Upload
anto-damha
View
436
Download
54
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan
dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah
sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai
penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi
dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat
mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita
harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Al-quran, sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80
yg artinya “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu
guna memelihara diri dalam peperanganmu”. Dari keterangan itu jelas sekali
bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga
tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang
tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat
ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya
melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan
mentransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula
mereka membelenggu para pemikir Islam sehingga sampai saat ini bangsa
Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sains dan Islam merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang sedang
hangat-hangatnya diperbincangkan. Sains dan Islam merupakan bidang ilmu
pengetahuan yang memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyikapi
kehidupan di zaman ini. Namun disamping perbedaan teresebut masih ada
1
hubungan timbal-balik yang sangat dahsyat diantara sains dan Islam, apabila
dikeduanya diintegrasikan dengan pola baik.
Hubungan antara sains dan agama kini menjadi pertimbangan penting
dikalangan pemikir, dan pembentukan kuliah-kuliah akademik tentang sains dan
Islam merupakan petunjuk kuat tentang hal tersebut. Oleh karena demikian, maka
makalah yang dihadapan saudara ini adalah salah satu bentuk upaya untuk
mengkaji pandangan hubungan sains dan Islam, yakni dari sisi pandangan konflik,
independensi, dialog, dan integrasi.
Islam memiliki kepedulian dan perhatian penuh kepada ummatnya agar
terus berproses untuk menggali potensi-potensi alam dan lingkungan menjadi
sentrum peradaban yang gemilang. Dalam konteks ini, tidak ada pertentangan
antara sains dan Islam, dimana keduanya berjalan seimbang dan selaras untuk
menciptakan khazanah keilmuan dan peradaban manusia yang lebih baik dari
sebelumnya.
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak
pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat
mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam hal
apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam, sains dan teknologi adalah
termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat
Allah yang tersebar di alam semesta ini merupakan anugerah bagi manusia
sebagai khalifatullah di bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW yang berbunyi:
( �ق� ل خ� �ذ�ي ال �ك� ب ر� � م �اس� ب� أ ان�( ١اق�ر� �س� اإلن ل�ق� ) م�ن� خ� �ق� �ك�( ٢ع�ل ب و�ر�
� أ اق�ر�
م ) �ر� �( )٣األك �م �ق�ل �ال ب �م� ع�ل �ذ�ي �م�( )٤ال �ع�ل ي �م� ل م�ا ان� �س� اإلن �م� (٥ع�ل
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. )QS. Al-Isra: 1-5(.
2
Ayat lain yang mendukung pengembangan sains adalah firman Allah Swt.
yang berbunyi bahwa:
ألول�ي �ات� آلي �ه�ار� و�الن �ل� �ي الل �الف� و�اخ�ت و�األر�ض� م�او�ات� الس� ل�ق� خ� ف�ي �ن� إ
( �اب� �ب ون�( ١٩٠األل �ر �ف�ك �ت و�ي �ه�م� ن وب ج و�ع�ل�ى و�ق ع ودBا �امBا ق�ي �ه� الل ون� �ذ�ك ر ي �ذ�ين� ال
ع�ذ�اب� �ا ف�ق�ن �ك� ان �ح� ب س �اط�ال ب ه�ذ�ا �ق�ت� ل خ� م�ا �ا �ن ب ر� و�األر�ض� م�او�ات� الس� ل�ق� خ� ف�ي
�ار� ) (١٩١الن
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. )QS. Ali-Imran:
190-191(.
Ayat-ayat di atas adalah sebuah support yang Allah berikan kepada
hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam
semesta ini. Sebuah anjuran yang tidak boleh kita abaikan untuk bersama-sama
melakukan penggalian keilmuan yang lebih progresif sehingga mencapai puncak
keilmuan yang dikehendaki Tuhan. Tak heran, kalu seorang ahli sains Barat,
Maurice Bucaile, setelah ia melakukan penelitian terhadap Alquran dan Bibel dari
sudut pandang sains modern, menyatakan bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks Qur’an dengan sains modern secara objektif
dan tanpa prasangka. Mula-mula saya mengerti, dengan membaca terjemahan,
bahwa Qur’an menyebutkan bermacam-macam fenomena alamiah, tetapi dengan
membaca terjemahan itu saya hanya memperoleh pengetahuan yang ringkas.
Dengan membaca teks arab secara teliti sekali saya dapat menemukan catatanyang
membuktikan bahwa Alquran tidak mengandung sesuatu pernyataan yang dapat
dikritik dari segi pandangan ilmiah di zaman modern”.
Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains, Alquran
juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir
sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya saja,
untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya
3
secara lebih mendalam agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat
memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia.
Kendati demikian, Alquran bukanlah kitab sains dan terlebih lagi pada
pendekatan Bucaillisme melekat bahaya besar. Yaitu meletakkan sains ke dalam
bidang suci dan membuat wahyu Ilahi menjadi objek pembuktian sains Barat. Jika
suatu teori tertentu yang “dibenarkan” Alquran dan diterima luas saat ini,
kemudian satu ketika teori ini digugurkan, apakah itu berarti bahwa Alquran itu
sah hari ini dan tidak sah hari esok? Yang tepat dilakukan ilmuwan muslim adalah
memposisikan Alquran sebagai petunjuk dan motivasi untuk menemukan dan
mengembangkan sains dan teknologi dengan ilmiah, benar dan baik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Batasan Sains dan Teknologi
1. Sains
Ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan kealaman )natural
science), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan segala isinya. Menurut
Baiquni )1996(, sains adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang
di peroleh konsesus para pakar. Konsesus yaitu kesepakatan pada penyimpulan
secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-data
pengukuran yang di peroleh dari observasi gejala-gejala alam. Ilmu pengethuan
kealaman dapat di bagi menjadi ilomu kehidupan (life sciences), yaitu ilmu
pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta ilmu kebendaan (physical
science) yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di alam.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sains adalah ilmu pengetahuan yang
teratur )sistematik( yang boleh diuji atau dibuktikan kebenarannya. Ia juga
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan
semata-mata, misalnya sainsfisika, kimia, biologi, astronomi, termasuk-lah
cabang-cabang yang lebih detil lagi sepertihematologi )ilmu tentang darah(,
entomologi, zoologi, botani, cardiologi, metereologi )ilmutentang kajian cuaca(,
geologi, geofisika, exobiologi )ilmu tetang kehidupan di angkasaluar(, hidrologi
)ilmu tentang aliran air(, aerodinamika )ilmu tentang aliran udara( dan lain-lain.
2. Teknologi
Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu
pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan, atau menurut istilah
Baiquni )1996(, yaitu himpunan pengetahuan manusia tentang proses-
proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains dalam
kegiatan yang produktif ekonomis. Dalam halini teknologi mempunyai
empat bentuk, yaitu technoware, humanware, inforware, dan
orgaware. Technoware adalah teknologi dalam bentuk barang .
Humanware adalah teknologi dalam bentuk kemampuan yang
5
tersimpan dalam manusia, yaitu dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, intuisi dan lain-lain. Inforware adalah teknologi dalam
bentuk informasi seperti teori, jurnal profesi, buku-buku iptek dan
lain-lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang
diperlukan untuk melakukan proses transformasi pada kegiatan
produksi.
Teknologi adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan
menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar
kepada proses teknis tertentu. Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan
kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri )bangunan,
mesin dsb(.
Istilah teknik, berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan
keahlian. Secara luas, teknik adalah semua manifestasi dalam arti materiil yang
lahir dari daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat
guna mempertahankan kehidupan.
Dalam arti klasik teknik adalah ilmu pengetahuan dalam pengertian luas,
yang bertopang kepada ilmu-ilmu alam dan eksakta yang mewujudkan ilmu-ilmu :
perencanaan, konstruksi, pengamanan, utilitas, tepat guna, dan sebagainya dari
semua bangunan teknik, sipil maupun militer.
Teknik sipil seperti gedung, kereta api, jalan raya, jembatan-jembatan,
saluran air, bendungan, pelabuhan, lapangan terbang, bangunan, mesin, serta
segala peralatan yang digunakan bagi kepentingan manusia di darat, laut dan
udara. Teknik militer seperti : konstruksi perbentengan, mesin-mesin untuk
peperangan, bangunan pertahanan dan persenjataan serta peralatan peperangan.
Kemudian timbul teknik mesin secara terpisah untuk merencanakan dan membuat
mesin-mesin.
Pengertian teknik modern, meliputi lapangan-lapangan aeronautika,
pertanian, kimia, sipil, elektro, geologi, industri mesin-mesin, ilmu logam, fisika
dan lain-lain. Teknik bahkan meliputi bidang industri, manajemen, perekonomian,
kedokteran, pengobatan, fisika nuklir, kebudayaan, kesenian, politik dan
sosiologi )misalnya: social engineering(.
6
a( Teknologi Sebagai Penerapan Sains
Teknologi adalah penerapan sains secara sistematik untuk memanfaatkan
alam di sekelilingnya dan mengendalikan gejala-gejala yang dapat dikemudikan
manusia dalam proses produktif dan ekonomis. Istilah sains berasal dari science
yang merupakan penyebutan kelompok ilmu-ilmu pasti alam yang sangat erat
kaitannya dengan penerapannya dalam bentuk teknologi. Sains dikembangkan
untuk mempertahankan hidup, untuk mempermudah pekerjaan, atau untuk
memperlancar hubungan dengan sesama manusia.
Munculnya sains dimulai dari adanya keingintahuan manusia akan segala
sesuatu yang ada di hadapannya. Keingintahuan itu muncul karena adanya energi
listrik, baik yang terdapat di dalam benda )objek( maupun yang ada di dalam diri
manusia sendiri )sebagai subjek(. Pengetahuan yang disusun cara sistematis
dengan metode tertentu itulah yang kemudian disebut sebagai ilmu pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan yang terdiri dari kata ilmu (science) dan
pengetahuan (knowledge) merupakan suatu proses menemukan kebenaran
pengetahuan. Karena. itu, ilmu pengetahuan harus mempunyai sifat ilmiah, yaitu
pengetahuan yang diperoleh secara metodis, sistematis dan logis.
Metodis maksudnya adalah bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara
kerja yang terperinci, baik yang bersifat induktif maupun deduktif, sesuai dengan
tahapan-tahapan metode ilmu, misalnya dimulai dengan )1( observasi, )2(
perumusan masalah, )3( pengumpulan dan pengklasifikasian data, )4( membuat
generalisasi, )5( perumusan hipotesis, dan )6( membuat verifikasi.
Metode berasal dari, kata Yunani Hodos yang berarti cara atau jalan.
Tujuan ilmu pengetahuan adalah memperoleh kebenaran. Dengan demikian,
metode ilmu dapat diartikan sebagai jalan atau cara untuk memperoleh kebenaran.
Sistematis maksudnya, pengetahuan tersebut merupakan suatu keseluruhan yang
mandiri dari hal-hal yang saling berhubungan sehingga dapat
dipertanggung-jawabkan. Logis artinya bahwa proposisi atau pernyataan yang
satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang rasional sehingga dapat ditarik
7
suatu kesimpulan yang rasional. Membuat verifikasi maksudnya adalah
melakukan pengujian terhadap kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Karena
itulah, ilmu pengetahuan mempunyai ciri dapat memprediksi atau meramalkan
apa yang akan terjadi, dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum,
dan dapat dibantah atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.
Dapat diramalkan apa yang akan terjadi karena ilmu pengetahuan adalah
hasil pemikirandan pengamatan manusia terhadap alam semesta yang tersusun
padanya hukum-hukum Allah yang bersifat tetap, pasti, dan tidak berubah dan
seimbang. Hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam ini dikenal dengan
“sunnatullah” atau hukum alam. Tetapi bukanlah hukum alamsebagai yang
dipahami oleh kalangan materialisme, bahwa hukum-hukum itu secara mekanis
dan otomatis berlaku pada alam serta ada dengan sendirinya tanpa ada yang
menciptakannya.
Sebagai suatu contoh, yang dihasilkan oleh pengamatan dan percobaan
yang berkali-kali, jika air dipanaskan hingga 100 derajat C pasti akan mendidih.
Maka dapat disimpulkan bahwa air yang dipanaskan 100 derajat akan mendidih.
Meskipun dapat menghasilkan kesimpulan umum, namun kesimpulan tersebut
dapat dibantah. Jika terjadi pembuktian yang lain. Artinya, hukum-hukum yang
diberlakukan oleh Sang Pencipta di alam ini bersifat pasti, dan seimbang, tiada
cacat, tapi ilmu manusia sebagai hasil penyelidikannya terhadap ilmu Allah itu,
memiliki kebenaran yang nisbi atau relatif bisa benar di suatu masa, tapi di masa
lain dapat saja salah. Demikian juga ramalan, seperti ramalan cuaca umpamanya,
tidak bersifat pasti, bisa benar dan bisa pula salah.
b( Teknologi Sebagai Alat
Mulanya manusia makan apa yang ada disekitarnya, sebagai pemberian
alam tanpa mengolahnya, seperti buah liar di hutan, daun-daunan, dan hewan-
hewan yang bisa ditangkap tanpa alat dan memakannya tanpa dimasak. Lama-
lama, manusia berpikir dan menemukan alat sederhana dari pecahan batu untuk
menangkap hewan dan menemukan api untuk memasak daging. Dalam proses
yang lama sekali, baru ditemukan alat memasak sederhana, dan setelah manusia
maju, banyak ditemukan alat -alat yang praktis untuk menghantar panas, sehingga
8
memasak makanan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Sumber panas yang
mulanya hanya api, setelah ditemukan listrik banyak alat ditemukan untuk
mengolah beraneka macam kebutuhan, bukan saja untuk urusan makan dan
minum, bahkan penerangan, elektronik, otomotip, dsb.
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan misalnya, manusia
mulanya hanya memperoleh pengetahuan dengan melihat, mendengar, dan
mengalami apa yang ada dan terjadi di sekitarnya. Kadang-kadang ia belajar dari
hewan untuk melakukan dan memecahkan sesuatu persoalan yang rumit. Kadang
seseorang dalam keadaan terdesak dapat menemukan suatu jalan untuk
mengatasinya yang kemudian dapat ditiru atau diajarkannya kepada yang lain.
Tapi banyak pula cara yang ditemukan oleh gabungan pemikiran banyak orang
dalam kelompoknya, sehingga dapat kita temukan beraneka cara yang
berbeda-beda dalam masyarakat tertentu dalam mengatasi suatu persoalan yang
sama.
Manusia dalam berkomunikasi antara sesama kelompok dan kemudian
dengan kelompok lain, mulanya hanya dengan isyarat, kemudian dengan kata-kata
sederhana, dan seterusnya manusia mulai menggunakan sandi-sandi atau
gambar-gambar binatang sebagai permulaan berkomunikasi dengan tulis.
Setelah masyarakat manusia mulai banyak, dan kebutuhan berkomunikasi
dengan berbagai kelompok diperlukan, digunakanlah alat tulis sederhana dengan
bahan kertas dari daun, pelepah pohon, dan tulang-tulang, sebagai ganti dari cadas
di dinding gua, dan lempingan batu. Alat tulis, mulanya sederhana pula diambil
dari batu lunak, atau arang, ,dan kemudian ditemukan pena dari bulu ayam, atau
bulu angsa. Kini setelah melalui proses panjang telah diproduksi beraneka macam
pena, mesin tik, mesin cetak, dan bahkan sekarang ini komputer dan bahkan cetak
jarang jauh.
Demikianlah proses panjang harus dilalui yang akhirnya di zaman
teknologi ini berbagai alat ditemukan yang semuanya bermula dari penemuan-
penemuan ilmu pengetahuan dengan dalil-dalilnya yang pasti, sehingga dapat
diterapkan dalam bentuk teknologi nyata berupa alat-alat yang dapat
mempermudah kehidupan umat manusia.
9
B. Sunnatullah
Dalam konsep islam, Allah adalah al-Khaliq (Pencipta), sedangkan
manusia dan alam semesta adalah al-Mahluq (yang diciptakan). Allah
menciptakan manusia dan alam semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu,
atau istilah Al-Qur’an dengan “fitrah” tertentu. Karena Allah yang menciptakan
maka Allah pulalah yang mengetahui )al-‘Alim( segala karakteristik dan sifat
makhluk ciptaanNya. Dengan demikian hanya Allah yang berhak membuat dan
menentukan hukum )aturan( yang berlaku bagi makhluk-Nya sesuai dengan
fitrahnya.
Menurut bahasa, sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim
dengan tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup.
Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi kata
sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku
atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.
Adapun hukum/aturan Allah )sunnatullah( dibedakan menjadi dua bagian
yaitu :
Pertama Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu
yang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
Kedua Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan
berupa kejadian atau fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur
dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.
Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-
Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan
mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya
juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain
halnya dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pasti
terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.
10
Dari segi esensinya, semua sains sudah Islami, sepenuhnya tunduk pada
hukum Allah. Hukum-hukum yang digali dan dirumuskan adalah hukum-hukum
alam yang tunduk pada sunnatullah. Pembuktian teori-teori yang dikembangkan
dilandasi pencarian kebenaran, bukan pembenaran nafsu manusiawi. Secara
sederhana, sering dikatakan bahwa dalam sains kesalahan adalah lumrah karena
keterbatasan daya analisis manusiawi, tetapi kebohongan adalah bencana.
Usaha mencari ilmu pengetahuan di samping diperintahkan oleh Rasululah
SAW, kapan dan dimanapun berada, Al-Qur’an sendiri juga telah memerintahkan
hal yang sama. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan Allah kepada nabi
Muhammad saw adalah perintah untuk mambaca, yang merupakan unsur pertama
dalam pengambil-alihan ilmu.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang mencipta-kan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. al-‘Alaq/96: 1-5)
Al-Qur’an secara tegas memerintahkan umat Islam untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan )sains( lewat proses membaca )iqra’( yang didasari oleh rasa
iman kepada Dzat Pemberi Ilmu. Tuntutan untuk membaca ini tidak hanya
terbatas pada obyek-obyek yang tersurat saja )al-Qur’an(, melainkan juga
terhadap obyek-obyek yang tersirat )alam semesta(. Bukan hanya menyelidiki
alam semesta tetapi juga meneliti diri manusia sendiri.
Realitas membaca bukan hanya terpaku pada melihat, tetapi termasuk di
dalamnya juga harus merenungkan dan memikirkan )tafakkur( terhadap apa yang
dibaca. Membaca sebagai suatu proses pencapaian ilmu pengetahuan sudah
barang tentu memerlukan bahan bacaan dan tempat untuk mengumpulkan bahan
bacaan. Dalam konteks ini, segenap kosmos, baik alam mikro maupun alam
makro, kesemuanya merupakan ruang baca, dan perpustakaan raksasa yang sarat
akan ilmu pengetahuan.
11
Dalam banyak ayat, al-Qur’an telah menganjurkan dan mendorong umat
manusia agar mempergunakan akal dan fikirannya untuk menemukan rahasia-
rahasia Allah yang ada di alam yang fana ini. Dengan menggunakan akal dan
fikiran tersebut diharapkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui
dan masih tersembunyi akan dapat terkuak, yang pada akhirnya dapat
dikembangkan guna kepentingan masyarakat luas.
AL-QURAN SEBAGAI WUJUD PRODUK SAINTEK ALLAH SWT
Al-Quran merupakan produk Saintek Allah yang diturunkan kepada
manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur riset yang perlu ditempuh,
sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Di sini fungsi al-Quran sebagai
hudan memberikan kecerahan pada akal manusia, sehingga manusia merasa
lapang di hadapan Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil riset ini dapat diukur
dari kesesuaian antara akal dengan naql. Kerja akal yang sesuai dengan naql ini
dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus turut
mengisi definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang sangat besar
sebagaimana yang dikatakan oleh Ali R.A.
“Berpikir satu saat lebih baik daripada beribadah selama 1 tahun”.
Oleh sebab itu, usaha terus menerus untuk mengkaji al-Quran perlu
dilakukan dan bahkan hukumnya menjadi fardlu 'ain bagi setiap ilmuwan yang
akan meriset terhadap alam semesta, menciptakan produk teknologi merupakan
hasil kerja dari orang-orang yang taat kepada tata tertib al-Quran. Al-Quran juga
merupakan sumber permasalahan yang layak untuk diriset. Yang dimaksud di sini
bukan al-Qurannya itu sendiri yang diriset, namun permasalahan riset dapat saja
muncul setelah orang membaca dan mengkaji al-Quran. Metode ini termasuk jenis
induktif. Selain itu Islam juga mempersilakan kepada para periset untuk
menggunakan metode deduktif )yang sesungguhnya dalam ayat lain hal ini
termasuk juga pada deduksi al-Quran(. Oleh sebab itu jika periset merupakan
orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk menggunakan metode riset,
apakah itu induktif atau deduktif.
12
Di atas dijelaskan bahwa al-Quran merupakan karya Allah. Saintek ini
dalam tingkatannya dapat dikategorikan sebagai teknologi tingkat I. Teknologi
yang diciptakan manusia beriman merupakan derivasi dari teknologi pertama dan
disebut sebagai teknologi tingkat II. Ilmuwan tidak beriman menciptakan alat
teknologi, dan menempatkannya dalam urutan teknologi tingkat I. Ini merupakan
kekeliruan karena akan memberikan akibat lain pada model ilmuwan. Orang yang
tak beriman akan mengagungkan teknologi, bersikap arogan dan jika diteruskan
akan bermuara kepada penuhanan kepada diri sendiri. Jelaslah bahwa hasil
teknologi yang demikian itu tidak dapat dimasukkan dalam wilayah ibadah
kepada Allah SWT. Firman Allah dalam surat al-A'raf )7( ayat 146:
“Aku akan memalingkan orang-orang yang memalingkan diri di muka
bumi tanpa alasan yang benar dari ayat-ayat-Ku”.
C. Landasan Filosofik dalam Ber-iptek
Dari sisi ilmu pengetahuan, maka al-Quran merupakan peletak landasan
filosofi manusia dalam memandang dan memahami alam semesta. AI-Quran
merupakan rumus )formula( baku dan alam semesta dengan segala perubahannya
merupakan persoalan yang layak dan perlu dijawab.
Al-Quran merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam
semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu
al-Quran. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat quraniyah akan
berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma
menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi itu berbasiskan al-Quran atau
teknologi yang quranik. Metode seperti ini disebut induksi al- Quran.
Pada kondisi yang lain, tidak menutup kemungkinan bahwa dengan
melalui proses deduksi yaitu pengamatan terhadap alam semesta, maka akan
dihasilkan kesimpulan yang mengarah kebenaran al-Quran.
Banyak ayat-ayat al-Quran yang menyinggung rentang pengembangan
Iptek. seperti wahyu pertama menyuruh manusia untuk membaca, menulis,
melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia.
13
Selanjutnya mengenai perintah untuk melakukan penelitian )suatu
kegiatan yang sangat penting di dalam pengembangan sains(, secara umum dapat
dilihat antara Iain dalam firman-Nya pada surat Yunus, ayat 101:
Katakanlah Muhammad: Lakukanlah nazhor (penelitian menggunakan metode
ilmiah). Mengenai apa-apa yang ada di langit dan di bumi.
Sedangkan yang lebih rinci dibaca dalam surar al-Ghosyiyah, ayat 17-20:
Apakah mereka tidak memperhatikan (melakukan nazhor) onta, bagaimana ia
diciptakan. Dan di langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung, bagaimana ia
ditancapkan. Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan.
Menurut Prof. A. Baiquni dengan diikutinya perintah dan petunjuk al-
Quran ini, maka muncullah di lingkungan ummat Islam suatu kegiatan
observasional yang disertai dengan pengukuran sehingga ilmu tidak lagi bersifat
kontemplatif belaka, seperti yang berkembang di lingkungan bangsa Yunani
melainkan mempunyai ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
Penerapan metode ilmiah ini, yang terdiri atas pengukuran teliti pada observasi
dan penggunaan pertimbangan yang rasional, telah mengubah astrologi menjadi
astonomi. Karena itu telah menjadi kebiasaan para pakar untuk menulis hasil
penelitiannya dan menguji penelitian orang lain, sehingga tersusunlah himpunan
rasionalitas kolektif insani yang dikenal sebagai sains )ilmu pengetahuan(.
Beberapa contoh lain ayat-ayat yang berkenaan dengan sains, seperti pada
surat Yasin, ayat 36 :
Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari pada yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari
apa yang tidak (belum) mereka ketahui.
Dari surah Yasin ini dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk-
Nya secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam )QS. Ali Imran:
190(, positif dan negatif, wanita dan pria sampai pada makhluk elementer seperti
elektron yang bermuatan negatif, dan positron yang bermuatan positif. Terjadinya
14
pasangan elektron dan positron, yang di dalam fisika inti dikenal dengan
pembentukan pasangan ion )ion pair production( di mana peristiwa ini
diterangkan apabila radiasi gelombang elektron magnetik yang mempunyai tenaga
di atas atau sama dengan 1.02 Mev mendekati inti atom suatu materi, maka tiba-
tiba radiasi tersebut lenyap dan kemudian muncullah elektron dan positron yang
berhenti atau bergerak dengan kecepatan yang besarnya tergantung dari tenaga
radiasi yang datang mendekati inti atom tersebut. Akhir dari ayat ini berbunyi :
Dan dari apa yang mereka belum ketahui,
Dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian, karena
dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi
terungkap.
Mengenai ciptaan yang berpasang-pasang ini juga dapat dilihat pada surat
adz-Dzariyat, ayat 49:
Dan dari segala sesuatu Kami (Allah) ciptakan berpasang-pasangan agar supaya
kamu ingat (akan kekuasaan dan kebenaran AIIah).
Kemudian dalam surat al-Mulk, ayat 3 dan 4, Allah berfirman:
(Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-Iapis. Kamu sekali-kali tidak
akan melihat pada ciptaan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka ulangilah pandangan-mu adalah kamu melihat sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatan-mu akan
kembali kepada-mu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat dan
penglihatan-mu itupun dalam keadaan payah.
Di dalam kedua ayat ini dan hukum-hukum yang diletakkannya dan yang
dikenal dengan sunnatullah itu. Di situ dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini
sangat kokoh, teratur rapi dan harmonis serta seimbang.
Orang yang menguasai Iptek akan dengan mudah memahami bahwa
benda-benda langit tersebut saling bergerak. Isaac Newton dan Kepler, yang
bukan Muslim, yang justru mengemukakan orang dengan mudah memahami dan
15
menerangkan sunnatullah ini. Dengan kemurahan-Nya, Allah berjanji tidak akan
mengubah-ubah sunnatullah tersebut dengan Firman-Nya:
Sebagai sunnatullah yang telah berlalu semenjak dahulu kala, kamu sekali-kali
tidak akan mendapatkan perubahan bagi sunnatullah itu. )QS. al-Ahzab: 62(
Dengan sunnatullah yang tidak berubah-ubah itu maka memberi
kesempatan dan kemudahan bagi manusia untuk mempelajari dan
memanfaatkannya.
Tentang benda-benda langit yang selalu bergerak akan membawa pada
suatu teori jagad raya yang berkembang )Expanding Universe(. Allah berfirman
dalam surat adz-Dzariat, ayat 47:
Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuatan dan sungguh Kami (Allah)
mengembangkannya.
Kemudian dalam surat al-Hijr, ayat 16, Allah berfirman:
Dan sungguh telah Kami (AIIah ciptakan di langit galaksi-galaksi, dan Kami
(Allah) hiasi langit tersebut bagi orang yang memandangnya (melakukan nazhor).
Di jagad raya ini berisi bermilyar-milyar galaksi. Orang menemukan
angka 100 milyar galaksi, dan masing-masing galaksi berisi 100 milyar bintang
)matahari kita merupakan satu dari 100 milyar bintang tersebut(. Bila diamati
dengan teleskop yang paling mutakhir, galaksi-galaksi tersebut bergerak saling
menjauhi satu sama lain dengan kecepatan yang tinggi. Makin jauh dari bumi,
galaksi tersebut bergerak dengan kecepatan yang makin tinggi pula.
Kemudian dalam surat al-Baqarah, ayat 74, Allah berfirman:
Dan diantaranya (batu tersebut) ada yang meluncur jatuh karena takut kepada
Allah.
Di sini takut kepada AIIah dapat diartikan sebagai tunduk kepada hukum-
hukum Allah atau sunnatullah. Ayat ini mirip dengan ayat Kauniyah yang dialami
oleh Isacc Newton pada abad ke-I7 yaitu ketika Newton kejatuhan buah apel
waktu duduk di bawah pohon apel. Newton berpikir mengapa buah apel ini
16
meluncur ke bawah, tidak ke samping atau ke atas. Dari berpikirnya itu kemudian
diketemukan hukum gravitasi yang menyebabkan semua benda di bumi ini
memiliki berat. Karena yang menemukan hukum gravitasi ini adalah Newton,
maka sebagai penghormatan, hukum gravitasi ini dinamakan “Hukum Gravitasi
Newton”.
Ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan/sains, maka Al-Qur’an sebagai
petunjuk merupakan peletak landasan filosofi manusia dalam memendang dan
memahami alam semesta. Untuk itu menusia harus benar-benar mengkaji Al-
Qur’an karena Al-Qur’a juga merupakan sunber fenomena yang layak untuk
diriset, artinya permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membacan dan
mengkaji Al-Qur’an.
Sedangkan teknologi dalam islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi
sebagai alat yang digunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah.
Semakin maju teknologi, semakin banyak informasi yang diperoleh. Dengan
demikian, diharapkan akan semakin memperbesar peran manusia sebagai khalifah
Allah di permukaan bumi yakni memakmurakan bumi dan mengusahakan
kesejahteraan bagi segenap bumi untuk menciptakan manusia yang Rahmatan lil
Alamin.
D. Ayat-ayat Kauniyah dan Qauliyah
1. Al-Ayat al-Kauniyah : Problem Penafsiran Ilmiah al-Qur’an
Intidhar atau observasi terhadap alam ini menjadi penting karena beberapa
alasan, pertama, ciptaan Allah yang disebut sebagai alam semesta ini berisikan
tentang tanda-tanda dan bukti serta pameran dari kebenaran dan kekuasaan-
Nya; kedua, karena menafsirkan atau memahami ayat-ayat al-Qur’an tidaklah
mudah.
Sebagai sampel, di sini dapat dikemukakan tentang proses penciptaan
langit dan bumi – seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya –
yang terdapat dalam QS. al-Anbiya/21: 30, sebagai berikut:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
17
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. al-Anbiya/21: 30)
Dalam memahami atau menafsirkan ayat ini tidaklah mudah. Pemaknaan
terhadap ayat ini jika tidak didukung dengan kegiatan intidhar terhadap alam
semesta ini, maka akan terasa sulit dan membingungkan. Bagaimana menafsirkan
pernyataan al-Qur’an yang mengatakan bahwa langit dan bumi itu bersatu padu?
Orang biasa memahami kata langit sebagai batas ruang yang tampak di atas
kepala kita dan melingkupi bumi. Dan bagaimana pula menafsirkan pemisahan
antara keduanya, langit dan bumi itu?
Dalam ayat al-Qur’an yang lain juga ditegaskan bahwa Allah telah
menciptakan langit dan bumi ini dalam jangka waktu enam hari. Ilustrasi yang
demikian ini antara lain dapat ditemukan dalam QS. al-Sajdah/32: 4, sebagai
berikut;
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `arsy. Tidak ada
bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa`at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. al-Sajdah/32:
4)
Terhadap kenyataan al-Qur’an yang demikian ini, lalu bagaimana kita
menafsirkan kalimat ‘fi sittati ayyam’ dan juga ‘summa istawa ‘ala al-arsy’.
Di samping itu, kita juga akan temukan dalam al-Qur’an bahwa Allah
membangun langit itu berdasarkan kekuasaannya.
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya (QS. al-Dzariyat/51: 47)
Ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana telah disebutkan, dan juga ayat-ayat lain
yang senada, akan terasa sulit dimengerti dan dipahami seandainya tidak diketahui
adanya gejala-gejala alam tersebut dari hasil intidhar atau observasi yang serius
18
dalam sains. Kecuali, jika Allah mengungkapkan fenomena-fenomena tersebut
secara langsung dalam al-Qur’an kepada kita. Namun demikian, dalam melakukan
proses intidhar terhadap ayat-ayat Allah di alam semesta ini tidak boleh dilakukan
secara gegabah, tetapi harus dilakukan secara teliti dan kehati-hatian. Artinya,
intidhar yang dilakukan secara hati-hati dan disertai dengan rasa keimanan kepada
Allah, maka akan ditemukan keserasian antara ayat-ayat Allah yang terdapat
dalam alam semesta ini dengan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam al-Qur’an,
yang keduanya sama-sama berasal dari Tuhan yang Satu, yaitu Allah swt.
Jangankan menafsirkan ayat-ayat Allah yang menyangkut penciptaan
benda-benda yang terlalu jauh atau terlalu besar bagi kita, – yang termasuk di
dalamnya adalah penciptaan langit dan bumi – untuk memahami ayat-ayat Allah
yang lebih dekat dan lebih kecil – termasuk di dalamnya benda-benda disekeliling
kita dan tentang penciptaan manusia sendiri – tidaklah mudah bila kita
mengabaikan sains modern dan tidak dibantu dengan penemuan-penemuan sains.
Kita ambil contoh misalnya pada QS. al-Naml/27: 88, sebagai berikut:
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah
yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Naml/27: 88)
Bagaimana kita memahami ayat ini, bahwa gunung-gunung itu berjalan
sebagaimana jalannya awan? Padahal, nampak oleh kita gunung-gunung itu
selamanya tetap kokoh berada dalam tempatnya masing-masing?
Dengan bantuan sains modern, ternyata firman Allah swt di atas, sekarang
ini dapat dibuktikan. Percobaan pemotretan yang dilakukan secara periodik dan
terus menerus terhadap pebunungan pengunungan yang ada di Nujed )Arab Saudi(
oleh Telestar )satelit Amerika Serikat(, menunjukkan bahwa gunung-gunung itu
bergerak ke arah utara, ke Iran sepanjang tiga inchi tiap tahun tepat seperti yang
telah diilustrasikan oleh al-Qur’an.
19
Demikian juga, seseorang akan merasa kesulitan menafsirkan ayat-ayat al-
Qur’an yang berbicara tentang penciptaan manusia, yang di dalam al-Qur’an
disebutkan bahwa manusia diciptakan dari materi atau bahan yang berbeda-beda,
di antaranya adalah dari saripati tanah )sulalah min thin(; dari air )min al-
ma’(; dari tanah )min thurab(; dari tanah liat yang kering seperti tembikar )min
shalshal ka al-fakhar(; dari tanah liat )min thin lazibin(; dari tanah )min thin(; dari
lumpur hitam yang diberi bentuk )min shalshal min hamaim masnun(; dan
sebagainya.
Apa yang telah dijelaskan dan dipaparkan pada pembahasan sebelumnya
merupakan suatu isyarat al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
)sains(. Bahkan, di dalam al-Qur’an juga dapat ditemukan ayat-ayat yang
berkaitan dengan pengembangan teknologi. Kenyataan ini dapat dijumpai antara
lain dalam QS. al-Anbiya’/21: 80-81, sebagai berikut:
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu,
guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur
(kepada Allah). Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat
kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami
telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu (QS.
al-Anbiya’/21: 80-81)
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa nabi Daud as. diberi teknologi
pengerjaan bahan besi untuk dibuat baju besi sebagai perisai, sedangkan nabi
Sulaiman diberi pengetahuan teknik pemanfaatan energi angin oleh Allah.
Keterangan seperti tersebut di atas juga didapati dalam QS. Saba’/34: 10-12,
sebagai berikut:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami.
(Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
20
kerjakan. Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di
waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore
sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga
baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara
mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya
menyala-nyala. (QS. Saba’/34: 10-12)
a. Al-Ayat al-Kauniyah: Sarana Mengetahui Yang Haq, Menambah
Keimanan, dan Taqarrub ila Allah.
Dalam perspektif al-Qur’an, pemahaman terhadap alam ini tidak akan
bermakna kecuali jika ia membantu kita memahami Sang Pencipta dan dapat
mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab, inilah tujuan utama dan terutama dari
memahami alam semesta. Menurut al-Qur’an alam semsta ini merupakan suatu
tanda-tanda )ayat( yang berfungsi sebagai sarana untuk dapat meraih pengethuan
tentang Tuhan.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali
Imran/3: 190)
Dalam perspektif al-Qur’an, alam ini – baik yang ada dalam alam makro
seperti langit dan bumi serta isinya, serta alam mikro, seperti dalam penciptaan
manusia sendiri – merupakan tanda-tanda )ayat( kebesaran Allah. Hal ini
sebagaimana disinyalir dalam beberapa firman Allah berikut:
21
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu
dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi)
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (QS. al-
Jasiyah/45: 3-4)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui (QS. al-Rum/30: 22)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihat-kan
kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia
menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu
sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya (QS. al-Rum/30: 24)
Tiga ayat yang telah disebutkan merupakan ayat-ayat yang membicarakan
tentang tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah. Sudah barang tentu, ayat-
ayat yang senada jumlahnya masih banyak lagi. Dari ketiga ayat ini, terasa sudah
cukup untuk memberikan pengertian bahwa pemahaman terhadap alam semesta
atau kosmos melalui indera, intelek, dan wahyu dapat mengembangkan wawasan
manusia bagi pengenalan Allah swt., Tuhan Pencipta alam ini.
b. Al-Ayat al-Kauniyah: Stabilitas Hidup Manusia
Dalam perspektif al-Qur’an, pengungkapan fenomena alam )al-ayat ak-
kauniyah( di samping bertujuan untuk mengenal Tuhan dan mendekatkan diri
kepada-Nya, juga berfungsi sebagai prasarat untuk mewujudkan salah satu tujuan
diciptakannya alam semesta ini. Yakni, untuk kesejahteraan dan manfaat sebesar-
besarnya bagi manusia. Dalam al-Qur’an penyediaan dan pemanfaatan alam
sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia ini biasa dikenal sebagai
doktrin tasykhir.
22
Sehubungan dengan masalah ini Yusuf Ali, salah seorang ahli tafsir al-
Qur’an yang paling terkemuka di zaman modern ini, dalam The Holy Qur’an,
yang selanjutnya dikutip oleh Nurcholish Madjid menulis sebagai berikut:
Semua yang ada di alam tersedia untuk manfaat manusia, melalui
kemampuan berfikirnya dan kemampuan-kemampu-an yang diberikan oleh-Nya
(Tuhan) kepada manusia itu. Manusia harus tidak pernah lupa bahwa itu semua
berasal dari Dia. Yakni dari Tuhan, sebab bukankah manusia itu khalifah Tuhan
di bumi.
Ilmu pengetahuan )science( itu diberikan Allah kepada manusia melalui
kegiatan manusia sendiri dalam usaha memahami alam semesta ini. Dengan kata
lain, dalam usaha memahami alam sekitarnya itu manusia harus mengerahkan dan
mencurahkan akalnya. Oleh karena itu, alam semesta ini bagi manusia merupakan
obyek pemahaman dan sekaligus sebagai sumber pelajaran bagi manusia yang
mau menggunakan akal budinya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali
Imran/3: 190)
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang – baik secara eksplisit
maupun implisit – menyebutkan tentang anugerah atau pemberian-pemberian
yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kepentingan manusia. Di
antaranya dapat dijumpai dalam QS. Ibrahim/14: 32-34, sebagai berikut:
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluar-kan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
23
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan
jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat menging-kari (ni’mat Allah).
(QS. Ibrahim/14: 32-34)
Ayat ini secara tegas menginformasikan kepada kita bahwa Allah telah
memberikan nikmat-Nya yang tak terhitung banyaknya kepada umat manusia.
Dengan memahami kata “kum” )kamu semua(, sampai enam kali, kalimat itu
ditunjukkan kepada kita. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa air, buah-buahan,
kapal-kapal, sungai-sungai, matahari, bulan, malam dan siang, semuanya itu telah
diserahkan oleh Allah kepada kita untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya guna
memenuhi segala kebutuhan hidupnya, bahkan lebih dari itu Allah telah
mengabulkan segala permohonan kita.
Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang senada dengan ayat-ayat di atas adalah antara
lain:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir. (QS. al-Jasiyah/45: 13)
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan
Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah
kamu bersyukur. (QS. al-A’raf/7: 10)
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya
kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS. al-
Qash-shash/28: 73)
24
Dari ketiga ayat di atas menjadi jelaslah bahwa kekayaan yang ada di alam
ini semuanya diperuntukkan bagi manusia, namun demikian diantara sekian
banyak umat manusia hanya sedikit yang mau bensyukur kepada Allah atas
nikmat-nikmat-Nya itu. Yang pada akhirnya – dengan nikmat akal yang diberikan
Allah – tidak mau memperhatikan alam ini dengan serius, sehingga ummat Islam
khususnya, banyak tertinggal dengan orang-orang Barat yang nota bena non-
Muslim.
Sebenarnya Allah telah menyerahkan semua itu kepada ummat Islam khususnya
dan umat manusia pada umumnya, seba-gaimana dalam firman-Nya:
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia menge-luarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS. Ibrahim/14: 32)
Ayat ini – dan juga ayat-ayat lain yang senada – pada dasarnya merupakan
himbauan kepada umat Islam untuk selalu memikirkan masa depannya sendiri.
Namun, umat Islam sendiri nampaknya masih tertutup hatinya dan bingung
pikirannya, hingga menjadi lalai memikirkan masa depannya, dan berusaha
merubah nasibnya, seperti halnya yang telah disinyalir dalam al-Qur’an sebagai
berikut:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. al-Ra’d/13:
11)
2. Sunnatullah Qauliyah : Tentang Lingkungan Sosial
Contoh lain adalah sunnatullah lingkungan social yang diwahyukan dalam
surat An Nur ayat 58 dan 59 yang menganjurkan bahwa setiap orang tua
mendidik anak-anak mereka yang masih dibawah umur, agar meminta izin setiap
kali akan memasuki kamar tidur orang tua mereka pada tiga waktu yang dinilai
sebagai aurat bagi setiap manusia.
25
58. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak yang kamu miliki,
dan orang-orang yang belum balig diantara kamu, meminta izihendaklah mereka
meminta izinn kepada kamu tiga kali (waktu), yaitu sebelum shalat subuh, ketika
kamu menanggalkan pakaianmu di tengah hari dan sesudah shalat isya’. Itulah
tiga aurat bagi kamu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu kepada sebagian
(yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
59. Dan apabila anak-anakmua telah sampai umur balig, maka mereka meminta
izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meinta izin. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(Q, An Nur, 24 : 58 – 59)
Kedua ayat pada Surat An Nur itu sangat penting untuk diperhatikan oleh
para orang tua yang memiliki anak dibawah umur. Ayat ini jelas melarang kita
tidur satu kamar bersama anak dibawah umur ini, suatu kebiasaan yang mungkin
masih banyak dilanggar oleh banyak keluarga Muslim. Tiga waktu yang
dikatakan “aurat bagimu” itu jelas merupakan waktu tidur sebagian kita, yaitu
sesudah isya, sebelum subuh dan sesudah shalat dzuhur.
Jika sunnatullah ini dilanggar, akibatnya baru terlihat setelah anak itu
menjelang dewasa nanti. Mereka berkecenderungan akan tumbuh sebagai anak
yang kurang percaya diri dan agak sukar baginya untuk mandiri, baik dalam sikap
maupun mengambil keputusan penting di dalam hidupnya. Akibat dari
pelanggaran sunnatullah social ini membutuhkan waktu setelah anak itu
menjelang dewasa )puluhan tahun kemudian( , maka diperlukan iman di dalam
menghayati dan mengamalkannya. Ini bentuk time response yang panjang
tersebut. Sunnatullah semisal yang diwahyukan tersebut dapat dimasukkan ke
dalam hukum soaial dan atau hukum sejarah.
Pada saat ini hampir banyak ahli social menganggap hukum-hukum yang
berkenaan dengan perilaku social tidak termasuk hukum yang pasti. Oleh karena
itu, mereka, ahli social ini berusaha memisahkan ilmu social dari ilmu alam dan
matematika. Mereka mengatakan ilmu social itu tidak eksaks. Menurut Al Qur’an,
ilmu social itu tergolong eksaks. Namun variable )peubahnya( sangat banyak dan
26
saling terkait )sistemik(, yaitu sama banyaknya dengan jumlah manusia di dunia
ini dikalikan dengan segala macam keinginan mereka, sehingga sangat sukar
diperkirakan keterkaitan )korelasi( dan hubungan sebab-akibatnya antara variable
yang satu dengan lainnya.
Mereka yang mengatakan hukum-hukum social yang universal dan
obyektif itu tidakeksaks, pada dasarnya karena kegagalan mereka menemukan
hubungan antar variable yang sangat banyak tersebut. Tetapi dengan majunya
ilmu statistic sesudah mendapat bantuan computer sekarang ini, dapat dibuktikan
betapa anggapan para pakar ilmu social selama ini bahwa ilmu perilaku manusia
tidak eksaks adalah tidak benar. Dengan bantuan computer kita bisamembuktikan
system keterkaitan hukum-hukum social yang obyektif dan universal tersebut
adalah eksaks. Hal ini dapat dibuktikan terutama jika sampel )contoh( yang
diambil cukup besar dengan menggunakan model persamaan dengan pendekatan
system.
Dengan demikian, IPTEK bagi umat Islam jika dipahami benar-benar akan
menambah teguhnya iman serta merupakan rakhmat Allah SWT. yang tidak
terbilang nilainya. Hanya orang-orang yang belum sampai kajiannya sajalah yang
masih meragukan dan bahkan mencurigai kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga
tanpa sadar mereka telah menjauhkan diri dari kemajuan ilmu pengetahuan.
Sunnatullah kauniyah yang digali dan dipahamkan langsung dari ayat-ayat Al
Qur’an, justeru membuka pintu, bahkan memacu kemajuan ilmu pengetahuan
)IPTEK( dan akal manusia dengan mempersilahkan setiap umat Islam, khususnya
para ilmuwannya, untuk membangkitkan kembali kemajuan dan pemahaman
ilmu pengetahuan yang benar seperti yang ditunjukkan dalam Al
Qur’an kesimpulannya )Bucaile(.
Oleh karena itu, kita tidak perlu terheran-heran, ketika kita menyaksikan
temuan baru dalam bidang IPTEK sampai saat ini senantiasa menambah bukti
ilmiah akan kebenaran yang difirmankan Allah SWT. dalam Al Qur’an. Oleh
karena itu dengan dasar uraian tersebut diatas, dapatlah diambil kesimpulan
bahwa beramal shaleh sebagai kata kunci perintah Allah SWT. untuk beribadah
kepada Allah SWT. dalam wujud memakmurkan bumi, hendaknya didasarkan
27
pada sunnatullah, yaitu sebuah hasil karya iman dan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, khususnya yang berlandaskan sunnatullah qauliyah maupun
kauniyah.
Tanpa iman dan ilmu pengetahuan berbasis sunnatullah qauliyah )firman
Allah, Al Qur’an( yang memadai, hampir tidak mungkin kita membayangkan
sukses dunia dan akhirat dalam beramal shaleh secara menyeluruh dan efektif,
terutama berbasis pada sunnatullah yang diwahyukan. Kewajiban belajar untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi kaum beriman adalah merupakan kewajiban
seumur hidup, sampai liang lahad.
Petunjuk ayat-ayat tersebut sejalan dengan prinsip umum yang diterima
oleh para Ilmuwan, )Perlman, Science Without Limits, 1995 dan Horgan, The End
of Science, 1997( sekaligus mengacu pada petunjuk Al Qur’an dan As
Sunnah, terdapat prinsip pengembangan IPTEK pemberdayaan Mustahik
berbasis sunnatullah sebagai berikut :
1( Prinsip pertama : bahwa sunnatullah adalah kita yakini sebagai ciptaan
Allah SWT, yang berukuran, tidak berubah-ubah dan obyektif.
2( Prinsip kedua : ada tatanan alam yang teratur di dunia , baik natural maupun
sosial. Kata Einstein, bahwa Tuhan menciptakan alam ini bukan seperti
melempar dadu.
3( Prinsip ketiga : merupakan pendekatan ilmiah ketiga, yaitu bahwa dunia ini
adalah tertata menurut ukuran (qadar kauniyah) tertentu secara
matematis , baik geometrik, aljabar maupun statistic.
4( Prinsip keempat : bahwa tatanan natural maupun social bersifat sederhana
mengikuti prinsip parsimony, tidak rumit dan bersifat global.
5( Prinsip kelima : merupakan pendekatan ilmiah kelima, yaitu bahwa
keberadaan dunia natural maupun social mengikuti prinsip kausalitas qadar
kauniyah )segala sesuatu memiliki ukuran dan terjadi menurut sebabnya,
Qur’an, Al Kahfi, 18 :84-85(.
6( Prinsip keenam : prinsip adanya perubahan )Q, Ar Ra’d, 13: 11( yang
diarahkan oleh Allah SWT. merupakan prinsip keberadaan fenomena natural
maupun social yang keenam. Contah air bisa berubah menjadi padat ketika
28
suhu nol derajad, atau menjadi uap ketika suhunya 100 derajad. Rumput yang
hijau menjadi hitam pada tingkat kekeringan tertentu.
7( Prinsip ketujuh : adanya kesatuan alam dasar, kita yakini karena alam
natural maupun social diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa )Satu(. Rumput
yang hijau menjadi hitam dalam satu keadaan.
8( Prinsip kedelapan : adanya fenomena paradox, seperti perilaku natural dan
social pada kondisi tertentu memiliki perilaku kontnyuitas namun pada
kondisi tertentu lainnya memiliki perilaku diskontinyuitas )deskrit(. Atau
kondisi deterministic )matematis( versus probabilitas )statistic(. Dan
selanjutnya antara rumput yang hijau kemudian menjadi warna hitam )Ingat
riwayat paradoks, pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa, Al Kahfi, 18 : 60 -
82(
Dengan dasar delapan prinsip sunnatullah qadar kauniyah tersebut,
sunnatullah yang tersedia dalam ayat qauliyah dan kauniyah akan dapat
dijelaskan fenomenanya di alam, untuk selanjutnya dapat disusun menjadi dasar
mengembangkan IPTEK berbasis sunnatulllah. Berikut informasi global tentang
adanya sunnatullah di alam jagat raya ini.
Hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi
ketidakseimbangan CO )emisi carbon( setelah lebih dari 50 tahun )ada time
respon puluhan tahun( , sebagai akibat kemajuan penggunaan teknologi
industrilisasi yang telah menghasilkan dampak polusi udara yang menimbulkan
pemanasan bumi, yang berlanjut ke pemanasan laut, yang berdampak pada
kehidupan biota di laut , juga hujan asam, karena perilaku merusak yang
dilakukan oleh manusia )industry(. Saat ini akibat tersebut telah terasa dalam
keseharian kita berupa “perubahan iklim global”, termasuk semakin naiknya
tinggi permukaan laut kita. Tentu saja untuk mendalami hubungan sebab-akibat
tersebut adalah merupakan temuan IPTEK yang dilakukan oleh para ilmuwan.
Hukum alam tersebut bersifat objektif dan berlaku pada alam, kita suka atau tidak
suka. Ini contoh kecil tentang sunnatullah kauniyah. Allah SWT. telah
menyediakan alam ciptaannya untuk kita kaji dan kita pelajari, kemudian
menghasilkan IPTEK dengan time response yang panjang )setelah puluhan tahun(.
29
E. Konsepsi Tentang Alam Semesta
1. Konsepsi Alam Semesta Newton
Di dalam galaksi, terdapat 100 milyar bintang yang ada umumnya sebesar
matahari, sampai pada abad ke-20 orang masih beranggapan bahwa alam kita ini
tidak mempunyai batas atau tidak terbatas, dan oleh karenanya besar alam ini
tidak terhingga, sebab apabila ia terbebas akan "Mata Bintang-Bintang" yang ada
ditepi, yaitu yang dekat dengan perbatasan tersebut tentunya hanya akan
mengalami tarikan gaya gravitasi ke satu sisi saja, yakni ke pusat alam semesta
karena sisi tepi hampir tidak ada bintangnya, jadi bintang-bintang di tepi akan
bergerak ke pusat dan akan berkumpul disana, jika waktu yang cukup lama
memberikan kesempatan untuk berlangsungnya proses menyatu itu dan alam
tanpa batas itulah yang menjadi ajaran Newton.
Disamping itu perkembangan ilmu kimiawi yang sejak lama mengkaji
proses-proses kimiawi mengajarkan bahwa dalam reaksi yang bagimanapun
materi itu kekal. Maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsepsi Newton itu
adalah besarnya alam semesta tidak terhingga dan materinya tidak akan pernah
tiada, eksistensi alam ini juga tidak terhingga lamanya.
Konsepsi Newton ini telah menghancurkan konsepsi kuno yang
menganggap bahwa alam ini dikelilingi oleh bola langit yang raksasa tempat
menempelnya bintang-bintang. Namun, konsepsi Newton bertentangan dengan
kenyataan observasi abad ke-20, serta ajaran Agama yang menyatakan bahwa
alam semesta tidak kekal, dan diciptakan Tuhan pada saat tertentu. Konsepsi kuno
itu pun juga salah bahwa bola langit yang dipercayai keberadaannya tidak
berkembang atau tidak meluas itu bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-
Zaariyaat ayat 47.
Karena memang janggal kalu semua bintang-bintang berada dipermukaan
bola langit. Ayat ini pula yang membantah konsepsi Newton tentang tidak
terhingga alam semesta, sebab sesuatu yang tidak terhingga besarnya seperti alam
konsepsi Newton, tidak dapat dibesarkan atau diluaskan lagi begitu pula tentang
kekekalan alam semesta tersebut. Ia dibantah oleh Al-Qur'an yang menjelaskan
scenario hancurnya alam semesta dalam surat Al-Anbiya', ayat : 104 :
30
"Pada Hari kami gulung ruang waktu (alam semesta) laksana menggulung
lembaran tulis, sebagaimana kami telah memulai awal penciptaan, itulah janji
yang akan kami tepati, sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya".
Disitulah sebenarnya arti dari kata kalimat yang akan terjadi pada waktu
yang Allah tentukan, dan itu pun terjadi secara rahasia, dan tiba-tiba, serta
waktunya sudah dekat. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'ansurat Al-
Mu'min ayat : 59 yaitu
"Sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (mempercayainya)".
2. Konsepsi Alam Semesta Einstein
Berbeda dari Newton, Einstein mempunyai sebuah konsepsi yang
didasarkan pada fisika relativistic yang dikembangkannya sejak tahun 1905 dalam
kegiatannya mengembangkan teori relativitas umum Einstein menemukan bahwa
ruang alam mengalami kelengkungan sebagai akibat dari adanya grafitasi yang
ditimbulkan massa materi yang berada di dalamnya. Dalam penelitiannya yang
lebih seksama dan melibatkan jarak kosmologis yang cukup besar, serta gaya
gravitasi yang cukup kuat seperti yang ditimbulkan oleh matahari, prediksi
Einstein itu tampak nyata.
Menurut Einstein alam kita ini melengkung sedemikian rupa sehingga ia
menutup pada dirinya sendiri dan alam semesta menurut Einstein tidak terbatas,
namun besarnya sehingga bergantung pada besar jari-jarinya. Menurut
konsepsinya, sekalipun ada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan di alam
semesta secara keseluruhan alam semesta tidak berubah. Dan konsepsi ini hancur
ketika Edwin Hubble yang menggunakan teropong bintang besar menemukan
teori ekspansi. Karena memang apa yang dikemukakan Einstein tidak sesuai
dengan Al-Qur'an surat Adz-Zariyaat ayat 47, di penjelasan terhadulu. Dalam ayat
itu jelas dinyatakan bahwa Allah meluasa langit dan Allah membesarkan ruang
alam itu, sehingga alam ini tidak statis seperti yang dikatakan Einstein.
31
3. Konsep Alam Semesta Dalam Al-Qur'an
Konsep-konsep alam semesta dalam Al-Qur'an sangat banyak dan
berfariasi tergantung dari pengetahuan mufassirnya. Al-Qur'an dengan ayat-
ayatnnya diturunkan 15 abad yang lalu mengandung uraian secara garis besar
tentang penciptaan alam semesta, seperti yang sudah disebutkan di depan semua
itu semata-mata sebagai bimbingan dan petunjuk bagi manusia tentang kekuasaan
Allah sesuai dengan ayat 190 surat Ali Imron yaitu kategori "Ulum Albab".
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam
dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi para Ulum Albab".
Yang dilanjutkan dalam ayat 191 surat Ali Imron Berikutnya :
"Yakni mereka yang mengingat (berzikir kepada) Allah ketika berdiri, sambil
duduk, dan sambil berbaring, serta memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka peliharalah kami dari adzab Neraka".
Proses kejadian alam ini satu persoalan yang menarik sejak dari zaman
dahulu hingga ke hari ini. Manusia masih ingin mencari kepastian asal usul
kejadian alam ini. Bagaimana proses kejadiannya. Bagaimana alam ini terjadi dan
diciptakan. Manusia masih tercari-cari jawapannya. Manusia tidak jemu-jemu
dengan segala usaha dan kemahiran yang ada untuk mencari jawapannya. Ahli-
ahli sains hari ini dengan teknologi tinggi dan canggih masih terus berusaha untuk
mencari rahsia kejadian alam ini.
Allah yang menciptakan alam ini tidak membiarkan manusia untuk
mencari jawapannya kerana Dia Maha Mengetahui akan kelemahan hambaNya.
Kelemahan manusia sungguh banyak contohnya kita tidak boleh menjelajah jauh
ke seluruh pelusuk alam untuk mengetahui keadaan sebenar seluruh alam. Apa
yang manusia boleh lakukan hanya meramalkan berdasarkan dengan sedikit ilmu
yang ada pada ketika itu. Mungkin betul dan mungkin juga salah. Oleh kerana
itulah Allah telah memberitahu manusia jawapan bagaimana dan siapa yang
menciptakan alam ini. JawapanNya diterangkan di dalam al Quraan melalui
RasulNya. Di dalam al Quraan yang suci Allah menyebutkan Dialah yang
32
menciptakan alam semesta ini dengan kekuasaan dan kehendakNya. FirmanNya
yang bermaksud:
"Dan Dialah menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah
perkataanNya diwaktu Dia menyatakan, Jadilah lalu terjadilah', dan di
tanganNyalah segala kekuasaaan diwaktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui
yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui"( Surah al Anaam: 73)
Allah telah menciptakan langit dan bumi ini melalui proses-proses yang
dikehendakiNya. Sebahagian daripada proses-proses kejadian alam ini telah
diterangkan oleh Allah dengan jelas di dalam Al-Qur’an. Allah telah
menerangkan bahawa kejadian langit dan bumi ini asalnya daripada satu yang
padu, kemudian dipisahkan menjadi langit dan bumi. Firman Allah yang
bermaksud:
"dan apakah orang-orang kafir itu tidak melihat bahawasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (satu unit penciptaan), kemudian
kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakan mereka tiada juga beriman?". (Surah Al-Anbia:
30)
Ayat ini menerangkan asal kejadian alam semesta, terdapat tiga maklumat penting
yang terkandung di dalam ayat ini berkaitan dengan kejadian alam
semesta)Dr.Zakaria Awang Soh,1990(
1( Bahan yang membentuk alam semesta ini merupakan satu entiti )suatu yang
wujud( tunggal.
2( Keseluruhan alam semesta, langit dan bumi adalah tercantum dalam satu unit.
3( Pemisahan berlaku secara sistematik untuk menghasilkan hukum-hukum
fizikal dan peningkatan jirim )ordering matter(
Perkataan "ratq" membawa maksud memadukan unsur-unsur menjadi satu
jasad yang padu. Jasad yang padu inilah yang menjadi asal mula alam. Perkataan
"fatq" membawa maksud dipisahkan atau dipecahkan. Jasad yang padu tadi
kemudiannya melalui proses pemisahan. Bagaimana proses pemisahan itu tidak
dapat dijelaskan. Jika dilihat kepada alam semesta yang wujud hari ini
33
menggambarkan proses pemisahan ini berlaku dalam satu kuasa pemisahan yang
sungguh hebat dan amat kuat.
Di dalam ayat tersebut, langit dan bumi pada status pertamanya adalah
berbentuk ratq. Kedua-duanya di pisahkan )fataqa( dengan kemunculan satu dari
yang satu lagi. Dalam perkataan lain, setiap benda termasuk langit dan bumi yang
masih belum diciptakan lagi, juga termasuk di dalam titik tunggal ini dalam
keadaan ratq. Titik ini kemudiannya meletup dalam satu letupan yang besar,
menyebabkan materialnya menjadi fataq dan proses ini membentuk keseluruhan
struktur alam semesta. Apabila kita membandingkan pernyataan di dalam ayat Al-
Qur'an di atas dengan penemuan saintifik, kita mendapati bahawa kedua-duanya
berada dalam keserasian yang sempurna di antara satu sama lain. Apa yang cukup
menarik perhatian ialah penemuan ini tidak diketahui sehingga abad ke 20.Dalam
Al-Qur'an yang diwahyukan 1400 tahun lalu, ketika pengetahuan tentang
astronomi masih sedikit, fakta mengenai pengembangan alam semesta telah
diterangkan seperti berikut;
Dan langit itu Kami bina dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya. (Surah az-Dzariyat;47)
Perkataan 'langit' yang dinyatakan dalam ayat di atas digunakan dalam
banyak tempat dalam Al-Qur'an yang bermaksud ruang angkasa dan cakerawala.
Di sini sekali lagi, perkataan ini digunakan untuk maksud ini. Dalam perkataan
lain, Al-Qur'an mendedahkan hakikat mengenai proses pengembangan alam
semesta. Dan ini merupakan puncak kesimpulan yang diputuskan oleh dunia sains
hari ini.
Sehingga penghujung abad ke 20, pandangan yang paling masyhur dalam
dunia sains ialah bahawa 'alam semesta mempunyai sifat konstan )statik( dan telah
wujud tanpa keterbatasan masa'. Kajian, pemerhatian dan pengiraan yang
dijalankan melalui seluruh insfranstruktur teknologi moden, sebenarnya telah
menunjukkan bahawa alam semesta telah wujud dalam masa yang terbatas dan
berkembang secara konstan.
34
Pada permulaan abad ke 20, seorang ahli fizik Russia Alexander
Friedmann dan ahli kosmologi Belgium George Le'maitre telah membuat
pengiraan secara teori bahawa alam semesta adalah dalam keadaan pergerakan
yang berterusan dan ia sebenarnya berkembang.Fakta ini juga telah dibuktikan
melalui data dari pemerhatian yang dijalankan pada tahun 1929. Edwin Hubble
seorang ahli astronomi Amerika yang membuat pemerhatian di langit dengan
menggunakan teleskop, mengisytiharkan bahawa bintang-bintang dan galaksi-
galaksi bergerak menjauhi antara satu sama lain secara berterusan. Sebuah alam
semesta di mana semua benda di dalamnya secara konstan bergerak menjauhi
sesama mereka, jelas menggambarkan pengembangan alam semesta itu.
Pemerhatian yang dijalankan dalam tahun berikutnya mengesahkan
bahawa alam semesta adalah berkembang secara berterusan. Fakta ini telah di
jelaskan dalam Al-Qur'an ketika mana hal ini masih belum lagi pernah diketahui
oleh manusia. Ini adalah kerana Al-Qur'an adalah kalam Tuhan, maha Pencipta
dan Pemerintah bagi seluruh alam semesta.Proses pembentukan alam ini berlaku
secara bertahap-tahap selepas dari pemisahan itu dan disebut di dalam Al Qur’an
yang bermaksud;
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap lalu Dia berkata kepadaNya dan bumi, Datanglah kamu keduanya menurut
perintahKu dengan suka hati atau terpaksa keduanya menjawab 'kami datang
dengan suka hati' Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam masa dua masa dan
Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang yang cemerlang dan Kami perliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui."(Surah Al Fushilat:11-12)
Seluruh proses kejadian alam ini berlaku secara sistematik dengan ukuran yang
rapi dan tepat seperti yang disebut di dalam al Qur’an
"Sesungguhnya Kami menciptakan tiap-tiap sesuatu menurut takdir (yang telah
ditentukan)." (Surah Al Qamar :49).
35
F. Kemunduran Umat Islam dalam Pengembangan Iptek
1. SEJARAH IPTEK ISLAM DI MASA KEJAYAAN
Pada zaman Daulah Abbasiyah, dikatakan sebagai masa menjamurnya
kesastraan dan ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin ke dalam
bahasa Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli
bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli
bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak
kejayaan Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam,
Tradisi keilmuan berkembang pesat.Kesadaran akan pentingnya ilmu
pengetahuanlah yang mengundang terciptanya beberapa karya ilmiah seperti
terlihat pada abad ke 8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan
kebudayaan Yunani dan Persia.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan
berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan
seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada
umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana
dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui
sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid,
yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala
bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-
peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di
Konstantinopel. atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-
Mutawakkil, Istana al-Hamra )al-Hamra Qasr( yang dibangun di Seville,
Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia
yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah
bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama
Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama
36
‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa
Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib
akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi
masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan
dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang
menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi
pada Islam.
Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat
berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat
dan masih digunakan.
1( Al khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar di dalam
matematika.
2( Ibnu sina ia adalah: membuat buku tentang kedoteran
3( Jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4( Albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang
berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak
antropologi, idiologi
5( Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk
menyembuhkan luka pada saat oprasi
6( Ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yan g mengurai bagai mana
mata bekerja
7( Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan juga
alergi asma dn deman sebagai daya mekanisme tubuh.
Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku
bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-
sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau
enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku
bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti
Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas,
37
Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku yang
berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau
perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-
Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan
luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini
sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan
umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk
50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan
lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan
Tartar ketika mereka menyerang Islam.
2. Kemunduran dalam Iptek
Pada masa kemunduran iptek di dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi
mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka
menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk
Barat. Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal Pakistan,
kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam lebih banyak
disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam. Misalnya, terjadinya
pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah,
kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan penguasa setempat
untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap mengisolasi diri
terhadap perkembangan iptek dunia luar.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi
)IPTEK( Islam mengalami kemunduran antara lain adalah :
1( Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena
itu, orang barat ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dari umat islam, karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam
dengan menguasai iptek bisa lebih baik kesejahteraannya dari pada oranga
38
barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat
islam.
2( Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula
bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek
sejajar dengan umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya
setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru
mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama
berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka mungkin menganggap
bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi penghalang bagi
kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak penemuan-
penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil.
Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang tertulis dalam
Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran bumi
dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada
dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang
peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja,
karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus
mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi
matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh gereja.
Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja.
Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an
selalu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al
Qur’an bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al
Qur’an diciptakan oleh yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan
sesuai !
3( Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua”
baru, sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim,
seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492
ke benua Amerika. Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung
Pengaharapan. James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan
39
New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru
tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap
negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria
dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa,
setelah penemuan route )benua( baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang
mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang
banyak.
4( Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang
didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan
Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan bintang )astronomi(
yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama
sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun
observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki
observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh
Beg )Samarkand(. Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari
orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
5( Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I )dinasti Utsmani( dari Turki
dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport
barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-
kelamaan ekonomi Turki banyak tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih
lagi dengan adanya revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa
lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara islam
dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-negara islam
lainnya.
6( Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan
menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal
mula pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat
kolonialisme barat, maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari
Maroko sampai ke Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara
kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang
antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan.
40
Politik pecah belah, devide et impera, telah melumpuhkan kejayaan islam
pada masa lalu.
7( Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa
Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah.
Keadaan ini sedikit banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal
Al Qur’an adalah juga sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
8( Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-
negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran
merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
lebih diperpapah lagi dengan munculnya kapitalisme barat.
Faktor-faktor diatas menjadi penyebab utama islam mulai tertinggal dari
orang-orang barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu,
ada gejala umat islam mulai mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru
sebenarnya banyak tersurat dan tersirat di dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat
Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai bersemangat mempelajari dan
meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu, dengan paparan di atas diharapkan dapat menggugah
semangat para intelektual muda islam untuk bisa bangkit untu merebut kembali
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dulu pernah menjadi kebanggan umat
Islam.
3. Solusi
Adapun alternatif-alternatif dalam memecahkan masalah kemunduran
umat islam di bidang peradaban sains dan teknologi, antara lain :
a. Faktor Internal, yaitu dengan :
Mengkaji, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Mencari ilmu pengetahuan )sains( dan teknologi, serta mengembangkanya.
41
Menggalang persatuan dan persaudaraan umat islam )ukhuwah islamiyah(.
Meningkatkan bidang dakwah.
Amar ma’ruf nahi munkar )menganjurkan kebaikan dan membrantas
kemungkaran(.
Melaksanakan kewajiban “jihad fi sabilillah”.
Melaksanakan akhlak islam dan etika serta memegang teguh nilai-nilai
dalam setiap ucapa dan perbuatan.
Menyelesaikan dengan cara yang Islami paham-paham dan aliran-aliran
yang menyimpang dari kebenaran.
Pembinaan masyarakat Islam )al-Mujtama’al-Islamiyah(.
Revolusi informasi.
Rekontruksi ilmu pengetahuan, bila diperlukan.
Sintesis pemehaman filsafat perifatetik )teologi Mu’tazilah; teologi
Liberal( dengan filsafat iluinatif )teologi al-Asy’ariah/teologi tradisonal(.
b. Faktor External, yaitu dengan :
Berupaya menjinakan musuh dengan cara-cara yang diperbolehkan dalam
islam.
Mengambil sikap terhadap badan-badan internasional dan fakta-fakta yang
memusihi islam.
Mengambil sikap tegas terhadap peperangan yang direkayasa di dunia
Islam.
42
Perasaan bangga )mulia( dengan Dieul Islam.
Setiap muslim harus menyiapkan dirinya untuk memikul kewajiban islam.
Membuat rumah tangga mulim yang sakinah.
Berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan negerinya maupun
negri kaum muslimin.
G. Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 )dua(.
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
wajib dijadikan landasan pemikiran )qaidah fikriyah( bagi seluruh bangunan ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam )yang lahir dari Aqidah Islam( sebagai
standarbagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
)pragmatisme/utilitarianisme( seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur,bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram)hukum-hukum syariah Islam(. Umat Islam boleh memanfaatkan
iptek, jikatelahdihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walau punia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam
perkembangan iptek setidaknya ada 2 )dua(. Pertama, menjadikan Aqidah Islam
sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan
bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam
membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
)utilitarianisme(, yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek.
Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik,
insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga
seluruh umat manusia. Mari kita simak firman-Nya:
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh
dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya
semiminal mungkin.
Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam
bidang sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam
mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan
faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan
sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal.
Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri
44
dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan “revolusi industri” di
Inggris.
Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya
karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di
Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah
bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
B. Saran
Kemajuan IPTEK sangat berdampak bagi kehidupan manusia didunia.
Sebagai generasi muda penerus bangsa sudah selayaknya kita belajar untuk
menggunakan dan memanfaatkan Ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik
mungkin namun tetap berdasar aturan-aturan Agama Islam . Sudah semestinya
kita bersatu menguasai IPTEK agar tidak kalah dengan bangsa lain itu. Namun,
tetap saja, jika kita telah mendapatkan IPTEK, segeralah imbangi diri anda
dengan Iman dan Taqwa.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wadud, Qur'an Hadist, Semarang : PT Karya Thoha Putra, 1997.
Baikuni, Ahmad, Al-Qur'an Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta : PT.Dana
Bhakti Primayasa, 1996.
Baikuni, Ahmad, Al-Qur'an Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta : PT. Dana
Bhakti Primayasa, 1995.
Baiquni, Achmad. Alqur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Solo Dana Bhakti
Wakaf, 1994.
Cony, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Remaja Rosda Karya :
2002.
Depag, Pendidikan Agama Islam Dan Ilmu Pengetahuan Teknologi, Depag RI.,
2006.
Effendi, Abdurrahman Riesdam & Gina Puspita, Membangun Sains dan
Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, Jakarta: Giliran Timur, 2007.
http://birulumbalumba.blogspot.com/2012/03/sejarah-iptek-islam-pada-masa-
kejayaan.html
http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-
teknologi.htm
http://lapodding.com/2009/07/06/sain-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/
46
Kaelany, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Depag Ditjen
Bagais PIK Pertais. 2004
Makmur, Tanodijaja, Bumi Dan Antariksa, Jakarta Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan 1995.
Mustofa, Agus, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, Bandung : Patma Press, 2005.
Purwanto, Agus, Keterpaduan Materi Pendidikan Agama Islam Dan
IPTEK.Bandung : PT. Remaja Rosda 2005.
Shihab, M. Qurays, Mu'jizat Al-Qur'an. Bandung : Mizan 2003
Soedewo, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007.
Susanto, Edi, Buku Ajar Ilmu Alamiah Dasar, Pamekasan : STAIN Pamekasan,
2006.
47