Upload
niqkobp
View
78
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
presus corpal mata pada pasien dewasa.
Citation preview
PRESENTASI KASUS
CORPUS ALIENUM PADA MATA
Disusun Untuk Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian
Stase Ilmu Kesehatan Mata Di RSUD Tidar Magelang
Diajukan Kepada :
dr. H. Muhammad Junaedi, Sp.M
Disusun Oleh :
Lilik Eko Pranantyo
Nim : 2008.031.0020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
2012
1
LAPORAN PRESENTASI KASUS
“CORPUS ALIENUM PADA MATA”
A. KASUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN:
- Nama pasien : Bp. A Z
- Umur : 32 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan : Pegawai Bengkel
- Agama : Islam
- Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
- Alamat : Gabakan, Banaran, Grabag
II. ANAMNESIS :
- Keluhan Utama :
Pasien mengeluh mata kanannya ngeres ngeres, seperti ada benda yang
teringgal di matanya, terasa pegal.
- Keluhan Tambahan :
Pasien juga mengeluh mata kanannya terasa pedih dan ketika menutup mata
terasa mengganjal. Rasa mengganjal itu kadang hilang timbul.
- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien mengeluh mata pegal. Selain itu matanya juga terasa pedih dan
mengganjal saat menutup mata dan ngeres ngeres jika berkedip. Keluhan
tersebut dirasakan sudah seminggu sebelum memeriksakan ke Poli Mata
RSU Tidar Magelang. Pasien mengaku bahwa di rumahnya ada tukang las
sedang memperbaiki pintu rumah, dan pasien kadang membantu mengelas.
Tetapi pasien tidak sadar jika terkena bijih besi saat menggerenda besi.
Selama mengalami keluhan pasien sudah menggunakan tetes mata steril dan
sebelumnya belum pernah mengalami hal serupa.
- Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
2
Pasien mengaku dahulu pernah kemasukan biji besi ke mata kirinya tetapi
dengan ditetesi testes mata steril yang ada di pasaran langsung sembuh
setelah beberapa hari.
- Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Di keluarganya hanya pasien yang mengalami kejadian seperti ini.
- Riwayat Penyakit Sosial (RPS)
Diceritakan oleh pasien jika lingkungan kerjanya memang sering teman
pegawai bengkel kemasukan bijih besi saat mengelas atau meggerenda.
III. KESAN :
- Kesadaran : Compos Mentis
- Keadaan Umum : Baik
- OD : Tampak tenang
- OS : Tampak tenang
IV. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 20/25 20/25
Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar Baik Baik
Persepsi Warna Baik Baik
V. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar mata
(supersilia)
Bekas
luka
jahitan
N Kedudukan alis baik, jaringan
parut (+) bekas jahitan ,
simetris,
1. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris
- Gerakan N N Gangguan gerak (-)
3
- Lebar rima 9 mm 9 mm
- Kulit N N Hiperemi (-),
hiperpigmentasi (-)
- Tepi kelopak N N trikiasis (-) entropion (-) ektropion (-)Tanda peradangan(-)
-Margo
intermarginalis
N N Tanda peradangan (-)
2. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar gland. lakrimalis N N Dakrioadenitis (-)
- Sekitar sakus lakrimalis N N Dakriosistitis (-)
- Uji flurosensi - - Tidak Dilakukan
(seharusnya dilakukan)
- Uji regurgitasi N N Tidak ada obstruksi pada
duktus nasolakrimalis
3. Bola mata
- Pasangan N N Simetris
- Gerakan N
+ +
+ +
+ +
N
+ +
+ +
+ +
Tidak ada gangguan gerak
(syaraf dan otot penggerak
bola mata normal)
- Ukuran N N Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-)
5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak ada
peningkatan dan
penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior Hiperemi (-) Hiperemi (-)
- Forniks Hiperemi (-) Hiperemi (-)- Palpebra inferior Hiperemi (-) Hiperemi (-)
4
- Bulbi Hiperemi (-) Hiperemi (-)
7. Sclera Ikterik (-) Ikterik (-)
8. Kornea
- Ukuran 12 mm horizontal 12 mm horizontal
- Kecembungan N N Lebih cembung
dari sclera
- Limbus N N Benjolan (-)
Benda asing (-)
Selaput yang
menutupi (-)
- Permukaan Terlihat ada benda
kecil yang
menempel di
berukuran kurang
lebih 0,5 mm arah
jam 5
Licin, berkilau
- Medium Jernih Jernih
- Dinding
Belakang
Jernih Jernih
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Placido N (Reguler
konsentris)
N (Reguler
konsentris)
9. Kamera Okuli anterior
- Ukuran Dalam Dalam
- Isi Jernih, Fler (-), hifema (-), hipopion (-)
Jernih, Fler (-), hifema (-), hipopion (-)
10.Iris
- Warna Cokelat Cokelat
- Pasangan Simetris Simetris
- Gambaran Baik Baik
5
- Bentuk N N Bulat
11. Pupil
- Ukuran 4 mm 4 mm
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat Di tengah Di tengah
- Tepi Reguler Reguler
- Refleks direct (+) (+)
- Refleks indrect (+) (+)
12. Lensa
- Ada/tidak Ada Ada
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Di tengah,
belakang iris
Di tengah,
belakang iris
-Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada
13.Korpus Vitreum Jernih Jernih
14.Refleks fundus (+) (+) Refleks
fundus positif
jika terlihat
warna orange
terang
dibelakang
korpus
vitreum.
VI. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
6
OD OS
Mata tenang dengan terlihat corpal hitam
dengan ukuran kurang lebih 0,5 mm di
kornea arah jam 5
Ada bekas luka jahitan kurang lebih 15
cm
Mata tenang
VII. DIAGNOSIS
- OD : corpus alienum Fe (besi) di kornea
- OS : sehat
VIII. TERAPI
Amotio corpal :
- Diberikan anestesi pada mata kanan pasien dengan pantokain 0,5%
sebanyak 1 tetes.
- Dagu dan dahi pasien diposisikan menghadap dan menempel pada
slitlamp serta pandangan mata mengarah pada satu titik secara
tetap sebagai fiksasi ketika pengambilan benda asing dilakukan.
- Pengambilan benda asing dilakukan dengan menggunakan jarum
ukuran 25-27, dan debris kornea yang tertinggal dihilangkan
dengan ‘cutton but’ steril.
- Setelah pengambilan, bila dirasa benda asing menancap cukup
dalam, dapat dilakukan ‘seidel test’ untuk memastikan ada
tidaknya perforasi kornea.
Setelah pengambilan benda asing, diberikan salep antibiotik (gentamisin
0,3%). Pemakaian salep tersebut juga berfungsi sebagai lubrikan.
Sedangkan antibiotik tetes diberikan pada pasien untuk pemakaian di
rumah (gentamisin 3 mg/ml) 4 kali dalam sehari. Antibiotik diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Analgesik, dapat diberikan asam mefenamat 500 mg 3 kali sehari,
mengingat kornea yang memiliki banyak serabut saraf sehingga dapat
menimbulkan nyeri yang cukup mengganggu bagi pasien.
7
Hendaknya penggunaan kortikosteroid topical harus dihindari karena
dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya infeksi dan memperlambat
proses penyembuhan.
IX. PROGNOSIS
Visum (Visam) : Baik
Kesembuhan (Sanam) : Baik
Jiwa (Vitam) : Baik
Kosmetika (Kosmeticam) : Baik
B. PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien mengeluhkan mata kanannya terasa mengganjal,
perih, nrocos, silau, dan nyeri. Hal ini bermula sejak satu minggu sebelum
kedatangannya ke poli, pasien tersebut tidak merasa kelilipan hanya di rumahnya
ada tukang las yang sedang memperbaiki pintu rumah dan pasien juga sering
membantunya. Dari anamnesis, pasien sudah menggunakan obat tetes mata steril
untuk mengatasi keluhan pada mata kanannya.dan belum berobat ke dokter.
Setelah anamnesis, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada
kedua mata pasien. Pemeriksaan subjektif yang dilakukan berupa pemeriksaan
visi jauh dan pemeriksaan refraksi. Didapatkan hasil visi jauh pada baik mata
kanan maupun kiri sebesar 20/25, yang menandakan bahwa pasien tidak
mengalami kelainan refraksi (emetrop), sehingga tidak ada koreksi yang
diberikan. Selain itu, tidak diberikan addisi pada visus dekat pasien mengingat
usia pasien yang belum diperlukan adanya addisi (32 tahun) serta tidak ada
keluhan dalam melihat dekat.
Adapun pada pemeriksaan objektif pada kedua mata dapat diambil
kesimpulan seluruh elemen mata kanan (OD) dan kiri (OS) dapat dinilai dari
anterior hingga posterior, dan didapatkan data bahwa semua elemen mata dalam
kondisi baik kecuali pada permukaan kornea mata kanan tampak suatu bintik kecil
benda asing, yang diduga merupakan gram yang menempel ketika pasien sedang
membantu menggrenda seminggu sebelumnya. Namun permukaan kornea masih
8
licin dan mengkilap, dan tak tampak adanya infiltrat ataupun kelainan lain yang
menyertai.
CORPUS ALIENUM
I. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab
cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat
serius. Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya
terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Karena
itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di
dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
II. Gambaran klinik
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada
sesuatu dimata. Mata terasa pedih. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap
cahaya, pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.
III. Diagnosis
Ditegakkan dengan :
1. Anamnesis kejadian trauma
2. Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata
3. Pemeriksaan dgn oftalmoskop
4. Pemeriksaan keadaan mata yg kena trauma
5. Bila ada perforasi, lakukan pemeriksaan X-ray orbita dengan PA dan Lateral
Benda asing yang dapat masuk ke dalam mata dibagi dalam beberapa
kelompok:
1. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah hitam, besi tembaga.
Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit.
2. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan
pakaian.
9
3. Benda inert, yaitu benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, kalau terjadi reaksipun hanya ringan
saja dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, platina batu, kaca,
dan porselin.
4. Benda reaktif : terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam,
seng, nikel, aluminium, tembaga, bulu ulat.
IV. Akibat Benda Asing pada Mata
Benda asing dapat mengakibatkan :
Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi
dan jenis bendanya sendiri. Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal
ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam
segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi
salah satu dari ketiga perubahan berikut :
Trauma
Erosi konjungtiva atau kornea. Erosi ini timbul apabila benda asing yang
masuk tidak sampai menembus bola mata tetapi hanya tertinggal pada konjungtiva
atau kornea.
Trauma Tembus
Trauma tembus adalah suatu trauma dimana sebagian atau seluruh lapisan
kornea dan sclera mengalami kerusakan. Trauma ini dapat terjadi apabila benda
asing melukai sebagian lapisan kornea atau sclera dan tertinggal di dalam lapisan
tersebut. Pada keadaan ini tidak terjadi luka terbuka sehingga organ di dalam bola
mata tidak mengalami kontaminasi.
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan
sclera atau kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian bersarang di
dalam bola mata ataupun dapat sampai menimbulkan perforasi ganda sehingga
akhirnya benda asing tersebut bersarang di dalam rongga orbita atau bahkan dapat
mengenai tulang orbita. Dalam hal ini akan ditemukan suatu luka terbuka dan
biasanya terjadi prolaps iris, lensa, ataupun badan kaca.
10
Perdarahan
Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai jaringan
uvea, berupa hifema (perdarahan dalam bilik mata depan) atau perdarahan dalam
badan kaca.
Reaksi Jaringan Mata
Reaksi yang timbul tergantung jenis benda tersebut apakah benda inert
atau reaktif. Pada benda yang inert, tidak akan memberikan reaksi ataupun kalau
ada hanya berupa reaksi ringan. Benda reaktif akan memberikan reaksi-reaksi
tertentu dalam jaringan mata.
Bentuk reaksinya tergantung macam serta letak benda asing tersebut di
dalam mata.
Benda organik kurang dapat diterima oleh jaringan mata dibanding benda
anorganik. Benda logam dengan sifat bentuk reaksi yang merusak adalah besi
berupa “siderosis” dan tembaga. Timah hitam dan seng merupakan benda reaktif
yang lemah reaksinya.
1. Mechanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata dapat melalui kornea
ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke
dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali
dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia
akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi katarak
traumatik. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda
ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi
oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel – sel darah
merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
2. Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata, maka
kemungkinan besar akan timbul infeksi dengan pembentukan jaringan
granulasi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif dan
bisa juga terjadi iridocyclitis, endoftalmitis bahkan panoftalmitis. Jika
sudah terjadi panoftalmitis akan menunjukkan gejala kemunduran tajam
11
penglihatan, rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak, konjungtiva
kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan refleks putih
didalam fundus dan okuli sehingga dapat berahir dengan kebutaan pada
mata.
3. Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses
kimiawi (reaction of ocular tissue)
Reaksi bola mata terhadap corpus alienum bermacam-macam dan
ini ditentukan oleh sifat kimia dari benda tersebut. Non organized-
material dapat menimbulkan proliferasi dan infeksi dengan pembentukan
jaringan granulasi.
Benda asing yang masuk ke dalam corpus vitreus akan mengendap
kedasar dan menimbulkan perubahan-perubahan degenerasi sehingga
corpus vitreus akan menjadi encer. Apabila corpus alienum adalah besi,
maka akan terjadi dissosiasi elektrolit dengan corpus vitreus, dimana besi
akan disebarkan ke dalam jaringan dan akan bereaksi dengan protein sel,
mematikan sel dan terjadi atropi. Keadaan ini disebut siderosis dan jika
disebabkan karena tembaga disebut kalkosis. Pengeluaran corpus
alienum dari corpus vitreus dapat dilakukan dengan ekstraksi. Apabila
sudah terjadi iridocyclitis dan visus yang sangat jelek maka tidak
dilakukan lagi pengeluaran corpus alienum dengan ekstraksi tapi harus
dilakukan enukleasi.
4. Siderosis
Merupakan reaksi jaringan mata akibat penyebaran ion besi ke
seluruh mata dengan konsentrasi terbanyak pada jaringan yang
mengandung epitel, yaitu : epitel kornea, epitel pigmen iris, epitel kapsul
lensa, dan epitel pigmen retina.
Timbulnya siderosis sebenarnya sangat dini tetapi tidak
memberikan gejala klinik yang jelas sampai beberapa waktu lamanya.
Gejala siderosis tampak 2 bulan sampai 2 tahun setelah trauma. Gejala
klinik berupa : gangguan penglihatan yang mula-mula berupa buta malam
kemudian penurunan tajam penglihatan yang semakin hebat dan
12
penyempitan lapang pandang. Pada mata tampak endapan karat besi pada
kornea berwarna kuning kecoklatan, pupil lebar dengan reaksi lambat,
bintik-bintik bulat kecoklatan pada lensa dan iris berubah warna.
5. Kalkosis
Reaksi jaringan mata akibat pengendapan ion tembaga di dalam
jaringan terutama jaringan yang mengandung membrane seperti membrane
Descement, kapsul anterior lensa, iris, badan kaca, dan permukaan retina.
Tembaga dapat memberikan reaksi purulen. Gejala klinik kalkosis timbul
lebih dini dari pada siderosis yaitu beberapa hari setelah trauma. Tembaga
dalam badan kaca dapat menimbulkan ablasio retina sebagai akibat
jaringan ikat di dalam badan kaca yang menarik retina.
6. Neovaskularisasi Kornea
Neovaskularisasi dipercaya sebagai akibat dari adanya suatu
peradangan ataupun hipoksia dalam suatu kondisi sistem imun kornea
yang tidak seimbang. Trauma epitel dan/atau hipoksia pada kornea dapat
menstimulasi pembentukan faktor-faktor angiogenik oleh sel-sel epitel
lokal, keratosit, dan leukosit infiltrative (seperti makrofag, neutrofil).
Beberapa dari faktor tersebut (fibroblast growth factors, IL-1, dan
vascular endothelial growth factors/ VEGF) telah diidentifikasi dari
kornea dan cairan air mata. Faktor angiogenik menstimulasi terjadinya
degradasi enzimatik terlokalisasi pada membran dasar ujung pembuluh
darah perilimbal, sehingga sel-sel endothelial pembuluh darah bermigrasi
dan berproliferasi untuk membentuk suatu pembuluh darah baru.
V. Tindakan Pengobatan
Tindakan Pengobatan Benda Asing pada Permukaan Mata
Seperti pada kasus ini, pada mata yang bersangkutan diberi anestetik tetes.
Benda yang lunak sering hanya menempel pada permukaan mata sehingga untuk
mengeluarkannya cukup dengan kapas steril. Benda yang keras biasanya
mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya menggunakan jarum suntik secara
hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi. Kemudian mata diberi tetes
13
midiratik ringan berupa skopolamin 0,25% atau homatropin 2% disusul dengan
antibiotik topical.
Mata ditutup dengan kain kasa sampai tidak terdapat tanda-tanda erosi
kornea.
Tindakan Pengobatan Benda Asing dalam Bola Mata
Setiap benda dalam bola mata merupakan sesuatu yang asing sehingga
pada dasarnya harus dikeluarkan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah :
- Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda reaktif.
- Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan.
- Akibat yang dapat timbul sewaktu mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila benda asing tersebut inert, maka haruslah dilihat apakah benda
asing tersebut menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu fungsi mata atau
tidak. Bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu, maka sebaiknya
dibiarkan saja dan perhatian ditujukan pada perawatan luka perforasi yang
diakibatkannya. Bila benda tersebut adalah benda reaktif, maka harus dikeluarkan.
Tindakan pengobatan trauma dengan benda asing yang reaktif di dalam
bola mata adalah :
Perawatan terhadap luka perforasi
Pertama-tama adalah pemberian tetes mata anestetik, kemudian pembersihan
luka dengan larutan garam fisiologik. Bila ada jaringan iris atau badan kaca
yang prolaps, bagian yang prolaps dipotong (tidak direposisi kembali kecuali
bila yakin tidak ada infeksi). Bila benda asing dapat dilihat langsung, maka
mungkin dapat dikeluarkan dengan pinset atau magnit melalui luka perforasi.
Luka perforasi dijahit dengan jarum dan benang yang halus.
Apabila fasilitas tidak memungkinkan untuk dapat melakukan penjahitan
penutupan luka, penderita dirujuk ke Rumah Sakit yang lengkap fasilitasnya.
Sebelum dikirim, untuk mencegah jangan sampai banyak isi bola mata yang
prolaps melalui luka perforasi, maka mata tersebut setelah ditutup dengan kain
kasa steril masih harus ditutup lagi dengan semacam penutup (dop) yang
sedemikian rupa sehingga bola mata terlindung dari tekanan atau sentuhan.
14
Penderita juga diberi obat penenang, obat analgesik, dan bila perlu dapat
ditambahkan obat antiemetik bila penderita muntah-muntah karena dengan
muntah akan menambah banyak isi bola mata yang prolaps.
Dalam perjalanan menuju RS rujukan, sebaiknya penderita dalam posisi
berbaring, dan pemberian ATS dapat dipertimbangkan.
Pengeluaran Benda Asing
Pengeluaran benda asing sebaiknya dilakukan di Rumah Sakit yang
mencukupi.
VI. Cara-Cara Pengeluaran Benda Asing di Dalam Mata
Cara pengeluaran benda asing ini dapat dilakukan melalui 2 jalan, yaitu
jalan anterior dan jalan posterior. Pemilihan jalan anterior hanya diperbolehkan
apabila :
- Benda asing tersebut berada di bilik mata depan dan dapat dilihat, dapat
dikeluarkan melalui luka perforasi atau melalui insisi kornea-sklera di
daerah limbus apabila berada di sudut bilik mata depan.
- Benda asing di segmen posterior yang disertai kerusakan lensa dan luka
perforasi kornea yang besar, dikeluarkan melalui luka perforasi kornea.
Jalan anterior merupakan kontraindikasi apabila lensa masih utuh.
Jalan Posterior
Pemilihan jalan posterior dilakukan bila benda asing berada di segmen
posterior tanpa disertai kerusakan lensa. Pengeluaran melalui jalan posterior dapat
ditempuh melalui 2 cara yaitu :
1. Melalui pars plana (4-7 mm dari limbus)
Keuntungan melalui jalan ini adalah retina melekat kuat pada tempat ini
sehingga bahaya ablasi kecil. Daerah ini mengandung sedikit pembuluh
darah sehingga bahaya perdarahan kecil.
2. Melalui tempat dimana benda asing berada, cara ini ditempuh bila benda
asing berada di retina. Bahaya yang ditakutkan dengan melalui cara ini
adalah terjadinya ablasio retina dan perdarahan.
15
VII.Prognosis
Pada trauma dimana benda asing berada di permukaan mata tanpa adanya
luka perforasi sebagaimana yang terjadi pada kasus ini, umumnya prognosis baik
karena benda tersebut dapat langsung dikeluarkan dan akibatnya sangat ringan
tanpa meninggalkan bekas ataupun hanya nebula bila di kornea. Pada trauma
dimana benda asing menyebabkan luka perforasi sehingga benda asing tersebut
berada di dalam bola mata, maka prognosisnya tergantung jenis-jenis benda asing.
Benda inert bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu
fungsi mata, prognosisnya baik. Benda reaktif umumnya reaksinya tidak baik. Hal
ini juga masih tergantung dari benda reaktif tersebut, apakah magnit atau non
magnit. Pada benda yang magnit berhubung pengeluarannya lebih mudah (dengan
magnit), maka hasilnya akan lebih baik jika dibanding benda non magnit karena
pengeluarannya sukar.
Bila suatu luka perforasi yang hebat sehingga banyak badan kaca yang
prolaps, mungkin terjadi ablasi retina ataupun ftisis bulbi.
Benda asing di bilik mata depan atau di lensa karena langsung dilihat,
mudah pula untuk dikeluarkan sehingga prognosisnya akan lebih baik dibanding
benda asing di segmen posterior.
C. KESIMPULAN
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan utama mata kanannya seperti ada
benda di matanya, terasa ngeres ngeres. Ngeres ngeres tersebut meningkat untuk
berkedip, selain itu mata kanannya juga terasa pegal dan pedih.
Dari hasil pemeriksaan subyektif yang dilakukan berupa pemeriksaan visi
jauh. Didapatkan hasil visi jauh mata kanan 20/25 dan mata kiri adalah 20/25.
Pada pemeriksaan objektif menggunakan slitlamp pada kedua mata, pada
mata kanan terlihat ada benda kecil berukuran kurang lebih 0,5 mm arah jam 5 di
permukaan kornea,
Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat corpus alienum ekstra okuli
pada mata kanan pasien. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya riwayat pasien
yang membantu tukang mengelas pintu rumah seminggu sebelumnya
Penatalaksanaan yang dianjurkan :
16
Amotio corpus alienum : pemberian anestesi lokal dengan pantocain drop
2%, pemasangan speculum mata, pengeluaran corpal dengan kapas lidi steril dan
atau ujung jarum suntik. Setelah corpal di ambil, diberi salep antibiotik, kemudian
diberi bebat mata. Dapat diberikan asam mefenamat tablet untuk mengurangi
keluhan nyeri.
Prognosis untuk kasus ini adalah baik dari segi Visam, Sanam, Vitam,
Kosmeticam.
D. DAFTAR PUSTAKA
- Cao, Carlos. (2009). Foreign Body Removal, Cornea : Treatment and
Medication.
- Hartono, 2007, Buku Saku Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata, FK UGM,
Yogyakarta.
- Ilyas, Sidarta. (2005). Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
- Ilyas, Sidharta, Mailangkay, Hilman, dkk. (2002). Ilmu Penyakit Mata untuk
Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta : Sagung Seto.
- James, Bruce., Chew, Chris., dan Bron, Anthony. (2003). Lecture Notes
Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta : Erlangga.
- Vaughan, Daniel. G., Asbury, Taylor., dan Riordan-Eva, paul. (2000).
Oftalmologi Umum. Edisi keempat belas. Jakarta : Widya Medika.
- Weissmen, Barry. (2009). Neovascularization, Corneal.
17