9
PRINSIP – PRINSIP PERDAGANGAN Prinsip-Prinsip Perdagangan yang Adil Muhammad benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang adil dalam transaksi-transaksinya. Selain itu ia juga selalu menasehati para sahabatnya untuk melakukan hal serupa. Ketika berkuasa dan menjadi kepala madinah, ia telah mengikis habis transaksi- transaksi dagang dari segala macam praktik yang mengandung unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian, keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap. Ia juga melakukan standarisasi timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat dijadikan pegangan. a) Penghasilan Terbaik Nabi mendapatkan penghasilan halal dengan cara bekerja keras selama tinggal di Makkah, baik di masa mudanya maupun setelah dewasa. Ia meletakkan prinsip-prinsip dasar hidup yang baik dan sopan, seperti dalam ucapannya sebagai berikut : “Tidak seorang pun pernah memakan makanan yang lebih baik daripada apa yang ia makan dari hasil kerja dengan tangannya sendiri. Nabi Daud pun biasa makan hasil kerja tangannya” (Bukhari). ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “hal-hal yang

Prinsip Prinsip Perdagangan

  • Upload
    tria

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Akhlak dan Etika Bisnis dalam Islam

Citation preview

Page 1: Prinsip Prinsip Perdagangan

PRINSIP – PRINSIP PERDAGANGAN

Prinsip-Prinsip Perdagangan yang Adil

Muhammad benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang adil dalam

transaksi-transaksinya. Selain itu ia juga selalu menasehati para sahabatnya untuk

melakukan hal serupa. Ketika berkuasa dan menjadi kepala madinah, ia telah

mengikis habis transaksi-transaksi dagang dari segala macam praktik yang

mengandung unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian, keraguan, eksploitasi,

pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap. Ia juga melakukan standarisasi

timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat dijadikan pegangan.

a) Penghasilan Terbaik

Nabi mendapatkan penghasilan halal dengan cara bekerja keras selama tinggal di

Makkah, baik di masa mudanya maupun setelah dewasa. Ia meletakkan prinsip-

prinsip dasar hidup yang baik dan sopan, seperti dalam ucapannya sebagai berikut :

“Tidak seorang pun pernah memakan makanan yang lebih baik daripada apa yang ia

makan dari hasil kerja dengan tangannya sendiri. Nabi Daud pun biasa makan hasil

kerja tangannya” (Bukhari). ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “hal-

hal yang paling menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang datang dari hasil

tanganmu sendiri dan anak-anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan” (Tirmidzi,

Nasa’I dan Ibn Majah) Seseorang bertanya pada Nabi, jenis penghasilan mana yang

terbaik. Nabi menjawab “Hasil kerja seseorang dengan tangannya sendiri dari setiap

transaksi perdagangan yang disetujui” (Ahmad). Nabi juga bersabda. “Berusaha

mendapatkan nafkah yang halal adalah kewajiban disamping tugas-tugas lainnya

yang telah diwajibkan” (Baihaqi dalam Shu’ab al-Iman).

b) Perdagangan Terlarang

Nabi melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena hakekat perdagangan itu

memang dilarang maupun karena adanya unsur-unsur yang diharamkan di dalamnya.

Pertama-tama, kita akan membicarakan barang-barang yang tidak boleh

diperdagangkan, kemudian menjelaskan bentuk-bentuk perdagangan yang dilarang.

Page 2: Prinsip Prinsip Perdagangan

c) Benda-Benda Terlarang

Memperjualbelikan benda-benda yang dilarang dalam Al-Qur’an adalah haram.

Al-Qur’an melarang mengkonsumsi daging babi, darah, bangkai dan alkohol,

sebagaimana firman-Nya ;”Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa

yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Nya jika

kamu menyembah-Nya. Ia mengharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi

dan daging hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah” (2:173, 5:3).

Jabir menceritakan bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda pada hari kemenangan

kota Makkah, “Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan haram penjualan anggur,

hewan yang mati (tidak disembelih), babi dan berhala. Nabi menambahkan, “Allah

telah melaknat orang-orang Yahudi, ketika dia (Allah) menyatakan bahwa lemak itu

haram (lemak hewan mati), mereka pun mencampurnya, lalu menjualnya serta

menikmati harga yang mereka terima” (Bukhari dan Muslim). Nabi juga menyatakan

harga yang dibayarkan untuk membeli seorang anjing itu haram, sewa yang

dibayarkan pada pelacur itu juga haram, dan pendapatan dari seorang ‘cupper’ itu

tidak halal’ (Muslim).

d) Sikap Baik dalam Hubungan Dagang

Nabi sangat sopan dan baik hati dalam melakukan transaksi perdagangan. Jabir

meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Rahmat Allah atas orang yang berbaik hati

ketika ia menjual dan membeli, dan ketika ia membuat keputusan” (Bukhari).

Selanjutnya Nabi berkata, “Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi

dagang, sebab itu dapat menghasilkan suatu penjualan yang cepat lalu menghapuskan

berkah” (Bukhari dan Muslim). Abu Sa’id meriwayatkan bahwa Rasullulah berkata

“Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para

Nabi, orang-orang jujur dan para syuhada” (Tirmidzi).

e) Hak-Hak Kelompok dalam Transaksi

Allah dan Rasulnya telah menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan

antara kedua belah pihak dalam suatu transaksi dagang sebagai sesuatu yang halal,

dan melarang mengambil barang orang lain tanpa persetujuan dan izin mereka.

Page 3: Prinsip Prinsip Perdagangan

Ibn’Umar meriwayatkan dari Rasulullah,”Kedua kelompok di dalam suatu transaksi

perdagangan memiliki hak untuk membatalkannya hanya sejauh mereka belum

berpisah, kecuali transaksi itu menyulitkan kelompok tersebut untuk

membatalkannya” (Bukhari dan Muslim). Riba dalam segala macam bentuknya sama

sekali dilarang oleh Nabi. Ada banyak ucapan Nabi yang dengan terang-terangan

menyalahkan semua pihak yang terlibat dalam transaksi yang mengandung unsur riba

pada segala tingkatan. Jabir menceritakan bahwa, “Rasulullah telah mengutuk orang

yang menerima riba, membayar dan mencatatnya, serta dua orang saksi atasnya,

seraya mengatakan: mereka semua sama saja” (Muslim).

f) Transaksi-Transaksi Perdagangan

Nabi telah mengeluarkan perincian mengenai penghasilan-penghasilan yang

diharamkan yaitu sebagai berikut :

1. Dan tidak seorang pun yang menghasilkan harta yang haram dan memberikan

sebagian darinya sebagai sadaqah dan ia juga tidak akan menerima berkah, jika

ia membagikan sebagian darinya dan jika ia menyisakan sebagian darinya, maka

itu akan menjadi penghasilannya untuk api neraka.

2. Daging yang berasal dari makanan yang haram tidak akan masuk surga, tetapi

neraka lebih adalah lebih layak bagi semua daging yang berasal dari makanan

yang haram” (Ahmad,Darimy dan Baihaqi).

3. Allah akan memberikan rahmat pada orang yang berbaik hati ketika menjual,

membeli dan membuat pernyataan” (Bukhari).

4. Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi perdagangan, sebab itu

akan menghasilkan penjualan yang cepat namun menghilangkan berkah”

(Muslim).

5. Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (amanah) termasuk golongan para nabi,

orang-orang jujur dan para syuhada” (Tirmidzi, Darimy, Ibn Majah dan

Daruqutni).

6. Para pedagang kaya akan dibangkitkan pada hari kebangkitan sebagai pelaku-

pelaku kejahatan, kecuali mereka yang takwa pada Allah, jujur dan selalu

Page 4: Prinsip Prinsip Perdagangan

mengatakan kebenaran” (Tirmidzi,Ibu Majah, Darimy, Baihaqi dalam Shu’abal

al-iman).

g) Persetujuan Kedua Belah Pihak

Selanjutnya al-Qur’an memerintahkan kaum Muslim untuk melakukan

perdagangan dengan persetujuan timbal-balik antara kedua belah pihak : “Hai orang-

orang yang beriman, janganlah kamu makan harta orang lain dengan cara bathil,

kecuali dengan cara perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu” (4:29).

Perdagangan disini meliputi seluruh transaksi yang dilakukan untuk memperoleh

keuntungan, manfaat dan lain-lain, seperti bisnis, industri dan lain-lain, yang

dengannya orang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang lain yang membayar

untuk pelayanan yang diberikan.

Nabi Sebagai Pengusaha Ideal

Nabi tidaklah diutus sebagai seorang pedagang. Ia mengatakan dalam haditsnya;

“Aku tidaklah diberi wahyu untuk menumpuk kekayaan atau untuk menjadi salah

seorang dari pedagang” (18:309 w). Dengan berpegang teguh pada prinsip

perdagangan yang jujur dan adil dalam mengadakan hubungan dagang dengan para

pelanggan merupakan kunci keberhasilan memperoleh keuntungan yang berkah.

a) Perintah-Perintah Nabi Untuk Berdagang

Nabi berkata: “Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan,

Sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang”.Al-Qur’an mengatakan: “Dan kami

jadikan siang untuk mencari kehidupan” (178:11). Al-Qur’an juga memberikan

motivasi untuk berdagang pada ayat berikut ini: “Tidak ada dosa atas kamu

mendapatkan harta kekayaan dari Tuhanmu”…”Bertebaranlah kamu di muka bumi

dan carilah rahmat Allah” (62:60). Nabi bersabda : “Mencari penghasilan halal

merupakan suatu tugas wajib”(4:129 w).

b) Kejujuran dan Hubungan Baik

Menurut Nabi, peraturan-peraturan berikut ini harus diperhatikan dalam

berdagang disamping sikap jujur dan adil dalam melakukan transaksi yakni :

Page 5: Prinsip Prinsip Perdagangan

1. Penjual tidak boleh mempraktekan kebohongan dan penipuan mengenai barang-

barang yang dijual pada pembeli. Nabi berkata: “Apabila dilakukan penjualan,

katakanlah tidak ada penipuan” (18 ; 10).

2. Para pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan, hendaknya diberi tempo

untuk melunasinya. Selanjutnya, pengampunan hendaknya diberikan jika ia

benar-benar tidak sanggup membayar.

3. Penjual harus menjauhi sumpah yang berlebih-lebihan dalam menjual suatu

barang. Nabi berkata: “Hati-hatilah terhadap sumpah yang berlebihan dalam suatu

penjualan. Meskipun ia meningkatkan pemasaran, tetapi ia juga akan mengurangi

berkahnya” (18 ;3).

4. Hanya dengan kesepakatan bersama, atau dengan suatu usulan dan penerimaan,

penjualan suatu barang akan sempurna. Nabi berkata: keduanya tidak boleh

berpisah kecuali dengan kesepakatan bersama” (18 : 19).

5. Penjual harus tegas terhadap timbangan takaran. Mengenai ini Nabi juga berkata:

“Tidak ada suatu kelompok yang mengurangi timbangan dan takaran, tanpa

diganggu oleh kerugian” (26 ; 359 w).

6. Orang yang membayar di muka untuk pembelian suatu barang tidak boleh

menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya. Nabi berkata:

“Barang siapa membayar di muka untuk suatu barang, jangan biarkan ia

menyerahkan barang tersebut pada orang lain sebelum barang itu menjadi

miliknya” (18 : 66).

7. Nabi telah melarang bentuk monopoli dalam perdagangan dengan mengatakan,

“Barang siapa yang melakukan monopoli maka ia adalah seorang pendosa (18 :

67).

8. Tidak ada harga komoditi yang dibatasi. Ini merupakan suatu keputusan dalam

menangani masalah perdagangan besar. Jika harga dibatasi, lalu tidak akan ada

perusahaan dagang dan niaga, maka perdagangan dunia akan terhenti.

Sumber : Afzalurahman.1997.Muhammad Sebagai Seorang Pedagang.Yayasan

Swarna Bhumy Cetakan IV : 2000.