10
136 PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN KARAKTER SISWA PADA MATERI PANAS DAN PERPINDAHANNYA PADA KELAS 5 SEKOLAH DASAR Sofiana Hikmah 1) & Nur Ngazizah 2) Universitas Muhammadiyah Purworejo [email protected] ABSTRAK Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat ( recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan ( recite). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir yang tidak sekadar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemmpuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan menstransformasikan pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam supaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi yang baru dan itu semua tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Tingkat motivasi belajar dan kepercayaan diri peserta didik di SD Negeri Kepatihan masih 75% akan kemauan belajar di kelas. Pada tingkat keterampilan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam mengikuti pembelajaran IPA juga belum optimal. Di SD Negeri Kepatihan karakter yang ditanamkan kepada peserta didik belum maksimal terutama rasa kebersamaan terhadap teman sesama. Kata Kunci: HOTS (Higher Order Thinking Skills), Karakter, dan Pembelajaran IPA SD PENDAHULUAN Permendikbud No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Pasal 1 ayat 1 menyatakan kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 1 ayat 16 menyatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah

PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

136

PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS

DAN KARAKTER SISWA PADA MATERI PANAS DAN

PERPINDAHANNYA PADA KELAS 5 SEKOLAH DASAR

Sofiana Hikmah1) & Nur Ngazizah2)

Universitas Muhammadiyah Purworejo

[email protected]

ABSTRAK

Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi

yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan

kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir yang tidak sekadar

menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemmpuan

berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi,

dan menstransformasikan pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki

untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam supaya menentukan keputusan dan

memecahkan masalah pada situasi yang baru dan itu semua tidak dapat dilepaskan

dari kehidupan sehari-hari. Tingkat motivasi belajar dan kepercayaan diri peserta

didik di SD Negeri Kepatihan masih 75% akan kemauan belajar di kelas. Pada

tingkat keterampilan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran IPA juga belum optimal. Di SD Negeri Kepatihan karakter yang

ditanamkan kepada peserta didik belum maksimal terutama rasa kebersamaan

terhadap teman sesama.

Kata Kunci: HOTS (Higher Order Thinking Skills), Karakter, dan Pembelajaran

IPA SD

PENDAHULUAN

Permendikbud No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Pasal 1 ayat 1 menyatakan kurikulum pada Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014

disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Dijelaskan dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 2015 tentang perubahan

kedua atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional

pendidikan pasal 1 ayat 16 menyatakan kurikulum adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah

Page 2: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

137

Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Permendikbud No. 57 Tahun 2014

terdiri atas kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, silabus, pedoman mata

pelajaran dan pembelajaran tematik terpadu.

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam

yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk,

proses, dan sikap (Susanto Ahmad, 2019:177-179). Pertama, ilmu pengetahuan

alam sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan

dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan

kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain fakta-fakta, prinsip,

hukum, dan teori-teori IPA. Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses yaitu

untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Ketiga, ilmu

pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah dikembangkan dalam pembelajaran

sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan

dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya.

Kompetensi dan pemahaman guru terhadap tahapan bagaimana

memahami dan menjalankan proses pembelajaran dengan baik dan tepat dapat

mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Kemudian, apabila pembelajaran

diarahkan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi (HOTS) lagi yaitu mencipta

maka akan terbentuk perencanaan untuk menghadapi kemajuan dan persaingan

pada abad ke-21. Dimana keterampilan yang dibutuhkan manusia untuk bertahan

hidup pada abad ke-21 adalah memiliki keyakinan yang teguh, selalu mau belajar

(beradaptasi), mampu berkomunikasi dan melek teknologi, memiliki keahlian

professional, mampu menjadi problem solver, dan mampu berkolaborasi serta

peduli dengan sesame dan lingkungan.

KAJIAN PUSTAKA

HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Higher Order Thinking Skills merupakan suatu keterampilan berpikir

yang tidak hanya membutuhkan keterampilan mengingat, tetapi membutuhkan

keterampilan lain yang lebih tinggi. Indikator untuk mengukur Higher Order

Page 3: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

138

Thinking Skills meliputi keterampilan menganalisa (C4), mengevaluasi (C5), dan

menciptakan (C6) (Anderson & Krathwohl, dalam Wardhany, 2015:1). Higher

Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu

kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali

(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite) (Sutanto Purwadi,

2017:3). Higher Order Thinking Skills merupakan kemampuan untuk

menghubungkan, memanipulasi, dan mengubah pengetahuan serta pengalaman

yang sudah dimiliki secara kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan untuk

menyelesaikan masalah pada situasi baru (Dinni N.H, 2018:1). HOTS merupakan

kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif (Rahmawati

Nailur, 2018:1).

Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Karakter adalah sifat –

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

orang lain. Menurut Salahudin (2017: 42) berpendapat bahwa perngertian karakter

secara khusus adalah nilai-nilai yang baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,

nyata berkehidupan baik dan berdampak baik bagi lingkungan yang terpatri dalam

diri dan terwujud dalam perilaku. Karakter secara koheren memancarkan hasil

olahpikir, olahhati, olahraga, olahrasa dan karsa seseorang atau sekelompok

orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang

mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam menghadapi

kesulitan dan tantangan. Sedangkan menurut Aushop (2014: 7) berpendapat

bahwa pendidikan karakter adalah proses bimbingan peserta didik agar terjadi

perubahan perilaku, perubahan sikap, dan perubahan budaya yang akhirnya kelak

mewujudkan komunitas yang beradab. Ramdhani (2014: 29) menambahkan

bahwa implementasi pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan

pendidikan, artikel melakukan analisis hubungan antara implementasi pendidikan

karakter dengan lingkungan pendidikan.

Pembelajaran IPA SD

Sains adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi,

penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip

Page 4: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

139

sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2019). Hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya

(teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya. Produk sains

yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui

penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode sains atau metode ilmiah

(scientific methods), bekerja ilmiah (scientific inquiry) (Rustaman N, dkk.,

2010:1.5).

IPA merupakan rumpun ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya

(Wisudawati & Sulistyowati, 2014:22),. Pendapat lain dikemukakan oleh

(Samatowa, 2016:3) IPA atau science merupakan ilmu yang mempelajari tentang

peristiwa-peristiwa alam yang ada dan terjadi di alam ini. Ilmu Pengetahuan Alam

atau yang sering disebut IPA adalah pembelajaran yang menarik, karena di

dalamnya terdapat hubungan dengan alam dan lingkungan di sekitar kita. IPA

adalah studi tentang fenomena atau peristiwa alam yang terjadi di alam semesta

(Hakim & Syofyan, 2017:3).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur pengembangan LKS mengacu pada model Thaigarajan yang terdiri dari

empat tahap pengembangan, yaitu:

Tahap I. Define (pendefinisian)

Tahap pendefinisian (define) yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan, analisis

kurikulum, analisis tugas, dan analisis konsep. Adapun tahapannya dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Analisis kebutuhan

Langkah ini dilakukan di lapangan yaitu melakukan wawancara dengan guru

kelas V mengenai bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran tematik.

Adapun permasalahan yang dihadapi di kelas V dalam pembelajaran tematik

yaitu bahan ajar berupa LKS. LKS yang digunakan yang digunakan dalam

pembelajaran tematik belum sepenuhnya memberikan pengalaman belajar

baru untuk peserta didik, penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik

Page 5: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

140

belum menyeluruh karena LKS yang biasa digunakan hanya menekankan

aspek kognitif saja. Selain itu HOTS pada peserta didik kelas V SD juga

masih rendah. Hal tersebut dinilai berdasarkan aspek/ indikator pada HOTS.

Oleh karena itu pengembangan LKS berbasis HOTS terintegrasi karakter

perlu dikembangkan karena belum adanya LKS yang berbasis HOTS, dan

belum adanya LKS terintegrasi karakter. Tujuannya agar meningkatkan

HOTS, menanamkan karakter dan mempermudah guru menyampaikan materi

pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.

Penelitian ini tidak mengembangkan materi pembelajaran baru, tetapi

menggunakan materi yang telah ada pada kurikulum 2013 untuk dikemas

dalam bentuk LKS. LKS yang dihasilkan merupakan hasil telaah pustaka dari

buku tematik, hasil penelitian, artikel, internet serta sumber lain yang

terpercaya kebenarannya.

b. Analisis kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SD Negeri 1 Pangenrejo yaitu Kurikulum

2013. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran tematik. Analisis

kurikulum 2013 pada tema 6 Panas dan Perpindahannya.

c. Analisis Tugas

Berikut ini adalah penjabaran Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD)

dan Indikator pada tema 6 Panas dan Perpindahannya, Subtema 1 Suhu dan

Kalor dan Sub Tema 2 Perpindahan Kalor di Sekitar Kita. Penjabaran

Kompetensi Inti (KI) dan nilai karakter disajikan pada tabel 9, penjabaran

Kompetensi Dasar (KD), indikator, aspek HOTS dan nilai karakter subtema 1

disajikan pada tabel 10.

Tabel 1. Penjabaran Kompetensi Inti (KI) dan Nilai Karakter

Kompetensi Inti Nilai Karakter yang

Dikembangkan

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama

yang dianutnya.

Religius

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun,

percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab

dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,

guru, tetangga dan negara.

Religius

Nasionalis

Integritas

Page 6: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

141

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara

mengamati (mendengar, melihat, membaca)

dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu

tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah dan di sekolah.

Religius

Integritas

Mandiri

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam

bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam

karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia.

Mandiri

Gotong Royong

Nasionalis

Tabel 2 Penjabaran Kompetensi Inti, Indikator Aspek HOTS dan Nilai

Karakter Subtema 1 Suhu dan Kalor Pada Muatan Pelajaran

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Aspek HOTS Nilai

Karakter

3.3 Meringkas teks

penjelasan

(eksplanasi)

dari media

cetak atau

elektronik.

4.3 Menyajikan

ringkasan teks

penjelasan

(eksplanasi)

dari media

cetak atau

elektronik

dengan

menggunakan

kosakata baku

dan kalimat

efektif secara

lisan, tulis, dan

visual.

3.3.1 Menjelaskan

ciri-ciri teks

penjelasan

(explanation).

3.3.2Mengetahui

langkah-langkah

meringkas teks

bacaan.

4.3.1Membuat

ringkasan teks

penjelasan(explan

ation) dengan

tepat.

4.3.2 Menuliskan

ringkasan teks

penjelasan

dengan kosakata

yang tepat.

1. Berpikir

kritis

2. Berpikir

kreatif

1. Religius

2. Mandiri

3. Gotong

Royong

4. Integritas

d. Analisis konsep

Materi pada Tema 6 Panas dan Perpindahannya Subtema 1 Suhu dan

Kalor dan Subtema 2 Perpindahan Kalor di Sekitar Kita. Berikut

Page 7: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

142

merupakan peta konsep tema 6 Panas dan Perpindahannya Subtema 1

Suhu dan Kalor disajikan pada gambar 6.

Tahap II Desain (perancangan)

Tahap perancangan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan LKS berbasis

HOTS terintegrasi karakter. Perencanaan dilakukan dengan empat tahap, antara

lain sebagai berikut.

1) Mengumpulkan referensi

2) Mengumpulkan draf

3) Menyusun materi

4) Layout

Tahap III Development (pengembangan)

Tahap ini digunakan untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan

melalui penilaian dari Validasi ahli (expert apprasial) yang diikuti dengan revisi.

Suhu dan

Kalor

Bahasa Indonesia

Teks pejelasan (ekspalanasi)

dari media cetak atau

elektronik dan teks nonfiksi.

Aspek HOTS

1. Berpikir kritis

2. Berpikir kreatif

Nilai karakter

1. Religius

2. Mandiri

3. Gotong Royong

IPA

Perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

Aspek HOTS

1. Problem solving

2. Membuat keputusan

Nilai karakter

Mandiri

SBdP

Tangga nada dan lagu-

lagu daerah.

Aspek HOTS

1. Berpikir kreatif

2. Membuat keputusan

Nilai karakter

1. Nasionalis

2. Mandiri

Page 8: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

143

Tahap pengembangan meliputi: (1) validasi materi (produk) oleh para ahli materi

(2) validasi oleh pakar (3) validasi bahan ajar. Teknik menvalidasi atau menilai

kelayakan produk ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya.

Tahap IV Dessimination (desiminasi)

Pada penelitian ini hanya dilakukan penyebaran secara terbatas, yaitu dengan

menyebarluaskan dan mempromosikan produk akhir LKS secara terbatas di

sekolah dan pada kelas yang diujikan, untuk mengatahui respon peserta didik

terhadap LKS dan keterlaksanaan pembelajran menggunakan LKS.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap selama 2 bulan, sekitar

bulan Maret-April tahun ajaran 2019/2020 di SD Negeri 1 Pangenrejo yang

berada di Kecamatan Puworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Subjek

penelitian pada percobaan ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 1

Pangenrejo semester 2 yang terdiri dari 30 peserta didik di SD Negeri 1

Pangenrejo tahun ajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini meliputi metode observasi, metode wawancara, dan metode angket. Data yang

diperoleh dari penelitian ini berupa skor hasil dari pengisian lembar validasi

produk oleh validator untuk mengetahui kelayakan LKS yang telah

dikembangkan, skor dari lembar validasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas

menggunakan LKS yang telah dikembangkan dan skor hasil penilaian dari lembar

angket respon peserta didik, untuk mengetahui respon peserta didik terhadap

terhadap LKS yang dikembangkan. Instrumen pembelajaran meliputi Silabus dan

RPP. Instrumen penelitian meliputi lembar validasi, lembar respon peserta didik,

dan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Teknik analisis data meliputi uji

validitas dan uji reliabilitas.

SIMPULAN

Pembelajaran IPA yang menekankan budaya berpikir kritis yang memberi nuansa

teknologi, lingkungan, dan masyarakat serta pembelajaran IPA yang mengacu

pada masa depan, sehingga dihasilkan peserta didik kompeten. Pembelajaran IPA

yang demikian sudah memenuhi harapan dari Kurikulum 2013 yaitu pendekatan

Page 9: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

144

tematik terpadu yang terorganisir dalam tema-tema. Pengembangan LKS pada

pembelajaran IPA berbasis HOTS di kelas V terintegrasi pada karakter.

DAFTAR PUSTAKA

_______________Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2019) (Aplikasi). Online.

Aushop, A. Z. (2014). Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil,

Cendekia Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 7.

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan

Kemampuan Literasi Matematika. Program Pascasarjana: Univeritas Negeri

Semarang.

Rahmawati, N. (2018). Pembelajaran Bahasa Arab: Menuju Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab IV.

Universitas Negeri Semarang.

Ramdhani, M .A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi

Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut Fakultas

Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X:

bandung, 28-37.

Rustama, N., dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas

Terbuka

Salahudin, A. & Irwanto, A. (2017). Pendidkan Karakter Berbasis Budaya dan

Agama. Cet 2. Bndung: CV Pustaka Setia.

Sani, A. R. (2019). Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Tangerang: Tira Smart

Samatowa, U. (2016). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. PT. Indeks.

Sofyan & Hakim. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Belajar IPA Di Kelas IV

SDN Kelapa Dua 06 Pagi Jakarta Barat. Journal of Elementary Education.

Vol.1 (4) pp. 249-263.

Sudarsana, I. K. (2016). Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui

Pendidikan Alam Terbuka. 195-166.

Susanto, A. (2019). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi

kedua. Jakarta: Prenadamedia.

Sutanto, P. (2017). Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan

Kebudayaan.

Page 10: PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN …

145

Wardany, K., dkk. (2015). Penyusunan Instrumen Tes Higher Order Thinking

Skill Pada Materi Ekosistem SMA Kelas X. Makalah disajikan dalam

Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Wisudawati A.W. & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.

Jakarta: Bumi Aksara.