60
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester Genap SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016) (Skripsi) Oleh LINA YUNITA SARI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM …digilib.unila.ac.id/25658/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHSAN.pdf · PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif

Embed Size (px)

Citation preview

PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester Genap

SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar LampungTahun Pelajaran 2015/2016)

(Skripsi)

Oleh

LINA YUNITA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

ABSTRAK

PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAMPEMBELAJARAN IPA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester Genap SD Negeri 1Gedung Meneng, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

Lina Yunita Sari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kerjasama siswa kelas IV dan

kelas V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar

Lampung dan mengetahui pola kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam

pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung Tahun

Ajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan

menggunakan teknik sampling jenuh sehingga siswa kelas IV dan V dari SD

Negeri 1 Gedung Meneng diambil sebagai subjek penelitian. Jenis data penelitian

ini adalah data kualitatif berupa kemampuan kerjasma siswa dilihat berdasarkan

kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah, dan rendah yang diperoleh

dari lembar observasi dan angket siswa, kemudian hasil pola kerjasama diperoleh

melalui video. Hasil lembar observasi dan angket siswa kemudian dihitung dalam

bentuk persentase dengan analisis data deskriptif.

iii

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran IPA pada SD Negeri 1 Gedung

Meneng profil kemampuan kerjasama sudah mencapai dalam kriteria “tinggi”.

Hal ini dapat dilihat dari hasil lembar observasi tingkat kemampuan kerjasama

yakni pada aspek taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase

73%. Sedangkan hasil dari angket kemapuan kerjasama siswa yakni pada aspek

taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 72%. Hasil video

terbentuklah pola kerjasama siswa pada pembelajaran IPA yaitu pola kerjasama

langsung (Directed Cooperation).

KataKunci: Pembelajaran IPA, Kemampuan Kerjasama, Profil dan PolaKerjasama.

PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAMPEMBELAJARAN IPA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V Semester GenapSD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

LINA YUNITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuhan Batin pada tanggal 25 Januari

1995, merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, putri dari

Bapak Matnur dengn Ibu Sami Atun. Alamat Labuhan

Batin Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji. Nomor

HP penulis/ email: 082186753150/

[email protected].

Penulis telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri 1

Labuhan Batin pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP MMT

Labuhan Baru diselesaikan pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Way Serdang pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

Unila melalui jalur PMPAP. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Bandung-Jakarta-Bogor pada

tahun 2014. Pada tahun 2015, penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan

(PPL) di SMA Negeri 1 Ngambur sekaligus melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Pekon Negeri Ratu, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Lampung Barat.

MOTTO

“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup ditepijalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah”

(Abu Bakar Sibli)

Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri apa-apa yangkita peroleh, turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin

tunduk dan makin bersyukur kepada yang menciptakan kita AllahSWT.

( HR. Thabrani )

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yangterdekat..”

(QS. Asy-Syu’ara: 214)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulispersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihkuyang tulus kepada:

Orang TuaAyahku, Matnur dan Ibuku Sami Atun tercinta yang

menjadi kebangaan terbesar dihidupku, selalumemberikan semangat serta senantiasa mencurahkankasih sayang tiada terhingga untukku, memberikan

kekuatan dan menjadi motivasi bagiku untukmenyelesaikan studi. Aku akan selalu berusaha untuk

menjadi kebanggaan Ayah dan ibu. Terimakasih untukMamah Samini yang telah memberikan dukungan dan

selalu memberikanku semangat serta memberikanpengertian dan menjadikanku pribadi yang kuat.

Saudara-saudaraAyuk dan adik-adikku serta keluargaku yang telah

memberi dukungan dan doa untukku.

Almamater tercinta, Kampus Hijau UniversitasLampung.

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur terhatur kepada ALLAH SWT atas

segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan Kelas V

Semester Genap SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2015/2016). Skripsi ini penulis susun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana

pendidikan pada program studi pendidikan biologi.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus Pembahas atas arahan dan saran yang sangat berharga;

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas keikhlasannya memberi

bimbingan dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini;

5. Rini Rita T Marpaung, S. Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II dan pembimbing

akademik atas keikhlasannya memberi bimbingan dan bantuan hingga

terselesaikannya skripsi ini;

6. Seluruh dosen Pendidikan Biologi FKIP Unila atas ilmu yang telah diberikan;

7. Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA;

xii

8. Kepala sekolah, guru dan staf SD Negeri 1 Gedung Meneng, Bandarlampung

atas kerjasamanya dalam membantu penulis melaksanakan penelitian;

9. Tim skripsi sekaligus sahabatku(Indri Puspita, Ratna Yuningsih dan Nurul

Rofiqotus) yang selalu bersama memberikan dukungan dalam perjalanan dan

pengerjaan penelitian;

10. Teman-teman Biologi angkatan 2012 atas perjuangan bersama selama

menjalani pendidikan;

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;

Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan memberikan karunia-NYA kepada

kita serta membalas segala kebaikan dan kebahagiaan yang telah kalian berikan

untukku. Amin.

Bandar Lampung, Februari 201Penulis

Lina Yunita Sari

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6F. Kerangka Pikir ....................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar .................................................... 10B. Karakter di Sekolah Dasar .................................................................... 20C. Kemampuan Kerjasama.......................................................................... 22

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 30B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 30C. Desain Penelitian .................................................................................. 30D. Prosedur penelitian ................................................................................ 31E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 32F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ..................................................................................... 38B. Pembahasan ........................................................................................... 43

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan................................................................................................ 62B. Saran...................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64

LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa ................. 702. Kisi-kisi Angket Tentang Kerjasama Siswa .......................................... 713. Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pelaksanaan

Kegiatan Pembelajaran ......................................................................... 724. Keterangan dan Kriteria Skor ................................................................ 735. Angket Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA………………..... 746. Pola Kerjasama Dalam Pembelajaran IPA............................................. 757. Wawancara Guru ................................................................................... 768. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa

Dalam Pelaksanaan KBM ..................................................................... 799. Rubrik Penilaian Angket Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA . 80

10. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 8111. Tabulasi Profil Kerjasama Berdasarkan Lembar Observasi ................. 8512. Tabulasi Profil Kerjasama Berdasarkan Angket Siswa.......................... 8513. Tabulasi Pola Kerjasama Siswa ............................................................. 8614. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IV ....................................... 8715. Silabus Kelas IV ................................................................................... 12916. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IV .................................... 14517. Silabus Kelas IV ................................................................................... 15918. Surat Penelitian .................................................................................... 17319. Surat Balasan Penelitian ...................................................................... 174

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa............... 33

2. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang Kerjasama Siswa ............................ 34

3. Daftar Pertanyaan Wawancara............................................................. 35

4. Kriteria Tentang Kemampuan Kerjasama Siswa ................................. 37

5. Profil Kemampuan Kerjasama ............................................................. 39

6. Profil Kemampuan Menurut Siswa...................................................... 40

7. Pola Kerjasama Siswa .......................................................................... 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Kerangka Pikir…………………… ..................................................... 92. Anggota kelompok memberikan peran aktif terhadap tugas................ 443. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan ............................. 454. Setiap anggota kelompok memberikan kritik dan saran ...................... 455. Setiap anggota saling menghargai pendapat orang lain, kelompok

ataupun kelompok lain ......................................................................... 466. Saling membantu dalam mengerjakan tugas........................................ 477. Meminta orang lain untuk ikut berperan terhadap tugas ..................... 478. Menyamakan pendapat antar siswa dalam kelompok ......................... 489. Setiap anggota tetap berada dalam kelompok...................................... 4910. Menerima keputusan yang disepakati secara bersama-sama ............... 4911. Ketua kelompok memutuskan hasil diskusi secara bersama-sama ...... 5012. Anggota diberi kesempatan bertanya atau berpendapat oleh ketua

kelompok.............................................................................................. 5013. Menyamakan pendapat antar siswa dalam kelompok.......................... 5214. Setiap anggota berada dalam kelompok............................................... 5215. Menerima keputusan yang disepakati secara bersama-sama ............... 5316. Ketua kelompok memutuskan hasil diskusi secara bersama-sama ...... 5317. Anggota diberi kesempatan bertanya atau berpendapat oleh ketua

kelompok.............................................................................................. 5418. Setiap anggota kelompok memberikan peran aktif terhadap tugas yang

diberikan............................................................................................... 5419. Bertanggung jawab terhadap tugas yang dibeikan............................... 5520. Setiap anggota kelompok memberikan kritik dan saran ...................... 5521. Menyamakan pendapat antar siswa dalam kelompok.......................... 5722. Ketua kelompok memutuskan hasil diskusi secara bersama-sama ...... 5723. Anggota diberi kesempatan bertanya atau berpendapat oleh ketua

kelompok.............................................................................................. 58

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional di Abad-21 salah satunya adalah semakin bertautnya

dunia ilmu dan teknologi, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin

cepat. Terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dunia

pendidikan, telah mengakibatkan semakin meleburnya dimensi “ruang dan

waktu” yang selama ini menjadi faktor penentu kecepatan dan keberhasilan

penguasaan manusia terhadap ilmu dan teknologi. Berbagai upaya dalam

rangka peningkatan mutu pendidikanpun senantiasa dilakukan, disesuaikan

dengan perkembangan situasi dan kondisi, serta era yang terjadi (BSNP,

2010: 39).

Terkait dengan berbagai fenomena, serta paradigma dan tujuan pendidikan

nasional di Abad-21, berbagai tantangan yang tanggap terhadap era

globalisasi, yang meliputi: Pergeseran paradigma pendidikan, penyiapan

kompetensi sumber daya manusia, tantangan prodi TP (teknologi

pendidikan/pembelajaran) terkait dengan pendidikan, tantangan yang terkait

dengan pengembangan kurikulum 2013 sebagai upaya penyesuaian terhadap

tantangan pendidikan, dan tantangan Profesi TP Terkait dengan Implementasi

Kurikulum 2013 (Mukminan, 2014: 6).

2

Upaya menghadapi berbagai tantangan di abad 21 diperlukan suatu

kerjasama. Kerjasama adalah satu bentuk partisipasi untuk memperoleh

pengertian, dukungan kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat umum.

Partisipasi tersebut antara lain berujud bantuan administrasi secara langsung

dan tidak langsung yang mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Adanya kerjasama sekolah dengan masyarakat sebagai usaha untuk

mewujudkan tujuan pemerintah dalam pendidikan yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan itu harus ada hubungan yang

harmonis antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Wiranti (2012)

mengemukakan bahwa kerjasama kelompok sangat diperlukan dalam suatu

organisasi atau perusahaan supaya dapat saling berhubungan dan bekerja

sama. Melalui kerjasama kelompok siswa mendapatkan hasil yang lebih baik.

Selain itu, kerjasama kelompok memberikan semangat, kepuasan dan

kebahagiaan bagi para anggota kelompok dan keberhasilan kelompok dapat

diraih melalui saling membantu antara anggota kelompok.

Kerjasama dapat ditanamkan melalui pendidikan formal dan nonformal,

karena pendidikan dapat membangun keterampilan dalam melakukan

komunikasi efektif, berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah (Lie,

2005). Salah satu mata pelajaran yang dapat melatih kerjasama adalah mata

pelajaran IPA. Pembelajaran IPA merupakan proses pembelajaran subjek

didik dalam mempelajari peristiwa yang terjadi dialam melalui serangkaian

proses ilmiah sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan

(BSNP, 2006: 22).

3

Namun kenyataannya, sikap kerjasama di sekolah antar siswa belum terjalin

dengan baik, masih banyak terjadi aksi kekerasan, termasuk tawuran

dikalangan pelajar. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak terjadi di

sebuah Sekolah Dasar Kebayoran Lama Utara, peristiwa terjadi saat

perlombaan menggambar yang diselenggarakan oleh perusahaan makanan

ringan sekolah tersebut, diawali dengan saling ejek kemudian terjadilah

perkelahian antar korban dan pelaku sehingga korban terjatuh dan dibawa

kepuskesmas Kebayoran Lama. Namun akhirnya korban dirujuk ke Rumah

Sakit Fatmawati pada pukul 18.45 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia

(Kompas, 2015). Selain itu, perkelahian antar siswa terjadi di SD Negeri

Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Perkelahian ini bermula

dari perselisishan antar siswa yang merupakan teman sekelas yang

mengakibatkan korban luka cukup serius dan berujung kematian

(Tribunnews, 2014).

Usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif memudahkan

para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta

maju bersama pula, inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini.

Pembelajaran kolaboratif berdampak positif dalam meningkatkan keaktifan

siswa, baik dari ranah afektif maupun psikomotorik (Widodo, 2013). Belajar

kolaboratif mengacu kepada metode pembelajaran di mana siswa dengan

berbagai kemampuan dan pengalaman bekerja bersama-sama dalam

kelompok-kelompok kecil untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil

bersama dalam proses belajar (Utomo, 2011).

4

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembelajaran kolaboratif yang

dilakukan oleh Funali, 2014 menunjukan bahwa pembelajaran kolaboratif

dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas

kerjasama yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor siswa

dalam observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran disiklus I dan

siklus II. Hasil penelitian menunjuka bahwa hasil belajar siswa dari 60,15

(nilai rata-rata sebelum penelitian) menjadi 69,12 (siklus I) menjadi 81,64

(siklus II). Begitupun dengan ketuntasan klasikal meningkat dari ketuntasan

62,5% pada siklus I menjadi 87,5% pada siklus II.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV dan

kelas V SD Negeri 1 Gedung Meneng Kec Rajabasa, yang mana kelas IV dan

kelas V hanya terdiri dari satu kelas, dengan jumlah siswa kelas IV 29 siswa

dan kelas V berjumlah 23 siswa. Dalam kegiatan pembelajaran metode yang

digunakan oleh guru adalah metode ceramah dan diskusi.

Dengan adanya kerjasama antar siswa proses pembelajaran akan

mendapatkan hasil yang lebih baik, karena siswa lebih diberikan kesempatan

untuk berbicara, mengemukakan pendapat serta dapat menyampaikan ide-ide

yang berbeda-beda pada setiap siswa. Sikap kerjasama dapat dibentuk sejak

SD karena pendidikan SD adalah masa dimana anak akan membentuk sikap

yang bertanggung jawab dan kreatif. Berdasakan hal-hal yang telah

disampaikan, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Profil

Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaan IPA Sekolah Dasar Negeri

1 Gedung Meneng Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperoleh rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana profil kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam

pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung?

2. Bagaimana pola kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam

pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini untuk mendeskripsikan:

1. Profil kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam pembelajaran IPA di

SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung

2. Pola kerjasama siswa kelas IV dan kelas V dalam pembelajaran IPA di

SD Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti

Memberikan wawasan atau gambaran jika kelak menjadi guru untuk

melatih kemampuan kerjasama pada siswa, terlebih melatih kemampuan

kerjasama dalam pembelajaran IPA.

6

2. Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan kerjasama, mampu mengungkapkan

pendapat, serta menumbuhkan interaksi antar siswa terutama dalam

pembelajaran IPA.

3. Guru

Memberikan wawasan serta informasi untuk melatih keterampilan

kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

4. Sekolah

Memberikan informasi dalam perbaikan proses pembelajaran serta untuk

meningkatkan mutu pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA.

E. Ruang Lingkup

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,

maka dikemukakan beberapa batasan, yaitu :

1. Profil kerjasama merupakan keterampilan kerjasama yang harus dimiliki

oleh setiap individu dalam kelompok. Profil kerjasama yang diukur

meliputi aspek (a) menggunakan kesepakatan, (b) berada dalam tugas, (c)

mendorong partisipasi, (d) mengundang orang lain, (e) menghormati

perbedaan individu, (f) menghargai kontribusi, (g)mengambil giliran dan

berbagi tugas, (h) berada dalam kelompok, dan (i) menyelesaikan tugas

tepat waktunya. Untuk mengukur profil kerjasama digunakan alat ukur

berupa angket yang diberikan kepada siswa. Selain angket yang diberikan

kepada siswa, dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi

7

dan rekaman video untuk mengamati bagian kerjasama siswa dalam

kelompok pada pembelajaran IPA.

2. Pola kerjasama adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap

anggota kelompok. Beberapa pola kerjasama sebagai berikut: (a)

Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation), (b) Kerjasama Langsung

(Directed Cooperation), (c) Kerjasama Kontrak (Contractual

Cooperation), dan (d) Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation).

3. Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan

mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.

Materi IPA di sekolah dasar pada semester genap untuk kelas IV

mencangkup gaya; energi panas dan bunyi; energi alternatif; permukaan

bumi dan benda langit; lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan; sumber daya alam. Untuk materi IPA kelas V semester genap

mencangkup hubungan gaya; gerak dan energi; sifat-sifat cahaya; tanah

dan pembentukan tanah; struktur bumi; air; dan sumber daya alam.

4. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IVdan V semester genap di SD

Negeri 1 Gedung Meneng Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika ada kerjasama antar siswa.

Kerjasama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal dari

pada bekerja sendirian. Untuk melihat bagaimana kemampuan kerjasama

siswa dalam pembelajaran, ada beberapa penerapan seperti bahan ajar dan

metode. Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan

8

kegiatan belajar mengajar dikelas. Metode adalah cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran guna mencapai

tujuan yang ditentukan. Kurikulum merupakan penyangga utama dalam

proses pembelajaran. Proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar,

kondusif, dan aktif apabila pendidikan dijalankan degan baik sesuai dengan

kurikulum. Guru sebagai fasilitator akan berhasil jika dalam merancang

proses belajar mengajar dilakukan dengan benar yang sesuai dengan langkah-

langkah yang sistematis.

Pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013 yaitu menggunakan tema

terpadu, makna terpadu dalam pembelajaran IPA adalah adanya keterkaita

antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam kompetensi dasar IPA

sehingga melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran. Pada hakikatnya

IPA memiliki tiga kompoen utama dalam sebuah pembelajaran seperti sikap,

proses dan produk. Dalam pembelajaran IPA siswa dituntut harus memiliki

sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, tekun, teliti, bertanggung jawab, mahir,

kerjasama, kreatif, dan jujur, sehingga melahirkan satu atau beberapa tema

pembelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar

pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efesien.

Kurikulum 2013 tidak hanya kompetensi pengetahuan dan keterampilan saja

yang tampak, melainkan kompetensi sikap keagamaan dan sikap sosial.

Selain kurikulum 2013, model pembelajaran yang bersifat student center

sangat penting untuk digunakan guru sebagai strategi pembelajarn guna untuk

mencapai suatu pembelajaran yang baik dan memuaskan. Model-model

9

pembelajaran yang bisa meningkatkan interaksi siswa dalam proses

pembelajaran dikelas yaitu model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

Kedua model pembelajaran ini sangat perkaitan satu sama lain, model

pembelajaran tersebut siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan akademik

dan kemampuan sosial. Dari beberapa pengaruh diatas maka dapat

terciptanya kerjasama pembelajaran IPA disekolah dasar. Dengan

bekerjasama yang dilakukan didalam kelas diharapkan lebih menghasilkan

hasil belajar yang maksimal karena dalam kerjasama siswa berperan sendiri

dan dapat mengembangkan ide-ide yang kreatif. Selain itu siswa dapat

menggali informasi yang lebih banyak. Dengan pola belajar yang demikian

diharapkan aktivitas kerjasama siswa dalam pembelajaran dapat meningkat

dan hasilnya lebih baik dengan melakukan kerjasama yang baik.

Untuk memperjelas isi dari kerangka pikir, dapat dilihat pada bagan dibawah

ini :

Gambar 1. Skema kerangka pikir terkait kemampuan kerjasama siswa dalampembelajaran IPA

Pembelajaran IPAKurikulum

IklimKelas

Kemampuan KerjasamaSiswa dalam

Pembelajaran IPA

Guru Metode Bahan Ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi

kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar

yaitu SD dan SMP. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu membutuhkan

profesionalisme guru yang memadai. Guru harus memiliki cukup ilmu dalam

menyampaikan pengetahuan IPA secara utuh (Sudaryono dkk, 2013).

Departemen pendidikan Nasional (dalam Indriati, 2012: 192) menjelaskan

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui

pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk

menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.

Sebelum membahas tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran IPA

dilaksanakan khususnya di Sekolah Dasar, kita perlu mengkaji beberapa

permasalahan pembelajaran IPA yang terjadi di lapangan saat ini (Wuryastuti,

2008), antara lain:

1. Dalam proses pembelajaran di sekolah saat ini tidak atau belum memberi

kesempatan maksimal kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya.

Hal ini disebabkan gaya belajar guru yang selalu mendrill siswa untuk

11

menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep

tersebut.

2. Bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan

permasalahan pokok yang timbul di masyarakat, terutama yang berkaitan

dengan perkembangan teknologi dan kehadiran produk-produk teknologi

di tengah-tengah masyarakat, serta akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mengembangkan dan

menyelaraskan bahan ajar sains dengan perkembangan teknologi setempat

dan permasalahnnya yang berkaitan dengan bahan kajian yang tercantum

dalam kurikulum.

3. Keterampilan proses belum nampak dalam pembelajaran di sekolah

dengan alasan untuk mengejar target kurikulum.

4. Pelajaran IPA yang konvensional hanya menyiapkan peserta didik untuk

melanjutkan studi yang lebih tinggi, bukan menyiapkan SDM yang kritis,

peka terhadap lingkungan, kreatif, dan memahami teknologi sederhana

yang hadir di tengah-tengah masyarakat.

Pembelajaran IPA yang demikian sudah memenuhi harapan dari Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan yaitu pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya

bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas

anak, efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan.

Darmodjo dan Kaligis (1993: 7), pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat

IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap.

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada

pendekatan empiris dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari,

12

dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode

kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan

analisis rasional. Pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA

sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan

sikap ilmiah.

1. IPA sebagai Proses

Iskandar (1997: 5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah

keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Ditinjau dari tingkat

kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan psroses IPA dibedakan

menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan

keterampilan proses terintegrasi (integrated skills) (Dimyati dan Moejiono,

2006: 16). Keterampilan-keterampilan proses dasar menjadi dasar untuk

keterampilan-keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks.

Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis keterampilan

proses terintegrasi) maka orang tersebut harus memiliki keterampilan

mengukur (jenis keterampilan proses dasar).

2. IPA sebagai Produk

Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan

analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk-

bentuk produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip dan prosedur.

Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan

tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang

benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sementara itu

13

Djojosoediro, 2010 mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat

suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau

kejadian.

3. IPA sebagai Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh

ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1997: 11)

sikap-sikap ilmiah meliputi: (a) obyektif terhadap fakta; ( b) tidak tergesa-

gesa mengambil kesimpulan; (c) berhati terbuka artinya bersedia

menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut

bertentangan dengan penemuannya sendiri; (d) tidak mencampur-adukkan

fakta dengan pendapat; (f) bersikap hati-hati; (g) sikap ingin menyelidiki

atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi (Djojosoediro, 2010: 27).

Sanjaya, 2008 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

kurikulum oprasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan

dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi

dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih

familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki

tanggung jawab yang memadai (Wiyana, dkk. 2013: 240).

Karakteristik KTSP sebagai pemberian otonomi luas kepada sekolah dan

satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi,

kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta team-kerja yang

14

kompak dan transparan. Masing-masing karakteristik menurut Mulyasa,

2008: 28-31) tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, KTSP

memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai

seperangkat tanggung jawab untuk mengembagkan kurikulum sesuai

dengan kondisi setempat. Melalui otonomi daerah yang luas sekolah dapat

meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan

partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung

jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara

proporsional, dan profesional.

2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, dalam KTSP

pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang

tua yang tinggi. Masyarakat dan orang tua menjalin kerjasama untuk

membantu sekolah sebagai nara sumber pada berbagai kegiatan sekolah

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional, kepala sekolah dan

guru-guru sebagi tenaga pelaksanaan kurikulum merupakan orang-orang

yang memiliki kemampuan dan integritas profesional.

4. Team-kerja yang kompak dan transparan, dalam dewan pendidikan dan

komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara

harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan

suatu sekolah yang dapat dibanggakan oleh semua pihak.

15

Secara umum tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan

satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga

pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan

menurut Widuri, 2012: 8) diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidkan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelolah dan memberdayakan

sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

mengembangkan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan

dicapai.

Metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada kurikulum 2013, Kurniasih

(2014: 43) menyatakan ada beberapa metode pembelajaran yang dapat

membuat peserta didik aktif dan tentunya dapat dijadikan acuan pada proses

pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 metode (PBL), Bud dan Feletri (dalam

Rusman, 2012) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah

inovasi yang paling siknifikan dalam pendidikan. Margeston (dalam Rusman,

2012) mengemukakan bahwa pembelajaran PBL membantu untuk

meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam

pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran PBL

memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja

kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding

16

pendekatan yang lain (Rusman, 2012: 230-240). Beberapa landasan prinsip

pengguna PBL dan e-learning adalah :

a. Menggunakan masalah yang riil untuk membangkitkan motivasi;

b. Mengondisikan lingkungan kaitannnya dengan informasi global;

c. Mendorong proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e-learning;

d. Menekankan pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan daripada

bahan belajar;

e. Menyediakan sistem dalam kolaborasi;

f. Optimis dalam menggunakan struktur yang fleksibel; dan

g. Mengembangkan evaluasi dan kritik terhadap sumber informasi.

Selain metode pembelajaran PBL, ada juga metode pembelajaran kelompok

(cooperative learning) sering digunakan dalam setiap kegiatan belajar

mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apabila jika metode yang

diterapkan sangat memadai untuk pengembangan peserta didik. Metode yang

dapat diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode

yang dapat diterapkan antara lain : proyek kelompok, diskusi terbuka,

bermain peran (Mendikbud, 2012: 17). Ada beberapa teknik dalam metode

Cooperative learning diantaranya : teknik mencari pasangan, bertukar

pasang, jigsaw, berfikir berpasangan berempat dan lain-lain. Teknik Jigsaw

dan berfikir berpasangan berempat adalah metode yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang (Rofiq, 2010).

17

Metode pembelajaran inkuiri atau penemuan adalah proses mental dimana

siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati,

menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat

kesimpulan dan sebagainya (Hamalik, 2001: 219). Sutrisman (1987: 639),

model inkuiri adalah model belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat

dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inkuiri yang ideal

dalam kelas terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip baru melalui

bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru.

Peran utama guru dalam pelajaran inkuiri sebagai moderator. Soemantri

(2000: 142), pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri memiliki

tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan

memproses bahan pelajarannya,

2. Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan

pelajarannya,

3. Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya,

4. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan proses

bahan pelajarannya,

5. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan

pengalaman belajarnya, dan

6. Melatih peserta didik menggali dan memanfaaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar yang tidak ada habisnya.

18

Sanjaya (2006) , Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode inkuiri

yaitu : (a) inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai

subjek belajar, (b) seluruh aktifitas siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self Belief), dan (c)

inkuiri mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan

kritis,atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

prosesmental.

Widyantini, 2014 menjelaskan bahwa Metode Project Based Learning (PjBL)

adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai

presentasi. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah siswa

menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, siswa menemukan pemahaman

dalam proses menyelidiki, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya,

menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis dan terampil menyelidiki,

menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia nyata,

otentik dan isu-isu.

Sanjaya (2006) model inkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan

utama model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir.

19

Sehingga model ini selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi

pada proses belajar. Oleh karena itu kriteria keberhasilan dari proses

pembelajaran dengan menggunakan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh

mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas

mencari dan menemukan sendiri.

Selanjutnya Anitah (2009: 55) menyatakan bahwa, belajar penemuan atau

discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan

keterampila. Pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning

diantaranya : guru menyajikan masalah dengan mengajukan pertanyaan

tentang inti masalah misalnya bangun ruang,siswa berusaha memecahkan

dengan cara mengenal masalah (merumuskan permasalahan,merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data, menganalisa data hasil, dan membuat

kesimpulan) serta menyampaikan hasil penelitian dari masalah yang diteliti.

Robert (dalam Azaria, 2013) menyatakan bahwa discovery adalah proses mental

dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip. Jadi seorang siswa

dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses

mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Proses-

proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati,menggolongkan, mengukur, menduga

dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan metode-metode tersebut berkaitan dengan kerjasama siswa,

karena suatu permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan adanya

kerjasama antar siswa. Motede yang paling berkaitan dengan kerjasama yaitu

20

PBL, inkuiri, dan PjBL, ketiga metode ini lebih sesuai karena melibatkan

siswa untuk bekerjasama menekankan pada pemecahan masalah,

meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan

pelajaran, mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan

pelajarannya, serta melatih siswa menggali dan memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

B. Karakteristik Sekolah Dasar

Pendidikan dasar untuk anak dikonsepsikan sebagai pendidikan awal untuk

setiap anak (formal atau nonformal) yang pada prinsipnya berlangsung dari

dari usia sekitar 3) tahun sampai dengan sekurang-kurangnya berusia 12

sampai 15 tahun. Pendidikan dasar sebagai sebuah paspor yang sangat

diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka

lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat masa depan

secara kolektif, dan terus menerus belajar (Delors, 1996). Dengan demikian,

pendidikan dasar memberikan sebuah surat jalan yang sangat penting bagi

setiap orang, tanpa kecuali untuk memasuki kehidupan dalam masyarakat

setempat, dan masyarakat dunia, termasuk di dalamnya lembaga satuan

pendidikan.

Pendidikan dasar sangat berkaitan dengan kesamaan hak untuk memperoleh

kesempatan pendidikan yang layak dan bermutu. Pendidikan Dasar di masa

depan akan membentuk konsep dasar dan esensi yang dimiliki para

pengambil kebijakan pendidikan dasar pada tingkat nasional, regional

maupun kabupaten/kota, dan pengelola pendidikan dasar pada tingkat satuan

21

pendidikanakan berpengaruh terhadap formula pengembangan pendidikan

dasar di masa depan. Karakteristik anak sekolah dasar secara umum berikut

ini : secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik pada dunia

sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, mereka bergetar perasaannya

dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami

ketidakpuasan dan menolak kegagalan - kegagalan, mereka belajar secara

efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan mereka

belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak –

anak lainnya (Mulyani dan Johar, 2011: 11).

Program belajar pada setiap jenis satuan pendidikan dasardi masa depan harus

dirancang dengan mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok pendidikan

dasar. Pengembangan program belajar pendidikan dasar harus dikaitkan

dengan karakteristik kualitas sumber daya manusa yang diperlukan untuk

kehidupan mereka di masyarakat, dan sekaligus mempertimbangkan

karakteristik perbedaan kelompok peserta didik di masing-masing jenis dan

jenjang satuan pendidikan dasar. Dalam menghadapi harapan dan tantangan

masa depan yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagai esensi kehidupan,

baik bagi perkembangan pribadi maupun perkembangan masyarakat. Misi

pendidikan, termasuk pendidikan dasar,adalah memungkinkan setiap orang,

tanpa kecuali, mengembangkan sepenuhnya semua bakat individu, dan

mewujudkan potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap hidup

sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi (Delors, 1996).

22

C. KerjaSama

Kerjasama merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh suatu kelompok

sehingga terdapat hubungan erat antar tugas pekerjaan anggota kelompok

lain, demikian pula penyelesainnya (Poerwadarminta, 2007: 492). Kerjasama

sangat menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan siswa, baik secara

jasmani maupun rohani,mental, spiritual dan fisikal (Ihsan, 2005: 92).

Dengan bekerjasama, para anggota kelompok kecil akan mampu mengatasi

berbagai rintangan, bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab,

mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain

dalam mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan (Johnson, 2008:

163).

Kerjasama antarsiswa dalam kegiatan belajar dapat memberikan berbagai

pengalaman. Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara,

inisiatif, menentukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan

yang baik. Siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan

menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa,

ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing

secara individual. Dengan adanya kerjasama dalam pembelajaran, siswa dapat

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh

dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis (Isjoni, 2013: 36).

Suryosubroto (2004: 16) kerjasama ini dikarenakan adanya kesamaan

tanggung jawab masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok dan individu-

individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-

23

usaha pendidikan. Kesamaan tujuan kerjasama sekolah dengan masyarakat

dan orang tua murid adalah: (a) membantu dan mengisi kegiatan anak di

sekolah yang hanya berkisar tujuan, sementara siswa waktunya dihabiskan di

rumah dan di masyarakat, (b) memberikan sumbangan keuangan dan barang,

dan (c) mencegah perbuatan dan tingkah laku yang kurang baik.

Bentuk-bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat menurut Wiranti, 2012

merujuk pada Pasal 4 PP Nomor 39 Tahun 1992 yang meliputi:

a. Mengikutsertakan wali murid dalam menunjang pelaksanaan pendidikan;

b. Pemberian bantuan tenaga ahli;

c. Mendayagunakan tokoh-tokoh masyarakat untuk turut menunjang

pelaksanaan pendidikan;

d. Pengadaan dana dan memberi bantuan yang berupa wakaf, beasiswa,

hibah, pinjaman dan bentuk-bentuk lain; dan

e. Pengadaan dan pengadaan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Kerjasama kelompok diperlukan keterbukaan atau transparansi dan untuk

menciptakan keterbukaan diperlukan kemauan dan kemampun setiap anggota

organisasi atau kelompok untuk berkomunikasi. Berkomunikasi tidak hanya

sekedar berbicara, tetapi bagaimana seseorang atau komunikator mampu

mengeluarkan pendapat atau jalan pikirannya kepada orang lain, sehingga

orang lain mau dan mampu menerima pendapatnya. Kerjasama kelompok

sangat diperlukan dalam suatu organisasi supaya kumpulan manusia tersebut

dapat saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain. Adapun alasan-

24

alasan diperlukannya kerjasama kelompok menurut (Wiranti, 2012: 62-64)

adalah sebagai berikut:

1) Hasil kerja sama kelompok dapat memberikan hasil yang lebih banyak,

2) Kerja sama kelompok memberikan semangat, kepuasan dan kebahagiaan

bagi para anggota kelompok,

3) Kemampuan perorangan dalam kerja sama kelompok dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan kinerja organisasi, dan

4) Keberhasilan kelompok dapat diraih melalui saling membantu antara

anggota kelompok.

Barkley (2014: 8) menjelaskan bahwa pembelajaran kolaboratif bisa

berlangsung apabila pelajar dan pengajar bekejasama menciptakan

pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogik yang

puatnya terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna

bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan

mereka. Tujuan pembelajaran kolaboratif adalah membangun pribadi yang

otonom dan pandai mengartikulasikan pemikirannya, meski terkadang hal

semacam itu dapat memicu perbedaan pendapat yang seolah melemahkan

tujuan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif informal menurut Rusman 2012: 85 , terdiri dari

kegiatan-kegiatan yang membuat para siswa bekerja bersama untuk mencapai

sebuah tujuan pembelajaran bersama dalam kelompok-kelompok yang

bersifat sementara dan khusus yang bertahan sekitar beberapa menit saja

dalam satu periode kelas. Penyampaian pelajaran dengan tetap

25

mempertahankan keterlibatan aktif siswa secara intelektual, mengharuskan

dilakukannya diskusi yang terfokus sebelum dan setelah penyampaian

pelajaran serta diselingi dengan diskusi-diskusi berpasangan sepanjang

penyampain pelajaran.

a. Diskusi terfokus, membagi siswa dalam kelompok berpasangan dan

memberikan tugas kooperatif kepada setiap pasangan untuk

menyelesaikan tugas awal. Tujuannya adalah untuk mendorong

pengorganisasian awal dari apa yang sudah diketahui siswa tentang topik

yang akan disampaikan dan menciptakan ekspektasi terhadap apa saja

yang akan tercakup dalam pelajaran yang akan disampaikan.

b. Segmen penyampain pelajaran, menyampaikan segmen pertama dari

pelajaran.

c. Diskusi berpasangan, memberikan waktu selama tiga sampai empat menit

kepada pasangan siswa untuk berdiskusi secara terfokus mengenai materi

yang baru disampaikan.

Komponen pembelajaran kooperatif, yakni cooperative teck atau tugas

kerjasama dan cooperative incentive structur atau struktur insentif kerjasama.

Tugas kerjasama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota

kelompok kerjasama dengan menyelesaikan tugas yang telah diberikan.

Sedangkan struktur insentif kerjasama merupakan sesuatu hal yang

membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerjasama dalam rangka

mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya

upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak

26

penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain (Rusman,

2012: 206).

Profil kerjasama menurut Eggen dan Kauchak (2013: 4), yaitu mendengarkan

dengan sopan ketika orang lain berbicara dan memulai berbicara setelah

orang tersebut selesai berbicara, menghormati dan menghargai ide-ide atau

gagasan-gagasan yang diberikan oleh orang lain, merumuskan dan dapat

menangkap ide-ide yang diberikan oang lain, dan mendorong setiap anggota

untuk berpartisipasi di dalam kelompok.

Peran yang harus dikembangkan siswa dalam berkelompok adalah : (a)

mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan

mengajukan alternatif untuk memecahkan masalah, (b) menerangkan, yaitu

menjelaskan kepada anggita kelompok lain, (c) bertanya, yaitu setiap anggota

kelompok berhak mengajukan pertanyaan supaya mendapatkan informasi

yang lebih banyak, (d) mengkritik, yaitu memberikan sanggahan dan

mempertanyakan gagasan atau ide yang diajukan, (e) penengah, yaitu

meredakan konflik dalam kelompok dan meminimalkan ketegangan yang

terjadi pada setiap kelompok.

Isjoni (2013: 65), kerjasama merupakan kerja kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda, serta siswa dituntut memiliki keterampilan-

keterampilan berkerjasama. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang

dikemukakan oleh Lungdren (dalam Isjoni 2013: 65-66) sebagai berikut:

27

a. Mengemukakan kesepakatan dimaksud dengan menggunakan

kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk

meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

b. Menghargai konstribusi, menghargai berarti memperhatikan atau

mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini

berarti harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat kritik yang

diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.

c. Mengambil giliran dan berbagi tugas mengandung arti bahwa setiap

anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban

tugas/ tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

d. Berada dalam kelompok adalah setiap anggota tetap dalam kelompok

kerja selama kegiatan berlangsung.

e. Berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung

jawbnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

f. Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk

memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok.

g. Mengundang orang lain adalah mengundang orang lain untuk berbicara

dan berpartsipasi terhadap tugas.

h. Menyelesaikan tugas dalam waktunya

i. Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap

budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.

Pola kerjasama yang sering terjadi dalam proses pembelajaran memiliki

beberapa karakteristik berupa tim, berbagi tugas untuk mecapaii tujuan

pembelajaran, diantaranya anggota tim saling memberi masukan untuk lebih

28

memahami masalah yang dihadapi (Ihsan, 2014: 9). Agar pembelajaran

mencapai kerjasama yang baik dan hasil yang baik penting untuk membentuk

kelompok yang efektif. Pembentukan kelompok yang efektif dapat dilihat

dari jenis kelompok, yaitu kelompok dapat bersifat formal, informal, atau

dasar.

Pola dalam pembelajaran dapat memberikan gambaran bahwa seiring dengan

pesatnya perkebangan media pembelajaran, baik software maupun hadrware,

akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai

pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam

kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai

media dan sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio

pembelajaran, televisi pembelajaran,dan internet (Rusman, 2012: 135).

Kerjasama merupakan suatu bentuk proses interaksi sosial, dimana

didalamnya terdapat berbagai macam aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan

bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain. Santoso

(2010: 191), bahwa kerjasama adalah usaha yang dikoordinasikan yang

ditujukan kepada tujuan yang dapat dipisahkan. Pengertian ini memperkuat

pandangan bahwa kerjasama untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan

usahnya sendiri sehingga individu tersebut memerlukan bantuan individu

lain. Kerjasama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap

kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan

out-group-nya).

29

Dalam teori-teori sosiologi menurut Soekanto (1990), bentuk kerjasama yang

biasa diberi nama kerjasama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut

dibedakan lagi dengan :

a. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang serta

merta, tanpa adanya suatu perintah atau tekanan tertentu

b. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang

merupakan hasil perintah atasan atau penguasa

c. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar

tertentu

d. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai

bagian atau unsur dari sistem sosial.

Hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan masyarakat, tetapi

sekolah berusaha secara aktif serta mengambil inisiatif untuk melakukan

berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan kerjasama harmonis. Hubungan

sekolah dengan masyarakat harus dapat: 1. memberikan informasi secara jelas

dan lengkap kepada masyarakat; 2. melakukan persuasi kepada masyarakat

dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan

terhadap sekolah; dan 3. suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan

yang dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh

masyarakat secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat dan dari

masyarakat ke sekolah (Purwanto, 2008: 19).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap bulan Mei tahun Ajaran

2015/2016 di SD Negeri 1 Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SD Negeri

1 Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa tahun ajaran 2015/2016 dengan

masing-masing jumlah 29 siswa dan 22 siswa. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah sampling jenuh (Sugiyono, 2012: 85). Berdasarkan

teknik sampling tersebut, maka siswa kelas IV dan V dari SD Negeri 1

Gedung Meneng pada tahun Ajaran 2015/2016 diambil sebagai subjek

penelitian.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana (Margono, 2010:

9). Penelitian ini dilakukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di

lapangan tentang kemampuan kerjasama siswa di kelas IV dan V dalam

pembelajaran IPA pada SD Negeri1 Gedung Meneng.

31

D. Prosedur Penelitian

Langkah- langkah Penelitian :

1. Tahap Persiapan

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke

sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti yaitu

kelas IV dan kelas V.

c. Melakukan diskusi dengan guru yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi metode pembelajaran yang sering digunakan dalam

pembelajaran IPA dan didapatkan informasi dari guru kelas IV

dankelas V menggunakan metode ceramah dan diskusi.

d. Menetapkan sampel penelitian, yaitu siswa kelas IV dan V.

e. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam

penelitian yaitu: angket mengenai profil kemampuan kerjasama yang

diberikan kepada siswa, daftar pertanyaan berupa wawancara untuk

guru, dan lembar observasi untuk peneliti berupa daftar cek.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pengamatan di kelas pada saat guru melakukan

pembelajaran IPA selama dua kali pertemuan pada masing-masing

kelas.

b. Peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar

observasi dan rekaman video.

32

c. Memberikan angket kepada siswa tentang profil kemampuan

kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran IPA.

d. Memberikan daftar pertanyaan yang berupa wawancara kepada guru

unuk mengetahui tentang proses pembelajaran IPA.

e. Menganalisis hasil observasi siswa dan memberikan skor terkait

dengan kemampuan kerjasama siswa dengan rumus yang sudah dibuat

sebelumnya.

f. Menganalisis angket siswa dan memberikan skor serta

mempersentasekannya dengan menggunakan rumus yang sudah dibuat

sebelumnya.

g. Mendeskripsikan kemampuan kerjasama siswa menggunakan kriteria

yang sudah dibuat yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah,

dan rendah.

E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa data kualitatif yaitu berupa kemampuan

kerjasma siswa dilihat berdasarkan kriteria sangat tinnggi, tinggi, sedang,

sangat rendah, dan rendah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi

Pada penelitian ini untuk mengamati kemampuan kerjasama siswa

menggunakan lembar observasi (Margono, 2010: 58). Lembar observasi

33

ini digunakan peneliti untuk melihat profil kemampuan kerjasama yang

terjadi pada saat dilaksanakan pembelajaran berkelompok dengan

kriteria- kriteria mengenai kemampuan kerjasama.

Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Kemampuan KerjasamaSiswa dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

No. Aspek kerjasama yang diukurNomorItem

1 Menggunakan kesepakatan 1

2 Menghargai kontribusi 2

3 Mengambil giliran dan berbagi tugas 34 Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 45 Berada dalam tugas 56 Mendorong partisipasi 67 Mengundang orang lain 78 Menyelesaikan tugas dalam waktunya 89 Menghormati perbedaan individu 910 Musyawarah dalam kelompok 1011 Peran ketua kelompok 11, 12

(Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren (dalam Isjoni,2013:65-66)).

b. Angket

Angket merupakan suatu daftar pertanyaan tertulis untuk memperoleh

informasi dari responden (Sudaryono, dkk., 2013: 30). Angket yang

diberikan kepada siswa berkaitan dengan profil kerjasama siswa dalam

kelompok, pertanyaan profil kerjasama siswa terdapat 9 butir

pertanyaan.

34

Tabel 2. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang KerjasamaSiswa dalamPembelajaran IPA

No. Aspek kerjasama yang diukurNomorItem

1 Menggunakan kesepakatan 1

2 Menghargai kontribusi 2

3 Mengambil giliran dan berbagi tugas 34 Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 45 Berada dalam tugas 56 Mendorong partisipasi 67 Mengundang orang lain 78 Menyelesaikan tugas dalam waktunya 89 Menghormati perbedaan individu 910 Musyawarah dalam kelompok 1011 Peran ketua kelompok 11, 12

(Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren (dalam Isjoni,2013:65-66)).

c. Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data kualitatif dengan

menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara (Sudaryono, dkk.,

2013: 35). Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang proses

pembelajaran IPA. Peneliti menerima informasi dari guru secara

langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan

beberapa pertanyaan.

35

Daftar pertanyaan:

Tabel 3. Daftar pertanyaan wawancara

No Pertanyaan

1. Bagaimana caraBapak/ Ibu membentuk kelompok di dalamkelas, berdasarkan:

a. Gender (homogen/ heterogen)b. Nilai siswac. Absen siswa yang sesuai dengan abjadd. Urutan nomer absen ganjil atau genape. Kemauan siswa sendirif. Sikap atau karakter siswa

2. Berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok yang Bapak/Ibubuat?

3. Apakah dalam penilaian kelompok, Bapak/Ibu memperhatikancara kerjasama dan aktivitas siswa saat diskusi?

4. Apakah dalam diskusi Bapak/Ibu mengatur jalannya diskusipada masing-masing kelompok?

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mendorong siswa untuk belajardalam kelompok?

6. Bentuk tugas apa yang Bapak/Ibu berikan dalam diskusi?

7. Apakah Bapak/Ibu mendorong siswa mendengarkan gagasandan pikiran siswa lainnya?

8. Bagaimana Bapak/Ibu mengigatkan siswa untuk berperan aktifdalam diskusi?

9. Apakah siswa menyenagi pembelajaran kelompok?

10. Apakah siswa tertarik untuk belajar bersama dan saling belajardari siswa lain?

11. Apakah siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiranantar sesama mereka?

12. Apakah siswa antusias mengerjakan tugas mata pelajaran IPAsecara berkelompok?

d. Dokumentasi

Peneliti melakukan dokumentasi dalam proses pengumpulan data

berupa rekaman video dan foto-foto (Sudaryono, dkk., 2013: 41). Selain

itu peneliti meminta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

silabus untuk mengetahui benar tidak pembelajaran dilakukan.

36

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Data-data yang ada adalah data kualitatif yang diubah menjadi data

kuantitatif kemudian dideskripsikan dengan mempersentasikannya.

1. Data Kualitatif

Dalam menganalisis data yang terkumpul dari lapangan, penulis

menggunakan metode deskriftif kualitatif dimana data dan informasi

diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif. Data kualitatif

diperoleh dari hasil observasi (berupa dafta rcek) dan wawancara yang

dilakukan dengan guru kelas IV dan V SD unuk mengetahui tentang

proses pembelajaran IPA. Adapun langkah-langkah analisis penelitian ini

sebagai berikut :

a. Mengklasifikasikan skor 0 ( kurang), 1 (cukup), dan 2 (baik) yang

diperoleh peneliti dari lembar observasi mengenai profil kerjasama

siswa.

b. Menghitung skor yang diperoleh dari lembar observasi dalam bentuk

persentase dengan menggunakan rumus analisis deskriptif persentase

menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:% = × 100Keterangan :

n = nilai yang diperoleh respondenN = nilai yang semestinya diperoleh responden% = persentase kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V

37

Hasil perhitungan dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan

dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa sebagai

berikut:

Tabel 4. Kriteria Tingkat Kemampuan Kerjasama Siswa dalamPembelajaran IPA Kelas IV dan V

No Interval nilai Kriteria1. 81 – 100 Sangat tinggi2. 61 – 80 Tinggi3. 41 – 60 Sedang4. 21– 40 Rendah5. 0-20 Sangat rendah

(Sumber : Riduwan, 2012: 89)

c. Peneliti juga menggunakan angket untuk mengetahui profil

kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran dengan

mengklasifikasikan skor nilai 1 (Ya) dan 0 (Tidak) sedangkan untuk

pertanyaan dengan kalimat negatif mengklasifikasikan skor nilai 1

(Tidak) dan 0 (Ya).

d. Menghitung skor dari angket dalam bentuk persentasi dengan

menggunakan rumus analisis deskriptif presentasi menurut Ali (2013:

201) sebagai berikut: % = × 100Keterangan :

% = persentase pola dan profil kemampuan kerjasama siswa dalamkelompok,

n = skor yang diperolehN = jumlah skor

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan kerjasama pada pembelajaran IPA di SD Negei 1 Gedung Meneng,

Bandar Lampung sudah mencapai dalam kiteria “tinggi” dilihat dari hasil

persentase berikut:

1. Profil kemampuan kerjasama pada lembar observasi kelas IV yakni pada

aspek disiplin tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 69% dan

profil kemampuan kerjasama pada kelas V yakni pada aspek respek dan

taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 78%. Profil

kemampuan kerjasama pada angket siswa kelas IV yakni pada aspek taat

aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 79% dan profil

kemampuan kerjasama pada kelas V yakni pada aspek displin tergolong

dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 78%.

2. Pola kerjasama siswa pada pembelajaran IPA di sekolah SD Negeri 1

gedung Meneng terbentuk 4 pola kerjasama. Pola kerjasama spontan,

kerjasama kontrak dan kerjasama langsung terbentuk pada masing-masing

dua kelompok sedangkan pada pola kerjasama langsung terbentuk 3

kelompok dengan karakteristik yang berbeda. Sehingga pola yang lebih

63

menonjol pada sekolah ini adalah pola kejasama langsung (Directed

Cooperation).

B. Saran

Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan sehingga

peneliti menyarankan sebaiknya:

1. Untuk penelitian deskriptif , diperlukan adanya referensi dari berbagai

sumber dan memerlukan bantuan dari observer lain, sehingga peneliti

tidak merasakan kesulitan untuk menyatakan fakta-fakta yang terjadi

dilapangan.

2. Kepada peneliti lain, sebelum melakukan observasi kemampuan

kerjasama dalam pembelajaran IPA sebaiknya lebih banyak lagi dalam

pengambilan sampel agar data yang diperoleh dapat dibandingkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Inti Media. Surakarta.

Azaria Ina. Y. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Discovery UntukMeningkatkan Hasil Belajar Ips Di Sekolah Dasar. JPGSD Volume 01Nomor 02. (Online) (http://jurnal.unnes.ac.id/artikel_sju/pdf/upej/764/790,diakses pada tanggal 17 Desember 2015; Pukul 13.30 WIB).

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional DiAbad-21. BSNP. Jakarta.

BSNP. 2006. Panduan Penyusun KTSP Jenjang Pendidikan Dasar danMenengah. Jakarta.

Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major. 2014. CollaborativeLearning Techniques. Terjemahan Oleh Nurlita Yusron. Nusmed-Studio.Bandung.

BPPTKPU. 2011. Lesson Study. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Jawa Barat.

Darmodjo, Hendro & Jenny R.E. Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Delors, Jacques. (1996). “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO ofthe International Commission on Education for the Twenty-First Century.Paris: UNESCO Publishing. (Online) .(http://ecampus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/ 429.pdf, diaskes pada tanggal02 Februari2016; Pukul 21.15 WIB).

Dimyati Dan Moejiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Djojosoediro, W. 2010. Hakikat IPA. (Online)(http://pjjpgsd.unesa.ac.id/dok/1.Modul1Hakikat%20IPA%20dan%20Pem

65

belajaran%20IPA.pdf) diunduh pada tanggal 24 Desember 2015; Pukul10.00 WIB).

Eggen, P. dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta.

Funali, Mochamad. 2014.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada MataPelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Pembelajaran KolaborasiPada Siswa Kelas V Sdn I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako OnlineVol. 4,No. 1. (Online).(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3266/2314diakses pada tanggal 12 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).

Hamalik, O. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Ihsan, Faris. 2014. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta DiklatMelalui Pembelajaran Kolaboratif. (Online).(http://bkddiklat.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2014/09/Meningkatkan-Keterampilan-Kerjasama-Peserta-Diklat-Melalui-Pembelajaran-Kolaboratif.pdf, diaskes pada 31 Januari2016; Pukul 19.24 WIB).

Indriati, D. 2012. Meningkatkankan Hasil Belajar IPA Konse Cahaya MelaluiPembelajaran Science-Edutanment Berbantuan Media Animasi. JurnalPendidikan IPA Indonesia. JTII 1 (2). 192. (Online).(http://ejournal.undiksha.ac.id/indexs.php/science/edutaiment/article/dwonload/.../2571, diakses pada tanggal 25 Januari 2014; 13.00 WIB.

Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan KomunikasiAntar Peserta Didik. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.

Iskandar, Sarin. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta.

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegia-tan Belajar-MengajarMengasyikkan dan Bermakna. MLC. Bandung.

Kurniasih, I. dan B. Sani. 2014. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Kompas. 2015. Berawal dari Ejekan, Perkelahian Siswa Kelas 2 SD Itu BerujungKematian. (Online).(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/19/17421981/Berawal.dari.Ejekan.Perkelahian.Siswa.Kelas.2.SD.Itu.Berujung.Kematian, diaksespada tanggal 15 Maret 2016; Pukul 21.45 WIB).

66

Lie, Anita. 2005. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.PT Grasindo. Jakarta.

Margono, S. 2010. Metodologi penelitian pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.

Mendikbud. 2012. Panduan kurikulum 2013 dan pendidikan. Depdiknas. Jakarta.

Mukminan, 2014. Tantangan Pendidikan di Abad 21.Universitas NegeriYokyakarta. Yokyakarta . Diakses Tanggal 15 Nvember 2015.

Mulyani, Sumantri, Johar Permana, 2011. Strategi Belajar Mengajar. CVMaulana. Bandung.

Nurhamzah, N. 2012. Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan KonsepSiswa pada Sistem Eksresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. Jurnal.Tersedia di http://aresearch.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704339_chapter3.pdf . 29 Januari2016; Pukul 13.00 WIB.

Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum BahasaIndonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remaja RosdaKarya. Bandung.

Rofiq, M Nafiur. 2010. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) DalamPengajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Falasifa. Vol. 1, No. 1.(Online). (https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/m-nafiur-rofiq-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning-dalam-pengajaran-pendidikan-agama-islam.pdf, diakses pada tanggal 12 Januari 2016; Pukul21.00 WIB).

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Rustaman, N. Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang.

Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media. Bandung.

Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Refika Aditama. Surabaya.

Soemantri. 2000. Pembelajaran Inkuiri. (Online). (http//www.google.com-Pembelajaran-inkuiri). Diakses tanggal 03 Desember 2013; Pukul 13.00WIB.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Radja Grafindo Persada.Jakarta.

67

Suryosubroto. 2004. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.Bina Aksara. Jakarta.

Sudaryono., G. Margono., dan W. Rahayu. 2013. Pengembangan InstrumenPenelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.Bandung.

Sutrisman. 1987. Meningkatkan kemampuan kerjasama. (Online).(http://sutrisman.blogspot/1987/29/meningkatkan-kemampuan-kerjasama.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2015; Pukul 13.00WIB).

Tribunnews. 2014. Anak SD di Kediri Tewas Berkelahi dengan Teman Kelas.(Online). (http://www.tribunnews.com/regional/2014/04/25/anak-sd-di-kediri-tewas-berkelahi-dengan-teman, diakses pada tanggal 10 Maret2016; Pukul 19.43 WIB).

Utomo, Bendot Tri. 2011. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif DenganAsesmen Teman Sejawat Pada Mata Pelajaran Matematika SMP.JP3.Vol. 1, No. 1. (Online).(https://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/bendot-tri-utomo.pdf,diakses pada tanggal 08 Desember 2015; Pukul 13.40 WIB).

Wiranti setyanti, Sri. 2012. Membangun Kerjasama Tim (Kelompok). Volume 4No 3, (59-62). Di akses Tanggal 11 Oktober 2015.

Widodo Urip. 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif untukMeningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kela X pada Mata PembelajaranMembaca Gambar Sketsa Di SMK Negeri Klaten. (Skripsi). UniversitasNegeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Widyantini Theresia. 2014. Penerapan Model Project Based Learning(Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola BilanganKelas VII. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. (Online)(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/widhyantinii-Theresiaspd-mpd/worksheet-integrated-sc.pdf, diaskes pada 17 Desember 2015;Pukul 11.00 WIB).

Widuri, E. 2012. Perbandingan Pengajaran Dengan Menggunakan KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi dan KTSP (Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan). (Online).(http://www.google.com/jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/download/197/76, diakses pada tanggal 10 Mei 2016; pukul 14.05WIB).

68

Wiyana, Anitah. S, Haryanto. S. 2013. Pengaruh Pengetahuan KTSP PendidikanTerhadap Kemampuan Menyusun RPP Guru SDN Jatiyoso Tahun2011/1012. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 1, No. 2. (Online).(https://core.ac.uk/download/pdf/12348585.pdf, diakses pada tanggal 10Mei 2016; pukul 14.30 WIB).

Wuryastuti, S. 2008. Inovasi Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. JurnalPendidikan Dasar. Nomor 9. Di akses tanggal 24 November 2015.