26
BAB I PENDAHULUAN 1. Prinsip Uji Serulogi Serologi adalah ilmu yang mempelajari reaksi kompleks kekebalan dalam serum secara invitro. Dalam reaksi tersebut terjadi interaksi antara antigen(Ag) dan antibody (Ab). Uji serulogoli adalah uji yang menggunakan serum darah yang mengandung antibody (Ab) dan Antigen (Ag) baik berupa virus, bakteri maupun benda yang dianggap asing oleh tubuh. Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki inang vertebrata menimbulkan respon kekebalan yang membawa kepada terbentuknya kekebalan padatan. Respon ini mengakibatkan pembentukan antibodi spesifik yang beredar dalam aliran darah (imunitas humoral) atau merangsang peningkatan jumlah sel-sel reaksi khusus yang disebut limfosit (Pelczar and Chan, 1988). Antibodi yaitu protein yang diproduksi sebagai akibat pemberian suatu antigen dan mempunyai kemampuan untuk bergabung dengan antigen yang merangsang produksinya. Antigen yaitu suatu zat yang dapat dideteksi bila dimasukkan ke dalam tubuh hewan serta dapat menginduksi respon imun (Jawetz, 1966).

PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1. Prinsip Uji Serulogi

Serologi adalah ilmu yang mempelajari reaksi kompleks kekebalan dalam

serum secara invitro. Dalam reaksi tersebut terjadi interaksi antara antigen(Ag) dan

antibody (Ab). Uji serulogoli adalah uji yang menggunakan serum darah yang

mengandung antibody (Ab) dan Antigen (Ag) baik berupa virus, bakteri maupun

benda yang dianggap asing oleh tubuh.

Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki inang vertebrata

menimbulkan respon kekebalan yang membawa kepada terbentuknya kekebalan

padatan. Respon ini mengakibatkan pembentukan antibodi spesifik yang beredar

dalam aliran darah (imunitas humoral) atau merangsang peningkatan jumlah sel-sel

reaksi khusus yang disebut limfosit (Pelczar and Chan, 1988).

Antibodi yaitu protein yang diproduksi sebagai akibat pemberian suatu

antigen dan mempunyai kemampuan untuk bergabung dengan antigen yang

merangsang produksinya. Antigen yaitu suatu zat yang dapat dideteksi bila

dimasukkan ke dalam tubuh hewan serta dapat menginduksi respon imun (Jawetz,

1966).

Uji serologis yang dapat dipakai antara lain hemaglutinasi (HA), hambatan

hemaglutinasi (HI), netralisasi virus dalam embrio ayam, netralisasi virus dalam

kultur sel, MIT test, Egg bit, ELISA, agar gel presipitasi (AGP). Namun dalam

praktikum ini uji yang dilakukan adalah uji HA, HI dan AGPT.

Uji HA lambat digunakan untuk mengetahui titer virus, kemampuan virus

dalam menginfeksi yang ditandai dengan adanya hemaglutinasi eritrosit. Titer virus

dapat diketahui dengan melihat sumuran terakhir pada nomor tertinggi (end point)

yang menunjukkan adanya hemaglutinasi positif. Hal itu ditandai dengan adanya

agregat-agregat di dasar sumuran (Grimes. 2002).

Prinsip dari uji HI lambat adalah mengetahui adanya antibodi yang mampu

menghambat proses hemaglutinasi oleh virus. Uji ini untuk menentukan titik antibodi

Page 2: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

terhadap hemaglutinasi virus. Bila terdapat antibodi dalam jumlah mencukupi untuk

membentuk kompleks dengan virion, hemaglutinasi dihambat, dan eritrosit

mengendap. Sebaliknya bila antibodi terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi

maka eritrosit diaglutinasi oleh virus dan membentuk endapan (Beard.1989).

Prinsip dari uji AGPT yaitu adanya ikatan antibodi spesifik dengan antigen

yang ditandai dengan adanya garis presipitat. Hal ini disebabkan karena antigen virus

berdifusi melalui pori-pori purified semisolid agar dan bereaksi dengan antibodi.

Presipitasi antigen oleh antibodi dapat pula terjadi pada medium semisolid yang biasa

dipakai yaitu pure agar dari Euchemia spinosum.

Permunian IgY dengan metode sederhana dengan menggunakan ammonium

sulfat dan menggunakan membran nitrosellulosa sebagai dialysis. Kedua perlakuan

tersebut bertujuan untuk mendapatkan protein murni tanpa adanya protein-protein

lain, serta penambahan PEG yang bertujuan untuk menghilangkan partikel lemak

pada kuning telur.

A. Tujuan

1. Uji Ha untuk mengetahui kemampuan virus mengaglutinasi eritrosit dan

mengetahui jumlah titer virus.

2. Uji Hi untuk menentukan titer antibodi yang ada dalam serum darah ayam dan

mampu digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekebalan ayam terhadap

virus tersebut. 

3. Uji AGPT untuk mengetahui adanya antigen virus dan antibodi tubuh.

4. Purifikasi dilakukan untuk mendapatkan IgY murni.

Page 3: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

BAB II

METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober – 5 Desember 2012

bertempat di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Mikroplate V dengan 96 lubang

2. Mikropipet 100 ul, 50 ul dan 25 ul

3. Sentrifus

4. Spuit

5. Tabung reaksi dan tabung

sentrifus

6. Timbangan

7. Erlemeyer

8. Lampu.

9. Baker gelas

10. Pipet bersekala

11. Cawan petri

12. Tabung eppendorf

13. Kompor gas

14. Gel puncher

15. Baskom bertutup

16. Obyek gelas

Bahan:

1. Larutan NaCl 0,85%

2. Natrium sitrat 3,8%

3. Akuades pH 7,4 (netral)

4. Suspense sel darah merah ayam 1 %

7. Serum anti-AI

8. Serum anti-IB

9. Antigen AI

10. Antigen IB

Page 4: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

5. Larutan PBS

6. Virus AI standar 4 HAU

11. Agarose untuk AGPT

12. Kertas timbang

2.3 Prosedur Kerja

1). Pembuatan RBC

Sel darah merah ayam yang diambil dari vena brachialis 2-3 ml SDM, dengan

penambahan antikoagulan dapat berupa Natrium sitrat 3,8% dengan perbandingan

4:1, darah kemudian dihomogenkan perlahan-lahan. Setelah itu disentrifus 15000 rpm

selama 10 menit, supernata dibuang kemudian endapan sel darah merah dicuci

dnegan larutan NaCl fisiologik ( 0,85) dengan volume yang sama. Hal ini dilakukan

sebanyak 3 kali, setelah itu endapan diberlakukan sebagai larutan dengan kosentrasi

100%.

2). Uji Hemaglutinasi (HA)

Prosedur:

1. Masukan 25 µl PBS pada lubang pertama sampai lubang ke-12 menggunakan

mikropipet 25 µl, dengan mikropipet 25 µl suspense virus atau antigen

masukan ke tabung pertama.

2. Dengan mikropipet 25 µl, homogenkan suspense virus dengan PBS pada

tabung pertama dengan cara menghisap dan meneteskan cairan tersebut.,

lakukan cara ini paling tidak lima kali.

3. Ambil 25 µl suspense dari lubang pertama, kemudian pindahkan ke lubang

kedua kemudian homogenkan seperti langkah no 2. Selanjutnya, pindahkan 25

µl ke lubang 3, begitu seterusnya sampai lubang ke 11. Dari lubang ke-11

diambil 25 µl suspense lalu dibuang. Pada tabung ke 12 sebagai control

negative, jadi hanya berisi PBS.

Page 5: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

4. Tambahkan 25 µl suspense sel darah metah 1% ke dalam seluruh tabung.

Pembacaan Hasil:

Pembacaan hasil uji dapat dilakukan apabila eritrosit pada tabung kontrol

telah mengendap ke dasar lubang. Lubang no. 12 tidak terjadi aglutinasi. Hasil

dikatakan positif bila terjadi aglutinasi yang komplit dari sel darah merah, yang

terlihat bentuk kasar seperti pasir pada pinggir dasar lubang. Batas nilai dari titrasi

adalah pengenceran tertinggi dari antigen yang masih menghsilkan aglutinasi

komplit.

Perhitungan HA dilakukan dengan cara menghitung lubang yang positif

dimulai dari lubang pertama. Apabila aglutinasi terjadi sampai pada lubang ke-6,

maka titer HA dinyatakan dengan nilai 26 yaitu sama dengan 64 HA

Penyiapan Antigen AI 4 HAU

Untuk membuat enceran antigen 4 HA dilakukan dengan cara mengencerkan

satu bagian dari stok antigen ………..yang mempunyai titer……HA dengan ……

bagian…..

Titrasi Kembali

Page 6: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

3). Uji Penghambat Aglutinasi (HI)

Prosedur

1. Masukan 25 µl PBS pada lubang pertama sampai lubang ke 12 menggunakan

mikropipet 25 µl.

2. Dengan mikropipet 25 µl, ambil 25 µl serum kebal AI dan masukkan kedalam

lubang pertama.

3. Dengan mikropipet 25 µl yang baru, lakukan penghomogenan serum dengan

larutan PBS pada lubang pertama dengan cara menghisap dan meneteskan

larutan tersebut, lakukan cara ini paling tidak lima kali

4. Ambil 25 µl dari lubang pertama lalu pindahkan ke lubang yang kedua,

kemudian homogenkan. Begitu seterusnya sampai lubang ke 10. Dari lubang

ke-10 diambil 25 µl lau dibuang. Pda lubang ke-11 sebagai control serum

hanya berisi larutan PBS dan serum, sedangkan lubang 12 sebagai control

virus berisi larutan PBS dan virus.

5. Tambahkan 25 µl virus standar kedalam semua lubang, kecuali lubang ke-1,

kemudian inkubasi selama 15 menit.

6. Setelah diinkubasi, tambahkan 25 µl suspense sel darah merah 1% ke dalan

seluruh lubang mikroplat.

7. Kocok lubang dengan menggoyang-goyangkan mikroplat kemudian

diinkubasikan pada suhu ruang selama 30-60 menit, kemudian di baca

hasilnya.

Pembacaan Hasil:

Pembacaan hasil dapat dilakukan apabila eritrosit pada lubang control telah

mengendap ke dasar tabung. Lubang no. 11 tidak terjadi aglutinasi sedangkan

pada lubang 12 terjadi aglutinasi. Hasil dikatakan positif bila tidak terjadi

aglutinasi sel darah merah, yang terlihat bentuk tetes air mata dilubang. Batas

nilai dari titrasi adalah pengenceran tertinggi dari antobodi yang masih dapat

menghambat aglutinasi dikalikan titervirus standar.

Page 7: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

4). Uji AGPT (Agar Precipitation)

Penyiapan Media Agar

1. Pembuatan agar: buat agarose 1% dalam PBS + aquades (1:1) dan Na acide

0,01/ml, masukkan magnet stirrer dan aduk campuran tersebut samapai larut.

2. Panaskan hingga mendididh samapi terlihat bening semua yang berarti agar

sudah larut sempurna menggunakan penangas air.

3. Buat preparat agar dengan menuang 3 ml larutan agar hangat ke atas objek

gelas (tuang dengan cepat dan ratakan).

4. Setelah dingin buat sumur dengan melubangi agar menggunakan cetakan

khusus untuk AGPT (Gel Puncher). Usahakan supaya pinggiran sumur tidak

retak/pecah.

Pengisian

1. Media agar yang telah siap, diisi dengan antigen dan serum.

2. Media agar yang telah diisi tersebut dimasukkan kedalam baskom yang telah

diberi alas kertas yang dibasahi PBS, pasang tutupnya dan inkubasi dalam

suhu kamar selama 2-3 hari. Kelembapan dijaga dengan membasahi kertas

alas.

Dalam percobaan dilakukan uji AGPT terhadap serum ayam dan kelinci. Pada

serum ayam dibuat empat perlakuan yaitu 1) antigen tidak diencerkan berbanding

dengan PBS ), 2) diencerkan 1:1 ( 50 µl antigen : 50 µl PBS ), 3) diencerkan 1:4 ( 20

µl antigen : 20 µl PBS ), 4) diencerkan 1:9 ( 10 µl antigen : 90 µl PBS). Dalam

percobaan ini dibuat tujuh sumuran pada medium purified agar semisolid. Sumuran

yang berada di tengah ditetesi dengan antibodi virus IB dan enam sumuran yang lain

ditetesi dengan antigen virus.

Pada serum kelinci diberikan lima perlakuan dan antigen yang digunakan

adalah antigen AI, 1) Antigen tidak diencerkan, 2) pengenceran 1:1 ( 25 µl PBS : 25

µl antigen), 3) pengenceran 2:1 ( 30 µl PBS : 15 µl antigen), 4) pengenceran 3:1 ( 45

Page 8: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

µl PBS : 15 µl antigen), 5) pengenceran 4:1 ( 50 µl PBS : 10 µl antigen). Dalam

percobaan ini dibuat tujuh sumuran pada medium purified agar semisolid. Sumuran

yang berada di tengah ditetesi dengan antibodi virus AI dan enam sumuran yang lain

ditetesi dengan antigen virus. Kemudian inkubasi pada suhu 370C selama 2 hari.

Suhu tersebut adalah suhu tubuh yang merupakan suhu yang baik bagi pertumbuhan

virus, sedangkan waktu 24 jam merupakan waktu minimal yang diperlukan virus

untuk tumbuh.

Page 9: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji HA (Haemaglutination Test)

Pada praktikum ini antigen (virus ND) diperoleh dari Laboratorium. Setelah

dilakukan uji HA menunjukkan titer virus mampu mengikat sel darah merah hingga

pada pengenceran 27. Kelinci disuntik AI. Hasil uji HA dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil uji HA lambat dan HA cepat

Pengujian yang pertama yaitu uji HA (Haemaglutinasi), dengan antigen yang

digunakan adalah AI. Antigen ini memiliki kemampuan yang dapat mengikat

(mengaglutinasi) sel darah merah pada unggas ataupun mamalia. Pada uji HA

terdapat uji secara cepat dan lambat. Pada uji HA cepat digunakan untuk mendekteksi

ada tidaknya virus, eritrosit yang digunakan 5%. Pada uji HA lambat merupakan

salah satu uji yang digunakan unutk mengukur titer antigen yang selanjutnya

digunakan untuk uji HI, dengan menggunakan mikroplate 96. Hasil dari praktikum

uji HA cepat dan lambat dapat dilihat pada gambar 1.

Page 10: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

Pada hasil praktikum ini didapat, pada uji HA cepat positif yang ditandainya

adanya aglutinasi dimana akan terlihat butiran-butiran seperti pasir diatas objek

glass, selanjutkan dilakukan uji HA lambat. Uji HA lambat teramati reaksi

hemaglutinasi pada pelat mikro. Titer virus yang diperoleh adalah 27 = 128 unit HA,

yang berarti di dalam 0,05 ml eritrosit terdapat virus 128 unit HA (unit HA adalah

satuan penghitungan virus yang mampu menghemaglutinasi eritrosit), artinya adalah

antigen yang diencerkan 64 kali masih mampu mengaglutinasi eritrosit 0,5%. Cara

hitung 4 HAU, setelah uji HA lambat didapat jumlah titer virus sebanyak 27 = 16HA

unit. Hasil tersebut dibagi 4, jadi 128/4 = 32. Jadi untuk mendapat virus 4 HA maka 1

bagian virus ditambah dengan 31 bagian PBS. Apabila telah mendapatkan 4 HAU,

maka langkah selanjutnya dapat dilakukan untuk membuat titer antigen stock

sehingga dapat digunakan untuk uji HI, dengan menggunakan serum yang berbeda.

Interpretasi dari data adalah jika titer virus tinggi maka prognosanya kurang

baik karena infeksi yang berjalan dalam tubuh berlangsung signifikan. Pada uji ini

bisa jadi reaksi aglutinasi yang terjadi sudah tidak akurat lagi karena pengamatan

dilakukan sudah agak lama setelah terjadinya proses reaksi aglutinasi sehingga bisa

jadi tercampur dengan reaksi elusi karena virus juga memiliki protein neuraminidase

yang mampu mengelusi reaksi aglutinasi yang sudah jadi.

Beberapa virus mampu mengaglutinasikan sel darah merah. Kemampuan ini

sebagai contoh dari aktivitas biologik dan aktivitas ini dapat dihambat oleh antibodi

tertentu. Sisi partikel virus yang spesifik dapat berinteraksi dengan reseptor

mukoprotein pada sel darah merah dan permukaan sel lain. Interaksi dari sisi reseptor

dan virion membuat aglutinasi sel darah merah menjadi tampak. Enzim virus

neuraminidase memecah ikatan antara virus dan sel, dan melepas keduanya ke dalam

larutan. Antigen adalah bagian virus yang mengandung ikatan dan antigen dari virus

digunakan untuk uji hemaglutinasi (Stephen, 1980).

Page 11: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

Beberapa virus memiliki virus-coded protein pada permukaannya yang mampu

berikatan dengan sel darah merah. Hal tersebut memungkinkan beberapa virus dapat

menghubungkan beberapa sel darah merah menjadi satu gumpalan (lattice).

Fenomena ini dinamakan hemaglutinasi, pertamakali dijelaskan oleh Hirst tahun 1941

(Fenner et al. 1974).

Virus yang dapat mengaglutinasi sel darah merah itu antara lain ortho- dan

paramyxovirus; alfa-, flavi-, dan bunyavirus; serta adeno-, reo-, parvo-, dan

coronavirus (Tizard 1988). Hemaglutinasi yang diakibatkan oleh virus influenza dan

paramoxovirus berbeda dengan virus lain kerana disertai dengan enzim

(neuraminidase). Neuraminidase ini yang menghancurkan reseptor glikoprotein

dengan bentuk yang berbeda (Fenner et al. 1974).

3.2 Uji HI ( Hambat Aglutinasi)

Hasil Uji HI

Hasil uji Hi menunjukkan titer antibody yang dihasilkan mencapai

pengenceran 29. Hasil uji HI dapat dilihat pada gambar 2.

Page 12: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

Pada uji lambat digunakan pelat mikro sebanyak 1 baris, pada uji HI lambat

control virus adalah lubang no 12 dan control serum adalah lubang no 11. Uji HI

mempunyai dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana untuk mengidentifikasi jenis

antigen tertentu dengan mereaksikannya terhadap antibodi homolog yang telah

diketahui dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekebalan ayam terhadap virus

tersebut. Kedua adalah untuk mengetahui jenis antibodi dan titernya, dengan cara

mereaksikan serum yang ingin diketahui jenis antibodinya dengan antigen standar

yang telah diketahui (Kusumawardhani 2008). Titer antibodi yaitu pengenceran

tertinggi dari serum yang masih mampu menghambat reaksi aglutinasi eritrosit.

Pada praktikum digunakan virus 4 HA yaitu virus yang sudah mengalami

pengenceran 3 x dengan cara mencampur 1 bagian virus dengan 3 bagian pengencer.

Setelah 30 menit kemudian diadakan pembacaan dengan cara memiringkan lubang

45º. Hasil positif ditunjukkan dengan endapan eritrosit yang terbentuk di dasar tabung

karena hemaglutinasi dihambat, sedangkan hasil negatif ditunjukkan dengan tidak

adanya endapan, yang berarti eritrosit terhemaglutinasi.

Pada uji HI ini diperoleh hasil sumuran yang tidak terjadi endapan

(hemaglutinasi dihambat) adalah sumuran 1 s.d sumuran 9, titer virus yang didapat

adalah 29 = 256 unit HI yang artinya di dalam 0,025 ml serum terdapat 512 unit

antibodi yang mampu menghambat hemaglutinasi. Jika titer antibodi terhadap virus

tinggi maka prognosanya baik karena tubuh mempunyai respon yang baik dalam

upaya untuk mengatasi gangguan infeksi.

Hemaglutinasi inhibisi test (HI), digunakan untuk mengidentifikasi virus

spesifik dan untuk menghitung level antibodi dalam serum (Tizard 1988).Uji HI

menghambat aglutinasi sel darah merah oleh virus dengan cara virus diikat oleh

antibodi yang homolog sehingga tidak dapat melekat pada reseptor membran sel

darah merah. Dengan demikian aglutinasi sel darah merah tidak terjadi.

Zat haemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau bakteri tersebut

bersifat antigenik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesifik. Antibodi

yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan menghambat terjadinya aglutinasi

darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus. Uji HI menggunakan reaksi

Page 13: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu menentukan diagnose penyakit

secara laboratorium dan mengetahui status kekebalan tubuh (titer antibodi). Prinsip

kerja dari uji HI adalah mereaksikan antigen dan serum dengan pengenceran tertentu

sehingga dapat diketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dalam

serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi eritrosit. Uji HI merupakan metode uji

serologis yang mudah dilakukan dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat

(Kusumawardhani 2008).

3.3 Uji AGPT

Hasil Uji AGPT

Uji AGPT dilakukan sebanyak dua kali yaitu, uji AGPT pada kelinci yang

divaksin AI dan uji AGPT pada ayam yang divaksin IB. Hasil uji AGPT dapat dilihat

pada gambar 3. Keterangan: 1. Serum, 2. Antigen, 3. Garis Presipitasi.

Teknik imunodifusi merupakan salah satu cara untuk menganalisa keberadaan

antibodi. Salah satu tekniknya adalah Agar Gel Presipitation Test (AGPT). Uji ini

menggunakan teknik presipitasi (pengendapan) antigen oleh antibodi yang sesuai. Uji

ini bersifat kualitatif yaitu dapat mengetahui keberadaan antibodi spesifik antigen

atau tidak. Interaksi antigen-antibodi invitro yang merupakan dasar imunokimia

terdiri dari kategori primer dan katekori sekunder. Interaksi antibodi-antigen sekunder

dapat mengakibatkan presipitasi, sehingga Agar Gel Presipitation Test (AGPT)

termasuk dalam kategori ini. AGPT merupakan teknik imunopresipitasi yang banyak

dipakai untuk mengukur titer antigen atau antibodi. Walaupun uji ini kurang peka

1

2

3

Page 14: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

dibandingkan dengan uji pengikatan primer, namun relatif mudah dilakukan

(Anonim(4) 2010).

Uji Presipitasi Agar atau nama lainnya adalah Double Immunodiffusion

Test atau Ouchterlowy’s Test bertujuan untuk mengetahui apakah serum atau

antibody yang ditest merupakan antibodi spesifik terhadap virus yang digunakan yang

telah diketahui. Uji ini dapat pula digunakan untuk mengetahui virus spesifik yang

dapat bereaksi dengan antibodi yang telah diketahui. Jadi proses reaksinya dapat

dibalik. Pada uji agar gel presipitasi digunakan media purified agar semisolid.

Prinsipnya adalah adanya ikatan antara antibody spesifik dengan antigen.

Uji ini menggunakan selapis media agar yang dilubangi. Kemudian kedalam

sumur-sumur tersebut masing-masing diisi dengan antigen dan serum atau kuning

telur yang mengandung antibodi pereaksi. Antigen dan antibodi akan merembes,

berdifusi disekitar sumur secara radial.

Setelah diamati didapat hasil, untuk serum ayam dan kelinci yang perlakuan

antigen yang tidak diencerkan memperlihatkan hasil yang positif dimana terdapat

garis presipitasi. Hal ini dikarenakan antibodi dan antigen bereaksi secara spesifik

akan terbentuk kompleks antigen-antibodi yang mengendap dan terbentuk garis putih

pada gel yang disebut garis presipitasi (Agrios 2005).

Pada perlakuan antigen yang diencerkan memberikan hasil yang negatif dimana

tidak terjadi garis presipitat diantara sumuran. Hal ini dapat terjadi karena

konsentrasi virus atau antigen tidak seimbang, dan bisa juga disebabkan karena

antibodi yang digunakan bukan merupakan antibodi spesifik, sehingga pita-pita akan

terus terbentuk tetapi larut dan tidak mengendap dalam kecepatan yang sama

sehingga tidak teridentifikasi. Keberhasilan uji ini ditentukan oleh  keseimbangan

konsentrasi antigen dan antibodi, jarak antara sumuran, kedalaman sumuran,  pH yang

sesuai,  suhu (370C), kelembaban (70 – 80%).

Kelembaban harus sesuai untuk interaksi virus dengan antibodi. Jika

kelembaban rendah maka agar akan cepat kering sehingga pori – pori mengecil dan

antigen –antibodi tidak bisa bereaksi dan difusi tidak bisa berjalan secara maksimal.

Suhu yang cocok juga harus dipertimbangkan karena suhu dapat berpengaruh

Page 15: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

terhadap kelembaban, suhu yang baik adalah suhu kamar antara 27- 300 C dan sesuai

dengan suhu dimana virus dapat bertahan dan survive.

Perbandingan antigen dengan antibodi merupakan faktor penting dalam reaksi

presipitasi. Pembentukan presipitat terjadi apabila antara konsentrasi antigen dan

antibodi tercapai keseimbangan. Kondisi antigen berlebihan akan mengakibatkan

melarutnya kembali komplek yang terbentuk, sedangkan antibody berlebihan

mengakibatkan komplek antigen-antibodi tetap ada dalam larutan. Hal pertama

disebut postzone effect dan yang kedua disebut prozone effect (Anonim(4) 2010).

Selain itu, konsentrasi agar menentukan lebarnya pori – pori, sehingga menentukan

kemampuan difusi dari antigen dan antibodi, sedangkan pH akan mempengaruhi

kestabilan struktur antigen antibodi yang keduanya merupakan protein.

3.4 Purifikasi IgY

Imunoglobulin Y (IgY) banyak ditemukan pada serum dan telur (Carlander,

2002; Raj et al., 2004). Secara filogenetik IgY tidak serupa dengan IgG mamalia (Raj

et al., 2004) namun ia memiliki fungsi biologis yang sama dengan IgG mamalia

(Warr et al., 1995). Molekul IgY ditransportasikan ke telur sama dengan transfer IgG

mamalia melalui plasenta. Molekul IgY pada kuning telur yang baru menetas.

Antibodi dalam sebutir telur berisi sama dengan antibodi yang dihasilkan sekali

pemanenan darah kelinci. IgY sangat stabil pada kondisi normal. IgY dapat disimpan

selama 10 tahun pada suhu 4° C, selama 6 bulan pada suhu kamar, dan satu bulan

pada suhu 37,4° C tanpa ada penurunan aktivitas antibodi (Raj et al., 2004). Shin et

al. (2002) menyatakan bahwa IgY stabil pada suhu 40° C, dan hanya kehilangan 20%

aktivitasnya pada pemanasan dengan suhu 60° C selama 10 menit, stabil pada pH 4

sampai 8, serta memiliki konsentrasi 9,4 mg/ml kuning telur.merupakan maternal

antibodi yang diturunkan pada ayam

Pada praktikum ini proses purifikasi IgY dari telur ayam menggunakan

kloroform dan PEG 6000. Kloroform dapat digunakan untuk mengekstraksi

komponen yang tidak larut dalam air seperti lemak (Anonim, 2014). Pencampuran

Page 16: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

kuning telur dengan kloroform dimaksudkan untuk menghilangkan lemak yang ada

pada kuning telur. Setelah disentrifus suspensi protein berada pada lapisan atas dan

pengotor – pengotor berada pada lapisan bawah. Langkah selanjutnya mengambil

bagian supernatan tersebut dan menambahkan PEG 6000. Pemberiah PEG berfungsi

untuk mempresipitasikan IgY (Wibawan et al., 2010). Pemberian ammonium sulfat

juga berfungsi untuk mempresipitasikan IgY. Proses berikutnya adalah dilakukan

dialisis dengan menggunakan membrane nitroselulosa (gambar 4).

Page 17: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan terhadap praktikum ini maka dapat ditarik

kesimpulan,

1. Uji HA menunjukkan titer virus mampu mengikat sel darah merah hingga

pada pengenceran 27.

2. Uji HI menunjukkan titer antibodi yang dihasilkan mencapai pengenceran 29.

3. Uji AGPT terdapat garis presipitasi pada kedua sampel serum pada larutan

dan antigen yg tidak diencerkan.

4. IgY yang didapat dengan penambahan ammonium sulfat dan penggunaan

membran nitrosellulosa sebagai dialisis.

Page 18: PRINSIP UJI SEROLOGIS.docx

DAFTAR PUSTAKA

Beard, C. W.;1989 Influenza dan Serologic Procedure, dalam A Laboratory manual for the Isolation and Indentification of Avian Pathogens, Third Edition. Kendall/Hunt Publish Company. Hal.: 110-113 dan 192-200.

Easterday, B.C., V.S Hinshaw and D.A. Halvorson. 1997. Influenza: Diseases of Poultry. B.w. Calnek, H.J. Barnes, C.W. Beard, L.R. Mcdougald and Y.M. Saif (ed.). Iowa, USA. pp. 583-595.

Grimes, S.E. 2002. A Basic laboratory manual for the small scale production and testing of 1 – 2 Newcastle Disease Vaccine. FAO Regional Office for Asia and the Pacific.

Raj GD, Latha B, Chandrasekhar MS, Thiagarajan V, 2004. Production, Characterization and Application of Monoclonal Antibodies Against Chicken IgY. Veterinarski Arhiv. 74: 189–199.

Warr GW, Magor KE, Higgins DA, 1995. IgY: Clues to the Origins of Modern Antibodies. Immunology Today. 16: 392–8.

Wibawan IWT, Laemmler CH, 1992. Relationship Between Group B Streptococcal Serotypes and Cell Surface Hidrophobicity. J. Vet. Med. 39: 376–382.

Shin JH, Mierha Y, Seung Woo N, Jung Taik K, Na Hye M, Won-Gi B, IM Hwan R, 2002. Use of Egg Yolk-Derived Immunoglobulin as an Alternative to Antibiotic Treatment for Control of Helicobacter pylori Infection. J. Clin. & Diag. Lab. Imun. 9: 1061–1066.