Upload
hoangmien
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester Genap
SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar LampungTahun Pelajaran 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh
LINA YUNITA SARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAMPEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester Genap SD Negeri 1Gedung Meneng, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
Lina Yunita Sari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kerjasama siswa kelas IV dan
kelas V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar
Lampung dan mengetahui pola kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan
menggunakan teknik sampling jenuh sehingga siswa kelas IV dan V dari SD
Negeri 1 Gedung Meneng diambil sebagai subjek penelitian. Jenis data penelitian
ini adalah data kualitatif berupa kemampuan kerjasma siswa dilihat berdasarkan
kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah, dan rendah yang diperoleh
dari lembar observasi dan angket siswa, kemudian hasil pola kerjasama diperoleh
melalui video. Hasil lembar observasi dan angket siswa kemudian dihitung dalam
bentuk persentase dengan analisis data deskriptif.
iii
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran IPA pada SD Negeri 1 Gedung
Meneng profil kemampuan kerjasama sudah mencapai dalam kriteria “tinggi”.
Hal ini dapat dilihat dari hasil lembar observasi tingkat kemampuan kerjasama
yakni pada aspek taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase
73%. Sedangkan hasil dari angket kemapuan kerjasama siswa yakni pada aspek
taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 72%. Hasil video
terbentuklah pola kerjasama siswa pada pembelajaran IPA yaitu pola kerjasama
langsung (Directed Cooperation).
KataKunci: Pembelajaran IPA, Kemampuan Kerjasama, Profil dan PolaKerjasama.
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAMPEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester GenapSD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
LINA YUNITA SARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Labuhan Batin pada tanggal 25 Januari
1995, merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, putri dari
Bapak Matnur dengn Ibu Sami Atun. Alamat Labuhan
Batin Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji. Nomor
HP penulis/ email: 082186753150/
Penulis telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri 1
Labuhan Batin pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP MMT
Labuhan Baru diselesaikan pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 1 Way Serdang pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Unila melalui jalur PMPAP. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah
melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Bandung-Jakarta-Bogor pada
tahun 2014. Pada tahun 2015, penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMA Negeri 1 Ngambur sekaligus melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Pekon Negeri Ratu, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup ditepijalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah”
(Abu Bakar Sibli)
Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri apa-apa yangkita peroleh, turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin
tunduk dan makin bersyukur kepada yang menciptakan kita AllahSWT.
( HR. Thabrani )
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yangterdekat..”
(QS. Asy-Syu’ara: 214)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulispersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihkuyang tulus kepada:
Orang TuaAyahku, Matnur dan Ibuku Sami Atun tercinta yang
menjadi kebangaan terbesar dihidupku, selalumemberikan semangat serta senantiasa mencurahkankasih sayang tiada terhingga untukku, memberikan
kekuatan dan menjadi motivasi bagiku untukmenyelesaikan studi. Aku akan selalu berusaha untuk
menjadi kebanggaan Ayah dan ibu. Terimakasih untukMamah Samini yang telah memberikan dukungan dan
selalu memberikanku semangat serta memberikanpengertian dan menjadikanku pribadi yang kuat.
Saudara-saudaraAyuk dan adik-adikku serta keluargaku yang telah
memberi dukungan dan doa untukku.
Almamater tercinta, Kampus Hijau UniversitasLampung.
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur terhatur kepada ALLAH SWT atas
segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V
Semester Genap SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2015/2016). Skripsi ini penulis susun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana
pendidikan pada program studi pendidikan biologi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembahas atas arahan dan saran yang sangat berharga;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas keikhlasannya memberi
bimbingan dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini;
5. Rini Rita T Marpaung, S. Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II dan pembimbing
akademik atas keikhlasannya memberi bimbingan dan bantuan hingga
terselesaikannya skripsi ini;
6. Seluruh dosen Pendidikan Biologi FKIP Unila atas ilmu yang telah diberikan;
7. Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA;
xii
8. Kepala sekolah, guru dan staf SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandarlampung
atas kerjasamanya dalam membantu penulis melaksanakan penelitian;
9. Tim skripsi sekaligus sahabatku(Indri Puspita, Ratna Yuningsih dan Nurul
Rofiqotus) yang selalu bersama memberikan dukungan dalam perjalanan dan
pengerjaan penelitian;
10. Teman-teman Biologi angkatan 2012 atas perjuangan bersama selama
menjalani pendidikan;
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;
Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan memberikan karunia-NYA kepada
kita serta membalas segala kebaikan dan kebahagiaan yang telah kalian berikan
untukku. Amin.
Bandar Lampung, Februari 201Penulis
Lina Yunita Sari
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6F. Kerangka Pikir ....................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar .................................................... 10B. Karakter di Sekolah Dasar .................................................................... 20C. Kemampuan Kerjasama.......................................................................... 22
III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 30B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 30C. Desain Penelitian .................................................................................. 30D. Prosedur penelitian ................................................................................ 31E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 32F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ..................................................................................... 38B. Pembahasan ........................................................................................... 43
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan................................................................................................ 62B. Saran...................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa ................. 702. Kisi-kisi Angket Tentang Kerjasama Siswa .......................................... 713. Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pelaksanaan
Kegiatan Pembelajaran ......................................................................... 724. Keterangan dan Kriteria Skor ................................................................ 735. Angket Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA………………..... 746. Pola Kerjasama Dalam Pembelajaran IPA............................................. 757. Wawancara Guru ................................................................................... 768. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa
Dalam Pelaksanaan KBM ..................................................................... 799. Rubrik Penilaian Angket Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA . 80
10. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 8111. Tabulasi Profil Kerjasama Berdasarkan Lembar Observasi ................. 8512. Tabulasi Profil Kerjasama Berdasarkan Angket Siswa.......................... 8513. Tabulasi Pola Kerjasama Siswa ............................................................. 8614. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IV ....................................... 8715. Silabus Kelas IV ................................................................................... 12916. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IV .................................... 14517. Silabus Kelas IV ................................................................................... 15918. Surat Penelitian .................................................................................... 17319. Surat Balasan Penelitian ...................................................................... 174
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa............... 33
2. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang Kerjasama Siswa ............................ 34
3. Daftar Pertanyaan Wawancara............................................................. 35
4. Kriteria Tentang Kemampuan Kerjasama Siswa ................................. 37
5. Profil Kemampuan Kerjasama ............................................................. 39
6. Profil Kemampuan Menurut Siswa...................................................... 40
7. Pola Kerjasama Siswa .......................................................................... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka Pikir…………………… ..................................................... 92. Anggota kelompok memberikan peran aktif terhadap tugas................ 443. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan ............................. 454. Setiap anggota kelompok memberikan kritik dan saran ...................... 455. Setiap anggota saling menghargai pendapat orang lain, kelompok
ataupun kelompok lain ......................................................................... 466. Saling membantu dalam mengerjakan tugas........................................ 477. Meminta orang lain untuk ikut berperan terhadap tugas ..................... 478. Menyamakan pendapat antar siswa dalam kelompok ......................... 489. Setiap anggota tetap berada dalam kelompok...................................... 4910. Menerima keputusan yang disepakati secara bersama-sama ............... 4911. Ketua kelompok memutuskan hasil diskusi secara bersama-sama ...... 5012. Anggota diberi kesempatan bertanya atau berpendapat oleh ketua
kelompok.............................................................................................. 5013. Menyamakan pendapat antar siswa dalam kelompok.......................... 5214. Setiap anggota berada dalam kelompok............................................... 5215. Menerima keputusan yang disepakati secara bersama-sama ............... 5316. Ketua kelompok memutuskan hasil diskusi secara bersama-sama ...... 5317. Anggota diberi kesempatan bertanya atau berpendapat oleh ketua
kelompok.............................................................................................. 5418. Setiap anggota kelompok memberikan peran aktif terhadap tugas yang
diberikan............................................................................................... 5419. Bertanggung jawab terhadap tugas yang dibeikan............................... 5520. Setiap anggota kelompok memberikan kritik dan saran ...................... 5521. Menyamakan pendapat antar siswa dalam kelompok.......................... 5722. Ketua kelompok memutuskan hasil diskusi secara bersama-sama ...... 5723. Anggota diberi kesempatan bertanya atau berpendapat oleh ketua
kelompok.............................................................................................. 58
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional di Abad-21 salah satunya adalah semakin bertautnya
dunia ilmu dan teknologi, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin
cepat. Terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dunia
pendidikan, telah mengakibatkan semakin meleburnya dimensi “ruang dan
waktu” yang selama ini menjadi faktor penentu kecepatan dan keberhasilan
penguasaan manusia terhadap ilmu dan teknologi. Berbagai upaya dalam
rangka peningkatan mutu pendidikanpun senantiasa dilakukan, disesuaikan
dengan perkembangan situasi dan kondisi, serta era yang terjadi (BSNP,
2010: 39).
Terkait dengan berbagai fenomena, serta paradigma dan tujuan pendidikan
nasional di Abad-21, berbagai tantangan yang tanggap terhadap era
globalisasi, yang meliputi: Pergeseran paradigma pendidikan, penyiapan
kompetensi sumber daya manusia, tantangan prodi TP (teknologi
pendidikan/pembelajaran) terkait dengan pendidikan, tantangan yang terkait
dengan pengembangan kurikulum 2013 sebagai upaya penyesuaian terhadap
tantangan pendidikan, dan tantangan Profesi TP Terkait dengan Implementasi
Kurikulum 2013 (Mukminan, 2014: 6).
2
Upaya menghadapi berbagai tantangan di abad 21 diperlukan suatu
kerjasama. Kerjasama adalah satu bentuk partisipasi untuk memperoleh
pengertian, dukungan kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat umum.
Partisipasi tersebut antara lain berujud bantuan administrasi secara langsung
dan tidak langsung yang mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Adanya kerjasama sekolah dengan masyarakat sebagai usaha untuk
mewujudkan tujuan pemerintah dalam pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan itu harus ada hubungan yang
harmonis antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Wiranti (2012)
mengemukakan bahwa kerjasama kelompok sangat diperlukan dalam suatu
organisasi atau perusahaan supaya dapat saling berhubungan dan bekerja
sama. Melalui kerjasama kelompok siswa mendapatkan hasil yang lebih baik.
Selain itu, kerjasama kelompok memberikan semangat, kepuasan dan
kebahagiaan bagi para anggota kelompok dan keberhasilan kelompok dapat
diraih melalui saling membantu antara anggota kelompok.
Kerjasama dapat ditanamkan melalui pendidikan formal dan nonformal,
karena pendidikan dapat membangun keterampilan dalam melakukan
komunikasi efektif, berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah (Lie,
2005). Salah satu mata pelajaran yang dapat melatih kerjasama adalah mata
pelajaran IPA. Pembelajaran IPA merupakan proses pembelajaran subjek
didik dalam mempelajari peristiwa yang terjadi dialam melalui serangkaian
proses ilmiah sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan
(BSNP, 2006: 22).
3
Namun kenyataannya, sikap kerjasama di sekolah antar siswa belum terjalin
dengan baik, masih banyak terjadi aksi kekerasan, termasuk tawuran
dikalangan pelajar. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak terjadi di
sebuah Sekolah Dasar Kebayoran Lama Utara, peristiwa terjadi saat
perlombaan menggambar yang diselenggarakan oleh perusahaan makanan
ringan sekolah tersebut, diawali dengan saling ejek kemudian terjadilah
perkelahian antar korban dan pelaku sehingga korban terjatuh dan dibawa
kepuskesmas Kebayoran Lama. Namun akhirnya korban dirujuk ke Rumah
Sakit Fatmawati pada pukul 18.45 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia
(Kompas, 2015). Selain itu, perkelahian antar siswa terjadi di SD Negeri
Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Perkelahian ini bermula
dari perselisishan antar siswa yang merupakan teman sekelas yang
mengakibatkan korban luka cukup serius dan berujung kematian
(Tribunnews, 2014).
Usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif memudahkan
para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta
maju bersama pula, inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini.
Pembelajaran kolaboratif berdampak positif dalam meningkatkan keaktifan
siswa, baik dari ranah afektif maupun psikomotorik (Widodo, 2013). Belajar
kolaboratif mengacu kepada metode pembelajaran di mana siswa dengan
berbagai kemampuan dan pengalaman bekerja bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil
bersama dalam proses belajar (Utomo, 2011).
4
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembelajaran kolaboratif yang
dilakukan oleh Funali, 2014 menunjukan bahwa pembelajaran kolaboratif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas
kerjasama yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor siswa
dalam observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran disiklus I dan
siklus II. Hasil penelitian menunjuka bahwa hasil belajar siswa dari 60,15
(nilai rata-rata sebelum penelitian) menjadi 69,12 (siklus I) menjadi 81,64
(siklus II). Begitupun dengan ketuntasan klasikal meningkat dari ketuntasan
62,5% pada siklus I menjadi 87,5% pada siklus II.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV dan
kelas V SD Negeri 1 Gedung Meneng Kec Rajabasa, yang mana kelas IV dan
kelas V hanya terdiri dari satu kelas, dengan jumlah siswa kelas IV 29 siswa
dan kelas V berjumlah 23 siswa. Dalam kegiatan pembelajaran metode yang
digunakan oleh guru adalah metode ceramah dan diskusi.
Dengan adanya kerjasama antar siswa proses pembelajaran akan
mendapatkan hasil yang lebih baik, karena siswa lebih diberikan kesempatan
untuk berbicara, mengemukakan pendapat serta dapat menyampaikan ide-ide
yang berbeda-beda pada setiap siswa. Sikap kerjasama dapat dibentuk sejak
SD karena pendidikan SD adalah masa dimana anak akan membentuk sikap
yang bertanggung jawab dan kreatif. Berdasakan hal-hal yang telah
disampaikan, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Profil
Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaan IPA Sekolah Dasar Negeri
1 Gedung Meneng Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana profil kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung?
2. Bagaimana pola kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini untuk mendeskripsikan:
1. Profil kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam pembelajaran IPA di
SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung
2. Pola kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam pembelajaran IPA di
SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Memberikan wawasan atau gambaran jika kelak menjadi guru untuk
melatih kemampuan kerjasama pada siswa, terlebih melatih kemampuan
kerjasama dalam pembelajaran IPA.
6
2. Siswa
Dapat meningkatkan kemampuan kerjasama, mampu mengungkapkan
pendapat, serta menumbuhkan interaksi antar siswa terutama dalam
pembelajaran IPA.
3. Guru
Memberikan wawasan serta informasi untuk melatih keterampilan
kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
4. Sekolah
Memberikan informasi dalam perbaikan proses pembelajaran serta untuk
meningkatkan mutu pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA.
E. Ruang Lingkup
Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,
maka dikemukakan beberapa batasan, yaitu :
1. Profil kerjasama merupakan keterampilan kerjasama yang harus dimiliki
oleh setiap individu dalam kelompok. Profil kerjasama yang diukur
meliputi aspek (a) menggunakan kesepakatan, (b) berada dalam tugas, (c)
mendorong partisipasi, (d) mengundang orang lain, (e) menghormati
perbedaan individu, (f) menghargai kontribusi, (g)mengambil giliran dan
berbagi tugas, (h) berada dalam kelompok, dan (i) menyelesaikan tugas
tepat waktunya. Untuk mengukur profil kerjasama digunakan alat ukur
berupa angket yang diberikan kepada siswa. Selain angket yang diberikan
kepada siswa, dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi
7
dan rekaman video untuk mengamati bagian kerjasama siswa dalam
kelompok pada pembelajaran IPA.
2. Pola kerjasama adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap
anggota kelompok. Beberapa pola kerjasama sebagai berikut: (a)
Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation), (b) Kerjasama Langsung
(Directed Cooperation), (c) Kerjasama Kontrak (Contractual
Cooperation), dan (d) Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation).
3. Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan
mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.
Materi IPA di sekolah dasar pada semester genap untuk kelas IV
mencangkup gaya; energi panas dan bunyi; energi alternatif; permukaan
bumi dan benda langit; lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap
daratan; sumber daya alam. Untuk materi IPA kelas V semester genap
mencangkup hubungan gaya; gerak dan energi; sifat-sifat cahaya; tanah
dan pembentukan tanah; struktur bumi; air; dan sumber daya alam.
4. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IVdan V semester genap di SD
Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
F. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika ada kerjasama antar siswa.
Kerjasama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal dari
pada bekerja sendirian. Untuk melihat bagaimana kemampuan kerjasama
siswa dalam pembelajaran, ada beberapa penerapan seperti bahan ajar dan
metode. Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
8
kegiatan belajar mengajar dikelas. Metode adalah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Kurikulum merupakan penyangga utama dalam
proses pembelajaran. Proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar,
kondusif, dan aktif apabila pendidikan dijalankan degan baik sesuai dengan
kurikulum. Guru sebagai fasilitator akan berhasil jika dalam merancang
proses belajar mengajar dilakukan dengan benar yang sesuai dengan langkah-
langkah yang sistematis.
Pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013 yaitu menggunakan tema
terpadu, makna terpadu dalam pembelajaran IPA adalah adanya keterkaita
antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam kompetensi dasar IPA
sehingga melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran. Pada hakikatnya
IPA memiliki tiga kompoen utama dalam sebuah pembelajaran seperti sikap,
proses dan produk. Dalam pembelajaran IPA siswa dituntut harus memiliki
sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, tekun, teliti, bertanggung jawab, mahir,
kerjasama, kreatif, dan jujur, sehingga melahirkan satu atau beberapa tema
pembelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar
pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efesien.
Kurikulum 2013 tidak hanya kompetensi pengetahuan dan keterampilan saja
yang tampak, melainkan kompetensi sikap keagamaan dan sikap sosial.
Selain kurikulum 2013, model pembelajaran yang bersifat student center
sangat penting untuk digunakan guru sebagai strategi pembelajarn guna untuk
mencapai suatu pembelajaran yang baik dan memuaskan. Model-model
9
pembelajaran yang bisa meningkatkan interaksi siswa dalam proses
pembelajaran dikelas yaitu model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
Kedua model pembelajaran ini sangat perkaitan satu sama lain, model
pembelajaran tersebut siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan akademik
dan kemampuan sosial. Dari beberapa pengaruh diatas maka dapat
terciptanya kerjasama pembelajaran IPA disekolah dasar. Dengan
bekerjasama yang dilakukan didalam kelas diharapkan lebih menghasilkan
hasil belajar yang maksimal karena dalam kerjasama siswa berperan sendiri
dan dapat mengembangkan ide-ide yang kreatif. Selain itu siswa dapat
menggali informasi yang lebih banyak. Dengan pola belajar yang demikian
diharapkan aktivitas kerjasama siswa dalam pembelajaran dapat meningkat
dan hasilnya lebih baik dengan melakukan kerjasama yang baik.
Untuk memperjelas isi dari kerangka pikir, dapat dilihat pada bagan dibawah
ini :
Gambar 1. Skema kerangka pikir terkait kemampuan kerjasama siswa dalampembelajaran IPA
Pembelajaran IPAKurikulum
IklimKelas
Kemampuan KerjasamaSiswa dalam
Pembelajaran IPA
Guru Metode Bahan Ajar
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar
yaitu SD dan SMP. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu membutuhkan
profesionalisme guru yang memadai. Guru harus memiliki cukup ilmu dalam
menyampaikan pengetahuan IPA secara utuh (Sudaryono dkk, 2013).
Departemen pendidikan Nasional (dalam Indriati, 2012: 192) menjelaskan
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.
Sebelum membahas tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran IPA
dilaksanakan khususnya di Sekolah Dasar, kita perlu mengkaji beberapa
permasalahan pembelajaran IPA yang terjadi di lapangan saat ini (Wuryastuti,
2008), antara lain:
1. Dalam proses pembelajaran di sekolah saat ini tidak atau belum memberi
kesempatan maksimal kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Hal ini disebabkan gaya belajar guru yang selalu mendrill siswa untuk
11
menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep
tersebut.
2. Bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan
permasalahan pokok yang timbul di masyarakat, terutama yang berkaitan
dengan perkembangan teknologi dan kehadiran produk-produk teknologi
di tengah-tengah masyarakat, serta akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mengembangkan dan
menyelaraskan bahan ajar sains dengan perkembangan teknologi setempat
dan permasalahnnya yang berkaitan dengan bahan kajian yang tercantum
dalam kurikulum.
3. Keterampilan proses belum nampak dalam pembelajaran di sekolah
dengan alasan untuk mengejar target kurikulum.
4. Pelajaran IPA yang konvensional hanya menyiapkan peserta didik untuk
melanjutkan studi yang lebih tinggi, bukan menyiapkan SDM yang kritis,
peka terhadap lingkungan, kreatif, dan memahami teknologi sederhana
yang hadir di tengah-tengah masyarakat.
Pembelajaran IPA yang demikian sudah memenuhi harapan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yaitu pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya
bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas
anak, efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan.
Darmodjo dan Kaligis (1993: 7), pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat
IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada
pendekatan empiris dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari,
12
dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode
kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan
analisis rasional. Pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA
sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan
sikap ilmiah.
1. IPA sebagai Proses
Iskandar (1997: 5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Ditinjau dari tingkat
kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan psroses IPA dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan
keterampilan proses terintegrasi (integrated skills) (Dimyati dan Moejiono,
2006: 16). Keterampilan-keterampilan proses dasar menjadi dasar untuk
keterampilan-keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks.
Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis keterampilan
proses terintegrasi) maka orang tersebut harus memiliki keterampilan
mengukur (jenis keterampilan proses dasar).
2. IPA sebagai Produk
Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan
analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk-
bentuk produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang
benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sementara itu
13
Djojosoediro, 2010 mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat
suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau
kejadian.
3. IPA sebagai Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1997: 11)
sikap-sikap ilmiah meliputi: (a) obyektif terhadap fakta; ( b) tidak tergesa-
gesa mengambil kesimpulan; (c) berhati terbuka artinya bersedia
menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut
bertentangan dengan penemuannya sendiri; (d) tidak mencampur-adukkan
fakta dengan pendapat; (f) bersikap hati-hati; (g) sikap ingin menyelidiki
atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi (Djojosoediro, 2010: 27).
Sanjaya, 2008 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum oprasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi
dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki
tanggung jawab yang memadai (Wiyana, dkk. 2013: 240).
Karakteristik KTSP sebagai pemberian otonomi luas kepada sekolah dan
satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi,
kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta team-kerja yang
14
kompak dan transparan. Masing-masing karakteristik menurut Mulyasa,
2008: 28-31) tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
1. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, KTSP
memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengembagkan kurikulum sesuai
dengan kondisi setempat. Melalui otonomi daerah yang luas sekolah dapat
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan
partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung
jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara
proporsional, dan profesional.
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, dalam KTSP
pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang
tua yang tinggi. Masyarakat dan orang tua menjalin kerjasama untuk
membantu sekolah sebagai nara sumber pada berbagai kegiatan sekolah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional, kepala sekolah dan
guru-guru sebagi tenaga pelaksanaan kurikulum merupakan orang-orang
yang memiliki kemampuan dan integritas profesional.
4. Team-kerja yang kompak dan transparan, dalam dewan pendidikan dan
komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara
harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan
suatu sekolah yang dapat dibanggakan oleh semua pihak.
15
Secara umum tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan
menurut Widuri, 2012: 8) diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidkan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelolah dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan
dicapai.
Metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada kurikulum 2013, Kurniasih
(2014: 43) menyatakan ada beberapa metode pembelajaran yang dapat
membuat peserta didik aktif dan tentunya dapat dijadikan acuan pada proses
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 metode (PBL), Bud dan Feletri (dalam
Rusman, 2012) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
inovasi yang paling siknifikan dalam pendidikan. Margeston (dalam Rusman,
2012) mengemukakan bahwa pembelajaran PBL membantu untuk
meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam
pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran PBL
memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja
kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding
16
pendekatan yang lain (Rusman, 2012: 230-240). Beberapa landasan prinsip
pengguna PBL dan e-learning adalah :
a. Menggunakan masalah yang riil untuk membangkitkan motivasi;
b. Mengondisikan lingkungan kaitannnya dengan informasi global;
c. Mendorong proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e-learning;
d. Menekankan pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan daripada
bahan belajar;
e. Menyediakan sistem dalam kolaborasi;
f. Optimis dalam menggunakan struktur yang fleksibel; dan
g. Mengembangkan evaluasi dan kritik terhadap sumber informasi.
Selain metode pembelajaran PBL, ada juga metode pembelajaran kelompok
(cooperative learning) sering digunakan dalam setiap kegiatan belajar
mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apabila jika metode yang
diterapkan sangat memadai untuk pengembangan peserta didik. Metode yang
dapat diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode
yang dapat diterapkan antara lain : proyek kelompok, diskusi terbuka,
bermain peran (Mendikbud, 2012: 17). Ada beberapa teknik dalam metode
Cooperative learning diantaranya : teknik mencari pasangan, bertukar
pasang, jigsaw, berfikir berpasangan berempat dan lain-lain. Teknik Jigsaw
dan berfikir berpasangan berempat adalah metode yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang (Rofiq, 2010).
17
Metode pembelajaran inkuiri atau penemuan adalah proses mental dimana
siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat
kesimpulan dan sebagainya (Hamalik, 2001: 219). Sutrisman (1987: 639),
model inkuiri adalah model belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat
dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inkuiri yang ideal
dalam kelas terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip baru melalui
bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru.
Peran utama guru dalam pelajaran inkuiri sebagai moderator. Soemantri
(2000: 142), pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajarannya,
2. Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan
pelajarannya,
3. Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya,
4. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan proses
bahan pelajarannya,
5. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan
pengalaman belajarnya, dan
6. Melatih peserta didik menggali dan memanfaaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar yang tidak ada habisnya.
18
Sanjaya (2006) , Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode inkuiri
yaitu : (a) inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar, (b) seluruh aktifitas siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self Belief), dan (c)
inkuiri mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan
kritis,atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
prosesmental.
Widyantini, 2014 menjelaskan bahwa Metode Project Based Learning (PjBL)
adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai
presentasi. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah siswa
menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, siswa menemukan pemahaman
dalam proses menyelidiki, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya,
menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis dan terampil menyelidiki,
menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia nyata,
otentik dan isu-isu.
Sanjaya (2006) model inkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan
utama model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir.
19
Sehingga model ini selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi
pada proses belajar. Oleh karena itu kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh
mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas
mencari dan menemukan sendiri.
Selanjutnya Anitah (2009: 55) menyatakan bahwa, belajar penemuan atau
discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan
keterampila. Pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning
diantaranya : guru menyajikan masalah dengan mengajukan pertanyaan
tentang inti masalah misalnya bangun ruang,siswa berusaha memecahkan
dengan cara mengenal masalah (merumuskan permasalahan,merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisa data hasil, dan membuat
kesimpulan) serta menyampaikan hasil penelitian dari masalah yang diteliti.
Robert (dalam Azaria, 2013) menyatakan bahwa discovery adalah proses mental
dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip. Jadi seorang siswa
dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses
mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Proses-
proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati,menggolongkan, mengukur, menduga
dan mengambil kesimpulan.
Berdasarkan metode-metode tersebut berkaitan dengan kerjasama siswa,
karena suatu permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan adanya
kerjasama antar siswa. Motede yang paling berkaitan dengan kerjasama yaitu
20
PBL, inkuiri, dan PjBL, ketiga metode ini lebih sesuai karena melibatkan
siswa untuk bekerjasama menekankan pada pemecahan masalah,
meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan
pelajaran, mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan
pelajarannya, serta melatih siswa menggali dan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
B. Karakteristik Sekolah Dasar
Pendidikan dasar untuk anak dikonsepsikan sebagai pendidikan awal untuk
setiap anak (formal atau nonformal) yang pada prinsipnya berlangsung dari
dari usia sekitar 3) tahun sampai dengan sekurang-kurangnya berusia 12
sampai 15 tahun. Pendidikan dasar sebagai sebuah paspor yang sangat
diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka
lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat masa depan
secara kolektif, dan terus menerus belajar (Delors, 1996). Dengan demikian,
pendidikan dasar memberikan sebuah surat jalan yang sangat penting bagi
setiap orang, tanpa kecuali untuk memasuki kehidupan dalam masyarakat
setempat, dan masyarakat dunia, termasuk di dalamnya lembaga satuan
pendidikan.
Pendidikan dasar sangat berkaitan dengan kesamaan hak untuk memperoleh
kesempatan pendidikan yang layak dan bermutu. Pendidikan Dasar di masa
depan akan membentuk konsep dasar dan esensi yang dimiliki para
pengambil kebijakan pendidikan dasar pada tingkat nasional, regional
maupun kabupaten/kota, dan pengelola pendidikan dasar pada tingkat satuan
21
pendidikanakan berpengaruh terhadap formula pengembangan pendidikan
dasar di masa depan. Karakteristik anak sekolah dasar secara umum berikut
ini : secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik pada dunia
sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, mereka bergetar perasaannya
dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami
ketidakpuasan dan menolak kegagalan - kegagalan, mereka belajar secara
efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan mereka
belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak –
anak lainnya (Mulyani dan Johar, 2011: 11).
Program belajar pada setiap jenis satuan pendidikan dasardi masa depan harus
dirancang dengan mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok pendidikan
dasar. Pengembangan program belajar pendidikan dasar harus dikaitkan
dengan karakteristik kualitas sumber daya manusa yang diperlukan untuk
kehidupan mereka di masyarakat, dan sekaligus mempertimbangkan
karakteristik perbedaan kelompok peserta didik di masing-masing jenis dan
jenjang satuan pendidikan dasar. Dalam menghadapi harapan dan tantangan
masa depan yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagai esensi kehidupan,
baik bagi perkembangan pribadi maupun perkembangan masyarakat. Misi
pendidikan, termasuk pendidikan dasar,adalah memungkinkan setiap orang,
tanpa kecuali, mengembangkan sepenuhnya semua bakat individu, dan
mewujudkan potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap hidup
sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi (Delors, 1996).
22
C. KerjaSama
Kerjasama merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh suatu kelompok
sehingga terdapat hubungan erat antar tugas pekerjaan anggota kelompok
lain, demikian pula penyelesainnya (Poerwadarminta, 2007: 492). Kerjasama
sangat menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan siswa, baik secara
jasmani maupun rohani,mental, spiritual dan fisikal (Ihsan, 2005: 92).
Dengan bekerjasama, para anggota kelompok kecil akan mampu mengatasi
berbagai rintangan, bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab,
mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain
dalam mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan (Johnson, 2008:
163).
Kerjasama antarsiswa dalam kegiatan belajar dapat memberikan berbagai
pengalaman. Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara,
inisiatif, menentukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan
yang baik. Siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan
menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa,
ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing
secara individual. Dengan adanya kerjasama dalam pembelajaran, siswa dapat
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh
dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis (Isjoni, 2013: 36).
Suryosubroto (2004: 16) kerjasama ini dikarenakan adanya kesamaan
tanggung jawab masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok dan individu-
individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-
23
usaha pendidikan. Kesamaan tujuan kerjasama sekolah dengan masyarakat
dan orang tua murid adalah: (a) membantu dan mengisi kegiatan anak di
sekolah yang hanya berkisar tujuan, sementara siswa waktunya dihabiskan di
rumah dan di masyarakat, (b) memberikan sumbangan keuangan dan barang,
dan (c) mencegah perbuatan dan tingkah laku yang kurang baik.
Bentuk-bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat menurut Wiranti, 2012
merujuk pada Pasal 4 PP Nomor 39 Tahun 1992 yang meliputi:
a. Mengikutsertakan wali murid dalam menunjang pelaksanaan pendidikan;
b. Pemberian bantuan tenaga ahli;
c. Mendayagunakan tokoh-tokoh masyarakat untuk turut menunjang
pelaksanaan pendidikan;
d. Pengadaan dana dan memberi bantuan yang berupa wakaf, beasiswa,
hibah, pinjaman dan bentuk-bentuk lain; dan
e. Pengadaan dan pengadaan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Kerjasama kelompok diperlukan keterbukaan atau transparansi dan untuk
menciptakan keterbukaan diperlukan kemauan dan kemampun setiap anggota
organisasi atau kelompok untuk berkomunikasi. Berkomunikasi tidak hanya
sekedar berbicara, tetapi bagaimana seseorang atau komunikator mampu
mengeluarkan pendapat atau jalan pikirannya kepada orang lain, sehingga
orang lain mau dan mampu menerima pendapatnya. Kerjasama kelompok
sangat diperlukan dalam suatu organisasi supaya kumpulan manusia tersebut
dapat saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain. Adapun alasan-
24
alasan diperlukannya kerjasama kelompok menurut (Wiranti, 2012: 62-64)
adalah sebagai berikut:
1) Hasil kerja sama kelompok dapat memberikan hasil yang lebih banyak,
2) Kerja sama kelompok memberikan semangat, kepuasan dan kebahagiaan
bagi para anggota kelompok,
3) Kemampuan perorangan dalam kerja sama kelompok dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kinerja organisasi, dan
4) Keberhasilan kelompok dapat diraih melalui saling membantu antara
anggota kelompok.
Barkley (2014: 8) menjelaskan bahwa pembelajaran kolaboratif bisa
berlangsung apabila pelajar dan pengajar bekejasama menciptakan
pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogik yang
puatnya terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna
bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan
mereka. Tujuan pembelajaran kolaboratif adalah membangun pribadi yang
otonom dan pandai mengartikulasikan pemikirannya, meski terkadang hal
semacam itu dapat memicu perbedaan pendapat yang seolah melemahkan
tujuan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif informal menurut Rusman 2012: 85 , terdiri dari
kegiatan-kegiatan yang membuat para siswa bekerja bersama untuk mencapai
sebuah tujuan pembelajaran bersama dalam kelompok-kelompok yang
bersifat sementara dan khusus yang bertahan sekitar beberapa menit saja
dalam satu periode kelas. Penyampaian pelajaran dengan tetap
25
mempertahankan keterlibatan aktif siswa secara intelektual, mengharuskan
dilakukannya diskusi yang terfokus sebelum dan setelah penyampaian
pelajaran serta diselingi dengan diskusi-diskusi berpasangan sepanjang
penyampain pelajaran.
a. Diskusi terfokus, membagi siswa dalam kelompok berpasangan dan
memberikan tugas kooperatif kepada setiap pasangan untuk
menyelesaikan tugas awal. Tujuannya adalah untuk mendorong
pengorganisasian awal dari apa yang sudah diketahui siswa tentang topik
yang akan disampaikan dan menciptakan ekspektasi terhadap apa saja
yang akan tercakup dalam pelajaran yang akan disampaikan.
b. Segmen penyampain pelajaran, menyampaikan segmen pertama dari
pelajaran.
c. Diskusi berpasangan, memberikan waktu selama tiga sampai empat menit
kepada pasangan siswa untuk berdiskusi secara terfokus mengenai materi
yang baru disampaikan.
Komponen pembelajaran kooperatif, yakni cooperative teck atau tugas
kerjasama dan cooperative incentive structur atau struktur insentif kerjasama.
Tugas kerjasama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota
kelompok kerjasama dengan menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Sedangkan struktur insentif kerjasama merupakan sesuatu hal yang
membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerjasama dalam rangka
mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya
upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak
26
penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain (Rusman,
2012: 206).
Profil kerjasama menurut Eggen dan Kauchak (2013: 4), yaitu mendengarkan
dengan sopan ketika orang lain berbicara dan memulai berbicara setelah
orang tersebut selesai berbicara, menghormati dan menghargai ide-ide atau
gagasan-gagasan yang diberikan oleh orang lain, merumuskan dan dapat
menangkap ide-ide yang diberikan oang lain, dan mendorong setiap anggota
untuk berpartisipasi di dalam kelompok.
Peran yang harus dikembangkan siswa dalam berkelompok adalah : (a)
mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan
mengajukan alternatif untuk memecahkan masalah, (b) menerangkan, yaitu
menjelaskan kepada anggita kelompok lain, (c) bertanya, yaitu setiap anggota
kelompok berhak mengajukan pertanyaan supaya mendapatkan informasi
yang lebih banyak, (d) mengkritik, yaitu memberikan sanggahan dan
mempertanyakan gagasan atau ide yang diajukan, (e) penengah, yaitu
meredakan konflik dalam kelompok dan meminimalkan ketegangan yang
terjadi pada setiap kelompok.
Isjoni (2013: 65), kerjasama merupakan kerja kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda, serta siswa dituntut memiliki keterampilan-
keterampilan berkerjasama. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang
dikemukakan oleh Lungdren (dalam Isjoni 2013: 65-66) sebagai berikut:
27
a. Mengemukakan kesepakatan dimaksud dengan menggunakan
kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk
meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
b. Menghargai konstribusi, menghargai berarti memperhatikan atau
mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini
berarti harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat kritik yang
diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.
c. Mengambil giliran dan berbagi tugas mengandung arti bahwa setiap
anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban
tugas/ tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
d. Berada dalam kelompok adalah setiap anggota tetap dalam kelompok
kerja selama kegiatan berlangsung.
e. Berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung
jawbnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
f. Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk
memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok.
g. Mengundang orang lain adalah mengundang orang lain untuk berbicara
dan berpartsipasi terhadap tugas.
h. Menyelesaikan tugas dalam waktunya
i. Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap
budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
Pola kerjasama yang sering terjadi dalam proses pembelajaran memiliki
beberapa karakteristik berupa tim, berbagi tugas untuk mecapaii tujuan
pembelajaran, diantaranya anggota tim saling memberi masukan untuk lebih
28
memahami masalah yang dihadapi (Ihsan, 2014: 9). Agar pembelajaran
mencapai kerjasama yang baik dan hasil yang baik penting untuk membentuk
kelompok yang efektif. Pembentukan kelompok yang efektif dapat dilihat
dari jenis kelompok, yaitu kelompok dapat bersifat formal, informal, atau
dasar.
Pola dalam pembelajaran dapat memberikan gambaran bahwa seiring dengan
pesatnya perkebangan media pembelajaran, baik software maupun hadrware,
akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai
pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai
media dan sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio
pembelajaran, televisi pembelajaran,dan internet (Rusman, 2012: 135).
Kerjasama merupakan suatu bentuk proses interaksi sosial, dimana
didalamnya terdapat berbagai macam aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan
bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain. Santoso
(2010: 191), bahwa kerjasama adalah usaha yang dikoordinasikan yang
ditujukan kepada tujuan yang dapat dipisahkan. Pengertian ini memperkuat
pandangan bahwa kerjasama untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan
usahnya sendiri sehingga individu tersebut memerlukan bantuan individu
lain. Kerjasama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan
out-group-nya).
29
Dalam teori-teori sosiologi menurut Soekanto (1990), bentuk kerjasama yang
biasa diberi nama kerjasama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan :
a. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang serta
merta, tanpa adanya suatu perintah atau tekanan tertentu
b. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang
merupakan hasil perintah atasan atau penguasa
c. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar
tertentu
d. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai
bagian atau unsur dari sistem sosial.
Hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan masyarakat, tetapi
sekolah berusaha secara aktif serta mengambil inisiatif untuk melakukan
berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan kerjasama harmonis. Hubungan
sekolah dengan masyarakat harus dapat: 1. memberikan informasi secara jelas
dan lengkap kepada masyarakat; 2. melakukan persuasi kepada masyarakat
dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan
terhadap sekolah; dan 3. suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan
yang dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat dan dari
masyarakat ke sekolah (Purwanto, 2008: 19).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap bulan Mei tahun Ajaran
2015/2016 di SD Negeri 1 Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SD Negeri
1 Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa tahun ajaran 2015/2016 dengan
masing-masing jumlah 29 siswa dan 22 siswa. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah sampling jenuh (Sugiyono, 2012: 85). Berdasarkan
teknik sampling tersebut, maka siswa kelas IV dan V dari SD Negeri 1
Gedung Meneng pada tahun Ajaran 2015/2016 diambil sebagai subjek
penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana (Margono, 2010:
9). Penelitian ini dilakukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di
lapangan tentang kemampuan kerjasama siswa di kelas IV dan V dalam
pembelajaran IPA pada SD Negeri1 Gedung Meneng.
31
D. Prosedur Penelitian
Langkah- langkah Penelitian :
1. Tahap Persiapan
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke
sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti yaitu
kelas IV dan kelas V.
c. Melakukan diskusi dengan guru yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi metode pembelajaran yang sering digunakan dalam
pembelajaran IPA dan didapatkan informasi dari guru kelas IV
dankelas V menggunakan metode ceramah dan diskusi.
d. Menetapkan sampel penelitian, yaitu siswa kelas IV dan V.
e. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam
penelitian yaitu: angket mengenai profil kemampuan kerjasama yang
diberikan kepada siswa, daftar pertanyaan berupa wawancara untuk
guru, dan lembar observasi untuk peneliti berupa daftar cek.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengamatan di kelas pada saat guru melakukan
pembelajaran IPA selama dua kali pertemuan pada masing-masing
kelas.
b. Peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi dan rekaman video.
32
c. Memberikan angket kepada siswa tentang profil kemampuan
kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran IPA.
d. Memberikan daftar pertanyaan yang berupa wawancara kepada guru
unuk mengetahui tentang proses pembelajaran IPA.
e. Menganalisis hasil observasi siswa dan memberikan skor terkait
dengan kemampuan kerjasama siswa dengan rumus yang sudah dibuat
sebelumnya.
f. Menganalisis angket siswa dan memberikan skor serta
mempersentasekannya dengan menggunakan rumus yang sudah dibuat
sebelumnya.
g. Mendeskripsikan kemampuan kerjasama siswa menggunakan kriteria
yang sudah dibuat yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah,
dan rendah.
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa data kualitatif yaitu berupa kemampuan
kerjasma siswa dilihat berdasarkan kriteria sangat tinnggi, tinggi, sedang,
sangat rendah, dan rendah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Observasi
Pada penelitian ini untuk mengamati kemampuan kerjasama siswa
menggunakan lembar observasi (Margono, 2010: 58). Lembar observasi
33
ini digunakan peneliti untuk melihat profil kemampuan kerjasama yang
terjadi pada saat dilaksanakan pembelajaran berkelompok dengan
kriteria- kriteria mengenai kemampuan kerjasama.
Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Kemampuan KerjasamaSiswa dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
No. Aspek kerjasama yang diukurNomorItem
1 Menggunakan kesepakatan 1
2 Menghargai kontribusi 2
3 Mengambil giliran dan berbagi tugas 34 Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 45 Berada dalam tugas 56 Mendorong partisipasi 67 Mengundang orang lain 78 Menyelesaikan tugas dalam waktunya 89 Menghormati perbedaan individu 910 Musyawarah dalam kelompok 1011 Peran ketua kelompok 11, 12
(Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren (dalam Isjoni,2013:65-66)).
b. Angket
Angket merupakan suatu daftar pertanyaan tertulis untuk memperoleh
informasi dari responden (Sudaryono, dkk., 2013: 30). Angket yang
diberikan kepada siswa berkaitan dengan profil kerjasama siswa dalam
kelompok, pertanyaan profil kerjasama siswa terdapat 9 butir
pertanyaan.
34
Tabel 2. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang KerjasamaSiswa dalamPembelajaran IPA
No. Aspek kerjasama yang diukurNomorItem
1 Menggunakan kesepakatan 1
2 Menghargai kontribusi 2
3 Mengambil giliran dan berbagi tugas 34 Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 45 Berada dalam tugas 56 Mendorong partisipasi 67 Mengundang orang lain 78 Menyelesaikan tugas dalam waktunya 89 Menghormati perbedaan individu 910 Musyawarah dalam kelompok 1011 Peran ketua kelompok 11, 12
(Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren (dalam Isjoni,2013:65-66)).
c. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data kualitatif dengan
menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara (Sudaryono, dkk.,
2013: 35). Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang proses
pembelajaran IPA. Peneliti menerima informasi dari guru secara
langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan
beberapa pertanyaan.
35
Daftar pertanyaan:
Tabel 3. Daftar pertanyaan wawancara
No Pertanyaan
1. Bagaimana caraBapak/ Ibu membentuk kelompok di dalamkelas, berdasarkan:
a. Gender (homogen/ heterogen)b. Nilai siswac. Absen siswa yang sesuai dengan abjadd. Urutan nomer absen ganjil atau genape. Kemauan siswa sendirif. Sikap atau karakter siswa
2. Berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok yang Bapak/Ibubuat?
3. Apakah dalam penilaian kelompok, Bapak/Ibu memperhatikancara kerjasama dan aktivitas siswa saat diskusi?
4. Apakah dalam diskusi Bapak/Ibu mengatur jalannya diskusipada masing-masing kelompok?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mendorong siswa untuk belajardalam kelompok?
6. Bentuk tugas apa yang Bapak/Ibu berikan dalam diskusi?
7. Apakah Bapak/Ibu mendorong siswa mendengarkan gagasandan pikiran siswa lainnya?
8. Bagaimana Bapak/Ibu mengigatkan siswa untuk berperan aktifdalam diskusi?
9. Apakah siswa menyenagi pembelajaran kelompok?
10. Apakah siswa tertarik untuk belajar bersama dan saling belajardari siswa lain?
11. Apakah siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiranantar sesama mereka?
12. Apakah siswa antusias mengerjakan tugas mata pelajaran IPAsecara berkelompok?
d. Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi dalam proses pengumpulan data
berupa rekaman video dan foto-foto (Sudaryono, dkk., 2013: 41). Selain
itu peneliti meminta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
silabus untuk mengetahui benar tidak pembelajaran dilakukan.
36
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Data-data yang ada adalah data kualitatif yang diubah menjadi data
kuantitatif kemudian dideskripsikan dengan mempersentasikannya.
1. Data Kualitatif
Dalam menganalisis data yang terkumpul dari lapangan, penulis
menggunakan metode deskriftif kualitatif dimana data dan informasi
diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif. Data kualitatif
diperoleh dari hasil observasi (berupa dafta rcek) dan wawancara yang
dilakukan dengan guru kelas IV dan V SD unuk mengetahui tentang
proses pembelajaran IPA. Adapun langkah-langkah analisis penelitian ini
sebagai berikut :
a. Mengklasifikasikan skor 0 ( kurang), 1 (cukup), dan 2 (baik) yang
diperoleh peneliti dari lembar observasi mengenai profil kerjasama
siswa.
b. Menghitung skor yang diperoleh dari lembar observasi dalam bentuk
persentase dengan menggunakan rumus analisis deskriptif persentase
menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:% = × 100Keterangan :
n = nilai yang diperoleh respondenN = nilai yang semestinya diperoleh responden% = persentase kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V
37
Hasil perhitungan dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan
dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa sebagai
berikut:
Tabel 4. Kriteria Tingkat Kemampuan Kerjasama Siswa dalamPembelajaran IPA Kelas IV dan V
No Interval nilai Kriteria1. 81 – 100 Sangat tinggi2. 61 – 80 Tinggi3. 41 – 60 Sedang4. 21– 40 Rendah5. 0-20 Sangat rendah
(Sumber : Riduwan, 2012: 89)
c. Peneliti juga menggunakan angket untuk mengetahui profil
kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran dengan
mengklasifikasikan skor nilai 1 (Ya) dan 0 (Tidak) sedangkan untuk
pertanyaan dengan kalimat negatif mengklasifikasikan skor nilai 1
(Tidak) dan 0 (Ya).
d. Menghitung skor dari angket dalam bentuk persentasi dengan
menggunakan rumus analisis deskriptif presentasi menurut Ali (2013:
201) sebagai berikut: % = × 100Keterangan :
% = persentase pola dan profil kemampuan kerjasama siswa dalamkelompok,
n = skor yang diperolehN = jumlah skor
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan kerjasama pada pembelajaran IPA di SD Negei 1 Gedung Meneng,
Bandar Lampung sudah mencapai dalam kiteria “tinggi” dilihat dari hasil
persentase berikut:
1. Profil kemampuan kerjasama pada lembar observasi kelas IV yakni pada
aspek disiplin tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 69% dan
profil kemampuan kerjasama pada kelas V yakni pada aspek respek dan
taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 78%. Profil
kemampuan kerjasama pada angket siswa kelas IV yakni pada aspek taat
aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 79% dan profil
kemampuan kerjasama pada kelas V yakni pada aspek displin tergolong
dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 78%.
2. Pola kerjasama siswa pada pembelajaran IPA di sekolah SD Negeri 1
gedung Meneng terbentuk 4 pola kerjasama. Pola kerjasama spontan,
kerjasama kontrak dan kerjasama langsung terbentuk pada masing-masing
dua kelompok sedangkan pada pola kerjasama langsung terbentuk 3
kelompok dengan karakteristik yang berbeda. Sehingga pola yang lebih
63
menonjol pada sekolah ini adalah pola kejasama langsung (Directed
Cooperation).
B. Saran
Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan sehingga
peneliti menyarankan sebaiknya:
1. Untuk penelitian deskriptif , diperlukan adanya referensi dari berbagai
sumber dan memerlukan bantuan dari observer lain, sehingga peneliti
tidak merasakan kesulitan untuk menyatakan fakta-fakta yang terjadi
dilapangan.
2. Kepada peneliti lain, sebelum melakukan observasi kemampuan
kerjasama dalam pembelajaran IPA sebaiknya lebih banyak lagi dalam
pengambilan sampel agar data yang diperoleh dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Inti Media. Surakarta.
Azaria Ina. Y. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Discovery UntukMeningkatkan Hasil Belajar Ips Di Sekolah Dasar. JPGSD Volume 01Nomor 02. (Online) (http://jurnal.unnes.ac.id/artikel_sju/pdf/upej/764/790,diakses pada tanggal 17 Desember 2015; Pukul 13.30 WIB).
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional DiAbad-21. BSNP. Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan Penyusun KTSP Jenjang Pendidikan Dasar danMenengah. Jakarta.
Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major. 2014. CollaborativeLearning Techniques. Terjemahan Oleh Nurlita Yusron. Nusmed-Studio.Bandung.
BPPTKPU. 2011. Lesson Study. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Jawa Barat.
Darmodjo, Hendro & Jenny R.E. Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Delors, Jacques. (1996). “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO ofthe International Commission on Education for the Twenty-First Century.Paris: UNESCO Publishing. (Online) .(http://ecampus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/ 429.pdf, diaskes pada tanggal02 Februari2016; Pukul 21.15 WIB).
Dimyati Dan Moejiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Djojosoediro, W. 2010. Hakikat IPA. (Online)(http://pjjpgsd.unesa.ac.id/dok/1.Modul1Hakikat%20IPA%20dan%20Pem
65
belajaran%20IPA.pdf) diunduh pada tanggal 24 Desember 2015; Pukul10.00 WIB).
Eggen, P. dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta.
Funali, Mochamad. 2014.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada MataPelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Pembelajaran KolaborasiPada Siswa Kelas V Sdn I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako OnlineVol. 4,No. 1. (Online).(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3266/2314diakses pada tanggal 12 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Hamalik, O. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Ihsan, Faris. 2014. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta DiklatMelalui Pembelajaran Kolaboratif. (Online).(http://bkddiklat.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2014/09/Meningkatkan-Keterampilan-Kerjasama-Peserta-Diklat-Melalui-Pembelajaran-Kolaboratif.pdf, diaskes pada 31 Januari2016; Pukul 19.24 WIB).
Indriati, D. 2012. Meningkatkankan Hasil Belajar IPA Konse Cahaya MelaluiPembelajaran Science-Edutanment Berbantuan Media Animasi. JurnalPendidikan IPA Indonesia. JTII 1 (2). 192. (Online).(http://ejournal.undiksha.ac.id/indexs.php/science/edutaiment/article/dwonload/.../2571, diakses pada tanggal 25 Januari 2014; 13.00 WIB.
Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan KomunikasiAntar Peserta Didik. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.
Iskandar, Sarin. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta.
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegia-tan Belajar-MengajarMengasyikkan dan Bermakna. MLC. Bandung.
Kurniasih, I. dan B. Sani. 2014. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Kompas. 2015. Berawal dari Ejekan, Perkelahian Siswa Kelas 2 SD Itu BerujungKematian. (Online).(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/19/17421981/Berawal.dari.Ejekan.Perkelahian.Siswa.Kelas.2.SD.Itu.Berujung.Kematian, diaksespada tanggal 15 Maret 2016; Pukul 21.45 WIB).
66
Lie, Anita. 2005. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.PT Grasindo. Jakarta.
Margono, S. 2010. Metodologi penelitian pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.
Mendikbud. 2012. Panduan kurikulum 2013 dan pendidikan. Depdiknas. Jakarta.
Mukminan, 2014. Tantangan Pendidikan di Abad 21.Universitas NegeriYokyakarta. Yokyakarta . Diakses Tanggal 15 Nvember 2015.
Mulyani, Sumantri, Johar Permana, 2011. Strategi Belajar Mengajar. CVMaulana. Bandung.
Nurhamzah, N. 2012. Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan KonsepSiswa pada Sistem Eksresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. Jurnal.Tersedia di http://aresearch.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704339_chapter3.pdf . 29 Januari2016; Pukul 13.00 WIB.
Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum BahasaIndonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remaja RosdaKarya. Bandung.
Rofiq, M Nafiur. 2010. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) DalamPengajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Falasifa. Vol. 1, No. 1.(Online). (https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/m-nafiur-rofiq-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning-dalam-pengajaran-pendidikan-agama-islam.pdf, diakses pada tanggal 12 Januari 2016; Pukul21.00 WIB).
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Rustaman, N. Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang.
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media. Bandung.
Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Refika Aditama. Surabaya.
Soemantri. 2000. Pembelajaran Inkuiri. (Online). (http//www.google.com-Pembelajaran-inkuiri). Diakses tanggal 03 Desember 2013; Pukul 13.00WIB.
Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Radja Grafindo Persada.Jakarta.
67
Suryosubroto. 2004. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.Bina Aksara. Jakarta.
Sudaryono., G. Margono., dan W. Rahayu. 2013. Pengembangan InstrumenPenelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.Bandung.
Sutrisman. 1987. Meningkatkan kemampuan kerjasama. (Online).(http://sutrisman.blogspot/1987/29/meningkatkan-kemampuan-kerjasama.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2015; Pukul 13.00WIB).
Tribunnews. 2014. Anak SD di Kediri Tewas Berkelahi dengan Teman Kelas.(Online). (http://www.tribunnews.com/regional/2014/04/25/anak-sd-di-kediri-tewas-berkelahi-dengan-teman, diakses pada tanggal 10 Maret2016; Pukul 19.43 WIB).
Utomo, Bendot Tri. 2011. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif DenganAsesmen Teman Sejawat Pada Mata Pelajaran Matematika SMP.JP3.Vol. 1, No. 1. (Online).(https://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/bendot-tri-utomo.pdf,diakses pada tanggal 08 Desember 2015; Pukul 13.40 WIB).
Wiranti setyanti, Sri. 2012. Membangun Kerjasama Tim (Kelompok). Volume 4No 3, (59-62). Di akses Tanggal 11 Oktober 2015.
Widodo Urip. 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif untukMeningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kela X pada Mata PembelajaranMembaca Gambar Sketsa Di SMK Negeri Klaten. (Skripsi). UniversitasNegeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Widyantini Theresia. 2014. Penerapan Model Project Based Learning(Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola BilanganKelas VII. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. (Online)(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/widhyantinii-Theresiaspd-mpd/worksheet-integrated-sc.pdf, diaskes pada 17 Desember 2015;Pukul 11.00 WIB).
Widuri, E. 2012. Perbandingan Pengajaran Dengan Menggunakan KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi dan KTSP (Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan). (Online).(http://www.google.com/jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/download/197/76, diakses pada tanggal 10 Mei 2016; pukul 14.05WIB).
68
Wiyana, Anitah. S, Haryanto. S. 2013. Pengaruh Pengetahuan KTSP PendidikanTerhadap Kemampuan Menyusun RPP Guru SDN Jatiyoso Tahun2011/1012. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 1, No. 2. (Online).(https://core.ac.uk/download/pdf/12348585.pdf, diakses pada tanggal 10Mei 2016; pukul 14.30 WIB).
Wuryastuti, S. 2008. Inovasi Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. JurnalPendidikan Dasar. Nomor 9. Di akses tanggal 24 November 2015.