21
PRINSIP PARTISIPASI SOSIAL (DALAM ARSITEKTUR) OLEH PAGUYUBAN PEDAGANG PASAR BURUNG DAN PASAR IKAN KOTA MALANG TUGAS MATA KULIAH PARTISIPASI SOSIAL DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR Oleh: A. Taufani Irawan Nim. 0920605001 A. Farid Nazaruddin ST. Nim. 0920605002

Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gotong royong, musyawarah, dan partisipasi sosial adalah tradisi dasar jiwa masyarakat Indonesia

Citation preview

Page 1: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

PRINSIP PARTISIPASI SOSIAL (DALAM ARSITEKTUR) OLEH PAGUYUBAN PEDAGANG PASAR BURUNG

DAN PASAR IKAN KOTA MALANG

TUGAS MATA KULIAHPARTISIPASI SOSIAL DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

Oleh:

A. Taufani Irawan

Nim. 0920605001

A. Farid Nazaruddin ST.

Nim. 0920605002

ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2010

Page 2: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

Perkenalan

Pasar dalam Arti Luas adalah suatu bentuk transaksi jual-beli yang

melibatkan keberadaan produk barang atau jasa dengan alat tukar berupa uang ata

ualat tukar lainnya sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh

kedua belah pihak. Pasar dalam konteks Perekonomian Menurut W.J. Stanton

adalah Sekumpulan orang yang memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan,

uang untuk belanja (disposable income) serta kemauan untuk membelanjakannya.

Pasar Burung Malang terletak di pinggir Sungai Brantas yang membelah dua

kota Malang. Selain menjadi ladang penghidupan bagi ratusan pedagang, lokasinya

yang terletak hanya sepelemparan batu dari Kantor walikota Malang, serta alun-alun

kota yang juga ramai dikunjungi wisawatan.

Disini pengunjung bisa menikmati aneka jenis hewan yang hanya bisa dilihat

di televisi atau majalah-majalah. Dari burung langka hingga yang biasa kita temui

beterbangan di rumah-rumah kita, semua membaur jadi satu. Menciptakan aroma

pasar burung tradisional yang bisa melenakan setiap pengunjungnya. Selain aneka

jenis burung, hewan lain semacam kelinci, penyu, ikan hias, ular, bahkan tanaman

hias juga tersedia. Aneka pakan burung seperti jangkrik, ulat, kroto, cacing, juga ada.

Tak lupa didagangkan aneka jenis sangkar burung dari yang paling sederhana

seharga belasan ribu, hingga yang berukir indah berharga jutaan rupiah.

Para pedagang di pasar burung ini tergabung dalam sebuah paguyuban.

Paguyuban Pedagang Pasar Burung dan Pasar Ikan adalah sebuah organisasi lokal

yang beranggotakan komunitas pedagang pasar burung dan pasar ikan di kota

Malang. Sebuah kota terbesar kedua di Jawa Timur yang berkembang sangat pesat

sejak seratus tahun terakhir. Sejalan dengan berkembangnya kota Malang,

berkembang pula kegiaran ekonomi di kota ini. Tidak terkecuali pasar burung dan

pasar ikan ini.

Sejarah pasar ini cukup panjang dan berliku. Sejak tahun 1955-an pasar ini

sudah mulai ada tetapi tidak terpaku pada satu tempat khusus (ilegal). Dimulai

dengan beberapa pedagang yang melihat kesempatan meraup untung dengan

memberi fasilitas para pehobi dalam memelihara burung berkicau pada saat itu, yang

kemudian merembet kepada beberapa pedagang yang terkumpul dan membentuk

sebuah teritori (citra) sebuah tempat, sehingga pada tahun 1960-an, wilayah Kebalen

merupakan wilayah pertama yang menjadi wilayah yang terkenal dengan pasar

burungnya.

Hanya saja, karena perkembangan pasar ini vernakular dan tidak terrencana,

pemerintah kota berusaha untuk merelokasi pasar ini. Meskipun pemerintah telah

menarik distribusi pasar, tetap wilayah Kebalen tidak ditujukan untuk wilayah pasar

1

Page 3: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

burung atau pasar ikan. Sehingga pada tahun 1967 pasar ini dipindah ke pasar

comboran. Dekat dengan pasar barang bekas. Hanya saja, para pedagang yang

telah ada di kebalen sebelumnya harus membeli stan di tempat yang baru. Sehingga

banyak pedagang-pedagang lama yang tidak dapat meneruskan kegiatannya karena

tidak mampu membeli stan yang baru, dan banyak pedagang baru yang melihat

kesempatan ikut dalam kancah jual beli kebutuhan binatang peliharaan ini. Meskipun

demikian, keeretan hubungan antar pedagang terjalin kembali.

Sejalan dengan waktu, konflik kepentingan pemerintah terhadap pasar

comboran ini semakin memuncak. Sehingga meski dengan usaha perjuangan dan

perlawanan sengit dari para pedagang yang kemudian mendirikan paguyuban ini,

pasar harus dipindah kembali pada tahun 1993. Kembali para pedagang harus

membeli stan yang baru (tidak ditukar). Posisi yang baru ini digunakan sampai

sekarang dan mereka berkomitmen tidak akan berpindah lagi, meski harus berjuang

mati-matian dalam mempertahankannya. Reformasi dan demokrasi yang selama ini

berkembang di Indonesia seakan telah merasuk dalam ranah jiwa mereka.

Sekarang, nuansa kekeluargan antar pedagang menjadi semakin erat,

sehingga banyak kegiatan-kegiatan yang mendukung jual beli, hidup dan

berkehidupan di tempat ini dilakukan secara bersama-sama (partisipatorik). Proses

partisipasi sosial ini cukup menarik untuk dikaji sebagai bahan pembelajaran

khususnya pembelajaran sosial arsitektural. Berbagai pengalaman yang dialami para

pedagang ternyata sangat membentuk prinsip partisipasi sosial yang terjadi saat ini.

Makalah ini berusaha untuk mendefinisikan beberapa kegiatan partisipatif di wilayah

pasar ini.

Paguyuban sebagai wadah kebersamaan

Mengapa kebersamaan menjadi penting? Secara fitrah, manusia

membutuhkan para pemimpin, tetapi juga secara fitrah manusia (sebagai makhluk

sosial (baca: makhluk dengan keterbatasan)) membutuhkan kebersamaan.

Paguyuban ini dapat menjadi wadah kebersamaan yang terpimpin. Khususnya

2

Jl. majapahitGambar: peta kawasan dan papan nama pasar burung

Page 4: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

dalam menghadapi berbagai masalah yang melanda pasar burung dan pasar ikan

selama ini.

Secara kata, paguyuban adalah [n] perkumpulan yg bersifat kekeluargaan,

didirikan orang-orang yg sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan)

di antara para anggotanya (KBBI, 2001). Tepat kiranya para pedagang memilih kata

ini, karena dasar komunitas mereka adalah kekeluargaan. Meskipun tidak ada

hubungan darah, tetapi mereka membagi hubungan senasib sepenanggungan.

Perasaan itu seakan-akan menjadi “darah” yang mempersatukan mereka.

Apabila di pecah satu persatu struktur arti dari paguyuban, adalah sebagai

beriikut, ke.ke.lu.ar.ga.an [n] perihal (yg bersifat, berciri) keluarga. Sedang ke.lu.ar.ga

adalah [n] (1) ibu dan bapak beserta anak-anaknya; sanak saudara; kaum kerabat:

(4) satuan kekerabatan yg sangat mendasar dl masyarakat (ibid, 2001). Sesuai hal

itu, prinsip hubungan dalam keluarga (baca: kekeluargaan) adalah merupakan

prinsip dasar hubungan dalam masyarakat. Dalam keluarga terjadi hubungan yang

berbeda-beda tetapi tersatukan oleh rasa sayang dan cinta. Bagaimana ibu

menyayangi anak-anaknya berbeda dengan bagaimana suami menyayagi istrinya,

demikian juga hubungan adik dan kakak, bahkan hubungan adik kakak berjenis

kelamin sama, berbeda dengan hubungan adik-kakak berjenis kelamin berbeda.

Keberbedaan hubungan ini seharusnya tidak menjadikan keluarga itu pecah dan

terlingkup oleh konflik yang terus menerus. Hal ini dapat terjadi karena keluarga

selalu dipersatukan oleh kasih sayang. Sehingga dapat dikatakan, bahwa prinsip

hubungan kekeluargaan adalah berprinsip dari hubungan berdsasarkan rasa kasih

sayang.

Kesepahaman dan Kerukunan

Bagaimana membuat manusia menjadi sepaham? Salah satunya adalah

mempunyai dasar pemahaman sama dan tujuan pemahaman yang sama.

Bagaimana menyamakan tujuan atau kesepahaman? Hal ini dapat dijelaskan

langsung dan sejalan dengan makna kata guyub. Kata gu.yub menurut KBBI juga

bersinonim dengan kata [a] rukun. Kata ini diartikan [a] (1) baik dan damai; tidak

bertengkar (tt pertalian persahabatan dsb): "Ibu berharap kamu berdua dapat hidup

-- "; (2) bersatu hati; bersepakat: penduduk kampung ini – sekali. Kata ini juga

mempunyai makna yang dalam apabila diambil katanya baik dan damai. Bagaimana

menjadi baik? Bagaimana pula menjadi damai?

Untuk mengerti hal ini, kami akan mencoba menelaah prinsip hubungan

manusia dengan lingkungannya. Yaitu dengan tidak menghadirkan lingkungan dalam

3

Page 5: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

diri manusia. Bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya dapat diartikan

dimanakah posisi lingkungan dalam diri manusia?

Beberapa pendapat religius (believe) menganggap manusia adalah satu-

satunya makhluk di dunia ini yang diberi kemampuan untuk berpikir (aqal). Tetapi

tidak hanya itu, manusia juga diberi suatu tanggung jawab untuk memilih. Memilih

antara baik dan buruk. Karena itu, manusia diberi tanggung jawab yang menurut

malaikat sia-sia dan merusak yaitu tanggung jawab akan dunia dan alamnya.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al-Baqarah 30.)

Apabila kita melihat manusia sebagai satu individu kita akan melihat bahwa

manusia sebelum melakukan suatu hubungan sosial dia pertama kalinya meletakkan

posisi hubungan itu pada tempat-tempat tertentu di dalam “benaknya”. Hal ini dapat

dikatakan sebagai tata cara manusia dalam memahami dan membaca

lingkungannya.

Bagaimana proses manusia dalam membaca alamnya? Hal ini menjadi

pertanyaan filosofis yang sangat mendasar bersanding dengan eksistensialisme.

Dalam bukunya, Heidegger menganggap selalu ada “Being” (suatu entitas unik) yang

memberi pengaruh dalam pemahaman suatu “being” (objek yang dipahami). Being

inilah yang mengakibatkan pemahaman eksistensial menjadi dapat dipahami. Being

inilah yang menjadikan pemahaman banyak orang menjadi sama. Dapat dikatakan

Heidegger berusaha menggali fitrahnya sebagai manusia. Dia berusaha untuk

mencari dimanakah posisi Being dalam being itu. Tetapi, sayangnya ia berhenti

setelah memperbesar huruf b dalam being.

Dalam pemahamannya, Ki Moenadi MS (1990) dalam Pangarsa 2010,

membagi potensi manusia menjadi Ruh, Rasa, Hati, Aqal, dan Nafsu. Sejalan

dengan itu jauh sebelumnya Al Ghazali membagi potensi manusia menjadi Ruh,

Hati, Aqal, dan Nafsu (Toha, 2003). Intinya manusia mempunyai potensi diri dalam

memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya. Bagaimana memanfaatkan

potensi ini?

Pangarsa (2010) dalam tulisannya Membaca Sesuatu Bersama Logika, atau

Bersama Allah? Berpendapat bahwa manusia seharusnya tidak hanya

menggunakan nafsu dan aqal nya saja dalam melihat, memaknai dan berinteraksi

dengan lingkungannya. Tetapi dia seharusnya mempedulikan hatinya, rasanya dan

bahkan kalau bisa ruhnya dalam membaca, memaknai atau berinteraksi dengan

4

Page 6: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

sesamanya (lingkungannya). Tidak hanya terpaku pada pemahaman aqal yang

sangat terbatas. Pemahaman ini dapat dikatakan, sebuah pemahaman “lanjutan”

akan pemahaman Heidegger memahami Being. Bahwa Being yang dipahami oleh

being merupakan interverensi Ketuhanan.

Untuk lebih jelasnya, coba kita bertanya kepada aqal kita masing-masing

pertanyaan-pertanyaan berikut, bagaimanakah bahagia itu? Bagaimanakah cinta itu?

Apakah indah itu? Semua pertanyaan ini tidak dapat dirumuskan oleh aqal tetapi

dapat diwadahi oleh hati. Dapat dikatakan prinsip nilai-nilai yang terwadahi oleh hati

tetapi tidak dapat terwadahi oleh aqal.

Guyub yang dilandasi oleh rasa kekeluargaan yang dilandasi oleh rasa

sayang (hati) membuat kerukunan menjadi lebih erat dan proses partisipasi sosial

menjadi non formal. Mengapa hal ini dapat terjadi? karena partisipasi sosial yang

formal (aqal) seringkali hanya menyentuh permukaan dan tidak dapat bertahan lama,

tetapi apabila menjadi non formal (tidak terikat peraturan tertulis/ hati), maka

partisipasi sosial akan bertahan lebih lama.

Ketiadaannya Peraturan Tertulis

Segala kegiatan yang dilakukan bersama di pasar burung dan pasar ikan

kota Malang ini tidak berdasarkan peraturan tertulis. Mengapa hal ini menjadi

penting? Dikarenakan peraturan tertulis merupakan kinerja aqal sedang peraturan

tidak tertulis adalah kinerja hati. Hubungan manusia berdasarkan hubungan ilmiah,

aqal tidak akan seerat atau sebaik hubungan manusia berdasarkan hati. Dan

5

Gambar: Analisa potensi diri dalam pemahaman (pangarsa 2010)

Page 7: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

menurut pengamatan kami, hubungan manusia dalam berkegiatan bersama di

kawasan pasar burung dan pasar ikan ini berdasarkan hubungan hati.

Setiap kegiatan selalu dilandasi oleh musyawarah, setiap keputusan adalah

keputusan bersama disetujui bersama dan dilaksanakan dengan baik secara

bersama pula. Hal ini diwadahi oleh kegiatan arisan bersama sebulan sekali di

tempat-tempat yang disetujui, selain itu berbagai perbincangan silaturahmi impulsif

yang terjadi pada sehari-hari menjadi dasar penggodokan konsep keputusan yang

kemudian dibicarakan dan dimusyawarahkan bersama. Semua atas nama

kebersamaan.

Berikut beberapa kegiatan partisipasi sosial yang dilakukan tanpa

persetujuan tertulis dan tanpa adanya peraturan tertulis, hanya mengandalkan

komitmen, etika, nilai-nilai dan ke”gak ilok”an.

1. partisipasi sosial dalam distribusi sampah.

Dana distribusi sampah ini diambil dari dana bersama yang diambil per bulan

dengan hitungan per hari min 1000 rupiah secara rata pada seluruh kawasan.

Meskipun demikian, dinas pasar juga mempunyai andil (membayar “pasukan

kuning”). Petugas tidak membersihkan sampah yang ada tetapi hanya mengambil

dari tempat sampah kamudian mengangkutnya ke TPA. Sehingga, tanggung jawab

kebersihan kawasan lebih kepada masyarakat sendiri. Keputusan bersama,

meskipun tidak tertulis mengikat masyarakat untuk membersihkan lingkungannya

sendiri. Kesadaran akan keputusan inilah yang membuat kawasan menjadi cukup

bersih.

Prinsip partisipasi sosial dalam distribusi sampah ini berlandaskan

musyawarah bersama, kemudian disetujui, dilakukan dan didanai secara

partisipatorik. Pembersihan kawasan kemudian dapat dibagi menjadi pembersihan

individu, yang tertanggung adalah toko-toko dan tempat umum seperti toilet atau

jalan di sekitar tokonya. Yang kedua adalah pembersihan oleh masyarakat yang

dilakukan dengan kesadaran dan kerelaan pribadi masyarakat (pembeli dan penjual)

untuk membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan fasilitas yang

dipakainya.

6

Page 8: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

2. partisipasi sosial dalam menjaga keamanan

untuk pengamanan kawasan, dana bersumber dari dana bersama diambil per

bulan dengan hitungan per hari min 1000 rupiah secara rata pada seluruh seluruh

kawasan. Penjagaan dilakukan siang dan malam. Untuk siang hari penjagaan

dilakukan bersama sedang untuk malam hari hanya beberapa saja. “Petugas”

keamanan (yang dari anggota sendri) dibayar dari dana bersama dengan jumlah

sesuai kesepakatan bersama pula.

Prinsipnya hampir sama dengan prinsip kegiatan yang lain, yaitu selalu

dilandasi oleh musyawarah bersama, kemudian disetujui, dilakukan dan didukung

dengan pendanaan bersama. Pengamanan kemudian dilakukan oleh masyarakat

yang saling menjaga keamanan secara bersama-sama (saling memberi rasa aman).

Pengamanan pula dilakukan oleh individu yang menjaga secara pribadi fasilitas yang

digunakannya, seperti meletakkan barang berharga di tempat khusus atau mengunci

toko apabila ditinggal.

7

TPA

T. P. PRIBADI T. P. AKHIRT. P. UMUM

PEMBUANGAN SENDIRI

KERELAAN PRIBADI

PEMBUANGAN LANGSUNG

PEMBERSIHAN OLEH MASYARAKAT

PEMBERSIHAN OLEH INDIVIDU

PERSETUJUAN, PERLAKUAN DAN DANA BERSAMA

MUSYAWARAH BERSAMA

PETUGAS RESMI

DANA DINPAS

Diagram: jalur partisipasi sosial untuk distribusi sampah dan kebersihan

Page 9: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

3. partisipasi sosial dalam pembagian dan distribusi air

distribusi air di kawasan ini terdiri dari 2 sumber, yaitu sumur dan PDAM.

Tetapi lebih banyak dipakai adalah PDAM karena sumur mengeluarkan air yang

tidak begitu jernih dan tidak cocok untu ikan pada khususnya. Sumber PDAM tidak

terbagi satu-satu pada setiap toko tetapi hanya terbagi menjadi 3 titik (kran). Untuk

mengatur pembagian air di 3 kran ini pengambilan air dilakukan per shift, dengan

jumlah yang seperlunya dan sewajarnya. Tidak ada yang secara khusus menghitung

pemakaian air yang dilakukan. Tetapi untuk dana iuran, dihitung sesuai besaran toko

antara 1000 sampai 5000 perhari yang dikoleksi perbulan. Sedangkan, untuk fasilitas

lain seperti toilet dan masjid digunakan atas persetujuan bersama.

Karena ketiadaannya peraturan tertulis, musyawarah bersama tetap menjadi

dasar kegiatan ini. Penyediaan air untuk pemakaian dilakukan dengan pertimbangan

pemakaian sewajarnya. Tidak ada yang mengambil terlalu banyak, semua

mengambil sesuai kebutuhan. Prinsip ini disadari oleh semua kalangan, sehingga

prinsip saling memberi ini menjadikan pengguna juga tidak mengambil air melebihi

kebutuhannya.

8

KEAMANAN KAWASAN

KAWASAN TOKOJALAN

PENGAMANAN KELOMPOK

PENGAMANAN MASY.

PENGAMANAN PRIBADI

PENGAMANAN OLEH MASYARAKAT

PENGAMANAN OLEH INDIVIDU

PERSETUJUAN, PERLAKUAN DAN DANA BERSAMA

MUSYAWARAH BERSAMA

PETUGAS PAYROL

Diagram: jalur partisipasi sosial untuk keamanan kawasan

Page 10: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

4. partisipasi sosial dalam dana kas

Tidak terlepas dalam satu kawasan perdagangan adalah dana kas untuk

berbagai keperluan secara bersama-sama. Pengumpulan dana dilakukan per bulan

dan dihitung sesuai posisi toko. Apabila posisi toko berada di depan dengan

kemungkinan menjual lebih banyak, maka dana yang ditarik pun lebiih besar

daripada toko yang berada jauh di belakang. Sumber dana juga ada dari usaha

parkir dan toilet. Keputusan jumlah pendanaan dilakukan bersama dan diikuti

anggota dengan ikhlas meski terdapat perbedaan jumlah pendanaan. Kadang ada

beberapa pula yang memberi masukan dana dengan lebih sebagai sumbangan.

Pondasi keputusan dan pelaksanaannya tetap adalah musyawarah bersama.

Dalam prosesnya pendanaan ini dapat berlangsung lancar bahkan beberapa

kelebihan kas sering terjadi. meskipun demikian, ketua paguyuban tetap mengawasi

proses pengaliran dana dengan mempertahankan transparansinya.

9

DISTRIBUSI AIR

3 TITIK PDAM SUMURTOILET

PENGGUNAAN KHUSUS

DISTRIBUSI PERSHIFT

DISTRIBUSI LANGSUNG

S. AIR MILIK MASYARAKAT S. AIR MILIK INDIVIDU

PERSETUJUAN, PERLAKUAN DAN DANA BERSAMA

MUSYAWARAH BERSAMA

KETUA

Gambar: sumber air sumur dan tiga titik kran PDAM

Diagram: jalur partisipasi sosial untuk distribusi air

Page 11: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

5. partisipasi sosial dalam perawatan fasilitas

Atas persetujuan bersama, setiap masyarakat dalam kawasan harus merawat

fasilitas umum dan pribadi. Fasilitas pribadi adalah tanggung jawab pribadi.

Kepentingan pribadi tidak boleh mengganggu kepentingan umum, terdapat batasan

antar kepentingan, tetapi batasan ini tidak formal, tidak tertulis, tetapi masih dapat

di”baca” oleh masyarakat di kawasan. Dana perawatan dan perbaikan fasilitas umum

apabila rusak adalah dari dinas pasar, sehingga untuk dana dapat dikatakan tidak

partisipatif. Hal ini dikarenakan tanggung jawab perawatan fisik umum sebenarnya

dari dinas pasar, tetapi selama ini, penjagaan fasilitas lebih diserahkan kepada

pengguna kawasan. Sehingga perbaikan fasilitas apabila rusak sebenarnya harus

menunggu dinas pasar. Meskipun demikian, ada beberapa kali perawatan insidental,

seperti kerja bakti, penggantian kran air apabila rusak, dll.

10

DANA BERSAMA

KAS PAGUYUBAN KOTAK AMALKAS UMUM

INSIDENTALTERHITUNG PASTI

KEIKHLASAN DANA

PENDANAAN OLEH MASYARAKAT

PENDANAAN INDIVIDU/ KEIKHLASAN

PERSETUJUAN DAN PERLAKUAN BERSAMA

MUSYAWARAH BERSAMA

KETUA

FASILITAS KAWASAN

JALAN TOKOAIR

PERAWATAN INSIDENTAL

PERAWATAN BERSAMA

PERAWATAN PRIBADI

FASILITAS UMUM FASILITAS PRIBADI

PERSETUJUAN DAN PERLAKUAN BERSAMA

MUSYAWARAH BERSAMA

PETUGAS RESMI

DANA DINPAS

Diagram: jalur partisipasi sosial untuk dana bersama

Diagram: jalur partisipasi sosial untuk perawatan fasilitas

Page 12: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

6. partisipasi sosial dalam pembagian (pemberian batas) ruang

Batas adalah sesuatu yang dilandasi akan fisik (tertulis) dan non fisik (tidak

tertulis). Menurut Redding, 2005 pemberian batas dapat dimulai dengan kepemilikan.

Tetapi, Menurut Yi Fu Tuan, 2001 sebuah tempat (dan batasannya) terjadi dengan

sangat kompleks dan rumit. Hal ini sesuai dengan kenyataan, tentang bagaimana

sebuah batasan merupakan ekstendensi diri dari manusia itu sendiri. Tetapi apa

yang seharusnya dilakukan dengan batasan (ruang) apabila terjadi kegiatan

bersama. Pemberian batasan dapat dikelola oleh para pembangun dan arsitek

dengan memberikan batasan fisik, tetapi tetap “tulisan/fisik” tidak akan dapat

membendung kegiatan manusia yang terus berkembang dan berubah. Sehingga

manusia-manusia itu membentuk batasan-batasan baru yang berbeda dengan

batasan fisik.

Menurut Sibley (1995;45) dalam geographies exclusion: Sekelompok

manusia memberi batas bagi ruang yang baru (pembuatan batas secara simbolik /

fisik/ terpagari). proses pemberian batasan adalah proses privatisasi, tetapi proses

yang dilakukan para pedagang pasar burung dan pasar ikan ini tidak dilakukan

secara fisik saja tetapi lebih dilakukan secara non formal sehingga batasan yang

tercipta terjadi sangat fleksibel dan rentan untuk berubah. Hal ini sangat dimengerti

oleh para pedagang. Bahkan apabila salah satu pedagang tutup pada hari itu (libur)

maka terasan tokonya boleh untuk dipakai tetangga tokonya. Ini merupakan hal yang

biasa dan sangat dianjurkan pada paguyuban ini. Hal ini menyebabkan batasan toko

menjadi rancu dan tidak tentu. Dengan kata lain proses ini tergantung kepada

kebijakan para pelaku. Kebijakan untuk saling memberi ruang, sehingga tidak terjadi

konflik. Biasanya apabila ada orang yang secara egois selalu ingin meminta (ruang)

maka secara moral ia akan terhukum oleh mayoritas, sehingga menjadi tidak

nyaman.

Dengan kebijakan ini, ruang-ruang terbatasi oleh batas kepentingan orang

lain. Sehingga pengambilan ruang dan batasannya selalu mempertimbangkan ruang

11

Gambar: Fasilitas musholla dan jalan

Page 13: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

dan batasan yang orang lain buat dan akan dibuat pula, tanpa ada pembicaraan dan

penandaan secara khusus. Lalu, bagaimana satu mengetahui batasan kepentingan

(ruang) yang lain padahal tidak ada pembicaraan (komunikasi) atau penandaan

secara khusus?. Hal ini dapat terjawab dengan kesingkronan perasaan dimana

perasaan satu dengan yang lain sama dan nilai-nilai yang terkandung dalam

pemberian batasan pun sama. Dengan prinsip saling memberi, batasan satu dengan

yang lain tidak saling tumpang tindih. Disinilah kekuatan hubungan nilai-nilai yang

menurut penjelasan diatas terkandung dalam hati. Dapat dikatakan hubungan antar

hati.

Hal ini cukup berbeda dengan pemahaman arsitektural saat ini. Dikarenakan

banyak yang menganggap bahwa batasan ruang adalah selalu fisik. Tetapi di dalam

pemahaman terhadap pasar ini, batasan ruang ternyata dapat pula non fisik, tidak

tertulis, dan sangat kompleks. Mengetahui hal ini, perancangan arsitektural yang

patut dilakukan seharusnya adalah perancanaan yang open plan, partisipatorik, dan

tidak menonjolkan ego arsitek.

Kesimpulan

Paguyuban pedagang pasar burung dan pasar ikan di kota Malang telah

menempuh perjuangan panjang dan perjuangan itu telah membentuk kekompakan

dan keguyuban. Prinsip hubungan keguyuban ini dilandasi oleh hubungan kasih

sayang antar-hati manusia tidak dari antar-aqal saja. Keguyuban ini terlihat dalam

pelaksanaan secara partisipatif kegiatan-kegiatan yang ada di dalam kawasan.

Antara lain distribusi sampah, keamanan, pembagian air, dana kas, perawatan

fasilitas dan pembuatan batasan ruang. Semua kegiatan itu dilandasi oleh peraturan

tidak tertulis dengan dilakukannya musyawarah setiap sebulan sekali yang diwadahi

oleh kegiatan “arisan”.

12

Gambar: fleksibilitas batasan ruang

Page 14: Prinsip Partisipasi Sosial Di Kawasan Pasar Burung Kota Malang

Partisipasi sosial untuk pembuatan batasan ruang di wilayah pasar burung

dan pasar ikan ini dilakukan secara non formal pula. Hanya bergantung kepada

prinsip saling memberi saling mengerti. Interaksi komunikasi antar hati menjadi dasar

nilai-nilai batasan ruang, sehingga seringkali batasan non fisik yang dibuat, tidak

konflik dengan batasan non fisik yang lain. Kesingkronan ini merupakan bukti bahwa

ruang pun dapat diajak untuk “guyub”.

Catatan penutup:

Pemahaman hubungan antar manusia tidak dapat terlepas dengan pemahaman hubungan

antar ruang dan teritorinya. Dalam bukunya, ‘Ilmu Ladduni, Al Ghazali menyebutkan tentang teritori dan

batasan dalam tubuh manusia. Dalam bukunya yang lain Misykatun Al-Anwaar. Beliau menjelaskan

tentang ruang dan batasan di luar tubuh manusia. Sangat berbeda dengan pemahaman buku-buku

teritori saat ini. Sekiranya patut untuk diperiksa.

Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ramli selaku ketua Paguyuban

Pedagang Pasar Burung dan Pasar Ikan Kota Malang dan rekan-rekan pedagang di tempat itu dalam

memberikan gambaran, pengalaman dan pemahaman akan berkegiatan di pasar dalam survey kami

yang kami lakukan sekitar bulan Mei dan Juni 2010.

Daftar Pustaka

------. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Balai Pustaka. Jakarta

--------Al-Qur’an dan Terjemahan. Departemen Agama RI. Media Insani Publishing.

Surakarta.

Pangarsa, GW. 2010. Membaca Sesuatu Bersama Logika, atau Bersama Allah.

http://kajianbudayailmu.blogspot.com.

Sibley, David. 1995. Geographies of exclusion: society and difference in the West.

Routledge. New York.

Toha, Mahmud. 2003. Membangun paradigma baru llmu Pengetahuan Sosial dan

Kemanusiaan. (BAB II). LIPI. Jakarta

Tuan Yi-Fu. 2001. Space And Place; The Perspective Of Experience. University of

Minnesota Pers. London.

13