional
(PN. PERTAMINA).Perusahaan ini merupakan peleburan dari PN.PERTAMIN
dan tanggal 15 September 1971 dibuat undang-undang landasan kerja baru, yaitu
UU No. 8/1971. Undang-undang ini menjadikan PERTAMINA sebagai pengelola
tunggal dibidang industri minyak dan gas bu mi di Indonesia. Selain itu nama PN.
PERTAMINA diganti menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara (PERTAMINA).
II.2 Sejarah PERTAMINA RU-III Plaju
PERTAMINA RU-III Plaju merupakan satu dari tujuh unit pengolahan
yang dimiliki pleh PT. PERTAMINA.Daerah operasi PERTAMINA RU-III ini
meliputi kilang Plaju dan Sungai Gerong serta terminal Pulau Sambu dan Tanjung
Uban.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
7
Kilang minyak Plaju didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun
1920.Kilang ini mengolah minyak mentah dari Prabumulih dan Jambi.Kilang ini
mempunyai kapasitas produksi 100 MBCD (Million Barrel per Calendar Day).
Pada tahun 1957, kilang ini diambil alih oleh PT. Shell Indonesia dan pada tahun
1965 pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia.
Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvac pada tahun 1920.Kilang yang
berkapasitas produksi 70 MBCD ini kemudian dibeli oleh PERTAMINA pada
tahun 1970.Dengan adanya penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka
kapasitas produksi kilang Sungai Gerong menjadi 25 MBCD.
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proser integrasi.Kedua
kilang ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi.Kilang ini dibawah pengawasan
RU-III PERTAMINA dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM (Bahan
Bakar Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung.
Selain proses integrasi tersebut, RU-III telah melakukan beberapa modifikasi yang
secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tahun Sejarah
1903 Pembanguna kilang minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)
1926 Kilang Sungai Gerong dibangun oleh STANVAC (Amerika Serikat)
1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 110 MBSD dibeli oleh
negara/PERTAMINA
1970 Kilang Sungai Gerong/STANVAC dibeli oleh negara/PERTAMINA
1972 Pembangunan Asphalt Blowing Plant berkapasitas 45.000 t0n
pertahun
1973 Pendirian kilang polipropilen untuk memproduksi pellet polytam
dengan kapasitas 20.000 ton per tahun
1973 Integrasi operasi kilang Plaju-Sungai Gerong
1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi
(PKM I) yang berkapasitas 98 MBSD
1982 Pembangunan High-Vacum Unit (HVU) Sungai Gerong dan
revamping CDU (konservasi energi)
1984 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
8
150.000 ton per tahun
1986 Kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) mulai berproduksi dengan
kapasitas 150.000 ton per tahun
1987 Proyek pengembangan konservasi energi/ Energi Conservation
Improvement (ECI)
1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)
1990 Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225. 000 ton per
tahun
1994 PKM II : Pembangunan unit polipropilen baru dengan kapasitas
45.200 ton pertahun, revamping RFCCU-Sungai Gerong dan unit
alkilasi, redesain siklon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi unit
Redistilling I/II Plaju, pemasangan Gas Turbine Generator Complex
(GTGC) dan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz, dan
pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphuric Acid
Recovery Unit (SAU)
2002 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi
2003 Jembatan integrasi Kilang Musi yang menghubungkan Kilang Plaju
dengan Kilang Sungai Gerong diresmikan.
Tabel. 2.1 sejarah perusahaan
II.3 Struktur Organisasi PERTAMINA RU-III Plaju
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
9
Senior Vice President Refining Operation
GENERAL MANAGERREFINERY UNIT III
SECRETARY
ENGINEERINGDEVELOPMENT
MANAGERRELIABILITYMANAGER
REFINERY PLANNING & OPTIMIZATION
MANAGER
PRODUCTION MANAGER
MAINTENANCE PLANNING &
SUPPORT MANAGER
GENERAL AFFAIRS MANAGER
HSE MANAGER
TURN AROUND MANAGER COORDINATOR OPI
MAINTENANCE EXECUTION MANAGER
PROCUREMENT MANAGER
Untuk Menunjang kegiatan operasi kilang, maka Pertamina RU III Plaju –
Sungai Gerng dilengkapi dengan perangkat kerja yang terbentuk dalam suatu
organisasi kerja.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Refinery Unit III Plaju
II.4 Proses Pengolahan minyak PERTAMINA RU-III Plaju
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
10
Minyak mentah yang diolah di PERTAMINA RU-III Plaju berasal dari
Plamebang Selatan (SPD), minyak mentah Talang Akar Pendopo (TAP), minyak
mentah Jambi Asphaltic Oil/Parafinic Oil (JAO/JPO), minyak mentah Asamera
(Ramba), minyak mentah Jene/Kaji, minyak mentah Duri, minyak mentah
Bula/Klamono, minyak mentah Geragai, dan minyak mentah Lalang.
Minyak mentah dialirkan ke unit Crude Distiller dan Redist sesuai
komposisi dan sumber minyak mentah. Proses pengolahan di PERTAMINA RU-
III Plaju terdiri dari Primary Process, Secondary Process, Treating, Blending, dan
Polypropylene Plant.
Primary Process
Pada primary process, minyak mentah dipisahkan menjadi fraksi-fraksi
dengan menggunakan prinsip distilasi.Hasil dari distilasi merupakan produk
BBM, sebagian dari hasil distilasi harus melewati tahapan secondary process. Unit
operasi yang digunakan pada proses ini adalah Crude Distiller (CD) dan
Redistiller.
o Crude Distiller digunakan untuk memproses minyak mentah.
o Redistiller digunakan untuk mengolah slop oil (minyak sisa yang tidak
memenuhi standar, off spec).
Namun saat ini redistiller dapat digunakan untuk mengolah minyak
mentah atau campuran keduanya. Unit lain digunakan untuk memisahkan residu
hasil pemisahan dari unit CD dan Redistiller menjadi fraksi-fraksinya.
Secondary Process
Proses ini bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi dari primary process.
Pada secondary process melibatkan terjadinya perubahan struktur kimia dari suatu
senyawa. Proses ini meliputi dekomposisi molekul (cracking), kombinasi molekul
(polimerisasi dan alkalisasi) dan perubahan struktur molekul (reforming). Unit
unit- yang beroperasi pada proses ini adalah FCCU (Fluid Catalityc Cracking
Unit), Polimerisasi, dan Alkilasi.
Treating
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
11
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
tidak diinginkan dari produk BBM seperti senyawa belerang. Proses treating ini
dilakukan pada unit CTU (Caustic Treating Unit), Buthane-Buthylene Treater (BB
Treater), Doctor Treater, dan Sulphuric Acid Recovery Unit (SAU).
Blending
Proses ini bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk. Dilakukan
dengan penambahan aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda
spesifikasinya. Contoh proses blending adalah penambahan TEL (Tetra Ethyl
Lead) untuk meningkatkan angka oktan bensin.
Polypropylene Plant
Bahan baku unit ini adalah raw propane-propylene dari hasil perengkahan
di FCCU. Proses terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
o Pemurnian bahan mentah menggunakan proses adsorpsi
o Distilasi dan pengeringan
o Polimerisasi dan peletisasi serbuk polipropilen menjadi bijih plastik
Setiap unit di PERTAMINA RU-III Plaju memiliki kapasitas sendiri. Tabel
dibawah menunjukan kapasitas dari masing masing unit, yaitu :
Unit Lokasi Kapasitas (MBSD)
CDU II Plaju 16.2
CDU III Plaju 30
CDU IV Plaju 30
CDU V Plaju 35
CDU VI Sungai Gerong 15
HVU II Sungai Gerong 53.5
Stabilizer CAB Plaju 4.9
BBDistilling Plaju 2.89
Alkylasion Plaju 1.8
C4 Polymerisasion Plaju 2.3
RFCCU Sungai Gerong 20.5
Tabel 2.2 Kapasitas Tiap Unit
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
12
II.5 Produk PERTAMINA RU-III Plaju
PERTAMINA RU-III Plaju mengolah minyak mentah menjadi produk jadi
berupa fuel products, special fuel products, dan non fuel products. Spesifikasi dari
produk yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel dibawah :
Fuel Products Notification Majority Uses
Gasoline Pso Fuel for Gasoline Engine
Kerosene PSO Fuel for Cooking
Diesel PSO Fuel Diesel Engine
Industrial Diesel Oil Non PSO Fuel Industry Diesel
Industrial Fuel Oil Non PSO Fuel Industry Diesel
Tabel 2.3 Fuel Products
Special Fuel Products The Uses
Avgas For non jet aircraft
Avtur For jet aircraft
Pertamax For high compressor cars
Tabel 2.4 Special Fuel Products
Non Fuel Products The Uses
LPG For households and industry
Solvent (SBP-X, LAWS,
SGO)
For melting paint, link, insektiside,
medicine, etc
Musicool Hydrocrbon
Refrigerant
Cooling media for : air conditioners,
frezer, chillers
Tabel 2.5 Non Fuel Products
II.6 Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
13
PT.Pertamina (Persero) RU.III Plaju merupakan salah satu unit proses
produksi dalam jajaran direktorat pengolahan yang terletak di Sumatera Selatan
RU.III Plaju ini mempunyai dua buah kilang yaitu :
1. Kilang Minyak Plaju
2. Kilang Minyak Sungai Gerong
Kilang minyak Plaju terletak di sebelah selatan Sungai Musi dan sebelah
barat Sungai Komering, sedangkan kilang minyak Sungai Gerong erletak di
persimpangan Sungai Musi dan Sungai Komering.
Untuk lebih jelasnya lokasi PT.Pertamina (Persero) RU.III dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.2 Lokasi perusahaan
Luas wilayah kerja PT.Pertamina (Persero) RU.III adalah 1812,6 Ha,
sedangkan luas wilayah efektif yang dipergunakan oleh PT. Pertamina (Persero)
RU.III dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini :
No Tempat Luas (Ha)
1 Area Perkantoran Kilang Plaju 229,60
2 Area Kilang Sungai Gerong 153,90
3 Diklat-SDM Sungai Gerong 34,95
4 RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning 51,40
5 RDP Kenten 21,20
6 Lapangan Golf Kenten 80,60
7 RDP Plaju, Sungai Gerong Ilir 349,37
Tabel 2.6 Luas area perusahaan
II.7Kepegawaian
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
14
Berdasarkan data yang dihimpun jumlah karyawan yang bekerja di
PT.Pertamina RU.III adalah 1821 orang. Karyawan yang bekerja di PT.Pertamina
RU.III terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi.
Yang termasuk dalam bagian ini adalah karyawan yang bekerja di lapangan
seperti operator dan kepala jaga, jam kerja yang berlaku merupakan sistem shift
yang terbagi atas :
1. Shift pagi : jam 07.00 s.d 15.00 WIB
2. Shift siang : jam 15.00 s.d 23.00 WIB
3. Shift malam : jam 23.00 s.d 07.00 WIB
Terdapat empat kelompok shift yaitu A, B, C, dan D pengaturan kerjanya
dilakukan dengan sistem 3-1 yang berarti tiga hari kerja berturut-turut dan satu
hari libur.
2. Karyawan yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi.
Yang termasuk dalam bagian ini adalah karyawan yang bekerja di dalam
kantor seperti engineering dan orang yang bekerja di bagian SDM jam kerja bagi
kelompok ini adalah jam kerja reguler yang diatur sebagai berikut :
a. Senin – Kamis : jam 07.00 WIB s.d 15.30 WIB
Istirahat : jam 12.00 WIB s.d 12.30 WIB
b. Jumat : jam 07.00 WIB s.d 15.30 WIB
Istirahat : jam 11.00 WIB s.d 13.00 WIB
Untuk menjalankan operasinya, PT. Pertamina RU.III mempekerjakan
pegawai-pegawainya secara garis besar terbagi menjadi:
a. Pegawai Pembina : Pegawai dengan golongan 2 ke atas
b. Pegawai Utama : Pegawai dengan golongan 5-3
c. Pegawai Madya : Pegawai dengan golongan 9-6
d. Pegawai Biasa : Pegawai dengan golongan 16-10
Seorang sarjana teknik biasanya mula-mula bekerja di bagian kilang
dahulu dan turut mendapatkan giliran jaga bersama dengan salah satu kelompok
shift. Setelah itu, ia akan bekerja di bagian engineering dan pengembangan
khususnya bagian proses engineering. Selain itu, seorang sarjana teknik juga dapat
bekerja di labiratorium ataupun di bagian rencana dan ekonomi.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
15
Sebelum bekerja di Pertamina, seorang sarjana teknik yang telah diterima
menjadi calon karyawan akan dilatih pada program BPST (Bimbingan Profesi
Sarjana Teknik) selama kurang lebih satu tahun. Program ini bertujuan untuk
memberikan pendidikan dan pelatihan seputar proses proses yang terjadi di
Pertamina kemudian sarjana teknik tersebut berorientasi di Proses Engineering
sekitar 1-2 tahun setelah berorientasi di Proses Engineering sarjana tersebut akan
ditempatkan di pabrik / kilang sebagai asisten selama 3-5 tahun. Seorang sarjana
teknik yang ditempatkan di pabrik ini kemungkinan besar tidak berorientasi di
satu kilang saja, tetapi ada kemungkinan untuk berpindah ke kilang yang lainnya.
Setelah selesai masa orientasi maka akan ditempatkan kembali bekerja di pabrik
sebagai Supervisor ataupun Kepala Bagian.
Setelah menjadi Kepala Bagian dapat pula berpeluang menjadi Manajer.
Umumnya, seorang sarjana teknik akan menjadi manajer setelah bekerja selama
15-20 tahun, dan pengalaman bekerja juga dituntut untuk mempunyai prestasi
tertentu, sehingga dipandang mampu untuk menempati proses manajer. Setelah
menjadi manajer, seorang sarjana teknik berpeluang untuk menjadi seorang
General Manager di Pertamina adalah seseorang yang mempunyai pengalaman
bekerja di Pertamina dan disegani karena mempunyai prestasi yang bagus
Peraturan Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU.III merupakan suatu industri yang berpotensi
tinggi terhadap bahaya kecelakaan, kebakaran/peledakan, pencemaran lingkungan
dan penyakit akibat kerja PT. Pertamina mengadakan sarana yang diperlukan
untuk menunjang kegiatan tersebut, merevisi prosedur kerja, melaksanakan
program pelatihan dan mendeteksi secara dini sumber-sumber bahaya, serta
melakukan evaluasi dan audit.
Area Kilang merupakan area yang tertutup bagi umum sehingga untuk
dapat masuk ke dalam area tersebut, seorang harus memiliki kartu pass ataupun
visitor cara (bagi yang non karyawan seperti peserta kerja praktek dan peserta
kunjungan pabrik) ataupun kartu identifikasi atau ID card (bagi karyawan) yang
dikeluarkan oleh pihak keamanan. Jika seorang sudah dapat masuk ke area kilang
maka ia diharuskan untuk memakai alat-alat keselamatan kerja yang terdiri dari
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
16
helm pengaman, sepatu safety, sarung tangan, dan sumbat telinga yang harus
digunakan dengan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja karyawan.
Sesuai dengan Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
karyawan yang dikeluarkan oleh Depatemen Tenaga Kerja, PT. Pertamina RU.III
memberikan sebuah badan khusus yang bertanggung jawab atas keamanan dan
keselamatan kerja karyawan. Badan tersebut adalah HSE.
HSE terbagi atas tiga bagian dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu :
1. Keselamatan dan Keselamatan Kerja.
2. Lindungan Lingkungan (LK).
3. Pemadam Kerbakaran.
PT.Pertamina RU.III memiliki ketentuan-ketentuan umum dan khusus
dalam pelaksanaan peraturan kerja, yaitu :
1. Ketentuan umum, yaitu :
a. Tamu ataupun rekanan tidak diizinkan masuk di daerah kilang tanpa
persetujuan/izin dari manager kilang dan security.
b. Badge tanpa pengenal harus dikenakan pada tempat yang mudah dilihat
saat memasuki ataupun berada di daerah pabrik/kilang
c. Tidak dibenarkan membawa senjata api, senjata tajam, korek api, ataupun
alat pembuat api lainnya, obta bius atau minuman yang beralkohol ke
dalam area kilang.
d. Dilarang menghasut, berkelahi atau berkelakar yang dapat membahayakan.
e. Dilarang menyentuh dan mengoperasikan alat-alat operasi.
2. Ketentuan khusus, terdiri dari :
a. Merokok, yaitu :
Dilarang keras merokok di daerah kilang kecuali di tempat khusus yang
telah disetujui oleh pimpinan perusahaan CQ. HSE sebagai tempat
merokok.
b. Alat potret dan handphone yaitu :
1. Semua yang akan menggunakan alat potret/kamera di dalam area kilang
harus dilindungi oleh surat izin memotret yang dapat diperoleh di
bidang HSE.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
17
2. Alat potret hanya boleh digunakan didaerah yang dinyatakan dalam
surat izin tersebut dan tidak boleh dialihkan untuk pekerjaan lainnya
ataupun di daerah lainnya.
3. Ketika melewati daerah terlarang, alat potret dan perlengkapan lainnya
harus di switch off.
4. Alat potret tidak boleh menggunakan lampu blitz.
5. Tidak diizinkan mengoperasikan handphone dan HT pribadi di dalam
kilang
c. Keadaan darurat, yaitu :
1. Mematikan semua perlengkapan kemungkinan sumber nyala seperti :
rokok, mesin mobil, mesin las dan sebagainya.
2. Personil yang mengemudi kendaraan harus memarkirkan
kendaraannyaa ke tepi jalan dan mematikan mesin, berikan jalan kepada
mobil pemadam kebakaran dan mobil ambulance.
3. Segera menuju ke tempat berkumpul (dengan berjalan kaki) “Assembly
Point” (bendera bersimbol A) berlokasi di :
b) Plaju : Depan kantor Ren Tek Pem.
Depan bengkel bubut.
Depan kantor OM.
Depan kantor Lis Kilang.
c) Sungai Gerong : Belakang kantor CD & L
Belakang pemeliharaan
d. Keselamatan, yaitu :
1. Semua orang memasuki area harus memakai topi pengaman dan alat
keselamatan perorangan lainnya, sebagaimana dianjurkan bagaian
keselamatan (HSE)
2. Patuhilah semua tanda-tanda keselamatan, seandainya anda masih ragu
silahkan bertanya ke HSE.
e. Kendaraan, yaitu :
1. Setiap orang mengendarai kendaraan bermotor di dalam kilang yang
memiliki surat izin mengemudi (SIM) dan surat izin masuk kendaraan.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
18
2. Batas kecepatan di daerah pabrik adalah 40 km/jam ataupun seperti
yang di tetapkan dan 40 km/jam batas kecepatan di jalan-jalan
Kompleks perusahaan Pertamina.
3. Setiap kendaraan dilarang memuat melampaui batas muatan maksimum
yang diizinkan.
4. Jangan lebih dari tiga orang sopir di tempat duduk depan dalam setiap
kendaraan yang sedang berjalan (khusus untuk mobil pick up)
5. Dilarang membawa penumpang, alat-alat ataupun barang-barang besar
dan berat di atas kendaraan beroda dua di dalam area kilang.
f. Kebersihan, yaitu :
Adalah tanggung jawab setiap orang untuk memelihara daerahnya selalu
bersih dan rapi setiap saat dan membuang sampah di tempat pembuangan sampah.
g. Kecelakaan, yaitu :
Setiap orang yang bertanggung jawab untuk melaporkan setiap kejadian
yang menyebabkan rusaknya alat-alat dan lukanya personil ke HSE dengan
menghubungi nomor telpon :
Plaju : 8777, 76692, dan 131
Sugai Gerong : 8225, 8222, dan 141
Fasilitas Karyawan
Fasilitas karyawan diadakan oleh perusahaan melalui penyediaan
perumahan karyawan, sarana kesehatan, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana
pendidikan dan wisma.
1. Perumahan Karyawan
Sarana perumahan tidak terpusat di dalam komplek PT. Pertamina
(Persero) RU.III tetapi juga di luar komplek Pertamina
2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di PT. Pertamina RU.III berupa rumah sakit yang
merupakan sarana dan layanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif untuk
masyarakat perminyakan khususnya rumah sakit didirikan sejak PT.
Shell beroperasi di Plaju pada tanggal 30 Desember 1930.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
19
3. Sarana Ibadah
Sarana ibadah yang disediakan oleh PT. Pertamina RU.III Plaju berupa
masjid dan gereja
4. Sarana Olahraga
Sarana olahraga yang disediakan oleh PT Pertamina RU.III berupa
gedung olahraga bowling, lapangan tenis, lapangan sepak bola, dan
kolam renang.
5. Sarana Pendidikan
Sekolah Yayasan Kesejahteraan Pekerja Pertamina (YKPP) merupakan
sarana pendidikan bagi anak-anak pekerja Pertamina maupun umum
yang berlokasi di komplek Perumahan Pertamina Plaju dan Sungai
Gerong.
6. Wisma
Wisma Yayasan Kesejahteraan Pekerja Pertamina (Wisma YKPP)
berlokasi di Jl.Jati Komplek Pertamina dan Komplek Pertamina Kenten
Barat Palembang.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
20
BAB III
DASAR TEORI
III.1 Bejana Tekan
Bejana tekan atau istilah dalam teknik, adalah tabung tertutup berbentuk
silinder, sebagai penampung tekanan dalam maupun tekanan luar. Adapun
komponen-komponen dari suatu bejana tekan, terdiri dari beberapa bagian utama
seperti; dinding (shell), kepala bejana tekan , lobang orang (manhole), nosel-
nosel (nozzles), penyangga (saddlle) dan aksesoris lainnya yang digunakan
sebagai alat pendukung, baik komponen yang berada di dalam maupun luar ,
sebagai suatu alat proses pemisahan dan penampung, baik untuk pemisah
minyak mentah, air dan gas atau fluida lainnya yang akan dipisahkan, dalam
bejana tekan ini juga akan mengendap secara gravitasi di dalam bejana tekan
tersebut sehingga terpisah secara sendirinya. Adapun material atau bahan yang
digunakan untuk membuat bejana tekan ini adalah plat baja yang terlebih dahulu
di rencanakan dan di hitung ketebalan plat yang akan digunakan dan spesifikasi
material yang akan direncanakan didalam prosess pabrikasi pembuatan bejana
tekan ini. Sistem penyambungan yang digunakan antara komponen yang satu
dengan yang lain digunakan sistim kampuh pengelasan.
III.1.1 Komponen Utama Bejana Tekan
Bagian-bagian utama dari bejan tekan antara lain:
1. Kepala bejana tekan yaitu sebagai penutup bagian samping atau bawah
dan atas dari suatu bejana tekan tersebut, bentuk dari kepala bejana tekan
ini adalah setengah lingkaran atau ellipsoidal 2:1. Tebal plat dari kepala
bejana tekan ini tergantung dengan hasil perhitungan (calculation) yang
ditentukan dari karekteristik fluida yang akan di proses didalam bagian
dalam bejana tekan. Kepala bejana tekan ini dapat dihubungan dengan
dinding bejana tekan dengan cara pengelasan, dimana ukuran atau
diameter dari pada kepala bejana tekan harus sama dengan ukuran
dinding bejana tekan, untuk ketebalan kepala bejana tekan lebih tebal
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
21
sedikit dibandingkan dengan ketebalan dinding, sedangkan untuk jenis
material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada
dinding. Cara pembuatan dari kepala bejana tekan dengan cara punch
dish.
Gambar 3.1 Head bejana tekan
2. Dinding (Shell), berbentuk silindar yang dapat menahan tekanan dari
dalam maupun tekanan dari luar. Tebalnya dinding tergantung dari
hasil perhitungan dan dari karekteristik dari fluida yang akan di proses
didalam bejana tekan tersebut, dimana dinding bejana tekan terbuat dari
plat baja yang di roll di bentuk menjadi suatu diameter lingkaran yang
berbentuk tabung, pada ujung-ujung arah horizontal disambungkan
dengan cara pengelasan dapat disesuaikan dengan hasil perhitungan
kapasitas dan volume fluida yang akan di proses untuk di pisahkan di
dalam alat pemisah ini.
3. Lubang orang (Manhole), yaitu suatu lubang yang berfungsi untuk
keluar masuknya orang untuk membersihkan atau merawat . Besar dan
ukuran dapat di tentukan sesuai ukuran badan orang dewasa yaitu
sekitar 20”~24” atau 500mm ~ 600 mm untuk diameter lobang nya,
untuk rating di tentukan sesuai dengan rating dari nosel inlet atau outlet
dari bejana tekan yang akan direncanakan.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
22
Gambar 3.2 Manhole
4. Penyangga (saddle), yaitu penyangga berbetuk saddle yang di
rencanakan berdasarkan bentuk 1/2 lingkaran yang ditempatkan pada
bagian bawah dinding bejan tekan yang berbentuk silinder, yang
berfungsi sebagai penyangga bejana tekan. Terdiri dari dua tipe yaitu:
a. Penyangga permanen (Fix saddle) yaitu dipasang di salah satu sisi
separator disambung dengan cara pengelasan sedang bagian satu sisi
(bawah) disediakan lubang baut guna untuk menyambung
penyangga tersebut dengan cara dipasang baut untuk
menghubungkan antara pondasi atau kedudukan saddle.
b.Penyangga peluncur (Sliding saddle) yaitu cara penyambungan sama
dengan bejana tekan sama dengan poin “a”. Sedangkan sistim
penyambungan dengan penyangga juga menggunakan baut cara
pemasangan diberi rengganan (sliding), ini berfungsi sebagai
peluncur sewaktu-waktu adanya pertambahan panjang pada separator
akibat adanya tegangan tarik yang timbul akibat adanya tekanan dan
temperatur yang diakibatkan dari bagian dalam bejana dan untuk
menghindari terjadinya pecahnya atau keretakan pada dinding bejana
tekan jenis separator.
5. Nosel atau flanges yaitu yang berfungsi sebagai penghubung antara
bejana tekan itu sendiri dengan proses pemipaan aliran fluida yang
akan dialirkan keluar masuk (nozzle outlet inlet) dari dan ke bejana
tekan itu sendiri, dari dan ke proses lanjutan ke dalam sistim pemipaan
atau interface dengan alat-alat instrument pendukung lainnya.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
23
III.1.2 Bagian-bagian internal Bejana Tekan
Bejana tekan mempunyai bagian-bagian internal yang fungsi dan
kegunaannya bermacam-macam, berikut ini penjelasan mengenai bagaian-
bagian internal, bejana horizontal separator 3-Phase sesuai dengan gambar
dibawah ini:
1. Vane type inlet device, adalah alat berbentuk lingkaran terbuat dari
potongan pipa, sedangkan didalam pipa tersebut di beri plat penyekat atau
menyerupai baling-baling, alat ini berfungsi sebagai pemecah suatu aliran
fluida yang masuk kedalam bejana tekan dan sekaligus untuk mengurangi
kecepatan supaya fluida antara gas dan cairan bisa dipisahkan oleh vane
secara gravitasi secepatnya dan lebih sempurna sehingga untuk proses ini
sesuai yang di kehendaki.
2. Weir, adalah plat penyekat yang berfungsi sebagai pemisah atau
pejebak antara minyak mentah dengan air , karena berat jenis antara
minyak dan air berbeda dan minyak berat jenisnya lebih ringan
dibandingkan dengan air maka minyak akan mengalir di atas pemukaan
air dan melewati plat penyekat tersebut sehingga dengan sendirinya minyak
akan berpisah. Sedangkan plat penyekat dipasang tidak permanen
(removable) tujuanya agar weir tersebut dapat di lepas untuk memudahkan
pada saat pembersihan atau perawatan (maintenance) didalam bejana
tekan tersebut, bila sesuatu saat bejan tekan membutuhkan perawatan,
apabila secara proses produksi tidak lagi effektif bekerja secara normal.
3. Mesh pad and perforated plate, adalah plat yang dipasang berlapis-lapis
dan plat tersebut dilubangi dan tujuan dipasang alat ini adalah sebagai
penjebak kondensate yaitu campuran antara minyak dan air tetapi lebih hal
ini didominasi minyak sehingga cairan tersebut akan mengalir menuju
kebawah secara gravitasi, sehingga bercampur menjadi satu dengan
minyak yang berada di bawahnya. Mesh pad and perforated plate ini
material yang di gunakan adalah sejenis plat tahan karat atau stainless
steel, yang bertujuan agar tidak berubah secara fisik dan tidak mudah
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
24
rapuh akibat dari terkontiminasi dengan CO2 yang terkadung didalam
fluida atau minyak mentah.
4. Vortex breaker atau pemecah aliran, adalah alat berbentuk lingkaran
terbuat dari potongan pipa sedangkan didalam pipa tersebut di beri plat
penyekat atau menyerupai baling-baling, alat ini berfungsi sebagai pemecah
suatu aliran fluida yang akan keluar melalui nosel pipa yang akan dialirkan
keluar dari bagian dalam bejana tekan.
III.2 Bagian-bagian pendukung / accessories
1. Nosel pembuangan (drain), yaitu sebuah nosel berbentuk flanges yang
dihubungkan dengan pipa saluran pembuangan, yang diletakan dibagian
paling bawah dinding bejana tekan, drain nosel tersebut dihubungkan
dengan katup atau katup guna menutup atau membuka aliran dari
dalam bejana tekan / bejana tekan. Nosel pembungan (drain) ini dalam
kondisi normal operasi selalu dalam kondisi tertutup.
2. Nosel untuk alat-alat instrumentasi (instrument device), yaitu nosel
dihubungkan dengan kebutuhan alat-alat instrumentasi, yang berfungsi
sebagai alat kontrol guna mengetahui tekanan, suhu . Disetting berdasarkan
kebutuhan didalam bejana tekan, seperti; PT (Pressure Transmitter), LSL
(Level Swit Low), LSH (Level Swit High ), LG ( Level Gauge), LT (Level
Transmiter) dll. Dan masing-masing alat-alat instrumentasi tersebut
mempunyai fungsi satu sama lainya yang berbeda-beda.
3. Venting system, yaitu suatu alat instrumentasi yang berfungsi sebagai
alat keselamatan, yang mana mutlak harus di install atau dipasang
dibagian atas dari bejana tekan.
4. Katup Keselamatan, yaitu suatu katup yang berfungsi sebagai
pelindung bejana, yang dipasang di bagian atas bejana guna
melindungan bejana dari kerusakan material atau sambungan pengelasan.
alat ini bekerja secara otomatis karena sudah disetting sesuai dengan
tekanan maksimal, bila melebihi tekanan yang diijinkan pada bagian
dalam dari bejana tekan maka PSV akan membuka dengan secara
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
25
otomatis, dengan terdorong pegas keatas yang di tekan oleh tekanan yang
terjadi didalam bejana tekan, maka PSV mengeluarkan fluida yang
bertekanan dari bejana tekan. Venting line di alirkan ke vent system
tertutup atau ke flare line atau gas buang hasil dari venting tersebut di bakar
ke dalam lubang pembakaran / burn pit. Apabila telah melebihi tekanan
perencanaan maksimal yang dizinkan maka secara otomatis katup
keselamatan akan bekerja sesuai dengan berfungsinya yaitu mengeluarkan
tekanan, sehingga tekanan didalam bejana akan normal kembali sesuai
dengan normal tekanan kerja yang diizinkan yang telah ditentukan
didalam perencaan.
III.3 Fungsi bejana tekan
Berdasarkan fungsi dan pemakaiannya, bejana tekan dibagi, antara lain :
III.3.1 Tanki penyimpanan bahan bakar
Bejana tekan dapat difungsikan sebagai alat penyimpan atau penampung
bahan bakar baik cair maupun gas, untuk besar dan ukuran dari tanki
penyimpan bahan bakar tergantung dari kapasitas yang akan direncanakan
berdasarkan kebutuhan, berapa lama bahan bakar tersebut akan
digunakan/disimpan.
III.3.2 Tabung Kompresor
Tabung kompressor ini merupakan juga salah satu jenis bejan tekan yang
berfungsi sebagai penampung udara yang bertekanan/dikompresikan.
III.3.3 Water Pressure Tank
Water pressure tank ini merupakan salah satu jenis bejana tekan yang
berfungsi sebagai penyimpan air yang bertekanan, yang dapat di alirkan
melalui pipa-pipa penyalur, dimana dari water pressure tank ini dapat di
injeksikan kedalam suatu sistem yang tekanannya lebih rendah dari tekanan
atmosfir.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
26
III.4 Klasifikasi Bejana Tekan
Klasifikasi Bejana tekan di bagi menurut posisi atau tata letak bejana tekan
yang terdiri dari dua ( 2 ) macam posisi yaitu:
1. Posisi horizontal
2. Posisi vertical
III.4.1 Posisi Horizontal
Bejana tekan pada posisi horizontal banyak ditemukan dan digunakan
pada ladang sumur minyak didaratan karena mempunyai kapasitas produksi
yang lebih besar. Jenis bejana tekan dengan posisi horizontal ini biasanya
berfungsi sebagai separator 3-Phase, yaitu pemisahan antara minyak mentah
(crude oil), air (water) dan gas.
Gambar 3.3 Horizontal position
III.4.2 Posisi Vertikal
Posisi vertikal yaitu posisi tegak lurus terhadap sumbu netral axis,
dimana posisi ini banyak digunakan didalam installasi anjungan minyak lepas
pantai (offshore), yang tidak mempunyai tempat yang tidak begitu luas.
Jenis bejana tekan bejana tekan vertical ini, banyak di fungsikan sebagai
jenis 2-Phase, yaitu pemisahan antara minyak mentah dan gas saja yang mana
pada penggunaan bejana tekan pada posisi vertical ini hasil utama yang akan
diproses adalah gas dan cair, sehingga gas yang akan dihasilkan lebih kering
(dry gas) di bandingkan dengan separator dengan posisi horizontal.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
27
Gambar 3.4 Vertical position
III.5 Perencanaan Bejana Tekan
Bejana tekan jenis separator mempunyai tekanan dalam dan luar
dalam bejana tekan itu sendiri ,adapun hal-hal yang harus diperhatikan didalam
merencanakan bejana tekan jenis separator yaitu :
1. Tekanan kerja (operating pressure), dimana tekanan maksimum kerja
yang diizinkan pada pengukur puncak bejana lengkap dalam posisi
operasinya pada suhu yang telah ditentukan. Tekanan ini ditentukan atas
dasar kalkulasi terhadap setiap elemen bejana tekan dengan menggunakan
tebal nominal, tidak termasuk untuk korosi yang diijinkan pada bahan yang
yang akan digunakan dan tebal dinding yang diperlukan, Tekanan kerja
maksimal ini menjadi dasar untuk pengetesan tekanan.
2. Tekanan perencanaan (design pressure), tekanan perencanaan digunakan
untuk mendisain bejana tekan, untuk menghitung tebal maksimum yang
diizinkan atau menentukan karekteristik fisik bahan-bahan yang akan
digunakan didalam bejana tekanan, selain itu dapat menentukan tekanan
kerja maksimum yang diizinkan s esuai dengan bahan atau material yang
akan dipakai. tekanan perencanaan ini lebih besar sedikit sekitar 10%
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
28
lebih tinggi dari tekanan kerja (operating pressure) atau tekanan
normal pada saat terjadi proses pemisahan di dalam bejana tekan.
3. Tekanan kerja maximum yang diizinkan (maximum allowable working
pressure), yaitu tekanan yang timbul dari bejana tekanan yang terjadi
pada bagian titik terlemah, dalam perencanaan bejana tekan jenis
separator akan diasumsikan bekerja pada kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. dalam kondisi berkarat/terjadinya korosi
b. dibawah pengaruh temparatur perencanaan (design temperature)
c. dalam posisi operasi normal (working pressure)
d. dibawah pengaruh-pengaruh beban-beban yang lainnya (beban angin,
tekanan dari dalam, tekanan hydrosatik, dll). Material tambahan yang
mana akan mempengaruhi tekenan internal.
4. Nilai tegangan maksimal yang dizinkan (maximum allowable stress
value), unit tegangan maksimal yang diizinkan, untuk bahan yang telah
dispesifikasikan mempunyai nilai tegangan yang diizinkan, yang dapat
digunakan dalam rumus perencanaan yang tercantum dalam standard
material yang akan digunakan didalam perencanaan bejana tekan.
5. Hydrostatic test pressure (pegetesan bertekanan hydrostatic), untuk
pengetesan bejana tekan dengan cara hydrostatic yaitu dengan cara
menaikan tekanan sebesar 1.5 kali dari kondisi maximum tekanan kerja
yang diizinkan atau tekanan kerja yang direncanakan.
Adapun rumus-rumus untuk perhitungan Bejana tekan itu sendiri dapat
kita lihat dari buku ASME divisi VIII, dibawah ini ada rumus-rumus yang
merupakan panduan bagi perancang bejana tekan yang memiliki aturan baku
dan telah diakui oleh para ahli. Ini adalah rumus-rumus yang digunakan pada
perhitungan dengan diameter luar atau dengan diameter dalam.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
29
Gambar 3.5 Rumus-rumus bejana tekan
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
30
BAB IV
PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam menentukan dimensi atau ukuran dari suatu bejana tekan (Pressure
vessel), maka akan dibahas mengenai ukuran dan dimensi dalam merencanakan
suatu bejana tekan yaitu tebal dinding, tebal dinding head, tebal dinding Manhole,
laju korosi dan umurnya, yang mempengaruhi bejana tekan tersebut sehingga
perlu dianalisa sedemikian sehingga kegagalan dan kondisi buruk dari
perancangan dapat diantisipasi.
IV.1 Shell Accumulator
Gambar 4.1 Shell bejana tekan
IV.1.1 Data Perhitungan Shell Pressure Vessel Accumulator
Jenis Pressure Vessel : Accumulator Cylinderical Sheel.
Tekanan design (P design) : 56.9 psi = 4.0 kg/cm2
Tempratur design (T design) : 150 0c
Radius luar (Ro) : 33.500 inc
Material : ASTM A-285 GRD.C
MAWS (S) allowable stress : 15700 psi
Type joint : Butt Joints Double-weld
Radiografi : Spot
Efisiensi Joint Las (E) : 0.85
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
31
Tahun pasang (T.initial) :1939
Tebal asli / baru (t. initial) :13.00 mm = 0.512 inch
Tahun last inspection (T.prev) : 2008
Tebal min. Last Inspect. (t.prev) : 8.6 mm = 0.339 inc
Tahun Inspection (T.act) : 2012
Tebal Minimal Inspect. (t.act) : 8.5 mm = 0.335 inch
IV.1.2 Ketebalan Shell
Ketebalan dinding Pressure Vessel tidak boleh kurang dari hasil
perhitungan ini, bila hal itu terjadi maka Vessel akan hancur dan meledak.
t = tebal sheel
Pdesign = 56.9 psi
Ro (radius luar) = 33.500 inch
S (Allowable Stress) = 15700 psi (ASME II Tabel. 1A)
E (Effisiensi Joints las) = 0.85 (ASME VIII Tabel UW.12)
t min (internal pressure) = Pdesign × Ro
S . E+0.4 Pdesign (ASME VIII Appendix 1)
= 56.9× 33.500
(15700× 0.85 )+(0.4 × 56.9 )
= 1906.15
13345+22.76
= 0.142 inch atau 3.606 mm
IV.1.3 Perhitungan Laju korosi (Corrosion Rate)
Laju korosi (Corrosion Rate) adalah ketebalan korosi atau
penipisan ketebalan Pressure Vessel berdasarkan waktu yang disebabkan
korosi dari dalam, biasanya dihitung berdasarkan ketebalan korosi
pertahun.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
32
CR (long term) = laju korosi (jangka panjang) perhitungannya
dimulai dari pertamakali Pressure Vessel
dibangun
CR (short term) = laju korosi (jangka pendek) perhitungannya
dimulai dari tahun terakhir pengechekan
terhadap Pressure Vessel
Tahun pasang (T.initial) =1939
Tebal asli / baru (t. initial) =13.00 mm atau 0.512 inch
Tahun last inspection (T.prev)= 2008
Tebal min. Last Inspect. (t.prev)= 8.6 mm atau 0.339 inch
Tahun Inspection (T.act) = 2012
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 8.5 mm atau 0.335 inch
-CR (long term) = t . initial−t . act
T . act−T . initial
= 0.512−0.3352012−1939
= 0.002 inch/tahun atau 0.06 mm/tahun
- CR (Short term) = t . prev−t . act
T . act−T . prev
= 0.339−0.3352012−2008
= 0.001 inch/tahun atau 0.03 mm/tahun
Perbedaan nilai antara long term dan short term pada laju korosi
dikarena perbedaan tahun yang panjang dan juga perlakuan terhadap
Pressure Vessel. Untuk long term kita memulai perhitungannya sejak
Pressure Vessel tersebut dibangun yaitu tahun 1939 hingga tahun 2012
jadi laju korosi ratanya lebih besar dikarenakan kemungkinan perbedaan
laju korosi yang berbeda-beda tiap tahunnya tergantung pada perawatan
dan maintenancenya. Untuk short term kita memulainya dari tahunterakhir
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
33
inspeksinya sehingga didapat laju korosinya hanya 0.001 inch, ini bias
mengidikasikan perawatan dan maintenancenya cukup baik.
IV.1.4 Batas Umur Shell (Remaining Life Shell)
Remaining Life Shell ini bertujuan untuk menganalisa berapa lama
umur dari sebuah Pressure Vessel. Sehingga perusahaan dapat
memprediksi kapan sebuah Pressure Vessel akan diganti. Bila kita tidak
mengetahui batas aman umur sebuah Pressure Vessel, ini akan berbahaya
dikarenakan Vessel akan meledak bila tidak dapat lagi menahan tekanan
yang diberikan kepadanya.
Remaining life (long term) = Batas umur (jangka panjang) perhitungannya
dimulai dari pertamakali Pressure Vessel
dibangun
Remaining life (short term) = Batas umur (jangka pendek) perhitungannya
dimulai dari tahun terakhir pengechekan
terhadap Pressure Vessel
t min (internal pressure) = 0.324 inch atau 8.22 mm
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 8.5 mm atau 0.335 inch
CR (short term) = 0.001 inch/tahun atau 0.03 mm/tahun
CR (long term) = 0.002 inch/tahun atau 0.06 mm/tahun
- Remaining life (long term) = t . act−tmin
CR(longterm)
= 0.335−0.324
0.002
= 4.51 tahun
- Remaining life (short term) = t . act−tmin
CR(short term)
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
34
= 0.335−0.324
0.001
= 11.14 tahun
IV.1.5 Tekanan Maksimum yang Diizinkan (MAWP)
MAWP adalah tekanan maksimum yang diizinkan pada Pessure
Vessel, bila terkanan yang tejadi melebihi batas ini maka Pressure Vessel
tersebut akan meledak dak hancur.
MAWP = tekanan maksimum yang diizinkan
Ro (radius luar) = 33.500 inch
S (Allowable Stress) = 15700 psi (ASME II Tabel. 1A)
E (Effisiensi Joints las) = 0.85 (ASME VIII Tabel UW.12)
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 8.5 mm atau 0.335 inch
MAWP = S × E ×t .act
Ro−( 0.4 ×t . act )
= 15700 × 0.85× 0.33533.500 – (0.4 × 0.335 )
= 133.985 psi atau 9.4191 kg/cm2
IV.2 Perhitungan Head/Cover Ellipsoidal Accumulator
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
35
Gambar 4.2 Jenis-jenis Head bejana tekan
IV.2.1 Data Perhitungan Head Ellipsoidal Pressure Vessel Accumulator
Jenis Pressure Vessel : Accumulator Cylinderical Head
Tekanan design (P design) : 56.9 psi = 4.0 kg/cm2
Tempratur design (T design) : 150 0c
Diameter Dalam (ID) : 67.00 inch
Tinggi (h) : 24.80 inch
ID/2h : 1.35 inch
Factor k : 1/6 (2+(ID/2h)2) = 0.64
Material : ASTM A-285 GRD.C
MAWS (S) allowable stress : 15700 psi
Type joint : Butt Joints Double-weld
Radiografi : Spot
Efisiensi Joint Las (E) : 0.85
Tahun pasang (T.initial) :1939
Tebal asli / baru (t. initial) :16.00 mm = 0.63 inch
Tahun last inspection (T.prev) : 2008
Tebal min. Last Inspect. (t.prev) : 11.00 mm = 0.433 inch
Tahun Inspection (T.act) : 2012
Tebal Minimal Inspect. (t.act) : 10.90 mm = 0.429 inch
IV.2.2 Ketebalan Head/Cover Ellipsoidal
Ketebalan Head Pressure Vessel tidak boleh kurang dari hasil
perhitungan ini, bila hal itu terjadi maka Vessel akan hancur dan meledak.
t = tebal Head
Pdesign = 56.9 psi
ID (Diameter dalam) = 1.35 inch
Factor k = 1/6 (2+(ID/2h)2) = 0.64 (ASME VIII Appendix 1)
S (Allowable Stress) = 15700 psi (ASME II Tabel. 1A)
E (Effisiensi Joints las) = 0.85 (ASME VIII Tabel UW.12)
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
36
t min (internal pressure) = Pdesign× ID ×k
2 S . E−0.2 Pdesign
= 56.9 ×67.00 × 0.64
(2× 15700× 0.85 )− (0.2× 56.9 )
= 0.091 inch atau 2.311mm
IV.2.3 Perhitungan Laju korosi (Corrosion Rate)
Laju korosi (Corrosion Rate) adalah ketebalan korosi atau
penipisan ketebalan Pressure Vessel berdasarkan waktu yang disebabkan
korosi dari dalam, biasanya dihitung berdasarkan ketebalan korosi
pertahun.
CR (short term) = laju korosi (jangka pendek) perhitungannya
dimulai dari tahun terakhir pengechekan
terhadap Pressure Vessel
Tahun last inspection (T.prev)= 2008
Tebal min. Last Inspect. (t.prev)= 11.00 mm atau 0.433 inch
Tahun Inspection (T.act) = 2012
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 10.90 mm atau 0.429 inch
-CR (Short term) = t . prev−t . act
T . act−T . prev
= 0.433−0.4292012−2008
= 0.001 inch/tahun atau 0.025 mm/tahun
IV.2.4 Batas Umur Head/Cover Ellipsoidal (Remaining Life HeadI)
Remaining Life Head Cover Ellipsoidal ini bertujuan untuk
menganalisa berapa lama umur dari sebuah Pressure Vessel. Sehingga
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
37
perusahaan dapat memprediksi kapan sebuah Pressure Vessel akan diganti.
Bila kita tidak mengetahui batas aman umur sebuah Pressure Vessel, ini
akan berbahaya dikarenakan Vessel akan meledak bila tidak dapat lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya.
Remaining life (short term) = Batas umur (jangka pendek) perhitungannya
dimulai dari tahun terakhir pengechekan
terhadap Pressure Vessel
t min (internal pressure) = 0.207 inch atau 5.27 mm
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 10.90 mm atau 0.429 inch
CR (short term) = 0.001 inch/tahun atau 0.025 mm/tahun
- Remaining life (short term) = t . act−tmin
CR(short term)
= 0.429−0.254
0.001
= 177.936 tahun
IV.2.5 Tekanan Maksimum yang Diizinkan (MAWP)
MAWP adalah tekanan maksimum yang diizinkan pada Pessure
Vessel, bila terkanan yang tejadi melebihi batas ini maka Pressure Vessel
tersebut akan meledak dak hancur.
MAWP = tekanan maksimum yang diizinkan
ID (Diameter dalam) = 33.500 inch
S (Allowable Stress) = 15700 psi (ASME II Tabel. 1A)
E (Effisiensi Joints las) = 0.85 (ASME VIII Tabel UW.12)
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 10.90 mm atau 0.429 inch
Factor k = 1/6 (2+(ID/2h)2) = 0.64 (ASME VIII
Appendix 1)
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
38
MAWP = 2× S × E × t .act
(k × ID )+( 0.2× t . act )
= 2×15700 × 0.85 ×0.429
(0.64 ×67.00 )+ (0.2× 0.429 )
= 266.491 psi atau 18.734 kg/cm2
IV.3 Perhitungan Manhole
Gambar 4.3 Manhole
IV.3.1 Data Perhitungan Manhole Pressure Vessel Accumulator
Jenis Pressure Vessel : Accumulator Cylinderical Manhole.
Tekanan design (P design) : 56.9 psi = 4.0 kg/cm2
Tempratur design (T design) : 150 0c
Radius luar (Ro) : 10.00 inch
Material : ASTM A-285 GRD.C
MAWS (S) allowable stress : 15700 psi
Type joint : Butt Joints Double-weld
Radiografi : spot
Efisiensi Joint Las (E) : 0.85
Tahun pasang (T.initial) :1939
Tahun last inspection (T.prev) : 2008
Tebal min. Last Inspect. (t.prev) : 11.20 mm = 0.441 inch
Tahun Inspection (T.act) : 2012
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
39
Tebal Minimal Inspect. (t.act) : 10.3 mm = 0.406 inch
IV.3.2 Ketebalan Manhole
Ketebalan dinding Manhole tidak boleh kurang dari hasil
perhitungan ini, bila hal itu terjadi maka Vessel akan hancur dan meledak.
t = tebal Manhole
Pdesign = 56.9 psi
Ro (radius luar) = 10.00 inch
S (Allowable Stress) = 15700 psi (ASME II Tabel. 1A)
E (Effisiensi Joints las) = 0.85 (ASME VIII Tabel UW.12)
t min (internal pressure) = Pdesign × Ro
S . E+0.4 Pdesign
= 56.9× 10.00
(15700× 0.85 )+(0.4 × 56.9 )
= 0.042 inch atau 1.066 mm
IV.3.3 Perhitungan Laju korosi (Corrosion Rate)
Laju korosi (Corrosion Rate) adalah ketebalan korosi atau
penipisan ketebalan Pressure Vessel berdasarkan waktu yang disebabkan
korosi dari dalam, biasanya dihitung berdasarkan ketebalan korosi
pertahun.
Tahun last inspection (T.prev)= 2008
Tebal min. Last Inspect. (t.prev)= 11.20 mm atau 0.441 inch
Tahun Inspection (T.act) = 2012
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 10.3 mm atau 0.406 inch
-CR (Short term) = t . prev−t . act
T . act−T . prev
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
40
= 0.441−0.4062012−2008
= 0.009 inch/tahun atau 0.23 mm/tahun
IV.3.4 Batas Umur Manhole (Remaining Life Manhole)
Remaining Life hole ini bertujuan untuk menganalisa berapa lama
umur dari sebuah Pressure Vessel. Sehingga perusahaan dapat
memprediksi kapan sebuah Pressure Vessel akan diganti. Bila kita tidak
mengetahui batas aman umur sebuah Pressure Vessel, ini akan berbahaya
dikarenakan Vessel akan meledak bila tidak dapat lagi menahan tekanan
yang diberikan kepadanya.
Remaining life (short term) = Batas umur (jangka pendek) perhitungannya
dimulai dari tahun terakhir pengechekan
terhadap Pressure Vessel
t min (internal pressure) = 0.082 inch atau 2.09 mm
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 10.3 mm atau 0.406 inch
CR (Short term) = 0.009 inch/tahun atau 0.23 mm/tahun
- Remaining life (short term) = t . act−tmin
CR(short term)
= 0.406−0.189
0.009
= 24.44 tahun
IV.3.5 Tekanan Maksimum yang Diizinkan (MAWP)
MAWP adalah tekanan maksimum yang diizinkan pada Pessure
Vessel, bila terkanan yang tejadi melebihi batas ini maka Pressure Vessel
tersebut akan meledak dak hancur.
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
41
MAWP = tekanan maksimum yang diizinkan
Ro (radius luar) = 10.00 inch
S (Allowable Stress) = 15700 psi (ASME II Tabel. 1A)
E (Effisiensi Joints las) = 0.85 (ASME VIII Tabel UW.12)
Tebal Minimal Inspect. (t.act) = 10.3 mm atau 0.406 inch
MAWP = S × E ×t .act
Ro−( 0.4 ×t . act )
= 15700× 0.85×0.40610.00 – (0.4 × 0.406 )
= 542.675 psi atau 38.150 kg/cm2
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
42
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Pada perencanaan Pressure Vessel ini kita harus hati-hati pada pemilihan
material yang sesuai dengan kekuatan yang dibutuhkan dan ketahanan
akan korosi yang diakibatkan oleh fluida yang melalui Pressure Vessel
tersebut.
2. Pada perancangan Pressure Vessel kita akan lebih memperhatikan pada
Head Vessel, Sheel Vessel, dan Manhole Vessel, yang mana ini adalah
bagian utama yang dibutuhkan agar Vessel kita aman.
3. Kita harus memiliki landasan suatu literature atau buku sebagai acuan saat
kita akan membangun Vessel seperti buku ASME, API, ASTM dan lain-
lain.
V.2 Saran
1. Sebaiknya perawatan pada accumulator harus lebih ditingkatkan agar
dapat memperpanjang umur dari accumulator tersebut sehingga ini akan
meringankan biaya penggantian accumulator dan akan mengurangi
kerugian yang akan diterima perusahaan.
2. Disaat penggantian accumulator yang baru nanti diperlukan perencaan
Pressure Vessel yang memiliki umur yang panjang hingga puluhan tahun
kemudian
Laporan Kerja Praktek di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai GerongTeknik Mesin Unsri
43