28
PRESENTASI KASUS ”SEROTINUS” Diajukan Kepada Yth. Pembimbing: dr. Sapar Setyoko., Sp.OG Disusun Oleh : RIZQY AFINA ULYA (20090310096) BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 0

Presus Serotinus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

serotinus

Citation preview

LAPORAN KASUS

PRESENTASI KASUS

SEROTINUS

Diajukan Kepada Yth.

Pembimbing:

dr. Sapar Setyoko., Sp.OG

Disusun Oleh :

RIZQY AFINA ULYA

(20090310096)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD TIDAR MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan laporan kasus dengan judul

SEROTINUSTanggal :

2013Disusun oleh:Rizqy Afina Ulya20090310096Menyetujui

Dokter Pembimbing/Penguji

dr. Sapar Setyoko, SpOGPRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama

: Ny. Fb. Umur

: 26 tahun

c. Pendidikan

: SDd. Pekerjaan

: IRTe. Agama

: Islamf. Suami

: Tn Sg. Umur

: 29 tahun

h. Pendidikan

: SMPi. Pekerjaan

: Swastaj. Alamat

: Dusun kaliangrik 01/01, Kaliangkrik, Magelangk. Tanggal masuk:18 November 2013 II. ANAMNESIS tanggal 18 November 20131. Keluhan Utama

Belum merasakan adanya kenceng-kenceng, keluar air ketuban,lendir maupun darah, sudah melewati hari perkiraan lahir.2. Riwayat Penyakit Sekarang.Pasien dengan serotinus. Pasien belum merasakan kenceng-kenceng, tidak adanya lendir darah dan air ketuban tidak keluar. Pasien masih merasakan gerak janin.3. Riwayat Penyakit Dahulu.

Riwayat penyakit infeksi kelamin, asma, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga.

Riwayat hamil kembar, asma, hipertensi, DM, TBC, gangguan jiwa disangkal5. Riwayat menstruasi

Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Jumlah

: 2-3 pembalut/hari

Sakit waktu menstruasi: tidak ada

HPHT

: 29-01-20136. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali selama 7 tahun.7. Riwayat Obsetri

NoKehamilan,persalinan,keguguran dan nifasUmur sekarang/tanggalKeadaan anakTempat perawatan dan no daftar

12..Hamil aterm, spontan, laki-laki, 4000 gr, nifas normal, Hamil ini6 thsehatBidan

8. Riwayat Operasi dan penyakit yang pernah dijalani.

Disangkal 9. Riwayat kehamilan Sekarang

ANC (+) di bidan1 kali pada trisemester I, 2 kali dalam trisemester II, dan 4 kali dalam trisemester akhir. Pasien mendapatkan vitamin yang diminum 1 kali dalam sehari, dan nasihat untuk mengatur pola makan yang bagi ibu hamil. HPL: 05-11-201310. Riwayat Keluarga Berencana.

KB : implan selama 3 tahunIII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

HR

: 84x/menit

RR:24x/menit

Suhu

: 36,8 0 C

TB:155 cm

BB

: 55 kg

Kepala

: Mesochepal

Mata

: Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: Tidak ada deformitas, tidak ada sekret

Thorax

:Simetris, Cor/pulmo dbn

Abdomen

: Perut membuncit, stria gravidarum (+), Genitalia

: Lendir Darah (-)

Ekstremitas : Oedema tungkai (-/-), varises (-/-), refleks patella (+/+), tidak terdapat penuruna turgor kulit2. Pemeriksaan ObsetriInspeksi : tampak perut membuncit membujur.

Palpasi : L1 : 2 jari dibawah px cypoideus

Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak

L2 : Kanan : terasa bagian kecil-kecil

Kiri : teraba bagian memanjang, seperti papanL3 : Terasa 1 bagian besar bulat keras Masih dapat digerakanL4 : Divergen

DJJ: 150x/menit (Doppler)HIS (-)

TFU : 28 cm TBJ : 2635 gramPemeriksaan Dalam Vagina :

Portio posterior, konsistensi lunak, seujung jari , KK (+), Efficement 0%, bagian bawah kepala masih tinggi, lendir darah (-) Bishops Score

Score0123

DILATATION01-23-45-61

EFFICEMENT0-30%40-50%60-70%80%0

CONSISTENCYFirmMediumSoft2

POSITIONPosteriorMedialAnterior0

STATION-3-2-1,0+1,+20

Score pada pasien3

Bishops score 1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.

3. Amnioskopi.

Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.

4. Kematian janin

disebabkan oleh makrosomnia yang dapat menyebabkan distosia, insufisiensi placenta yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hiposia dan kelarnya muconium dan terjadi aspirasi.

Pengaruh pada ibu

Morbiditas ibu karena makrosomnia bayi yang dilahirkan sehingga terjadi distosia persalian, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric yang traumatis.

G. KomplikasiKematian janin terhadap kehamilan post teram adalah 30%sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan. Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:

(1) Komplikasi pada Ibu

Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.

(2) Komplikasi pada Janin

Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.

H. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Ny.X jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

I. Penatalaksanaan1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :a). Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5%, banyal digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhanan dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan.

b). Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belaum berlangsung kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.

c). Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria). 2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan sehingga persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung dengan sendiri atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.

Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 42 minggu adalah monitoring janin sebaik baiknya. Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua maka dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin (Mochtar,1998).II. SECTIO CAESAREA

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Tindakan sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu, janin atau keduanya karena proses persalinan normal lama atau kegagalan proses persalinan normal.

Sectio caesarea tidak boleh dilakukan pada janin mati, keadaan ibu shock atau anemia kecuali keadaan tersebut telah diatasi. Indikasi untuk dilakukan sectio caesarea adalah :

1. Fetal distress

2. His lemah atau melemah

3. Kelemahan umum, partus tidak maju atau partus lama4. Induksi tak respon/gagal5. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

6. Bayi besar (BBL > 4200gr)

7. Kehamilan serotinous (hamil > 42 minggu)

8. Plasenta previa

9. Disporposi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul)

10. Ancaman rupture uteri

11. Hydrocephalus

12. Mengurangi trauma janin (misal presentasi bokong premature kecil) dan infeksi janin (misal resiko tertular HIV)

13. Mengurangi resiko pada ibu dengan gangguan jantung

14. Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir

15. Ibu dengan pre-eklampsia dan hipertensi

16. Keadaan dimana usaha untuk melahirkan janin pervaginam gagalSectio Caesarea dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :1. Sectio Caesarea Elektive : tindakan SC yg direncanakan sebelum hari perkiraan lahir ( 38 minggu - < 40 minggu).

Dilakukan pada : a) DKP (Disproporsi Kepala Panggul) b) Presentasi bokong (letak sungsang)

c) Janin Besar ( > 3500 gram) d) Riwayat SC < 2 tahun

e) Letak Lintang

f) Multifactorial : riwayat obstetri jelek, subfertil, anak berharga atau yangg diharapkan, dan indikasi sosial. 2. Sectio Caesarea Emergency : tindakan SC yg dilakukan segera / darurat untuk Life Saving ibu atau janin. a) Vaccum / forcep Extrakasi gagalb) Induksi / stimulasi gagalc) Vasa Previa d) Foetal compromised yg tdk membaik setelah dilakukan resusitasi intra uterine) Foetal distress : akibat ibu febris sistemik illnes, KPD dengan infeksi, hipertoni / tetani uterus. Macam-macam Sectio Caesarea :1. Irisan dd abdomen :a) Irisan Linea Mediana : 1) Irisan melalui garis tengah dinding abdomen 2 jari diatas sympisis sampai 2 jari dibawah pusat.2) Mempunyai keuntungan yaitu tidak banyak memotong pembuluh darah sehingga perdarahan lebih sedikit.3) Pekerjaan lebih mudah. 4) Dalam segi kosmetika kurang, terutama bagi yang mempunyai bakat keloid5) Riwayat sebelumnya irisan Linea medianab) Irisan Pfannenstiel :1) Irisan Pfannenstiel melintang 2 jari diatas sympisis mengikuti lipatan garis kulit.2) Banyak pembuluh darah terpotong sehingga perdarahan lebih banyak tetapi dapat diatasi dengan pengekleman. 3) Pekerjaan lebih sulit.4) Dalam segi kosmetika lebih baik dikarenakan luka irisan dapat tertutup rambut pubis atau celana dalam. 5) Bagi yangg mempunyai bakat terjadi keloid dapat diberi penghambat (Fitocasol, Madecasol)6) Pada SC berulang, irisan ulang harus sama & tetap pd irisan yg lama 2. Irisan dd uterus :1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.

a) Kelebihan

Mengeluarkan janin dengan cepat

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

b) Kekurangan

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) / SCTP. Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.a) Kelebihan

Penjahitan luka lebih mudah

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

Perdarahan tidak begitu banyak

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

b) Kekurangan

Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP, 2008.

2. Cunningham FG et al : Postterm pregnancy Williams Obstetrics , 22nd ed, McGraw-Hill, 2005

3. Mochtar Rustam. SINOPSIS OBSTETRI jilid I. Edisi kedua. EGC. Jakarta 19884. Michael Y, et al, Fetal and neonatal mortality in postterm pregnancy: The impact of gestational age and fetal growth restriction, Am J Obstet Gynecol 1998;178:726-315. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011. EMBED Word.Picture.8

19

_1446799902.doc