324
PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN KONSELOR MENURUT PERSEPSI SISWA DI SMA NEGERI SE- KABUPATEN PEMALANG TAHUN AJARAN 2012/2013. Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Dewi Septin Tri Siswanti 1301408059 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN KONSELOR MENURUT

  • Upload
    buingoc

  • View
    255

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

  • PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN

    KONSELOR MENURUT PERSEPSI SISWA DI SMA

    NEGERI SE- KABUPATEN PEMALANG TAHUN

    AJARAN 2012/2013.

    Skripsi

    disajikan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Dewi Septin Tri Siswanti

    1301408059

    JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2014

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi yang berjudul Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi

    Siswa Di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013 ini

    telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi

    Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

    Semarang.

    Semarang, Desember 2013

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. Dra. MTh Sri Hartati, M.Pd Kons

    NIP. 19521120 197703 1 002 NIP. 19601228 198601 2 001

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

    Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

    pada :

    Hari : Rabu

    Tanggal : 18 Desember 2013

    Panitia Ujian

    Ketua Sekretaris

    Drs. Budiyono, M.S Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons

    NIP. 19631209 198703 1 002 NIP. 19710114 200501 1 002

    Penguji Utama

    Drs. Heru Mugiarso, M.Pd, Kons

    NIP. 19610602 198403 1 002

    Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

    Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. Dra. MT Sri Hartati, M.Pd Kons

    NIP. 19521120 197703 1 002 NIP. 19601228 198601 2 001

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya

    saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

    seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

    dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, Desember 2013

    Dewi Septin Tri Siswanti

    NIM 1301408059

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Kerja adalah wujud nyata cinta. Jika kita tak dapat bekerja dengan kecintaan

    namun hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu lalu duduklah

    di gerbang rumah ibadah untuk menerima derma dari mereka yang bekerja dengan

    suka cita (Kahlil Gibran)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Bapak Sabar dan Mamah Titi Riyanti tecinta serta kakak-kakakku Mas Aris,

    Mbak Cut, dan Mbak Retno yang selalu

    memberikan doa, cinta dan kasih serta

    dukungan yang senantiasa mengiringi

    dalam setiap langkahku, serta buat si

    kecil Dek Bintang dengan tingkahmu

    yang lucu selalu menghiburku.

    2. Aa Nova Priyanto yang selalu memberikan cinta, kasih sayang,

    semangat serta motivasinya.

    3. Teman-teman seperjuangku BK angkatan 2008.

    4. Almamaterku BK FIP UNNES tercinta.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penyusunan skripsi dengan judul Profil Kompetensi Kepribadian Konselor

    Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran

    2012/2013

    Dasar pemikiran penulis mengadakan penelitian tersebut berawal dari

    keadaan di lapangan mengenai kompetensi kepribadian konselor yang dianggap

    kurang baik oleh siswa. Kompetensi kepribadian konselor yang kurang baik akan

    berdampak negatif bagi siswa. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi dan

    kerjasama berbagai pihak, untuk membantu konselor agar mempunyai kompetensi

    kepribadian yang lebih baik. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui profil

    kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa di SMA Negeri se-

    Kabupaten Pemalang.

    Penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

    Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena

    itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Fathur Rahman, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

    2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

    Semarang.

    3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Universitas

    Negeri Semarang.

  • vii

    4. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd., Dosen Pembimbing I.

    5. Dra. MTh. Sri Hartati, M.Pd,Kons., Dosen Pembimbing II.

    6. Tim penguji skripsi.

    7. Kepala SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah memberikan izin

    penelitian.

    8. Semua konselor di SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah membantu

    penelitian.

    9. Semua siswa di SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah membantu

    penelitian.

    10. Keluarga besarku yang tiada henti memberikan doa dan dukungannya selama

    ini.

    11. Aa Nova Priyanto yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, semangat dan

    motivasinya.

    12. Teman-teman di Reksonegoro, Kos Ora Ono Jenenge, Kos Masbuloh, dan

    teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu menjadi

    teman berbagi suka dan duka.

    13. Teman-teman PPL SMA Negeri 11 Semarang Tahun 2011 yang selalu

    memberi semangat, motivasi dan menghiburku.

    14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

    Dalam skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin agar skripsi ini

    dapat tersaji dengan baik. Namun jika ternyata masih banyak kekurangan, hal ini

    semata-mata karena keterbatasan dari penulis.

  • viii

    Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada

    umumnya dan penulis pada khususnya.

    Semarang, Desember 2013

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Siswanti, Dewi Septin Tri. 2013. Profil Kompetensi Kepribadian Konselor

    Menurut Siswa Persepsi di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun

    Ajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas

    Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra.

    Ninik Setyowani, M.Pd., dan Pembimbing II : Dra. Maria Theresia Sri

    Hartati, M.Pd.,Kons

    Kata kunci : Persepsi, Kompetensi Kepribadian Konselor

    Profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa adalah

    proses penginterpretasian siswa terhadap kompetensi atau kemampuan

    kepribadian konselor yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

    teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia dalam pelaksanaan pelayanan

    bimbingan dan konseling di sekolah. Penginterpretasian tersebut melibatkan

    pengalaman siswa yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor yang

    akhirnya akan disimpulkan dan ditafsirkan oleh siswa. Penginterpretasian ini akan

    membentuk konsep tentang profil kompetensi kepribadian konselor. Permasalahan

    yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan kompetensi

    kepribadian konselor di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran

    2012/2013?

    Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah

    SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang. Teknik sampling yang digunakan adalah

    cluster random sampling dan 7 SMA Negeri yang menjadi sampel penelitian

    dengan jumlah responden 245 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian

    ini menggunakan instrumen skala psikologis dengan jumlah butir sebanyak 80

    item. Metode analisis data menggunakan deskriptif persentase.

    Hasil penelitian menunjukkan rata-rata profil kompetensi kepribadian

    konselor termasuk kriteria baik pada berimhan YME (83,23%), pada menghargai

    dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan

    memilih (77,07%), pada menjunjung integritas stabilitas kepribadian yang kuat

    (79,97%), dan menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi (77,40%).

    Kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang paling unggul yaitu beriman

    dan bertaqwa kepada Tuhan YME (83,23%), sedangkan yang paling rendah yaitu

    menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan

    kebebasan memilih (77,07%).

    Simpulan dari penelitian ini adalah profil kompetensi kepribadian

    konselor menurut persepsi siswa termasuk dalam kriteria baik. Saran yang

    diberikan yaitu konselor diharapkan untuk lebih meningkatkan kompetensi

    kepribadian konselor yang lebih baik dalam memberikan pelayanan bimbingan

    dan konseling kepada siswa.

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

    KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

    ABSTRAK ................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI .............................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

    DAFTAR DIAGRAM ............................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7

    1.3 Tujuan penelitian .................................................................................. 7

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

    1.5 Sistematika Skripsi ............................................................................... 8

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terdahulu.............. ........................................................ 10

    2.2 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa 12

    2.2.1 Persepsi.................. ........................................................................ 12

    2.2.1.1 Pengertian Persepsi ....................................................................... 13

    2.2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 15

    2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi ........................................................... 19

    2.2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor ................................................ 22

    2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor .................................................. 22

    2.2.2.2 Jenis-jenis Kompetensi Konselor ................................................... 23

    2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor ................................................ 26

    2.2.3 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor ...................................... 35

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 41

    3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 42

    3.2.1 Identifikasi Variabel ....................................................................... 42

    3.2.2 Jenis Variabel ................................................................................. 43

    3.2.3 Hubungan Antarvariabel ................................................................ 43

    3.2.4 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 43

    3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 44

    3.3.1 Populasi ......................................................................................... 44

    3.3.2 Sampel ............................................................................................ 45

  • xi

    3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................... 47

    3.4.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 47

    3.4.2 Alat Pengumpul Data ..................................................................... 47

    3.4.3 Penyusunan Instrumen ................................................................... 49

    3.4.3.1 Menyusun Kisi-kisi Instrumen ...................................................... 49

    3.4.3.2. Karakteristik Jawaban Yang Dikehendaki .................................... 53

    3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 55

    3.5.1 Validitas Instrumen ........................................................................ 55

    3.5.2 Reliabilitas Instrumen .................................................................... 57

    3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian.............................................. 58

    3.6.1 Uji Validitas ................................................................................... 58

    3.6.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 58

    3.7 Metode Analisis Data ..................................................................... 59

    BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 61

    4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan ......................... 61

    4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Setiap SubVariabel............ 63

    4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Tiap Indikator.................. 71

    4.2 Pembahasan Hasil Penelitian..................................................... 100

    4.3 Keterbatasan Dalam Penelitian.................................................. 105

    BAB 5 PENUTUP

    5.1 Simpulan ........................................................................................ 106

    5.2 Saran ............................................................................................... 106

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 107

    LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................ 109

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    3.1 Daftar SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang.............................. 45

    3.2 Daftar Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian........................... 46

    3.3 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian..................................... 50

    3.4 Kategori Jawaban Instrumen Penelitian....................................... 55

    3.5 Kriteria Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi

    Siswa....................................................................................... 60

    4.1 Persentase Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi

    Siswa..................................................................................... 62

    4.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Beriman dan Bertaqwa

    Kepada Tuhan YME.................................................................... 63

    4.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

    Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan

    Kebebasan Memilih..................................................................... 65

    4.4 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Integritas

    Stabilitas Kepribadian Yang Kuat.............................................. 67

    4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kinerja

    Berkualitas Tinggi........................................................................... 69

    4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

    Kepribadian Yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan

    YME............................................................................................... 71

    4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Konsisten Dalam

    Menjalankan Kehidupan Beragama dan Toleran Terhadap Pemeluk

    Agama Lain........................................................................................ 73

    4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berakhlak Mulia dan

    Berbudi Pekerti Luhur......................................................................... 74

    4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Mengaplikasikan

    Pandangan Posititif dan Dinamis..................................................... 76

  • xiii

    4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

    Mengembangkan Potensi Positif ................................................... 78

    4.11 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peduli Terhadap

    Kemaslahatan Konseli.................................................................... 80

    4.12 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Tinggi

    Harkat Sesuai Dengan Hak Asasinya.............................................. 81

    4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Toleran Terhadap

    Permasalahan Konseli...................................................................... 83

    4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersikap

    Demokrasi........................................................................................ 85

    4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian

    dan Perilaku Yang Terpuji................................................................ 87

    4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Emosi

    Yang Stabil......................................................................................... 88

    4.17 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peka, Bersikap Empati,

    Serta Menghormati Keragaman dan Perubahan................................ 90

    4.18 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Toleransi

    Tinggi Terhadap Konseli Yang Menghadapi Stres dan

    Frustasi.............................................................................................. 91

    4.19 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

    Tindakan Yang Cerdas, Kreatif, Inovatif, dan

    Produktif............................................................................................. 93

    4.20 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersemangat, Berdisip;in,

    dan Mandiri......................................................................................... 95

    4.21 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berpenampilan Menarik

    dan Menyenangkan............................................................................. 97

    4.22 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berkomunikasi Secara

    Efektif.................................................................................................. 99

  • xiv

    DAFTAR DIAGRAM

    Halaman

    4.1 Persentase Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi

    Siswa............................................................................................ 63

    4.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Beriman dan Bertaqwa

    Kepada Tuhan YME.................................................................... 65

    4.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

    Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan

    Kebebasan Memilih..................................................................... 67

    4.4 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Integritas

    Stabilitas Kepribadian Yang Kuat.............................................. 69

    4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kinerja

    Berkualitas Tinggi........................................................................... 70

    4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

    Kepribadian Yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan

    YME............................................................................................... 72

    4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Konsisten Dalam

    Menjalankan Kehidupan Beragama dan Toleran Terhadap Pemeluk

    Agama Lain........................................................................................ 74

    4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berakhlak Mulia dan

    Berbudi Pekerti Luhur......................................................................... 75

    4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Mengaplikasikan

    Pandangan Posititif dan Dinamis..................................................... 77

    4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

    Mengembangkan Potensi Positif ................................................... 79

    4.11 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peduli Terhadap

    Kemaslahatan Konseli.................................................................... 81

    4.12 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Tinggi

    Harkat Sesuai Dengan Hak Asasinya.............................................. 83

  • xv

    4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Toleran Terhadap

    Permasalahan Konseli...................................................................... 84

    4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersikap

    Demokrasi........................................................................................ 86

    4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian

    dan Perilaku Yang Terpuji................................................................... 88

    4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Emosi

    Yang Stabil......................................................................................... 89

    4.17 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peka, Bersikap Empati,

    Serta Menghormati Keragaman dan Perubahan................................ 91

    4.18 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Toleransi

    Tinggi Terhadap Konseli Yang Menghadapi Stres dan

    Frustasi.............................................................................................. 93

    4.19 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

    Tindakan Yang Cerdas, Kreatif, Inovatif, dan

    Produktif............................................................................................. 95

    4.20 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersemangat, Berdisip;in,

    dan Mandiri......................................................................................... 97

    4.21 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berpenampilan Menarik

    dan Menyenangkan............................................................................. 98

    4.22 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berkomunikasi Secara

    Efektif................................................................................................ 100

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian............................................. 110

    2. Instrumen Uji Coba Penelitian Profil Kompetensi

    Kepribadian Konselor Menurut Persepsi

    Siswa.................................................................................................... 113

    3. Tabel Perhitungan Hasil Uji Coba Instrumen

    Penelitian............................................................................................... 122

    4. Perhitungan Validitas Coba Instrumen Penelitian................................ 130

    5. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen

    Penelitian............................................................................................... 131

    6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.............................................................. 132

    7. Instrumen Penelitian............................................................................. 135

    8. Tabel Hasil Penelitian........................................................................... 142

    9. Tabel Analisis Deskriptif Persentase Tiap Variabel............................. 189

    10. Tabel Analisis Deskriptif Persentase Tiap Indikator............................ 243

    11. Daftar Nama Sekolah Penelitian........................................................... 317

    12. Surat Ijin Penelitian............................................................................... 318

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara

    utuh, tepat, dan berarti serta mampu membangun hubungan antarpribadi

    (interpersonal) yang unik dan harmonis, dinamis, persuasif, dan kreatif, sehingga

    menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Alat

    yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah

    dirinya sendiri sebagai pribadi (your self as a person).

    Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008, tentang standar

    kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, dijelaskan bahwa :

    sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik

    dan kompetensi professional sebagai salah satu keutuhan.

    Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari

    pelaksanaan pelayanan professional BK, kompetensi akademik dan

    professional konselor secara integrasi membangun keutuhan

    kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

    Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang

    konselor harus memiliki keempat kompetensi yaitu : kompetensi paedagogik,

    kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional dalam

    melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Salah satu dari empat

    kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian, tidak kalah pentingnya dari

    kompetensi lainnya dan perlu diperhatikan serta pemahaman yang baik dalam

    proses pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh konselor. Bentuk nyata

    dari kompetensi tersebut adalah sikap penerimaan yang baik terhadap siswa,

    mampu berpandangan yang positif, berpegang teguh dan perpedoman pada nilai-

  • 2

    nilai agama dalam menangani siswa, dan membantu untuk mengentaskan masalah

    dan menciptakan kondisi siswa yang mampu mengembangkan dirinya secara

    optimal.

    Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 menyebutkan bahwa konselor

    yang mempunyai kompetensi kepribadian yang baik harus memiliki aspek-aspek

    sebagai berikut :

    a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (1) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) konsisten dalam

    menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap

    pemeluk agama lain, (3) berakhlak mulia dan berbudi pekerti

    luhur,

    b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, meliputi (1)

    mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang

    manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual,

    dan berpotensi, (2) menghargai dan mengembangkan potensi

    positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya,

    (3) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan

    konseli pada khususnya, (4) menjunjung tinggi harkat dan

    martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (5) toleran

    terhadap permasalahan konseli, (6) bersikap demokratis,

    c. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (1) menampilkan kepribadian dan perilaku yang

    terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten),

    (2) menampilkan emosi yang stabil, (3) peka, bersikap empati,

    serta menghormati karagaman dan perubahan, (4) menampilkan

    toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan

    frustasi.

    d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (1) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan

    produktif. (2) bersemangat, berdisiplin, dan mandiri, (3)

    berpenampilan menarik dan menyenangkan, (4) berkomunikasi

    secara efektif.

    Pernyataan di atas dapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor

    harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik dalam memberikan

    pelayanan bimbingan dan konseling kepada konseli yaitu konselor harus beriman

  • 3

    dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; mengahargai dan menjunjung

    tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih ;

    menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat ; serta menampilkan

    kinerja berkualitas tinggi. Konselor yang mempunyai kompetensi kepribadian

    yang tinggi harus dapat memenuhi aspek-aspek tersebut, apabila konselor tidak

    mempunyai aspek-aspek tersebut dapat dikatakan konselor tersebut mempunyai

    kompetensi kepribadian yang rendah.

    Seorang konselor yang mempunyai profil kompetensi kepribadian yang

    baik harus menjadi tauladan bagi siswa, maka konselor harus menampilkan

    pribadi yang baik, bukan hanya baik dari luar tetapi baik pula dari dalam.

    Kepribadian bukanlah hal yang dapat dinilai dari luar tetapi merupakan sebuah

    hasil pencitraan dari dalam diri masing-masing individu. Semakin baik

    kepribadian konselor dalam menangani masalah siswa maka akan baik pula

    pandangan siswa terhadap konselornya. Terkait dengan profil seorang konselor

    tentang kompetensi kepribadian konselor, maka setiap konselor perlu mempunyai

    pemahaman yang matang dalam masing-masing bidangnya terutama tentang

    kompetensi kepribadian. Pemahaman yang matang tentang kompetensi

    kepribadian akan memudahkan konselor dalam mengatasi masalah dan dalam

    membentuk pribadi setiap siswanya.

    Profil tentang kompetensi kepribadian dapat sebutkan bahwa, setelah

    konselor mendapatkan informasi tentang kompetensi kepribadian, konselor

    mampu untuk mengingat informasi yang didapatkan dan pada akhirnya diperoleh

    pemahaman tentang aspek-aspek yang terkandung dalam kompetensi kepribadian.

  • 4

    Menciptakan hubungan yang harmonis antara siswa dengan konselor

    membuat siswa merasa nyaman dan aman saat menghadapi masalah dengan

    keberadaan konselor. Selain itu berpandangan positif pada siswa juga bagian dari

    aspek kompetensi kepribadian yang perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa

    dianggap sebagai individu yang buruk apabila siswa datang dan membawa cerita

    tentang masalahnya, apabila hal tersebut dikuasai oleh konselor maka siswa akan

    mempunyai kesadaran pentingnya Bimbingan dan Konseling sehingga siswa akan

    bersikap proaktif yaitu dengan bersikap sukarela dan aktif datang ke konselor.

    Kenyataan di lapangan yang terkait dengan profil kompetensi kepribadian

    konselor menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan oleh konselor di sekolah.

    Berdasarkan survey data awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pemalang bahwa

    beberapa konselor di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang masih ada konselor

    yang belum dapat mengaplikasikan dengan baik aspek yang ada pada kompetensi

    kepribadian konselor. Salah satunya konselor kurang berpandangan positif kepada

    siswa, siswa yang datang ke ruang BK karena memiliki masalah sehingga suatu

    ketika siswa datang kembali dengan secara otomatis konselor akan berpandangan

    bahwa siswa masih memiliki masalah. Sikap konselor yang seperti itu yang

    membuat siswa takut dan tidak ingin datang ke ruang BK untuk memanfaatkan

    layanan bimbingan dan konseling. Hal tersebut dapat dilihat dari masih kurangnya

    ketertarikan siswa tentang kegiatan konselor, dan kurangnya kesukarelaan siswa

    dalam memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling. Idealnya konselor dapat

    menampilkan salah satu kompetensi kepribadian sebagai konselor, konselor

    adalah sahabat siswa yang dapat mengerti dan membantunya memecahkan

  • 5

    permasalahannya. Maka diperlukan kondisi siswa yang memungkinkan siswa

    dapat berkembang dan harus dibentuk hubungan yang baik agar siswa merasa

    aman dan nyaman dengan adanya konselor. Dengan demikian, siswa mempunyai

    kesadaran akan pentingnya bimbingan dan konseling sehingga siswa mempunyai

    minat dan termotivasi pada akhirnya siswa akan dengan suka rela dan aktif

    memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

    Namun, pada kenyataannya siswa merasa tidak aman, selain itu juga kurang

    percaya terhadap konselor sehingga siswa beranggap jika mempunyai masalah

    tidak usah ke ruang BK. Menurut siswa konselor hanya ramah atau dekat dengan

    siswa tertentu saja. Sering kali kita temui konselor yang kurang disenangi oleh

    siswa karena sikap konselor yang kurang hangat dan ramah serta galak terhadap

    siswa, sehingga siswa menjadi takut.Selain itu, akibatnya kepribadian konselor

    yang kurang sesuai menjadikan siswa memberikan julukan atau sebutan yang

    aneh-aneh terhadap konselor.

    Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sudah berjalan, namun

    belum maksimal karena siswa belum bisa memanfaatkan layanan bimbingan dan

    konseling dengan optimal.Siswa yang datang secara sukarela untuk

    memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling hanya beberapa siswa saja,

    selainnya karena dipanggil.Siswa tidak datang secara sukarela ke ruang BK untuk

    meminta bantuan kepada konselor, melainkan karena dipanggil dan atas inisiatif

    konselor sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkesan

    terpaksa.Menurut siswa bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian di

    sekolah yang khusus menangani siswa yang melanggar peraturan sekolah seeprti

  • 6

    membolos, berkelahi, terlambat, dan lain sebagainya. Hal ini juga membuat siswa

    takut dan malu untuk datang ke ruang BK karena selain takut dengan konselor

    juga malu jika teman-temannya beranggapan dirinya melakukan pelanggaran

    karena di ruang BK. Faktor yang menyebabkan siswa enggan memanfaatkan

    layanan bimbingan dan konseling karena siswa mempunyai anggapan yang

    kurang tepat tentang kompetensi konselor, khususnya kompetensi kepribadian

    konselor. Siswa menganggap bahwa konselor kerjanya enak tidak mengajar dan

    hanya duduk-duduk saja.

    Penelitian tentang kompetensi kepribadian konselor pernah

    dilakukan Tri Endah Nurhayati (2008) bahwa hubungan yang

    signifikan antara persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian pada

    guru pembimbing dengan minat siswa dalam memanfaatkan

    layanan konseling perorangan pada siswa kelas IX Sigaluh

    Banjarnegara tahun 2007/2008.

    Kaitannya dengan penelitian ini semakin positif persepsi siswa tentang

    rapport dan empati guru pembimbing maka siswa akan sadar tanpa paksaan untuk

    mengikuti dan memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling, dan rapport

    serta empati adalah bagian dari kompetensi kepribadian konselor dalam

    melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu peneliti ingin

    memahami tentang standar kompetensi kepribadian konselor yang harus dimiliki

    dan diterapkan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

    Berdasarkan dari kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa

    siswa mempunyai anggapan yang kurang baik terhadap konselor dan bersikap

    acuh tak acuh terhadap BK sehingga siswa malas dan enggan mengikuti layanan

    BK. Sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang Profil

  • 7

    Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se-

    Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dari hasil paparan di atas, maka rumusan

    masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai Bagaimana profil

    kompetensi kepribadian konselor menurutpersepsi siswa di SMA Negeri se-

    Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang

    ada yaitu Untuk mengetahui profil kompetensi kepribadian konselor menurut

    persepsi siswa di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah bimbingan dan

    konseling serta dapat meningkatkan kompetensi kepribadian konselor di sekolah.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1.4.2.1 Bagi Konselor

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi konselor sekolah untuk

    meningkatkan kompetensi kepribadian sesuai dengan standar kualifikasi

  • 8

    akademik dan kompetensiyang telah ditetapkan, khususnya kompetensi

    kepribadian konselor.

    1.4.2.2 Bagi Kepala Sekolah

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembinaan Kepala

    Sekolah kepada konselor yang belum memiliki pemahaman dengan baik tentang

    kompetensi kepribadian konselor.

    1.4.2.3 Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan

    masukan sehingga kelak menjadi konselor, peneliti mampu menjadi seorang

    konselor yang berkepribadian baik

    1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi

    Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka

    disusun sistematika skripsi. Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal,

    bagian pokok dan bagian akhir. Berikut adalah penjelasan mengenai garis besar

    sistematika skripsi tersebut:

    1.5.1 Bagian Awal Skripsi

    Bagian ini terdiri atas sampul, lembar berlogo, lembar judul, lembar

    pengesahan, lembar pernyataan keaslian tulisan, lembar motto dan persembahan,

    kata pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

    lampiran.

  • 9

    1.5.2 Bagian Isi Skripsi

    Bagian ini terdiri lima bab yang meliputi :

    Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan

    skripsi.

    Bab 2 Landasan Teori, berisi uraian teoritis atau teori-teori yang

    mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul

    skripsi dan rumusan hipotesisnya.

    Bab 3 Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, variabel

    penelitian, populasi dan sampel, metode dan instrumen pengumpulan data,

    validitas dan realibilitas instrumen serta metode analisis data.

    Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian dan

    pembahasan penelitian.

    Bab 5 Penutup, berisi simpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan

    hasil penelitian

    Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka untuk memberikan informasi tentang

    semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi

    ini dan lampiran-lampiran dari hasil perhitungan-perhitungan statistik, ijin

    penelitian, dan instrumen penelitian.

  • 10

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pustaka merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu penelitian

    sebab pustaka dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir bagi peneliti untuk

    memahami dan menerangkan fenomena yang menjadi pusat perhatian peneliti.

    Dalam bab ini akan membahas teori yang melandasi penelitian yaitu meliputi: (1)

    penelitian terdahulu; (2) persepsi; (3) kompetensi kepribadian konselor; (4) profil

    kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa.

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan sebelum

    penelitian ini, dengan variabel yang sama. Tujuannya adalah sebagai bahan

    literatur pembanding dan referensi tambahan selain buku. Penelitian terdahulu

    yang dijadikan rujukan adalah:

    Penelitian pertama yang pernah dilakukan Tri Endah Nurhayati (2008)

    dalam Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Ciri-ciri Kepribadian Pada

    Guru Pembimbing Dengan Minat Siswa Dalam Memanfaatkan Layanan

    Konseling Perorangan Pada Siswa Kelas IX Sigaluh Banjarnegara Tahun

    2007/2008 bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang ciri-

    ciri kepribadian pada guru pembimbing dengan minat siswa dalam

    memarnfaatkan layanan konseling perorangan pada siswa kelas IX Sigaluh

    Banjarnegara tahun 2007/2008. Semakin positif persepsi siswa tentang rapport

    dan empati guru pembimbing maka siswa akan sadar tanpa paksaan untuk

  • 11

    mengikuti dan memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling, dan rapport

    serta empati adalah bagian dari kompetensi kepribadian konselor dalam

    melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling.

    Penelitian kedua yang dilakukan oleh Retno Wahyu Ningsih (2011) dengan

    judul skripsi Pemahaman Konselor Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor

    Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-

    Kabupaten Tegal Tahun 2010/2011 menyebutkan bahwa konselor sudah

    memahami tentang kompetensi kepribadian dalam pelaksanaan pelayanan

    bimbingan dan konseling. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prosentase tiap-tiap

    aspek dalam kompetensi kepribadian yang secara keseluruhan termasuk dalam

    kriteria baik yaitu meliputi pemahaman konselor tentang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemahaman konselor tentang menghargai dan

    menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusia dan kebebasan untuk memilih,

    pemahaman konselor tentang menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang

    kuat, serta pemahaman konselor tentang menunjukkan kinerja yang berkualitas

    tinggi.

    Penelitian terakhir yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian juga

    dilakukan oleh Yenisa Yuni Asih (2010) judul skripsinya Korelasi Antara

    Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Proaktif

    Siswa Terhadap Pemanfaatan Layanan Konseling Perorangan Pada Siswa Kelas

    VIII SMP N 37 Semarang bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi

    siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap

    pemanfaatan layanan konseling perorangan di SMP N 37 Semarang tahun

  • 12

    2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prosentase dalam kriteria sesuai

    yaitu 74%, hal ini berarti siswa telah melihat dan mendengar tentang keimanan

    dan ketaqwaan konselor terhadap Tuhan Yang Maha Esa, siswa juga dapat

    merasakan bahwa integritas dan stabilitas konselor yang sesuai.

    Kaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

    adalah semakin konselor dapat menunjukkan kompetensi kepribadian yang baik

    dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling maka konselor dapat

    menunjukkan kemampuan kompetensi kepribadian konselor. Konselor harus

    dapat memahami dan menerapkan dengan baik kompetensi kepribadian konselor

    dalam kehidupan sehari-hari, maka secara otomatis konselor mempunyai

    kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang baik pula.

    2.2 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa

    2.2.1 Persepsi

    Secara umum persepsi diartikan sebagai cara seseorang memandang atau

    mengartikan sesuatu. Dalam teori persepsi siswa tentang peran konselor dalam

    menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian, terlebih dahulu akan

    dijelaskan tentang pengertian persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi

    persepsi, serta proses terjadinya persepsi.

    2.2.1.1 Pengertian Persepsi

    Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang

    pengalaman terhadap sesuatu benda atau suatu kejadian yang dialami. Persepsi

  • 13

    menurut Walgito (2003:46) adalah suatu proses pengorganisasian,

    penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu

    sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang

    integrated dalam diri individu. Sebagai aktivitas yang integrated, maka seluruh

    pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam

    persepsi itu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.

    Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

    alat penerima yaitu alat indera. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada

    waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera.

    Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

    Hal senada diungkapkan oleh Pareek dalam Sobur (2003:446) yang

    mendefinisikan persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi,

    mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada

    rangsangan panca indera atau data. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi

    bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah

    inti persepsi. Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi tidak akurat,

    maka komunikasi juga tidak akan efektif. Persepsi juga dapat diartikan sebagai

    proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui

    alat inderawi kita (Sugiyo 2005:34). Alat indera tersebut akan menerima

    stimulus, kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) dan terjadilah

    proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba

    dan sebagainya. Persepsi dapat menjadi mediasi antara kita dengan lingkungan.

  • 14

    Penerimaan rangsang atau stimulus oleh alat indera disebut juga

    penginderaan atau sensasi. Penginderaan belum dapat menangkap pengertian

    terhadap dunia sekitar sebelum terjadi interpretasi atau pemaknaan terhadap

    stimulus tersebut. Tiap-tiap individu menggunakan indera yang sama atau sejenis

    dalam menerima stimulus yang sama. Namun, dalam hal persepsi masing-masing

    individu bisa berbeda tergantung pengalaman masa lalu individu. Apa yang

    dipersepsi pada waktu tertentu tidak tergantung stimulus itu sendiri, melainkan

    pengalaman terdahulu yang akan ikut mewarnai pemaknaan pada waktu

    melakukan persepsi. Pengalaman masa lalu termasuk kondisi perasaan pada waktu

    itu, prasangka, keinginan, sikap, dan lain-lain.

    Sedangkan Rakhmat (2005:51) mendefinisikan persepsi sebagai

    pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

    dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah proses

    pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Tahap paling awal

    dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi merupakan bagian dari

    persepsi. Meskipun begitu, dalam menafsirkan makna informasi inderawi tidak

    hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekpektasi, motivasi dan memori.

    Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

    persepsi adalah proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap

    objek, peristiwa atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang

    berkaitan dengan objek tersebut untuk menyimpulkan informasi dan penafsiran

    pesan yang akan membentuk konsep tentang objek tersebut. Persepsi mencakup

    dua proses yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek

  • 15

    dunia luar (stimulus-informasi) dengan dunia dalam diri seseorang (pengetahuan

    yang relevan dan telah disimpan dalam ingatan). Dua proses tersebut disebut

    bottom-up atau aspek stimulus dan top-down atau aspek pengetahuan seseorang

    (Suharnan 2005:23-24). Hasil persepsi seseorang mengenai suatu objek selain

    dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri juga pengetahuan seseorang

    mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh

    dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang

    mengenai objek tersebut.

    2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

    Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh

    dinamika yang terjadi dalam diri seseorang dengan melibatkan aspek psikologis

    dan panca inderanya. Persepsi melibatkan proses yang saling melengkapi, bukan

    berjalan sendiri-sendiri. Menurut Suharnan (2005:55), persepsi melibatkan dua

    proses yaitu bottom-up processing and top-down processing. Hal ini berarti

    bahwa hasil suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan

    ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang

    dipersepsi itu (bottom-up) dengan pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan

    seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berdasarkan keterangan

    tersebut, Suharnan (2005:56-60) mengklasifikasikan hal-hal yang dapat

    mempengaruhi proses persepsi antara lain informasi, pengetahuan dan

    pengalaman, familiaritas, ukuran, intensitas, serta gerak. Informasi berkaitan

    dengan apa yang ditampilkan oleh stimulus pada waktu terjadinya proses persepsi.

    Pengetahuan dan pengalaman merupakan sesuatu yang tersimpan dalam ingatan

  • 16

    orang yang melakukan persepsi yang relevan dengan objek persepsi. Sedangkan

    familiaritas mengandung arti bahwa objek-objek yang sudah dikenal akrab oleh

    pelaku persepsi maka cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek yang baru

    atau masih asing. Ukuran berarti bahwa objek persepsi yang berukuran lebih besar

    akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali daripada objek yang berukuran kecil.

    Faktor ukuran ini umumnya berhubungan dengan objek persepsi yang berwujud

    fisik dengan ukuran yang dapat dilihat oleh pelaku persepsi. Intensitas dan gerak

    juga berhubungan dengan objek yang berwujud fisik. Intensitas mengacu pada

    warna objek persepsi, warna yang tajam atau mencolok lebih mudah dipersepsi.

    Demikian pula dengan gerak, objek yang bergerak juga cenderung lebih mudah

    dipersepsi daripada objek yang diam.

    Sedangkan menurut Sugiyo (2005:38-41), secara garis besar terdapat dua

    faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi antar pribadi, yaitu faktor

    situasional dan faktor personal. Faktor situasional berhubungan dengan deskripsi

    verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk

    paralinguistik. Deskripsi verbal berhubungan dengan rangkaian kata sifat yang

    dapat menentukan persepsi seseorang. Petunjuk proksemik berhubungan dengan

    penggunaan jarak/ruang dan waktu dalam menyampaikan pesan. Jarak ini terbagi

    menjadi jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Petunjuk

    kinesik berkaitan dengan gerakan, sedangkan petunjuk paralinguistik merupakan

    cara seseorang mengucapkan lambang-lambang verbal.

    Faktor personal terbagi menjadi pengalaman, motivasi, kepribadian,

    intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan, dan objektivitas. Faktor personal ini

  • 17

    berhubungan dengan orang yang melakukan persepsi. Pengalaman yang banyak

    akan mendorong persepsi semakin cermat. Motivasi yang tinggi terhadap objek

    persepsi akan menyebabkan persepsi menjadi bias atau kurang objektif.

    Kepribadian mengandung arti bahwa orang yang memiliki penilaian bik terhadap

    diri sendiri cenderung memberikan penilaian yang positif pula bagi orang lain.

    Sementara itu, intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan dan objektivitas yang

    baik akan memicu persepsi yang baik pula.

    Pendapat lain dikemukakan oleh Siagian (2004:98-105) yang

    mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain

    faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan, faktor sasaran persepsi, dan

    faktor situasi. Faktor dari diri orang yang bersangkutan berarti apabila seseorang

    melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi terhadap apa yang

    dilihatnya, orang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya, seperti sikap,

    motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor sasaran persepsi

    merupakan fokus persepsi terhadap benda, orang maupun peristiwa. Sifat-sifat

    sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

    Faktor situasi berhubungan dengan keadaan dimana persepsi tersebut muncul.

    Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat (2005:55-59) menyatakan bahwa

    persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor fungsional dan faktor

    struktural). Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan

    pengalaman masa lalu. Faktor ini juga dikenal dengan faktor personal dimana

    persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus, melainkan karakteristik

    individu yang memberikan respon pada stimulus tersebut. Objek yang mendapat

  • 18

    tekanan dalam persepsi biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang

    melakukan persepsi, yang dipengaruhi pula oleh kebutuhan, kesiapan mental,

    suasana emosional, dan latar belakang budaya tehadap persepsi. Sedangkan faktor

    struktural artinya apabila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai

    suatu keseluruhan. Jika ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti

    suatu fakta secara terpisah melainkan harus memandangnya dalam hubungan

    keseluruhan yaitu konteksnya, lingkungan serta masalah yang dihadapinya.

    Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

    persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor

    tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    (1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, dalam hal

    ini adalah individu yang melakukan pesepsi. Faktor ini berhubungan dengan

    penginderaan, pengetahuan dan perasaan yang relevan dengan keadaan objek

    yang dipersepsi dan disimpan dalam ingatan individu yang melakukan pesepsi.

    Pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan proses belajar,

    cakrawala, kebutuhan, motivasi, nilai dan harapan yang tersimpan dalam diri

    individu turut berpengaruh terhadap proses persepsi.

    (2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu, dalam hal ini

    adalah objek yang dipersepsi. Faktor ini berhubungan dengan apa yang

    ditampilkan oleh objek persepsi. Penampilan objek persepsi inilah yang

    kemudian akan dinilai dan ditarsirkan oleh individu yang melakukan persepsi.

    Selain penampilan objek persepsi, faktor lain yang turut mempengaruhi adalah

    waktu, lingkungan, dan keadaan sosial.

  • 19

    Kedua faktor tersebut merupakan proses yang berlangsung secara

    serempak, saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Persepsi tidak

    dapat tejadi hanya berdasarkan satu faktor saja, kedua faktor tersebut saling

    melengkapi dan akhirnya membentuk kesan dan penafsiran tertentu pada diri

    individu mengenai objek persepsi. Sehubungan dengan penelitian ini, individu

    yang melakukan persepsi adalah siswa, sedangkan objek persepsi adalah konselor.

    2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

    De Vito dalam Sugiyo (2005:34) mengemukakan bahwa proses persepsi

    melalui tiga tahap yaitu stimulasi sensori terjadi, stimulasi organisasi

    terorganisasi, dan stimulasi sensori diinterpretasikan. Stimulasi sensori misalnya

    mendengarkan lagu,mencium bau parfum, dan lain-lain. Stimulasi sensori tersebut

    akan berlanjut dengan proses pemahaman, kemudian apa yang telah diterima akan

    ditafsirkan oleh individu yang melakukan persepsi. Persepsi merupakan bagian

    dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan

    diterapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku

    seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk

    mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya.

    Sobur (2003:447) menjabarkan komponen utama dalam proses persepsi antara

    lain seleksi, interpretasi, dan reaksi. Seleksi adalah proses penyaringan oleh

    indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau

    sedikit. Setelah diseleksi kemudian diorganisasikan atau diinterpretasi, proses ini

    melibatkan pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, motivasi, kepribadian,

  • 20

    kecerdasan, dan sebagainya. Selanjutnya, interpretasi dan persepsi tersebut

    diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

    Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari

    berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data

    diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya

    diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan

    diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran

    inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti

    pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran

    atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan tertentu terhadap

    objek yang dipersepsi.

    Walgito dalam Sugiyo (2005:35) mengemukakan proses persepsi terbagi

    menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

    (1) Proses kealaman, dimana objek objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

    (2) Proses fisiologis, merupakan proses dimana stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.

    (3) Proses psikologis, merupakan proses yang terjadi di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang ia terima

    melalui alat indera sebagai akibat dari stimulus yang

    diterimanya.

    Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan

    dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai

    oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh

    keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu

    untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon

  • 21

    tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap

    stimulus bersifat subjektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu

    menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman,

    kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu.

    Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses

    persepsi berlangsung dalam beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan

    adanya stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau

    kejadian yang menjadi pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan

    diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi

    sampai ke otak terjadi proses kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa

    yang dilihat, dirasa dan sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan

    informasi yang diterimanya, individu memunculkan respon sebagai reaksi

    terhadap stimulus yang diterimanya.

    Dalam penelitian ini, objek yang akan dipersepsi oleh siswa adalah

    kompetensi keprbadian konselor. Objek tersebut akan menjadi stimulus yang akan

    diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian ditafsirkan. Proses penafsiran ini

    dapat berbeda antara siswa satu dengan lainnya, hal ini tergantung pengalaman

    masing-masing siswa khususnya yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian

    konselor.

  • 22

    2.2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor

    2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor

    Permandiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan

    kompetensi konselor bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup

    kompetensi akademik dan kompetetensi professional.

    Kompetensi merupakan kemampuan yang seharusnya/ dapat dilakukan oleh

    guru sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab mereka sebagai

    pengajar dan pendidik. Kemampuan melakukan sesuatu sesuai dengan kualifikasi,

    fungsi, dan tanggung jawab tersebut lebih sekedar mengetahui dan memahami.

    Menurut Siskandar dalam Pedoman PPL (2011: 88), kompetensi adalah

    kemampuan yang dapat dilakukan oleh guru yang mencakup kepribadian, sikap

    dan tingkah laku guru yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai dengan

    tuntutan profesi sebagai guru. Kemampuan ditunjang oleh penguasaan

    pengetahuan atau wawasan akademis maupun non akademis (knowledge

    e/insight/abilities), keahlian (skills), dan sikap/ kepribadian (attitudes). Oleh

    karena itu berkaitan dengan kompetensi guru, seseorang sebelum menjadi guru

    haruslah dipersiapkan proses dan materi yang diberikan.

    Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa

    kompetensi pendidik/ guru meliputi :

    1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,

    2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

    membimbing peser didik memenuhi standar kompetensi yang

    diterapkan dalam standar nasional,

    3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

  • 23

    tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat

    sekitar,

    4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap,

    stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat

    dijadikan teladan bagi peserta didik.

    Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi konselor

    merupakan kemampuan yang dimiliki oleh konselor yang mencakup kepribadian,

    sikap dan tingkah laku konselor yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai

    dengan tuntutan profesi sebagai konselor, dan kompetensi kepribadian konselor

    mrliputi kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan

    kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang

    kompetensi kepribadian konselor.

    2.2.2.2 Jenis-Jenis Kompetensi Konselor

    Depiknas (2007: 261-266) sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas dua

    komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak dapat

    dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional.

    1. Kompetensi Akademik Konselor

    Kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui Program S-1

    Pendidikan Profesi Konselor. Untuk menjadi pengampu pelayanan di bidang

    bimbingan dan konseling, tidak dikenal adanya pendidikan profesional konsekutif

    sebagaimana yang berlaku di bidang pendidikan profesi guru. Kompetensi

    akademik konselor profesional terdiri atas kemampuan:

  • 24

    a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani.

    Sosok kepribadian serta dunia konseli perlu didalami oleh konselor

    yaitu menghormati kerangka pikir konseli yang memperhadapakan

    karakteristik konseli yang telah bertumbuh dalam latar belakang keluarga

    dan lingkungan budaya tertentu sebagai rujukan normatif beserta berbagai

    permasalahan serta solusi yang harus dipilihnya dalam rangka memetakan

    lintasan perkembangan kepribadian konseli dari keadaan sekarang ke arah

    yang dikehendaki. Sebagai konselor dalam upaya mengenal secara

    mendalam konseli yang dilayani, konselor harus mempunyai sikap

    empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan

    konseli dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

    b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi dalam

    bimbingan dan konseling. Penguasaan khasanah teoretik dan prosedural

    serta teknologi dalam bimbingan dan konseling mencakup kemampuan:

    1) Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur, dan

    sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan

    dan konseling.

    2) Mengemas teori, prinsip dan prosedur serta sarana bimbingan dan

    konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam

    penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang

    memandirikan.

    3) Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang

    memandirikan.

  • 25

    2. Kompetensi Profesional Konselor

    Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan

    dalam menerapkan kompetensi akademik dalam bidang bimbingan dan konseling

    yang telah dikuasai itu dalam otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli

    lain yang relevan melalui melalui Program Pendidikan Profesi Konselor berupa

    Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh.

    Untuk menumbuhkan kemampuan profesional konselor, maka kriteria

    keberhasilan dalam keterlibatan konselor dalam Program Pendidikan Profesi

    Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah pertumbuhan

    kemampuan konselor dalam menggunakan rentetan panjang keputusan- keputusan

    kecil yang dibingkai kearifan dalam mengorkestrasikan optimasi pemanfaatan

    dampak layanannya demi tercapainya kemandirian konseli dalam konteks tujuan

    utuh pendidikan. Kompetensi profesional konselor meliputi: kompetensi

    pedagogik, komptensi profesional, komptensi sosial, dan komptensi kepribadian.

    Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa

    kompetensi pendidik/ guru meliputi :

    1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,

    2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

    membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

    diterapkan dalam standar nasional,

    3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

    tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat

    sekitar,

    4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap,

    stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat

    dijadikan teladan bagi peserta didik.

  • 26

    Pada keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

    konselor yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional konselor yang

    meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

    professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini

    dari keempat kompetensi konselor tersebut akan dibahas salah satu kompetensi

    konselor yaitu kompetensi kepribadian konselor.

    2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor

    Standar kompetensi konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar

    kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor,

    maka rumusan kompetensi akademik dan professional konselor dirumuskan ke

    dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

    Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada

    pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,

    berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini

    mencakup penampilan/ sikap yang positip terhadap keseluruhan tugas sebagai

    guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidik beserta unsur-unsurnya. Di

    samping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang

    segogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri sebagai panutan anak

    didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian mencakup: a) menampilkan diri

    sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, b) menampilkan

    diri sebagai yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan

  • 27

    masyarakat, c) mengevaluasi kinerja sendiri, d) mengembangkan diri secara

    berkelanjutan. (Pedoman PPL, 2011: 90)

    Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi

    akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian

    konselor mencakup aspek-aspek, yaitu sebagai berikut :

    1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (a)

    menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, (b) konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran

    terhadap pemeluk agama lain, (c) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur,

    2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas

    dan kebebasan memilih, meliputi (a) mengaplikasikan pandangan positif dan

    dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social,

    individual, dan berpotensi, (b) menghargai dan mengembangkan potensi

    positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (c) peduli

    terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya,

    (d) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak

    asasinya, (e) toleran terhadap permasalahan konseli, (f) bersikap demokratis,

    3. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (a)

    menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur,

    sabar, ramah, dan konsisten), (b) menampilkan emosi yang stabil, (c) peka,

    bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, (d)

    menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan

    frustasi.

  • 28

    4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (a) menampilkan tindakan

    yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. (b) bersemangat, berdisiplin, dan

    mandiri, (c) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (d) berkomunikasi

    secara efektif.

    Menurut Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 butir b dalam

    Mulyasa (2008: 117) bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan

    kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan

    bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini mencakup

    penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas sebagai konselor dan

    terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. Di samping itu,

    pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang dianut oleh konselor

    dan penampilan diri sebagai panutan peserta didiknya.

    Kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

    perkembangan dalam membentuk kepribadian siswa, dan berpengaruh besar

    terhadap keberhasilan pendidikan. Konselor dituntut untuk memiliki kompetensi

    kepribadian yang memadai, kompetensi kepribadian konselor merupakan

    kompetensi konselor yang melandasi kompetensikompetensi lainnya.

    Dimick dalam Latipun (2006 : 57) mengemukakan bahwa

    kesadaran konselor terhadap persoalan akan menguntungkan klien.

    Dimensi persoalan yang harus disadari konselor dan perlu dimiliki

    secara singkat sebagai berikut : (1) Spontanitas, (2) Fleksibilitas,

    (3) Konsentrasi, (4) Keterbukaan, (5) Stabilitas emosi, (6)

    Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah, (7) Komitmen

    pada rasa kemanusiaan, (8) Kemampuan membantu klien, (9)

    Pengatahuan konselor, dan (10) Totalitas.

  • 29

    1. Spontanitas

    Sikap spontanitas (spontanity) konselor merupakan aspek yang

    sangat penting dalam hubungan konseling. Spontanitas menyangkut

    kemampuan konselor untuk merespon peristiwa yang sebagaimana yang

    dilihatnya dalam hubungan konseling. Pengalaman dan pengetahuan diri

    yang mendalam akan sangat membantu konselor untuk mengantisipasi

    respon dengan lebih teliti. Makin banyak pengetahuan dan pengalaman

    konselor dalam menangani klien akan semakin memiliki spontanitas yang

    lebih baik.

    2. Fleksibilitas

    Fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan konselor untuk

    mengubah, memodifikasi, dan menetapkan cara-cara yang digunakan jika

    keadaan mengharuskan. Fleksibilitas mencakup spontanitas dan kreativitas

    yang keduanya tidak dapat dipisahkan dari fleksibilitas. Sikap fleksibilitas

    ini klien akan mampu untuk merealisasikan potensinya. Fleksibilitas

    merupakan tidak ada cara yang tetep dan pasti bagi konselor dan klien

    untuk mengatasi masalahnya. Fleksibilitas terjadi tidak hanya dalam

    hubungan konseling saja, tetapi juga dalam sehari-hari konselor.

    3. Konsentrasi

    Kepedulian konselor kepada kliennya ditunjukkan dengan

    kemampuan berkonsentrasi dalam hubungan konseling. Konsentrasi

    menunjuk kepada keadaan konselor untuk berada di sini dan saat ini.

  • 30

    Konselor bebas dari berbagai hambatan dan secara total memfokuskan pada

    perhatiannya kepada klien. Konsentrasi mencakup dua dimensi, yaitu verbal

    dan non verbal. Konsentrasi secara verbal yaitu konselor mendengarkan

    verbalisasi klien, cara verbalisasi itu diungkapkan dan makna bagi klien

    (personal meaning) yang ada dibalik kata-kata yang diungkapkan.

    Sedangkan konsentrasi secara non verbal merupakan konselor

    memperhatikan seluruh gerekan, ekspresi, intonasi, dan perilaku lainnya

    yang ditunjukkan oleh klien dan semua yang berhubungan dengan pribadi

    klien.

    4. Keterbukaan

    Keterbukaan (openness) adalah kemampuan konselor untuk

    mendengarkan dan menerima nilai-nilai orang lain, tanpa melakukan

    distorsi dalam menemukan kebutuhannya sendiri. Keterbukaan bukan

    berarti konselor itu bebas nilai, konselor tidak perlu melakukan pembelaan

    diri dan tidak perlu berbasa-basi jika mendengar dan menerima nilai orang

    lain. Nilai yang dianut konselor berbeda dengan nilai yang dianut oleh

    klien. Konselor yang efektif dan toleran terhadap adanya perbedan-

    perbedaan nilai itu. Keterbukaan tidak bermakna konselor menyetujui dan

    tidak menyetujui apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikatakan klien.

    Keterbukaan mengandung arti kemauan konselor bekerja keras untuk

    menerima pandangan klien sesuai dengan yang dirasakan dan/atau yang

    dikomunikasikan. Keterbukaan juga merupakan kemauan konselor untuk

  • 31

    secara terus menerus menguji kembali dan menetapkan nilai-nilainya

    sendiri dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

    5. Stabilitas Emosi

    Konselor yang efektif memiliki stabilitas emosional (emotional

    stability). Stabilitas emosional berarti jauh dari kecenderungan keadaan

    psikopstologis. Dengan kata lain, secara emosional konselor dalam keadaan

    sehat, tidak mengalami gangguan mental yang dapat menghambat

    pertumbuhan dan perkembangannya. Stabilitas emosional tidak berarti

    konselor harus selalu tampak senang dan gembira, tetapi keadaan konselor

    yang menunjukkan sebagai peson yang dapat menyesuaikan diri dan

    terintegratif. Penngalaman emosional yang tidak stabil dapat saja dialami

    setiap orang termasuk konselor itu sendiri. Pengalaman ini dapat dijadikan

    sebagai kerangka untuk lebih dapat memahami klien dan sikap empatik,

    dan jangan sampai pengalaman ini dapat berefek negative dalam hubungan

    konseling.

    6. Berkeyakinan akan Kemampuan untuk Berubah

    Keyakinan akan kemampuan untuk berubah selalu ada dalam bidang

    psikologi, pendidikan dan konseling. Apa perlunya bidang itu

    dikembangkan jika bukan sebagai proses untuk mengubah perilaku, sikap,

    keyakinan dan perasaan individu. Konselor selalu berkeyakinan bahwa

    setiap orang pada dasarnya berkemampuan untuk mengubah keadaanya

  • 32

    yang mungkin belum sepenuhnya optimal dan tugas konselor adalah

    membantu sepenuhnya proses perubahan menjadi lebih efektif.

    7. Komitmen Pada Rasa Kemanusiaan

    Komitmen perlu dimiliki konselor dan menjadi dasar dalam

    usahanya membantu klien mencapai keinginan, perhatiannya, dan

    kemauannya.

    8. Kemauan Membantu Klien Mengubah Lingkungannya

    Konselor yang efektif bersedia untuk selalu membantu klien

    mencapai pertumbuhan, keistimewaan, berkebebasab, dan

    keotentikan.Erhatian konselor bukan membantu klien tunduk atau

    menyesuaikan dengan lingkungannya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

    Dengan demikian, klien menjadi subyek yang lebih bertanggung jawab

    terhadap lingkungannya bukan orang yang selalu mengikuti apa kata

    lingkungannya.

    9. Pengetahuan Konselor

    Tugas konselor membantu kliennya untuk meningkatkan dirinya

    secara keseluruhan.Konselor perlu menjadi pribadi yang utuh. Untuk dapat

    mencapai pribadi yang utuh, konselor harus mengetahui ilmu perilaku,

    mengetahui filsafat, mengetahui lingkungannya. Konselor harus bijak

    dalam memahami dirinya sendiri, orang lain, kondisi dan pengalamannya

    dalam hal peningkatan aktualisasi dirinya sebagai pribadi yang utuh. Usaha

    untuk terus belajar mengenai diri dan orang lain menjadi tuntutan seorang

  • 33

    konselor. Konselor harus siap untuk melakukan koreksi terhadap dirinya

    sendiri dan terbuka dari kritik orang lain.

    10. Totalitas

    Konselor sebagai pribadi yang total, berbeda dan terpisah dengan

    orang lain. Dalam konteks ini konselor perlu memiliki kualitas pribadi yang

    baik, yang mencapai kondisi kesehatan mentalnya secara positif. Konselor

    memiliki otonomi, mandiri, dan tidak menggantungkan pribadinya secara

    emosional kepada orang lain. Kualitas pribadi konselor perlu memperoleh

    perhatian dari konselor itu sendiri. Kegagalan konselor dalam

    menumbuhkan pribadinya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan dan

    efektivitasnya dalam konseling.

    Mulyasa (2008:121) juga mengemukakan kompetensi kepribadian, yang

    meliputi :

    1. Kepribadian yang matap, stabil, dan dewasa

    Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan

    oleh faktor kepribadian yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang

    dewasa. Kondisi seperti ini yang nantinya akan mengakibatkan konselor

    bersifat kurang profesional. Kepribadian yang mantap akan membuat

    siswanya menjadi percaya kepada konselor pada saat proses penanganan

    masalah ataupun proses pengembangan diri siswa. Emosi yang stabilpun

    akan berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk solusi masalah yang

  • 34

    dialami siswa. Pribadi yang dewasa akan membentuk perasaan nyaman pada

    konselornya dan percaya bahwa konselornya mampu membantu

    memecahkan masalahnya.

    2. Disiplin, arif, dan berwibawa

    Dalam mendisiplinkan siswa, sangatlah penting jika seorang

    konselor berusaha untuk mendisiplinkan dirinya terlebih dahulu.

    Pembentukkan pribadi yang disiplin pada siswa, nantinya akan membantu

    menemukan dirinya; mengatasi masalah, memecahkan timbulnya masalah.

    Seorang konselor perlu mempunyai pribadi yang disiplin, arif, serta

    berwibawa. Wibawa akan menjadikan siswa menghormati konselornya,

    namun tidak mengurangi perasaan percaya bahwa konselornya mampu

    menjadi pribadi yang fleksibel, yaitu mampu menjadi teman curhat

    sekaligus pendidik yang profesional.

    3. Menjadi teladan bagi peserta didik

    Untuk menjadi teladan tentunya harus mempunyai sesuatu yang

    baik, yang nantinya dapat diturunkan pada peserta didik. Seorang konselor

    dengan perilaku serta kepribadian baik, sudah tentu pantas untuk ditiru oleh

    siswanya. Selalu menjaga sikap dihadapan siswa menjadi kunci untuk

    dijadikan teladan yang baik.

    4. Berakhlak mulia

    Semua aspek tidak ada artinya jika aspek yang satu ini tidak

    terpenuhi. Akhlak mulia merupakan hal utama karena dengan berakhlak

  • 35

    mulia, dengan mudah aspek yang disebutkan di atas dapat dimiliki oleh

    setiap konselor.

    Seorang konselor harus mempunyai andil yang besar terhadap

    keberhasilan pendidikan, juga berperan dalam pembentukan pribadi siswa. Jadi

    dapat disimpulkan bahwa seoranng konselor dituntut untuk mempunyai

    kompetensi kepribadian yang memadai karena kompetensi inilah yang menjadi

    landasan dari kompetensi konselor yang lainnya.

    2.2.3 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor

    Dalam penelitian ini kaitannya yaitu bahwa konselor harus mempunyai

    kemampuan kompetensi kepribadian yang harus diterapkan dengan baik dalam

    menjalankan tugas-tugasnya, sehingga keberhasilan dalam pembentukan pribadi

    siswa akan berjalan dengan baik dan berhasil pula.

    Secara umum persepsi diartikan sebagai cara seseorang memandang atau

    mengartikan sesuatu. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan

    tentang pengalaman terhadap sesuatu benda atau suatu kejadian yang dialami.

    Persepsi menurut Walgito (2003:46) adalah suatu proses pengorganisasian,

    penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu

    sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang

    integrated dalam diri individu. Sebagai aktivitas yang integrated, maka seluruh

    pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam

    persepsi itu. Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses menyimpulkan

    informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat inderawi kita

  • 36

    (Sugiyo 2005:34). Persepsi dapat menjadi mediasi antara individu dengan

    lingkungan.

    Berdasarkan pengertian persepsi yang telah dikemukakan sebelumnya,

    maka peneliti berusaha merumuskan pengertian tentang profil kompetensi

    kepribadian konselor menurut persepsi siswa. Pengertian persepsi siswa tentang

    profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa adalah proses

    penginterpretasian siswa terhadap kompetensi atau kemampuan kepribadian

    konselor yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

    peserta didik dan berakhlak mulia dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan

    konseling di sekolah. Penginterpretasian tersebut melibatkan pengalaman siswa

    yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor yang akhirnya akan

    disimpulkan dan ditafsirkan oleh siswa. Penginterpretasian ini akan membentuk

    konsep tentang profil kompetensi kepribadian konselor.

    Objek dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian konselor

    menurut persepsi siswa. Objek tersebut akan menimbulkan rangsang atau stimulus

    terhadap alat indera. Alat indera akan menangkap kompetensi kepribadian

    konselor untuk kemudian dimaknai dan dinilai oleh siswa sehingga menimbulkan

    persepsi tentang profil kompetensi kepribadian konselor. Siswa dapat

    mempersepsi konselor melalui hal-hal yang tampak dari konselor, seperti sikap,

    tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan atau kepribadian yang tercermin

    dalam diri konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

    Dengan kata lain, siswa akan mempersepsi konselor berdasarkan pengalaman dan

  • 37

    pengetahuan siswa mengenai konselor, khususnya yang berkaitan dengan

    kompetensi kepribadian konselor.

    Reaksi, respon atau tindakan seseorang dapat dipengaruhi oleh

    persepsinya terhadap objek atau kejadian yang dialami. Pemaknaan terhadap

    stimulus yang sama belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama. Hal ini

    dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, nilai dan harapan yang ada dalam diri

    individu. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, maka yang menjadi objek

    persepsi adalah profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa.

    Siswa dapat mempersepsi konselor melalui hal-hal yang nampak dari konselor

    seperti sikap, tingkah laku, pengetahuan, kompetensi atau kepribadian konselor

    yang tercermin dalam kompetensi kepribadian konselor dalam melaksanakan

    layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, siswa juga akan mempersepsi

    konselor berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa, kebutuhan, nilai dan

    harapan yang ada pada masing-masing siswa.

    Persepsi siswa terhadap konselor tersebut bisa berbeda satu sama lain, hal

    ini dapat dipengaruhi oleh penampilan dan sikap konselor itu sendiri serta

    pengetahuan dan pemahaman siswa tentang kompetensi kepribadian konselor. Hal

    ini dapat mempengaruhi respon atau sikap yang ditunjukkan siswa terhadap

    konselor. Misalnya, siswa yang memiliki persepsi baik menjadi rajin datang untuk

    konseling karena menurut siswa konselor dapat membantunya mengatasi masalah.

    Sebaliknya, siswa yang memiliki persepsi kurang baik menjadi malas melakukan

    konseling meskipun sebenarnya mereka mengalami masalah.

  • 38

    Kejadian tersebut merupakan hal yang lazim terjadi. Tak dapat dipungkiri,

    kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih tedapat beberapa kelemahan

    dalam pelaksanan pelayanan bimbingan dan konseling oleh konselor. Ada

    konselor yang kurang bisa memahami cara melakukan konseling yang

    profesional. Ada pula konselor yang belum menunjukkan peranan seorang

    konselor yang sebenarnya sehingga hal ini dapat menimbulkan persepsi negatif

    dari siswa. Hal inilah yang perlu menjadi bahan evaluasi oleh konselor pada

    khususnya dan pihak sekolah pada umumnya. Jika data di lapangan menunjukkan

    bahwa siswa yang mengalami masalah cukup banyak sedangkan yang melakukan

    konseling hanya beberapa saja, tentu ada hal yang perlu mendapatkan perhatian

    dalam hal ini.

    Fenomena semacam itu juga dapat dijumpai di SMA Negeri se- Kabupaten

    Pemalang, khususnya yang berhubungan dengan masalah profil kompetensi

    kepribadian konselor. Beberapa konselor di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang

    masih ada konselor yang belum dapat mengaplikasikan dengan baik aspek yang

    ada pada kompetensi kepribadian konselor. Salah satunya konselor kurang

    berpandangan positif kepada siswa, siswa yang datang ke ruang BK karena

    memiliki masalah sehingga suatu ketika siswa datang kembali dengan secara

    otomatis konselor akan berpandangan bahwa siswa masih memiliki masalah.

    Sikap konselor yang seperti itu yang membuat siswa takut dan tidak ingin data