18
PROFESI BIMBINGAN KONSELING KONSISTENSI MENAMPILKAN PERILAKU SESUAI DENGAN KODE ETIKA PROFESI OLEH: KELOMPOK 6 1. Ni Putu Rina Yuliyanti (1111011007) 2. I Nengah Budhi Saputra (1111011009) 3. Ni Luh Gede Mudiyathi Mawar Sari (1111011010) 4. I D A Asti Metayani (1111011030) 5. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032) 6. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038) JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012

Profesi Bk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Profesi Bk

PROFESI BIMBINGAN

KONSELING

KONSISTENSI MENAMPILKAN PERILAKU SESUAI

DENGAN KODE ETIKA PROFESI

OLEH:

KELOMPOK 6

1. Ni Putu Rina Yuliyanti (1111011007)

2. I Nengah Budhi Saputra (1111011009)

3. Ni Luh Gede Mudiyathi Mawar Sari (1111011010)

4. I D A Asti Metayani (1111011030)

5. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032)

6. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2012

Page 2: Profesi Bk

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat rahmat dan karunia-Nya dan juga usaha dari kami akhirnya kami dapat

menyelesaikan makalah sederhana yang berjudul “Konsistensi Menampilkan

Perilaku Sesuai dengan Kode Etika Profesi”.

Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd. selaku dosen pengajar mata kuliah Profesi

Bimbingan Konseling yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahannya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa, serta pihak

lain yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari

segi isi dan penyusunannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kami dalam

hal pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi

mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, April 2012

Penyusun

ii

Page 3: Profesi Bk

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3 Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kode Etik ........................................................................... 3

2.2 Fungsi Kode Etik ................................................................................. 4

2.3 Pengertian Kode Etik Bimbingan Konseling ........................................ 6

2.4 Dasar Kode Etik Bimbingan Konseling ................................................ 6

2.5 Contoh Penerapan Kode Etik ............................................................... 6

2.6 Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor .................................... 6

2.7 Informasi, Testing, dan Riset ............................................................... 7

2.8 Proses Pelayanan ................................................................................. 8

2.9 Hubungan Kelembagaan ...................................................................... 10

2.10 Konselor Praktik Mandiri dan Laporan Pihak Lain............................... 11

2.11 Kegiatan pada Profesi .......................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ................................................................................................. 14

3.2 Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Profesi Bk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral

dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan

diamankan oleh setiap professional. Profesi apapun itu yang bersifat professional

memiliki kode etiknya tersendiri. Dokter, Guru, Polisi, dll, memiliki kode etik

yang kompleks sesuai dengan tuntutan keprofesionalan masing-masing profesi.

Dan kode etik seorang konselor didasari oleh Pancasila, mengingat bahwa profesi

konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut

membina warga negara yang bertanggung jawab. Kode Etik Konselor berisi nilai,

sikap, keterampilan dan pengetahuan serta wawasan yang harus di miliki seorang

konselor, dimana Kode etik tersebut dijadikan landasan moral dan tingkah laku

konselor yang harus dicermin kan di dalam diri seorang konselor karena dasar dari

Kode Etik tersebut di landasankan pada Pancasila sehingga seorang konselor

harus mentaati dan serta wajib melaksanakan apa yang terdapat di dalam Kode

Etik Konselor tersebut.

1

Page 5: Profesi Bk

1.3.1. Rumusan masalah Dari latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Apa pengertian Kode Etik?

1.2.2. Apa fungsi Kode Etik ?

1.2.3. Apa pengertian Kode Etik Bimbingan Konseling?

1.2.4. Apa dasar Kode Etik Profesi Bimbingan Konseling?

1.2.5. Apa saja contoh penerapan Kode Etik?

1.2.6. Apa saja kualifikasi dan kegiatan profesional seorang konselor?

1.2.7. Apa saja informasi, Testing dan Riset?

1.2.8. Bagaimana proses pelayanannya?

1.2.9. Bagaimana hubungan Kelembagaannya?

1.2.10. Bagaimana Konselor Praktik Mandiri dan Laporan PIhak Lain?

1.2.11. Bagaimana kegiatan pada profesinya?

1.3.2. Tujuan Dari latar belakang tersebut didapatkan tujuan sebagai berikut:

1.3.1. Mengetahui pengertian Kode Etik

1.3.2. Mengetahui fungsi Kode Etik

1.3.3. Mengetahui pengertian Kode Etik Bimbingan Konseling

1.3.4. Mengetahui dasar Kode Etik Profesi Bimbingan Konseling

1.3.5. Mengetahui contoh Penerapan Kode Etik

1.3.6. Mengetahui kualifikasi dan kegiatan profesional seorang konselor

1.3.7. Mengetahui informasi, Testing dan Riset

1.3.8. Mengetahui Proses Pelayanan

1.3.9. Mengetahui Hubungan Kelembagaan

1.3.10. Mengetahui Konselor Praktik Mandiri dan Laporan Pihak Lain

1.3.11. Mengetahui kehiatan profesinya

2

Page 6: Profesi Bk

BAB II

PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kode Etik

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang

secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan

tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau

salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada

pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang

tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan

ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga

profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena

paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode

etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.

Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan

zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan

tuntutan zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak

sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah

dicantumkan. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing

profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru,

pustakawan, pengacara, Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena

melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk

Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Bila seorang dokter

dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis

Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan. Kode Etik Dapat

diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu

kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai

pedoman berperilaku.

Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara

atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik

menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam

3

Page 7: Profesi Bk

standar perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan

untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis. (Chung, 1981

mengemukakan empat asas etis, yaitu :

1. Menghargai harkat dan martabat

2. Peduli dan bertanggung jawab

3. Integritas dalam hubungan

4. Tanggung jawab terhadap masyarakat.

Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut

sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai

perdoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota

profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi., yaitu memanfaatkan

kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi kepentingan pribadi yang

betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364) mendefisikan bahwa

kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.

Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan,

aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun

tugas suatu profesi. Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan

Pola, Ketentuan, aturan karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak

menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi.

2.2. Fungsi Kode Etik Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan

dan pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang

dikemukakan Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada

kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi

masyarakat sebagai seorang professional. Biggs dan Blocher (1986 : 10)

mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :

1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.

2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.

3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

4

Page 8: Profesi Bk

Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi

kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :

1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,

masyarakat dan pemerintah.

3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih

bertanggung jawab pada profesinya.

4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang

menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.

Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur

hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan

masyarakat serta dengan misi tugasnya. Menurut Oteng Sutisna (1986 : 364)

bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai

penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam

mendidik peserta didik. Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut

terciptanya hubungan berupa helping relationship (Brammer, 1979), yaitu

hubungan yang bersifat membantu dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar

yang kondusif bagi perkembangan peserta didik. Dengan ditandai adanya perilaku

empati,penerimaan dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan

ketulusan serta kejelasan ekspresi seorang guru. Seorang guru apabila ingin

menjadi guru yang professional harusnya mendalami serta memiliki etika diatas

tersebut. Etika Hubungan garis dengan pimpinan di sekolah menuntut adanya

kepercayaan. Bahwa guru percaya kepada pimpinan dalam meberi tugas dapat dan

sesuai dengan kemampuan serta guru percaya setiap apa yang telah dikerjakan

mendapatkan imbalan dan sebaliknya bahwa pimpinan harus yakin bahwa tugas

yang telah diberikan telah dapat untuk dilaksanakan. Guru sangat perlu

memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk kepentingan pendidikan.

Guru juga harus menghayati apa saja yang menjadi tanggung jawab tugasnya.

5

Page 9: Profesi Bk

2.3. Pengertian Kode Etik Bimbingan Konseling Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral

dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan

diamankan oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia.

2.4 Dasar Kode Etik Profesi Bimbingan Konseling 1. Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan

usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut

membina warga negara Indonesia yang bertanggung jawab.

2. Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan

klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2.5. Contoh Penerapan Kode Etik 1. Kode Etik Guru

“Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik seutuhnya

dengan tujuan membentuk manusia pembangunan yang pancasila”. Inilah bunyi

kode etik guru yang dengan istilah “bebakti membimbing” yang artinya mengabdi

tanpa pamrih dan tidak pandang perrtama bulu dengan membantu (tanpa paksaan,

manusiawi). Istilah seutuhnya lahir batin, secara fisik dan psikis. Jadi guru harus

berupaya dalam membentuk manusia pembangunan pancasila harus seutuhnya

tanpa pamrih.

2. Kode Etik Guru Pembimbing/ Konselor Sekolah

“Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan kliennya”.

Apabila kode etik itu telah diterapkan maka konselor ketika berhadapan dalam

bidang apapun demi lancarnya pendidikan diharapkan memiliki kepercayaan

dengan clientnya dan tidak membuat konselinya merasa terseinggung.

2.6. Kualifikasi Dan Kegiatan Profesional Konselor 2.6.1 Kualifikasi

1. Memiliki nilai, sikap. ketrampilan, pengetahuan dan wawasan dalam

bidang profesi bimbingan dan konseling.

6

Page 10: Profesi Bk

2. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai

konselor.

1. Nilai, sikap, ketrampilan, pengetahuan dan wawasan yang harus dimiliki

konselor :

a. Konselor wajib terus-menerus berusaha mengembangkan dan

menguasai dirinya.

b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati,

sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat.

c. Konselor wajib memeiliki rasa tanggung jawab terhadap saran

ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan

seprofesi yang berhubungan dgn pelaksanaan ketentuan tingkah laku

professional.

d. Konselor wajib mengusahakan mutu kerja yang tinggi dan tidak

mengutamakan kepentingan pribadi termasuk material, finansial dan

popularitas.

e. Konselor wajib trampil dlm menggunakan tekhnik dan prosedur

khusus dgn wawasan luas dan kaidah-kaidah ilmiah.

2. Pengakuan Kewenangan

Untuk dapat bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian,

kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan

kepadanya oleh pemerintah.

2.7 Informasi, Testing dan Riset 1. Penyimpanan dan penggunaan Informasi.

a. Catatan tentang diri konseli seperti; wawancara, testing, surat-

menyurat, rekaman dan data lain merupakan informasi yang

bersifat rahasia dan hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan

konseli.

b. Penggunaan data/informasi dimungkinkan untuk keperluan riset

atau pendidikan calon konselor sepanjang identitas konseli

dirahasiakan.

7

Page 11: Profesi Bk

c. Penyampaian informasi tentang konseli kepada keluarganya atau

anggota profesi lain membutuhkan persetujuan konseli.

d. Penggunaan informasi tentang konseli dalam rangka konsultasi

dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan

asalkan kepentingan konseli dan tidak merugikan konseli.

e. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan

kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.

2. Testing

Testing merupakan suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang

berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.

a. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang

sifat, atau ciri kepribadian subyek untuk kepentingan pelayanan.

b. Konselor wajib mmebrikan orientasi yang tepat pada konseli dan

orang tua mengenai alasan digunakannya tes, arti dan

kegunaannya.

c. Penggunaan satu jenis tes wajib mengikuti pedoman atau petunjuk

yang berlaku bagi tes tersebut.

d. Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain baik

dari konseli maupun sumber lain.

e. Hasil testing hanya dapat diberitahukan pada pihak lain sejauh ada

hubungannya dengan usaha bantuan kepada konseli.

3. Riset

a. Dalam mempergunakan riset terhadap manusia, wajib dihindari hal

yang merugikan subyek.

b. Dalam melaporkan hasil riset, identitas konseli sebagai subyek

wajib dijaga kerahasiannya.

2.8 Proses Pelayanan

a. Hubungan dalam Pemberian Pelayanan

a. Konselor wajib menangani konseli selama ada kesempatan dalam

hubungan antara konseli dengan konselor.

8

Page 12: Profesi Bk

b. Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor,

meskipun proses konseling belum mencapai hasil konkrit.

c. Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan bila konseli

tidak memperoleh manfaat dari hubungan tersebut.

b. Hubungan dengan Klien

a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan

keyakinan konseli.

b. Konselor wajib menempatkan kepentingan kliennya diatas

kepentingan pribadinya.

c. Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar

suku, bangsa, warna kulit, agama, atau status sosial tertentu.

d. Konselor tidak akan memaksa seseorang untuk memberi bantuan

pada seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.

e. Konselor wajib memebri pelayanan kepada siapapun terlebih

dalam keadaan darurat atau banyak orang menghendakinya.

f. Konselor wajib memberikan pelayan hingga tuntas sepanjang

dikehendaki konseli.

g. Konselor wajib menjelaskan kepada konseli sifat hubungan yang

sedang dibina dan batas-batas tanggung jawab masing-masing

dalam hubungan professional.

h. Konselor wajib mengutamakan perhatian terhadap konseli.

i. Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada

sanak saudara, teman-teman karibnya sepanjang hubunganya

profesional.

c. Konsultasi Dan Hubungan Dengan Rekan Sejawat

1. Konsultasi dengan Rekan Sejawat

Jikalau konselor merasa ragu dalam pemberian pelayanan konseling, maka Ia

wajib berkonsultasi dengan rekan sejawat selingkungan profesi dengan seijin

konselinya.

2. Alih Tangan kasus

a. Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dengan konseli

bila dia menyadari tidak dapat memberikan bantuan pada konseli.

9

Page 13: Profesi Bk

b. Bila pengiriman ke ahli disetujui konseli, maka menjadi tanggung

jawab konselor menyarankan kepada konseli dengan bantuan

konselor untuk berkonsultasi kepada orang atau badan yang punya

keahlian yg relevan.

c. Bila Konselor berpendapat bahwa konseli perlu dikirm ke ahli lain,

namun konseli menolak pergi melakukannya, maka konselor

mempertimbangkan apa baik dan buruknya.

2.9 Hubungan Kelembagaan

a. Prinsip Umum

a. Prinsip Umum dalam pelayanan individual, khususnya mengenai

penyimpanan serta penyebaran informasi konseli dan hubungan

kerahasiaan antara konselor dengan konseli berlaku juga bila konselor

bekerja dalam hubungan kelembagaan

b. Jika konselor bertindak sebagai konsultan di suatu lembaga,Sebagai

konsultan, konselor wajib tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi

Bimbingan dan Konselor tidak bekerja atas dasar komersial.

b. Keterikatan Kelembagaan

a. Setiap konselor yang bekerja dalam siuatu lembaga, selama pelayanan

konseling tetap menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.

b. Konselor wajib memepertanggungjawabkan pekerjaannya kepada

atasannya, namun berhak atas perlindungan dari lembaga tersebut dalam

menjalankan profesinya.

c. Konselor yang bekerja dalam suatu lembaga wajib mengetahu program

kegiatan lembaga tersebut, dan pekrjaan konselor dianggap sebagai

sumbangankhas dalam mencapai tujuan lembaga tersebut.

d. Jika Konselor tidak menemukan kecocokan mengenai ketentuan dan

kebijaksanaan lembaga tersebut, maka konselor wajib mengundurkan diri

dari lembaga tersebut.

10

Page 14: Profesi Bk

2.10 Konselor Praktik Mandiri dan Laporan Pihak Lain

a. Konselor Praktik Mandiri

1. Konselor yang praktek mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan

kelembagaan tertentu, tetap mentaati kode etik jabatan sebagai konselor

dan berhak mendapat perlindungan dari rekan seprofesi.

2. Konselor Privat wajib memperoleh izin praktik dari organisasi profesi

yakni Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia disingkat ABKIN yang

merupakan organisasi profesi untuk para konselor di Indonesia. Asosiasi

ini memberikan lisensi melalui proses sertifikasi bagi para konselor

tertentu sebagai tanda bahwa yang bersangkutan berwenang

menyelenggarakan konseling dan pelatihan bagi masyarakat umum secara

resmi. Asosiasi ini didirikan pada tahun 2003 dalam kongres nasional di

Lampung seiring upaya memperkuat konselor sebagai suatu profesi

sebagai pengganti Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia yang merupakan

organisasi profesi yang menaungi petugas bimbingan dan konseling

sebelumnya. Organisasi profesi ini sejak pendiriannya sampai sekarang

masih dipimpin oleh Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata sebagai ketua

umumnya.

b. Laporan pada Pihak Lain

Jika Konselor perlu melaporkan sesuatu hal tentang konseli pada pihak

lain (seperti: pimpinan tempat dia bekerja), atau diminta oleh petugas suatu badan

diluar profesinya, dan ia wajib memberikan informasi tersebut, maka dalam

memberikan informasi itu ia wajib bijaksana dengan berpedoman pada suatu

pegangan bahwa dengan berbuat begitu konseli tetap dilindungi dan tidak

dirugikan.

2.11 Kegiatan Kepada Profesi

a. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban

a. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Konselor wajib

mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap konseli dan

profesi sesuai kode etik untuk kepentingan dan kebahagiaan konseli.

11

Page 15: Profesi Bk

b. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor

untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang

merugikan konseli, atau menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk

yang tidak wajar

b. Pelanggaran terhadap Kode Etik

a. Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya

bahwa ia mentaati kode etik.

b. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap pelanggaran terhadap

kode etik akan merugikan diri sendiri, konseli, lembaga dan pihak lain

yang terkait.

c. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan sangsi berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan oleh ABKIN

c. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Sering juga kita jumpai bahwa ada kalanya Negara mencapuri urusan-

urusan profesi. Sehingga hal-hal yang semula dapat meningkat menjadi peraturan

hukum atau undang-undang. Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya

sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang

memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi

perdata maupun sanksi pidana. Sebagai contoh jika ada seorang konselor bersaing

dengan tidak jujur atau curang dengan dapat dituntut di muka pengadilan. Pada

umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman

sikap, tingkah laku dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik

akan mendapat celaan dari rekan-rekannya. Sedangkan sanksi yang di anggap

terberat adalah si pelanggar di keluarkan dari organisasi profesi (ABKIN, 2005:

4).

d. Penghayatan Etika yang Kuat

Adanya bimbingan hati nurani yang menunjukan “garis-garis batas”

tindakan pada helper merupakan prasyarat kepercayaan orang terhadap mereka.

Rasa etik para helper, pada dasarnya berarti bahwa mereka berusaha

12

Page 16: Profesi Bk

menyeimbangkan antara rasa aman helper dengan ekspektasi masyarakat.

Misalnya, jika kepentingan rasa aman helpe diutamakan maka helper tidak akan

membocorkan informasi-informasi yang bersifat rahasia mengenai helpi kepada

orang lain yang tidak berkepentingan. Kelompok helper professional, seperti para

konselor memiliki kode etik untuk dipahami dan dipakaiserta dapat menimbulkan

kepercayaan masyarakat (Andi Mappiare 2004:9).

Untuk meningkatkan penghayatan etika konselor terhadap kode etikanya,

konselor perlu mempunyai etika dan tanggungjawab seorang konselor. Inti

tanggung jawab etika adalah berbuat tanpa merugikan klien atau masyarakat.

Di bawah ini merupakan etik dan tanggungjawab seorang konselor yaitu:

1. Pelihara kerahasiaan, hargai hak-hak dan rahasia pribadi klien.

2. Kenali keterbatasan anda.

3. Hindari menyatakan hal-hal detail yang tidak relevan.

4. Perlakukan klien sebagaimana anda ingin diperlukan.

5. Sadari perbedaan individu dan cultural.

13

Page 17: Profesi Bk

BAB III

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan

atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi,

bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan

anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional

suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai

professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian

kepada masyarakat. Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode

etik tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan

sebagai perdoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara

anggota profesi. Sehingga Kode Etik Bimbingan dan Konseling ;Merupakan

landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi,

diamalkan dan diamankan oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling

Indonesia. Dasar dari kode etik bimbingan dan konseling adalah , Pancasila,

mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan terhadap

sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang

bertanggung jawab.

3.2 Saran

Setelah mempelajari mengenai kosistensi menampilkan perilaku sesuai

dengan kode etika profesi, diharapkan kita yang merupakan calon-calon seorang

konselor dapat memiliki wawasan yang luas. Sehingga dalam pelaksanaan

bimbingan konseling landasan moral dan pedoman tingkah laku dalam

keprofesionalan seorang konselor didasari kode etik tersebut.

14