4
Prestasi Belajar Menurut Depdiknas, prestasi adalah : “Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan.” 1) Prestasi juga dapat dikatakan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam proses belajar, semakin baik tingkat penguasaan siswa dalam proses belajar maka semakin baik prestasi yang akan diraihnya. Prestasi adalah pemanfaatan secara optimal kemampuan kita untuk melebihi rata-rata. Setelah prestasi akan muncul prestise yang berhubungan dengan segala sesuatu yang menjadi hebat. Karena biasanya orang lain memandang seperti itu. Atau dengan kata lain, prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dan prestise adalah wibawa yang berkaitan dengan prestasi dan kemampuan. Prestise muncul setelah prestasi, contohnya: piagam penghargaan diberikan, atau kita terima ketika kita mencapai prestasi sebagai juara. Ibarat pohon, prestasi itu buah, prestise itu harga buahnya. Namun saat ini masih banyak prestasi yang didapat oleh para siswa tidak murni. Artinya mereka semata-mata hanya mengejar nilai tinggi, tanpa mengerti atau memahami pelajaran atau ilmu yang dipelajarinya di sekolah. Begitu pula banyak orangtua yang salah mengartikan prestasi, mereka bangga dengan prestasi anaknya yang mendapat nilai tinggi. Karena dengan itu mereka 1 ). Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal 133

Prestasi Belajar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prestasi Belajar

Prestasi Belajar

Menurut Depdiknas, prestasi adalah : “Hasil yang telah dicapai dari yang

telah dilakukan, dikerjakan.”1)

Prestasi juga dapat dikatakan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai

siswa dalam proses belajar, semakin baik tingkat penguasaan siswa dalam proses

belajar maka semakin baik prestasi yang akan diraihnya.

Prestasi adalah pemanfaatan secara optimal kemampuan kita untuk

melebihi rata-rata. Setelah prestasi akan muncul prestise yang berhubungan

dengan segala sesuatu yang menjadi hebat. Karena biasanya orang lain

memandang seperti itu. Atau dengan kata lain, prestasi adalah hasil yang telah

dicapai, dan prestise adalah wibawa yang berkaitan dengan prestasi dan

kemampuan.

Prestise muncul setelah prestasi, contohnya: piagam penghargaan

diberikan, atau kita terima ketika kita mencapai prestasi sebagai juara. Ibarat

pohon, prestasi itu buah, prestise itu harga buahnya. Namun saat ini masih banyak

prestasi yang didapat oleh para siswa tidak murni. Artinya mereka semata-mata

hanya mengejar nilai tinggi, tanpa mengerti atau memahami pelajaran atau ilmu

yang dipelajarinya di sekolah. Begitu pula banyak orangtua yang salah

mengartikan prestasi, mereka bangga dengan prestasi anaknya yang mendapat

nilai tinggi. Karena dengan itu mereka beranggapan anaknya pintar. Namun pada

kenyataannya, mereka tidak mengerti apa-apa. Kenyataannya ada siswa yang

dengan berbagai cara akan berusaha memperolehh nilai tinggi tanpa

memperdulikan akibatnya. Seperrti yang terjadi pada saat ujian Nasional, terdapat

siswa yang mendapat jawaban terlebih dulu dari gurunya, karena menginginkan

nilai tinggi untuk dapat lulus dalam ujian. Contoh diatas menggambarkan bahwa

nilai prestasi pendidikan di negara kita masih rendah.

Lebih ironis lagi, pendidikan yang ada sekarang lebih menekankan pada

aspek kognitif saja tanpa diimbangi dengan aspek afektif dan psikomotor yang

seimbang. Dengan kata lain, faktor intelegensi saja yang banyak diutamakan,

padahal faktor emosi dan spiritual juga sangat penting, agar ketika seseorang

mendapat prestasi ia tidak cepat sombong dan selalu ingat bahwa prestasi yang di

dapatnya semata-mata merupakan anugrah dari Allah SWT. Dengan demikian 1 ). Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal 133

Page 2: Prestasi Belajar

seseorang yang mendapat prestasi akan mengamalkan ilmu yang didapatnya untuk

kebaikan manusia atau digunakan untuk hal yang positif.

Prestasi belajar yang rendah juga dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Diantaranya adalah dengan tidak adanya kepedulian dan perhatian dari orangtua.

Dalam salah satu artikel di situs Diknas Pusat disebutkan, bahwa kontrol dari

orangtua di yakini mempunyai spirit yang ampuh dalam upaya melejitkan

adrenalin belajar siswa. Ini adalah fenomena yang betul-betul hangat. Bahwa ada

sinergi dan simbiose mutualisme antara orangtua siswa dan guru di sekolah. Saat

banyak orang beranggapan, bahwa tugas pengajaran dan bimbingan siswa dalam

rangka mengontrol dan mengatrol energi belajar siswa adalah tugas guru semata.

Guru memerankan tokoh yang sangat sentral dalam hal belajar, dan prestasi siswa.

Sementara itu, peran orangtua hanyalah sebagai Funder (yang mempunyai dana)

dan investor dari keberhasilan dan kelancaran sistem belajar mengajar. Aktivitas

ini di imani sebagai faktor keberhasilan siswa dalam belajar. Uang menjadi faktor

inherren (yang penting) dalam mencerdaskan siswa. Perspektif demikian telah

banyak menyihir para orangtua. Mereka tidak menyadari bahwa dii pundak

mereka tertumpu beban yang amat sangat berat. Selain sebagai funder yang

bertanggung jawab terhadap kelancaran aktivitas belajar mengajar, orangtua harus

mengetahui dimana saatnya siswa meredup semangat belajarnya. Apa yang

menjadi pemicu dari faktor redupnya motivasi belajar sang anak haruslah selalu di

ketahui oleh para oranggtua. Tugas orangtua telah bergeser bukan saja sebagai

penyedia dana saja. Melainkan sebagai motivator dan kontroler yang senantiasa

memberi lecutan semangat anak-anaknya. Tanpa itu, mereka hanya di didik

menjadi manusia robot yang tidak peka terhadap rangsangan sosial di sekitar

lingkungannya.

Prestasi belum tentu mencerminkan potensi, bakat dan kemampuan anak.

Ada siswa yang walaupun sebetulnya berbakat, tetapi prestasinya tidak menonjol.

Hal ini disebabkan karena :

a. Siswa tidak dapat berprestasi di kelas karena kurang berminat terhadap bahan

pelajaran, juga karena cara guru mengajar yang kurang menarik.

b. Siswa mempunyai masalah dalam keluarga yang menyebabkan ia tidak dapat

berkonsentrasi di dalam kelas.

c. Siswa merasa bosan di dalam kelas karena memiliki kecerdasan di atas rata-

rata kelas, sehingga ia kurang memperhatikan pelajaran, prestasi yang dicapai

Page 3: Prestasi Belajar

tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, walaupun siswa tersebut

mempunyai potensi.

d. Prestasi yang tinggi di sekolah belum tentu menunjukkan keberbakatan

seseorang, karena bentuk pelajaran di sekolah pada umumnya hanya melatih

pemikiran yang terbatas pada penerimaan, pemahaman, dan ingatan.