PREVALENSI DAN HUBUNGAN LAMA RAWAT INAP DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 8 – 11 TAHUN DI BANGSAL ANAK RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SCAS

Citation preview

  • 1

    PREVALENSI DAN HUBUNGAN LAMA RAWAT INAP DENGAN TINGKAT

    KECEMASAN ANAK USIA 8 11 TAHUN DI BANGSAL ANAK RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

    Murtaza1, dr. Dora Darussalam, Sp. A (K)

    2 , dr. Desiana, Sp. PK

    3

    1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2) Bagian

    Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh, 3) Bagian Patologi

    Klinik Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh

    ABSTRAK

    Latar belakang: Anak merupakan salah satu dari beberapa unsur penting dalam ilmu

    kedokteran. Jumlah anak didunia saat ini mencapai 2.2 milyar. Dari total jumlah anak

    tersebut 10-20 % menderita gangguan kesehatan mental, salah satunya yaitu masalah

    kecemasan pada anak. Anak sebagai individu dalam masa pertumbuhan dan perkembangan,

    maka mudah sekali terkena penyakit dan terkadang harus dirawat dirumah sakit. Jumlah anak

    yang dirawat inap di rumah sakit semakin bertambah seiring waktu. Dalam hal ini, anak

    terpaksa menghadapi berbagai perubahan, baik dalam bentuk lingkungan, kebiasaan maupun

    persepsi anak.

    Tujuan: Melihat hubungan antara lama rawat inap dengan tingkat kecemasan anak.

    Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Sampel

    adalah 40 pasien anak yang sedang dirawat inap dan memenuhi kriteria inklusi di bangsal

    anak RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner

    baku kecemasan SCAS (Spence Childrens Anxiety Scale) dan uji statistik menggunakan Chi-Square.

    Hasil: Terdapat hubungan signifikan antara lama rawat inap dengan tingkat kecemasan anak

    (p=0,007).

    Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara lama rawat inap dengan tingkat

    kecemasan anak. Hasil Penelitian ini menjadi evidence based bagi rumah sakit beserta

    seluruh tenaga kesehatan lainnya untuk menciptakan suasana nyaman dan memberikan

    pelayanan terbaik bagi pasien dan keluarganya.

    Kata kunci : Kecemasan, SCAS, Anak, Lama Rawat Inap

  • 2

    ABSTRAC

    Background: Children is one of the key elements in medical science. The number of children

    in the world has reached 2.2 billion. From these total number of the children, 10-20% suffer

    from mental health disorders, one of which is the problem of anxiety in children. Children as

    individuals in a period of growth and development, it is easily affected by the disease and

    sometimes have to be hospitalized. The number of children admitted to hospital grew over

    time. In this case, the child had to face many changes, both in the form of the environment,

    habits and perceptions of children.

    Purpose: to determine the relationship between length of stay with the child's anxiety level.

    Method: This study was a cross sectional analytic. Samples were 40 pediatric patients who

    were hospitalized and met the inclusion criteria in the children ward of dr. Zainoel Abidin

    Hospital Banda Aceh. Data obtained using standard questionnaires anxiety SCAS (Spence

    Children's Anxiety Scale) and statistical tests using Chi-Square.

    Result: There is a significant association between length of stay with the child's anxiety levels

    (p = 0.007).

    Conclusion: There is a significant association between length of stay with the child's anxiety

    level. The results of this research into evidence based for hospitals and all other health

    professionals to create a comfortable atmosphere and provide the best service for patients

    and their families

    Keywords: Anxiety, SCAS, , children, length of stay

  • 3

    PENDAHULUAN

    Anak merupakan salah satu dari

    beberapa unsur penting dalam ilmu

    kedokteran. Jumlah anak didunia saat ini

    mencapai 2.2 milyar dan yang hidup di

    negara berkembang mencapai 1.9 milyar

    dan yang hidup dalam kemiskinan

    mencapai 1 juta orang atau 1 dari 2 anak 1.

    Dari total jumlah anak tersebut 10-20 %

    menderita gangguan kesehatan mental,

    salah satunya yaitu masalah kecemasan

    pada anak atau anxiety disorder 2. Di Asia

    Tenggara, Indonesia merupakan negara

    yang tertinggi tingkat terjadinya gangguan

    kesehatan mental yaitu berjumlah 2.52 %

    dari jumlah penduduk, atau sekitar

    6,676,682 orang 3.

    Kecemasan sebenarnya merupakan

    efek emosinal yang normal pada manusia,

    dimana efek ini dirangsang ketika

    seseorang menghadapi bahaya, konflik,

    dan penyesuaian yang adaptif 4.

    Kecemasan pada anak biasanya

    dikarenakan ketika anak tersebut

    menghadapi perubahan lingkungan,

    perubahan kebiasaan, perubahan status

    kesehatan, penekanan, dan hal-hal

    lainnya5.

    Anak sebagai individu dalam masa

    pertumbuhan dan perkembangan, maka

    mudah sekali terkena penyakit dan

    terkadang harus dirawat dirumah sakit 5.

    Wong & Whaleys (2010)6 mengungkapkan bahwa populasi anak

    yang dirawat dirumah sakit mengalami

    peningkatan yang sangat dramatis. Dalam

    hal ini, anak terpaksa menghadapi berbagai

    perubahan, baik dalam bentuk lingkungan,

    kebiasaan maupun persepsi anak.

    Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. M.

    Ashari kabupaten Pemalang menyatakan

    bahwa 61.8 % mengalami tingkat

    kecemasan tinggi selama perawatan inap

    di rumah sakit dan hanya 32.8 % yang

    mengalami tingkat kecemasan ringan7

    sehingga rawap inap pada anak dapat

    menyebabkan kecemasan pada tingkat

    semua usia8.

    Pada anak-anak, menghadapi

    suasana yang demikian akan menimbulkan

    rasa ketidaknyamanan, takut, dan stress.

    Pada pasien cemas, seringkali mucul

    perasaan takut dan tidak tenang 9.

    Beberapa data empiris secara

    konsisten mendukung temuan-temuan

    bahwa gangguan kecemasan yang

    memiliki onset dini pada anak-anak dan

    remaja dan akan menjadi kronis ketika

    memasuki masa dewasa10

    . Riset

    menunjukkan bahwa gejala-gejala

    kecemasan bisa memburuk seiring waktu

    dan menimbulkan akibat-akibat yang

    serius pada orang dewasa, seperti

    gangguan kecemasan berkelanjutan,

    gagap, depresi mayor, keinginan bunuh

    diri, dan perawatan inap karena gangguan

    psikitarik11

    . Penelitian yang dilakukan

    pada tahun 2007 juga menunjukkan bahwa

    4 - 8 % anak-anak mengalami tingkat

    kecemasan berat dan terus memburuk12

    .

    METODOLOGI

    Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menerapkan jenis

    penelitian analitik dengan pendekatan

    cross-sectional.

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di bangsal

    anak RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

    Aceh. Waktu penelitian dimulai pada

    tanggal 14 November 2012 sampai

    dengan tanggal 14 Januari 2013.

    Sampel

    Sampel yang diteliti dalam penelitian

    ini yaitu anak yang sedang dirawat inap

    dan memenuhi kriteria inklusi.

    Pengambilan sampel dilakukan dengan

    teknik total sampling.

    Kriteria Inklusi

    1. Anak berusia 8 sampai 11 tahun yang sedang menjalani perawatan di bangsal

    anak minimal 1 x 24 jam dan maksimal 28

    hari rawat inap disertai orang tuanya

    2. Anak usia 8 sampai 11 tahun yang baru pertama kali menjalani rawat inap dirumah

    sakit

  • 2

    3. Anak dapat diajak berkomunikasi atau berbicara

    4. Pasien anak yang Compos Mentis

    Kriteria Eksklusi

    1. Anak yang berusia 8 sampai 11 tahun yang sedang dirawat di PICU

    2. Anak yang berusia 8 sampai 11 tahun yang sedang menderita penyakit kronis

    dan penyakit-penyakit terminal lainnya

    3. Anak yang berusia 8 sampai 11 tahun yang mengalami retardasi mental atau

    mengalami gangguan pemusatan

    perhatian dan hiperaktif

    4. Orang tua yang tidak mengijinkan anak berpatisipasi

    Definisi Operasional

    Kecemasan anak

    Kecemasan adalah perasaan takut dan

    khawatir yang tidak menyenangkan.

    Kecemasan merupakan sesuatu hal yang

    normal pada manusia. Akan tetapi,

    kecemasan yang berlebihan akan menjadi

    suatu gangguan. Gangguan kecemasan

    merupakan suatu gangguan yang dapat

    menimbulkan kecemasan yang berlebihan

    dan berjalan dalam waktu yang lama. Pada

    penelitian ini, peneliti mengukur tingkat

    kecemasan anak dengan menggunakan

    Spence Childrens Anxiety Scale (SCAS). SCAS merupakan alat untuk mengukur

    dalam menentukan peningkatan

    kecemasan pada anak, dengan total 114

    skor dan dibagi menjadi 3 tingkat

    kecemasan yaitu kecemasan ringan dengan

    skor 1- 38, kecemasan sedang dengan skor

    39- 76 dan kecemasan berat dengan skor

    77- 144. Skala pengukuran dari penelitian

    ini merupakan skala ordinal.

    Lama rawat inap

    Rawat inap adalah pelayanan

    terhadap pasien yang masuk ke rumah

    sakit yang menggunakan tempat tidur

    untuk keperluan observasi, diagnosis,

    terapi, rehabilitasi medik dan atau

    penunjang medik lainnya (Depkes RI,

    1987)13

    . Berdasarkan lama rawat inap,

    maka rawat inap dibagi menjadi 3 bagian:

    cepat 1-3 hari, sedang 4-7 hari dan lama

    lebih dari 8 hari (Setiawan & Sulastri,

    2008)14

    . Skala pengukuran dari penelitian

    ini merupakan skala ordinal.

    Alat/ Intrumen dan Bahan Penelitian

    Alat-alat dan bahan penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini meliputi:

    1. Kuisoner kecemasan SCAS Jenis kuisoner yang digunakan

    adalah kuisoner tertutup, dimana

    jawabannya sudah ditentukan dan

    responden tinggal memilih dari jawaban

    yang sudah disediakan. Menggunakan

    kuisoner tertutup tujuannya agar

    memudahkan responden dalam menjawab

    setiap pertanyaan. Kuisoner SCAS terdiri

    dari 44 pertanyaan dan dibagi berdasarkan

    jenis kelamin yaitu SCAS untuk anak laki-

    laki usia 8 sampai 11 tahun dan anak

    perempuan usia 8 sampai 11 tahun.

    a. Uji Validitas Pada kuesioner SCAS telah

    dilakukan uji validitas dan merupakan

    kuesioner baku dalam menentukan tinggi

    tidaknya kecemasan pada anak dan remaja.

    Kuisioner ini bertujuan untuk melihat

    sejauh mana kuesioner dapat mengukur

    setiap variabel.

    b. Uji Reabilitas Uji ini dilakukan setelah melalui

    tahap uji validitas, bertujuan untuk melihat

    sejauh mana kuesioner dapat diandalkan.

    Kuisoner SCAS merupakan kuisoner yang

    telah dilakukan pengujian reabilitas kepada

    20 anak yang berumur 8 sampai 11 tahun

    dan telah didapatkan hasil yang koefisien.

    2. Anak yang dirawat inap 3. Keluarga anak 4. Data sekunder untuk melengkapi

    identitas pasien

    Analisis Data Penelitian

    Analisis Univariat

    Dilakukan dengan metode statistik

    deskriptif untuk masing-masing variabel

    penelitian dengan menggunakan frekuensi

    distribusi berdasarkan persentase dari

    masing-masing variabel.

  • 3

    Analisa Bivariat

    Analisis bivariat digunakan untuk

    mengukur hubungan lama rawat inap

    terhadap tingkat kecemasan pada pasien-

    pasien anak yang dirawat di bangsal anak

    RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

    Pengukuran akan dilakukan dengan

    menggunakan uji chi square dengan batas

    kemaknaan () = 0,05.

    Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan sejak

    tanggal 14 November 2012 sampai dengan

    14 Januari 2013 di ruang seureune 1

    BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

    Aceh. Populasi yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah seluruh pasien anak

    usia 8 sampai dengan 11 tahun yang sesuai

    dengan kriteria inklusi. Sampel pada

    penelitian ini adalah seluruh jumlah

    populasi (total sampling) dengan jumlah

    40 sampel.

    Seluruh sampel berusia 8 sampai

    dengan 11 tahun yang sesuai dengan

    kriteria inklusi di wawancarai dengan

    menggunakan kuesioner untuk

    mengumpulkan data-data yang meliputi

    nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan

    orang tua dan tanggal masuk rumah sakit.

    Tabel 4.1 Karakteristik Sampel

    Karakteristik Jumlah Persentase (%)

    Jenis

    Kelamin

    Laki-laki 23 57.5

    Perempuan 17 42.5

    Jenis Kamar

    2 Ranjang 14 35.0

    4 Ranjang 11 27.5

    6 Ranjang 15 37.5

    Lama Rawat

    Inap

    Cepat 21 52.5

    Sedang 19 47.5

    Lama 0 0.0

    Pekerjaan

    Orang Tua

    PNS 3 7.5

    IRT/ Petani 35 87.5

    Sopir 1 2.5

    Pedagang 1 2.5

    Tabel 4.7 Hubungan Lama Rawat Inap

    dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia 8

    sampai dengan 11 Tahun di Bangsal Anak

    RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

    Lama

    Rawat

    Inap

    Ringan Sedang Berat Total

    p

    value

    n % n % n % n %

    Cepat 12 57,1 5 23,8 4 19,0 21 100,0 0,007

    Sedang 2 10,5 7 36,8 10 52,6 19 100,0

    Total 14 35,0 12 30,0 14 35,0 40 100,0

    Hasil uji statistik dengan metode chi-

    squre untuk variabel lama rawat inap di

    bangsal anak RSUD dr. Zainoel Abidin

    Banda Aceh menunjukkan nilai

    probabilitas (p) < 0,05 (p value = 0,007).

    Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan

    yang signifikan antara lama rawat inap

    dengan tingkat kecemasan di bangsal anak

    RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

    Pembahasan

    Tingkat Kecemasan Anak

    Tingkat kecemasan anak yang

    didapatkan selama penelitan di RSUD dr.

    Zainoel Abidin Banda Aceh terhitung dari

    14 November 2012 sampai dengan 14

    Januari 2013 yaitu kecemasan ringan

    sebanyak 35%, sedang 30% dan berat

    35%. Prevalensi kecemasan tersebut sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan di

    RSUD Ambrawa oleh Sartika15

    yaitu

    kecemasan ringan dan berat lebih tinggi

    dari kecemasan sedang . Penelitian yang

    dilakukan di RS dr. M. Djamil Padang

    juga menemukan kecemasan berat lebih

    dominan (53,3%) dari kecemasan lainnya.

    Di Jakarta, penelitian yang dilakukan

    terhadap 30 orang anak yang dirawat inap

    di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta juga

    menyebutkan 50% anak mengalami

    tingkat kecemasan berat. Akan tetapi,

    penelitian yang dilakukan di Jawa tengah

    oleh Pratiwi16

    terhadap anak yang dirawat

  • 4

    di RSUD Kraton Pekalongan didapatkan

    60,7% anak mengalami kecemasan sedang.

    Erni dan Andika17

    juga menyimpulkan

    bahwa kecemasan yang dialami anak

    selama menjalani perawatan di RSUP dr.

    Soeradji Tirtonegroto Klaten termasuk

    kedalam tingkat kecemasan sedang yaitu

    sebanyak 56,66%.

    Perbedaan tingkat kecemasan yang

    terlihat pada beberapa penelitian di atas

    dapat disebabkan oleh sejumlah responden

    beserta keragaman karakteristiknya,

    bagaimana penelitian dilakukan, intervensi

    apa yang diberikan dan turut berperan pula

    beberapa faktor lain diantaranya latar

    belakang budaya dan psikososial yang

    berbeda antar wilayah.

    Salah satu faktor yang dapat

    mempengaruhi tingkat kecemasan pada

    anak adalah faktor lama rawat inap.

    Frekuensi lama rawat inap sampel usia 8

    sampai dengan 11 tahun terhitung dari 14

    November 2012 sampai dengan 14 Januari

    2013 di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

    Aceh didapatkan sebanyak 52,5% sampel

    mengalami perawatan kategori cepat,

    47,5% mengalami perawatan kategori

    sedang dan perawatan kategori lama tidak

    ditemukan 0,0%. Jumlah keseluruhan

    sampel berjumlah 40 sampel. Jumlah ini

    sesuai dengan data yang diambil selama

    pengambilan data awal di RSUD dr.

    Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu rata-rata

    rawat inap pada anak usia 8 sampai dengan

    11 tahun berkisar antara 2-5 hari.

    Faktor lain yang dapat

    mempengaruhi kecemasan anak

    berdasarkan teori dari Steven et al.18

    adalah jenis kamar rawat atau kelas rawat

    inap di rumah sakit. Prevalensi tingkat

    kecemasan berdasarkan jenis kamar pada

    penelitian ini ditemukan kecemasan

    tertinggi terdapat pada jenis kamar 2

    ranjang (50%). Kondisi lingkungan rumah

    sakit ditanggapi berbeda oleh setiap anak.

    Ada yang yang merasa lebih senang

    dengan kamar jenis 6 ranjang karena

    merasa banyak teman, sehingga dapat

    berinteraksi bebas dan tidak merasa

    ketakutan dan ada juga yang lebih nyaman

    dengan jenis kamar 2 ranjang. Maria

    &Mubin19

    meneliti kecemasan anak di

    RSUD Turejo Semarang menyimpulkan

    bahwa tidak ada hubungan antara kelas

    rumah sakit dengan kecemasan anak. Hal

    ini menunjukkan bahwa kecemasan anak

    tidak tergantung pada kelas yang ia

    tempati. Kenyataan ini berbeda dengan

    teori yang diungkapkan oleh Steven et al.18

    yang menyatakan bahwa kelas rumah sakit

    berhubungan dengan kecemasan anak yang

    dirawat inap dirumah sakit. Menurut

    Nursalam et al.8 rawat inap pada anak

    dapat menyebabkan kecemasan untuk

    semua tingkat usia. Penyebab dari

    kecemasan tersebut yaitu faktor dari

    petugas (perawat, dokter dan tenaga

    kesehatan lainnya) dan lingkungan baru

    yaitu rumah sakit5.

    Pekerjaan orang tua juga dapat

    mempengaruhi prevalensi tingkat

    kecemasan pada anak. Prevalensi tingkat

    kecemasan sampel berdasarkan pekerjaan

    orang tua terhitung dari 14 November

    2012 sampai dengan 14 Januari 2013

    didapatkan jumlah tertinggi yaitu tingkat

    kecemasan berat (40%) dengan jenis

    pekerjaan orang tua sebagai petani/IRT

    (87,5%) dari total sampel.

    Rawat inap pada anak dapat

    memberikan dampak psikologis pada

    orang tua salah satunya adalah kecemasan

    yang akan menimbulkan perubahan

    perilaku, sehingga orang tua tidak dapat

    menjaga anaknya dengan baik. Mella20

    melakukan penelitian di RSUP dr. M.

    Djamil Padang mendapatkan sebagian

    besar responden yang mengalami

    kecemasan berasal dari keluarga dengan

    status ekonomi rendah. Mella20

    juga

    menyebutkan terdapat hubungan yang

    bermakna antara status ekonomi dengan

    tingkat kecemasan pada anak dan orang

    tua. Ginsburg21

    juga mengungkapkan

    bahwa anak-anak dari orang tua yang

    cemas memiliki dua sampai tujuh kali

    beresiko terhadap tingkat kecemasan.

  • 5

    Hubungan Lama Rawat Inap dengan

    Tingkat Kecemasan Anak

    Hasil penelitian yang dilakukan di

    bangsal anak RSUD dr. Zainoel Abidin

    Banda Aceh terhitung dari 14 November

    2012 sampai dengan 14 Januari 2013

    didapatkan sebanyak 12 anak (57,1%)

    mengalami kecemasan ringan dengan lama

    perawatan kategori cepat dan 10 anak

    (52,6%) mengalami kecemasan berat

    dengan lama perawatan kategori sedang.

    Setelah dilakukan analisis dengan uji

    statistik chi-square, didapatkan p value

    0,07. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

    hubungan lama rawat inap dengan tingkat

    kecemasan anak usia 8 sampai dengan 11

    tahun yang dirawat inap di bangsal anak

    RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

    Lerman et al.22

    dan Bolin23

    menemukan adanya hubungan yang sangat

    erat antara lama rawat inap dengan tingkat

    kecemasan pada anak. Anak yang dirawat

    inap untuk pertama kalinya diharuskan

    untuk menghadapi berbagai macam

    perubahan dalam kehidupan

    kesehariannya, sehingga ini merupakan

    pencetus utama dari berbagai tingkat

    kecemasan yang timbul5. Lerman et al.

    22

    juga menyebutkan anak-anak yang

    mulanya hanya memiliki gejala kecemasan

    ringan ketika harus dirawat inap di rumah

    sakit dapat menjadi anak dengan tingkat

    kecemasan berat dan akan lebih berat

    ketika dewasa. Penyebab dari kecemasan

    ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

    faktor dari petugas (perawat, dokter dan

    tenaga kesehatan lainnya), lingkungan

    baru maupun keluarga yang

    mendampinginya selama perawatan5.

    Rawat inap merupakan salah satu dari

    berbagai penyebab timbulnya kecemasan

    pada anak dan begitu juga dengan umur

    anak. Szelenberger et al.23

    yang

    melakukan penelitian di rumah sakit

    terhadap pasien yang dirawat inap juga

    menyatakan bahwa usia merupakan salah

    satu faktor penting yang mempengaruhi

    arah dan simtomatologi dari kecemasan.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan, dapat disimpulkan :

    1. Nilai statistik dengan p value 0,007 (p

    < 0,05) menandakan bahwa hubungan

    lama rawat inap dengan tingkat kecemasan

    anak dinyatakan bermakna.

    2. Sampel usia 8 sampai dengan 11 tahun

    yang dirawat inap di bangsal anak RSUD

    dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan

    lama rawat inap katagori cepat (1-3 hari)

    memiliki tingkat kecemasan ringan

    sebanyak 57,1% dan lama rawat inap

    katagori sedang (4-7 hari) memiliki tingkat

    kecemasan berat sebanyak 52,6%.

    3. Distribusi frekuensi lama rawat inap

    paling banyak ditemukan pada katagori

    lama rawat cepat yaitu 52,2%.

    4. Distribusi frekuensi lama rawat

    berdasarkan jenis kamar paling banyak

    ditemukan di jenis kamar 6 ranjang yaitu

    37,5%.

    5. Distribusi frekuensi lama rawat

    berdasarkan usia sampel (8-11 tahun)

    terhitung dari 14 November 2012 sampai

    dengan 14 Januari 2013 adalah usia 9

    tahun (35%) dari total jumlah sampel.

    6. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan

    pekerjaan orang tua terhitung dari 14

    November 2012 sampai dengan 14 Januari

    2013 paling banyak adalah petani/IRT

    yaitu 87,5 %.

    Saran

    Berdasarkan penelitian ini, hal-hal yang

    dapat disarankan antara lain:

    1. Bagi Rumah Sakit

    Bagi pihak rumah sakit harus lebih

    meningkatkan pelayanan yang terbaik bagi

    para pasien. Rumah sakit harus dapat

    menciptakan suasana yang nyaman bagi

    anak serta memperbaiki program

    pelayanan di bangsal anak di rumah sakit

    dengan tujuan untuk memberikan

    kenyamanan bagi pasien dan keluarganya.

    2. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Perlu dilakukan penelitian lebih

    lanjut tentang faktor-faktor lain yang

    berhubungan dengan kecemasan anak

    selama dirawat di rumah sakit, seperti

  • 6

    faktor dari jenis penyakit dan petugas

    (perawat, dokter, atau tenaga kesehatan

    lainnya).

    DAFTAR PUSTAKA

    1. UNICEF, 2012. Children Abuse in Development Countries. Manila.

    pp.11

    http://www.unicef.org/protection/5792

    9_newsline.html [diakses 28 Juni

    2012].

    2. Kieling, C., Baker-Henningham, H., Myron, B., Gabriella, C., et al., 2011.

    Global Mental Healt 2 . Child and

    Adolescent Mental Health Worldwide,

    evidence for action. Lancet

    2011;378:1515-25.

    http://www.thelancet.com/journals/lan

    cet/article/PIIS0140-6736(11)60827-

    1/fulltext?_eventId=login [diakses 5

    Juni 2012].

    3. United State Census Bureau, 2004. International Data Base. Incidence

    (annual) of Generalized anxiety

    disorder.

    http://www.rightdiagnosis.com/g/gene

    ralized_anxiety_disorder/stats-

    country.htm#extrapwarning [diakses

    14 Oktober 2012].

    4. Steimer, T., 2002. Dialogues in Clinical Neurosciens.Anxiety 1.

    Volume 4 no 3, 287-295. France:

    Rouffach.

    http://www.mendeley.com/research/di

    alogues-clinical-neuroscienceanxiety-

    i/ [diakses 28 Juni 2012].

    5. Wong, D. L., 2008. Kinerja : Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6.

    Jakarta : EGC

    6. Wong, D .L., Whaleys., 2010. Psikologi perkembangan anak dan

    remaja. Bandung: Remaja

    Rosdakarya.

    7. Ekowati, S., 2008. Hubungan antara Stress Hospitalisasi dengan Perubahan

    Pola Tidur Anak Usia Prasekolah

    yang Dirawat di Ruang Cempaka

    BRSD RAA Soewondo Pati. Skripsi

    S.Kes. Universitas Muhammadiyah,

    Semarang.

    8. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu

    Keperawatan: Pedoman Skribsi, Tesis.

    Jakarta: Salemba Medika.

    9. Rothrock, N., ONeill, M. A., Wendy S., Suzanne M., et al., 2009.Familial

    risk for common diseases in primary

    care: the Family Healthware Impact Trial.American Journal of Preventive

    Medicine, 36, pp.506-514.

    http://www.cdc.gov/.../FHITr_ONeill_

    Methods.pdf/ [diakses 28 Juni 2012].

    10. Pine, D. S., Cohen P., Gurley D., Brook J., 1998. Risk of early

    adulthood anxiety and depression in

    adolescents with anxiety disorders and

    depressive disorders. Archives of

    General Psikiatri, 55, 56-64.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

    9435761#. [diakses 6 Juni 2012].

    11. Woodward, L. J., Fergusson, D. M., 2001. Life course outcomes of young

    people with anxiety disorders in

    adolescence. Journal of the American

    Academy of Child and Adolescent

    Psychiatry, 40, pp.10861093. http://www.mendeley.com/research/lif

    e-course-outcomes-of-young-people-

    with-anxiety-disorders-in-

    adolescence-1/ [diakses 28 Juni 2012].

    12. Stallard, P., Simpson, N., Anderson, S., Hibbert, S., et al., 2007. The

    FRIENDS Emotional Health

    Programme:Initial Findings from a

    School-Based Project. Child and

    Adolescent Mental Health Volume

    12,No. 1,pp. 3237. University of Bath. UK.

    http://www.mendeley.com/research/fri

    ends-emotional-health-programme-

    initial-findings-schoolbased-project/.

    [diakses 15 Juni 2012].

    13. Departemen Kesehatan RI, 1987. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

    Swasta. Peraturan Menteri Kesehatan

    Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987

    14. Setyawan, I., Sulastri, 2008. Hubungan Perawatan Pasien dengan

    Motivasi Kebutuhan Seksual Lali-

    Laki Usia 21- 55 Tahun di Rumah

  • 7

    Sakit Umum Islam Kustati Surakarta.

    Berita Ilmu Keperawatan Vol. 1. No.

    4., Desember 2008, pp.169-174.

    http://publikasiilmiah.ums.ac

    .\id/handle/123456789/506. [diakses

    pada tanggal 20 Juni 2012].

    15. Sartika, F,S., Sulisno,M., 2012. Hubungan Kecemasan Ibu dengan

    kecemasan Anak Saat Hospitalisasi

    Anak. http://www.ejournal-

    s1.undip.ac.id/index.php/jnursing/artic

    le/view/157 [diakses 14 Febuari

    2013].

    16. Pratiwi, S.Y., 2012. Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Rawat Inap

    dengan Permainan Hospital Story di

    RSUD Kraton Pekalongan. Jurnal

    Ilmiah Kesehatan. Vol 1 No 2

    September 2012. Lembaga Penelitian

    dan Pengabdian Masyarakat Sekolah

    Tinggi Ilmu Kesehatan

    Muhammadiyah Pakajangan-

    Pekalongan.

    17. Erni, M., Andhika, R., 2007. Hubungan Dukungan Keluarga

    Dengan Tingkat kecemasan Akibat

    Hospitalisasi pada Anak Usia

    Prasekolah di Bangsal L RSUP dr.

    Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal

    Kesehatan Surya Medika. Yogyakarta.

    18. Steven, H. P., 2000. Stigma in relation to mental disorders. Annual Review of

    Clinical Psychology, 4, 269-293

    19. Mubin, M, F., Maria, D. H., 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan

    Dengan Kecemasan pada Anak Usia

    Prasekolah di Bangsal Melati RSUD

    Tugurejo Semarang. FIKkeS,

    3(2).https://pmat.unimus.ac.id/ojsuni

    mus/index.php/FIKkeS/article/view/3

    52 [diakses 15 Febuari 2013].

    20. Mella, K. S., 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

    Kecemasan Orang Tua Anak Yang

    Dirawat Diruang Rawat Inap Akut

    RSUP Dr.M. Djamil Padang Tahun

    2010.

    http://repository.unand.ac.id/id/eprint/

    18332 [diakses 20 Febuari 2013].

    21. Ginsburg, G., 2013. Child Anxiety Prevention Study. Division of Child

    and Adolescent Psychiatry. Baltimore:

    John Hopskins School of Medicine.

    http://www.hopkinsmedicine.org/psyc

    hiatry/specialty_areas/child_adolescen

    t/research/CAPS/ [diakses 15 Febuari

    2013].

    22. Lerman, M., Teichman, Y., Rafael,B., 1986. Anxiety Reaction of

    Hospitalized Children. Desember, 59

    (pt 4)n : 375-82.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

    3801347 [diakses 12 Febuari 2013].

    23. Szelenberger, W.,Wojnar,M., Wilkowska-Chmielewska, J., 2013.

    Age-dependent symptomatology of

    depression in hospitalized patients and

    its implications for DSM-5.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

    23332650 [diakses 12 Febuari 2013].