Upload
humaswonosobo
View
421
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Tim Kerja
Pemulihan Dieng
Kabupaten Wonosobo
Sekretariat: Jl. Sindoro 2‐4 Wonosobo 56311 Telp. 0286 – 321345 Jl. Dieng no. 81 Bugangan Wonosobo 56319 Email: [email protected], [email protected] Website: www.savedieng.org
PROFIL LEMBAGA
Struktur Organis
Tim Kerja Pemul
Kabupaten Wono
Sekelumit Menge
Kawasan Dataran Tingglaut secara administratWonosobo, Jawa Tengasebagai hulu DAS Serakawasan Dieng juga mdiantaranya terancam pDieng antara lain HarimBabi Hutan (Sus verrcoLutung (Trachypithecusdiantaranya Elang Jawa
sasi
lihan Dieng (TKPD)
osobo
enai Program Pemulihan Die
gi Dieng yang berketinggian ± 2.095 meter diif terletak di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Bah. Kawasan ini merupakan daerah penting kayu yang merupakan sungai dengan cakupamerupakan habitat beragam satwa dilindungpunah. Beberapa spesies yang tercatat hidup mau Tutul (Panthera pardus), mammalia endeosus), Owa (Hylobates moloch), Surili (Presbys auratus), serta 19 species burung endemika (Spizaetus bartelsii). Juga terdapat tumbuh
2
eng (PPD)
atas permukaan Banjarnegara dan konservasi. Selain an 6 kabupaten, gi yang sebagian di dataran tinggi emic Jawa seperti ytis comata), dan k Jawa termasuk han spesifik yang
3
hanya hidup di pegunungan Dieng yaitu Purwoceng (Pimplinea pruacen) yang dikenal sebagai tanaman obat.
Kepadatan penduduk rata‐rata Kawasan Dieng mencapai angka 100 jiwa/km² dengan pemilikan lahan yang rendah yaitu rata‐rata sebesar 0,1 ha. Desa yang paling padat jumlah penduduknya adalah desa Dieng, Kecamatan Kejajar yang mencapai 190 jiwa/km². Kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan tingkat kepemilikan lahan yang rendah ini menyebabkan terjadinya tekanan terhadap kawasan lindung dengan adanya proses pengalihan fungsi lahan (kawasan lindung menjadi lahan budidaya).
Konversi lahan ini menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang parah. Lahan kritis yang sudah di atas ambang batas toleransi terjadi di mana‐mana akibat pemanfaatan lahan hutan di Pegunungan Dieng secara besar‐besaran untuk tanaman kentang. Saat ini Dieng yang masuk wilayah Banjarnegara, terdapat 4.758 hektare tanaman kentang, sedang di Wonosobo 3.000 hektare lebih. Jadi sekitar 7.758 hektare lebih lahan di Dieng sudah menjadi tanah kritis. Lahan kritis itu tetap bisa berproduksi, karena tanaman kentang dipacu dengan pupuk (kandang/ kimia) dalam dosis besar. Tingkat erosi yang terjadi sudah mencapai mencapai angka 10,7 mm/tahun atau rata‐rata sebesar 161,ton/hektare/tahun.
Secara umum, beragam permasalahan yang timbul di Kawasan Dieng dan berdampak pada kawasan sekitarnya adalah: (a) kerusakan hutan lindung, hutan produksi dan cagar alam; (b) kerusakan situs purbakala Candi Dieng yang merupakan peninggalan sejarah kebudayaan hindu, dan sekaligus sebagai salah satu aset pariwisata budaya; (c) tingginya tingkat erosi dan sedimentasi tanah pada alur‐alur sungai, telaga dan waduk; (d) tingginya penggunaan bahan‐bahan kimia seperti pestisida dan insektisida dalam kegiatan pertanian dikawasan dieng; (e) semakin terdesaknya kelangsungan hidup populasi satwa langka seperti Elang Jawa (Spezaetus bartelsi); (f) kerusakan ekosistem pada Hulu Das Serayu; (g) menurunnya debit mata air; (h) menurunya nilai‐nilai keindahan kawasan sebagai obyek wisata alam dan wisata budaya/sejarah; (i) rendahnya kesadaran masyarakat dalam ikut menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya yang ada di kawasan dieng; (j) lemahnya penegakan hukum atas berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dan oknum aparat (perambahan hutan dan lahan); (k) konflik penggunaan lahan; dan (l) kebijakan.
Berbagai permasalahan dan dampak yang ditimbulkannya masih terus terjadi sampai saat ini di Kawasan Dieng, baik pada lahan milik maupun dalam kawasan hutan negara. Apabila dianalisis lebih lanjut, akar permasalahan degradasi lahan dan lingkungan di Kawasan Dieng ini adalah: (a) kecilnya tingkat kepemilikan lahan menyebabkan okupasi dan konversi lahan hutan lindung menjadi lahan pertanian; (b) upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui budidaya kentang dengan dukungan investor dan perbankan yang tidak terkendali; (c) tingkat kesadaran dan kepedulian publik yang rendah terhadap kerusakan SDH, degradasi lahan dan lingkungan; (d) kebijakan lokal dan nasional yang selama ini kurang responsif terhadap degradasi SDH, lahan dan lingkungan; (e) kurangnya koordinasi antar sektor dalam pembangunan wilayah; dan (f) kurangnya integrasi penanganan masalah hutan,
4
lahan dan lingkungan antar kabupaten baik di Kawasan Dieng maupun dalam lingkup DAS Serayu.
Saat ini, kepedulian pemerintah, dalam hal ini Departemen Kehutanan terhadap degradasi hutan dan lahan semakin meningkat terbukti dengan dimasukkannya rehabilitasi hutan dan lahan dalam salah satu dari 5 (lima) program strategis Departemen Kehutanan. Bentuk implementasi dari program tersebut adalah digulirkannya program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) sejak tahun 2003 sampai saat ini. Akan tetapi program ini dirasakan kurang efektif yang dapat dilihat paling tidak dari 3 aspek yaitu: (a) kelembagaan‐mekanisme program; (b) sasaran rehabilitasi, dan (c) skema pendekatan program.
Pemulihan kawasan Dieng saat ini juga menjadi perhatian Pemerintah Daerah, dalam hal ini pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan paling tidak Pemerintah Kabupaten Wonosobo, di mana rehabilitasi kawasan ini dimasukkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah di tingkat propinsi dan kabupaten. Akan tetapi, lagi‐lagi berbagai program pemerintah yang difokuskan untuk kawasan ini masih parsial dan belum terintegrasi dalam satu skema bersama.
Mengapa Harus Dibentuk TKPD?
Program Pemulihan Dieng, merupakan salah satu komitmen Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam kerangka pembangunan dan penyelamatan kawasan strategis (Kawasan Dieng).
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa proses degradasi hutan dan lahan di kawasan Dieng masih terus berlangsung sebagai dampak dari permasalahan ”akut” yang terjadi di kawasan ini. Kepedulian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk rehabilitasi hutan dan lahan semakin meningkat yang ditunjukkan dalam bentuk rencana strategis dan rencana kerja pembangunan nasional dan daerah, akan tetapi program‐program yang digulirkan tersebut masih berupa program parsial dan kurang efektif dalam implementasinya.
Untuk mengintegrasikan berbagai program dan rencana pemerintah, NGO, dan masyarakat yang ditujukan untuk penyelesaian masalah degradasi hutan dan lahan di Kawasan Dieng, diperlukan suatu program dan effort bersama di antara parapihak yang berpengaruh dan berkepentingan terhadap pemulihan kawasan Dieng ini, yang tentu saja perlu kerja bersama dan koordinasi yang matang antara Stakeholder.
Untuk kepentingan itulah, diperlukan suatu inisiatif bersama dalam perencanaan Program Pemulihan Dieng (PPD) dalam skema dan kesepakatan bersama dalam penyelesaian permasalahan yang berdampak pada degradasi kawasan Dieng. Dengan skema bersama ini, diharapkan program akan memperoleh dukungan parapihak, sekaligus memberikan menyiapkan pendekatan yang holistik untuk meningkatkan efektifitas program yang selama ini dilakukan secara parsial. Terkait dengan hal tersebut dibentuk Tim Kerja
5
Pemulihan Dieng sebagai akselerator koordinasi antar stake holder dan Program Pemulihan Dieng.
Melihat berbagai pengalaman tersebut, untuk mempercepat gerakan pemulihan dan pelestarian kawasan Dieng, Bupati Wonosobo pada akhir tahun 2006 membentuk Tim Kerja Pumilihan Dieng (TKPD). Tugas dan fungsi tim itu adalah mengkoordinasikan dan mengintegrasikan program dan kegiatan yang dibawa oleh para pihak yang memiliki kepentingan terhadap pemulihan dan pelestarian kawasan Dieng. Keanggotaan TKPD tidak hanya terdiri dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Wonosobo, tetapi juga DPRD Kab Wonosobo, Perhutani, Swasta, LSM dan sebagainya. Pendek kata, keanggotaan TKPD bersifat lintas sektor. Untuk efektivitas kerja dalam TKPD dibentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tugas Tim Pengarah adalah lebih pada tataran perumusan kebijakan program pemulihan dan pelestarian kawasan Dieng. Sedangkan tugas Tim Teknis lebih pada tataran membantu Tim Pengarah khususnya dalam hal pelayanan administrasi, seperti notulensi rapat, penyajian draft kebijakan dan sebagainya. Setelah berjalan kurang lebih 1 tahun ternyata kinerja TKPD belum optimal masih mengalami banyak kendala dan hambatan, baik yang sifatnya personal ataupun kelembagaan.
Tugas tim pengarah antara lain : (a) memberikan arahan, saran, pertimbangan dan masukan dalam keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan pemulihan Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu; (b) menjalin kerjasama dan koordinasi dengan pihak‐pihak yang berkepentingan terhadap pulihnya Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu; (c) melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas Tim Teknis. Sedangkan tugas tim teknis meliputi : (a) mengidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai akibat penurunan kualitas lingkungan di Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu; (b) menyusun strategi pemulihan Kawasan Dieng dan penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu secara umum; (c) menyusun kerangka acuan kerja sebagai pedoman pelaksanaan program dan kegiatan pemulihan Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu; (d) menjalankan fungsi koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan pemulihan Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu; (e) melaporkan hasil kerja Tim Teknis kepada Tim Pengarah secara periodik.;1. Dengan demikian TKPD diharapkan menjadi lembaga yang mampu menkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengakselerasi implementasi kebijakan, program dan kegiatan pemulihan dan pelestarian kawasan Dieng dan DAS Serayu.
6
Peningkatan Kapasitas
Intervensi Teknis
Intervensi Kelembagaan
Raising Awareness
Keadilan Distribusi
Sosial Ekonomi
Lingkungan
Dukungan Kebijakan
Rehabilitasi Kawasan,Pemulihan Kondisi
Lingkungan,Peningkatan
Kesejahteraan
Peningkatan Kapasitas
Intervensi Teknis
Intervensi Kelembagaan
Raising Awareness
Keadilan Distribusi
Sosial Ekonomi
Lingkungan
Dukungan Kebijakan
Peningkatan Kapasitas
Intervensi Teknis
Intervensi Kelembagaan
Raising Awareness
Keadilan Distribusi
Sosial Ekonomi
Lingkungan
Dukungan Kebijakan
Rehabilitasi Kawasan,Pemulihan Kondisi
Lingkungan,Peningkatan
Kesejahteraan
Relevansi dan Signifikansi TKPD Dalam ProgramProgram Yang Terkait Dieng
TKPD merupakan representasi dari masyarakat yang peduli dalam kerangka pemulihan dieng, LSM, Swasta, Perguruan Tinggi SKPD teknis yang terkait masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Sehingga diharapkan prespektif terhadap permasalahan kawasan dieng melalui pendekatan seperti gambar di bawah.
www.savedieng.org
Kawasan Dieng karena posisinya merupakan kawasan strategis dalam kaitannya dengan kawasan yang melindungi kawasan dibawahnya, oleh karena itu kerusakan pada kawasan ini akan berimplikasi luas baik pada masyarakat local (sekitar kawasan) maupun bagi masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai yang berhulu di kawasan Dieng. Karena penanganan pemulihan Dieng memerlukan pemikiran dan keterlibatan multipihak maka dipandang perlu untuk menggali dan menginformasikan program‐program kepada multipihak. Untuk kepentingan itu TKPD telah membuaka website dengan alamat www.savedieng.org, media ini diharapkan bisa menjadi sarana sharring informasi, masukan, kritik dan saran berkaitan dengan Program Pemulihan Dieng dari berbagai aspek.
7
Misi, Visi dan Mekanisme Kelembagaan
Tujuan kegiatan Program Pemulihan Dieng melalui pendekatan Pembangunan Model Pengelolaan DAS Terintegrasi dan Partisipatif , yaitu tersedia dan terimplementasikannya konsep pengelolaan DAS Integratif dan Partisipatif pada beberapa learning site yang diharapkan dapat digunakan sebagai pembelajaran dan referensi yang apabila terbukti cukup efektif dapat direplikasi dengan beberapa adjustment sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Tiga indikator yang dapat digunakan untuk menilai capaian program adalah: (1) terbentuknya kelembagaan kolaborasi multipihak, (2) tersedianya konsep dan sistem pengelolaan dan rehabilitasi kawasan Integratif dan Partispatif, dan (3) Terimplementasinya program pada learning site terpilih.
Pengembangan konsep Program Pemulihan Dieng (PPD)dimaksudkan untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan kualitas SDA dan lingkungan melalui sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Tiga indikator yang dapat dipakai untuk penilaian program adalah: (1) Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, (2) Berkurangnya lahan terdegradasi dan (3) Keberlanjutan Program. Secara garis besar gambaran program PPD dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut.
Gambaran Umum Program Pemulihan Dieng
8
Secara lebih terinci, deskripsi Program Pemulihan Dieng disajikan pada uraian berikut :
Goals :
Pembangunan sistem pengelolaan Kawasan Dieng secara kolaboratif dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan
Objective:
Kawasan Dieng dalam konteks pengelolaan DAS Serayu dapat berfungsi sebagai model pengelolaan DAS dan rehabilitasi kawasan terdegradasi yang terintegrasi, terkoordinasi, memperoleh dukungan parapihak secara luas dan merupakan cost‐effective tools melalui dukungan kebijakan yang kuat sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pemulihan lingkungan
Purposes:
Pembangunan mekanisme yang memperoleh dukungan luas para pihak dalam strategi penggunaan dan rehabilitasi lahan dalam sistem pengelolaan Kawasan Dieng
Penguatan kapasitas parapihak dalam rangka penyelarasan pengetahuan lokal dan akademik untuk mendukung pengelolaan DAS berkelanjutan, pemulihan kawasan terdegradasi, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan sinergi parapihak dalam perencanaan, implementasi dan monitoring strategi pengelolaan DAS dan pemulihan kawasan terdegradasi, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat
Perluasan skala implementasi program
Outcomes:
Tahap 1: Penyiapan Kondisi Pendukung Parapihak yang berkepentingan dapat terlibat dalam designing konsep rehabilitasi dan pengelolaan kawasan secara berkelanjutan sehingga diharapkan dapat terbagun dukungan parapihak secara luas terhadap konsep tersebut.
Teridentifikasinya berbagai pilihan teknologi yang berkelanjutan, sistem pengelolaan, kelembagaan dan kebijakan untuk pengelolaan kawasan yang berkelanjutan.
Berkembangnya proses perumusan dan dukungan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara partisipatif berdasar pada konsep yang dibangun bersama parapihak
Terbangunnya mekanisme pendanaan bersama untuk keberlanjutan program
Tahap 2: Implementasi dan Evaluasi Adopsi dan adaptasi sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan dari dan oleh masyarakat secara iteratif berdasar pada hasil pembelajaran yang memperoleh dukungan parapihak.
Meningkatnya proses pembangunan kebijakan dan penguatan sumberdaya manusia dalam pengelolaan kawasan secara berkelanjutan
9
Berkembangnya mekanisme kompensasi barang dan jasa lingkungan yang adil antara pengguna dan penyedia melalui bentuk‐bentuk pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Tahap 3: Perluasan Skala Terkomunikasikannya model pengelolaan DAS dan rehabilitasi kawasan terdegradasi kepada publik.
Peningkatan Kapasitas dalam pengelolaan lahan dan lingkungan melalui proses pembelajaran antarpihak
Teridentifikasinya peluang replikasi model pada wilayah lain
Outputs:
Tahap 1: Penyiapan Kondisi Pendukung
Terfasilitasinya Keterlibatan Para Pihak
Dialog intensif dan partisipatif antara masyarakat, pemerintah daerah, BUMN, Swasta, perguruan tinggi, pengambil keputusan pusat‐daerah, LSM dan parapihak lain yang berkepentingan.
Dihasilkannya peta hubungan dan analisis para pihak dalam konteks pengelolaan DAS dan rehabilitasi kawasan Dieng
Respon prioritas dalam pengelolaan lahan berkelanjutan dapat teridentifikasi seperti tteknologi, infrastruktur, kelembagaan, kebijakan, dan akses pasar.
Terbangunnya Komitmen Bersama Para Pihak
Dihasilkannya konsep dan prioritas pengelolaan kawasan yang disusun secara partisipatif dan disepakati bersama oleh para pihak
Dihasilkannya analisis dampak (sosial, ekonomi, lingkungan) atas pilihan‐pilihan skema pengelolaan dan kebijakan.
Munculnya Payung Kebijakan Terhadap Model Pengelolaan Kawasan
Dihasilkannya kebijakan yang menjamin kepastian kawasan lindung (baik tingkat kabupaten, propinsi, atau nasional)
Peningkatan kapasitas para pihak dalam proses formulasi kebijakan secara partisipatif
Dokumentasi dan publikasi proses pengambilan kebijakan partisipatif dalam penggembangan model pengelolaan kawasan (lesson learned).
Komitmen Pendanaan Bersama
Terbangunnya kesepakatan dan komitmen pendanaan bersama untuk implementasi dan keberlanjutaan program yang terkoordinasi (coordinated financing)
10
Tahap 2: Implementasi dan evaluasi Terimplementasikannya Konsep Pengelolaan DAS Serayu dan Rehabilitasi Kawasan Dieng
Terbentuknya dan menguatnya kelompok representasi masyarakat sekitar kawasan lindung
Terbentuknya forum yang terdiri dari stakeholder pengelolaan kawasan
Terimplementasikannya model pengelolaan DAS dab rehabilitasi kawasan Dieng
Peningkatan kualitas pengelolaan lahan melalui mosaik multi‐crops
Penjajagan skema‐skema dukungan pendanaan model pengelolaan kawasan Dieng melalui jasa lingkungan (CDM, water services, etc)
Tahap 3:Perluasan Skala
Terpromosikannya konsep dan mekanisme Pengelolaan DAS dan rehabilitasi kawasan terdegradasi (trans‐boundary mechanisms)
Dokumentasi dan publikasi model pengelolaan kawasan
Monitoring, evaluasi, dan enhancement terhadap implementasi pengelolaan kawasan.
Terbentuknya forum yang lebih luas (DAS, Kawasan) yang merupakan representasi parapihak (masyarakat, pengambil kebijakan, private sektor, NGO, dll) untuk membicarakan konsep terpadu pengelolaan kawasan trans‐boundary dan kemungkinan skema‐skema jasa lingkungan.
Monitoring, Evaluation, and Lesson Learned
Enhancement model pengelolaan berdasar monitoring dan evaluasi bersama para pihak.
Dihasilkannya pembelajaran dari pengelolaan DAS Serayu dan rehabilitasi kawasan Dieng berbasis masyarakat.
Diseminasi hasil pembelajaran melalui berbagai media sebagai sarana publik untuk belajar dalam hal pengelolaan kawasan lindung.
STRATEGI
Penciptaan kondisi yang diperlukan untuk implementasi program yang meliputi raising awareness bagi publik secara luas untuk pemulihan kawasan terdegradasi, konseptualisasi solusi dari permasalahan kelembagaan dan operasional yang masih dihadapi sampai saat ini serta dukungan dalam bentuk legal dan legislasi dalam pengelolaan lahan berkelanjutan yang mencakup pencegahan konflik, kepastian kawasan, perencanaan, implementasi dan monev secara kolaboratif, serta penyiapan pendanaan dari berbagai pihak (pemerintah pusat, pemda dan parapihak lain).
Strategi kedua difokuskan pada penyelarasan pengetahuan dan nilai‐nilai lokal bersama‐sama dengan pengetahuan berbasis penelitian sebagai dasar untuk mendisain, ujicoba
11
serta implementasi pengelolaan lahan berkelanjutan dan rehabilitasi kawasan berbasis masyarakat. Dalam Masyarakat akan berpartisipasi dalam evaluasi jasa‐jasa lingkungan, identifikasi dan promosi praktek‐praktek terbaik. Selain itu akan dikembangkan skema‐skema insentif tidak langsung, serta pertukaran dan disseminasi informasi hasil implementasi program sebagai bahan pembelajaran bersama.
Strategi ketiga difokuskan pada pelibatan parapihak secara luas dalam membangun strategi bersama dalam konteks pengelolaan lahan dan rehabilitasi kawasan yang terintegrasi secara kolaboratif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada level DAS, akan dikembangkan kesepakatan dan perencanaan antar wilayah dalam konteks konservasi dan pemanfaatan air, perlindungan habitat prioritas, serta pengelolaan kawasan terdegradasi. Perencanaan pengelolaan kawasan berbasis masyarakat dan pengetahuan‐pengetahuan yang tepat akan dibangun dan diimplementasikan dalam bentuk pilot‐pilot site.
Ringkasan kegiatan TKPD dan PPD
Perumusan Gagasan dan “soft launching” di Hotel Santika Jakarta Desember 2006
Berangkat dari beberapa diskusi kecil yang dilakukan pada pertengahan tahun 2006, pelan tapi pasti gagasan pemulihan Dieng mendapat sambutan banyak pihak. Bupati Wonosobo berinisiatif melakukan soft launching di Hotel Santika Jakartapada tanggal 27 Desember 2006. Forum tersebut dihadiri TKPD, Dephut RI, Bappenas, Perhutani pusat dan Provinsi jawa Tengah, bappeda Jawa Tengah, BKSDA, Dinas Kehutanan Jawa Tengah, manajemen PT Indonesia Power Unit Unit Bisnis Pembangkitan Mrica. Secara umum, gagasan pemulihan dieng yang terintegrasi, berkelanjutan dan bersifat lintas wilayah administrasi maupun tingkatan pemerintahan disambut hangat oleh parapihak terkait.
Pematangan ide dan “networking” dengan parapihak (pusat, provinsi, kabupaten, swasta)
Pasca pertemuan di Hotel Santika, pengerucutan gagasan dilakukan secara intensif. Beberapa aktifitas yang dilakukan pada tahap ini adalah pertemuan dengan manajemen PT Indonesia Power, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo (BP DAS SOP), beberapa perusahana swasta, serta dengan instansi pada level Pemprov Jawa Tengah. Tujuannya adalah diseminasi gagasan sebagai tindak lanjut rekomendasi pertemuan di Hotel Santika
Pembentukan dan Pengukuhan Tim Kerja Pemulihan Dieng
Tim Kerja Pemulihan Dieng dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Wonosobo nomor 180/25/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Pembentukan Tim Kerja Pemulihan Dieng (TKPD) Kabupaten Wonosobo. TKPD ini dimaksudkan menjadi sebuah lembaga/forum yang bisa mempercepat program dan kegiatan terkait dengan pemulihan
12
Dieng. Di samping itu, TKPD juga akan mengkoordinasikan seluruh skema kegiatan dari berbagai pihak agar sinergis, terkoordinasi dan saling menguatkan. Dalam perkembangannya, TKPD sudah melakukan Rapat Koordinasi Internal sebanyak 4 kali.
TKPD terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tim Pengarah sebagian besar adalah kepala satuan kerja perangkat daerah yang terkait dengan masalah Dieng seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Kantor Lingkungan Hidup, dan beberapa SKPD lain. Para Ketua Komisi DPRDjuga menjadi anggota, sehingga diharapkan memudahkan proses perumusan dan perencanaan makro terkait penanganan Dieng.
Tim Teknis terdiri dari beberapa PNS di lingkungan Pemkab, didukung aktifis LSM dan praktisi dari Wonosobo dan Yogyakarta. Tim Teknis inilah yang “menggodog” seluruh rencana kerja TKPD
Presentasi di Ditjen RLPS Dephut, Februari (???) 2007
Bupati Wonosobo bersama TKPD melakukan presentasi khusus untuk mendapatkan dukungan dana dari Dephut RI dalam pelaksanaan Program Pemulihan Dieng. Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Dephut RI sangat “welcome” dengan gagasan ini, dan berjanji akan merealisasikan dukungan dana/kebijakan untuk program pemulihan Dieng, sambil mengajak sektor lain di luar kehutanan untuk terlibat.
Rakor Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Hotel Kresna Maret 2007
Sebagai tindak lanjut presentasi di Dephut, diselenggarakan Rapat Koordinasi Rehabilitasi Lahan dan Hutan di Hotel Kresna Wonosobo pada bulan Maret 2007. Sedianya rapat ini akan diselenggarakan di kabupaten lain, tetapi dipindah di Wonosobo untuk memberi kesempatan gagasan PPD muncul ke permukaan dan diapresiasi Pemerintah Kabupaten yang memangku wilayah Dieng (Banjarnegara, Temanggung, Batang, Pemalang, Pekalongan) maupun masyarakat kehutanan pada umumnya.
Rakor menghasilkan beberapa rekomendasi dan rumusan kebijakan, salah satunya adalah agar ada kesamaan langkah di antara pihak yang berkompeten. Pada level Provinsi, akan dikukuhkan lagi Tim Penataan kawasan Dieng, yang dalam banyak hal selaras misinya dengan Tim kerja Pemulihan Dieng Wonosobo.
Rencana dan Negosiasi proyek PPD melalui anggaran BP DAS (tahun 2007)mengikuti beberapa rapat dan presentasi di BP DAS Yogyakarta
Melakukan negosiasi dan pertemuan dengan BP DAS SOP untuk membahas rencana pelaksanaan PPD dengan anggaran Dephut RI. Ada kendala pada tahap ini, yaitu norma dan prosedur penganggaran di BP DAS SOP tidak memungkinkan alokasi anggaran untuk pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani dan masyarakat. Menurut aturan Dephut, anggaran diprioritaskan untuk intervensi fisik/teknis di lapangan dengan indikator jumlah tegakan tanaman keras yang tertanam. Ini masuk akal karena misi BP
13
DAS SOP adalah konservasi di daerah aliran sungai (watershed). Implikasinya, negosiasi harus dilakukan berulang‐ulang dan memakan waktu, bahkan sampai akhir 2007 belum juga terlaksana. Kemungkinan besar anggaran akan dialihkan ke tahun 2008.
Gerakan Wonosobo Menanam (Oktober 2007)
PPD dan TKPD juga mendukung program lain yang selaras dengan konservasi lingkungan. “Gerakan Wonosobo Menanam “ meskipun tidak spesifik berlokasi di dataran tinggi Dieng juga selaras dengan misi konservasi dan pemulihan lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, gerakan ini mendukung pengarusutamaan pemulihan Dieng, yang secara tidak langsung juga memberi kontribusi penyadaran masyarakat (raising awareness) akan pentingnya konservasi.
Presentasi ke Bapeda Provinsi (November 2007 – Januari 2008)
Langkah Pemprov Jawa Tengah merevitalisasi TPKD membuahkan hasil, dengan pemberian alokasi anggaran melalui APBD Provinsi jawa Tengah Tahun 2008 untuk skema program pemulihan Dieng.
Survei dan need assessment awal di Kecamatan Kejajar
Dengan dana terbatas sekitar Rp 50 juta yang berasal dari APBD Kabupaten Wonosobo, telah diolaksanakan survei dan need assessment awal di 4 desa calon lokasi pilot project PPD, yaitu Desa Sembungan, Sikunang, Tieng dan Tambi. Kegiatan ini sangat penting, mengingat TKPD berobsesi menjadikan hasil need assessment di masyarakat bisa digunakan sebagai salah satu masukan dalam penyusunan rencana makro/grand desain pemulihan Dieng. Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat desa tersebut antusias, dan berharap implementasi di 4 desa pilot project bisa segera direplikasi ke seluruh desa di Kecamatan Kejajar.
Implementasi Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi kawasan Dieng (APBD Provinsi + Rp 450 juta dan pendamping APBD Kabupaten Wonosobo + Rp 135 juta)
Berbekal survei dan need assessment di Kecamatan kejajar, Tahun 2008 ini mulai dilaksanakan implementasi program di empat desa lokasi pilot project usaha tani konservasi, yaitu Desa Sembungan, Sikunang, Tieng dan Tambi. Keempat desa tersebut dipilih dari 21 desa di Kecamatan Kejajar, dan diharapkan kelak akan bisa dilakukan perluasan skala (upscaling) ke seluruh desa maupun desa‐desa di Kecamatan Garung dan Mojotengah yang memiliki karakteristik dan tipologi hampir sama.
Kegiatan senilai hampir Rp 600 juta ini mencakup pelaksanaan demplot pertanian di masing‐masing lahan + 1 hektar di keempat desa, raising awareness dan kampanye/sosialisasi program serta pengarusutamaan (mainstreaming) gagasan pemulihan lingkungan serta kegiatan pendukung. Inti kegiatan adalah di empat desa tersebut, mencakup intervensi kelembagaan pada tingkat desa, pendampingan, pelaksanaan dan monitoring‐evaluasi program.
14
Demplot dikelola secara partisipatif oleh desa, dan didampingi oleh pendamping lokal plus penyuluh lapangan dari Pemkab. Komoditas yang ditanam pada demplot bersifat fleksibel, tetapi sebagian besar adalah kentang, dengan metode/teknik yang direkomendasikan Tim Kerja Pemulihan Dieng. Indikator keberhasilan demplot adalah : 1) kemampuannya untuk menerapkan prinsip‐prinsip konservasi; 2) kemampuannya untuk digulirkan kepada kelompok pengelola lain; dan 3) peningkatan produktifitas hasil pertanian; dan 4) tercapainya efisiensi dalam budidaya pertanian.
Diharapkan, pilot project di empat desa ini menjadi awal bagi pelaksanaan demplot sejenis di desa‐desa lainnya. Apabila skenario keberhasilan demplot bisa dikendalikan, sangat dimungkinkan akan dilakukan implementasi secara swadaya dan sukarela oleh penduduk, tentu saja dengan insentif jasa lingkungan yang memadai. Demplot ini adalah awal dari sebuah gagasan dan cita‐cita besar: pulihnya lingkungan kawasan Dieng dan DAS Serayu –terutama pada sisi hulu, dibarengi dengan membaiknya kondisi ekonomi‐sosial masyarakat setempat serta terjaganya daya dukung lingkungan bagi kabupaten Wonosobo dan wilayah sekitar yang memiliki Kawasan Dieng.
15
Lampiran
BUPATI WONOSOBO
KEPUTUSAN BUPATI WONOSOBO
Nomor : 180/25/2007
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM KERJA PEMULIHAN DIENG
KABUPATEN WONOSOBO
BUPATI WONOSOBO
Menimbang : a.
bahwa Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai kawasan lindung yang memiliki fungsi utama sebagai kawasan prioritas konservasi telah mengalami degradasi lingkungan yang cukup mengkhawatirkan, sehingga memerlukan penanganan dan pemulihan secara terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh;
b. bahwa untuk mempercepat dan mengefektifkan upaya Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam memulihkan Kawasan Dieng sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo 2006‐2010, dipandang perlu membentuk Tim Kerja
16
Pemulihan Dieng (TKPD) Kabupaten Wonosobo;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Kerja Pemulihan Dieng.
Mengingat : 1.
Undang‐Undang Nomor 13 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah‐Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950);
2. Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
3. Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
4. Undang‐Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang‐undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang‐Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4374;
5. Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang‐undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang‐undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang‐undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
7. Undang‐undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4095);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 77,
17
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4106);
10. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Tengah 2003‐2008 (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 109);
11. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 119);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 6 tahun 1997 Seri D Nomor 4);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2006 – 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2006 Nomor 3Seri E Nomor 1);
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Membentuk Tim Kerja Pemulihan Dieng (TKPD) Kabupaten Wonosobo sebagaimana tersebut dalam Lampiran 1 Keputusan ini.
KEDUA : Tim Kerja Pemulihan Dieng sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama Keputusan ini bertugas melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi di antara satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Wonosobo dan pihak‐pihak terkait dalam upaya pemulihan Kawasan Dieng dalam konteks Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu.
KETIGA Tim Kerja sebagaimana tersebut dalam Diktum Pertama Keputusan ini terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis.
18
KEEMPAT : Tugas Tim Pengarah sebagaimana tersebut dalam Diktum KEDUA adalah :
a. memberikan arahan, saran, pertimbangan, masukan dan rekomendasi kepada satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Wonosobo dan pihak‐pihak terkait dalam keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan pemulihan Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;
b. Menyusun strategi pemulihan Kawasan Dieng dan penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu secara umum;
c. menjalin kerjasama dan koordinasi dengan pihak‐pihak yang berkepentingan terhadap pulihnya Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;
d. Melakukan fasilitasi dan koordinasi di antara satuan kerja perangkat daerah kabupaten Wonosobo dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan yang terkait dengan pemulihan Dieng dan Daerah Aliran Sungai Serayu;
KELIMA
:
Tugas Tim Teknis sebagaimana tersebut dalam Diktum KEDUA adalah :
a. mengidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai akibat penurunan kualitas lingkungan di Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;
b. Membantu Tim pengarah dalam menyusun strategi pemulihan Kawasan Dieng dan penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu secara umum;
c. menyusun kerangka acuan kerja sebagai pedoman pelaksanaan program dan kegiatan pemulihan Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;
d. Memberikan bantuan teknis kepada Tim Pengarah dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan pemulihan Kawasan Dieng dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;
e. Merumuskan secara teknis hasil kerja Tim Pengarah; f. Melakukan pencatatan dan dokumentasi semua kegiatan yang dilakukan
oleh Tim Kerja Pemulihan Dieng.
KEENAM : Untuk mengefektifkan pelaksanaan tugas, Tim Pengarah dibagi menjadi empat Kelompok Kerja (Pokja) sebagai berikut:
1. Pokja Lingkungan; 2. Pokja Ekonomi; 3. Pokja Sosial; dan 4. Pokja Kelembagaan dan Legalitas.
KETUJUH : Tugas masing‐masing Pokja sebagaimana tersebut dalam Diktum Keenam terdapat dalam Lampiran 2 Keputusan ini.
19
KEDELAPAN : Pembagian keanggotaan Pokja sebagaimana dimaksud dalam Diktum Keenam akan diatur oleh Ketua Tim Pengarah sesuai dengan kebutuhan, dan menyesuaikan dengan agenda rapat kerja Tim Kerja Pemulihan Dieng.
KESEMBILAN : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Kerja Pemulihan Dieng bertanggungjawab kepada Bupati Wonosobo.
KESEPULUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Wonosobo Pada tanggal 25 – 1 ‐ 2007
BUPATI WONOSOBO
H.A. KHOLIQ ARIF
T E M B U S A N :
Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI; 2. Menteri Dalam Negeri RI; 3. Menteri Kehutanan RI; 4. Menteri Pertanian RI; 5. Menteri Negara Lingkungan Hidup RI; 6. Kepala Bappenas/Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional RI;
7. Direktur Utama Perum Perhutani; 8. Gubernur Jawa Tengah; 9. Anggota Tim yang bersangkutan; 10. P e r t i n g g a l . ______________________________________
20
Lampiran 1 : Keputusan Bupati Wonosobo Nomor : 180/25/2007 Tanggal : 25 – 1 ‐ 2007
SUSUNAN KEANGGOTAAN
TIM KERJA PEMULIHAN DIENG KABUPATEN WONOSOBO
1. TIM PENGARAH
NO. JABATAN KEDUDUKAN DALAM
TIM
1 Bupati Penasehat
2 Ketua DPRD Penasehat
3 Wakil Bupati Penanggungjawab
4 Sekretaris Daerah Ketua
5 Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris
6 Kepala Bapeda Anggota
7 Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Anggota
8 Kepala Dinas Pertanian Anggota
9 Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Anggota
10 Kepala Dinas Pekerjaan Umum Anggota
11 Kepala Dinas Pendidikan Anggota
12 Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Anggota
13 Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Anggota
14 Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Anggota
15 Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Anggota
16 Kepala Kantor Lingkungan Hidup Anggota
17 Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Anggota
18 Kepala Bagian Tata Pemerintahan Anggota
19 Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Anggota
20 Kepala Bagian Hukum Anggota
21 Kepala Bagian Perekonomian Anggota
22 Kepala Kantor Departamen Agama Anggota
23 Ketua Komisi A DPRD Anggota
24 Ketua Komisi B DPRD Anggota
25 Ketua Komisi C DPRD Anggota
21
26 Ketua Komisi D DPRD Anggota
27 Kepala Kantor Pertanahan Anggota
28 Direktur Utama PDAM Anggota
29 Camat Kejajar Anggota
30 Camat Garung Anggota
31 Camat Mojotengah Anggota
32 Camat Watumalang Anggota
33 Camat Selomerto Anggota
34 Camat Leksono Anggota
35 Camat Sukoharjo Anggota
36 Administratur Perhutani KPH Kedu Utara Anggota
37 Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo Anggota
38 Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Anggota
39 General Manager PT Indonesia Power UBP Mrica Anggota
40 Direktur Eksekutif Java Learning Center (JAVLEC) Anggota
2. TIM TEKNIS
NO. NAMA UNSUR KEDUDUKAN DALAM TIM
1 DWIYAMA S.B. Pemerintah Kabupaten Wonosobo Ketua
2 FAHMI HIDAYAT Pemerintah Kabupaten Wonosobo Sekretaris
3 ONE ANDANG WARDOYO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
4 ANDREAS S.N. Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
5 NURUDIN ARDIYANTO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
6 IWAN WIDAYANTO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
7 KUNCORO ADAM SUHARTO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
8 WARIH SURYOKOCO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
9 AGUS RAHARJO SANIYO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
22
10 AGUS DWIATMOJO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
11 SUTONO Pemerintah Kabupaten Wonosobo Anggota
12 WIDODO ESTUDADI Praktisi Anggota
13 IRFAN BAKHTIAR Praktisi Anggota
14 AGUS AFFIANTO Akademisi Anggota
15 MUHAMMAD CHEHAFUDIN ARuPa Anggota
16 NURWACHID JUNI ADI InfoJawa Yogyakarta Anggota
BUPATI WONOSOBO
H.A. KHOLIQ ARIF
23
Lampiran 2 : Keputusan Bupati Wonosobo
Nomor : 180/25/2007
Tanggal : 25 – 1 ‐ 2007
URAIAN TUGAS KELOMPOK KERJA (POKJA)
TIM KERJA PEMULIHAN DIENG
KABUPATEN WONOSOBO
I. POKJA LINGKUNGAN
1. Mengidentifikasi permasalahan‐permasalahan kerusakan lingkungan di kawasan Dieng dan DAS Serayu.
2. Memetakan penyebab munculnya permasalahan kerusakan lingkungan di kawasan Dieng dan DAS Serayu.
3. Merumuskan langkah‐langkah kongkrit dalam rangka pemulihan dan pelestarian lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat di kawasan Dieng dan DAS Serayu dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial.
4. Melaporkan hasil kerja kepada Ketua Tim Pengarah.
II. POKJA EKONOMI
1. Mengidentifikasi permasalahan dan potensi ekonomi masyarakat di kawasan Dieng dan DAS Serayu.
2. Memetakan penyebab permasalahan dan potensi komoditas ekonomi masyarakat di kawasan Dieng dan DAS Serayu.
3. Merumuskan langkah‐langkah kongkrit untuk memecahkan permasalahan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat di kawasan Dieng dan DAS Serayu dengan memperhatikan aspek lingkungan dan aspek sosial.
4. Mengembangkan potensi komoditas dan pasar baik yang bersifat aktual maupun potensial guna memberdayakan masyarakat dengan memperhatikan aspek lingkungan dan aspek sosial.
5. Melaporkan hasil kerja kepada Ketua Tim Pengarah.
III. POKJA SOSIAL 1. Mengidentifikasi permasalahan sosial masyarakat di kawasan Dieng dan DAS Serayu. 2. Memetakan penyebab permasalahan sosial masyarakat di kawasan Dieng dan DAS
Serayu. 3. Merumuskan langkah‐langkah kongkrit untuk memecahkan permasalahan sosial
24
masyarakat dalam konteks pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan di kawasan Dieng dan DAS Serayu.
4. Melaporkan hasil kerja kepada Ketua Tim Pengarah.
IV. POKJA KELEMBAGAAN DAN LEGALITAS
1. Mengidentifikasi kelembagaan masyarakat dan kegiatannya yang berada di kawasan Dieng dan DAS Serayu.
2. Merumuskan strategi integrasi dan sinergi kegiatan kelembagaan masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lingkungan Dieng dan DAS Serayu.
3. Merumuskan langkah‐langkah pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat di kawasan Dieng dan DAS Serayu serta kelembagaan TKPD.
4. Mengintegrasikan hasil kerja Pokja menjadi rencana kerja atau kegiatan Tim Kerja Pemulihan Dieng.
5. Merumuskan langkah‐langkah penanganan pengaduan masyarakat berkaitan dengan pemulihan dan pelestarian lingkungan kawasan Dieng dan DAS Serayu
6. Merumuskan pola hubungan dengan lembaga di luar TKPD 7. Melaporkan hasil kerja kepada Ketua Tim Pengarah.
BUPATI WONOSOBO
H.A. KHOLIQ ARIF