86
PROFIL KESEHATAN KOTA BATAM BAB I PENDAHULUAN INTRODUCTION 1.1.  LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan penuh komitmen dari berbagai pihak pelaksana pembangunan kesehatan akan mencapai hasil yang diharapkan yaitu meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai dengan pembukaan UUD 1945, pembangunan kesehatan nasional yang dalam pelaksanaannya mengacu kepada SKN 2009 dan Renstra Depkes 2005- 2025 sebagai dasar kebijakan pelaksanaan pembangunan kesehatan pada tingkat kabupaten/kota di Indonesia. Berpedoman kepada Sistem Kesehatan Nasional yang terdiri dari 14 program pada dasarnya Kota Batam telah melaksanakan 14 (empat belas) program kesehatan nasional. Pelaksanaan program pelayanan kesehatan dasar yang langsung menyentuh pada masyarakat Kota Batam ada 10 program yang

Profil Kesehatan Kota Batam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Profil Kesehatan Kota Batam

PROFIL KESEHATAN KOTA BATAM

BAB I

PENDAHULUAN

INTRODUCTION

1.1.   LATAR BELAKANG

Pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dan penuh komitmen dari berbagai pihak

pelaksana pembangunan kesehatan akan mencapai hasil yang

diharapkan yaitu meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai dengan

pembukaan UUD 1945, pembangunan kesehatan nasional yang

dalam pelaksanaannya mengacu kepada SKN 2009 dan Renstra

Depkes 2005-2025 sebagai dasar kebijakan pelaksanaan

pembangunan kesehatan pada tingkat kabupaten/kota di Indonesia.

Berpedoman kepada Sistem Kesehatan Nasional yang terdiri dari 14

program pada dasarnya Kota Batam telah melaksanakan 14 (empat

belas) program kesehatan nasional. Pelaksanaan program pelayanan

kesehatan dasar yang langsung menyentuh pada masyarakat Kota

Batam ada 10 program yang diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

sehingga peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kota Batam

yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sementara 4 (empat) program

Page 2: Profil Kesehatan Kota Batam

lainnya merupakan program yang tercakup dalam  Bantuan Alokasi

Umum (BAU) Pemerintah Kota Batam.

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil

pencapaian dan pemantauan program kesehatan termasuk kinerja

mulai dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan minimal dalam

bentuk profil kesehatan Kota Batam. Profil kesehatan Kota Batam

selalu diterbitkan setiap tahun yang menggambarkan situasi dan

kondisi kesehatan masyarakat Kota Batam ini memuat berbagai data

dan informasi kesehatan yang meliputi derajat kesehatan, upaya

kesehatan dan sumber daya kesehatan. Profil ini juga menyajikan

data pendukung lainnya yang berhubungan dengan kesehatan seperti

data kependudukan, ekonomi, pendidikan dan Keluarga Berencana.

Data yang didapatkan diolah dan di analisis dan disajikan dalam

bentuk sederhana seperti tampilan tabel, grafik dan  naratif.

Profil kesehatan Kota Batam juga diharapkan dapat digunakan

sebagai sarana pemantauan, pembinaan dan pengawasan upaya

program dan pelayanan kesehatan Kota, karena sebagian besar

masyarakat  Kota Batam baik di mainland  terutama hinterland

masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan walaupun dalam skala

minimal. Derajat Kesehatan dipengaruhi banyak hal (faktor

determinan) diantaranya faktor geografis, demografis, sosial serta

budaya serta faktor perilaku. Mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat Kota Batam memerlukan kesadaran yang

adekuat perlu proaktif masyarakat, bergandeng tangan dengan

instansi terkait  pemerintah kota Batam untuk melaksanakan

pembangunan di Kota Batam khususnya dibidang kesehatan. Faktor

perilaku sangat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan

Page 3: Profil Kesehatan Kota Batam

masyarakat, untuk tiu upaya meningkatkan pengetahuan, kepedulian

dan menumbuhkan kesadaran dan kemauan yang pada akhirnya

menumbuhkan sikap untuk berperilaku hidup sehat.

Penyusunan Profil Kesehatan Kota Batam dari tahun ke tahun selalu

menuju perbaikan kearah yang lebih baik, pada tahun 2009 ini dalam

penampilan profil kesehatan Kota Batam berupa pencapaian program

kesehatan yang mengacu kepada program kesehatan nasional 

sesuai target dalam Indikator Sehat 2010 dan  Indikator Kinerja

berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dipadukan

dalam satu paket, profil kesehatan ini dapat dijadikan sebagai

penilaian/evaluasi hasil pencapaian program kesehatan Kota Batam

yang aktual serta dasar dan bahan pertimbangan dalam menyusun

perencanaan pada masa datang atau perencanaan yang stretegis

untuk program yang belum mencapai target yang diharapkan sebagai

solusi pemecahan masalah dengan harapan pembangunan

kesehatan di Kota Batam selalu meningkat menuju derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

1.2.   TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum

Mendapatkan keadaan gambaran derajat kesehatan masyarakat Kota

Batam pada tahun 2009 dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan manajemen kesehatan secara efektif

dan efisien.

1.2.2.  Tujuan Khusus

Page 4: Profil Kesehatan Kota Batam

1. Diperolehnya informasi tentang gambaran umum Kota Batam

yang meliputi data demografi, geografi, dan sosial ekonomi tahun

2009.

2. Diperolehnya informasi tentang gambaran situasi derajat

kesehatan di Kota Batam Tahun 2009, baik mortalitas, morbiditas

dan status gizi  maupun usia harapan hidup masyarakat Kota

Batam tahun 2009

3. Diperolehnya informasi faktor lingkungan yang mempengaruhi

kesehatan tahun 2009.

4. Diperoleh informasi tentang perilaku masyarakat Kota Batam

yang mempengaruhi derajat kesehatan.

5. Diperoleh informasi tentang faktor-faktor hereditair khususnya

tentang kependudukan yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat Kota Batam

6. Diperolehnya gambaran situasi sumber daya kesehatan berupa

sarana dan prasarana di Kota Batam sebagai kekuatan dalam

pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kota Batam tahun 2009.

1.3.   MANFAAT

1.3.1.  Bagi Dinas Kesehatan

Profil kesehatan merupakan hasil kinerja Dinas Kesehatan dengan

unsur-unsurnya dan dinas/instansi terkait dan bermitra baik

pemerintah maupun swasta serta seluruh masyarakat Kota Batam

yang dijadikan evaluasi sebagai dasar penyusunan perencanaan

untuk peningkatan, perbaikan dan pengembangan pembangunan

Page 5: Profil Kesehatan Kota Batam

kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Batam dimasa

depan.

1.3.2.  Bagi Pemerintah Kota

Profil kesehatan dapat dijadikan informasi/bahan bagi stake

holder dalam membuat kebijakan untuk pengambilan keputusan dan

penetapan konsep pembangunan bidang kesehatan.

1.3.3. Bagi Masyarakat

Masyarakat sebagai sasaran dalam pembangunan kesehatan yang

dapat merasakan langsung upaya pembangunan kesehatan,

sehingga profil kesehatan ini merupakan informasi atas kegiatan

program dan upaya pelayanan kesehatan yang telah dilaksanakan

oleh Dinas Kesehatan Kota Batam dan jajarannya dalam peningkatan

mutu program baik pelayanan dasar dan lanjutan.

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

BATAM CITY OVERVIEW

2.1.       KEADAAN  GEOGRAFIS

Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis,

yaitu di jalur pelayaran dunia internasional, berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Batam Tahun 2004 – 2014, Kota Batam  terletak antara

O025’29†� —  1015’00†Lintang Utara dan 103� 034’

35†� —  1040 26’ 04†� Bujur Timur. Dengan luas wilayah 3990

Page 6: Profil Kesehatan Kota Batam

Km2 terdiri dari luas wilayah daratan 1040 Km2 dan luas wilayah laut

2950 Km2. Wilayah daratan Kota Batam terdiri dari lebih dari 400

pulau, 329 pulau diantaranya telah bernama, termasuk didalamnya

pulau-pulau yang berada pada peripher dalam batasan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berbatas dengan negara tetangga.

Secara geografis Kota Batam berbatasan dengan :

a. Sebelah

Utara

: Selat Singapura

b. Sebelah

Selatan

: Wilayah Kecamatan Senayang

Kabupaten Kepulauan Riau

c. Sebelah

Barat

: Wilayah Kecamatan Moro

Kecamatan Karimun Kabupaten

Karimun.

d. Sebelah

Timur

: Kecamatan.  Bintan Utara  

Kabupaten  Kepulauan Riau

Keadaan geologi wilayah Kota Batam seperti daerah lainnya dalam

wilayah paparan kontinental provinsi Kepulauan Riau yang terdiri

pulau-pulau yang tersebar merupakan sisa-sisa erosi atau

penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari

semenanjung Malaysia dan pulau Singapura pada bagian Utara

sampai dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta Karimun di

bagian Selatan. Kota Tanjung Pinang yang merupakan pusat

pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan terletak

disebelah timur dan memiliki keterkaitan emosional dan kultural

dengan Kota Batam. Permukaan tanah di Kota Batam pada umumnya

dapat digolongkan datar dengan variasi daerah berbukit-bukit dengan

ketinggian maksimum 160 meter diatas permukaan laut. Sungai-

Page 7: Profil Kesehatan Kota Batam

sungai kecil banyak mengalir dengan aliran pelan dan dikelilingi

hutan-hutan,  semak belukar, hutan bakau yang lebat.

Iklim Kota Batam mempunyai iklim tropis, tahun 2009 suhu minimum

berkisar antara 20,0º C – 27,1 Âº C dan suhu maksimum berkisar

antara 32,5 ÂºC -33,2 ÂºC, sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun

adalah  31,7 ÂºC – 33,4 ÂºC. Sedangkan suhu rata-rata sepanjang

tahun 2009 adalah 20,4ºC -27,4ºC, dengan keadaan tekanan udara

rata-rata minimum 1.001,1 MBS dan maksimum 1.014,4 MBS.

Kelembaban udara di Kota Batam rata-rata berkisar antara 79 –

86% dan kecepatan angin maksimum 15 – 30 knot. Jumlah hujan

dengan hitungan hari selama Tahun 2009 di Kota Batam adalah 210

hari dan banyaknya curah hujan setahun 2.471 mm dan ketinggian

ibukota kecamatan dalam wilayah Kota Batam berkisar antara 2–10

meter diatas permukaan laut.

2.2.       PEMERINTAHAN

Pemerintah Kota Batam sebagai institusi eksekutif yang

melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap

permasalahan maupun tantangan yang muncul sesuai dengan

perkembangan sosial ekonomi, budaya, politik dan lainnya dalam

masyarakat.

Berlakunya Undang-Undang RI No. 53 Tahun 1999, maka Kotamadya

Administratif Batam berubah menjadi Kota Batam dan dengan

berlakunya   Undang–undang Nomor 25 Tahun 2002, Kota

Batam dan Kabupaten/Kota lainnya seperti Kabupaten Karimun,

Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Riau dan Kota Tanjung

Page 8: Profil Kesehatan Kota Batam

Pinang menjadi satu kesatuan dalam wilayah Provinsi Kepulauan

Riau.

Pemerintah Kota Batam dalam struktur pemerintahannya diatur

melalui Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2005 tentang

Pemekaran, perubahan dan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan

di Kota Batam yang diberlakukan terhitung mulai tanggal 1 Juni 2006

berisikan, Kota Batam yang awalnya terdiri dari 8 Kecamatan

(Kecamatan Belakang Padang, Sekupang, Lubuk Baja, Batu Ampar,

Nongsa, Sei Beduk, Galang dan Bulang) dengan 51 Kelurahan,

diadakan pemekaran wilayah menjadi 12 Kecamatan dengan 64

Kelurahan.

Pengembangan/pemekaran struktur pemerintahan dalam wilayah

kerja menjadi konsep pelayanan kesehatan masyarakat Kota Batam

dalam jangkauan/akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat

yang bertujuan untuk pemerataan pelayanan kesehatan baik

pembangunan/penyediaan sarana maupun prasarana kesehatan.

2.3. KEPENDUDUKAN/DEMOGRAFI

Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2009 ini, kami

menggunakan data kependudukan  pertanggal 1 Januari 2009 yang

berjumlah 913.843 jiwa  sebagai perhitungan target/sasaran

indikator program Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2009.  Berikut

gambaran demografi Kota Batam tahun 2009 dengan berbagai

variabel.

Gambar 1.    PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS

KELAMIN

Page 9: Profil Kesehatan Kota Batam

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Population based on gender the Batam city 2009 th years

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam

Sources : office of civil records and the city Batam

Jumlah penduduk Kota Batam tahun 2009 adalah 913.843 jiwa

dengan rasio penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk

perempuan. Rasio penduduk laki-laki dan perempuan adalah 1,02 : 1.

2.3.1.  KEPADATAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap

kesehatan, terutama morbiditas pada penyakit-penyakit tertentu,

seperti penyakit menular.

Gambar 2.    LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK

MENURUT KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam

Sources : office of civil records and the city batam

Kota Batam dengan luas wilayah 1.038.840 Km2 (daratan 1040 Km2)

dan jumlah penduduk tahun 2009 berjumlah 913.483 jiwa dengan

kepadatan penduduk rata-rata 0.88 orang/Km2. Dari grafik diatas

terlihat penyebaran penduduk tidak merata, penduduk terpadat

terdapat di Kecamatan Lubuk Baja (7.89 orang/Km2) dan terkecil di

Kecamatan Galang (0.06 orang/Km2).

2.3.2.  Laju Pertumbuhan Penduduk

Page 10: Profil Kesehatan Kota Batam

Dari hasil pengolahan data base penduduk Kota Batam oleh Dinas

Kependudukan Kota Batam pada bulan Januari tahun 2009 diperoleh

informasi bahwa jumlah penduduk Kota Batam telah mencapai

  913.843 jiwa,  maka rata-rata  pertumbuhan penduduk Kota

Batam selama tahun 2009 sebesar 8,60 persen. Angka ini sangat

dipengaruhi oleh kelompok usia subur yang sangat dominan dari

kelompok umur penduduk di Kota Batam dan yang sangat nyata laju

pertumbuhan penduduk di Kota Batam sangat dipengaruhi oleh

mobilitas penduduk yang cukup tinggi (Batam Dalam Angka, Publikasi

2009).

2.3.3.  Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi umur penduduk sangat diperlukan dalam mengatur strategi

perencanaan program kesehatan sebagai upaya-upaya peningkatan

derajat kesehatan.

Gambar 3.    DISTRIBUSI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK

UMUR

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Total Populations Based On Ages Of Groups For 2009

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam.

Sources : office of civil records and Batam City.

Penyajian data komposisi demografi dalam bentuk grafik diatas dapat

menggambarkan kelompok umur usia produktif terutama pada usia 20

sampai 39 tahun sangat dominan dibanding dengan kelompok umur

lainnya.

Page 11: Profil Kesehatan Kota Batam

Tingginya kelompok usia produktif (usia 15-59 tahun berjumlah

623.514 jiwa) menunjukkan rasio 2,5 artinya setiap orang dalam usia

produktif menanggung 2-3 orang.

Kota Batam sebagai daerah industri banyak menyerap tenaga kerja

sehingga mempengaruhi mobilitas penduduk baik regional maupun

international mengingat Kota Batam merupakan daerah perbatasan

dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Kondisi ini

menciptakan tantangan tersendiri terhadap status kesehatan

masyarakat Kota Batam.

2.4.         SOSIAL – EKONOMI

2.4.1.  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari

pendapatan perkapita, penerimaan pajak bumi atau bangunan (PBB),

pendapatan asli daerah (PAD) serta gambaran kualitas tentang

keadaan sandang, pangan dan perumahan  serta  tingkat

kesejahteraan masyarakat yang akan mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat.

Statistik Pendapatan Regional (Regional Income) antara lain dapat

digunakan :

1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah

2. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita

3. Untuk mengetahui struktur ekonomi

Page 12: Profil Kesehatan Kota Batam

4. Untuk mengetahui tingkat inflasi dan deflasi untuk mengetahui

tingkat kemakmuran yang berarti merupakan cerminan

kesejahteraan masyarakatnya.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Batam meningkat dari tahun ke

tahun, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi

peningkatan sebesar 0.04%. Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota

Batam mencapai 7,51% (tahun 2008 : 7.47%). Sebagai salah satu

daerah industri pendapatan dari sektor industri mendominasi

pendapatan terbesar, diikuti oleh sektor perdagangan, perhotelan dan

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 4,91

persen (sumber : Batam Dalam Angka Publikasi tahun 2009).

Pendapatan regional per kapita berdasarkan harga yang berlaku

(current price), pada tahun 2007 mencapai Rp 33,83 juta dan

berdasarkan harga konstan 2006 mencapai Rp 24,54 juta. Angka

yang disajikan merupakan angka perbaikan perhitungan PDRB tahun

2006 dan angka sementara perhitungan PRDB tahun 2007.

Permasalahan ekonomi merupakan gambaran adanya ketidak

seimbangan antara kebutuhanmanusia yang tidak terbatas dengan

alat pemenuhan kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan

itu kemudian dapat menyebabkan timbulnya kelangkaan dan

beberapa kerugian. Kerugian jangka panjang yang paling

mengkhawatirkan adalah menurunnya mutu Sumber Daya Manusia

(SDM) bahkan hilangnya generasi pada periode tertentu. Menurunnya

mutu SDM ini merupakan masalah kesehatan masa lalu yang dialami

sejak masa bayi serta masih dalam kandungan, karena tidak

mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kekurangan gizi ini akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel otak dan

Page 13: Profil Kesehatan Kota Batam

kematangan emosional. Masalah ini diperburuk lagi bila dalam kurun

usia lima tahun anak tidak pelayanan kesehatan yang baik sehingga

menganggu pertumbuhan dan perkembangannya, ia akan kehilangan

suatu kesempatan yang tidak bisa terulang lagi, kondisi ini semua

merupakan akibat ketidak mampuan orang tua memenuhi kebutuhan

gizi anak akibat krisis ekonomi (sumber : Batam Dalam Angka ,

Publikasi tahun 2009 )

2.4.2.  Regional Income

Perkembangan investasi di Kota Batam sampai dengan tahun 2008

menurut asal investasi berjumlah USD 13.082.310.665 dengan

perincian yang berasal dari investasi pemerintah berjumlah USD

2.606.746.746.210, swasta USD 10.475.564.455 meliputi swasta

domestik USD 5.710.154.199, dan swasta asing USD 4.765.410.256.

2.4.3.  Persentase Penduduk Miskin

Berdasarkan hasil pendataan Program perlindungan Sosial 2008

Badan Pusat Statistik Kota Batam  hasil verifikasi  didapatkan data

yaitu jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai masyarakat

miskin Kota Batam berjumlah 36.207 KK dengan jumlah anggota

rumah tangga miskin sebanyak 136.044 jiwa (kuota Batam), dari data

Dinas Kependudukan Tahun 2008 jumlah seluruh KK adalah 312.966

 yang tersebar di 12 kecamatan, yang berarti  presentase KK

miskin di Kota Batam sebesar 11,57% . BPS telah melakukan

kegiatan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 yaitu

validasi data masyarakat miskin Kota Batam untuk Program

Jamkesmas Kota Batam. Distribusi jumlah rumah tangga layak (KK

Miskin) Kota Batam Tahun 2008 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Page 14: Profil Kesehatan Kota Batam

GAMBAR 4.   DISTRIBUSI KELUARGA MISKIN PER

KECAMATAN

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber         : BPS Kota Batam Tahun 2008

Source          :

Hasil validasi dan verifikasi data masyarakat miskin Kota Batam

dilakukan dengan dua cara yaitu dengan  identifikasi dan

intensifikasi yang dilakukan oleh PT Sucopindo dan update data

masyarakat miskin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Batam,

ternyata hasil verifikasi data masyarakat miskin Kota Batam berjumlah

154.197 jiwa (ARTS), yang terbagi atas kuota JAMKESMAS 127.732

jiwa (33.408 RTS) dan non kuota JAMKESMAS 26.465 jiwa yang

berasal dari SKTM yang real dilapangan, dengan harapan akan

menjadi kuota JAMKESDA Kota Batam kedepannya.

2.5.   PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan suatu

bangsa. Cerdasnya suatu bangsa akan membawa kesejahteraan

bangsa itu sendiri.

Pendidikan merupakan salah satu determinan faktor lingkungan yang

berdampak terhadap derajat kesehatan suatu bangsa. Dibidang

kesehatan, mengetahui tingkat pendidikan masyarakat diharapkan

dapat mengambarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan, pola fikir yang berwawasan kesehatan dan mengadopsi

perilaku hidup bersih dan sehat dengan penuh kesadaran yang tinggi,

Page 15: Profil Kesehatan Kota Batam

sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan.

Persentase tingkat pendidikan penduduk di Kota Batam tahun 2009 

pada kelompok umur >10 tahun, seperti pada gambar berikut,

menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat

Kota Batam adalah tamatan SLTA, sebesar 53,63% dan sebesar

4.09% adalah memiliki tingkat pendidikan sarjana keatas. Dari

795.282 penduduk Batam yang berusia > 10 tahun, masih ada yang

tidak/belum pernah sekolah, hal ini menunjukkan bahwa penduduk di

Kota Batam masih ada yang belum tersentuh program pendidikan

dasar,  kemungkinan besar mereka adalah penduduk yang tinggal di

daerah hinterland.

Gambar 4.      PERSENTASE TINGKAT PENDIDIKAN

PENDUDUK USIA > 10 TAHUN DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam Tahun 2009

Source  : office of civil records and Batam City.

2.6.       AGAMA

MAYORITAS PENDUDUK KOTA BATAM BERAGAMA ISLAM PADA TAHUN 2009, HAL INI DAPAT  TERLIHAT PADA DIAGRAM BERIKUT INI.

Gambar 5.       PERSENTASE PENDUDUK MENURUT

AGAMA

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Page 16: Profil Kesehatan Kota Batam

Population persentage based on religius year 2009

SUMBER : DINAS KEPENDUDUKAN & CAPIL KOTA BATAM

Sources : office of civil records and the city batam

2.6.1.  LINGKUNGAN FISIK & BIOLOGI

Tingginya mobilitas pendatang dan pertumbuhan penduduk telah

berdampak kepada permasalahan sosial dan kondisi lingkungan di

Kota Batam. Hal tersebut terlihat dari menjamurnya rumah-rumah dan

kios–kios bermasalah baik dari aspek tata kota maupun aspek

kesehatan serta tidak sesuainya peruntukan lahan sebagaimana

diamanatkan Perda Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014.

MENGATASI PERMASALAHAN INI, PEMERINTAH KOTA BATAM, BADAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI KOTA BATAM  DAN INSTANSI TERKAIT LAINNYA TELAH MEMBANGUN PERUMAHAN MURAH YANG LAYAK DALAM BENTUK RUMAH SUSUN, HINGGA SAAT INI  TELAH DIBANGUN SEBANYAK 30 (TIGA PULUH TUJUH) UNIT TWINBLOK TERDIRI DARI 2752 UNIT YANG MAMPU MENAMPUNG 9.024 ORANG PEKERJA, DENGAN HARAPAN KEDEPANNYA PEMERINTAH DAPAT MEWUJUDKAN PEMUKIMAN YANG SEHAT BAGI MASYARAKAT BATAM, KARENA DALAM LINGKUNGAN YANG SEHAT AKAN MENCIPTAKAN FISIK DAN JIWA YANG

Page 17: Profil Kesehatan Kota Batam

SEHAT, YANG BERUJUNG PADA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA BATAM .

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BATAM

THE HEALTH DEGREE KOTA BATAM

Situasi derajat kesehatan merupakan gambaran kondisi yang

menunjukkan status/derajat kesehatan berupa angka kematian,

angka kesakitan, status gizi masyarakat terutama kelompok umur

dibawah 5 tahun dan usia harapan hidup. Status kesehatan

masyarakat Kota Batam tahun 2009 merupakan perkembangan

pembangunan kesehatan yang berkelanjutan.

3.1.1.1.       MORTALITAS

3.1.1.2.       Angka Kematian Ibu ( AKI )

Angka kematian ibu  merupakan salah satu indikator kesejahteraan

masyarakat,  untuk mendukung pencapaian Millineum Development

Goals (MDGs) dan RPJMN 2010-2014 dengan target AKI di

Indonesia tahun 2014 penurunannya menjadi 117/100.000KH.

Data kematian ibu tahun 2009 didapatkan dari laporan Audit Maternal

Perinatal (AMP) yang dikoordinir oleh Seksi kesehatan keluarga

Dinas Kesehatan Kota Batam, dengan jumlah kasus kematian ibu

pada tahun 2009 yang tercatat adalah sebanyak 9 orang dari jumlah

23.413 kelahiran hidup (Angka Kematian Ibu 38,4/100.000 KH),

Page 18: Profil Kesehatan Kota Batam

dibanding tahun 2008 angka kematian ibu adalah 56/100.000 KH (14

orang), terjadi penurunan sebesar 17.6/100.000 KH.

Laporan Audit Maternal Perinatal (AMP) seharusnya dapat

menggambarkan status kesehatan maternal perinatal, namun

kenyataan dilapangan tidak semua jumlah kematian Ibu terangkum

dalam laporan Audit Maternal Perinatal. Lemahnya sistem pencatatan

dan pelaporan diunit-unit pelayanan baik pemerintah maupun swasta

belum menggambarkan kematian maternal yang sesungguhnya.

Untuk itu sangat diharapkan kepada semua pihak yang terkait untuk

saling menguatkan sistem pencatatan dan pelaporan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan target 226/100.000

KH, maka Kota Batam telah mampu menekan AKI yang berkisar pada

 38,4/100.000 KH , angka ini  masih dibawah AKI  sebesar

228/100.000 KH (SDKI, 2007).

Adapun penyebab kematian ibu pada tahun 2009 yang terlaporkan

terlihat pada gambar berikut :

Gambar 6.        PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN IBU

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber      : Laporan AMP Seksi Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kota Batam

Source       :

Penyebab kematian ibu banyak disebabkan oleh pre eklamsi 4 kasus

(40%), karena abortus 2 kasus (20%), perdarahan 10% dan lain-lain,

Page 19: Profil Kesehatan Kota Batam

diantaranya karena penyakit yang menyertai selama kehamilan

seperti  penyakit infeksi (hepatistis, malaria dan lainnya) sebesar

30%.

3.1.2.    Angka Kematian Perinatal

Perinatal adalah janin mulai usia 28 minggu dalam kandungan

sampai  neonatus berusia 7 hari, sedangkan dikatakan bayi bila

berusia 1 – 12 bulan (Ensiklopedi Indonesia).

Tahun 2009 jumlah kasus kematian perinatal berdasarkan hasil Audit

Maternal Perinatal berjumlah 138 perinatal dari 23.413 kelahiran

hidup (5,9/1000 kelahiran hidup) dengan penyebab kematian perinatal

terbanyak adalah Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gram) sebesar

50.4% dan penyebab terkecil oleh asfixia (2.5%).

Gambar 7.         PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN

PERINATAL

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Laporan AMP Seksi Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kota Batam

Source        :

Dari 138 kematian perinatal, 50.2% disebabkan oleh Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) atau bayi lahir dengan berat badan < 2500

gram, dipengaruhi banyak faktor, antara lain karena kurangnya

asupan gizi pada ibu hamil yang bisa disebabkan oleh faktor sosial

ekonomi, perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang gizi ibu hamil,

sedangkan kelainan kongenital dapat dipengaruhi karena faktor

Page 20: Profil Kesehatan Kota Batam

hereditair atau penyakit tertentu. Penyebab lainya seperti ikterus,

infeksi dan aspexia dapat terjadi karena faktor pelayanan kesehatan

baik dari sarana maupun prasarana, jangkauan pelayanan kesehatan

terutama bagi masyarakat yang berada didaerah hinterland.

3.1.3.    Angka Kematian Bayi

Hasil pencatatan dan pelaporan dari unit pelayanan Puskesmas

dan  rumah sakit baik pemerintah maupun swasta sebanyak 167

orang (7,1/1.000 KH) kasus kematian bayi (1-12 bulan). Angka ini

masih jauh jika dibandingkan dengan target nasional  sebesar

34/1000 KH (SDKI, 2007).

3.1.4.   Angka Kematian Balita( AKABA )

Hasil pencatatan dan pelaporan  yang dilakukan oleh unit

pelayanan  baik dari Puskesmas maupun rumah sakit , pada tahun

2009 ini  kasus kematian balita tercatat sebesar 178/23413

( 7,6/1000 KH ).

3.2.       MORBIDITAS

3.2.1.  Sepuluh Penyakit Terbesar Rawat Jalan di Puskesmas se-

Kota Batam

Berdasarkan hasil laporan SP2TP tahun 2009 jika dibandingkan

dengan data tahun 2008 penyakit ISPA masih menduduki tingkat

pertama di Puskesmas, hal ini terlihat dari gambaran 10 (sepuluh)

penyakit terbesar kunjungan ke Puskesmas yang ada di Kota Batam,

seperti gambar dibawah ini.

Gambar 8.    SEPULUH PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS

Page 21: Profil Kesehatan Kota Batam

KOTA BATAM TAHUN 2009

10 Diseases Public health in Batam at 2009 years

Sumber : Bidang Yankesfar Dinkes Kota Batam

Source : Health service sector  Batam healt office

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Atas (ISPA) masih merupakan rating tertinggi pada 10

penyakit terbesar yang ditemukan pada pasien yang berkunjung ke

Puskesmas dalam wilayah kerja Kota Batam, sedangkan penyakit-

penyakit lain yang masuk 10 (sepuluh) penyakit terbesar pada tahun

2009 ini tidak jauh berbeda dengan kasus pada tahun 2008

penyebabnya dipengaruhi oleh diantaranya perubahan iklim, mobilitas

daerah industri, debu lalu lintas kebakaran hutan ,serta yang terutama

perilaku hidup bersih sehat masih belum membudaya, dan

memerlukan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

3.2.2.  Kunjungan Rawat Jalan di  Rumah Sakit  di Kota Batam

Laporan kunjungan rawat jalan didapat dari rumah sakit pemerintah

maupun swasta yang ada di Kota Batam, sebagian besar rumah sakit

swasta menginformasikan data ini secara rutin setiap bulannya,

walaupun ada beberapa rumah sakit belum melaksanakan pelaporan

ini sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan rekapitulasi

kunjungan rawat jalan Rumah Sakit  yang melapor ke Dinas

Kesehatan Kota Batam tahun 2009, dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

Page 22: Profil Kesehatan Kota Batam

Gambar 9.    SEPULUH PENYAKIT TERBESAR DI RUMAH

SAKIT

KOTA BATAM TAHUN 2009

10 Diseases hospital in Batam at 2009 years

Sumber : Bidang Yankesfar Dinas Kesehatan Kota

Batam

Source : Health service sector  Batam healt office

ISPA masih merupakan rating tertinggi dari kunjungan rawat jalan di

rumah sakit di Kota Batam pada tahun 2009.

Tingginya penyakit ISPA, dipengaruhi banyak hal, antara lain iklim

yang berubah-rubah, polusi udara yang merupakan unsur determinan

faktor lingkungan yang tidak bersahabat dengan kesehatan. Penataan

lingkungan yang berwawasan kesehatan perlu mendapat perhatian

khusus dalam upaya menurunkan angka kesakitan penyakit tertentu

terutama penyakit penyakit infeksi saluran nafas (ISPA).

3.2.3 Angka Harapan Hidup

Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Meningkatnya usia

harapan hidup bersinergi dengan derajat kesehatan pada umumnya

yang menggambarkan peningkatan kwalitas hidup dan kesejahteraan

dengan kemampuan menjalani hidup dengan waktu yang lebih

panjang.

Page 23: Profil Kesehatan Kota Batam

Usia harapan hidup masyarakat Kota Batam untuk laki-laki 77 tahun

dan perempuan 82 tahun (http//www.tat.sachen-ueber-

deuthslands.de/fileadmin/sprachen/download/indoensisch/

tat08_IND_09masyar.pdf), mengaju pada RPJMN tahun 2014, usia

harapan hidup yang diharapkan pada tahun 2014 adalah 72 tahun.

3.2.   Keadaan Status Gizi

3.2.1.  Status Gizi Balita

Status Gizi terutama pada balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara

penilaian status gizi Balita adalah dengan anthropometri yang

menggunakan indeks berat badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Berdasarkan  hasil pemantauan status gizi yang dilakukan pada

tahun 2009 lalu diketahui bahwa persentase gizi baik (normal) tahun

2009 adalah 97%, dibanding dengan tahun 2008 sebesar  89,2%

menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna. Sedangkan pada

tahun 2009 Balita dalam kategori kurus  didapat  dari 369/2.825

( 13,06 % ) Balita.

Dari 369 Balita tersebut terdapat 15 (4,07% ) anak yang mengalami

gangguan klinis dan telah dilakukan perawatan di rumah sakit

sebesar 100%. Dari hasil pemantauan langsung ke lapangan, kondisi

balita dengan status gizi kurang tidak hanya disebabkan karena

kurangnya asupan makanan yang bergizi, akan tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor lain seperti penyakit tertentu sehingga balita

kehilangan berat badan normal. Faktor lain yang berdampak tidak

langsung pada status gizi balita seperti lingkungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan sehingga balita mudah terserang

Page 24: Profil Kesehatan Kota Batam

penyakit infeksi. Berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi

diketahui

bahwa Balita yang mengalami gangguan gizi sangat kurus yang di

rawat di rumah sakit tersebut umumnya menderita gangguan penyakit

infeksi chronis seperti TBC, Diare Chronis dan lain-lain yang

bermukim dirumah yang tidak layak huni seperti sanitasi lingkungan,

pencahayaan rumah, ventilasi perumahan yang kurang memenuhi

syarat rumah sehat.

Upaya meningkatkan status gizi balita menjadi baik dan tidak jatuh

pada status gizi yang tidak normal, baik, kurang ataupun lebih

(obesitas) maka perlu komitmen bersama dari seluruh elemen

masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat

khususnya di Kota Batam.

Gambar 10.   PERSENTASE STATUS GIZI BALITA

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Table 3.4.1 Data Pemantauan status gizi balita di Kota Batam Tahun 2008Data Monitoring nutritional status in five Batam Tahun 2008

Sumber : Seksi Gizi Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota

Batam

Source  : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

3.2.2.BBLR (Bayi berat badan lahir rendah)

Berat badan lahir rendah merupakan gambaran kurangnya asupan

makanan bergizi pada ibu hamil sehingga pertumbuhan janin tidak

Page 25: Profil Kesehatan Kota Batam

maksimal, banyak faktor determinan yang berperan pada kejadian

BBLR, antara lain faktor ekonomi, kurangnya pengetahuan ibu

tentang kebutuhan zat gizi pada masa hamil atau adanya penyakit

yang mengiringi ketika ibu hamil yang mempengaruhi asupan gizi

yang dibutuhkan. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat

badan lahir kurang dari 2500 gram, persentase BBLR tahun 2009

adalah 3.61% dari kelahiran hidup (845 kasus), dibanding tahun 2008

sebesar 2,91% terjadi sedikit peningkatan sebesar 0.7%.

Berdasarkan laporan dari Puskesmas yang berbasis wilayah kerja

dapat dilihat gambaran kejadian BBLR pada grafik berikut :

GAMBAR 11.           KEJADIAN BBLR MENURUT

KECAMATAN

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Seksi Gizi Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota

Batam

Source  : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Hasil laporan yang didapatkan jumlah kasus BBLR tahun 2009

sebanyak 845 kasus dan semua kasus telah ditangani sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan.

3.3.   Gambaran Situasi Penyakit Menular di Kota Batam

3.3.1.  Penyakit Menular Bersumber Binatang

3.3.1.1.      Malaria

Page 26: Profil Kesehatan Kota Batam

Penyakit Malaria sampai saat ini masih merupakan penyakit endemis

di Kota Batam terutama dikawasan hinterland dan daerah pinggiran.

Faktor geografis Kota Batam yang terdiri dari beberapa pulau dengan

wilayah perairan/berawa-rawa  dan didukung juga dengan Kota

Batam yang merupakan daerah yang sangat pesat dengan

pembangunan fisik sehingga kurang memperhatikan keseimbangan

alam (ekosistem) yang berdampak pada lingkungan,  banyaknya

penggalian pasir yang menyisakan tempat genangan air yang menjadi

media perkembangbiakan nyamuk sehingga meningkatkan populasi

nyamuk anopheles sebagai vektor penularan penyakit malaria.

Kejadian kasus malaria yang secara nasional frekwensinya dihitung

dalam bentuk API ( Annual paracit Insiden ), dengan definisi

operasionalnya adalah jumlah kasus malaria dengan level kasus

konfirm dibagi jumlah penduduk dikali 1000, berikut ini gambaran 

API kota Batam Tahun 2006-2009.

Gambar 12.   Annual Parasite Incidence (API) Kota Batam 2006 s.d

2009

Annual parasite Incidence (API) Batam 2006 to 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Source   : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Terlihat pada gambar diatas, bahwa API malaria pada 4 tahun

terakhir berkisar dibawah 1/1000 penduduk. Pada tahun 2009 API

malaria terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2008 dengan angka

mendekati seperti pada tahun 2007.

Page 27: Profil Kesehatan Kota Batam

Berdasarkan tempat malaria dengan level kasus konfirm dalam

wilayah kecamatan di Kota Batam dapat dilihat pada gambar berikut

dibawah ini :

Gambar 13.   ANNUAL PARACITE INCIDENT MALARIA

MENURUT WILAYAH KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Source   : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Seperti tahun yang lalu, Kecamatan Galang, Nongsa, Batam Kota,

Sei Beduk dan Belakang Padang merupakan kantong kawasan

endemik malaria. Sementara kecamatan lain API malaria hanya

terjadi 1-2 kasus, bahkan di Kecamatan Sekupang dan Lubuk Baja

tidak terdapat kasus malaria positif/konfirm. Namun demikian

peningkatan kasus malaria tidak menimbulkan Kejadian Luar Biasa

(KLB) sepanjang tahun 2009.

3.5.1.2.       DBD (Demam Berdarah Dengue)

Penyakit Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk  aedes agypty dan aedes albopoictus, kedua jenis nyamuk

ini terdapat hampir diseluruh wilayah Indonesia, kecuali ditempat

dengan ketinggian >1000 meter diatas permukaan laut. Faktor

geografis sangat berperan pada kejadian penyakit ini selain faktor

genetik hospes/perantara dengan tendesi agent yang berbeda yang

menyebabkan manifestasi dan tatalaksana penangganan penderita

Page 28: Profil Kesehatan Kota Batam

yang berbeda. Faktor lain yang mempengaruhi penyakit DBD selain

faktor lingkungan dan agen juga perlu diperhatikan faktor

host/manusia, kerentanan dan respon imun serta perilaku

manusianya untuk terserang penyakit DBD.

Infeksi virus dengue telah menjadi masalah kesehatan yang cukup

serius pada negara-negara tropis dan sub tropis, karena dampak

yang ditimbulkan apabila tidak mendapat penangganan segera dapat

menyebabkan kematian. Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota

Batam berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 (IR

122.99/100.000 penduduk) terjadi penurunan sebesar 1,1/100.000

penduduk dibanding  tahun 2008 (IR 123,8/ 100.000 penduduk).

Gambar 14.       INCIDENT RATE & CFR DBD

DI KOTA BATAM TAHUN 2006-2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Source   : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Angka kematian karena DBD atau yang lazim disebut Case Fatality

Rate DBD (CFR) tidak ikut berfluktuasi seperti Incident Rate DBD

(IR), terlihat pada gambar diatas dari tahun 2006-2009 dengan CFR

yang cenderung menurun sehingga pada tahun 2009 berada dibawah

1%. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh penangganan yang cepat, tepat

sehingga pasien terhindar dari kematian dan tingkat kewaspadaan

baik petugas maupun terutama  kesadaran masyarakat yang

berperilaku hidup sehat dalam menghadapi penyakit DBD.

Pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas Kesehatan selalu proaktif

Page 29: Profil Kesehatan Kota Batam

memberikan promosi kesehatan tentang PSN (Pemberantasan

Sarang Nyamuk)  dengan mengajak masyarakat melalui kegiatan

3M Plus yakni Menguras, Menutup, Mengubur dan tindakan lainnya

yang dapat dilakukan pemberantasan jentik untuk mengurangi

populasi nyamuk aedes aqipty.

Gambar 15.       KEJADIAN DBD DAN CFR BERDASARKAN

WAKTU

DI KOTA BATAM TAHUN 2008 & 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Source   : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Sepanjang tahun 2009 pada bulan Januari kasus masih cukup tinggi

yang merupakan lanjutan pada bulan Desember tahun 2008, pada

bulan Februari kasus menurun dan stabil hingga bulan Juni dan

kembali meningkat pada bulan Juli. Puncak kasus DBD tahun 2009

berada pada bulan Oktober. Pada kondisi global warming dengan

cuaca yang tidak menentu, hasil pengamatan melalui surveilens

penyakit DBD menunjukkan peningkatan kejadian DBD terjadi pada

awal musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober 2009. Hal ini

menggambarkan bahwa musim/cuaca sangat berpengaruh pada

kejadian DBD, hasil pemantauan ini dapat dijadikan acuan/pedoman

dalam melakukan pengendalian penyakit DBD, berdasarkan urutan

waktu dapat dilakukan tindakan untuk memutuskan rantai penularan

dengan melakukan pemberantasan jentik-jentik nyamuk dengan

gerakan 3M plus.

Page 30: Profil Kesehatan Kota Batam

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis

yang menyerang hampir seluruh wilayah di Indonesia, begitu juga di

Kota Batam telah menyerang seluruh wilayah kecamatan. Faktor lain

yang mempengaruhi kejadian DBD selain faktor lingkungan, faktor

demografi juga merupakan faktor determinan antara lain adalah

kepadatan penduduk suatu wilayah, perilaku manusia dan lainnya.

Berikut hasil laporan surveilens Penyakit DBD yang disajikan dalam

wilayah kecamatan.

Gambar 23.       KEJADIAN DBD MENURUT WILAYAH

KECAMATAN

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector health

office of Batam

Melihat tabel diatas, kejadian penyakit DBD terbanyak terdapat di

wilayah kerja Puskesmas Sei Lekop (198 kasus), Puskesmas Baloi

Permai dan Sekupang masing-masing 165 kasus, Puskesmas Sei

Pancur sebanyak 131 kasus, Puskesmas Batu Aji dengan jumlah

kasus 123 dan Puskesmas Sei Panas 124. Kecamatan ini merupakan

daerah yang cukup padat penduduknya dibanding daerah lain.

Kejadian kasus DBD terendah terjadi di wilayah kerja Puskesmas

bulang sebanyak 9 kasus.

3.5.1.3.    FILARIASIS

Page 31: Profil Kesehatan Kota Batam

Penyakit Menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk ini yang menyerang saluran kelenjar getah

bening dengan manifestasi pembengkakan pada tangan, kaki,

glandulla mammae, serta scrotum sehingga menimbulkan kecacatan

seumur hidup. Stigmanisasi masyarakat terhadap penyakit ini adalah

penyakit kutukan.

Pengendalian penyakit filariasis di Kota Batam pada tahun 2008 telah

dilakukan pengobatan pada semua kasus dengan jumlah kasus

sebanyak 12 kasus. Tahun 2009 tidak lagi ditemukan kasus baru

filariasis, namun demikian pemantauan melalui surveilens tetap

dilakukan.

3.5.2.  Penyakit menular Langsung.

Penyakit menular langsung adalah penyakit yang dapat ditularkan

dari seseorang ke orang lain tanpa perantara, beberapa penyakit

menular langsung di Indonesia masih perlu perhatian dari berbagai

pihak mengingat tingkat penyebarannya yang sangat mudah dan

dampak yang timbul bisa berakibat pada kematian, seperti TB.Paru

yang merupakan masalah utama kesehatan masyarakat, jumlah

penderita TB.Paru di Indonesia menduduki rangking tiga terbanyak di

dunia setelah India dan Cina. Perkembangan penyakit HIV/AIDS yang

cukup tinggi, dan pneumonia khususnya pada balita dan lainnya yang

masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. (sumber ; Pedoman

Nasional Penanggulangan Tuberculose , Depkes,2007)

3.5.2.1.TB Paru

Pada Tahun 2009 di Kota Batam Penderita Penyakit TB.Paru

mengalami peningkatan, salah satu faktor yang mempengaruhi

Page 32: Profil Kesehatan Kota Batam

kejadian penyakit TB. Paru adalah tingginya mobilisasi yang

memudahkan penyebaran dan pertambahan penduduk yang

meningkatkan, kepadatan penduduk, serta faktor perilaku

masyarakat. Program penanggulangan  Penyakit TB.Paru, dimulai

dengan penemuan kasus dengan gejala klinis, kemudian dilakukan

pemeriksaan untuk memastikan diagnosis dan kemudian kasus yang

positif seteleh dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

penunjang lainnya diberikan pengobatan. Berikut gambaran penyakit

TB. Paru di Kota Batam

Gambar 17.     KEJADIAN TB PARU KLINIS & POSISTIF

MENURUT WILAYAH KERJA PUSKESMAS DIKOTA BATAM 2009

Sumber Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector health

office of Batam

Dalam Tahun 2009 ini penemuan kasus TB. Paru positif terbanyak

didapatkan di wilayah kerja Puskesmas Sekupang 21 kasus, Lubuk

Baja 19 kasus, Sei Pancur dan Baloi Permai masing-masing 16

kasus, dan Puskesmas lainnya ditemukan 1 sampai 10 kasus. Kasus

TB. Paru yang dinyatakan positif selanjutnya dilakukan pengobatan.

Di Kota Batam, semua kasus TB. Paru Positif telah diberikan

pengobatan. Untuk menilai keberhasilan program dapat dievaluasi

pada tingkat kesembuhan pada penderita TB. Paru yang telah diobati.

Berikut gambaran pelaksaan Program TB. Paru di Kota Batam tahun

2009.

GAMBAR 23.   KASUS TB (+), DIOBATI DAN KESEMBUHAN TB.

PARU

Page 33: Profil Kesehatan Kota Batam

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BATAM TAHUN 2009.

Sumber Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector health

office of Batam

3.5.2.2.    PMS dan HIV/AIDS

Kota Batam dengan letak yang strategis dan daerah perbatasan

 merupakan pintu gerbang dengan negara Singapura dan Malaysia,

daerah tempat bersandarnya kapal-kapal baik domestik maupun

international, selain itu Kota Batam sebagai daerah industri dan

perdagangan sehingga mobilitas penduduk cukup tinggi. Hal ini

merupakan membawa tantangan tersendiri bagi Kota Batam

khususnya di bidang kesehatan terutama dalam masalah penyakit

kelamin khususnya HIV/AIDS. Semakin pesat perkembangan Kota

Batam demikian juga halnya dengan penyakit HIV/AIDS mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit HIV/AIDS yang merupakan

penyakit perilaku, memerlukan perhatian dan kesadaran bagi semua

pihak baik masyarakat maupun stake holder sebagai pembuat

kebijakan dalam penanggulangan penyakit HIV/AIDS.

GAMBAR 19.      PERKEMBANGAN KASUS HIV DI KOTA

BATAM

TAHUN 1992 – 2009

Sumber :  P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Page 34: Profil Kesehatan Kota Batam

Peningkatan kasus HIV/AIDS dari tahun 1992 mengalami

peningkatan yang cukup tajam, hal ini menjadikan Kota Batam dari

status tingkat low prevalence epidemicmenjadi concentrated level of

epidemic bahkan Generalise level of epidemic, yang artinya

meningkatkan pemantauan tidak hanya pada orang-orang yang

berisiko, akan tetapi lebih luas pada masyarakat umum.

Kasus HIV/AIDS sangat identik dengan fenomena gunung es, kasus

yang muncul hanya sebagian kecil, jika dibanding dengan bagian es

yang terletak dibawah permukaan. Untuk menemukan kasus

diperlukan strategi mengingat masih adanya diskriminasi sosial di

masyarakat Kota Batam.

Berdirinya klinik IMS (Lubuk Baja, Teluk Pandan) di Kota Batam

meningkatkan penemuan kasus serta meningkatkan upaya

penanggulangan penyakit HIV/AIDS terutama pada kelompok risiko

tinggi. Di Kota Batam pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun

1992, peningkatan terjadi setiap tahunnya, pada tahun 2008

ditemukan 231 kasus HIV dengan kumulatif sejak tahun 1992-2008

sebanyak 1.066 kasus dan hingga tahun 2009 telah tercatat 1339

kasus dengan incident rate tahun 2009 meningkat dibanding tahun

2008 tercatat  273 kasus.

Gambar 20.    KEJADIAN KASUS HIV,  AIDS DAN KEMATIAN

HIV  AIDS DI

KOTA BATAM TAHUN 2006-2009

Sumber :  P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Page 35: Profil Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector health

office of Batam

Penderita HIV meningkat ditahun 2009, sementara penderita AIDS

sama seperti tahun 2008 yakni sebanyak 77 orang. Jumlah kematian

akibat penyakit ini juga bertambah dari 30 orang ditahun 2008 dan

menjadi 36 orang ditahun 2009.

Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS di Kota Batam, telah

dilakukan dengan berbagai strategi, mulai dari upaya pencegahan

primer sampai tertier seperti promosi kesehatan, pemantauan lokasi

yang berisiko tinggi terhadap penularan, penjaringan/skrining

terhadap kelompok risiko tinggi, hingga pemberian ARV. Berikut

gambaran upaya penanggulangan HIV/AIDS melalui akses layanan

pada kelompok risiko tinggi yang telah dilakukan pada tahun 2009

Gambar 21.   UPAYA PENANGGULANGAN HIV/AIDS MELALUI

AKSES LAYANAN PADA KELOMPOK RISIKO TINGGI DI KOTA

BATAM TAHUN 2009

Sumber :  P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization

sector health office of Batam

3.5.2.3.       Kusta

Penyakit Kusta merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh

Mikro bacterium Kusta. Penyakit kusta ini menyerang susunan syaraf

tepi dan jaringan tubuh lainnya. Penderita kusta di Kota Batam bukan

lagi merupakan fokus utama, tetapi perlu menjadi perhatian juga

Page 36: Profil Kesehatan Kota Batam

untuk diawasi dan dimonitoring jangan sampai terjadi ledakan kasus,

penderita kusta yang terdata bukan berasal dari penduduk menetap

tetapi migrasi daerah lain dan bila ditinjau dari target, dimana

prevalansinya sudah jauh dari target nasional <1 per 10.000

penduduk, jumlah penderita kusta di Kota Batam yang selesai

pengobatan (RFT)  pada  tahun 2008 sebanyak 13 orang, dan

pada tahun 2009  sebanyak 14 kasus  saat ini dalam pengobatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 (lampiran).

3.5.2.4.    Infeksi saluran Pernapasan Akut / Pneumonia

ISPA merupakan rating pertama dari 10 penyakit terbesar baik di

Puskesmas maupun di rumah sakit. Kasus penyakit ISPA dengan

Pneumonia ringan maupun berat masih merupakan permasalahan

yang perlu penanggulangan serius mengingat dampak yang timbul

sangat mempengaruhi derajat kesehatan terutama pada kelompok

umur dibawah lima tahun (balita)

Kasus Pneumonia terutama pada balita di Kota Batam dan yang

dilakukan penangganannya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar  22.   JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA

DAN YANG DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2009.

SUMBER : BIDANG P2PL DINAS KESEHATAN KOTA BATAM

Source :   Disrase control enviroptmental recapitalization health

office of Batam

Page 37: Profil Kesehatan Kota Batam

Tahun 2009 kasus pneumonia pada balita adalah 433 kasus,

penanganan yang dilakukan telah optimal (100%). Dibanding tahun

2008  berjumlah 340 kasus yang ditangani, hal ini menunjukkan

adanya sedikit peningkatan.

3.5.2.5         Diare

Penyakit diare masih menjadi perhatian bagi semua pihak, karena

pengaruh yang tidak timbul jika tidak ditangani dengan cepat akan

berakibat kematian terutama pada balita.  Kejadian kasus diare tak

lepas dari pengaruh lingkungan, lingkungan yang sehat membantu

menurunkan angka kesakitan terutama penyakit diare, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 23.  DISTIRBUSI KEJADIAN DIARE DAN PADA BALITA

MENURUT WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM

TAHUN 2009

SUMBER : BIDANG P2PL DINAS KESEHATAN KOTA BATAM

Source  :   Disrase control enviroptmental recapitalization health

office of Batam

Kejadian penyakit diare di Kota Batam tahun 2009 untuk semua

kelompok umur adalah 12.487 kasus, yang menyerang balita

sebanyak 4.848 kasus, semua kasus diare telah ditangani terutama

pada balita sehingga angka kematian akibat diare tidak terjadi.

3.6.   PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

Page 38: Profil Kesehatan Kota Batam

Faktor lingkungan merupakan faktor determinan yang paling besar

mempengaruhi derajat kesehatan, menurut teori HL. Blum kondisi

lingkungan 40% akan mempengaruhi derajat kesehatan suatu

wilayah. Pada bagian ini akan digambarkan kondisi lingkungan di

Kota Batam secara fisik, antara lain persentase rumah sehat,

pemeriksaan tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan,

kepemilikan sanitasi dasar, akses air bersih dan persentase 

rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes.

3.6.1.  Rumah Sehat.

Rumah sehat di Kota Batam tahun 2009, dari 270.198 rumah yang

tersebar di seluruh wilayah Kecamatan telah dilakukan pemeriksaan

sebanyak 59.906 (22.17%) sebagai sampel, sebanyak 40.838

(68.17%) telah memenuhi syarat rumah sehat dan 31,63% rumah

didapat tidak memenuhi syarat kesehatan, seperti sanitasi dasar,

pencahayaan, ventilasi rumah dan lainnya.  Angka ini merupakan

hasil survey yang dilakukan untuk melihat gambaran keberadaan

rumah sehat di Kota Batam.

Gambar 24.   HASIL SURVEY RUMAH SEHAT DI KOTA BATAM

TAHUN 2009

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source   : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

3.6.2.  Akses air bersih

Page 39: Profil Kesehatan Kota Batam

Kwalitas air sangat berpengaruh bagi kesehatan manusia, jumlah

keluarga sebagai unit terkecil yang memanfaatkan air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari di Kota Batam berdasarkan hasil survey tahun

2009 dengan hasil sebagai berikut :

Gambar 25.   PERSENTASE KELUARGA MEMILIKI AKSES AIR

BERSIH

DI KOTA BATAM TAHUN 2009.

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source     : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Survey terhadap keluarga dengan akses air bersih dilakukan pada 

206.578 (52.96%) keluarga sebagai sampel dari 379.425 keluarga

yang ada di Kota Batam. Hasil survey menggambarkan bahwa

sebagian besar keluarga telah menggunakan air bersih dengan

sumber ledeng sebesar 88%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran

masyarakat dalam memanfaatkan air bersih sudah cukup baik.

3.6.3.  Sanitasi dasar

Sanitasi dasar merupakan sarana yang harus tersedia pada setiap

rumah yang terdiri dari kepemilikan jamban, tempat sampah dan

saluran pengelolaan air limbah (SPAL). Berdasarkan hasil

pemantauan melalui kegiatan survey dilapangan didapatkan

persentase sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan, seperti

pada gambar berikut.

Page 40: Profil Kesehatan Kota Batam

Gambar 26.   HASIL SURVEY SANITASI DASAR PADA

KELUARGA

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source     : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

3.6.4.  Pemeriksaan TUPM

Pemeriksaan Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

(TUPM) perlu dilakukan pemantauan upaya pencegahan terhadap

kemungkinan yang berdampak terhadap kesehatan. Hasil survey

yang dilakukan tahun 2009, pada hotel, retoran, pasar TPUM lainnya

tergambar pada grafik berikut ini.

Gambar 27.   HASIL SURVEY TUPM DI KOTA BATAM TAHUN

2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Source  : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Hotel di Kota Batam berjumlah 45 hotel dan sebanyak 26 (57.8%)

yang diperiksa dengan hasil 100% telah memenuhi syarat-syarat

kesehatan atau sehat, restoran yang ada berjumlah 361 buah, yang

dilakukan pemeriksaan 79 restoran (21.9%) dan sebanyak 89.9%

dinyatakan sehat dan jumlah pasar yang ada di Kota Batam 46, yang

Page 41: Profil Kesehatan Kota Batam

diperiksa sebanyak 27 pasar, hasil survey pasar yang sehat sebanyak

81.5%.

3.6.5.  Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes

Pemeriksaan terhadap jentik nyamuk aedes merupakan upaya

pengendalian penyakit DBD. Upaya ini merupakan salah satu upaya

pencegahan dengan kegiatan yang bertujuan untuk memutusan rantai

penularan dari nyamuk ke manusia dengan mengurangi populasi

dilingkungan.

Pemeriksaan jentik nyamuk dilakukan oleh Juru Pemantau Jentik

(JUMANTIK) sebagai perpanjangan tangan Dinas Kesehatan dalam

pengendalian penyakit DBD yang terdapat pada beberapa kelurahan

dengan prioritas berdasarkan wilayah yang banyak kasus penyakit

DBD cukup tinggi dibanding daerah lainnya.  Untuk menstimulasi

peran aktif masyarakat, salah satu upaya pengendalian DBD melalui

JUMANTIK di tingkat kelurahan, maka telah dibentuk

daerah/kelurahan percontohan di 2 (dua) Kecamatan, untuk tahun

2009 ini berada di Kelurahan Buliang dan Bukit Tempayan

Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Batu Ampar di Kelurahan Tanjung

Sengkuang dan Batu Merah.

Gambar 28.     PERSENTASE ANGKA BEBAS JENTIK NYAMUK

AEDES

MENURUT WILAYAH KERJA PUSKESMAS

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Batam

Page 42: Profil Kesehatan Kota Batam

Source   : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Melihat gambar diatas dan dihubungkan dengan angka kejadian DBD,

terlihat bahwa wilayah kerja Puskesmas dengan Angka Bebas Jentik

(ABJ) yang rendah memiliki angka kejadian penyakit DBD yang cukup

tinggi dibanding daerah lain yang memiliki ABJ tinggi. Penyajian

sebelumnya didapatkan bahwa kawasan epidemik DBD adalah

wilayah kerja Puskesmas Sei Lekop, Puskesmas Baloi Permai, hal ini

menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang ditunjukkan dengan

keberadaan jentik nyamuk aedes merupakan salah satu faktor

determinan terhadap kejadian penyakit DBD.

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

SITUATION HEALTH EFFORTS

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan kesehatan dasar merupakan bentuk pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada masyarakat yang harus tersedia di setiap

daerah dan unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan seperti

Puskesmas. Pelayanan kesehatan dasar yang cepat dan tepat

diharapkan sebagian besar masalah kesehatan yang dihadapi

masyarakat dapat teratasi, berbagai jenis pelayanan kesehatan dasar

yang dilakukan fasilitas kesehatan dalam wilayah kerja Puskesmas

meliputi :

4.1.1.   PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Page 43: Profil Kesehatan Kota Batam

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak sebagai bagian dari pelayanan

dasar bertujuan untuk menekan angka kematian dan kesakitan ibu

dan anak sebagai indikator tingkat kesejahteraan suatu bangsa. Ada

beberapa upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya :

a)           Pemantauan wilayah setempat program KIA

(PWS-KIA)  yang tercakup didalam program tersebut meliputi :

Pelayanan Antenatal  K1 dan K4 merupakan pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan profesional 

(dokter  spesialis kebidanan, dokter umum, perawat dan bidan).

Pelayanan tersebut mengacu kepada pedoman pelayanan antenatal

yang  dititik beratkan kepada kegiatan preventif dan promotif dan

hasil pelayanan antenatal dapat dilihat pada cakupan pelayanan

antenatal  K1 (kunjungan pertama kali) dan K4 (selama kehamilan

minimal 4x pemeriksaan). Cakupan K1 atau disebut juga akses

pelayanan ibu hamil yang merupakan gambaran ibu hamil melakukan

pemeriksaaan kunjungan pertama kali ke fasilitas pelayanan

kesehatan. Sedangkan Cakupan K4 merupakan gambaran  ibu

hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar

minimal paling sedikit 4 (empat) kali kunjungan dengan interval

kunjungan pada triwulan pertama dan triwulan kedua masing-masing

satu kali dan dua kali pada triwulan ketiga kehamilan.

Pada tahun 2008, yang mendapatkan  pelayanan Antenatal K1

berjumlah  19.923  dari 23.259  ibu hamil yang terdata dengan

persentase 85,66%, tahun 2009 peningkatan dengan cakupan

menjadi 87.23%. Sebagai indikator keberhasilan pelayanan

kesehatan ibu dapat diketahui dari cakupan K4, pada tahun 2009

cakupan K4 di Kota Batam dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 44: Profil Kesehatan Kota Batam

Gambar 29.   PERSENTASE CAKUPAN K4 PER WILAYAH KERJA

PUSKESMAS

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber :

Source :

Berdasarkan Standat Pelayanan Minimal (SPM) cakupan K4 adalah

95%, di Kota Batam tahun 2009 cakupan K4 adalah 87.23%

dibanding tahun 2008 (76,28%) terjadi peningkatan yang cukup

berarti. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan

kesadaran ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan selama

kehamilannya dengan memanfaatkan sarana kesehatan. Melihat dari

gambar diatas, masih ada beberapa Puskesmas yang belum

mencapai target yang telah ditetapkan. Hasil pemantauan dilapangan

kurangnya partisipasi fasilitas kesehatan yang ada terutama pihak

swasta seperti Bidan Praktek Swasta (BPS) dan Rumah Bersalin (RB)

dalam pelaporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya. Hanya sebagian

kecil BPS/RB di Kota Batam yang melaporkan kegiatan yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

b)       Mengadakan pertemuan evaluasi program Audit

Maternal Perinatal (AMP) setiap tahun yang bertujuan menggalang

kekuatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak

melalui pertemuan koordinasi baik pihak pemerintah maupun swasta.

Pertemuan evaluasi program AMP membahas strategi yang perlu

dirancang untuk meningkatkan cakupan termasuk pencatatan dan

pelaporan kesehatan ibu dan anak sepeti laporan Pertolongan

Page 45: Profil Kesehatan Kota Batam

persalinan oleh tenaga kesehatan dan deteksi dini komplikasi

persalinan.

Persalinan yang berisiko terhadap ibu dan anak yang bisa berakibat

pada kematian baik pada ibu maupun pada anak. Deteksi dini

terhadap faktor yang berisiko merupakan upaya untuk mengantispasi

komplikasi yang timbul. Selain faktor risiko , kepekaan petugas

kesehatan tentang  penanganan faktor risiko juga mempengaruhi

angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Pada tiga tahun terakhir untuk meningkatkan pengetahuan dan

kompetensi petugas kesehatan khususnya bidan, telah dilaksanakan

pelatihan asuhan persalinan normal (APN) dilingkungan Dinas

Kesehatan Kota Batam. Pada tahun 2009 bidan yang mengikuti

pelatihan APN sebanyak 30 orang dan hingga tahun ini berkisar 100

 orang bidan  pemerintah maupun swasta  telah mengikuti

pelatihan APN ( Asuhan Persalinan Normal ) sebagai kegiatan uji

kompetensi bagi Bidan . Pentingnya persalinan oleh tenaga

kesehatan perlu ditingkatkan untuk itu penyebar luasan informasi

selalu digalakkan yang merupakan kesinambungan dari bidan

sebagai tenaga yang kompeten dalam menolong persalinan normal.

Di Kota Batam pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan

mencapai 106,8%.  Pada dua tahun terakhir persalian dengan

tenaga kesehatan melebihi 100%, hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain tingginya mobilisasi penduduk terutama pada

kelompok usia mengingat Batam sebagai daerah industri yang lebih

 banyak menyerap tenaga kerja wanita pada kelompok umur

tersebut. Berdasarkan proporsi penduduk, proporsi penduduk usia

subur cukup tinggi dibanding kelompok umur lainnya sehingga untuk

Page 46: Profil Kesehatan Kota Batam

menentukan sasaran yang menggunakan estimasi dari jumlah

penduduk sesuai dengan petunjuk Departemen Kesehatan RI

menjadi over estimate.

Gambar 30.   PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN

DENGAN NAKES

DI KOTA BATAM TAHUN 2009.

Sumber             :

Source             :

Melihat grafik diatas, pada beberapa Puskesmas, melebihi hingga

200% persen, dan ada juga yang kurang dari 50% seperti Galang dan

Bulang. Hal ini disebabkan karena sistem pencatatan dan pelaporan

tidak berbasis wilayah kerja Puskesmas, akan tetapi berdasarkan

laporan persalinan yang didapatkan dari sarana kesehatan tempat

persalinan tanpa mengindahkan tempat tinggal ibu bersalin. Secara

kwantitas persalinan telah sesuai dengan target, namun secara

kwalitas pelaporan tidak sesuai dengan PWS yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu ditingkatkan sistem

pencatatan dan pelaporan yang berbasis wilayah kerja Puskesmas,

sehingga pemantauan yang optimal dapat terlaksana.

4.1.2.  PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Sejak tahun 2008, Program keluarga berencana berada pada tupoksi

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, namun

dalam hal memberikan pelayanan keluarga berencana kepada

Page 47: Profil Kesehatan Kota Batam

masyarakat selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota

Batam.

Untuk diketahui bahwa berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Batam  pada tahun 2009

ini  jumlah PUS 169.975  dengan KB baru 13.028 (7,66%),  bila

dibandingkan tahun 2008 jumlah pasangan usia subur (PUS)

sebanyak 148.936 PUS dengan jumlah KB baru 11.494 (7,69%), 

hal ini menunjukkan adanya peningkatan bahwa masyarakat sudah

mulai memahami pentingnya program keluarga berencana bagi

keluarga untuk menuju norma keluarga sehat sejahtera dan

berkualitas, serta ditunjang pelayanan yang lebih optimal dengan

akses terjangkau oleh masyarakat. Pada tabel berikut ini

menggambarkan pelayanan Keluarga Berencana tahun 2009 di Kota

Batam.

Gambar 31.   JUMLAH PUS, AKSEPTOR AKTIF & AKSEPTOR

BARU

PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2009.

Sumber             :

Source  :

Persentase akseptor di Kota Batam tahun 2009 adalah 68% dengan

metode kontrasepsi suntikan sebesar (48,38%), pil (37,15%), jika

dibandingkan tahun 2008 yang tertinggi menggunakan cara/metode

KB oleh akseptor KB aktif di Kota Batam yaitu Suntikan (44,19%),

menyusul PIL (37,10%), dan AKDR (8,7%) untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada lampiran tabel  21.

Page 48: Profil Kesehatan Kota Batam

4.1.3.          PELAYANAN IMUNISASI

Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah

penyakit dengan pemberian kekebalan tubuh. Secara bertahap

program imuniasi telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I). Indikator keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari

cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), dengan

penilaian setiap kelurahan pencapaian imunisasi dasar (BCG,

DPT/HB3, Polio 4 dan campak). Di Kota Batam desa/kelurahan UCI

meningkat dibanding tahun 2008, Tahun 2009 UCI di Kota Batam

belum mencapai 100%. Hal ini disebabkan masih ada beberapa

kelurahan karena proporsi penduduk dengan kelompok umur 1-14

bulan di Kota Batam pada kelurahan tertentu tidak sesuai dengan

proporsi estimasi kelompok umur yang digunakan.

Gambar. 32   PERKEMBANGAN DESA/KELURAHAN UCI

DI KOTA BATAM TAHUN 2006-2009.

Sumber P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : Disrase control enviroptmental recaptitalization sector

health office of Batam

Sesuai dengan tujuan imunisasi, untuk menurunkan angka kesakitan

pada penyakit tertentu perlu selain pencapaian target yang telah

ditetapkan, perlu didukung supply vaksin yang dibutuhkan,

pengawasan dan pengiriman vaksin dengan menggunakan cold chain

sehingga berhasil guna dengan optimal serta pencatatan dan laporan

Page 49: Profil Kesehatan Kota Batam

dari pihak swasta yang masih perlu menjadi perhatian, sehingga PWS

dapat menjadi sumber informasi yang akurat.

Adapun rekapitulasi pencapaian imunisasi dasar di Kota Batam tahun

2009 seperti pada garfik berikut ini.

Gambar. 33.  PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

.

Sumber   :

Source    :

Sasaran program imunisasi lainnya adalah anak sekolah dengan

kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah BIAS dengan pemberian

imunisasi campak. Di Kota Batam telah dilaksanakan kegiatan BIAS

dengan sasaran 195 Sekolah Dasar (SD) .

Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak juga dilakukan

imunisasi pada wanita usia subur dan ibu hamil melalui vaksinasi

Tetanus Toxoid (TT). Salah satu cara mencegah penyakit tetanus

pada bayi baru lahir adalah dengan memberikan imunisasi TT kepada

ibu selama kehamilan 2 (dua) kali suntikan yaitu TT1 dan TT 2. Pada

WUS imunisasi dilakukan sampai 5 kali.

4.1.4.  Pengendalian  Program Acute Flaccid Paralysis (AFP)

ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) ADALAH KEADAAN LEMAH ATAU KELUMPUHAN YANG BERSIFAT FLACID YANG TERJADI SECARA AKUT

Page 50: Profil Kesehatan Kota Batam

PADA ANAK USIA KURANG DARI 15 TAHUN DAN BUKAN KARENA RUDA PAKSA. PENGENDALIAN PENYAKIT LUMPUH LAYU ATAU AFP PENEMUAN KASUS AFP (ACUT FLACID PARALYSIS) ATAU LUMPUH LAYUH  MERUPAKAN SALAH SATU STRATEGI UNTUK UTAMA ERADIKASI POLIO DARI 4 STRATEGI UTAMA YAITU : CAKUPAN IMUNISASI POLIO RUTIN TINGGI DAN MERATA, IMUNISASI  TAMBAHAN (PIN, SUB-PIN DAN MOP-UP), SURVEILANS AFP ATAU LUMPUH LAYUH AKUT,  PENGAMANAN VIRUS POLIO LIAR  DI LABORATORIUM.

SASARAN ANGKA AFP NASIONAL ADALAH > 2 PER 100.000 ANAK USIA KURANG DARI 15 TAHUN. TAHUN 2008 ANGKA CAPAIAN AFP UNTUK KOTA BATAM 4.31/100.000 PADA ANAK USIA KURANG DARI 15 TAHUN DAN PADA TAHUN 2009 DITEMUKAN 7 KASUS AFP DARI 236.561 ANAK USIA < 15 TAHUN (2,96%), HAL INI MENUNJUKKAN BAHWA PROAKTIF DALAM PENEMUAN KASUS AFP TELAH BERJALAN BAIK SEHINGGA MELEBIHI TARGET YANG TELAH DITETAPKAN.  (DATA DISDUK & CAPIL KOTA BATAM JUMLAH ANAK UMUR KURANG DARI 15 TAHUN PADA TAHUN 2008 ADALAH 236.561 JIWA). TINDAK LANJUT DARI PENEMUAN KASUS AFP ADALAH MENGIRIMKAN SAMPLE FAECES PENDERITA AFP YANG DIKIRIM

Page 51: Profil Kesehatan Kota Batam

KE PUSLITBANGKES DEPKES RI DAN DIDAPATKAN HASIL NEGATIF.

4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN & PENUNJANG

YANG TERMASUK KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN ADALAH PROGRAM ASURANSI KESEHATAN DAN PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) YANG LEBIH DIFOKUSKAN KEPADA MASYARAKAT MISKIN. KUOTA JAMKESMAS BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA BATAM TAHUN 2009 SEBANYAK 36.207 RT DENGAN JUMLAH ANGGOTA 136.044 JIWA YANG BERARTI BAHWA KOTA BATAM MEMILIKI KELUARGA MISKIN SEBESAR 14,20% DARI JUMLAH PENDUDUK BATAM DAN TELAH MENDAPATKAN PELAYANAN JAMKESMAS SESUAI DENGAN DANA YANG TERSEDIA YANG  BERASAL DARI DANA APBN DAN APBD KOTA BATAM, NAMUN KUOTA UNTUK TAHUN 2009  INI AKAN DIGUNAKAN DATA BPS HASIL PENDATAAAN PROGRAM PERLINDUNGAN  SOSIAL  (PPLS).

4.2.1. PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

MENURUT LAPORAN DARI RUMAH SAKIT SE-KOTA BATAM TAHUN 2008 YANG MELAPORKAN DATA PERSENTASE PEMANFAATAN TEMPAT TIDUR (BOR) SEBESAR  39,8% DENGAN  RATA-RATA

Page 52: Profil Kesehatan Kota Batam

LAMA HARI PERAWATAN (LOS) SEBESAR 2,7 HARI (3 HARI), PERSENTASE PASIEN KELUAR MATI (GDR) SEBESAR 16 ORANG MENINGGAL DARI 1000 PASIEN KELUAR HIDUP MATI,  SEDANGKAN PASIEN YANG KELUAR MATI LEBIH DARI 48 JAM (NDR) SEBESAR 4-5 ORANG MENINGGAL DARI 1000 PASIEN YANG KELUAR (HIDUP/MATI).

4.3. PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

Upaya pelayanan kesehatan pemberantasan penyakit menular lebih

ditekankan pada pelaksanaan surveillance epidemiologi dengan

upaya penemuan penderita secara dini yang ditindak lanjuti dengan

penanganan secara cepat melalui pengobatan  pada penderita.

Disamping itu upaya pelayanan kesehatan preventif tetap dilakukan

seperti pemberian imunisasi, pengurangan factor resiko melalui

peningkatan kualitas lingkungan kesehatan masyarakat, peran serta

masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular melalui

berbagai kegiatan dibawah ini :

4.3.1.  Penyelidikan Epidemiologi dan  Penanggulangan Kejadian

Luar Biasa

Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa

merupakan langkah awal dari tindak lanjut penemuan kasus dini

terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi letusan atau

wabah pada masyarakat. Upaya ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya penyebar luasan penyakit, penanggulangan dini serta

mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Pada tahun 2008 Batam

hanya mengalami adanya peningkatan kasus tetapi tidak pernah

Page 53: Profil Kesehatan Kota Batam

mengalami kejadian luar biasa (wabah), dan hal ini dikarenakan

adanya kerja sama antar instansi terkait  dalam monitoring serta

evaluasi pengendalian program tersebut.

4.3.2.  Pemberantasan DBD

Perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota

Batam dari tahun ke tahun cenderung makin meningkat. Pada tahun

2006 sampai dengan tahun 200 setiap bulan selalu ditemukan kasus.

Upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue ini lebih berfokus

kepada partisipasi dan peran serta masyarakat melalui 3 M Plus yaitu

menguras, mengubur dan menutup dan tindakan lainnya untuk

memberantas jentik nyamuk aedes dengan harapan masyarakat yang

penuh kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga

kesehatan lingkungannya sendiri. Selain dari pada itu dihimbau

kepada masyarakat agar menjadikan budaya untuk membersihkan

lingkungannya sendiri melalui gotong royong massal setiap minggu

atau sesuai kebutuhan masyarakatnya.

Upaya dari Pemerintah Kota Batam dibidang kesehatan diantaranya

sebagai berikut :

1. Mengadakan fokus fogging yang ditujukan kepada masyarakat

yang terkena kasus DBD tersebut.

2. Menyediakan 2009 fogging fokus yang diberikan kepada

masyarakat sesuai kondisi daerah yang terjangkit dan merupakan

daerah endemik.

3. Penyelidikan epidemiologi dalam penemuan kasus dini serta

penyuluhan tentang 3M, juga ditunjang dengan pengadaan alat

diagnosa dini dalam penemuan kasus.

Page 54: Profil Kesehatan Kota Batam

4. Penyebar luasan informasi pemberantasan sarang nyamuk

melalui 3M Plus yaitu Menguras, Menimbun, Menutup dan

melakukan tindakan lainnya yang dapat mencegah penulatan

penyakit DBD.

5. Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepada

masyarakat Kota Batam.

6. Penambahan Juru Pemantau Jentik DBD dari 40 menjadi 300

petugas.

7. Pemberian bubuk  larvacida dengan tujuan pembunuh larva

nyamuk DBD.

4.3.3.  Pemberantasan Malaria

Berbagai upaya pemberantasan malaria di Kota Batam saat ini

diantaranya meliputi :

1. Penambahan juru pengamat vektor yang ditempatkan didaerah

endemis di kelurahan se Kota Batam dengan tugas fungsi pokoknya

untuk mengamati tempat perindukan jentik dan pemeriksaan jentik

nyamuk malariarumah penduduk.

2. Penambahan juru malaria desa (JMD) dengan tugas fungsi

pokoknya pengambilan sample darah penderita.

3. Pelaksanaan cross ceck sediaan darah malaria untuk

memvalidasi diagnosis dan menentukan error rate bagi petugas

laboratorium.

4. Mengadakan survey pendahuluan terhadap tempat perindukan

nyamuk malaria

Page 55: Profil Kesehatan Kota Batam

4.3.4.  Pengendalian HIV/AIDS

Upaya pelayanannya kepada masyarakat melalui berupa kegiatan

antara lain sebagai berikut :

1. Mengadakan pertemuan koordinasi KPAD 2 kali setahun

dengan tujuan memonitoring evaluasi program dengan instansi

terkait seperti LSM, Kelompok YMKK yang dalam pembinaan Dinas

Kesehatan Kota Batam.

2. Pelaksanaan Sero Survey  dengan menggunakan metode

sentinel survey yang bertujuan melakukan pemeriksaan darah pada

penduduk yang beresiko terkena HIV seperti kepada pekerja seks

komersil di lokasi  Kelurahan Tanjung Uncang, kelompok

waria/gay, psk ditempat hiburan, psk lokalisasi Mat Belanda.

3. Mengadakan pelatihan bagi petugas serosurvey Puskesmas

se-Kota Batam (sasaran 6 Puskesmas).

4. Mengadakan pelatihan pengelola tempat-tempat hiburan di

Kota Batam secara bertahap setiap tahunnya.

5. Pelaksanaan Maping dan Collecting data KPAD

4.3.5.  Pengendalian Kasus TB. Paru

Pada tahun 2008 ini upaya pelayanan program TB mengacu kepada

penatalaksanaan program pengendalian penyakit Tuberculosis (TB)

sesuai dengan standar pengobatan sehingga tercapai case detection

rate sebesar 60%, untuk monitoring dan evaluasi program tesebut

setiap bulannya merekap hasil laporan TB01 dan TB 02 dan dalam

program penanganan penderita TB paru yang ditemukan harus

dilakukan pemeriksaan kontak serumah dimana kemungkinan besar

Page 56: Profil Kesehatan Kota Batam

sudah terjadi penularan pada anggota keluarga yang lainya,dan

dalam penanganan program semua penderita yang ditemukan

ditindak lanjuti dengan pengobatan paket intensif baik di instansi

kesehatan pemerintah maupun swasta.

4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI

4.4.1.  Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan bertujuan untuk

mewujudkan lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi

masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat

menimbulkan gangguan atau bahaya kesehatan yang berdampak

kepada kesehatan masyarakat. Upaya ini dilakukan diantaranya

meliputi:

1. Dengan melakukan pembinaan, pemantauan dan pemberian

rekomendasi terhadap aspek yang dipantau dan sumber-sumber

lingkungannya seperti air, udara, tanah, makanan dan minuman.

2. Pengawasan kualitas air bersih & pengambilan sampel air

bersih di 3 kecamatan laut (bulang, galang, dan belakang padang).

3. Pembinaan kesehatan tempat-tempat umum ( TTU ) di 22

lokasi.

4. Pembinaan rumah sehat di 11 wilayah kerja Puskesmas.

5. Monitoring limbah medis baik di Puskesmas maupun di Rumah

Sakit.

6. Pemeliharaan peralatan laboratorium kimia dan pengadaannya.

Page 57: Profil Kesehatan Kota Batam

7. Dalam pelaksanaannya pembinaan kesehatan lingkungan

banyak melibatkan kerja sama antara lintas sektor terkait dan lintas

program.

4.4.2.  Pembinaan tempat-tempat umum

Pembinaan tempat-tempat umum dilakukan pada tempat-tempat yang

banyak dikunjungi masyarakat dan rawan terjadi penularan penyakit

dan gangguan kesehatan seperti : penginapan, hotel, pasar, kolam

renang, tempat hiburan dan lain-lain.

4.4.3.      Pengawasan Kualitas Air Bersih dan  Air Minum

Pengawasan kualitas air bersih dilakukan pada sumber air bersih

yang dimanfaatkan untuk keluarga seperti sumur gali, PAM dan air

hujan.

4.4.4.      Pembinaan Institusi Sehat

Pembinaan institusi sehat pada tahun 2009 dilakukan pada rumah

sakit, puskesmas, pabrik, perusahaan pest control dan depot air

minum.

4.5. PERBAIKAN GIZI KELUARGA

4.5.1.      Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan Balita dilakukan melalui

kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan,

Sosialisasi keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), workshop Penatalaksanaan

Kasus Gizi Buruk.

4.5.2.      Pemberian Kapsul Vitamin A

Page 58: Profil Kesehatan Kota Batam

Upaya pelayanan pemberian vitamin A dosis tinggi ini sebagai

pencegahan terhadap kebutaan dini pada Balita Pemberian Kapsul

Vitamin A kepada anak Balita (1-4 tahun) adalah untuk

menanggulangi kekurangan vitamin pada anak–anak tersebut.

Sebanyak 73,3% atau  54.891 Balita telah  mengkonsumsi kapsul

vitamin A dosis tinggi (200.000IU), dan anjuran promosi kesehatan

lainnya untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A

dosis tinggi yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan.

4.5.3.      Pemberian Tablet Besi

Pada tahun 2009, program pemberian tablet besi sesuai dengan

pedoman teknis dari Depkes RI, upaya pelayanan pemberian tablet

besi (Fe) ini adalah dalam rangka pencegahan anemia pada ibu

hamil, bulin, bufas atau wanita usia subur melalui deteksi dini Anemia.

4.5.4.      Cakupan Pemberian ASI Ekslusif

Supaya tercapainya cakupan pemberian ASI Ekslusif ini melalui

promotif bahwa saat ini digalakkan program Inisiasi Menyusui Dini

baik di posyandu maupun disarana pelayanan swasta lainnya seperti

di bidan praktek perorangan, rumah sakit, rumah bersalin atau sarana

yang melayani kesehatan ibu dan anak agar tercipta anak yang

cerdas baik kualitas maupun kuantitasnya.

GAMBAR  38 JUMLAH BAYI DENGAN ASI EKSLUSIF PER

PUSKESMAS

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Page 59: Profil Kesehatan Kota Batam

SUMBER : BIDANG KESGA, PROMKES, GIZI DINAS KESEHATAN KOTA BATAM

SOURCE : FAMILY HEALTH SECTOR BATAM HEALTH OFFICE

4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN  ALAT KESEHATAN

Dalam program pelayanan kefarmasian ini bekerjasama dengan UPT

Gudang Farmasi merencanakan, melaksanakan, memonitor dan

mengevaluasi kebutuhan obat-obatan yang diperlukan oleh unit

pelayanan tingkat dasar di 13 Puskesmas dan jajarannya seperti

Pustu dan Polindes Se Kota Batam, tidak termasuk RSUD Kota

Batam karena otonomi RSUD yaitu membuat rencana kebutuhan

obat-obatan tersendiri, begitu juga kebutuhan alat kesehatan 1 (satu)

paket yang diperlukan oleh unit pelayanan tingkat dasar, pada tahun

2009 sasarannya yaitu untuk 13 Puskesmas dan 49 Pustu dan 30

Polindes.

Selain tersebut diatas upaya pelayanan kefarmasian lainnya adalah

melakukan pengawasan peredaran obat, makanan, kosmetik, yang

layak dan aman dikonsumsi dengan sasaran  13 Puskesmas, 14

RS, 174 BP, 63 RB, 76 Apotik, 27 PBF, 173 Toko Obat, dengan

kegiatannya meliputi :

1. Pengawasan pengelola jasa boga

2. Penelusuran dugaan kasus keracunan makanan

3. Food security pada jasa boga

4. pemeriksaan sample makanan

Page 60: Profil Kesehatan Kota Batam

5. pengawasan apotik, toko obat, pengobatan tradisional.

Dan saat ini UPT Gudang Farmasi telah memiliki mobil box untuk

mobilisasi obat-obatan ke Puskesmas dalam rangka mengantisipasi

kekurangan obat-obatan di Puskesmas.

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA BATAM

CHAPTER V

SUMBER DAYA situation HEALTH CITY BATAM

Program Pembangunan Kesehatan Nasonal diarahkan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pemerataan

jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan

tersebut penyediaan sarana kesehatan yang sesuai kebutuhan

merupakan hal yang penting. Pemekaran wilayah kota Batam secara

langsung telah mempengaruhi infrastruktur secara kwantitas dalam

menunjang wilayah yang dimekarkan. Salah satu yang terkena

dampaknya adalah sektor kesehatan khususnya sumber daya baik

sarana maupun prasarana yang merupakan aset pemerintah daerah,

seperti ketersediaan RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes.

Berdasarkan pertumbuhan penduduk kota yang cukup tinggi dan

terjadinya pemekaran wilayah maka harus diimbangi dengan

pesatnya pembangunan bidang kesehatan, salah satu ditandai oleh

semakin meningkatnya peran pemerintah dalam penyediaan saran

dan prasarana kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat .

5.1.SARANA KESEHATAN

Page 61: Profil Kesehatan Kota Batam

Sarana kesehatan adalah salah satu komponen penting dalam

penyelenggaraan pembangun kesehatan, karena sarana kesehatan

mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada

tingkat individu maupun masyarakat. Bila Dilihat dari Jumlah

penduduk Kota Batam kondisi 31 Desember 2009 berjumlah 913.843

jiwa menunjukkan bahwa berdasarkan situasi saat ini Sumber Daya

Kesehatan seperti rasio fasilitas kesehatan pemerintah di Kota Batam

belum memenuhi secara kwantitas, namun dengan adanya sarana

kesehatan dari pihak swasta seperti RS. Swasta, Balai

Pengobatan/klinik, BPS dan lainnya dapat membantu memenuhi

kebutuhan fasilitas kesehatan, pemerataan dan jangkauan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat di Kota Batam.

Sarana kesehatan pemerintah yang ada di Kota Batam  meliputi

RSOB,  RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes, Puskesmas keliling

darat dan laut, sarana upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)

dan sarana kesehatan swasta menunjang sarana kesehatan

pemerintah untuk pemerataan pelayanan kesehatan di Kota Batam

yang mencakup RS. Swasta, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin,

BPS, Apotik, Toko Obat dan pedagang besar farmasi.

5.1.1.  RUMAH SAKIT

Rumah sakit di Kota Batam baik yang dikelola oleh Pemerintah

maupun swasta sampai  tahun 2009 berjumlah 14 unit yang terdiri

dari 2 RS pemerintah yaitu RSUD & RSOB,  dan 12 RS swasta yang

tersebar di Kota Batam dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat Kota Batam.

5.1.2.PUSKESMAS

Page 62: Profil Kesehatan Kota Batam

Tahun 2009 jumlah Puskesmas yang telah beroperasi sebanyak 13

Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas rawat jalan 10 unit  dan 

Puskesmas  rawat inap 3 unit. Puskesmas merupakan sarana

kesehatan umum dengan rasio 1 : 30.000 penduduk. Penyebaran

penduduk di Kota Batam belum merata, sehingga masih ada 3 (tiga)

Kecamatan yang membutuhkan 1-2 unit Puskesmas di wilayah

kerjanya. Untuk itu pembangunan Puskesmas guna memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kesehatan masih diperlukan.

5.1.3.PUSTU dan PUSKEL

Puskesmas Pembantu berfungsi sebagai perpanjangan tangan

Puskesmas memberikan pelayanan kepada masyarakat, tahun 2009

ini di Kota Batam Puskesmas pembantu  bertambah 2 pustu

sehingga menjadi 49 unit yang tersebar dibeberapa kelurahan. Sesuai

pedoman yang ada rasio 1 pustu : 3000 penduduk, begitu juga

dengan Puskesmas Keliling sebagai sarana transportasi penunjang

pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh

Puskesmas, saat ini yang masih beroperasional  berjumlah  38

unit  terdiri dari Puskel darat  (roda 4) : 16  unit dan  puskel laut

(perahu bermotor) : 19 unit yang tersebar di 13 Puskesmas, di RSUD

memiliki 1 Puskel darat, serta Dinas Kesehatan juga memiliki 1 puskel

laut (perahu bermotor) dan 1 Puskel darat ,yang dimanfaatkan untuk

kegiatan supervisi, bimbingan tekhnis ke pulau-pulau  dan didaerah

hinterland.

5.1.4.POLINDES/POSKESDES

Idealnya setiap desa/kelurahan memiliki 1 Polindes, dengan rasio 1 :

2500 penduduk, dalam rangka memudahkan jangkauan pelayanan

Page 63: Profil Kesehatan Kota Batam

kesehatan terutama program kesehatan ibu dan anak bagi

masyarakat. Saat ini Kota Batam sudah memiliki polindes/Poskesdes

sejumlah 30 unit yang tersebar dibeberapa kelurahan, bila dilihat dari

jumlah kelurahan yang ada di Kota Batam sebanyak 64 kelurahan,

keberadaan polindes pada setiap kelurahan masih perlu penambahan

guna mendukung program desa siaga sehingga  berdaya guna

optimal.

5.2.SARANA  KESEHATAN BERSUMBER DAYA SWASTA/

MASYARAKAT

Pembangunan Kesehatan merupakan tanggung jawab dari

Pemerintah, swasta dan masyarakat, agar dapat terwujud derajat

kesehatan yang optimal. Fasilitas kesehatan yang berbasis

masyarakat yang dikenal dengan Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk peran serta aktif masyarakat

dalam pembangunan kesehatan, seperti Posyandu, Usaha Kesehatan

Kerja (UKK), Pondok bersalin Desa (Polindes)/Pos kesehatan Desa

(Poskesdes), Pos Obat Desa (POD). Adapun sarana kesehatan

bersumber daya swasta adalah Balai Pengobatan umum/khusus,

BPS, Pengobatan Tradisional (BATRA), Rumah  Bersalin (RB) dan

lain-lain.

5.2.1.   POSYANDU

Posyandu merupakan bentuk UKBM yang paling dikenal dan sudah

cukup memasyarakat dan diakui telah memberi kontribusi yang besar

dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat terutama kesehatan

ibu dan anak.

Page 64: Profil Kesehatan Kota Batam

Posyandu merupakan suatu wadah milik masyarakat sebagai wujud

partisipasi masyarakat dibidang kesehatan, yang diselenggarakan

dari, oleh dan untuk masyarakat dengan pelayanan minimal

melaksanakan 5 program pokok yaitu Kesehatan Ibu dan Anak,

 Perbaikan Gizi, Keluarga Berencana, Imunisasi, KIA dan

Penanggulangan Diare.

Saat ini dalam perkembangannya yang terdiri dari 4 strata yaitu

Pratama, Madya, Purnama, Mandiri. Tingkat pertumbuhan posyandu

di Kota Batam secara kuantitas cukup menggembirakan dimana pada

tahun 2007 berjumlah 261 unit, dan pada tahun 2008 berjumlah 273

unit dan tahun 2009 ini berjumlah 295 unit mengalami kenaikan

sebesar (0,92%) tersebar di 64 kelurahan dalam wilayah kerja Kota

Batam.

Gambar …..  JUMLAH POSYANDU MENURUT KECAMATAN

DI KOTA BATAM TAHUN 2008-2009

SUMBER : BIDANG KESGA, PROMKES, GIZI DINAS KESEHATAN KOTA BATAM

Source : Family health sector Batam Health office

Terlihat pada gambar diatas, bahwa di wilayah kerja Puskesmas

Sekupang terjadi penurunan, hal ini karena pemekaran wilayah

kecamatan dan telah beroperasinya Puskesmas Batu Aji, sehingga

ada beberapa Posyandu yang masuk binaan Puskesmas Sekupang

di tahun 2008 dan pada tahun 2009 di bina oleh Puskesmas Batu Aji.

Page 65: Profil Kesehatan Kota Batam

Peningkatan Posyandu secara kwantitas juga bersinergi dengan

kwalitas Posyandu, hal ini terlihat dari meningkatnya strata di

beberapa Posyandu pada tahun 2009 dibanding tahun 2008.

Gambar 33.       PERKEMBANGAN POSYANDU MENURUT

STRATA

DI KOTA BATAM TAHUN 2009

SUMBER : BIDANG KESGA, PROMKES, GIZI DINAS KESEHATAN KOTA BATAM

Source   : Family health sector Batam Health office

Bentuk lain dari peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan adalah desa/kelurahan siaga. Saat ini seluruh kelurahan

yang berjumlah 64 telah menjadi kelurahan siaga, kader dan tokoh

masyarakatnya telah dilatih untuk menggerakkan kelurahan siaga.

Tingkat perkembangan kelurahan siaga sudah terbentuk sejak tahun

2006 yaitu dikelurahan Batu Besar Kec. Nongsa, tahun 2007 menjadi

12 kelurahan dimana hampir setiap kecamatan telah dibentuk

kelurahan siaga dan pada tahun 2009 100% kelurahan siaga dan 5

kelurahan sudah aktif dalam kegiatan kelurahan siaga, hal ini

menunjukkan secara perlahan-lahan adanya peningkatan

pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

kesehatan dalam kehidupan.

5.2.2.  BP, RB , PRAKTEK DOKTER/ BPS

Bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dikelola oleh

pihak swasta berupa Balai Pengobatan dengan jumlah 174  unit

Page 66: Profil Kesehatan Kota Batam

terbagi atas BP Umum 171 unit dan BP gigi 3 unit, sedangkan 

Rumah Bersalin (RB) jumlahnya 63 unit, Bidan Praktek Swasta

perorangan yang terdaftar 223 BPS, angka ini meningkat (0,96%),

dari tahun 2008, begitu juga Praktek Dokter Perorangan 393 orang

mengalami peningkatan (0,56%), hal ini menunjukkan adanya

peningkatan peran serta pelayanan kesehatan dari pihak swasta.

5.2.3.  PENGOBATAN ALTERNATIF

Pengobatan alternatif merupakan salah satu sarana pelayanan

kesehatan masyarakat non medis, saat ini pengobatan alternatif yang

telah terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Batam berjumlah 104 unit

yang tersebar dibeberapa kecamatan di Kota Batam.

5.2.4.   APOTIK/ TOKO OBAT

Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya yang menunjang pelayanan

kesehatan pada tingkat lanjutan seperti apotik dan toko obat, pad

atahun 2009 berjumlah 76 unit apotik dan  173 unit jumlah toko obat,

banyaknya apotik dan toko obat yang ada di Kota Batam

menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, debngna kata lain

sarana tersebut dapat membantu meningkatkan pelayanan kesehatan

dalam hal obat-obatan bagi masyarakat.

Perkembangan keberadaan sarana kesehatan baik pemerintah

maupun swasta di Kota Batam tahun tahun 2006-2009, seperti pada

tabel berikut ini.

TABEL 1. Â Â Â DISTRIBUSI SARANA KESEHATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2009.

JENIS SARANA 2006 2007 2008 2009

Page 67: Profil Kesehatan Kota Batam

RUMAH SAKIT 12 12 13 14

PUSKESMAS 11 12 12 13

PUSTU 37 43 47 49

PUSKEL DARAT 13 14 16 18

PUSKEL LAUT 14 16 19 20

POLINDES/POSKESDES26 27 36 30

POSYANDU 230 261 273 295

BALAI PENGOBATAN

UMUM

98 134 157 174

BALAI  PENGOBATAN

GIGI

1 1 1 1

RUMAH BERSALIN 35 43 57 63

APOTEK 54 65 75 76

PEDAGANG BESAR

FARMASI

3 19 0 27

TOKO OBAT 162 171 188 173

Sumber      : Bidang Yankesfar Dinas Kesehatan Kota Batam

Sourse       :

5.3. TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan merupakan kekuatan yang menggerakkan roda

pembangunan di bidang kesehatan. Terlaksananya pelayanan

kesehatan yang optimal sangat dipengaruhi tenaga kesehatan baik

kwalitas maupun kwantitasnya. Jumlah tenaga kesehatan

berdasarkan jenis ketenagaan baik yang bekerja di instansi

pemerintah maupun swasta terlihat seperti pada gambar berikut :

Page 68: Profil Kesehatan Kota Batam

Gambar 23.   JUMLAH TENAGA KESEHATAN BERDASARKAN

JENIS

KETENAGAAN DI KOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber  : Bidang Program Dinas Kesehatan Kota Batam.

Source   :

Jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di

hitung dalam bentuk rasio. Rasio tenaga kesehatan merupakan

ketersediaan tenaga kesehatan secara kwantitas dibandingkan

dengan 100.000 jiwa penduduk.

Berdasarkan jumlah penduduk Kota Batam tahun 2009 dengan rasio

masing-masing jenis ketenagaan masih ada tenaga kesehatan yang

belum memadai seperti apoteker, bidan, kesmas, nutrisionis dan

sanitarian. Adapun rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk

tahun 2009 seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 33.   RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000

PENDUDUK

DIKOTA BATAM TAHUN 2009

Sumber  : Bidang Program Dinas Kesehatan Kota Batam.

Source   :

Peningkatan SDM kesehatan terutama dari pihak pemerintah, baik

dari segi kuantitas maupun kualitas yang ditempatkan pada sarana

kesehatan adalah dalam rangka terlaksananya pelayanan kesehatan

Page 69: Profil Kesehatan Kota Batam

yang optimal bagi masyarakat. Berikut adalah kondisi tenaga

kesehatan dilingkungan Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2009.

TABEL 2.      DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN

DILINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA BATAM TAHUN 

2009

UNIT

KERJA

TAHUN 2008 TAHUN 2009

CPNS/PNSPTT/THLTotalCPNS/PNSPTT/THLTotal

Dinkes 79 10 89 81 3 84

RSOB 23 0 23 15 0 15

RSUD 136 12 148 148 10 158

Gudang

Farmasi

6 3 9 9 0 9

PKM

Sekupang

38 2 40 49 0 49

PKM

Sei.Lekop

25 2 27 21 1 22

PKM Sei

Panas

51 4 55 45 1 46

PKM Tg.

Sengkuang

19 4 23 19 2 21

PKM

Lubuk Baja

28 3 31 28 2 30

PKM Baloi

Permai

23 3 26 34 1 35

PKM Sei

Pancur

37 2 39 32 3 35

PKM 32 4 36 28 2 30

Page 70: Profil Kesehatan Kota Batam

Sambau

PKM

Belakang

Padang

27 9 36 21 13 34

PKM

Galang

25 11 36 21 20 41

PKM

Bulang

18 4 22 11 8 19

PKM Kabil - - - 25 3 28

PKM Batu

Aji

- - - 24 0 24

Total 567 73 640 611 69 680

Sumber : Sub.Bag. Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Batam

Source : The Employment Sub, Batam Health Office

Berdasarkan tabel diatas, terjadi peningkatan jumlah tenaga

kesehatan yang bekerja di instansi pemerintah sebanyak 37 orang,

dengan status kepegawaian terdiri dari PNS/CPNS, THL/PTT.

Adapun jenis ketenagaannya dalah sebagaimana pada tabel berikut

 dibawah ini :

TABEL 3. Â Â Â Â JUMLAH & PROPORSI TENAGA YANG BEKERJA DIUNIT KESEHATAN MENURUT 8

KATEGORI TENAGA JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA

BATAM TAHUN 2009

NO JENIS TENAGA PNS PTT THD JUMLAH

1 MEDIS 106 12 0 151

2 PERAWAT &  BIDAN 299 38 6 593

3 FARMASI 27 0 2 29

Page 71: Profil Kesehatan Kota Batam

4 GIZI 13 0 1 14

5KESEHATAN

MASYARAKAT21 0 0 21

6 SANITASI 23 0 0 23

7 TEKNIS LAIN 20 0 2 22

8 TENAGA LAINNYA 51 0 10 61

JUMLAH 610 50 20 680

Sumber : Sub.Bag. Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Batam

Source  : The Employment Sub, Batam Health Office

5.3.1.PEMBIAYAAN KESEHATAN

Alokasi anggaran untuk program pembangunan kesehatan Kota

Batam dua tahun terakhir ini cenderung meningkat walaupun masih

jumlah dana yang ada masih terbatas, untuk itu perlu dibuat skala

prioritas kegiatan/program yang paling dibutuhkan masyarakat baik di

Dinas Kesehatan Kota Batam, RSUD Kota Batam maupun Unit

Pelaksana Teknis (UPT) yang telah mempunyai Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) sendiri dalam mengelola, merencanakan

dan melaksanakan sendiri sesuai kebutuhannya masing-masing.

 Pada tahun 2009 ini APBD Kota Batam Bidang Kesehatan

totalnya  Rp. 103.169.216.548,- yang yang terdiri dari :

Alokasi Dinkes Kota Batam            

       Rp. 30.897.226.175,-

Alokasi RSUD Kota Batam             

       Rp. 39.022.660.240,-

Page 72: Profil Kesehatan Kota Batam

Alokasi Puskesmas se-Kota Batam          Rp.

32.422.374.065,-

Gudang

Farmasi                            

       Rp.      826.956.068,-

Adapun pendanaan pembangunan kesehatan di Kota Batam juga

bersumber dana dari APBD Propinsi dan APBN dari Pusat.

BAB VI

PENUTUP

CHAPTER VI

CONCLUTION

Beberapa program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota

Batam pada tahun 2009 telah menunjukkan adanya peningkatan

infrastruktur berupa pembangunan sarana kesehatan maupun

rehabilitasi sarana prasarana kesehatan dan program kesehatan yang

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota

Batam. Bila dilihat hasil dari pembangunan kesehatan  selalu

mengalami fluktuasi akibat pertumbuhan penduduk, seperti

pembangunan sarana kesehatan bedasarkan kebutuhan masyarakat

yang dilihat dari jumlah penduduk.

Derajat kesehatan masyarakat seperti mortalitas, morbiditas, status

gizi dan usia harapan hidup tahun 2009 merupakan gambaran upaya

pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan. Penurunan angka

kesakitan pada sebagian besar penyakit merupakan hasil dari upaya

Page 73: Profil Kesehatan Kota Batam

pengendalian beberapa kasus penyakit menular, peningkatan status

gizi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil

yang telah dicapai juga tak lepas dari sumber daya manusia sebagai

pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik pihak pemerintah

maupun pihak swasta serta partisipasi masyarakat. Meningkatnya

derajat kesehatan yang menunjukkan tingkat kesejahteraan begitu

juga dengan aspek kehidupan lainnya seperti aspek sosial ekonomi

masyarakat.

Tahun 2009 masih ada beberapa program kesehatan yang belum

memenuhi target berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), hal

ini dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah sistem pencatatan

dan pelaporan (Recording & Reporting) yang masih belum optimal

sehingga hasil yang tercatat dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan

sebagai koordinator pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan

tidak optimal. Penataan dan peningkatan koordinasi dari lintas

program baik pemerintah maupun pihak swasta serta lintas sektor

baik dalam pelaksanaan program-program kesehatan maupun dalam

pencatatan dan pelaporan menuju suatu sistem yang optimal harus

tetap ditingkatkan sehingga hasil yang diharapakan dapat tercapai

sesuai dengan kenyataan.

Sistem pencatatan dan pelaporan satu pintu yang diharapkan pada

tahun berikutnya memerlukan komitmen bidang-bidang program yang

ada di Dinas Kesehatan Kota Batam serta mendapatkan data yang

akurat dan dapat dipertanggung jawabkan dari semua lini kesehatan

seperti Puskesmas dan jajarannya, rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya, sehingga profil kesehatan Kota Batam tahun 2010

dapat menyajikan data yang akurat, valid dan terpercaya, untuk

Page 74: Profil Kesehatan Kota Batam

selanjutnya dapat dijadikan dasar yang evidence base dalam

perencanaan pembangunan dimasa datang.

Kami dari team penyusun profil kesehatan Kota Batam mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak baik Puskesmas maupun Rumah

Sakit dan pengelola sarana kesehatan lainnya serta pihak terkait yang

telah mengirimkan data dan informasi sehingga terbitnya profil

kesehatan Kota Batam Tahun 2009. Kepada seluruh instansi

kesehatan, kami menghimbau untuk selalu berpartisipasi dan

meningkatkan sistem data dan informasi sebagai perbaikan

manajemen kesehatan yang berkualitas dan terpercaya dimasa

datang.

Semoga dengan terbitnya profil kesehatan Kota Batam tahun 2009 ini

dapat memberikan gambaran tentang perkembangan situasi derajat

kesehatan masyarakat Kota Batam yang telah kita laksanakan

bersama dengan kemitraan serta bermanfaat bagi kita semua dan

untuk masa yang datang.