Produktivitas Primer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekologi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSumber air ialah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk di dalam pengertian ini ialah mata air, sungai, situ, waduk, danau, dan muara. Sumber air ini merupakan salah satu sarana penting dalam bidang budidaya. Untuk mendukung semua kegiatan budidaya, maka perairan lentik yang digunakan sebagai sumber air harus selalu memenuhi persyaratan baik parameter fisik, kimia, dan biologi. Salah satu indikator penentu untuk mengetahui kualitas perairan yang memenuhi persyaratan tersebut ialah nilai produktivitas primer (Antik, dkk, 2007).Setiap ekosistem atau komunitas, atau bagian-bagian lain memiliki produktivitas dasar atau disebut produktivitas primer. Pengertian produktivitas primer adalah kecepatan penyimpanan energi potensial oleh organisme produsen melalui proses fotosintesis dan kemosintesis (pemanfaatan hasil sintesis) dalam bentuk bahan-bahan organik dapat digunakan sebagai bahan pangan. Dalam konsep produktivitas, faktor satuan waktu sangat penting, karena sistem kehidupan adalah proses yang berjalan secara sinambung. Selain waktu, faktor ruang merupakan faktor penting yang menentukan produktivitas suatu ekosistem. Contoh: produktivitas hutan tropis alam di Semenanjung Malaya lebih tinggi daripada hutan iklim sedang di Inggris. Di Malaya hutan tumbuh sepanjang tahun tanpa waktu istirahat, sesuai dengan iklim tropis. Di Inggris, hutan hanya pada musim semi dan musim panas ( 5 bulan) (Siberu, 2002).Produktivitas primer merupakan laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesis oleh fitoplankton. Dalam tropik level suatu perairan fitoplankton merupakan produsen utama perairan (Odum, 1996). Produktivitas primer sering diasumsikan sebagai jumlah karbon yang terdapat dalam material hidup. Tinggi rendahnya produktivitas primer dapat diketahui dengan melakukan pengukuran biomassa plankton (fitoplankton) dan klorofil-a (Baksir,1999). Produktivitas suatu perairan ditentukan oleh beberapa faktor meliputi cahaya, nutrien, suhu, jenis fitoplankton. Ketersediaan cahay secara kuantitatif dan kualitatif tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), letak geografis, kedalaman, awan, inklinasi matahari, material terlarut dalam air, partikel tersuspensi dalam air. Intensitas cahaya mempengaruhi tinggi rendahnya aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton. Pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas fotosintesis dapat ditunjukkan dalam grafik kuadratik, yang berarti jika intensitas cahaya terlalu tinggi akan mengurangi produksi energi oleh fotosintesis (Andriani, 2007). Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton dipengaruhi oleh kandungan nutrien di dalam badan perairan. Laju pertumbuhan fitoplankton tergantung pada ketersediaan nutrien, terutama unsur N dan P (Andriani, 2007). Suhu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer suatu perairan. Secara langsung, suhu perperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton. Tingginya suhu memudahkan penyerapan nutrien bagi fitoplankton (Effendi, 2003).Produktivitas harus diukur selama waktu yang tepat, karena terdapat perbedaan metabolisme selama siang dan malam hari. Perbedaan metabolisme juga terjadi antar musim, oleh sebab itu disarankan pengukuran energi ini dalam skala tahunan. Beberapa cara penentuan produktivitas primer adalah metode Panen, metode Pengukuran Oksigen, metode Karbon dioksida, metode pH, pengukuran berkurangnya bahan mentah, metode Radioaktivitas, dan metode Klorofil (Widyaleksono, 2012).Oleh sebab itu, dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas primer pada perairan di sungai belakang Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya dengan menggunakan metode botol terang dan botol gelap.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap kadar fotosintesis pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA?2. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap kadar respirasi pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA?3. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas primer pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA?4. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas total pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA?C. Tujuan1. Untuk mendeskripsikan pengaruh intensitas cahaya terhadap kadar fotosintesis pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA.2. Untuk mendeskripsikan pengaruh intensitas cahaya terhadap kadar respirasi pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA.3. Untuk mendeskripsikan pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas primer pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA.4. Untuk mendeskripsikan pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas total pada air di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA.D. HipotesisHa: Semakin tinggi intensitas cahaya maka produktivitas primer semakin tinggi. H0: Semakin tinggi intensitas cahaya maka produktivitas primer semakin rendah.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

Ekosistem merupakan kumpulan dari komunitas. Ekosistem terbentuk karena adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, atau interaksi antara komponen biotik dan komponen abiotik. Interaksi tersebut terkait dengan hubungan saling membutuhkan antar sesama makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. (Anonim, 2011)Sungai ialah aliran air besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, contohnya sebagai pengendali banjir, sebagai pengairan lahan pertanian, sebagai tempat untuk mendapatkan air, dan sebagainya. Salah satu bentuk ekosistem yaitu pada sungai yang terdapat di belakang Fakultas Teknik UNESA, perairan sungai tersebut terdiri dari faktor abiotik (fisika dan kimia) dan faktor biotik (produsen, konsumen, dan dekomposer). Faktor-faktor tersebut membentuk suatu hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. (Barus, 2004)Cahaya matahari merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya matahari hanya dapat diserap oleh organisme tumbuhan hijau dan organisme fotosintetik. Energi cahaya tersebut digunakan untuk mensintesis molekul anorganik menjadi molekul organik yang kaya energi. Molekul tersebut selanjutnya disimpan dalam bentuk makanan dalam tubuhnya dan menjadi sumber bahan organik bagi organisme lain yang heterotrof. Ditinjau dari aspek kebutuhannya, interaksi bagi makhluk hidup umumnya merupakan upaya mendapatkan energi bagi kelangsungan hidupnya diantaranya meliputi pertumbuhan, pergerakan , reproduksi dan pemeliharaan.Sebagai salah satu indikator penentu dalam mengetahui kualitas perairan yaitu dengan uji produktivitas primer. Produktivitas adalah laju penambatan atau penyimpanan energi oleh suatu komunitas dalam ekosistem. Produktivitas primer merupakan laju pada masa energi pancaran disimpan oleh kegiatan fotosintesis atau khemosintesis organisme-organisme produsen (terutama pada tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan pangan. Menurut Erwin (2011), beberapa produktivitas dapat diketahui secara berurutan sesuai dengan peristiwa pembentukannya, yaitu :a. Produktivitas primer kotor :Laju total dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang habis digunakan dalam respirasi selama waktu pengukuran, dikenai sebagai fotosintesis total atau asimilasi total.b. Produktivitas primer bersih :Penyimpanan bahan organik di dalam jaringan-jaringan tumbuhan kelebihannya dari proses respirasi oleh tumbuhan-tumbuhan selama jangka waktu pengukuran, dikenal sebagai apparent fotosintesis atau asimilasi bersih.c. Produktivitas komunitas :Laju penyimpanan bahan organik yang tidak digunakan oleh heterotrof (yakni produktivitas bersih penggunaan heterotrof). Pada jangka waktu yang telah bersangkutan, biasanya pada musim pertumbuhan atau setahun.d. Produktivitas sekunder :Laju penyimpanan energi pada tingkat konsumen. Produktivitas sekunder tidaklah dibagi atau dibedakan lagi menjadi jumlah kotor dan bersih.Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energy persatuan luas persatuan waktu (J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Pada produktivitas primer suatu ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof fotosintetik yang terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan (standing crop biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju di mana organisme-organisme mensintesis biomassa baru.(Campbell et al., 2002) Dalam produktivitas primer terjadi reduksi karbondioksida dengan atom hidrogen dari air untuk menghasilkan gula sederhana yang selanjutnya akan membentuk molekul organik yang lebih kompleks dengan menggunakan energi matahari yang telah ditangkap oleh klorofil. Laju sintesis bahan organik dan perubahan produktivitas primer dapat dihitung dengan teknik pengukuran laju fotosintesis yang didasarkan pada reaksi fotosintesis. Produktivitas primer dapat dilukiskan misalnya pada laju produksi oksigen, laju penggunaan CO2 atau air maupun perubahan konsentrasi bahan organik yang terbentuk.Terdapat beberapa metode pengukuran produktivitas primer suatu perairan menurut (Campbell, 2002), antara lain:1. Metode PanenCara ini di tentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan tersebut. Dapat dinyatakan secara langsung berat keringnya atau kalori yang terkandung, tetapi keduanya dinyatakan dalam luas dan priode waktu tertentu. Metode ini mengukur produksi komunitas bersih. Metode penuaian ini cocok dan baik pada ekosistem daratan untuk vegetasi yang sederhana.2. Metode Pengukuran OksigenOksigen merupakan hasil dari fotosintesis, sehingga ada hubungan erat antara produktivitas dengan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan. Oksigen ini juga dimanfaatkan oleh tumbuhan tersebut dalam proses respirasi, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan produktivitasnya. Metode ini sangat cocok dalam menentukan produktivitas primer ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai produsennya.3. Metode KarbondioksidaKarbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan dapat dipergunakan sebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam hal ini seperti juga pada metode penentuan oksigen proses respirasi harus diperhitungkan. Metode ini cocok untuk tumbuhan darat dan dapat dipakai pada suatu organ daun, seluruh bagian tumbuhan dan bahkan satu komunitas tumbuhan. Ada dua teknik utama yaitu : metode ruang tutup dan ruang aerodinamika.4. Metode pHMetode ini digunakan pada ekosistem perairan. Pada ekosistem perairan pH air merupakan fungsi dari kadar karbondioksida terlarut. Metode ini baik dilakukan di laboratorium karena mudah untuk dikontrol. 5. Pengukuran berkurangnya bahan mentahMetode ini baik dilakukan pada ekosistem perairan. Metode ini mengukur produksi bersih komunitas.6. Metode RadioaktivitasMateri aktif yang dapat diidentifikasi radiasinya dimasukkan dalam sistem. Contohnya karbon aktif (C14) dapat diintroduksi melalui suplai karbondioksida yang selanjutnya diasimilasikan oleh tumbuhan dan dipantau untuk mendapatkan perkiraan produktivitas. Teknik ini sangat mahal dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi memiliki kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat dipakai dalam berbagai tipe ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap ekosistem. 7. Metode KlorofilProduktivitas berhubungan erat dengan jumlah klorofil yang ada. Rasio asimilasi untuk tumbuhan atau ekosistem ialah laju dari produktivitas pergram klorofil. Konsentrasi klorofil dapat ditentukan berdasarkan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengekstraksi pigmen tumbuhan.Produktivitas primer pada ekosistem perairan lentik (berarus tenang) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :1. Suhu Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari wilayah kutub ke ekuator. Adanya suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Suhu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara langsung berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, berperan dalam membentuk stratifikasi kolam perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.2. Cahaya Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer.Pada ekosistem terestrial seperti hutan hujan tropis memiliki produktivitas primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiryanto, 2001). Sedangkan pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.3. pH (Derajat Keasaman) :Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH yang sangat rendah juga akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik. Namun, pada pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan tergangu, dimana kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme. Derajat keasaman perairan tawar berkisar dari 5-10. Setiap organisme mempunyai pH yang optimum bagi kehidupannya. (Barus, 2004)4. DO (Dissolved Oxygen) : Banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan Disolved oxygen (DO). Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang penting di dalam ekosistem perairan, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air.Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi. Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologi organisme air terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mg O2/l cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg O2/l (Barus, 2004).5. Nutrien :Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrien anorganik, ada yang membutuhkan jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrien spesifik atau nutrien tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrien spesifik yang demikian disebut nutrien pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient pembatas utama.Cahaya dan nutrien melimpah terjadi pada produktivitas di laut. Terdapat paling besar di perairan dangkal dekat benua dan di sepanjang terumbu karang. Produktivitas primer persatuan luas laut terbuka relatif rendah karena nutrien anorganik, khusunya nitrogen dan fosfor terbatas ketersediaannya di permukaan. Di tempat yang dalam dimana nutrien melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis. Sehingga fitoplankton, berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke atas membawa nitrogen dan fosfor ke permukaan.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis PraktikumPraktikum ini bersifat observasi karena dalam penelitian ini tidak membutuhkan variabel.

B. Waktu dan tempat penelitianPraktikum produktivitas primer ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 September 2014 dan bertempat di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA pada pukul 14.10-14.15 WIB untuk pengambilan sampel air botol Winkler terang, pengukuran DO awal di Laboratorium Ekologi UNESA pada pukul 14.15-14.30 WIB, perendaman sampel air botol Winkler gelap di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA pada pukul 14.10-16.10 WIB, perendaman sampel air botol Winkler terang di sungai belakang Fakultas Teknik UNESA pada pukul 14.30-16.30 WIB, pengukuran DO botol Winkler gelap dan terang di Laboratorium Ekologi UNESA pada pukul 16.10-16.40 WIB.

C. Alat dan Bahana. Alat1. Botol Winkler terang1 buah2. Botol Winkler gelap1 buah3. Tali rafiasecukupnya4. Erlenmeyer 250 ml1 buah5. Pipet ukur 5 ml1 buah6. Statif dan klem1 buahb. Bahan1. Larutan MnSO42. Larutan KOH-KI3. Larutan H2SO4 pekat4. Larutan amilum 1%5. Larutan Na2S2O3 0,025 N6. Sampel airD. Langkah Kerjaa. Pengambilan sampel air dan peletakan botol sampel.1) Mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winkler gelap dan terang di sekitar permukaan air dan terkena cahaya matahari. Menutup masing-masing botol sewaktu di dalam air dan memastikan tidak ada gelembung udara di dalam botol.2) Mengikat botol Winkler gelap dengan tali rafia agar mudah mengambil kembali. Botol Winkler terang diambil ke Laboratorium untuk diukur BOD awalnya, sedangkan botol Winkler gelap direndam di dasar sungai yang terkena cahaya matahari selama 2 jam.3) Setelah botol Winkler terang diukur BOD awalnya, kemudian botol Winkler terang juga direndam selama 2 jam.b. Pemeriksaan kadar oksigen terlarut.1) Memeriksa kadar oksigen dari botol terang dan botol gelap.c. Pengukuran kandungan oksigen dengan metode Winkler.1) Membuka botol Winkler, air hasil tampungan diberi MnSO4 sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah permukaan air sehingga tidak menimbulkan gelembung.2) Menambahkan 2 ml KOH-KI dengan cara yang sama.3) Menutup botol Winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5 menit.4) Membiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut dengan sempurna dengan ditandai timbulnya endapan di dasar botol.5) Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan atas botol tanpa menyertakan endapan kemudian menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan pipet ukur.6) Menutup botol dan dibolak-balikkan sehingga endapan larut dan larutan menjadi berwarna kuning kecokelatan.7) Untuk satu botol Winkler, mengambil larutan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer masing-masing sebanyak 100 ml, larutan siap dititrasi dengan Na2S2O3.8) Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna kuning muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan.9) Memasukkan 20 tetes amilum 1% hingga larutan menjadi biru muda.10) Memasukkan Na2S2O3setetes demi setetes ke dalam Erlenmeyer sambil mengaduk-aduk hingga larutan yang awalnya berwarna biru muda tepat menghilang. Menghitung volume Na2S2O3yang diteteskan ke dalam Erlenmeyer.11) Urutan dititrasi lagi hingga warna biru hilang Na2S2O3 yang digunakan pada langkah 8-10 dijumlahkan.

E. Rancangan Percobaan

Sampel air Botol gelap awal dan akhirSampel air Botol terang awal dan akhirDitetesi 2 mL MnSO4Ditetesi 2 mL KOH- KIDitutupi, dibolak-balik selama 5 menitDiberi 10 tetes Amilum 1%Dititrasi dengan Na2S2O3Menghitung DOMengendap 2 ml H2SO4 pekat Kuning tua Kuning mudaDititrasi dengan Na2S2O3Kuning muda Menghitung Produktivitas primer & produktivitas total

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. HasilTabel 4.1 Hasil perhitungan produktivitas primer sampel air sungai Fakultas Teknik UNESANo. Pengamatan Nilai Keterangan

1.DO awal (mg/L)0,46

2.DO akhir botol terang (mg/L)0,46

3.DO akhir botol gelap (mg/L)0,39

4.Fotosintesis 0

5.Respirasi-0,07

6.Produktivitas primer0,07

7.Produktivitas total-0,07

Ket: DO: dissolving oksigen

B. Analisis data Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan dengan menghitung kadar DO awal dan akhir dari sampel air yang didapat dari sungai belakang Fakultas Teknik UNESA, dapat dihitung lebih lanjut sehingga didapatkan nilai fotosintesis, respirasi, produktivitas primer dan produktivitas total. Pada perhitungan DO awal didapatkan nilai DO sebesar 0,46 mg/L. Nilai tersebut didapatkan karena volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi adalah sebesar 0,7 mg/L.Pada perhitungan nilai DO akhir pada botol winkler terang didapatkan volume titran yang sama dengan DO awal yaitu 0,7 mg/L sehingga nilai DO akhir botol winkler terang sama yaitu sebesar 0,46 mg/L. Sedangkan pada perhitungan nilai DO akhir pada botol winkler gelap mengalami penurunan yaitu sebesar 0,39 mg/L. Hal tersebut diakibatkan karena volume titran saat dilakukan titrasi juga mengalami penurunan yaitu sebesar 0,6 mg/L. Setelah mengetahui nilai DO awal, DO akhir untuk botol winkler gelap dan terang kemudian dilakukan perhitungan untuk fotosintesis, respirasi, produktivitas primer dan produktivitas total.Pada perhitungan nilai fotosintesis yaitu dengan menghitung selisih DO akhir botol terang dan DO awal sehingga didapatkan nilai sebesar 0 ppm. Pada perhitungan nilai respirasi yaitu mengurangkan nilai DO akhir botol gelap dengan nilai DO awal sehingga didapatkan hasil -0,07 mg/L. Nilai produktivitas primer didapatkan dari hasil penguraangan fotosintesis dan respirasi sehingga didapatkan nilai sebesar 0,07 mg/L. sedangkan untuk menghitung nilai produktivitas total yaitu dengan menjumlahkan nilai fotosintesis dan respirasi yaitu sebesar -0,07.

C. Pembahasan Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa DO awal nilainya sama dengan DO akhir botol terang. Hal tersebut kurang sesuai dengan teori dimana DO akhir botol terang lebih besar dari DO akhir botol gelap karena pada botol terang intensitas cahaya dapat menembus kedalam botol, sehingga fitoplankton yang terdapat dalam botol terang dapat melakukan proses kimiawi (fotosintesis dan respirasi). Namun karena praktikum dilakukan pada sore hari dimana cahaya matahari mulai menghilang (meredup) sehingga meskipun lama waktu pengamatan kurang lebih 2 jam tetapi didapatkan nilai DO yang sama dengan DO awal karena tidak terjadi fotosintesis dikarenakan kurangnya intensitas cahaya yang masuk.Sama halnya seperti yang terjadi pada botol winkler gelap dimana nilai DO nya lebih rendah dari DO awal karena proses fotosintesis yang terjadi berkurang disebabkan tidak adanya cahaya yang masuk. Selain itu juga suhu pada botol winkler gelap lebih rendah dibandingkan pada botol winkler terang sehingga menjadi penyebab berkurangnya fotosintesis.Kadar DO yang diperoleh sangat rendah hal ini menunjukkan rendahnya fitoplankton. Fitoplankton yang melakukan proses fotosintesis dapat mengubah zat anorganik dalam ekosistem menjadi energi yang dapat meningkatkan besar produktivitas primer suatu ekosistem perairan. Suhu di sungai ini juga cukup tingi, hal ini juga merupakan penyebab rendahnya kadar DO karena suhu yang tinggi meningkatkan evaporasi sehingga oksigen kadarnya akan menurun. Produktivitas primer yang didapat adalah 0,07 mg/L, hal ini menunjukkan bahwa fotosintesis yang terjadi tidak sebanding dengan proses respirasi dimana respirasi lebih tinggi. Produksi total di dalam air pada botol winkler merupakan besar fotosintesis yang dihasilkan produsen dan respirasi yang dilakukan oleh organisme dalam air tersebut, sedangkan produksi bersihnya merupakan besar fotosintesis dikurangi respirasi. Fotosintesis yang dilakukan dihitung dari selisish botol terang dan respirasi dihitung dari selisih botol gelap. Nilai produktivitas sebesar -0,07 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah senyawa-senyawa organik yang dihasilkan dan yang dipakai untuk kelangsungan hidup mikroorganisme yang ada didalamnya, tidak seimbang. Ketidak seimbangan itu terjadi karena jumlah mikroorganisme penghasil oksigen lebih banyak dibandingkan mikroorganisme lainnya.Metode pengukuran produktivitas primer yang dilakukan adalah metode winkler oksigen botol gelap dan terang. Pada metode botol gelap terang ini, perkiraan produktivitas dapat diketahui dari perubahan oksigen yang berisi contoh air setelah ditanam dalam jangka waktu tertentu pada perairan yang mendapat sinar matahari. Pada botol gelap yang tidak menerima cahaya matahari maka diduga hanya terjadi proses respirasi, sementara pada botol terang terjadi baik proses fotosintesis maupun respirasi. Dalam hal ini fotosintesis sebanding dengan respirasi. Pengukuran kadar DO (oksigen terlarut) awal diambil dari sampel air yang dimasukkan dalam botol Winkler terang.

BAB VSIMPULAN

A. SimpulanBerdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat diambil simpulan sebagai berikut :Semakin tinggi intensitas cahaya maka produktivitas primer semakin tinggi.

B. SaranSetelah melakukan praktikum produktivitas primer, penulis dapat menyarankan sungai yang diambil sampel airnya sebaiknya terkena cahaya matahari agar hasil yang diharapkan lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2011. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi. http://bayu3.blogdetik.comcategory/ilmu/. Diakses pada 24 September 2014 pukul 19.03 WIB.Antik ; Hartoko; suminto. 2007. Kualitas Perairan Di Sekitar BBPBAPJ Ditinjau dari Aspek Produktivitas Primer sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan. Jurnal Pasir Laut vol 2(2) : 1-17 Universitas Diponegoro.Andriani. 2007. Hubungan Produktivitas Fitoplankton dengan Biomass dan Nutrien N-P di perairan Pantai Kabupaten Luwu. Jurnal Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin vol 17 (3) : 193-202.Baksir, Abdurrachaman. 1999. Tesis Hubungan antara Produktivitas Primer Fitoplankton dan Intensitas Cahaya di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem AirDaratan. Medan: USU Press.Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. YogyakartaErwin. 2011. Produktivitas Perairan. http//www. http://naburjugolan-perikanan.com. Diakses pada tanggal 24 September 2014. Pukul 20.15 WIB.Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Siberu, Paskalis, Dr. M.Pd. 2002. Jurnal Pendidikan Penabur : Pembelajaran Ekologi. http://hal.125-132/pembelajaranekologi_2.pdf. Diakses pada 29 Mei 2012.Widyaleksono C.P, Trisnadi, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Ekologi Umum. Surabaya : Airlangga University Press.Wiryanto, A P. 2001. Produktifitas Primer Perairan Waduk Cengklik Boyolali. http://hal.125-132/pembelajaranekologi_2.pdf. Diakses pada 24 September 2014 pukul 20.30 WIB.

Laporan Produktivitas PrimerPage 1