13
PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL Eka Prastiyanto 1) , Mitarlis 2) , dan Herlina Fitrihidajati 3) . 1) Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: prastiyanto.eka @gmail.com 2) Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA. 3) Dosen Jurusan Biologi FMIPA UNESA. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan capaian kompetensi siswa pada pembelajaran menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global. Kompetensi yang diukur antara lain:sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan menggunakan satu kelas perlakuan, yaitu kelas VII-I SMP Negeri 4 Kediri Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah penerapan pembelajaran degan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik, kompetensi sikap siswa mencapai nilai 3,27 dengan predikat baik dan sebagian besar siswa mencapai tingkatan afektif menanggapi. Kompetensi pengetahuan siswa mengalami peningkatan signifikan tiap sub materinya. Pada sub materi penyebab dan dampak pemanasan global mengalami peningkatan dengan kategori sedangdengan Gain-scor secara berturut-turut sebesar 0,69 dan 0,63, sedangkan pada sub materi penanggulangan pemanasan global mencapai peningkatan dengan kategori tinggi dengan perolehan N-Gain sebesat 0,71. Adapun skor N-Gain secara keseluruhan unutk materi pemanasan global sebesar 0,67 dengan kategori peningkatan tinggi. Pada kompetensi keterampilan, nilai yang diperoleh mencapai 3,28 dengan predikat B. Ketuntasan yang dicapai pada pembelajaran ini untuk kompetensi sikap mencapai 78%, kompetensi pengetahuan mencapai 97%, dan kompetensi keterampilan sebesar 87%. Berdasarkan hasil tersebut, capaian kompetensi pada pembelajaran ini telah memenuhi kriteria minimum yang telah ditetapkan pada kurikulum. Kata kunci:problem based instruction, saintifik, kompetensi, pemanasan global Abstract The aimed this study is to describe the achievementof student competencies in learning by using problem based instruction (PBI) model with scientific approach on global warming topics. The competencies had been measured include: attitude, knowledge, and skills. This study was pre-experimental design with single class treatment, namely the class VII-I SMP Negeri 4 Kediri. The results of this study showed that attitude competency achieve score of 3.27 on good category and most students achieve responding levels of affective in learning with problem-based instruction model with scientific approach. Students knowledge competency have increased significantly in each sub topic. Sub topic of causes and effects of global warming had been increased with medium category and the sub topic global warming prevention improved with high category with the acquisition of N-Gain 0.71. The N-Gain scores overall global warming topic is 0.67 with an increase in medium category. Skills competence have reached score of 3.28 with good category . In this study, 78% of students have meet minumum criteria of attitude competency, 97% of students have mastered the knowledge competency, 87% of students have mastered the skill competency. The 1

PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : EKA PRASTIYANTO

Citation preview

Page 1: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI

PEMANASAN GLOBAL

Eka Prastiyanto1), Mitarlis2), dan Herlina Fitrihidajati3).1) Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: prastiyanto.eka @gmail.com

2)Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA.3)Dosen Jurusan Biologi FMIPA UNESA.

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan capaian kompetensi siswa pada pembelajaran menggunakan

model problem based instruction dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global. Kompetensi yang diukur antara lain:sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan menggunakan satu kelas perlakuan, yaitu kelas VII-I SMP Negeri 4 Kediri Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah penerapan pembelajaran degan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik, kompetensi sikap siswa mencapai nilai 3,27 dengan predikat baik dan sebagian besar siswa mencapai tingkatan afektif menanggapi. Kompetensi pengetahuan siswa mengalami peningkatan signifikan tiap sub materinya. Pada sub materi penyebab dan dampak pemanasan global mengalami peningkatan dengan kategori sedangdengan Gain-scor secara berturut-turut sebesar 0,69 dan 0,63, sedangkan pada sub materi penanggulangan pemanasan global mencapai peningkatan dengan kategori tinggi dengan perolehan N-Gain sebesat 0,71. Adapun skor N-Gain secara keseluruhan unutk materi pemanasan global sebesar 0,67 dengan kategori peningkatan tinggi. Pada kompetensi keterampilan, nilai yang diperoleh mencapai 3,28 dengan predikat B. Ketuntasan yang dicapai pada pembelajaran ini untuk kompetensi sikap mencapai 78%, kompetensi pengetahuan mencapai 97%, dan kompetensi keterampilan sebesar 87%. Berdasarkan hasil tersebut, capaian kompetensi pada pembelajaran ini telah memenuhi kriteria minimum yang telah ditetapkan pada kurikulum. Kata kunci:problem based instruction, saintifik, kompetensi, pemanasan global

AbstractThe aimed this study is to describe the achievementof student competencies in learning by using

problem based instruction (PBI) model with scientific approach on global warming topics. The competencies had been measured include: attitude, knowledge, and skills. This study was pre-experimental design with single class treatment, namely the class VII-I SMP Negeri 4 Kediri. The results of this study showed that attitude competency achieve score of 3.27 on good category and most students achieve responding levels of affective in learning with problem-based instruction model with scientific approach. Students knowledge competency have increased significantly in each sub topic. Sub topic of causes and effects of global warming had been increased with medium category and the sub topic global warming prevention improved with high category with the acquisition of N-Gain 0.71. The N-Gain scores overall global warming topic is 0.67 with an increase in medium category. Skills competence have reached score of 3.28 with good category . In this study, 78% of students have meet minumum criteria of attitude competency, 97% of students have mastered the knowledge competency, 87% of students have mastered the skill competency. The achievement of competency in this study have met the minimum criteria established in the curriculum. Keywords:problem based instruction, scientific, competency, global warming

PENDAHULUAN

Pendidikan IPA pada abad 21 bukan hanya transfer ilmu dari sumber belajar namun pembelajaran IPA membentuk pribadi yang melek IPTEK untuk mengatasi tantangan global (Wieman, 2007). Dengan demikian diperlukan sebuah pembelajaran yang melatih siswa untuk menemukan solusi dari permasalahn yang terjadi dikehidupan sehari-hari serta memfasilitasi perkembangan kompetensi siswa. Berdasarkan tantangan global tersebut pemerintah Indonesia telah merancang seperangkat rencana pembelajaran yang tertuang dalam

Kurikulum 2013. Implementasi kurikulum dalampembelajaran yang berlangsung di instansi pendidikan haruslah mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. Salah satu pedoman yang digunakan adalah Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan salah satu prinsip yang harus digunakan dalam pembelajaran adalah dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa implementasi kurikulum 2013

1

Page 2: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

menggunakan pendekatan ilmiah atau saintifik pada proses pembelajaran.

Pada hakikatnya pembelajaran sains yang baik adalah dilakukan seperti bagaimana sains itu ditemukan, yakni metode ilmiah (Ibrahim, 2010). Selain itu, Wieman (2007) menyatakan bahwa pembelajaran sains dikatakan berhasil apabila mampu mengubah cara berpikir siswa, sehingga siswa dapat memahami dan menggunakan ilmu pengetahuan seperti ilmuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran sepadan dengan proses ilmiah dan diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menunjang proses ilmiah. Dengan kata lain, pembelajaran harus menerapkan metode ilmiah dalam prosesnya. Dalam melakukan kegiatan dengan menggunakan metode ilmiah diperlukan sebuah keterampilan yang disebut keterampilan proses sains. Metode ilmiah dapat dilakukan setelah seseorang menguasai keterampilan proses Sains. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang diterapkan seharusnya memfasilitasi siswa dalam pengembangan keterampilan proses sains melalui metode ilmiah.

Realita di lapangan menunjukkan belum optimalnya pembelajaran sebagai proses ilmiah di sekolah. Hal tersebut terlihat dari kurang berkembangnya keterampilan proses sains siswa. Hasil angket yang diberikan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Kediri menujukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam keterampilan mengamati 17%, mengklasifikasikan 10%, memprediksi 10%, merumuskan masalah sebesar 34%, merumuskan hipotesis 51%, mengidentifikasi variabel 27%, menggunakan alat dan bahan percobaan 6%, menerapkan konsep dalam pengolahan data (interpretasi data) 31%, menarik simpulan 10%, dan mengkomunikasikan 10%. Berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik belum terlaksana secara maksimal sehingga pengembangan keterampilan proses sains siswa juga kurang maksimal.

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah sesuai hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 4 Kediri, diperoleh bahwa proses pembelajaran yang diterapkan sudah menggunakan kurikulum 2013 dan mengaitkan konsep IPA dengan kehidupan sehari-hari. Namun, pembelajaran belum menggunakan sebuah masalah autentik yang dicari penyelesaiannya sebagai bahan pembelajaran. Selain itu, pembelajaran yang diterapkan telah melatihkan keterampilan proses sains. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan keterampilan proses sains belum optimal dan proses pembelajaran belum mengacu ke permasalahan autentik sebagai bahan pembelajaran.

Berdasarkan masalah tersebut, diperlukan sebuah proses pembelajaran yang bukan sekedar proses transfer

pengetahuan dari guru ke siswa tetapi siswa semestinya diberi persoalan-persoalan kontekstual untuk dicari solusinya secara ilmiah. Dengan demikian diperlukan model dan pendekatan pembelajaran yang menggunakan fenomena atau masalah autentik sebagai pusat pembelajaran dan menerapkan proses ilmiah dalam proses pembelajarannya. Kurikulum 2013 memfasilitasi pembelajaran tersebut dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI) dalam pembelajaran dengan menekankan esensi pendekatan saintifik (scientific approach).

Penerapan model PBI dapat membuat siswa belajar menggunakan masalah autentik tertentu untuk belajar konten (isi) pelajaran dan belajar keterampilan khusus untuk menyelesaikan masalah dengan sarana konten pelajaran. Hal tersebut disampaikan oleh Ibrahim (2005): “dengan memecahakan masalah siswa akan belajar dua hal sekaligus, yaitu pertama siswa menemukan jawaban tentang masalahnya dan yang kedua siswa tahu bagaimana proses/cara memecahkan masalah”. Dalam pembelajaran, proses penyelesaian masalah dilakukan secara ilmiah, yakni dengan menggunakan metode ilmiah, yakni dengan investigasi fenomena atau gejala untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan sebelumnya yang kemudian digunakan untuk menemukan solusi dari sebuah permasalahan.Dengan demikian, diharapkan pembelajaran yang berlangsung dapat memfasilitasi perkembangan kompetensi siswa untuk menjadi pribadi yang melek IPTEK untuk mengatasi permasalahan global.

Pendekatan saintifik dapat dijadikan titian dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa (Kemendikbud, 2013). Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik manyentuh 3 ranah, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan ilmiah (saintifik approach) yang diterapkan pada pembelajaran meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Hasil akhir dari pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Pembelajaran dengan menerapkan model PBI dan pendekatan saintifik menjadi alternatif pembelajaran sains yang efektif untuk mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi permasalahan global, sehingga perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model PBI dengan pendekatan saintifik

2

Page 3: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

dapat mengembangkan berbagai keterampilan dan nilai-nilai dalam tujuan pendidikan, serta dapat melatih siswa dalam menemukan solusi dari sebuah masalah secara ilmiah. Selain itu, Wieman (2007) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menekankan pendekatan saintifik dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan literasi sains sehingga siswa dapat menemukan solusi dan keputusan yang bijaksana dari permasalahan yang muncul dikehidupan sehari-hari, seperti bagaimana upaya mengurangi pemanasan global.

Materi pemanasan global merupakan salah satu materi dari bab interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Pada materi ini siswa diharapkan mengkaji tentang fenomena pemanasan global dan mengusulkan bagaimana cara mengatasinya. Materi pemanasan global dipilih karena materi pemanasan global dekat dengan kehidupan sehari-hari, selain itu permasalahan pemanasan global menjadi masalah global akibat dampak yang ditimbulkan. Selain itu pemanasan global juga memerlukan sebuah solusi yang harus dilakukan masing-masing individu untuk mengatasinya agar bumi tetap lestari untuk waktu yang panjang. Dengan demikian materi pemanasan global memiliki permasalahan autentik yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dengan menggunakan model PBI.

Berdasarkan uraian diatas diperlukan sebuah studi untuk mendeskripsikan bagaimana capaian kompetensi siswa pada pembelajaran menggunakan model PBI dengan pendekatan saintifik. Sehingga dapat diketahui bahwa pembelajaran yang diterapkan mampu memfasilitasi perkembangan kompetensi siswa atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksaan pembelajaran serta mendeskripsikan capaian kompetensi siswa pada pembelajaran menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global.

METODERancangan penelitian yang dipakai adalah pre-test

and post-test group design. Pola :

O1 X O2

Keterangan :O1 = hasil pretest (hasil belajar dan motivasi belajar

siswa)X = penerapan metode pembelajaran spot capturingO2 = hasil postest (hasil belajar dan motivasi belajar

siswa) (Arikunto, 2010)

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Kediri pada semester genap tahun ajaran 2013/2014dengan sasaran

dalam penelitian ini adalah kelas VII-I yang berjumlah 32 siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan ada 3 cara, diantaranya: (1) metode observasi untuk mengumpulkan data keterlaksanaan pembelajaran,sikap tanggung jawab, keterampilan berkomunikasi, keterampilan proses sains siswa, dan keterampilan mengukur suhu menggunakan termometer (2) metode tes yang digunakan untuk mengukur capaian kompetensi pengetahuan siswa; dan (3) metode angket digunakan untuk mendapatkan data tentang capaian tingkat afektif siswa.

Data kompetensi yang diperoleh kemudian dihitung perolehan nilai siswatiap kompetensi siswa dengan menggunakan rumus:

N= skor yangd iperolehskor maksimal

x 4

(Permendikbud No. 81A tahun 2013)Nilai yang diperoleh siswa kemudian dikonversi

sesuai dengan patokan atau standar yang telah ditetapkan untuk masing-masing kompetensi baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Acuan yang digunakan sebagai berikut

Tabel 1. Standar Penilaian pada Kurikulum 2013

Predikat

Nilai KompetensiPengetahua

nKeterampila

nSika

pA 4 4

SBA- 3,66 3,66B+ 3,33 3,33

BB 3 3B- 2,66 2,66C+ 2,33 2,33

CC 2 2C- 1,66 1,66D+ 1,33 1,33

KD 1 1

Data hasilpre-testdianalisis dilakukan uji normalitas untuk melihat sampel yang digunakan telah berdistribusi normal (Sudjana, 2005). Untuk mengetahuipeningkatan capaian kompetensi pengetahuan siswa pada pre-testdan post-test dapat dilakukan analisis deskriptifberupa uji N-Gain ternormalisasi. Rumusan untuk menganalisisnya adalah sebagai berikut.

< g >=

%<S f>−%<Si>¿

%<S maks >−%<S i>¿¿¿

Keterangan:Sf = skor final (post-test)Si = skor initial (pre-test)Smaks = skor maksimum yang mungkin dicapaiKemudian Gain-ternomalisasi diinterpretasikan sesuidengan kriteria menurut Hake, yaitu : <g>> 0,7 = tinggi0,7 <<g>< 0,3 = sedang<g>< 0,3 = rendah

3

Page 4: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

(Hake,1999)Data yang diperoleh dari angket afektif siswa

menggambarkan pencapaian tingkat afektif siswa dalam pembelajaran dianalisis dengan menghitung persentase dari skor yang diperoleh dari tiap pernyataan dengan rumus:

P= fN

x 100 %

Keterangan:P = presentase jumlah jawaban responden dari angket f = jumlah skor total yang diperolehN = jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item

Selanjutnya presentase tiap pilihan dikonversi dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Penilaian AfekifPersentase Skor

0 - 25% Kurang sekali26% - 50% Kurang 51% - 75% Baik 76% - 100% Baik Sekali

(Riduwan, 2010)

HASIL DAN PEMBAHASANPengamatan keterlaksanaan pembelajaran dilakukan

untuk mengetahui terlaksana tidaknya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh peneliti dalam proses pembelajaran. Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran ini meliputi keterlaksanaan model PBI dan endekatan saintifik. Berikut hasil pengamatan keterlaksanaan model PBI.

Grafik 1. Skor Rata-rata Keterlaksanaan Model Problem Based Instruction

Keterangan:1 = Orientasi masalah2 = mengorganisasi siswa untuk belajar3 = membimbing penyelidikan4 = mengembangkan dan menyajikan hasil karya5 = mengevaluasi dan menganalisis proses

pemecahan masalah

Berdasasarkan grafik 1 diketahui bahwa pada pertemuan pertama, sintak ke-4 pada model problem

based instruction yakni mengembangkan dan menyajikan hasil karya belum terlaksana dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pada pertemuan pertama siswa belum mengembangkan karya autentik dan pembelajaran pada pertemuan pertama berfokus pada menggali menggali informasi terhadap materi pemanasan global. Karya autentik mulai dikembangkan pada pertemuan II dan dipresentasikan pada pertemuan III. Pada grafik 4.4 digambarkan bahwa pada sintaks mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah memperoleh nilai paling rendah. Hal ini diakibatkan siswa masih kesulitan dalam menghubungkan solusi pemanasan global dengan teori yang ada, sehingga refleksi hanya dapat dilakukan secara bertahap dalam tiga pertemuan.

Ibrahim (2005) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah memiliki ciri khas sebagai berikut; (a)mengorientasi siswa pada masalah autentik, (b) berfokus pada interdisiplin ilmu, (c) penyelidikan autentik, (d) menghasilkan karya dan memamerkannya. Ciri khas pembelajaran berdasarkan masalah yang dikemukakan oleh Ibrahim (2005) tersebut telah dilakukan oleh guru dalam pembalajaran. Rincian pelaksanaannya adalah sebagai berikut; (a) mengorientasi siswa pada masalah autentik dilaksanakan pada tahap 1, yaitu orientasi masalah. (b) Berfokus pada interdisiplin ilmu, ditinjau dari materi yang diajarkan yakni pemanasan global yang meliputi berbagai bidang ilmu. (c)Penyelidikan autentik dilakukan pada tahap 3, yaitu tahap membimbing penyelidikan. Hal ini dilakukan ketika siswa mengerjakan LKS dan melakukan praktikum. (d)Menghasilkan karya nyata dan memamerkannya dilakukan pada tahap 4, yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pembelajaran dengan model problem based instruction ini juga didukung dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan 5 kegiatan dalam sebuah pembelajaran, antara lain: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (5M). Berikut hasil pengamatan keterlaksanaan pendekatan saintifik selama 3 pertemuan.

4

Page 5: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Grafik 2 Skor rata-rata keterlaksanaan pendekatan saintifik tiap pertemuan

Keterangan:M1 : MengamatiM2 : MenanyaM3 : MenalarM4 : MencobaM5 : Mengkomunikasikan

Berdasarkan grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai terendah pada penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah kegiatan menanya, sedangkan 4 kegiatan lainnya memiliki nilai yang hampir sama tinggi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya variasi pertanyaan yang muncul dari siswa sehingga pertanyaan yang disampaikan memiliki pokok bahasan yang sama. Selain itu, guru juga kurang aktif dalam mendorong siswa untuk merumuskan pertanyaan sehingga sebagian siswa tidak ikut berpartisipasi.

Pendekatan saintifik dimulai dari kegiatan mengamati. Pada kegiatan ini, siswa mengamati fenomena dan dampak akibat pemanasan global yang disajikan guru.untuk menemukan informasi bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Tahap selanjutya, siswa merumuskan sebuah pertanyaan yang relevan terkait fenomena yang telah disajikan guru. Pertanyaan yang telah diajukan siswa kemudian dijadikan sebagai bahan diskusi untuk menggali informasi terkait pemanasan global. Kegiatan menggali informasi dan diskusi ini berlangsung pada tahap menalar.

Pada kegiatan menalar, siswa dikondisikan untuk membentuk konsep awal mengenai pemanasan global dengan mengacu pada referensi yang relevan dan kemudian dianalisis pada tahap mencoba. Dalam tahapan mencoba, siswa dikondisikan untuk menemukan, menerapkan, dan menganalisis hipotesis melalui konsep awal yang telah diperoleh sebelumnya (Kemendikbud, 2013). Kegiatan mencoba pada pembelajaran ini terlaksana dengan kegiatan praktikum dan menyusun karya. Hasil yang diperoleh dari kegiatan praktikum dan karya kemudian dipresentasikan dan didiskusikan untuk

menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan ini termasuk dalam fase mengkomunikasikan.

Kompetensi yang diukur dalam penelitian ini sesuai dengan kompetensi sikap yang meliputi sikap peduli lingkungan dan tanggung jawab, kompetensi pengetahuan, serta kompetensi keterampilan yang meliputi keterampilan menyajikan informasi, keterampilan proses sains, dan keterampilan mengukur suhu dengan termometer. Adapun capaian kompetensi sikap siswa sebagai berikut.

Grafik 3. Persentase Capaian Keterampilan Sikap

Berdasarkan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai kriteria cukup sebanyak 16,67%, kriteria baik sebanyak 73,33%, dan kriteria sangat baik sebanyak 10%. Dengan demikian kompetensi sikap siswa lebih banyak mencapai kriteria baik. Kompetensi sikap siswa secara klasikal mencapai kriteria baik dengan nilai klasikal sebesar 3,27 dan ketuntasan yang dicapai sebesar 78%.

Data kompetensi sikap lain yang diukur adalah capaian afektif siswa yang diukur menggunakan angket afektif siswa. Pernyataan yang tertera dalam angket menggambarkan tingkatan afektif siswa pada pembelajaran yang diterapkan. Berikut capaian tingkat afektif siswa pada pembelajaran menggunakan model PBI dengan pendekatan saintifik.

Grafik 4. Persentase Capaian Tingkat Afektif Siswa

5

Page 6: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa kemmampuan afektif siswa pada pembelajaran menggunakan model Problem Based Instruction dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global sebanyak 85,83% siswa mencapai tingkatan afektif penerimaan dan sebanyak 83,50% siswa mencapai tingkat memberi tanggapan. Rata-rata capaian tingkat afektif siswa dalam pembelajaran mencapai 84,67% dengan memperoleh kriteria sangat baik. Pada penelitian ini, 3 tingkatan afektif selanjutnya, yakni menilai, mengorganisasi, dan mempribadikan nilai tidak diukur karena tingkatan afektif tersebut membutuhkan penilaian yang lebih spesifik dan tidak terfasilitasi dalam instrumen yang digunakan peneliti.

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, dilakukan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal siswa terkait pemanasan global, selanjutnya dapat dilakukan uji normalitas dari sampel yang digunakan. Sedangkan post-test untuk mengetahui capaian kompetensi pengatahuan siswa setelah diterapkan model PBI dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global. Siswa dinyatakan tuntas untuk kompetensi keterampilan apabila telah mencapai nilai minimal 2,66 atau dengan kategori (B-). Dalam proses pembelajaran, suatu kelas akan diadakan remedial secara klasikal apabila lebih dari 75% siswa memperoleh nilai kurang dari KKM yaitu 2,66 (Kurikulum2013). Berikut adalah grafik hasil pre-test dan post-test.

Grafik 5. Persentase Ketuntasan Pre-est dan Post-test

Berdasarkan grafik 4.3 tampak bahwa terdapat perbedaan persentase ketuntasan kompetensi pengetahuan siswa antara pre-test dan post-test. Persentase ketuntasan post-test lebih besar daripada pre-test. Untuk mengetahui peningkatan capaian kompetensi pengetahuan pada tiap sub materi pemanasan global dilakukan uji N-Gain. Berikut hasil uji N-Gain kompetensi pengetahuan siswa.

Grafik 6. Persentase Peningkatan Gain-Scor

Berdasarkan grafik 6 dapat diketahui bahwa sub materi penyebab pemanasan global memiliki persentase peningkatan kategori rendah paling besar tanpa ada peningkatan kategori sedang. Hal ini disebabkan karena soal tes mengenai sub bab ini terlampau sedikit sehingga gain-scor yang dihasilkan hanya berada pada rentang kategori rendah dan tinggi. Selain itu, peningkatan dengan kategori rendah yang memiliki persentase cukup besar diakibatkan karena siswa masih merasa kesulitan dalam menghafalkan jenis gas rumah kaca dan menghubungkannya dengan aktivitas manusia sebagai sumber gas rumah kaca. Capaian peningkatan pada sub materi penanggulangan pemanasan global memiliki skor paling tinggi sebesar 0,71 dengan kriteria kriteria peningkatan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik menekankan pada perolehan konsep untuk menemukan solusi dari sebuah masalah autentik sehingga proses penerapan informasi pada sub materi ini lebih efektif. Adapun capaian skor peningkatan untuk keseluruhan materi mencapai 0,67 dengan kriteria peningkatan sedang.

Kompetensi lain yang diukur, yakni kompetensi keterampilan yang meliputi keterampilan menyajikan informasi terkait pemanasan global, keterampilan mengukur suhu dengan termometer, dan keterampilan proses sains. Berikut perbandingan ketuntasan tiap aspek kompetensi keterampilan siswa.

6

Page 7: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Grafik 7. Perbandingan ketuntasan aspek kompetensi keterampilan siswa

Keterangan:1 : Keterampilan menyajikan informasi terkait

pemanasan global2 : Keterampilan mengukur suhu dengan termometer3 : Keterampilan proses sains

Berdasarkan grafik 4.7 dapat diketahui bahwa pada semua aspek keterampilan yang diukur, siswa telah mencapai ketuntasan diatas 84%. untuk capaian siswa terhadap keterampilan yang diukur memperoleh. Adapun ketuntasan klasikal untuk kompetensi keterampilan ini sebesar 87% degan perolehan nilai rata-rata 3,28 dan predikat B. Dengan demikian, kompetensi keterampilan siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yang telah ditentukan. Adapaun ketentuan untuk kompetensi keterampilan adalah, diadakan remedial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66 (Kemendikbud, 2013).

Capaian kompetensi keterampilan siswa pada pembelajaran menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik merupakan hasil pengembangan keterampilan saat pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik yang diterapkan menuntut guru untuk memberikan scaffolding pada siswa sehingga siswa mampu menguasai suatu keterampilan tertentu. Scaffolding diberikan pada tiap keterampilan yang diukur. Scaffolding yang diterapkan dapat mendorong siswa mencapai tingkat perkembangan potensialnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, penerapan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik dapat memfasilitasi pengembangan kompetensi siswa.

PENUTUPSimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model problem based insruction dengan pendekatan saintifikpada materi pemanasan global berlangsung dengan sangat baik, hal ini ditunjukkan dari skor rata-rata penilaian keterlaksanaan model problem based instruction sebesar 3,63 dan perolehan nilai rata-rata keterlaksanaan aktivitas 5M pada pendekatan saintifik sebesar 3,66.

2. Capaian kompetensi siswa pada pembelajaran menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global sebagai berikut.a. Pada kompetensi sikap, sebanyak 16,67%siswa

mencapai kriteria cukup, 73,33% mencapai kriteria baik, dan 10% siswa mencapai kriteria sangat baik, sedangkan kompetensi sikap siswa secara klasikal mencapai nilai 3,27 dengan predikat baik dan sebagian besar siswa mencapai tingkatan afektif mempribadikan nilai.

b. Kompetensi pengetahuan mengalami peningkatan baik secara keseluruhan maupun pada tiap sub materinya. Sub materi penyebab dan dampak pemanasan global mengalami peningkatan dengan kategori sedangdengan Gain-scor secara berturutsebesar 0,69 dan 0,63, serta sub materi penanggulangan pemanasan global mengalami peningkatan dengan kategori tinggi dengan Gain-scor 0,71. Adapun peningkatan secara klasikal sebesar 0,67 dengan kategori sedang dan ketuntasan 97%.

c. Kompetensi keterampilan siswa mencapai rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 87% dengan nilai rata-rata sebesar 3,28 dengan predikat B.

Saran1. Pada saat melatihkan keterampilan pada siswa, guru

bekerja sama dengan siswa yang telah menguasai keterampilan proses sains serta guru lebih baik membimbing siswa dalam kelompok dibandingkan harus membimbing satu kelas secara bersamaan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk melatihkan keterampilan tidak terlalu lama.

2. Guru harus lebih mendorong dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, karena terdapat beberapa siswa yang pasif dan malu bertanya.

3. Materi yang disajikan pada LKS merupakan materi yang otentik sehingga percobaan yang dilakukan lebih bermakna di benak siswa.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta : Renika Cipta.

7

Page 8: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP). 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMP/Mts Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Devi, Poppy Kamalia. 2010. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA untuk Guru SMP. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hake, R. R. 2002. Assessment of Student Learning in Introductory Science Course. (Online) melalui: http://www.physics.indiana.edu/~hake/ASLIS.Hake.060102f.pdf. (diakses 24 Januari 2014).

Hake, Richard. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. (Online) melalui: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. (diakses 24 Januari 2014).

Hidayati, Nurul. 2013. “Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pada Materi Fotosintesis Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dawarblandong”. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, (Online),Vol.1, No.2, 2013, hlm 103-109, (http://ejournal.unesa.ac.id/article/4407/37/article.pdf, diakses 21 November 2013).

Holbrook, Jack. 20013 An Education through Science approach to promoting 21st Century Skills. Paper. International Council of Association for Science Education(online) melalui (http://ses.web.ied.edu.hk/ ease2013/speaker_files/An%20Education%20through%20Science%20approach%20to%20promoting%2021st%20Century%20Skills.pdf) pada 14 April 2014

Ibrahim,Muslimin,dkk.2010.Dasar-DasarProserBelajarMengajar.Surabaya:Surabaya UniversityPress.

Ibrahim, Muslimin. 2005. Assesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unipres.

Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unipres.

IPCC. 2007. Summary for Policymakers. In: Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental

Panel on Climate Change. Canbridge: Cambridge University Press

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online) melalui (http://118.98.236.126/files/03.%20B.%20Salinan%20Lampiran%20Permendikbud%20No.%2065%20th%202013%20%20ttg%20Standar%20Proses.pdf, pada 5 Januari 2014).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mc Colum. 2009. A Saintifik Approach to Teaching. (Online) melalui : (http://kamccollum.wordpress.com/2009/ 08/01/a-saintifik-approach-to-teaching/, diakses 24 Januari 2014).

Nur, Muhammad. 2011. Modul Keterampilan-keterampilan Proses Sains. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS).

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online) melalui (http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, 5 Januari 2014)

Riduwan. 2010. Skala pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ke-VII. Bandung: Alfabeta.

Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.Sodiq, Moch. 2013. Pemanasan Global: Dampak

terhadap Manusia dan Usaha Penanggulangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Wahono, dkk. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wieman, Carl. 2007. Why Not Try Scientific Approach to Science Education. (Online) melalui (http://www.cwsei.ubc.ca/SEI_research/

8

Page 9: PROFIL KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL

files/Wieman-Change_Sept-Oct_2007.pdf) pada 14 April 2014.

9