117
Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di Provinsi Banten (Kajian Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dan Hutan ) DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI BANTEN 2017

Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di

Provinsi Banten

(Kajian Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dan Hutan )

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI BANTEN

2017

Page 2: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

i

KATA PENGANTAR

Dalam peta etnografi, Indonesia dikenal sebagai sebuah Negara yang multi etnis,

multikultur dan multiras, dibangun oleh ratusa suku bangsa dan ribuan kelompok

masyarakat hukum adat dengan latar belakang budaya yang berbeda satu sama lain.

Kemajemukan masyarakat penduduk Indonesia ini bukan saja dibentuk karena

keberagaman etnis, melainkan juga perbedaanya dalam latar belakang sejarah,

kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan

geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu dibingkai menjadi visi yang sama

yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat Hukum Adat merupakan masyarakat yang memegang teguh adat

istiadat warisan leluhur, mereka hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam tanpa

melupakan kelestarian alam itu sendiri. Hutan merupakan tempat masyarakat adat hidup

dan mempertahankan kehidupannya, mereka mengambil apa yang mereka perlukan dan

sebagai timbal baliknya mereka memberikan apa yang hutan butuhkan, yaitu

perlindungan, pelestarian guna tercipta keseimbangan anatara hutan dan lingkungan

hidup manusia.

Dalam prakteknya, tercatat 2.332 komunitas adat dengan latar belakang budaya

yang berbeda yang ada di Indonesia (Catatan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara). Di

Provinsi Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak, terdapat 2 tipologi masyarakat adat

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak. Perda Kab. Lebak No. 32 tahun 2001

tentang Perlındungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy dan Perda Perda Kab. Lebak

No. 8 Tahun 2015 tentang Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat

Adat Kasepuhan.

Eksistensi masyarakat adat kasepuhan di Provinsi Banten yang didukung oleh

pemerintah Kabupaten Lebak, berimplikasi terhadap kuatnya identitas dan jatidiri asli,

terjaminnya hak hak masyarakat adat, dan kebebasan masyarakat adat untuk

melaksanakan tatali paranti karuhun yang menjadi ruh dari kehidupan masyarakat adat

itu sendiri. Hal ini memberi ruang lebih kepada masyarakat adat di Kabupaten Lebak

untuk melaksanakan ritual-ritual kebudayaanya dan melaksanakan pikukuh baik yang

Page 3: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

ii

mengatur pola hubungan antar manusia, manusia dengan penciptanya dan manusia

dengan alam sekitar. Terkait dalam hubungannya dengan alam, masyarakat Kasepuhan

sudah menerapkan pola pemanfaatan hutan yang sustainable, dengan menggunakan

sistem zonasi Hutan tutupan, Hutan Titipan dan Hutan Garapan.

Patut disyukuri bahwa Masyarakat Adat Kasepuhan sudah secara turun temurun

turut mengkampanyekan dan mengimplementasikan program program pelestarian hutan

meski dengan tata caranya sendiri, melalui tatali paranti karuhun, melalui simbol

simbol entitas budaya, melalui perilaku perilaku ke-adat-nya, melalui kearifan lokal

budayanya. Tentu saja pola-pola tersebut secara langsung membantu mengisi ruang

ruang pengetahuan kosong tentang keterlibatan Masyarakat Adat pada program

pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten.

Tulisan ini bukan merupakan hasil akhir yang sempurna, melainkan masih

memerlukan perbaikan dan saran untuk menyempurnakan tulisan. Namun besar harapan

kami agar tulisan sederhana ini dapat memberikan pemahanan enklusif terhadap

pengimplementasian nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat akan pentingnya

lingkungan hidup dan hutan, tidak hanya untuk dimanfaatkan oleh generasi sekarang

tetapi dapat sustain untuk generasi dan kehidupan yang akan datang.

Terobosan yang dibuat oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi

Banten, telah membuka jalan panjang tentang pentingnya keterlibatan Masyarakat Adat

dalam men-sinergi-kan program program pemerintah dengan kearifan lokal sehingga

program program tersebut dapat tepat sasaran dan bermanfaat signifikan tidak hanya

terhadap penguatan entitas budayanya tetapi juga dapat seiring sejalan dalam menjaga

dan melestarikan hutan dan lingkungan.

Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu kelancaran proses penyususnan tulisan ini, baik di lapangan

maupun instansi terkait.

Juni 2017

Tim Penulis

Page 4: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...................................... i

Pengantar Penulis .......................................................................................................... i

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii

Daftar Gambar .............................................................................................................. iv

Daftar Tabel ................................................................................................................... vi

Bab 1 Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal ............................................... 1

1.1 Pengertian Masyarakat Hukum Adat ................................................................... 1

1.2 Pengertian Kearifan Lokal ................................................................................... 2

Bab 2 Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Banten ................................................. 4

2.1 Masyarakat Kanekes (Baduy) .............................................................................. 4

2.2 Masyarakat Adat Kasepuhan ............................................................................... 7

Bab 3 Kondisi Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Hukum Adat ......... 14

3.1 Letak Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Kanekes (Baduy) ............. 14

3.2 Letak Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Kasepuhan ....................... 17

Bab 4 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 21

4.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 21

4.2 Sumber Data Primer ............................................................................................ 22

4.3 Sumber Data Sekunder ........................................................................................ 22

Page 5: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

iv

Bab 5 Mayarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dan Hutan ............ 23

5.1 Profil Masyarakat Adat Kanekes (Baduy) ........................................................... 23

5.1.1 Sistem Kelembagaan ........................................................................................ 23

5.1.2 Mata Pencaharian ............................................................................................. 25

5.1.3 Agama ............................................................................................................... 27

5.1.4 Pendidikan ........................................................................................................ 31

5.2 Profil Masyarakat Kasepuhan .............................................................................. 33

5.2.1 Kasepuhan Cisungsang ..................................................................................... 33

5.2.2 Kasepuhan Cicarucub ....................................................................................... 38

5.2.3 Kasepuhan Citorek ........................................................................................... 40

5.2.4 Kasepuhan Cirompang ..................................................................................... 43

5.2.5 Kasepuhan Karang ............................................................................................ 47

5.2.6 Kasepuhan Pasir Eurih ...................................................................................... 50

5.2.7 Sistem Pertanian Masyarakat Adat Kasepuhan ................................................ 53

5.2.8 Keanekaragaman Flora dan Fauna ................................................................... 58

5.3 Konsep Hutan Masyarakat Hukum Adat ............................................................. 63

5.4 Kearifan Lokal Masyarakat Adat ........................................................................ 71

5.4.1 Pikukuh Karuhun Masyarakat Kanekes ........................................................... 71

5.4.2 Tatali Paranti masyarakat Adat Kasepuhan ..................................................... 72

Bab 6 Rekomendasi ....................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80

Page 6: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kain Tenun Baduy merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan

................................................................................................................................... 3

Gambar 2. Peta Wilayah Masyarakat Kanekes (Baduy) ........................................... 5

Gambar 3. Suasana Upacara Adat Seren Taun dalam rangka Ngamumule pare (memelihara padi)

................................................................................................................................... 8

Gambar 4. Padi adalah komoditas pertanian utama, masyarakat Kasepuhan pamali menjual padi

(beras) ........................................................................................................................ 11

Gambar 5. Masyarakat Baduy sedang menyemai benih padi (ngaseuk) di huma ..................... 16

Gambar 6. Lahan pertanian (sawah & ladang) di Kasepuhan Cisungsang .............................. 19

Gambar 7. Warga Baduy sedang emngencangkan ikat padi yang sedang dijemur ................... 25

Gambar 8. Anak-anak Baduy yang sejak kecil sudah terbiasa hidup dengan alam ................... 31

Gambar 9. Invasi teknologi terhadap masyarakat Baduy melalui pengunjung ......................... 32

Gambar 10. Peta Wilayah Adat Kasepuhan ..................................................................... 34

Gambar 11. Kawasan Pusat Kasepuhan Cisungsang ......................................................... 35

Gambar 12. Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cicarucub 38

Gambar 13. Pusat Kawasan Kasepuhan Cisungsang ......................................................... 39

Gambar 14. Peta wilayah Kasepuhan Citorek .................................................................. 41

Gamabr 15. Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cirompang ..................................................... 44

Gambar 16. Rumah adat Kasepuhan Cirompang 45

Gamabar 17. Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cirompang ................................................... 47

Gambar 18. Rumah Adat Kasepuhan Karang .................................................................. 48

Page 7: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

vi

Gambar 19. Sawah dan hutan sebagai jantung dan paru-paru masyarakat adat

Kasepuhan ................................................................................................................. 49

Gambar 20. Peta wilayah Adat Kasepuhan Pasir Eurih .......................................... 52

Gambae 21.Proses panen (dibuat/ngetem) di masyarakat adat Kasepuhan ............. 53

Gambar 22. Tanaman Kapol (tanamn obat) tumbuh subur dan dibudidayakn oleh

masyarakat adat ....................................................................................................... 59

Gambar 23.Kerbau adalah satwa peliharaan masyarakat adat, setiap satu ekor kerbau

diwajibkan membayar cacah jiwa sebesar Rp 5000 ................................................ 63

Gambar 24. Pemanfaatna hutan sampalan untuk kebutuhan lahan pemukiman dan

pertanian .................................................................................................................. 66

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembagian Tugas/wewenang lembaga adat (Kapuunan) .......................... 23

Tabel 2. Tata Guna Lahan Wilayah Adat Baduy ..................................................... 26

Tabel 3. Tahapan pertanian sawah .......................................................................... 54

Tabel 4. Proses atau tahapan Ngahuma ................................................................... 56

Tabel 5. Flora di Kawasan Kasepuhan Masyarakat Adat Banten Kidul ................. 59

Tabel 6. Fauan di Kawasan Masyarakat Adat Banten Kidul ................................... 63

Tabel 7. Pelaksaaan Seba dari tahun 2013 sampai 2017 ......................................... 69

Tabel 8. Daftar Pikukuh Karuhun masyarakat adat Kanekes ................................. 72

Tabel 9. Tatali parani karuhun dari para leluhur kepada Incu Putu di berbagai

Kasepuhan ............................................................................................................... 74

Page 8: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

1

Bab 1 Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal

1.1 Pengertian Masyarakat Hukum Adat

Indonesia memiliki beragam komunitas adat yang tersebar di seluruh

Nusantara, setiap masyarakat adat memiliki ciri dan identitas tersendiri

yang membedakan antara masyarakat adat satu dengan masyarakat yang

lainya. Masyrakat hukum adat juga memiliki beragam pengertian, Aliansi

Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mendefinisikan masyarakat adat

sebagai suatu komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun-

temurun di wilayah geografis tertentu, serta memiliki nilai, ideologi,

ekonomi, politik, budaya, dan sistem sosial yang khas.1 Sementara dalam

program pemerintah yang digunakan sejak tahun 1970 – 1999 masyarakat

hukum adat juga dikenal dengan istilah Komunitas Adat Terpencil (KAT)

yang memiliki pengertian sebagai kelompok sosial budaya yang bersifat

lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan

pelayanan baik sosial, ekonomi, maupun politik. Masyarakat adat sering

juga disebut ‘masyarakat tradisional’ atau dalam istilah lain disebut

indigeneous people, secara garis besar masyarakat adat adalah sekelompok

masyarakat yang menggunakan keseragaman pola hidup yang kemudian

dijadikan pedoman, baik itu pedoman lisan maupun tulisan. Perbedaan

masyarakat adat dengan masyarakat non adat adalah cara hidup

masyarakat adat dengan pola yang berulang dan bahkan tetap, sehingga

terkesan statis dan menutup diri dari kehidupan modern yang dinamis.

Sementara itu menurut UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

menyebutkan bahwa : Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang

yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu

persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal

atau dasar keturunan2 Selain itu dalam UU No 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa :

Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun 1 Nyoman Shuida. 2016. Masyarakat Adat dalam Pusaran Perubahan. Kemenko Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan. Hal.3 2 Ibid. 11

Page 9: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

2

temurun bermukim diwilayah geografis tertentu karena adanya ikatan

pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan

hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,

politik, sosial, dan hukum. Dalam UU NO 18 tahun 2004 tentang

Perkebunan dijelaskan kriteria Masyarakat Hukum Adat, yaitu : (1)

Masyarakat yang masih hidup dalam paguyuban; (2) Memiliki

kelembagaan dalam bentuk perangkat adat; (3) Memiliki wilayah hukum

adat yang jelas; (4) memiliki pranata hukum, khususnya peradilan adat

yang masih ditaati; (5) adanya pengukuhan dengan peraturan daerah.

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat yang

masih menjaga aturan-aturan adat dalam mempertahankan hidup dan

kehidupannya sesuai amanat leluhur.

1.2 Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal secara etimologis merupakan serapan dari bahasa

Inggris, yaitu local wisdom. Dalam definisi Quartich Wales, local wisdom

diartikan sebagai kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi

pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan saling

berhubungan.3 Local wisdom sebenarnya memiliki arti yang sendiri-

sendiri. Local atau lokal adalah kondisi sebuah tempat atau setempat,

sementara wisdom atau kearifan adalah sifat yang melekat pada karakter

seseorang, yang berarti arif dan bijaksana. Ketika digabuungkan menjadi

local wisdom maka mempunyai definisi atau makna yang sangat luas,

terutama hal-hal yang menyangkut tatanan nilai, kebiasaan, tradisi, baik

budaya maupun agama, yang menjadi aturan dan kesepakatan tempatan

(lokalitas). Sehingga kearifan lokal dapat dimaknai sebagai suatu gagasan-

gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,

dan tertanam serta diikuti oleh anggota masyarakatnya.4 Kerafina lokal

juga diartikan sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya

(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau 3 Dhila Fadhila dan Dadan Sujana, 2015 :Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak-Provinsi Banten. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Banten. Hal 1. 4 Ahmad Baedowi. 2015. Calak Edu 4 –Esai-esai Pendidikan. PT. Pustaka Alvabet. Hal 61

Page 10: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

3

peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Keraifan lokal merupakan cara

masyarakat hidup dan mepertahankan kehidupannya dengan berpegang

teguh pada keyakinan yang bersumber dari para leluhur atau nenek

moyang.

Kearifan lokal mengandung nilai-nilai suci firman Tuhan yang

berkaitan dengan tata cara atau pedoman hidup. Kearifan lokal juga

merupakan bentuk warisan nilai-nilai yang sudah sepatutnya untuk dijaga

dan dilestarikan, tidak hanya sebagai cara mempertahankan hidup namun

juga menjadi bagian atau identitas dari kelompok masyarakat tertentu.

Kearifan lokal dapat dijumapai dalam berbagai bentuk, seperti dalam

tarian, nyanyian, pepatah, kitab-kitab atau benda pusaka peninggalan para

leluhur.

Gambar 1: Kain Tenun Baduy merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan Sumber : https://keepo.me/_rendradwi-/kearifan-lokal-suku-baduy

Page 11: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

4

Bab 2 Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Banten

2.1 Masyarakat Kanekes (Baduy)

Masyarakat Kanekes “Masyarakat Baduy” atau “Masyarakat

Rawayan” adalah sekelompok masyarakat Sunda yang masih

mempertahankan gaya hidup tradisional dan mengisolasi diri dari

kehidupan modern, segala sesuatunya dilakukan dengan menggunakan

aturan adat. Masyarakat Baduy terbagi ke dalam kelompok masyarakat

Baduy Dalam dan masyarakat Baduy Luar, hal mendasar yang

membedakan keduanya terletak pada ketaatan terhadap aturan adat, hal itu

tampak dari cara berpakain dan keterbukaan terhadap kehidupan modern.

Masyarakat Baduy Dalam sangat ketat dalam menjalankan setiap aturan

adat, sehingga hal-hal yang baerbau modern sangat dihindari, dari segi

pakain mereka biasa menggunakan pakaian putih dengan ikat kepala

warna senada, berbeda dengan masyarakat Baduy Luar yang biasa

menggunakan pakaian warna hitam dan ikat kepala warna biru motif batik

Baduy. Masyarakat Baduy Luar sudah cukup terbuka dengan mulai

mengenal perangkat teknologi komunikasi yaitu telefon genggam (hand

phone).

Istilah Baduy berasal dari nama tempat yang diambil dari nama sungai

Cibaduy. Kemudian orang-orang yang tinggal di sekitar wilayah itu

dikenal dengan nama orang Baduy, selain itu istilah Baduy juga berasal

dari nama pohon yang hanya terdapat di kampung itu yaitu pohon

Baduyut, yang kemudian juga dijadikan nama untuk menyebut orang-

orang yang tinggal di sekitar pohon-pohon itu tumbuh.5 Keterangan lain

menyebutkan bahwa kata Baduy berasal dari kata Budha, yaitu agama

yang dianut oleh Prabu Siliwangi dan rakyat dari Kerajaan Padjadjaran,

hal ini sejalan dengan sumber yang mengatakan bahwa asal muasal

masyarakat Baduy adalah berasal dari masyarakat para punggawa

Kerajaan Padjadjaran (sekitar abad XVI) yang melarikan diri dari

kerjaaan, karena masuknya agama Islam ke wilayah Banten melalui Pantai

5Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 65

Page 12: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

5

utara Cirebon. Kemudian mereka melarikan ke daerah Banten selatan, di

wilayah Pegunungan Kendeng.6

Selanjutnya ada pendapat yang mengatakan bahwa mereka berasal dari

kelompok masyarakat pengungsi yang terdesak oleh gerakan perluasan

wilayah kekuasaan dan pengislaman dari Kesultanan Banten. Mereka

menganut agama Hindu, dan pada mulanya menetap disekitar gunung

Polosari (Kabupaten Pandeglang) yang berhasil ditundukan oleh

Kesultanan Banten. Sebagian diantaranya berhasil melarikan diri ke arah

selatan dan mendirikan pemukiman baru di tempat pengungsian mereka,

maka jadilah pemukiman masyarakat Baduy.7 Sedangkan menurut

masyarakat Baduy sendiri, bahwa leluhur masyarakat Kanekes memang

sudah sejak dahulu kala mendiami tempat yang mereka tempati sekarang,

yaitu Desa Kanekes.

Masyarakat Kanekes memiliki stratifikasi sosial atau pelapisan

masyarakat berdasarkan status atau tingkatan tertentu sesuai kesepakatan.

Pelapisan ini didasarkan pada sataus wilayah kemandalaan (tanah suci)

Kanekes. Kemandalaan Kanekes terbagi menjadi tiga lokasi pemukiman :

6Ibid.Hal677Ibid.Hal68

Gambar 2 : Peta Wilayah Masyarakat Kanekes (Baduy)

Page 13: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

6

(1) Wilayah Tangtu yang dikenal dengan Baduy Kajeroan atau Baduy

Jero; (2) Wilayah Panamping, dikenal dengan sebutan Panamping; dan (3)

Wilayah Dangka, yakni kampung yang dianggap dibawah keterikatan

secara adat dengan orang Baduy yang mempunyai wewenang

kemandalaan secara penuh.8 Wilayah Tangtu terdiri atas tiga kampung

atau dikenal dengan Tangtu Telu (tiga Tangtu), yaitu Cikesik,

Cikartawana, dan Cibeo, ketiganya mempunyai otoritas kemandalaan

penuh. Tangtu sendiri bermakan pasti (tentu) sehingga mereka yang

tinggal di ketiga kampung tersebut wajib mengikuti setiap aturan adat

secara mutlak. Penamaan tangtu berkaitan dengan kayakinan bahwa

mereka adalah inti keturunan dan pendiri kampung. Orang tangtu juga

dikenal dengan sebutan urang girang yaitu orang yang mempunyai strata

lebih tinggi atau dengan kata lain istilah ini digunakan sebagai panggilan

kehormatan terhadap orang tangtu. Kampung Panamping, kata panamping

berasal dari kata tamping, atinya buang. Jadi Kampung Panamping

merupakan kampung tempat pembuangan bagi orang-orang tangtu yang

melanggar pikukuh (aturan) atau ketentuan adat. Kampung Panamping

berada di luar tangtu telu, salah satu Kampung Panamping adalah Babakan

Jaro yang merupakan pusat pemerintahan Desa Kanekes. Selanjutnya

Wilayah Dangka, wilayah ini berada di luar Desa Kanekes, hampir sama

dengan Kampung Panamping, Kampung Dangka juga merupakan tempat

pengasingan atau pembuangan para pelanggar aturan adat. Mengenai

Kampung Dangka, diantaranya ada Cihulu, Cibengkung, Panyaweuyan,

Kompol, Kamancing, Nungkulan dan Cihandam. Terkait ketaatan terhadap

aturan adat, masyarakat Kampung Dangka sudah cukup bebas, mereka

hidup mengadopsi kehidupan modern dan menerima perubahan termasuk

keyakinan dalam beragama.

Masyarakat Kanekes dipimpin oleh tiga puun, yakni Puun Cikeusik,

Puun Cibeo, dan Puun Cikartawana. Orientasi atau kegiatan para puun

merujuk pada pikukuh karuhun. Pikukuh merupakan ketentuan adat

mutlak, sedangkan karuhun adalah para arwah nenek moyang. Pikukuh

8Ibid,Hal78

Page 14: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

7

karuhun bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat Kanekes

dan dunia ramai. Mensejahterakan dunia dengan prinsip tanpa perubahan

apapaun, yaitu melalui : (1) ngabaratapakeun (melakukan tapa terhadap

inti jagat dan dunia); (2) ngareremokeun (menghormati dengan cara

menjodohkan Dewi Padi/Sanghyang Asri dengan bumi); dan

mengekalkan pikukuh dengan melaksanakan semua ketentuan yang ada.9

Proses menjalankan pemerintahan adat, ketiga puun memiliki tugas

dan wewenang berbeda. Kapuunan Cikeusik bertugas mengurusi bidang

keagamaan dan pengadilan adat, terutama dalam menentukan waktu

pelaksanaan upacara-upacara adat (seren tahun, kawalu dan seba) dan

memutuskan hukuman bagi para pelanggar adat. Kapuunan Cibeo

berwenang mengurusi bidang pelayanan kepada warga dan tamu di

kawasan Kanekes, termasuk terkait ketertiban wilayah, pelintas batas dan

berhubungan dengan daerah luar. Kapuunan Cikartawana berwenang

mengurusi bidang pembinaan warga, kesejahteraan, keamanan dan

monitoring yang berhubungan denga Kanekes. Dalam lembaga Kapuunan,

puun dibantu oleh Girang Seurat (‘sekretaris’ puun atau pemangku adat),

Baresan (petugas keamanan kampung), Jaro (pelaksana harian urusan

pemerintahan kapuunan), dan Palawari (‘panitia tetap’ dalam berbagai

kegiatan upacara adat).10

2.2 Masyarakat Adat Kasepuhan

Masyarakat Kasepuhan berdasarkan cerita para baris kolot (tetua adat)

bermula dari runtuhnya Kerjaan Padjadjaran, masyarakat adat percaya

bahwa asal muasal Kasepuhan didirikan oleh keturunan Prabu Siliwangi

yang melakukan perjalanan ke daerah sekitar gunung Halimun dan

mendiami wilayah-wilayah baru yang kemudian berkembang menjadi

perkampungan adat yang kini dikenal dengan istilah Kasepuhan. Istilah

kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan awalan ‘ka’ dan akhiran ‘an’.

Dalam bahasa Sunda, kata sepuh berarti 'kolot' atau 'tua' dalam bahasa

9Imam Hanafi dkk. 2014 . Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal 1510Ibid.Hal15

Page 15: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

8

Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, munculah istilah kasepuhan, yaitu

tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun menunjukkan

model 'sistem kepemimpinan' dari suatu komunitas atau masyarakat yang

berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot).11 Penyebaran

masyrakat Kasepuhan mengakibatkan banyaknya jumlah Kasepuhan yang

tersebar di Kabupaten Lebak, masyarakat Kasepuahan mendiami lereng-

lereng di pegunungan, hal itulah yang kemudian menjadikan masyarakat

Kasepuhan menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian (huma dan

sawah), dengan padi sebagai komoditas utama, padi yang ditanam oleh

masyarakat kasepuhan berbeda dengan padi pada umunya, masyarakat

adat mengenalnya dengan nama pare Geude (padi besar). berbeda dengan

padi biasa, pare Geude mempunyai masa tanam selama enam bulan,

sehingga dalam setahun masyarakat adat hanya menanam padi sebanyak

satu kali.

Meskipun sekarang ada beberapa Kasepuhan yang menanam padi dua

kali dalam setahun, namun padi musim kedua bukan merupakan pare

Geude yang biasa ditanam, tapi padi kecil yang merupakan hasil

kolaborasi dengan pemerintah dalam upaya pengembangan sektor pangan.

Masyarakat Kasepuahan bersifat nomaden atau berpindah-pindah, hal ini

11http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=475&lang=id,diaksespadatanggal12Juni2017pukul22.17

Gambar 3 : Suasana Upacara Adat Seren Taun dalam rangka Ngamumule pare (memelihara padi)

Page 16: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

9

yang kemudian menjadi salah satu alasan kenapa rumah adat di Kasepuhan

adalah rumah panggung atau semi permanen bergaya tradisional, dengan

memanfaatkan bahan-bahan yang diperoleh dari alam sekitar, rumah

panggung beralaskan palupuh atau lantai bambu atau papan kayu, dinding

dari bilik bambu serta atap dari hateup (daun kiray/sagu) berlapiskan ijuk

pohon aren. Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain tidak dilakukan

secara sembarangan, melainkan harus melalui wangsit dari para leluhur,

sehingga tidak peduli berapa lama sudah menempati daerah tertentu, jika

wangsit mengharuskan untuk pindah, maka tidak ada tawar menawar lagi,

memang sudah seharusnya untuk ngalalakon (berkelana/pindah).

Perpindahan ini hanya berlaku untuk pusat kasepuhan, bukan

perkampungan yang dihuni masyarakat adat keseluruhan, itulah sebabnya

masyarakat adat diluar area pusat Kasepuhan diizinkan membangun rumah

permanen dan mengadopsi arsitektur modern.

Kehidupan sosial masyarakat adat tidak terlepas dari aturan atau

norma-norma adat, ada tiga sistem aturan yang dianut masyarakat adat

Kasepuhan dan digunakan sebagai pedoman hidup, yaitu sistem adat,

agama dan pemerintahan. Ketiganya digunakan secara beriringan tanpa

ada benturan. Proses kehidupan bermasyrakat di Kasepuhan memiliki

keunikan tersendiri, rutinitas masyarakat adat adalah bercocok tanam

(tani), ada pula yang berdagang, gurandil (penambang emas tradisional),

pengrajin dan tukang. bahasa kesehariannya adalah bahasa Sunda yang

terbagi menjadi Sunda Alus dan Sunda kasar. Pakaian masyarakat adat

serba hitam (khususnya saat ritual-ritual adat), ada pula pakaian adat yang

berwaran putih, ciri masyarakat adat Kasepuhan adalah selalu

menggunakan iket (ikat kepala) bagi kaum laki-laki. Namun jika dalam

keseharian, masyarakat Kasepuhan juga bergaya santai seperti masyarakat

modern pada umumnya. Warna hitam yang digunakan sebagai warna

pakaian adat bermakna paham atau mengerti, hal ini karena dalam bahasa

Sunda, hitam artinya hideung, sedangkan kata hideung merupkan bentuk

lain dari hideng, sementara hideng itu sendiri bermakna paham atau

mengerti. Sedangkan warna pakaian putih melambangkan kesucian dan

Page 17: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

10

kebersihan hati, sehingga cara berpakain melambangkan bahwa hanya

dengan kebersihan atau kesucian hati dan pikiran dapat memahami

berbagai fenomena atau teka-teki dalam kehidupan. Aturan adat

Kasepuhan biasanya berbentuk kalimat siloka atau teka-teki, bukan dalam

bentuk kalimat sederhana, maka dari itu perlu penafsiran mendalam

tentang istilah yang dikemukakan oleh para karuhun.

Masyarakat hukum adat menggunakan adat istiadat sebagai pedoman

hidup dalam sosial kemasyarakatan, aturan tersebut kemudian diwariskan

secara turun menurun. Masyarakat adat kasepuhan berpegang pada filosofi

tatali paranti karuhun, secara harfiah tatali paranti karuhun bermakana

mengikuti, mentaati serta mematuhi tuntutan rahasia seperi yang dilakukan

para karuhun (leluhur) yang merupakan landasan moral dan etik. Nilai-

nilai kearifan lokal tatali paranti karuhun tidak hanya tercrmin dalam

tataran religius tapi juga termnifestasikan dalam kehidupan sosial, sistem

kepemimpinan, dan tata cara berinteraksi dengan alam.12 Bentuk-bentuk

kearifan lokal dapat ditemukan melalui berbagai aspek kehidupan

manusia, salah sataunya tercermin dalam tata cara bersosialisasi

masyarakat adat, yaitu "Hiji ucap, dua lampah, tilu tekad". Artinya yaitu :

(1) 'ucap' yang berarti perkataan, perkataan seseorang dapat

mencerminkan seperti apa orang tersebut, jadi setiap perkataan

mendeskripsikan identitas seseorang itu tadi. pada konteks ucapan atau

perkataan, masyarakat adat mempunyai aturan atau norma-norma yang

bersifat lisan, walaupun tidak tertulis, tapi aturan itu berlaku dan dipatuhi

oleh anggota masyarakat adat. Sebagai contoh, masyarakat adat mengenal

istilah pamali, yaitu sebuah larangan untuk tidak melakukan sesuatu yang

karena sifatnya dapat merugikan. Sebagai sebuah larangan, pamali

mempunyai konsekuensi bagi pelanggarnya yaitu kabendon (bencana).

Percaya atau tidak, ketika anggota masyarakat adat melakukan sebuah

kesalahan atau melanggar aturan adat yang telah ditentukan, maka hal

buruk akan terjadi kepada pelanggarnya, baik itu penyakit yang tak

12 Imam Hanafi dkk. 2014 . Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal 16

Page 18: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

11

kunjung sembuh, usaha yang selalu merugi atau bahkan pada tingkatan

paling fatal akan mengakibatkan pelanggarnya mati mendadak.

Contoh kongkrit larangan atau pamali di masyarakat adat Kasepuhan

adalah teu meunang ngajual beas, beas mah nyawa (tidak boleh menjual

beras, beras adalah nyawa).

Sehingga hasil panen padi selama satu tahun hanya akan dikonsumsi

sendiri dan sisanya disimpan di Leuit sebagai cadangan pangan untuk dua

sampai tiga tahun kedepan. Analogi beras disejajarkan dengan nyawa,

artinya padi atau beras mempunyai kedudukan begitu luhur dalam

pandangan masyarakat adat Kasepuhan. Masyrakat Kasepuhan percaya

bahwa padi merupakan jelmaan dari Nyai Sri (Nyai Pohaci) atau Dewi

Padi. Sebagai jelmaan sosok seorang Dewi, padi begitu diistimewakan,

maka dari itu ada ritual Ngamumule Pare atau merawat dan memanjakan

padi. Ngamumule pare dilakukan selama siklus musim panen, yang setiap

proses dalam menanam padi selalu disertai dengan berbagai ritual, mulai

dari nibakeun sri ka bumi (proses awal menanam benih padi), teubar

(proses menebarkan benih padi), tandur (menanam padi di sawah),

Gambar 4 : Padi adalah komoditas pertanian utama, Padi juga dianggap jelmaan Nyai Sri (Dewi Padi). Foto : Joe

Page 19: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

12

salamet pare nyiram (syukuran saat padi mulai akan berbuah), mipit (ritual

tanda akan dimulainya proses memanen padi), dibuat (proses panen padi

tradisional dengan Etem), Mocong (proses membersihkan dan merapikan

padi), Ngunjal yaitu membawa padi dari lantaian (penjemuran) menuju

lumbung atau leuit, Ngadiukeun (ritual memasukan padi hasil panen ke

dalam lumbung padi) atau juga istilah lainnya ngamitkeun sri ti bumi

(ritual merapikan atau memasukan padi yang tadinya di tebar di sawah

“bumi” ke dalam leuit), nganyaran (ritual pertama kali memasak pare

anyar atau padi baru yang selesai dipanen) Seren taun (ritual puncak

‘syukuran’ sebagai penutup dan awal akan dimulainya proses menanam

padi kembali). (2), 'lampah' atau perbuatan, sejatinya antara apa yang

diucapkan harus sesuai dengan apa yang dilakukan, perbuatan juga

mendeskripsikan pribadi seseorang. Bagi masyarakat adat, setiap tindakan

yang akan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan adat. Bentuk-bentuk

karifan lokal tercermin dalam tindakan berupa ritual-ritual warisan nenek

moyang yang hingga kini masih tetap dilestarikan. Ritual yang dilakukan

tidak hanya bersifat seremonial semata, namun juga memiliki nilai-nilai

kehidupan yang mencerminkan identitas masyarakat adat yang hidup

tertata sesuai aturan adat. Salah satu fiosofi masyarakat adat yang

mengatur konsep bagaimana seharusnya bersikap tertuang dalam pepatah

atau wasiat para karuhun (leluhur) “nyucrug galur mapay wahangan nete

taraje nincak hambalan,” yang artinya dalam kehidupan sehari-hari kita

harus jujur mengikuti apa yang telah digariskan, tidak boleh menentang

apa yang bukan haknya. (3) tekad yaitu berkaitan dengan keteguhan dan

keyakinan masyarakat adat dalam melestarikan apa yang menjadi

keyakinannya. Tekad ini tercermin dalam kuatnya aturan-aturan adat atau

kebiasaan masyarakat adat yang masih terjaga yang bahkan tidak lekang

oleh waktu, walaupun zaman sudah berganti.

Masyarakat Kasepuhan bersifat adaptif bukan primitif, sehingga

teknologi atau inovasi modern sangat diterima, meskipun beberapa

penggunaan teknologi masih belum diizinkan atau istilahnya can nepi ka

zaman artinya belum waktunya. Masyarakat Kasepuhan menganut filosofi

Page 20: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

13

'hirup kudu ngigeulan zaman' atau dalam istilah lain 'ngindung ka waktu,

ngabapak ka zaman', filosofi itu mencerminkan bahwa, masyarakat

Kasepuhan begitu terbuka mengenai perubahan zaman, mereka menyadari

bahwa dunia terus berputar dan zaman pun ikut berganti, sehingga

diperlukan adanya penyesuaian agar terjadi keseimbangan antara aturan

adat dan kondisi zaman saat ini. Kendati demikian, dengan adanya

keterbukaan itu maka tidak secara otomatis menghilangkan tradisi lama

dan menggantinya dengan cara baru, ada pakem atau patokan yang tetap

dijaga, sehingga keaslian atau hakekat dari tradisi tersebut tidak

mengalami perubahan. Penyesuaian terhadap kemajuan zaman terlihat

dalam berbagai aspek, dalam teknologi pertanian misalanya, dahulu

masyarakat Kasepuhan menggunakan kerbau untuk membantu membajak

sawah, namun sekarang sudah menggunakan traktor yang dirasa lebih

cepat dan efesien dari segi waktu dalam membajak sawah. Meski demikian

tidak semua Kasepuhan melakukan hal yang sama, terdapat beberapa

Kasepuhan yang masih menahan diri dari penggunaan teknologi tersebut

dengan alasan can nepi ka wanci, can datang ka jaman (belum saatnya).

Pada dasarnya masyarakat Kasepuhan hampir sama dengan masyarakat

modern, hanya saja mereka memadukan sikap taat pada aturan adat namun

juga tetap menyambut baik modernisasi selama tidak bertentangan dengan

aturan adat. Dari ketiga aturan adat (ucap, lampah, dan tekad) semuanya

merunut pada bagaimana pola masyarakat hidup dengan tetap

mempertahankan nilai-nilai warisan leluhur di tengah-tengah kehidupan

yang modern. Disisi lain ucap, lampah dan tekad juga merupakan konsep

hidup yang begitu luhur, yaitu konsep hidup yang mengajarkan betapa

pentingnya sebuah keselarasan, keseimbangan dan kedewasaan dalam

bertindak dalam menyikapi setiap persoalan. Aturan adat bersifat

mengikat sehingga pengikutnya dituntut untuk taat dan patuh guna

terciptanya kehidupan yang sesuai tatali paranti karuhun.

Page 21: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

14

Bab 3 Kondisi Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Hukum Adat

3.1 Letak Geografis dan Alam dan Lingkungan Masyarakat Kanekes

Daerah Tatar Kanekes, secara Astronomis berada pada posisi ; 6o

27’:27” Lintang Selatan (LS) sampai dengan 6o 30’:00” Lintang Selatan

(LS) 108o 3’:9” Bujur Timur (BT) samapai dengan 106o 104 4’:55” Bujur

Timur (BT). Batas Wilayah Administratif Desa Kanekes sebagai wilayah

Masyarakat Baduy yang memeiliki batas-batas Desa sebagai berikut :13

a. Utara :

1. Desa Bojong Menteng Kecamatan Leuwidamar;

2. Desa Cisimeut Kecamatan Leuwidamar;

3. Desa Nayagati Kecamatan Leuwidamar.

b. Barat :

1. Desa Parakan Beusi Kecamatan Bojongmanik;

2. Desa Keboncau Kecamatan Bojongamanik;

3. Desa Karang Nunggal Kecamatan Cigemblong;

c. Selatan : Cikate Kecamatan Cigemblong.

d. Timur :

1 Karang Combong Kecamatan Muncang;

2 Desa Sukajaya dan Sinarjaya Kecamatan Sobang;

3 Kampung Cidikit Desa Hariang Kecamatan Sobang.

Batas Alam, wilayah masyarakat Baduy yang berlokasi di Desa Kanekes

memiliki batas-batas alam sebagai berikut :

a. Utara : Sungai Ciujung;

b. Selatan : Sungai Cididkit;

c. Barat : Sungai Cibarani;

d. Timur : Sungai Cisimeut.

Kondisi lingkungan masyarakat Baduy berada di sekitar wilayah

Pegunungan Kendeng, dengan wilayah yang memiliki tipe alam

bertofografi perbukitan. Keadaan wilayah yang berbukit-bukit menjadikan

masyarakat baduy mengandalkan sistem pertanian kering yaitu huma. 13 Ibid. Hal 69-70

Page 22: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

15

Biasanya masyarakat Baduy bermukim tepat di kaki Pegunungan

Kendeng di Desa Kanekes, dengan ketinggian 300-600 meter di atas

permukaan laut (MDPL), struktur tanah tersusun atas tanah vulkanik (di

bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di

bagian selatan), dengan suhu rata-rata 20 0C.14

Desa Kanekes yang termasuk dalam Kecamatan Leuwidamar berjarak

sekitar 40 km dari ibu kota Kabupaten Lebak yaitu Rangkasbitung. Daerah

Kanekes berada di daerah subur dengan banyak aliran sungai, sungai

terbesar yang mengalir di daerah Kanekes yaitu Sungai Ciujung, sungai ini

berhulu di daeah selatan wilayah Kampung Tangtu. Sungai Ciujung

mengalir ke bagian hilir melintasi wilayah Rangkasbitung dan bermuara di

pantai utara laut Jawa. Dengan demikian, dipandang dari Daerah Aliran

Sungai (DAS) wilayah Kanekes merupakan daerah penting yang

merupakan daerah hulu DAS Ciujung, yang aliran sungainya

dimanfaatkan untuk pelbagai kebutuhan penduduk, seperti mandi,

mencuci, menangkap ikan, mengambil pasir dan transportasi.15

Jumlah penduduk masyarakat Baduy diperkirakan mencapai 12 ribu

jiwa yang mendiami 65 kampung. Mengutif dari pemberitaan detikcom

bahwa : Kebutuhan lahan Baduy terus meningkat seiring dengan terus

bertambahnya jumalah populasi. Hak Ulayaat adat Baduy yang hanya

seluas 5.136,8 hektare sudah tidak mencukupi untuk penghidupan

penduduk Baduy, yang setiap tahun meningkat. Apalagi pemanfaatan

lahan itu masih dibatasi dengan berbagai aturan seperti peruntukan utan

larangan dan sasaka domas (tempat yang disucikan bagi Baduy). Orang

Baduy, lebih-lebih orang luar, tak boleh menginjak dan memanfaatkan

lahan seluas 3.000 hektare ini.16 artiya permasalahan kekurangan lahan

merupakan situasi terkini yang dialami masyarakat Baduy, mengingat

mereka sangat tergantung dari alam, sehingga bagaiamna mereka akan

14 Ibid. Hal 71 15 Ibid. Hal 72 16https://x.detik.com/detail/intermeso/20170530/Ketika-Tanah-Baduy-Terasa-Kian-Sempit/index.php, diakses pada 13 Juni 2017 pukul 05.40

Page 23: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

16

melanjutkan kehidupannya sementara lahan tempat mereka hidup sudah

semakin berkurang.

Masih berkaitan dengan penggunaan lahan, hampir seluruh lahan yang

ada digunakan untuk pertanian lahan kering (huma). Lahan yang

digunakan adalah lahan pegunungan yang termasuk dalam wilayah Desa

Kanekes. Pertanian huma sifatnya berpindah-pindah dari satu lahan ke

lahan yang lain dalam kurun waktu tertentu. Berebeda dengan masyarakat

Kasepuhan yang juga menggarap sawah (pertanian lahan basah), justru

pertanian sawah ini sangat dilarang oleh pikukuh, yang masyarakat

Kanekes menyeebutnya buyut (tabu).

Sistem pertanian sawah memerlukan air yang direkayasa dari aliran

tetap (sungai) untuk kemudian dialirkan ke sawah dan benih padi akan

ditanam di lahan basah, sedangkan merekasaya ketetapan aliran sungai

adalah hal yang tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan kodrat

alam sehingga dipandang buyut, begitu pula dengan membiarkan padi

tergenang dalam air juga sesuatu yang dilarang (buyut). Selain itu proses

pertanian sawah juga perlu proses membajak, yang pada prakteknya

dipandang merusak kodrat atau ketetapan bumi (tanah). Tidak sebatas

dalam sistem pertanian yang amat sangat sederhana dengan tidak merusak

ketetapan alam lingkungan, hal serupa juga berlaku pada aktivitas lain

Gambar 5 : Masyarakat Baduy sedang menyemai benih padi (ngaseuk) di huma Sumber : http://www.kanekes.desa.id/2016/10/29/ngaseuk-penghormatan-budaya-dan-kedaulatan-pangan-masyarakat-baduy/

Page 24: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

17

dalam keseharian seperti dalam menangkap ikan. Proses menangkap ikan

juga tidak boleh menggunakan pancing, ikan hanya boleh ditangkap

dengan menggunakan jala, bubu atau alat sair. Tidak ada istilah

peternakan dalam sistem kehidupan masyarakat Baduy, tidak boleh

memelihara kambing, sapi, kerbau, bahkan tidak diizinkan untuk

menyembelih hewan-hewan tersebut. Hewan yang dipelihara hanya ayam

dan anjing sebagai teman berburu. Sistem jual beli hanya terjadi pada

masyrakat Baduy Penamping, yang memang sudah terbuka, itu juga

semata hanya untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Sementara Baduy

Dalam masih menggunkan sistem barter untuk mendapatkan barang-

barang tertentu.17

3.2 Letak Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Adat

Kasepuhan

Masyarakat adat Kasepuhan tersebar di daerah kabupaten Lebak

bagian selatan, masyarakat Kasepuhan adalah suatu komunitas yang dalam

kesehariannya menjalankan pola perilaku sosio-budaya tradisional yang

mengacu pada karakteristik Sunda pada abad ke 18.18 Masyarakat

Kasepuhan tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Lebak-Banten.

Jumlah Kasepuhan terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Cibeber-

Lebak, yaitu Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan

Citorek. Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cibadak, dan Kasepuhan Ciherang.

Sedangkan Kasepuahan Cirompang dan Kasepuhan Pasir Eurih berada di

Kecamatan Sobang-Lebak serta Kasepuahn Karang yang terletak di

Kecamatan Muncang-Lebak. Kasepuhan juga terbagi menjadi Kasepuhan

induk, yaitu Kasepuhan besar dan ada juga Kasepuhan kecil atau Kaolotan

yang tersebar di berbagai wilayah. Wilayah Kasepuahn berada di sekitar

lahan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS),

dengan kondisi wilayah pegunungan dan perbukitan. Wilayah yang

17Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 10318 Imam Hanafi dkk. 2014 . Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal 16

Page 25: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

18

berbukit-bukit mempengaruhi sistem pemukiman dan pertanian yang

semuanya sangat tergantung dengan alam. Masyarakat Kasepuhan

mengandalkan sistem pertanian lahan kering yaitu huma dan juga

pertanian lahan basah atau sawah.

Lokasi Kasepuhan yang berdampingan dengan wilayah Konservasi

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menjadikan wilayah

tersebut merupakan representasi terlengkap yang menggambarkan hutan

hujan pegunungan yang ada di Jawa. Terdata (diyakini dapat beertambah,

karena belum seluruh kawasan diinventarisasi) kawasan ini merupkan

habitat bagi lebih daroi 500 spesies tumbuhan, 156 anggrek, 244 spesies

burung (27 diantaranya endemik Jawa dengan sebarab terbatas), 16 spesies

kodok, 12 spesies kadal, 9 spesies ular dan 61 jenis mamalia khas.19

Kawasan Ekosistem Halimun adalah kawasan pegunungan yang

selalu diselimuti kabut, masyarakat yang bermukim di dalam dan sekitar

kawasan itu awalnya lebih mengenal tempat tersebut sebagai Kawasan

Gunung Sangga Buana atau Tutugan Sangga Buana atau Leuweung

Pangabuan Sangga Buan yang bermakna gunung penyangga bumi, salah

satu gunung yang di dalamnya terdapat gunung Halimun. Masyarakat

Kasepuhan Banten Kidul percaya bahwa Gunung Halimun merupakan satu

kesatuan urat Gunung Kendeng yang tidak putus dari ujung timur sampai

ujung barat dan sebagai penciri dalam pengelolaan wilayah. Pada

sebagaian wilayah masih dilarang menggarap (membuka hutan) atau

menebang pohon. Kegiatan yang diperbolehkan hanya sebatas

pemanfaatan hutan non kayu berupa rotan, madu, jamur dan tanaman

obat.20

Lahan pertanian masyarakat adat Kasepuhan terbilang subur,

ditambah dengan metode bercocok tanam sistem tumpang sari. Selain itu

dikarenakan masyarakat Kasepuhan rata-rata hanya menanam padi sekali

19YokiYusanto,AhmadSihabudindanHenrianaHatra.2014.KasepuhanCisungsang.PustakaGetokTular&PT.KemitraanEnergiIndustri.Hal16.20Ibid.Hal17

Page 26: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

19

dalam setahun yang kurang lebih dalam kurun waktu enam bulan, artinya

ada tenggat waktu sekitar enam bulan antara musim tanam dan musim

rumpakjami (musim istirahat). Disadari atau tidak sistem pertanian seperti

ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah, mengingat lahan

pertanian juga perlu diistirahatkan, perlu waktu untuk kembali memulai

kembali proses penyuburan lahan secara alami. Disamping bertani yang

merupakan mata pencaharian utama, masyarakat Kasepuhan juga

berternak, namun hal ini terkesan ala kadarnya, karena memang bukan

merupakan prioritas layaikanya komoditas padi.

Hewan-hewan ternak yang umum dipelihara oleh masyarakat adat

diantaranya ayam kampung, bebek, kambing, dan kerbau. Terkesan asal-

asalan dalam berternak karena diakibatkan dari salah satu filosofi hidup

masyarakat adat yaitu hirup sacukpna (hidup secukupnya) sehingga pada

konteks berternak, masyarakat tidak berpikir untuk menjadikannya sebagai

komoditi usaha, hanya sebatas keperluan semata, mengingat ayam

kampung selalu dipakai untuk acara-acara selametan atau ritual tertentu

dan memang tidak boleh menggunakan jenis ayam lain, kecuali untuk

konsumsi sehari-hari. Masih terkait dengan hewan ternak, ada hewan

ternak yang wajib dikenai pajak, atau masyarakat adat menyebutnya

ngajiwa (sensus pada konsep tradisional), hewan tersebut adalah kerbau,

setiap kepemilikan kerbau diwajibkan membayar ngajiwa sebesar kurang

Gambar 6 : Lahan pertanian (sawah & ladang) di Kasepuhan Cisungsang Foto : Joe

Page 27: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

20

lebih 5000 ribu rupiah per ekor (tiap Kasepuhan bisa berbeda-beda).

Konsep ngajiwa pada hewan ternak merupakan bentuk lain dari sensus

ekonomi yang bahkan itu sudah dilakukan sebelum konsep sensus

ekonomi modern dilakukan. Hewan kerbau juga merupakan hewan yang

diperlakukan dengan baik, mengingat jasa kerbau yang amat besar dalam

proses penggarapan sawah (membajak sawah), selain itu dari segi ekonomi

harga kerbau terbilang memiliki harga jual yang bagus.

Lokasi pemukiman masyarakat adat yang bersinggungan langsung

dengan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(TNGHS) menjadikan masyarakat hidup berdampingan dengan hutan,

terkait hal ini, masyrakat adat punya pandangan tersendiri tentang konsep

hutan. Setidaknya ada empat jenis hutan yaitu : (1) Leuweung tutupan

yaitu leuweung kolot/geledegan (hutan tua/rimba), hutan ini tidak boleh

dijamah; (2) Leuweung Titipan yaitu hutan yang dititipkan oleh karuhun

dan boleh digunakan jika mendapat izin dari leluhur melalui wangsit; (3)

Leuweung awisan (hutan cadangan) yaitu hutan yang dapat digunakan

untuk lahan pertanian maupun permunikamn pada waktu yang akan

datang; (4) leuweung garapan atau sampalan yaitu hutan atau lahan yang

boleh dipergunakan untuk keperluan menunjang kehidupan.21 Pembagian

wilayah hutan dalam pandangan adat menjelaskan bahwa konsep

kesimbangan antara hidup makmur tanpa mengorbankan alam sudah

tertanam dalam tatali paranti karuhun. Masyarakat adat mengakui bahwa

hidup harus saling berdampingan dengan alam. pamali bukan sesuatu yang

dapat diabaikan atau bahkan dilanggar. Hutan bagi masyrakat adat juga

merupakan sirah cai atau sumber air. Sehingga jika merusak ekosistem

hutan sama artinya dengan merusak sumber air, sedangkan air merupakan

sumber kehidupan, sehingga merusak hutan artinya merusak kehidupan

manusia itu sendiri karena masyarakat adat memanfaatkan sumber air

murni untuk kebutuhan minum, mandi dan lain sebagainya.

21 Irvan setiawan dkk. 2012. Upacara Seren taun pada Masyarakat Kasepuhan di Ciptagelar di Sukabumi. Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 149

Page 28: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

21

Bab 4 Prosedur Pengumpulan Data

4.1 Teknik Pengumpulan Data

4.1.1 Teknik Observasi

Basrowi dan Suwandi menjelaskan bahwa observasi merupakan

salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat, mengamati

secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan

observer.22 Nasution mengatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.23

Dengan kata lain pada proses pengumpulan data peneliti dituntut untuk

mengumpulkan data penelitian seakurat mungkin dan mengesampingkan

subjektivitas peneliti dengan hanya fokus pada apa yang diteliti. Teknik

observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi

terfokus, yakni salah satu jenis pengamatan yang secara spesifik

mempunyai rujukan pada rumusan masalah atau tema penelitian.24

4.1.1 Teknik Wawancara

Wawancara terarah dilaksanakan secara bebas dan juga mendalam

(in-depth), tetapi kebebasan ini tetap tidak akan terlepas dari pokok

permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah

dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara.25 Pengumpulan data melalui

wawancara memiliki kelebihan tersendiri karena data yang diperoleh

dapat dikonfirmasi saat itu juga saat wawancara berlangsung, teknik

wawancara dapat meminimalisir kesalahan informasi karena peneliti

dapat menentukan sendiri siapa narasumber yang dianggap kompeten

sebagai sumber informasi. Wawancara dapat dilakukan secara langsung

face to face (tatap muka) maupun secara tidak langsung, seperti via

22BasrowidanSuwandi.2008.MemahamiPenelitianKualitatif.PT.RinekaCipta.Hal.9423 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Hal. 226 24BasrowidanSuwandi.2008.MemahamiPenelitianKualitatif.PT.RinekaCipta.Hal.9925YokiYusanto,AhmadSihabudindanHenrianaHatra.2014.KasepuhanCisungsang.PustakaGetokTular&PT.KemitraanEnergiIndustri.Hal.37

Page 29: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

22

telefon atau alat komunikasi lain yang memungkinkan untuk terjadinya

kontak pertukaran informasi.

4.1.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penulisan sosial.26 Dokumentasi dalam hal

ini merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi dapat

berupa dokumen yang dipublikasikan seperti buku, jurnal, artikel, surat

kabar, berita online, catatan harian dan sebagainya. Dokumentasi juga

dapat berupa foto, vidio, rekaman suara, maupun cerita rakyat.

Pengumpulan data dokumentsi tidak terpaku pada satu sumber tapi

kolaboratif.

4.2 Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya langsung. Data primer disebut

juga sebagai data asli atau data yang memiliki sifat kebaruan, hal ini karena

langsung diperoleh saat melakukan pengumpulan data. Untuk mendapatkan

data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung dengan

menggunakan teknik pengumpulan data seperti : wawancara, observasi,

diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

4.3 Sumber Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan,

Biro Pusat Statistik (BPS), dan lain-lain. Data sekunder dibutuhkan untuk

menunjang hasil penelitian dari berbagai perspektif, sehingga hasil

penelitian yang disajikan tidak bersifat subjektif.

26YokiYusanto,AhmadSihabudindanHenrianaHatra.2014.KasepuhanCisungsang.PustakaGetokTular&PT.KemitraanEnergiIndustri.Hal.38

Page 30: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

23

Bab 5 Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dan Hutan

5.1 Masyarakat Adat Baduy

5.1.1 Sistem Kelembagaan Masyarakat Kanekes

Seperti sudah dijelaskan di awal, bahwa Masyarakat Kanekes dipimpin

oleh Puun (ketua adat). Ada tiga puun yang memimpin masyarakat Kanekes,

yaitu Puun Cikeusik, Puun Cikartawana, dan Puun Cibeo. Di bawah ini

adalah pembagian tugas atau wewenang para puun beserta para pembantu

pelaksana kelembagaan adat dalam menjalankan pemerintahan adatnya.27

Tabel 1 : Pembagian tugas/wewenang lembaga adat (Kapuunan)

Jabatan Kapuunan Tugas/wewenang

Puun Cikeusik Mengurusi bidang keagamaan, pengadilan

adat, menentukan pelaksanaan (seren taun,

kawalu dan seba), menentukan hukamn

bagi para pelangar adat.

Puun Cibeo Mengurusi bidang pelayanan kepada

warga dan tamu di kawasan Kanekes,

administratur tertib wilayah, batas wilayah

dan hal yang berhubungan dengan daerah

luar.

Puun Cikartawana Mengurusi bidang pembinaan warga,

kesejahteraan, keamanan dan monitoring

kawasan Kanekes.

Girang seurat sekretaris puun

Baresan Petugas keamana kampung

27Imam Hanafi dkk. 2014 .Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal. 15

Page 31: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

24

Jaro Pamarentah Pelaksana harian urusan pemerintah

Kapuunan, penghubung antara unsur

pemerintahan (Camat, Bupati, dll) dengan

masyarakat Kanekes.

Tangkesan (Dukun kepala), bertanggung jawab

mengenai masalah kesehatan warga

Kanekes

Palawari Panitia tetap untuk mengurusi berbagai

kegiatan upacara adat

Pemerintahan Desa Kanekes sedikit berbeda dengan pemerintah Desa pada

umunya, jika mengacu pada Undang-undang nomor 5 tahun 1979, tentang

Pemerintahan Desa. Terdapat perbedaan dalam beberapa aspek, diantaranya

:28

1. Kepala Desa Kanekes (Jaro Pamarentah), bukan dipilih oleh rakyat,

melainkan diangkat dan ditunjuk langsung pemerintah atas persetujuan

Puun;

2. Kepala Desa hanya dibantu oleh Carik Desa, Pangiwa, dan Kokolot

(tidak ada LKMD atu aparatur pembantu pemerintah desa);

3. Kepala Desa tidak disyaratakan harus pandai baca-tulis, karena dalam

adat masyarakat Baduy, baca-tulis adalah buyut (tabu);

4. Desa Kanekes tidak memiliki kantor, yang menjadi kantor adalah rumah

Jaro Pamarentah itu sendiri.

28Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 79

Page 32: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

25

5.1.2 Mata Pencaharian

Sebagaimana masyrakat yang hidup dan bermukim di pegunungan,

maka sektor pertanian adalah hal yang paling memungkinkan untuk

memaksimalkan potensi alam. Begitu pula dengan masyarakat Kanekes

yang juga menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Namun

berbeda dengan masyrakat atau petani pada umumnya yang sudah

menggunakan teknologi modern dalam bidang pertanian, seperti

penggunaan mesin traktor, atau mesin pemanen otomatis. Masyarakat

Kanekes masih menganut sistem pertanian tradisional yang berlandaskan

pada aturan-aturan adat atau pikukuh karuhun. Masyarakat Kanekes

menggunakan lahan pertanian sekitar 2,585.29 hektare yang termasuk

dalam wilayah administratif Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar.

Sitem pertanian masyarakat Kanekes adalah pertanian lahan kering atau

masyarakat setempat menyebutnya huma. Ngahuma merupakan pertanian

yang hanya menggandalkan air hujan sebagai pengairan (tadah hujan).

Huma adalah pertnian yang berpindah-pindah dalam kurun waktu tertentu,

artinya lahan yang sama bisa saja digunakan satu atau dua kali musim

tanam, bisa juga hanya sekali musim tanam dan ditinggalkan berpindah ke

lahan lain. Pertimbangannya adalah kesuburan lahan, mengingat

masyarakat Kanekes tidak menggunakan bahan kimia untuk menyuburkan

Gambar 7 : Warga Baduy sedang mengencangkan ikat padi yang sedang dijemur Sumber : https://humaspdg.wordpress.com/2010/05/04/perilaku-konformitas-masyarakat-baduy/

Page 33: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

26

tanah. Proses ngahuma dimulai dengan pemilihan lahan, kemudian masuk

pada proses nyacar (menebang rerumputan dan semak belukar), setelah

rumput-rumput liar kering, maka selanjutnya yaitu ngaduruk (pembakaran

rumput untuk kemudian abunya digunakan sebagai pupuk), setelah lahan

bersih, lalu masuk pada proses ngaseuk (menanam benih padi di lahan

huma dengan menggunakan tongkat runcing untuk melubangi tanah),

setelah proses ngaseuk, maka tinggal tunngu beberpa bulan untuk

kemudian masuk musim panen. Semua proses itu dilakukan dengan

teknologi sederhana berupa, arit, kujang, kored dan aseuk.29

Tabel 2 : Tata Guna Lahan Wilayah Adat Baduy

Lahan Luas Lahan (ha) Presentase %

Lahan Pertanian 2, 585.29 50.67

Hutan Tetap 2,492.06 48.85

Pemukiman 24.50 0.48

Jumlah 5,101.85 100

Masyarakat Kanekes tidak menganut sistem pertanian lahan basah

atau sawah, dikarenakan pada proses bersawah dianggap merusak tatanan

alam, dalam bersawah harus menggunakan pengairan dari sungai, untuk

melakukan itu perlu merekayasa aliran sungai untuk kemudian dialirakan

ke sawah-sawah. Merekayasa aliran sungai (irigasi) sama artinya merubah

tatanan alam dan itu sifatnya buyut (tabu) menurut pikukuh. Masyarakat

Kanekes menggunakan banyak pantangan-pantangan dalam bercocok

tanam, hal itu dilakukan semata karena tidak ingin bumi tempat manusia

hidup hancur oleh manusia itu sendiri, sebuah konsep yang amat sangat

luhur yang diaplikasikan oleh sekelompok masyrakat adat yang memilih

mengisolasi diri. Jika dunia internaasional menggaungkan global warming

29Hal101

Page 34: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

27

akibat kekhawatiran akan pemanasan global yang dapat menghancurkan

bumi, maka masyarakat Kanekes sudah melakukan apa yang manusia

modern khawatirkan, dan itu sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu.

Tidak hanya dalam bercocok tanam, hidup yang berdampingan

dengan alam juga mengakibatkan batasan-batasan dalam mengambil

sumber daya alam yang ada. Masyarakat kanekes tidak berternak untuk

memenuhi kebutuhan akan konsumsi daging, mereka hanya mengambil

ikan di sungai dan itu juga harus dilakukan secara tradisional, tidak

menggunakan alat pancing, hanya berupa jala, bubu, dan ayakan (sair).

5.1.3 Agama

Sama seperti masyrakat adat lainnya, Mayarakat Kanekes juga

mempunyai keyakinan, dari semua rujukan atau literatur yang ada bahkan

pengakuan dari masyarakat Kanekes sendiri, agama masyarakat Kanekes

adalah Sunda Wiwitan.Dalam catatan N.J.C. Giese yang dikutip Garna

(Garna, 1987:84)30 pernytaan Giese yang dimaksud adalah :

Nabi Adam anak Puun Cibeo boga deui putra, jadi Kangjeng Nabi

Muhammad. Nabi Adam Jeung Kangjeng Nabi Muhammad jadi incu

Puun Cikeusik. Ceuk Puun Cibeo ka anakna Kangjeng Nabi

Muhammad : “Hayu sia kudu ayeuna ngaramekeun nagara. Kudu

ngadegkeun masigit bagoang di Mekah. Kudu make salat kasaban,

ajian, kudu ngaramekeun nagara bae”. Ceuk Kangjeng Nabi

Muhammad : “Heug, tapi para buyut kabeh kudu dicekelan ku kaka,

nyaeta Kangjeng Nabi Adam. Jadi kaka eta kudu ngasuh ngajayak

menak. Sakung kurung ning langit satangkarak ning lemah. Nagara

satelung puluh sawidak lima panca salawe nagara kudu dicekel para

buyutna ku kaka, ku Nabi Adam”.

Artinya :

30Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. 124

Page 35: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

28

(Nabi Adam anak Puun Cibeo mempunyai putra lagi, yaitu Kangjeng

Nabi Muhammad. Nabi Adam dan kangjeng Nabi Muhammad

menjadi cucu Puun Cikeusik. Berkata Puun Cibeo kepada anaknya,

Kangjeng Nabi Muhammad : “Marilah ! Kau sekarang harus

meramaikan negara, Harus ada salat, korban, pengajian, rewah dan

mulud. Tetapi jangan bercampur dengan kami, harus meramaikan

negara saja”. Lalu jawab Kangjeng Nabi Muhammad : “Baiklah !

tetapi para tanah nenek moyang semuanya harus di bawah tanggung

jawab Abang, yaitu Kanjeng Nabi Adam. Jadi Abang harus

mengasuh ratu, memelihara bangsawan, seluas langit dan selebar

bumi tiga puluh tiga negara, enam puluh lima panca dan dua puluh

lima negara. Nenek moyang harus dipegang oleh Abang, oleh Nabi

Adam”.)

Penuturan di atas lebih kepada pembagian wewenang antara Nabi

Adam dan Nabi Muhammad. Sebagai catatan, masyarakat Kanekes

memahami dan menyebarkan pesan nenek moyang melalui cerita lisan,

bukan dengan tulisan. Sehingga bukan tidak mungkin, informasi dari satu

generasi ke generasi yang lain mengalami distorsi pesan, artinya terdapat

pengurangan dan penambahan makna, dan sangat mungkin informasi yang

disampaikan tidak diserap secara sempurna. Jadi dari paparan di atas,

dapat dikatakan bahwa ada pesan Islam yang disampaikan namun

mengalami distorsi karena ketidaksempurnaan pemahaman.

Masyarakat Kanekes (Tangtu) juga mengenal adanya syahadat,

meski sedikit berbeda, berikut ini adalah Syahadat Baduy Tangtu :

Asyhadu syahadat sunda

Jaman Allah ngan sorangan

Kaduan Gusti Rasul

Katilu Nabi Muhammad

Page 36: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

29

Kaopat Umat Muhammad

Nu cicing di bumi ngarincing

Nu calik di alam keueung

Ngacacang di alam mokaha

Salamet umat Muhammad

(Ashadu syahadat Sunda

Waktu Allah sendiri (Esa)

Kedua para Rasul

Ketiga nabi Muhammad

Keempat umat Muhammad

Yang tinggal di dunia ramai

Yang duduk di alam takut

Menjelajah di alam tekebur

Selamat umat Muhammad) (Suhandi, 1986:62-63)31

Istilah Sunda Wiwitan, seperti dalam makalah Jatisunda (Jatisunda,

2005). Jatisunda menyebutkan : Istilah sunda Wiwitan dikemukakan oleh

Ayah Sacin (1972) dan Aki Bantarwaru (1972). Ayah Sacin adalah ahli

sastra bambu dan salah seorang bekas panengen atau penasehat Puun

Cikeusik, sedangkan Aki Bantarwaru adalah mantandamar Kampung

Cikeusik. Ayah Sacin mengemukakan:

“Sunda Wiwitan eta biena mah Sunda bae, agama Sunda. Keurna

ngaraton keneh para aji di pakwan, lajuna disarebut Sunda

31Ibid Hal. 128

Page 37: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

30

Pajajaran bae. Di kami disarebutna pikukuh Sunda Wiwitan.

Baheula karaton Pajajaran ruka dirurug ku Eslam, loga rawayan

anu kapaksa jaradi Eslam. Ngeun kami nu hanteu. Cik para

wangatuha ; beusi isuk jagana pageto aya rawayan ne ndeuk

parulang deui ka agama Sunda nyah, wiwitanan mudu di kami

heula. Matakna, para wangtuha kami nyarebutna pikukuh agama

Sunda Wiwitan. Kitu geh meureun”.

(Sunda Wiwitan itu, tadinya agama Sunda. Pada saat berjaya di keraton

Pakuan (Pajajaran), yang disebut agama Sunda Pajajaran. Di sini

disebutnya pikukuh Sunda Wiwitan. Dahulu ketika Pajajaran diserbu

pasukan Islam, banyak rawayan yang secara terpaksa masuk (agama)

Islam. Hanya kami yang tidak. Mudah-mudahn nanti ada rawayan yang

masuk agama Sunda Wiwitan. Harus dari sisni (Baduy) terlebih dahulu.

Sebab di sinilah mulanya agama Sunda Wiwitan. Itu pun mungkin.).

Kemudian Bantarwaru mengatakan :

“Sunda ma agama kami. Sunda ta dipurna ti mimiti ngadegna Batara

Cikal, wayah jagat ieu mimiti teuas sageude jangnjang reungit di

Sasaka Pusaka Buana Pada Geude. Mantakna di kami disebut Sunda

Wiwitan”.

(agama kami Sunda. Agama Sunda muncul sejak berdirinya Batara

Cikal, ketika bumi mulai mengeras sebesar sayap nyamuk di Sasaka

Pusaka Buwana Pada Geude. Makanya kami menyebutnya Sunda

Wiwitan).

Dari penjelasan yang disampaikan di atas, menggambarkan asal

muasal agama Sunda Wiwitan yang dulunya hanya agama Sunda atau

Keyakinan sunda saja. Dari paparan tersebut juga menyebutkan asal usul

masyarakat Kanekes yang merupakan masyarkat pelarian dari kerajaan

Pajajaran. Alasan pelarian itu antara lain dikarenakan adanya penyerangan

dari pasukan Islam, sehingga rakyat Pajajaran (rawayan) ada yang

Page 38: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

31

kemudian masuk Islam dan ada juga yang memilih lari dan bersembunyi

ke daerah pegunungan Kendeng. Rawayan yang dalam pelarian itu tetap

melestarikan ajaran Sunda yang kemudian dikenal dengan agama Sunda

wiwitan sampai sekarang.

5.1.4 Pendidikan

Sebagian besar masyarakat Kanekes tidak mengenal baca tulis,

terutama masyarakat Baduy Dalam. Sekolah adalah hal yang tabu, tempat

anak-anak Baduy sekolah adalah lingkungan dengan orang tua mereka

sebagai gurunya. Mereka tidak diajarkan pendidikan umum yang biasa

diajarkan di sekolah konvensional. Anak-anak Baduy belajar tentang ilmu

bercocok tanam dan pikukuh karuhun, mereka belajar tentang hidup dari

alam dan memanfaatkan apa yang alam sediakan tanpa mengskploarsi

alam itu sendiri, seperti belajar berburu, menangkap ikan, mengambil

madu hutan atau belajar bagaimana caranya menyadap air nira.

Sekarang masyarakat Baduy sudah mulai mengenal baca tulis

bahkan lebih dari itu, terutama masyarakat Panamping (Baduy Luar),

pemerintah setempat sudah mendirikan Sekolah Dasar Ciboleger, Desa

Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar. Tidak hanya itu, sekarang

Gambar 8 : Anak-anak Baduy yang sejak kecil sudah terbiasa hidup dengan alam Sumber : http://lidibiru67.com/baduy/

Page 39: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

32

masyarakat Baduy Luar sudah menguasi beberapa perangkat elektronik,

seperti telefon genggam sebagai sarana komuniksi. Artinya masyrakat

Baduy bukan merupakan masyarakat yang terbelakang, melainkan

masyarakat yang memilih untuk tidak mengimbangi perubahan zaman

dengan alasan bertentangan dengan pikukuh para leluhur. Bahkan

masyarakat Kanekes adalah masyarakat yang cerdas, masyarakat yang

sudah mengaplikasikan sikap yang bahkan masyarakat modern belum

melakukannya. Masyarakat Kanekes menyadari bahwa dengan menjadi

‘pintar’ maka artinya juga menjadi ancaman (perusak). Masyarakat

Kanekes menjaga ekosistem hutan disaat banyak pembalakan liar oleh

korporasi, masyarakat Kanekes sudah menjawab keresahan masyarakat

modern akan keselamatan alam, jika masyarakat modern masih tenang-

tenang saja akan keselamatan bumi dari kehancuran tangan-tanag tidak

bertanggung jawab, maka beda halnya dengan masyarakat Kanekes yang

hidup berdampingan dan melestarikan alam, mereka hanya mengambil apa

yang mereka butuhkan, mereka menjaga apa yang seharusnya dijaga,

mereka menjauhi apa yang pikukuh adat larang.

Gambar 9 : Invasi teknologi terhadap masyarakat Baduy melalui pengunjung Sumber :Banten Pos

Page 40: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

33

5.2 Profil Masyarakat Adat Kasepuahan

Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Lebak no 8 tahun 2015

tentang Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan masyarakat Hukum

Adat, terdapat 522 masyarakat Adat Kasepuhan yang tersebar di wilayah

Kabupaten Lebak. Kasepuhan adalah kesatuan masyarakat hukum adat

yang terdapat di Kabupaten Lebak. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat

adalah kelompok masyarakat yang secara turun-temurun bermukim di

wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur,

adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya

sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya

dan hukum. Masyarakat Kasepuhan mempunyai Hak atau kewenangan

yang disebut Hak ulayat atau kewenangan masyarakat hukum adat

Kasepuhan untuk mengatur secara bersama-sama pemanfaatan tanah,

wilayah, dan sumber daya alam yang ada di dalam wilayah adat yang

menjadi sumber kehidupan dan mata pencahariannya. Salah satu

kewenangan masyarakat adat adalah megelola daerah yang menjadi bagian

dari Wewengkonnya, Wewengkon adalah wilayah adat yang terdiri dari

tanah, air dan sumber daya alam yang terdapat di atasnya, yang

penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan menurut hukum

adat.

5.2.1 Kasepuhan Cisungsang

5.2.1.1 Letak Geografis

Kasepuhan Cisungsang secara administratif berada di Desa

Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Kondisi alam

Kasepuhan Cisungsnag terdiri dari pegunungan dan perbukitan. Kampung

Cisungsang terletak persis di tepi kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak. Masih asri. Tak jauh dari Cisungsang, terdapat perbatasan

Banten dan Jawa Barat dengan sungai yang menjadi garis pemisah

Kabupaten Lebak dan Sukabumi. Dari ibu kota Rangkasbitung, jarak

kampung adat ini sekitar 150 kilometer, sedangkan dari Jakarta sekitar 280

kilometer.

Page 41: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

34

5.2.1.2 Batas Wilayah

Batas Utara :Desa Cisistu

Batas Selatan :Desa Kujang Jaya

Batas Timur :Desa Gunung Wangun

Batas Barat :Gunung Tumbal

5.2.1.3 Sejarah

Warga kampung percaya Cisungsang didirikan oleh anak Prabu

Siliwangi yang bernama Prabu Walangsungsang yang telah mengalami

situasi 'Ilang Galuh Pajajaran'. Raja ini memberikan banyak keturunan

bagi masyarakat Sunda yang tersebar di hampir seluruh daerah Jawa Barat.

Konon, kata Cisungsang juga dibentuk dari dua suku kata, 'ci' dan

'sungsang'. Secara harfiah kata ‘ci’ adalah bentuk singkat dari cai dalam

bahasa Sunda, yang berarti air. Sedangkan ‘sungsang’, dalam bahasa

Sunda berarti terbalik atau berlawanan dari keadaan yang sudah lazim.

Maka istilah Cisungsang dapat diartikan air yang mengalir kembali ke

Gambar 10 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan

Page 42: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

35

hulu (mengalir secara terbalik). Warga Kampung Cisungsang percaya

bahwa kampung mereka merupakan desa pertama yang dibuka oleh

Walangsunsang. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘Guru Cucuk’. Apih

Jampana, salah satu sesepuh Cisungsang mengatakan, wilayahnya adalah

lahan hutan yang dipilih para leluhur untuk dijadikan tempat tinggal.

Nama Cisungsang secara etimologi berasal dari gabungan dua kata

yaitu Ci dan Sungsang. Pengertiannya sebuah tempat di daerah Sunda

banyak yang diawali dengan Ci atau Cai (Air), (aspek Hidrologis).

Dinamai kata Ci menggambarkan bahwa masyarakat sunda termasuk pada

Hodrolic Society, artinya masyarakat yang tidak terlepas dari air.

Sebabnya Sunda terkenal dengan kesuburannya, Indikator utamanya

banyak mata air dan sungai mengalir di mana-mana.

Sedangakan Sungsang, mempunyai arti tumbuhan yang merambat dan

mengndung racun, bunganya merah seperti bunga angrek. Menurut Apih

Adeng, Cisungsang merupakan hutan yang banyak tumbuh bunga

Sungsang yang berada di sekitar sungai.

Dahulu Cisungsang merupakan sebuah hutan yang luas, menurutnya

Mbah Ruman membuka hutan menjadi perkampungan, tanpa membawa

Gambar 11 : Kawasan Pusat Kasepuhan Cisungsang Foto : Henriana Hatra

Page 43: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

36

keris atau perkakas apapun hanya dengan tangan saja mengubah hutan

menjadi lahan perkampungan. Mbah Ruman atau juga disebut Mbah

Buyut yang berusia kurang lebih 350 tahun, diteruskan generasi kedua

oleh Uyut Sakrim yang berusia kurang lebih 250 tahun, generasi ketiga

oleh Olot Sardani berusia kurang lebuh 126 tahun dan generasi keempat

oleh Abah Usep Suyatma yang kini berusia 46 tahun. Abah Usep

memegang tampuk pimpinan Kasepuhan Cisungsang sejak berusia 18

tahun. Pada tahun 1984 pernah di pegang sementara oleh Olot Naedi

namun tidak sanggup, lalu diserahkan ke Abah Usep Suyatma pada tahun

1989

5.2.1.4 Lembaga Adat

- Abah yaitu pimpinan Kasepuhan, puncak piramida kekuasaan,

memiliki keahlian dalam bidang pertanian (teknis dan simbolis),

pemberi do’a dan restu segala kegiatan masyarakat di Kasepuhan

Cisungsang.

- Dukun bertanggung jawab dalam menangani kesehatan, ritual

pertanian dan siklus hidup.

- Paraji bertanggung jawab dalam menangani masyarakat (ibu-ibu)

dalam proses melahirkan dan pengurusan bayi.

- Bengkong bertanggung jawab dalam menangani dan membantu

masyarakat dalam khitanan.

- Amil bertanggung jawab dalam menangani dan membantu

masyarakat dalam urusan dan pengelolaan zakat, menikahkan,

kematian, urusan kelahiran bekerjasama dengan pemerintah desa dan

kecamatan.

- Panei bertanggung jawab dalam menangani perkakas kerja dalam

bidang pertanian dan kebun.

- Rendangan, tokoh yang dituakan / pimpinan kelompok masyarakat

didasarkan hubungan keluarga dalam suatu dusun, memimpin

anggota dengan jumlah bervariasi. Legitimasi secara turun temurun

jatuh ke anak laki-laki

Page 44: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

37

- Tutunggul lembur (Kasepuhan), yaitu tokoh masyarakat di setiap

Kampung yang bertugas sebagai kepanjangan tangan dari Abah.

- Baris kolot, yaitu tokoh rendangan di Kasepuhan, istilah baris kolot

muncul krtika para rendangan sedang berkumpul bersam dalam

sebuah ritual adat.

- Dukun kolot bertugas menentukan kapan tibanya kidang dan kerti

untuk menentukan waktu dimulainya musim tanam padi, selain itu

tugas dukun kolot juga membaca tanda-tanda gejala alam yang

bersifat gaib, seperti datangnya wabah penyakit ayau bencana.

Dukun kolot harus melakukan ritual tolak bala untuk keselamatan

masyarakat Kasepuhan

- Ulu-ulu bertugas mengatur sistem pengairan di kawasan

Kasepuhan, terutama pengairan utama yaitu irigasi

- Parawari semacam panitia pembantu umum dalam rangkaian adat.

Seperti pada saat Seren Taun.

- Canoli, yaitu juru dapur atau juru masak yang tidak boleh

meninggalkan dapur selama proses acara ritual berlangsung.

- Tukang Para, yaitu orang yang bertugas mengatur berbagai

makanan atau hidangan dalam sebuah acara, istilah ini muncul

karena struktur bangunan rumah adat yang memiliki para (sekat

kosong antara plafon dan atap rumah).

- Juru Leuit, yaitu orang yang bertugas menagtur ketika hendak

dilakukan ritual ngamitkeun pare ti bumi (proses memasukan padi

ke lumbung).

- Juru Seni, yaitu mengatur kesenian.

- Juru Pantun, yaitu orang yang bertugas melantunkan pantun secara

lisan dengan diiringi musik kecapi.

- Tukang Ngala Lauk Cai, yaitu orang yang bertugas mencari bahan

makann khusus untuk acara ritual, sperti mencari keyep (kepiting

kecil jenis air tawar).

Page 45: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

38

5.2.2 Kasepuhan Cicarucub

5.2.2.1 Letak Geografis

Kasepuhan Cicarucub terletak daerah kampung Cicarucub, Desa

Neglasari, Kecamatan Cibeber, kabupaten Lebak. dan sampai saat ini

masih terus tinggal di daerah tersebut. Kasepuhan Cicarucub adalah

salah satu dari 5 Kasepuhan Induk yang ada di Banten Selatan.

Sebaran masyarakatnya selain berada di Kabupaten Lebak, bermukim

juga di Wilayah Kabupaten Pandeglang dan Lampung. Jumlah

Anggota masyarakat Adat Kasepuhan Cicarucub menduduki

peringkat teratas dan penyebaranya terluas.

5.2.2.2 Batas Wilayah

Batas Utara : Sungai Cimayanten

Batas Selatan : Jalan Raya Bayah

Batas Timur : Kampung Cipanggung

Batas Barat : Desa Warung Banten

5.2.2.3 Sejarah

Informasi mengenai sejarah Kasepuahn Cicarucub tidak banyak

disebutkan, hak itu berkenaan dengan aturan adat. Kasepuhan Cicarucub

sejak awal memang menempati Perkampungan di Cicarucub yang terbagi

Gamabr 12 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cicarucub

Page 46: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

39

ke dalam tiga lokasi yaitu, Kampung Cicarucub Girang, Cicarucub

Tengah dan Cicarucub hilir. Kasepuhan Cicarucub dipimpin Oleh ketua

adat yang disebut Oyot, saat ini Kasepuhan Cicarucub dipimpin Oleh

Oyot Enjay. Berikut adalah hierarki kepemimpinan masyarakat adat

Kasepuhan Cicarucub :

- Informasi tidak diperkenankan disebutkan

- Informasi tidak diperkenankan disebutkan

- Uyut Edot

- Ama Dulhana

- Oyot Enjay

Bagian informasi yang tidak disebutkan berkenaan dengan aturan adat

yang tidak membolehkan untuk membuka informasi terkait leluhur

mereka.

5.2.2.4 Lembaga Adat

Menegnai lembaga adat yang terdapat di Kaepuahn Cicarucub, pada

dasarnya sama saja dengan Kasepuhan Cisungsang, hanya perbedaannya

terletak pada penyebutan beberapa istilah saja seperti, penyebutan untuk

ketua adat, kalau Cisungang itu Abah sedangkan Cicarucub itu Oyot.

- Oyot (ketua adat)

- Tutunggul lembur

Gambar 13 : Pusat Kawasan Kasepuhan Cisungsang Foto : Henriana Hatra

Page 47: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

40

- Baris kolot

- Dukun kolot

- Paraji

- Panghulu atau amil kampong

- Ulu-ulu

- Palawari

- Canoli

- Tukang para

- Juru leuit

- Juru seni

- Juru pantun

- Tukang ngala lauk cai

5.2.3 Kasepuhan Citorek

5.2.3.1 Letak Geografis

Kondisi Tofografis Wewengkon Citorek, ketinggian 501-1050 mdpl,

serta dataran tinggi Gunung Sanggabuana dan puncak Pegunungan

Halimun, yang letaknya mengelilingi Citorek. Suhu udara di Citorek

antara 24,5 – 28,8oC. Sebagai wilayah tropis.

5.2.3.2 Batas Wilayah

Batas Utara : Gunung Kendeng/Kecamatan Sobang

Batas Selatan : Pasir Soge/Desa Cihambali

Batas Timur : Gunung Nyungcung/Cibedug

Batas Barat : Parakan Saat/Batu Meungpeuk/Desa Cisitu

5.2.3.3 Sejarah

Masyarakat Kasepuhan Citorek berasal dari Guradog (Jasinga) yang

mulai menetap di Citorek pada tahun 1846. Tujuan perpindahan tersebut

adalah untuk mencari lahan yang luas disebelah selatan Gungung Kendeng

dan untuk mengembangkan pertanian sesuai dengan wangsit dari leluhur.

Pusat kasepuhan berada di wilayah wewengkon adat Citorek meski sempat

beberapa kali berpindah-pindah. Perpindahan ini dilakukan untuk

menjalankan wangsit dari leluhur masyarakat Kasepuhan Pada waktu di

Page 48: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

41

Lebak Singka ada Raja bernama Raja Suna, beliau membawa 2 orang

keturunan Pangawinan (Pacalikan), kedua orang tersebut yaitu sepasang

laki-laki dan perempuan, yang laki-laki dibawa ke Cikaret (Cisungsang,

Cicarucub, dll) disebut Dulur Lalaki dan diberi bekal kemenyan,

sedangkan yang perempuan dibawa ke Citorek disebut Dulur Awewe

diberi bekal Panglay (bangle)

5.2.3.4 Lembaga Adat

Kasepuhan Wewengkon Citorek, Lembaga Adat merupakan Lembaga

yang dianggap formal. Ada tiga lemabag yang dipakai sebagai acuan hidup

masyarakat adat Cioter uaitu, Negara (jaro/lurah), Agama (panghulu),

Karuhun (kasepuhan/kaolotan). Sebagian besar wilayah Kasepuhan

Gambar 14 : Peta wilayah Kasepuhan Citorek

Page 49: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

42

Citorek berada didalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak,

tepatnya di Kampung Guradog, Desa Citorek Timur, Kecamatan Cibeber

Kabbupaten Lebak. Sejak tahun 1802, Kasepuhan Citorek sudah menetap

di wilayah tersebut, meskipun sebelumnya pernah mendiami wilayah lain

disekitarnya. Sebaran Masyarakat Adat Kasepuhan Citorek tersebar di 5

Desa Administrasi yaitu Desa Citorek Sabrang, Citorek Kidul, Citorek

Tengah, Citorek Barat dan CItorek Timur.

Ketua Adat Kasepuhan Citorek adalah “Oyok” saat ini diduduki oleh

Oyok Didi. Dalam menjalankan tugasnya, Oyok dibantu oleh Jaro Kolot,

Panghulu, Juru Basa / Jalan, Bengkong dan Paraji/Indung Berang.

Keberadaan lembaga adat merupakan bagian yang terpenting dalan sistem

kehidupan sosial masyarakatnya. Pemimpin adat merupakan sosok

pemipin yang dipatuhi. Kepatuhan terhadap pemimpin adat merupakan hal

yang tidak dapat terbantahkan. Sesuai dengan kebutuhan komunitas adat,

Adat Kasepuhan Citorek memiliki moment penting yang menjadi latar

belakang terbentuknya struktur kelembagan Adat Kasepuhan Citorek.

Moment ini telah membetnuk posisi-posisi/jabatan-jabatan tertentu sesuai

dengan fungsinya dalam kelembagaan Adat Kasepuhan Citorek, moment

yang dimaksud adalah:

- Kelahiran

- Kehidupan /Penghidupan

- Kematian.

Peristiwa kelahiran menjadi cikal bakal adanya jabatan Bengkong,

peristiwa Kehidupan melahirkan jabatan Jaro Adat dan peristiwa Kematian

melahirkan jabatan Panghulu dalam struktur Adat Kasepuhan Citorek.

Adapun adanya baris kolot dalam struktur merupakan bagain dari

kebutuhan seorang pemimpin terhadap struktur dalam mengawal setiap

kebijakan yang akan ditetapkan32

32http://pancercitorek.blogspot.co.id/2013/01/wewengkon-adat-kasepuhan-citorek.htmldiaksespada18Juni2017pukul10:48

Page 50: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

43

5.2.4 Kasepuhan Cirompang

5.2.4.1 Letak Geografis

Wilayah Desa Cirompang secara geografis berada di sekitar hamparan

kawasan Gunung Halimun Salak maka secara kontur alam berupa

pegunungan. Sementara secara administratif Desa Cirompang masuk ke

wilayah administratif Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten. Akses menuju Desa Cirompang antara lain dapat ditempuh dari

Kota Rangkasbitung (Ibu Kota Kabupaten) melalui Gajrug-Mucang-

Cirompang dengan waktu tempuh lebih kurang 3 jam. Dari arah Jawa

Barat (Kabupaten Bogor) melalui Jasinga-Cipanas-Cirompang dengan

waktu tempuh lebih kurang 4 jam perjalanan.

5.2.4.2 Batas Wilayah

Batas Utara :Desa Sukaresmi Kecamatan Sobang

Sebelah Selatan :Desa Citorek Timur-Tengah-Barat Kecamatan

Cibeber

Sebelah Timur :Desa Sukamaju Kecamatan Sobang

Batas Barat :Desa Sindang Laya Kecamatan Sobang

5.2.4.3 Sejarah

Berdasarkan pemaparan atau penuturan masyarakat bahwa

masyarakat sudah bermukim di wilayah Desa yang dinamakan

‘Cirompang’ ini sejak masa penjajahan Belanda. Jaro Sarinun menuturkan

bahwa Desa Cirompang merupakan pemekaran dari Desa Sukamaju pada

tahun 1988. Olot Amir menyatakan bahwa asal kata ‘Cirompang’ dari kata

‘Ci/Cai’ yang berarti air atau sungai dalam bahasa Sunda dan nama sebuah

bukit yaitu Gunung Rompang yang ada di wilayah Desa. Konon ceritanya

menurut Olot Amir bahwa berdasarkan kepercayaan masyarakat di semua

tempat memiliki ‘penghuni’. Ketika itu ada burung Garuda yang

bertengger di Gunung Bongkok yang letaknya di sekitar Gunung

Rompang dan dirasakan akan mengganggu kehidupan penghuni setempat

sehingga harus diusir dengan cara dilempari dengan tanah gunung. Alhasil

gunung tersebut tampak ’rarompang’ (bahasa Sunda berarti tidak utuh).

Page 51: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

44

Gambar 15 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cirompang

Page 52: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

45

Runutan Kaolotan cirompang

Citorek

- Olot Sarsiah, Olot Sawa, Olot Sahali, Olot Amir (Sekarang)

Ciptagelar

- Olot Selat, Olot Jasim, Olot Sali, Olot Opon (Sekarang)

Ciptagelar

- Olot Sata, Olot Nalan, Olot Nasir, Olot Upen (Sekarang)

Menurut Olot Amir bahwa masyarakat yang bermukim di Desa

Cirompang merupakan keturunan/incu putu dari Kasepuhan Citorek dan

Ciptagelar. Hingga sekarang ada 3 Kaolotan di Desa Cirompang.

Masyarakat Cirompang memiliki bentuk kelembagaan tersendiri dalam

menata keseharian kehidupan Desa Cirompang. Secara umum

kelembagaan yang ada terbagi menjadi dua, yaitu kelembagaan yang

terkait dengan urusan adat dan kelembagaan yang terkait dengan urusan

desa (kenegaraan). Olot Amir menyatakan bahwa kelembagaan adat di

Cirompang ini bukan sebagai pengambil keputusan dalam urusan adat,

Gambar 16 : Rumah adat Kasepuhan Cirompang Foto : Henriana Hatra

Page 53: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

46

melainkan hanya garis koordinasi dan komunikasi; karena pengambil

keputusan dalam urusan adat tetap berada di pusat Kasepuhan Citorek dan

Ciptagelar. Hasil diskusi dengan para kokolot di Kasepuhan Cirompang

pada tahun 2009, bahwa kokolot dibantu oleh barisan pager sebagai

lapisan koordinasi pertama dan lajer sebagai lapisan kedua koordinasi

sebagai saluran informasi-informasi terkait urusan adat, khususnya dalam

konteks pertanian (tatanen). Oleh karena itu lajer tersebar di setiap

kampung di Desa Cirompang.

5.2.4.4 Lembaga Adat

Secara umum kelembagaan yang ada terbagi menjadi dua, yaitu

kelembagaan yang terkait dengan urusan adat dan kelembagaan yang

terkait dengan urusan Desa (kenegaraan). Olot Amir menyatakan bahwa

kelembagaan adat di Cirompang ini bukan sebagai pengambil keputusan

dalam urusan adat, melainkan hanya garis koordinasi dan komunikasi;

karena pengambil keputusan dalam urusan adat tetap berada di pusat

Kasepuhan Citorek dan Ciptagelar. Kokolot dibantu oleh barisan pager

sebagai lapisan koordinasi pertama dan lajer sebagai lapisan kedua

koordinasi sebagai saluran informasi-informasi terkait urusan adat,

khususnya dalam konteks pertanian (tatanen). Selanjutnya masing-masing

lajer akan mengkomunikasikan kepada masyarakat adat di Cirompang.

Oleh karena itu lajer tersebar di setiap kampung di Desa Cirompang. Hal

lain yang menjadi ciri spesifik kelembagaan adat di Desa Cirompang

memiliki perangkat adat yang antara lain memiliki fungsi dan tugas

tersendiri, yaitu :

- Juru Basa bertugas mengurus keperluan orang luar terkait dengan

adatKasepuhan, mendampingi kasepuhan (Olot) - Pager/Lajer bertugas mengurus Incu-Putu (Warga) yang tersebar di beberapa

kampung - Amil bertugas mengurus pernikahan dan kematian

- Ma Beurang bertugas mengurus persalinan (kelahiran) - Palawari bertugas mengurus acara-acara hajatan (Kasepuhan dan Warga)

Page 54: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

47

5.2.5 Kasepuhan Karang

5.2.5.1 Letak Geografis

Secara administratif Kasepuhan Karang masuk ke dalam Desa

Jagaraksa, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak. Kasepuhan Karang

berada di jalur lintas antara Kecamatan Sobang - Kecamatan Sajira –

Kota Rangkasbitung. Kondisi jalan aspal dan sebagian berbatu. Letak

Kasepuhan Karang ini dapat dibilang agak jauh, sekitar 35 km, dari pusat

pemerintahan Kabupaten Lebak di Rangkasbitung.

5.2.5.2 Batas Wilayah

Batas Utara : Kampung Pondok Raksa Desa Cikarang

Batas selatan : Kampung Cilunglum-Cibinglum Desa Jagaraksa

Batas Timur : Desa Kumpay

Batas Barat : Kampung Pasir Nangka Desa Pasir Nangka

Gambar 17 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cirompang

Page 55: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

48

5.2.5.3 Sejarah

Kasepuhan Karang berasal dari turunan Bongbang. Bongbang

memiliki arti pasukan kerajaan yang bertugas membuka atau membuat

kampung. Sedangkan kata Bobojong adalah fase atau proses cikal bakal

terbentuknya kampung. Oleh sebab itu Kampung Karang disebut juga

sebagai Bobojong Bongbang. Orang karang berasal dari Kampung

Kosala (Lebak Sangka sekarang), komunitas ini diberikan tugas oleh

leluhur mereka untuk menjaga serta memelihara situs kosala sehingga

dalam satu tahun sekali situs kosala (karamat) masih di pelihara

(jiarah/pangjarahan) oleh Kokolot Karang. Situs Kosala dianggap sebagai

titipan (anu dititipkeun). Versi lain menyebutkan arti Bongbang adalah

anu Ngaratuan (Ratu) sedangkan kelompok lain adalah sajira diartikan

sebagai Panglima.

Kasepuhan Karang mengalami fase perpindahan dari Kosala pindah

ke kampung Lebuh saat ini secara administratif masuk di kecamatan

Cimarga. Dari Lebuh kemudian berpindah lagi ke Sindangwangi

Muncang. Dari Sindangwangi kemudian pindah ke Kampung Bagu

Ciminyak. Dari Bagu Ciminyak kemudian ke Kampung karang hingga

saat ini. Proses perpindahan kemudian akan terjadi lagi dari Karang akan

berpindah ke lahan cawisan yaitu Lebakpatat kemudian ke Kosala dan

Gambar 18 : Rumah Adat Kasepuhan Karang Sumber : https://arikaharmon.wordpress.com/2016/10/01/mengungkap-komunitas-adat-kasepuhan-karang-belajar-memposting-di-wordpress/

Page 56: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

49

berakhir di wilayah jasinga. Proses perpindahan didasarkan pada wangsit

yang diterima oleh kokolot. Perpindahan pun sangat dipengaruhi oleh

masuknya ajaran agama. Sehingga proses pindah hanya diikuti oleh

kokolot dan baris kolot (pemangku adat) sedangkan incu putu diberikan

keleluasaan untuk menetap tinggal dikampung yang telah didiami dengan

filosofi “ngaula karatu tumut kajaman” yang memiliki arti mengikuti

dinamika perubahan jaman yang berlangsung artinya kaolotan karang

memberikan kebebasan bagi warganya untuk menentukan pilihan.

Sedangkan wilayah-wilayah yang dijadikan perpindahan adalah wilayah

adat keturunan Bongbang atau dikenal oleh masyarakat kasepuhan karang

adalah tanah bongbang. Diperkirakan dari mulai jaman Belanda-Jepang

sudah sampai di Kampung Karang dan telah mengalami pergantian empat

kokolot yaitu Kolot Asmir, Kolot Narsim, Kolot Sadin, Kolot Icong.

5.2.5.4 Lembaga Adat

Kasepuhan seperti halnya sebuah negara memiliki wilayah, penduduk

dan juga pemerintahan. Lembaga adat Kasepuhan Karang hingga saat ini

ada dipimpin oleh Kokolot atau Olot.

Gambar 19 : Sawah dan hutan sebagai jantung dan paru-paru masyarakat adat Kasepuhan Foto : Henriana Hatra

Page 57: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

50

- Baris Kolot ini terdiri dari Wakil kokolot/Jurubasa bertugas untuk

mewakili kasepuhan berhubungan dengan pihak luar.

- Pangiwa bertugas menjaga ketertiban kampung serta memimpin

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan.

- Ronda kokolot bertugas menjaga keamanan Imah Geude atau rumah

kasepuhan.

- Amil bertugas mengajarkan pemahaman agama, prosesi kematian dan

pernikahan.

- Ma beurang/Paraji bertugas melayani kelahiran.

- Bengkong bertugas melayani incu putu untuk khitanan

- Palawari bertugas mengatur serta melayani tamu pada saat hajatan

atau kegiatan adat yang dijalankan oleh kasepuhan.

5.2.6 Kasepuhan Pasir Eurih

5.2.6.1 Letak geografis

Kasepuhan Pasireurih secara administratif masuk di Desa Sindanglaya

Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Banten. Menuju ke kasepuhan ini

ditempuh dengan perjalanan selama 3 jam menggunakan angkutan umum

kendaran roda empat dari Rangkasbitung ibu Kota Kabupaten Lebak

Banten. Sedangkan dengan kendaraan pribadi menghabiskan waktu

tempuh 1,5 – 2 jam dengan jarak 62 Km

5.2.6.2 Batas Wilayah

Batas Utara : Kasepuhan Sindangagung

Batas Selatan : Kasepuhan Cirompang

Batas Timur : Kasepuhan Bongkok

Batas Barat : Desa Sukajaya Kecamatan Sobang Lebak

5.2.6.3 Sejarah

Kasepuhan Pasireurih berasal dari Bogor. Masyarakat Adat

Kasepuhan Pasireurih mengartikan Bogor adalah Bongol atau Canir yang

artinya pusat atau asal muasal. Masyarakat kasepuhan meyakini bahwa

nenek moyang (Karuhun) yang ada di Pasireurih berasal dari Cipatat yang

Page 58: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

51

melakukan perjalanan lewat jalur tengah. Perjalanan menuju Pasireurih

melewati wilayah Cibarani (sekarang Desa Pasirmadang Bogor)

kemudian Leuwijamang- Cisalak –Sarongge (Desa Cisarua Bogor) –

Sampay - Cibanung (Desa Lebaksitu Lebak) dan berakhir di Muhara

Cirompang (Desa Cirompang Lebak). Wilayah yang dilaui oleh Karuhun

merupakan bekas pemukiman (patilasan) dan saat ini menjadi rendangan

dari Kasepuhan Cipatat.

Sebelum pada akhirnya menetap di Pasireurih. Rombongan dibagi dua

di Muhara Cirompang. Rombongan pertama melanjutkan perjalanan ke

wilayah selatan yang merupkan cikal bakal dari Kasepuhan Cicarucub

sedangkan Rombongan kedua menetap di Pasireurih.Pasireurih mendapat

mandat untuk menjaga Gunung Bongkok sebagai Titipan untuk incu putu.

5.2.6.4 Lembaga Adat

Kasepuhan Pasireurih telah mengalami delapan kali pergantian sesepuh

(abah) sebagai kepala adat yang bisa diketahui yaitu :

1. Uyut Asif

2. Abah Sarmali

3. Abah Sarmain

4. Abah Ijot

5. Abah Murta

6. Abah Jasura

7. Abah Epeng

8. Abah Aden

Abah (Pupuhu ) Kasepuhan sebagai kepala adat Kasepuhan berperan

sebagai penanggung jawab atas segala urusan yang dititipkan oleh karuhun

dalam melayani kepentingan incu putu menuju keselamatan dunia dan

akhirat. Hal ini dikenal dalam filosopi “Nungtun Karahayuan Nyayak

Kamokahaan”. Dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua adat

kasepuhan Abah dibantu oleh Baris Kolot yang masing-masing memiliki

tugas yaitu :

Page 59: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

52

- Palu bertugas untuk mempertimbangkan keputusan sekaligus

memberikan masukan (penasehat) kepada Abah

- Lajer bertugas memberikan nasihat atau peringatan kepada kasepuhan

Gambar 20 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan Karang

Page 60: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

53

- Juru Serat/Surat bertugas untuk menyampaikan informasi kepada

incu putu dan menjadi penyambung menyampaikam kepentingan dari

incuputu ke kasepuhan

- Juru Basa bertugas menyampaikan informasi tentang tentang

Kasepuahan

- Juru Masak Mengatur masakan untuk kepentingan ritual

- Canoli bertugas menjadi juru gowah atau mempersiapkan sesajen

- Lukun bertugas mempersiapkan Alat ritual Seren taun

- Ronda Kokolot bertanggung jawab untuk hal-hal keamanan

- Palawari bertugas melayani tamu, mempersiapkan tempat

5.2.7 Sistem Pertanian Masyarakat Adat Kasepuhan

Berada di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

menjadikan masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian. Masyarakat Adat Kasepuhan menyadari

bahwa dalam pengelolaan alam, masyarakat harus menitikberatkan pada

keseimbangan. Artinya, apa yang diambil, harus berbanding lurus dengan

apa yang diberikan terhadap alam. Sistem pertanian di masyarakat adat

Kasepuhan terbagi menjadi dua, yaitu sistem pertanian lahan kering atau

huma dan pertanian lahan basah atau sawah, selain keduanya terdapat juga

ladang atau perkebunan yang ditnamai berbagai macam pohon kayu dan

buah-buahan serta aneka pangan lain.

Gambar 21 : Proses panen/ngetem di masyarakat Kasepuhan Foto : Joe

Page 61: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

54

Pertanian lahan basah atau sawah pengerjaannya relatif lebih lama.

Bagi masyarakat Kasepuhan bertani sawah merupakan sebuah keharusan,

bahkan bagi masyarakat yang tidak mempunyai sawah pun tetap bisa

menggarap sawah orang lain atau istilahnya nengah yaitu sistem bagi

hasil. Berbeda dengan pertnian lahan kering yang tidak tergantung pada

air, pertanian sawah lebih membutuhkan perhatian ekstra agar kondisi air

tetap terkontrol. Berikut ini adalah tahapan pertnian lahan basah (sawah).

Tabel 3 : Tahapan pertanian sawah

No Tahapan Pengertian Lama

Waktu

Dilakukan Oleh

Perempuan Laki-laki

1 Beberes Ritual persiapan

awal 1 bulan Kasepuhan

2 Macul Membajak sawah 1 bulan √

3 Babad

Membersihkan

rumput di areal

pematang sawah

1 hari √ √

4 Tebar Menyemai bibit padi 1 hari √

5 Babut Memindahkan padi

dari pembibitan 1 hari √

6 Tandur Menanam padi 1

minggu √ √

7 Ngoyos Membersihakn padi

dari gulma √ √

8 Ngubaran Selamatan untuk 1 √ √

Page 62: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

55

menjaga sekaligus

mengusir hama

penyakit

minggu

9 Mapag Pare

beukah

Ritual menyambut

padi saat muali

berbuah

1 hari √ √

10 Salamet

mipit pare

Selamatan ketika

hendak memulai

panen

1 hari √ √

11 Mipit

Ritual pertama kali

akan memanen padi

(dilakukan di

pungpuhunan)

1 hari √

12 Dibuat/Nget

em Panen padi

2

minggu √ √

13 Ngalantai Menjemur padi di

lantaian 1 hari √ √

14 Mocong

Membersihkan dan

merapikan padi

ketika hendak

disimpan

1

minggu √ √

15 Ngunjal Memindahkan padi

dari lantian ke leuit 1 hari √

16 Netepkeun/

ngadiukeun

Ritual saat hendak

menyimpan padi di

leuit

I hari √ √

Page 63: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

56

Pertanian lahan kering (huma) di masyrakat adat sangatlah unik, setiap

rangkaian atau tahapan proses bercocok tanam (menanam padi) harus

melalui berbagai tahapan ritual adat, mulai dari memilih bibit sampai

menjelang panen tiba, berikut ini adalah tahapan mengelola huma :

Tabel 4 : Proses atau tahapan Ngahuma

17 Seren Taun Rangkaian puncak

pesta panen

1

minggu Kasepuhan

No Tahapan Pengertian Lama

Waktu

Dilakukan Oleh

Perempuan Laki-

laki

1 Beberes Ritual persiapan

awal 1 bulan Kasepuhan

2 Nyacar Membersihkan

lahan 1 bulan √ √

3 Ngahuru

Membakar puing

sisa-sisa

membersihkan

lahan

1 hari √ √

4 Ngaduruk

Membakar sisa

ngahuru agar lebih

bersih

1 hari √ √

5 Ngaseuk Menanam atau 1 hari √ √

Page 64: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

57

menyemai benih

padi

6 Ngored Membersihkan

rumpul liar/gulma

1

minggu √ √

7 Ngubaran

Selamatan untuk

menjaga sekaligus

mengusir hama

penyakit

1

minggu √ √

8

Mapag

Pare

beukah

Ritual menyambut

padi saat muali

berbuah

1 hari √ √

9 Salamet

mipit pare

Selamatan ketika

hendak memulai

panen

1 hari √ √

10 Mipit

Ritual pertama kali

akan memanen

padi (dilakukan di

pungpuhunan)

1 hari √

11 Dibuat/Nge

tem Panen padi

2

minggu √ √

12 Ngalantai Menjemur padi di

lantaian 1 hari √ √

13 Mocong

Membersihkan dan

merapikan padi

ketika hendak

disimpan

1

minggu √ √

Page 65: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

58

Jenis padi yang ditanam di sawah dan di huma adalah jenis yang

berbeda, namun umumnya jenis-jenis padi yang ditanam di sekitar

masyarakat adat kasepuhan diantaranya yaitu, Rajawesi, Srikuning, Cere,

Kui, Kewal, Cere Ketan, Langkasari, Ketan Bogor, Ketan Tawa, Ketan

Putri, Ketan Hideung dan Gantang, Pare nete, Ketan langsari, Cere

markoti, Keta,Ketan Putri, Cere Marire, Jamu, Emas, Gantang, Kewal,

Cere Belut, Pare Beunteur, Ketan Odeng, Ketan Nangka, Pare Peuteuy,

Pare Seksek,Pare Mute, Pare Kadut, Pare Sirimahi,Pare Jogja, Apel dan

masih banyak lagi jenis nama-nama padi yang di tanam di masyarakat

Kasepuhan Banten Kidul.

5.2.8 Keanekaragaman Flora dan Fauna

Kawasan TNGHS merupakan representasi hutan hujan yang memiliki

berbagai macam keanekaragaman flora dan faunanya, hal ini pula

berdampak pada wilayah Kasepuhan yang memang awalnya merupakan

daerah yang sama, hanya saja mengalaim perubahan setelah adanya

pemukiman masyarakat adat di sekitarnya.

14 Ngunjal Memindahkan padi

dari lantian ke leuit 1 hari √

15 Netepkeun/

ngadiukeun

Ritual saat hendak

menyimpan padi di

leuit

I hari √ √

16 Seren Taun Rangkaian puncak

pesta panen

1

minggu Kasepuhan

Page 66: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

59

namun secara vegetasi baik yang merupakan kawasan Taman Nasional

maupun masyarakat Kasepuhan memiliki flora dan fauna yang sejenis.

Meski dibeberpa daerah Kasepuhan ada yang berbeda, tapi gambaran

keseluruhan flora yang terdapat di areal kasepuhan Banten Kidul antara

lain :

Tabel 5 : Flora di Kawasan Kasepuhan Masyarakat Adat Banten Kidul

No Nama

Tanaman

Kategori Habitat Nama

Tanaman

Kategori Habitat

1 Rasamala Kayu Hutan Singkong Palawija Huma/ladang

2 Puspa Kayu Hutan Ubi Palawija Huma/ladang

3 Mahoni Kayu Hutan Talas Palawija Huma/ladang

4 Pasang Kayu Hutan Pisang Palawija Huma/ladang

5 Maranti Kayu Hutan Tiwu Endog Palawija Huma/ladang

6 Afrika Kayu Kebun Kentang Sayur Huma/ladang

7 Jengjeng Kayu Kebun Waluh Palawija Huma/ladang

8 Ki Maja Kayu Kebun Pete Sayur Huma/ladang

9 Ki Buluh Kayu Kebun Jengkol Sayur Huma/ladang

10 Ki Bancet Kayu Kebun Lamtoro Sayur Huma/ladang

11 Ki

Bangkong

Kayu Kebun Lada Rempah Huma/ladang

Gambar 22 : Tanamn Kapol (tanamn obat) tumbuh subur dan dibudidayakan oleh masyarakat adat Foto : Joe

Page 67: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

60

12 Ki

Sampang

Kayu Kebun Cengkeh Rempah Huma/ladang

13 Ki

Ronyok

Kayu Kebun Rinu Obat Huma/ladang

14 Saninten Kayu Kebun Kunir Palawija Huma/ladang

15 Kalimorot Kayu Kebun Koneng

Geude

Palawija Huma/ladang

16 Ki Awi Kayu Kebun Babanyaran Palawija Huma/ladang

17

18

Ki Putri

Ki Bima

Kayu

Kayu

Kebun

Kebun

Lampuyang

Babadotan

Palawija

Palawija

Huma/ladang

Huma/ladang

20

Kalapa

Ciung

Kayu

Kebun

Nilam Palawija Huma/ladang

21

Kokosan

Monyet

Kayu

Kebun

Ki Beling Palawija Huma/lading

22

Huru

Madang

Kayu

Kebun

Seureuh

Palawija Huma/ladang

23 Huru hiris Kayu Kebun Pining Palawija Huma/ladang

24

Huru

Sampalan

Kayu

Kebun

Ranyang

Palawija Huma/ladang

25 Jurang Kayu Kebun Akar

Kawung

Palawija Huma/ladang

26 Huru batu Kayu Kebun Pinang Palawija Huma/ladang

27 Ki Kawat Kayu Kebun Rane Palawija Huma/ladang

28 Ki Besi Kayu Kebun Taras Tulang Palawija Huma/ladang

29 Ki Pinang Kayu Kebun Manganeh Palawija Huma/ladang

30 Salam Kayu Kebun Rende Palawija Huma/ladang

31 Ki Sereh Kayu Kebun Ki Lampahan Palawija Huma/ladang

32 Ki Sapi Kayu Kebun Buah Mahuni Palawija Huma/ladang

33 Hamirung Kayu Kebun Paku Palawija Huma/ladang

34 Laban Kayu Kebun Kapipingkel Palawija Huma/ladang

Page 68: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

61

35 Ki Padali Kayu Kebun Buah Picung Obat Huma/ladang

36 Manglid Kayu Kebun Randu Obat Huma/ladang

37 Ceuri Kayu Kebun Ki Sereh Obat Huma/ladang

38 Ki

Sebrang

Kayu Kebun Areuy

Kidang

Obat Huma/ladang

39 Waru Kayu Kebun Aawian Obat Huma/ladang

40 Cangcarat

an

Kayu Kebun Kapol Obat Huma/ladang

41 Kitamarga Kayu Kebun Jukut Bau Obat Huma/ladang

42 Bareubeuy Kayu Kebun Beuti

Ganawang

Obat Huma/ladang

43 Tulak

Tangul

Kayu Kebun Cecenet Obat Huma/ladang

44 Ki Kacang Kayu Kebun Capeu Obat Huma/ladang

45 Dawolong Kayu Kebun Kumis Ucing Obat Huma/ladang

46 Leungsir Kayu Kebun Jawer Kotok Obat Huma/ladang

47 Cangkalak Kayu Kebun Kukuk Palawija Pekarangan

48 Ki

Beureum

Kayu Kebun Lengkuas Palawija Pekarangan

49 Gintung Kayu Kebun Jahe Palawija Pekarangan

50 Dahu Kayu Kebun Pisang

Kepok

Buah Kebun

51 Ki Tano Kayu Kebun Pisang

Sarebu

Buah Kebun

52 Ki Sawo Kayu Kebun Pepaya Buah Kebun

53 Laka Kayu Kebun Kedondong Buah Kebun

54 Palahlar Kayu Kebun Erbis Buah Kebun

55 Angrit Kayu Kebun Kopi Buah Kebun

56

Huru

Carulang

Kayu

Kebun

Coklat Buah Kebun

57 Ki Sigeng Kayu Kebun Gandarasa Buah Kebun

Page 69: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

62

58 Bengang Kayu Kebun Salak Buah Kebun

59 Ki Amis Kayu Kebun Pisang

Lampeneng

Buah Kebun

60 Ki

Cariang

Kayu Kebun Pisitan Buah Kebun

61 Tenyo Kayu Kebun Jambe Buah Kebun

62 Cengal Kayu Kebun Jambu Batu Buah Kebun

63 Teureup Kayu Kebun Jambu Buah Kebun

64 Dadap Kayu Kebun Cingcolo Buah Kebun

65 Jirak Kayu Kebun Jambu Air Buah Kebun

66 Parengpen

g

Kayu Kebun Jambu Bol Buah Kebun

67 Rengas Kayu Kebun Jambu

Monyet

Buah Kebun

68 Hantap Kayu Kebun Jeruk Nipis Buah Kebun

69 Bungur Kayu Kebun Jeruk Bali Buah Kebun

70 Katulamp

a

Kayu Kebun Pisang

Hurang

Buah Kebun

71 Jeret Kayu Kebun Pisang Abu Buah Kebun

72 Tengek

caah

Kayu Kebun Pisang Sepet Buah Kebun

73 Kiara Kayu Kebun Mang Pelem Buah Kebun

74 Karoya Kayu Kebun Darmayu Buah Kebun

77 Nangka Buah Kebun Manggis Buah Kebun

78 Durian Buah Kebun Duku Buah Kebun

79 Rambutan Buah Kebun Jatake Buah Kebun

80 Picung Buah Kebun Kokosan Buah Kebun

81 Kelapa Buah Kebun Limus Buah Kebun

82 Kacapi Buah Kebun Kaweni Buah Kebun

Sumber : RMI

Page 70: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

63

Selain flora, jenis fauna di setiap Kasepuhan hampir serupa,

meskipun ada sedikit beberap perbedaan dipenamaannya saja. Fauna di

Kawasan Masyarakat adat Banten Kidul terbagi kedalam hewan peliharaan

dan hewan liar yang mendiami wilayah di sekitar Kasepuhan. Berikut ini

adalah macam-macam fauna :

Tabel 6 : Fauna di Kawasan Masyarakat Adat Banten Kidul

No Nama Satwa Kategori Habitat

1 Kerbau Peliharaan Pemukiman/Sawah/Kebun

2 Kambing Peliharaan Pemukiman/Kebun

3 Domba Peliharaan Pemukiman/Kebun

4 Bebek Peliharaan Pemukiman

5 Ayam Peliharaan Pemukiman

6 Monyet Liar Hutan/Leuweung

7 Bagong/Babi Hutan Liar Hutan/Leuweung

8 Ikan Benteur Liar Sungai

9 Ikan Kehkel Liar Sungai

Gambar 23 : Kerbau adalah satwa peliharaan masyarakat adat, setiap satu ekor kerbau diwajibkan membayar cacah jiwa sebesar Rp 5000 Foto : Joe

Page 71: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

64

10 Ikan Bogo Liar Sungai

11 Ikan Mas Peliharaan Pemukiman/Kebun

12 Ikan Mujair Peliharaan Pemukiman/Kebun

13 Ikan Nila Peliharaan Pemukiman/Kebun

14 Ikan Lele Peliharaan Pemukiman/Kebun

15 Ikan Jeler Liar Sungai

16 Ikan Sengal Liar Sungai

17 Ikan Nanyeng Liar Sungai

18 Ikan Regis Liar Sungai

19 Ikan Sarompet Liar Sungai

20 Ikan Mayo Liar Sungai

21 Belut Liar Sawah

22 Ikan Amis Pinang Liar Sungai

23 Ikan Bungkreng Liar Sungai

24 Ikan Serewet Liar Sungai

25 Ikan Tampele Liar Sungai

26 Lubang Liar Sungai

27 Keuyeup Liar Sungai

28 Hurang Liar Sungai

29 Beragam jenis

burung

Liar Alam

30 Tawon Liar Alam

5.3 Konsep Hutan Masyarakat Hukum Adat

Masyarakat Adat Kasepuhan hidup bergantung pada alam, mereka

memanfaatkan apa yang alam sediakan tanpa mengambilnya scara

berlebihan. Pemahaman tentang menjaga alam sudah tertuang sejak

Kasepuhan itu ada, hal ini terbukti melalui beberapa tatali paranti karuhun

yang isinya mengacu pada bagaiamna seharusnya hidup menyelaraskan

dengan alam, seperti pemahaman konsep tentang hutan misalnya. Konsep

Page 72: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

65

hutan, masyarakat punya pandangan tersendiri. Jika pemerintah

mempunyai program zonasi hutan lindung, maka masyarakat adat

Kasepuhan mengenal adanya leuweung tutupan, leuweung titipan,

leuweung awisan dan leuweung garapan/sampalan yang merupakan

bagian dari tatali paranti karuhun.

- Leuweung Tutupan, disebut juga leuweung kolot/leuweung geledegan

(rimba), merupakan sebuah lahan hutan yang masih terjaga

keasliannya. Habitat dan vegetasinya masih tidak tersentuh.

Masyarakat adat mengkategorikan hutan ke dalam hutan larangan yang

sama sekali tidak boleh diganggu gugat, bahkan masyarakat adat

meyakini bahwa hutan ini dijaga oleh makhluk gaib, dan siapapun

yang mencoba memasuki dan mengganggu keaslian hutan ini akan

tertimpa kabendon (kuwalat). Ketika sudah berhubungan dengan

kabendon atau sesuatu yang melanggar aturan adat maka tidak ada

tawar menawar lagi bagi masyarakat hukum adat.

- Leuweung Titipan, lahan hutan ini merupakan titipan dari karuhun.

Mengenai penggunaannya masyarakat adat belum diizinkan sebelum

ada wangsit dari karuhun untuk membuka atau menggarapnya. Aturan

pada hutan ini tidak seketat leuweung tutupan, jika memang ada

kebutuhan mendesak yang harus diambil dari hutan ini, maka masih

bisa dimasuki namun harus celuk (meminta izin kepada karuhun).

- Leuweung Awisan, yaitu hutan atau lahan cadangan yang akan

digunakan untuk lahan pemukiman atau lahan garapan pada masa yang

akan datang, setelah ada perintah atau wangsit yang mengharuskan

untuk berpindah atau ngalalakon (berkelana). Pusat kasepuhan

memang selalu berpindah-pindah sesuai perintah karuhun. sehingga

bukan tidak mungkin jika kepindahannya bukan semakin ke tempat

yang ramai, tapi justru semakin menjauh dan terpencil memasuki lahan

atau hutan baru.

- Leuweung sampalan, lahan hutan ini merupakan hutan garapan yang

digunkan untuk pemukiman dan lahan pertanian.

Page 73: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

66

Pemahaman tentang konsep hutan ini merupakan sebuah kearifan lokal

yang bahakn sudah ada sebelum gaung pembagian zonasi hutan lindung

oleh pemerintah, artinya masyarakat adat Kasepuhan sejak dahulu sudah

memahami betapa pentingnya hutan untuk kehidupan, hutan adalah sirah

cai (sumber mata air) sehingga jika merusak hutan maka artinya merusak

sumber air, dan merusak sumber air bearti merusak keberlangsungan hidup

masyarkat adat.

Pemanfaatan hasil hutan seperti kayu untuk membangun rumah juga

dibatasi. beberpa pohon yang diperbolehkan untuk digunakan untuk

membangun rumah yaitu, pohon puspa, kisereh dan pasang. Dibeberpa

kasepuhan akan sedikit berbeda, tapi satu hal yang pasti bahwa

penggunaan hasil hutan dibatasi hanya sekedar untuk kebutuhan

mendesak saja, hasil hutan lain yang boleh dimanfaatkan adalah tanaman

obat yang terdapat dihutan, pohon gaharu dan pohon kemenyan yang

digunakan juga sebagai alat ritual adat, selain itu ada pula rotan yang

digunakan untuk bahan pembuatan berbagai perkakas dapur dan perkakas

lain yang memang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk

membuat kaneron (tas tradisional dari rotan). Pemnafaatan yang serba

dibatasi, artinya sangat mempertimbangkan kelangsungan atau kelestarian

Gambar 24 : Pemanfaatna hutan sampalan untuk kebutuhan lahan pemukiman dan pertanian Foto : Henriana Hatra

Page 74: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

67

hutan itu sendiri, hal ini sangat bertolak belakang dan para oknum yang

mengekplorasi hutan tanpa tnaggung jawab. Mereka melakukan

penebangan hutan untuk kepentingan pribadi.

Sementara itu konsep hutan adat diatur dalam Peraturan Daerah no 8 tahun

2015 tentang, Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat

Hukum Adat. Disitu dijelaskan bahwa :

- Leuweung Kolot atau disebut dengan Leuweung Tutupan adalah

wilayah adat yang berdasarkan hukum adat dipertahankan sebagai

wilayah konservasi lingkungan.

- Leuweung Titipan atau Cawisan adalah wilayah adat yang berdasarkan

hukum adat dipertahankan sebagai wilayah cadangan untuk kegiatan

pemanfaatan tanah dan sumber daya alam.

- Leuweung Sampalan atau Garapan adalah wilayah adat yang

berdasarkan hukum adat dipergunakan untuk kepentingan mata

pencaharian atau pemukiman masyarakat hukum adat.

- Leuweung Kolot atau Titipan adalah hutan adat yang berada di dalam

wilayah adat.

Dari sekian banyak Kasepuhan yang ada di Kabupaten Lebak, baru

Kasepuhann Karang yang sudah secara resmi mempunyai hutan adat

sendiri dan sudah disahkan langsung oleh Presiden. Mengutip pemberitaan

yang di muat di halaman RMI Bogor

“Masyarakat Kasepuhan Karang, Lebak, Banten, kini bisa bernafas lega.

Pasalnya, perjuangan selama tiga tahun untuk mendapatkan pengakuan

hak hutan adat dari pemerintah dapat diwujudkan. Setelah melewati dua

kali tahap verifikasi dan validasi sejak pengajuan penetapan hutan adat 5

Oktober 2015, hari ini (30/120), Presiden Jokowi menetapkan status hutan

seluas 486 hektar yang dikelola turun-temurun oleh masyarakat adat

Kasepuhan Karang.

Page 75: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

68

Luas hutan adat Kasepuhan Karang yang ditetapkan adalah 485,366

hektar yang terdiri dari 389,207 hektar hutan tutupan dan hutan titipan

dan 96 hektar di wilayah Gunung Haruman masyarakat adat Kasepuhan

Karang. Luas tersebut dalam SK Penetapan Hutan Adat menjadi 486

hektar, dengan keterangan 462 hektar berada dalam wilayah TNGHS

(Taman Nasional Gunung Halimun Salak) dan 24 hektar berada di

wilayah APL (Areal Penggunaan Lain).

“Alhamdulillah hutan adat kami sekarang sudah diakui pemerintah, ibu

menteri sangat memahami apa yg dibutuhkan oleh masyarakat adat. Ini

tentu menjadi penguat semangat kami untuk memperkuat pengelolaannya,

termasuk keterlibatan anak muda adat,” ujar Kepala Desa Jagaraksa,

Jaro Wahid, sebagai perwakilan Kasepuhan Karang.”33

Selain PERDA, penegakan hak ulayat masyarakat adat juga tertuang

dalam Putusan MK 35/PUU-X/2012 yang isi putusannya mengacu pada

“Hutan adat adalah hutan hak dan bukan merupakan hutan negara”.

Sehingga jika ada hutan adat yang masih masuk claim sebagai hutan

negara, maka negara wajib mengeluarkannya dan mengembalikannya

kepada masyarakat adat, karena itu merupakan perintah undang-undang.

Putusan tersebut merupakan legal standing bagi masyarakat adat sebagai

penjaga dan pelestari hutan. Disinilah pemerintah harus bersama-sama

dengan masyarakat adat untuk segera merealisasikan putusan tersebut,

guna melestarikan alam dan lingkungan tempat manusia hidup dan

mempertahankan kehidupannya.

Masyarakat Baduy adalah salah satu masyarakat yang aktif dalam

menggaungkan pesan-pesan menjaga kelestarian alam dan hutan, mereka

meyakini jika alam dirusaka maka akan timbul bencana yang akan

merugikan manusia. Kampanye-kampanye itu disampaiakan dalam bentuk

ritual tahunan, yaitu Seba Baduy, ritual ini merupakan bentuk

penghormatan masyarakat Kanekes terhadap negara. Selain membawa

33http://rmibogor.id/2016/12/30/hutan-adat-kasepuhan-karang-resmi-diakui-presiden/diaksespada18Juni2017pukul05:15

Page 76: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

69

berbagai hasil bumi seperti pisang, telor tebu, gula, beras, dan hasil alam

lainnya, Seba juga digunakan sebagai momentum masyarakat Kanekes

untuk menyampaikan beberapa situasi terkini tentang kondisi alam

masyarakat Baduy itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dari tema acara Seba

yang setiap tahunnya berubah.

Tabel 7 : Pelaksaaan Seba dari tahun 2013 sampai 2017

Tanggal Tema Jumlah Peserta Jenis

Seba

Pembaca

Seba Tangtu Baduy

Luar

Mei

2003

Penegakan dan

Pengukuhan

Perlindungan batas-

batas wilayah tanah

ulayat

20 380 Geude Jaro Saidi

dan Jaro

Warega

1-3 Mei

2004

Penitipan kelestarian

alam dan lingkungan

agar gunung-gunung

tidak rusak agar

terhindar dari

bencana alam

21 470 Geude Jaro Saidi

2-3 Mei

2005

Mengingatkan

bencana alam akibat

ulah manusia yang

berlebihan

27 580 Geude Jaro Saidi

1-3 Mei

2006

Meminta

menghilangkan

suap-menyuap dan

penegakan keadilan

22 759 Leutik Jaro Saidi

dan Jaro

Warega

20-22

April

Meminta pejabat

datang ke Baduy dan

meninjau langsung

23 1012 Geude Jaro Saidi

Page 77: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

70

2007 penegakan hukum

9-10

Mei

2008

Mempererat

silaturahmi,

mengajak

pemerintah untuk

menyatu peduli

lingkungan

25 987 Leutik Jaro Saidi

1-3 Mei

2009

Perlindungan dan

tindakan hukum bagi

penyerobot tanah

ulayat, perbaikan

jalan, mendukung

pemilu dan

memohon bantuan

bencana kebakaran

dan penerbiatan

buku “Saatnya

Baduy bicara”

56 1781 Geude Jaro saidi

dan Jaro

Warega

19-21

April

2010

Perlindungan tanah

milik warga Baduy

di luar kawasan

Baduy seluas 700 ha

agar dipronakan dan

peningkatan

kesejahteraan

menagih janji ke

Depsos pusat dan

meminta dibuatkan

UU perlindungan

tanah ulayat

25 580 Leutik Jaro Saidi

dan Jaro

Warega

8-9 Ngasuh Ratu

Ngajayak Menak

99 1492 Geude Jaro saidi

Page 78: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

71

April

2011

27-29

April

2012

Silaturahmi demi

kelestarian alam

50 1720 Leutik Jaro Saidi

16-17

Mei

2013

Melestarikan dan

melindungi hutan

1.750 Geude Jaro saidi

3–4

Mei

2014

- 1.200 Geude Jaro saidi

23-25

April

2015

Ngasuh Ratu

Nganjak Menak

Mageuhkeun Tali

Duluran Ngajaga

Lingkungan

Pamarentah

Negakeun Hukum

Jeung Keadilan

1957 Geude Jaro Saidi

3-15

Mei

2016

- 91 1.752 Geude Jaro saidi

28-29

April

2017

Menjaga kelestarian

alam, hutan, dan

lingkungan

1658 Geude Jaro Saidi

Sumber : Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di banten dan

Kompilasi data

Page 79: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

72

5.4 Kearifan Lokal Masyarakat Hukum Adat

5.4.1 Pikukuh Karuhun Masyarakat Kanekes

Masyarakat Kanekes adalah masyarakat yang berpegang teguh

pada aturan adat yang disebut pikukuh karuhun, aturan ini bersifat

mengikat dan mutlak bagi setiap pengikut adat. Beikut ini adalah daftar

pikukuh karuhun masyarakat Kanekes.

Tabel 8 : Daftar Pikukuh Karuhun masyarakat Adat Kanekes

No Pikukuh karuhun Baduy Makna

1 Buyut nu dititipkeun ka

puun

Pantangan yang dititipkan kepada

puun

2 Gunung teu meunang di

lebur Gunung tidak boleh digempur

3 Lebak teu meunang

dirakrak Lembah tidak boleh dirusak

4 Larangan teu menang

dirempak Pantangan tidak boleh dilanggar

5 Buyut teu meunang dirobah Pantangan tidak boleh dirubah

6 Nu ulah kudu diulahkeun Yang dilarang harus dilarang

7 Nu enya kudu dienyakeun Yang benar harus dibenarkan

8 Ngala kudu menta Mengambil harus minta

9 Nyaur kudu naur Berkata harus diukur

10 Nyabda kudu diunggang Berkata harus diukur

11 Ulah maling papanjingan Jangan mencuri walau kekurangan

12 Ulah jinah papacangan Jangan berzinah dan berpacaran

13 Matak burung jadi ratu Bisa gagal jadi pemimpin

14 Matak edan jadi menak Bisa gila menjadi pembesar

Page 80: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

73

15 Matak pupul pangaruh Bisa hilang pengaruh

16 Matak hambar komara Bisa hilang kewibawaan

17

Nu pondok te meuanng

disambung nu panjang teu

menang di potong

Biarkan apa adanya

18 Ngawalu Ritual kembalinya padi dari ladang

ke lumbung

19 Ngalaksa

Yaitu ritual membentuk mie yang

lebar, untuk mengungkapkan rasa

syukur kepada Karuhun

21 Seba Datang mempersembahkan/

berkunjung

22 Seba laksa Kunjungan kepada camat dan bupati

23 Seba Geude Dilakukan apabila hasil panen

baik/berlimpah

24 Seba leutik Dilakukan apabila hasil panen

merugi/sedikit

5.4.2 Tatali Paranti Karuhun Masyarakat Adat Kasepuhan

Ujaran-ujaran yang tetap menjadi bagian kehidupan keseharain di

komunitas adat Kasepuhan Cisungsang adalah tatali parani karuhun dari para

leluhur, yang tetap dipercaya sebagai Siger (mawas diri), untuk menjalani

kehidupan Incu Putu di Kasepuhan. Baik di sampaikan dalam prosesi ritual

adat atau dalam kehidupan sehari-hari di rumah para Incu Putu. tatali parani

karuhun yang biasa di sampaikan dari Kepala Adat kepada Rendangan dan

oleh Rendangan disampaikan kepada Incu Putu, dalam keseharaiannya.

Ungkapan itu merupakan tatali parani karuhun dari para leluhur yang

diturunkan secara turun temurun kepada Incu Putu, tatali parani karuhun itu

untuk kebaikan Incu Putu dalam menjalani kehidupan di dunia. Dalam

kehidupan dengan sesama dan dalam pencarian kehidupan, seperti berusaha

Page 81: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

74

dan agar dapat dipercaya orang lain, untuk memenuhi unsur ketertiban dalam

kehidupan sehari-hari. Intinya bukan untuk dihapal namun diterapkan dan

dihayati serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di manapun berada.

Selain itu Incu Putu, memaknai dengan seksama berbagai ungkapan-ungkapan

yang tidak tertulis untuk menjalani kehidupannya. Karena bekal bukanlah

hanya harta namun, ujaran berupa tatali parani karuhun itu juga merupakan

suatu warisan yang sangat berharga. Aturan tradisi jika dilaksanakan oleh Incu

Putu dan tatali parani karuhun di pegang erat dan dilaksanakan, maka akan

selamat. Apalagi jika dilaksanakan semua ketentuan adat istiadat, dan tentunya

tetap pada jalur yang benar. Berikut ini adalah tabel tentang tatali parani

karuhun sehari-hari yang biasa disampaikan kepada Incu Putu :

Tabel 9 : Tatali parani karuhun dari para leluhur kepada Incu Putu di

berbagai Kasepuhan

No. Tatali parani karuhun Makna

1.

“Nyucrug galur mapay

wahangan nete taraje

nincak hambalan,”

Maknanya bagi masyarakat adat

Kasepuhan Cisungsang adalah,

dalam kehidupan sehari-hari kita

harus jujur mengikuti apa yang telah

digariskan, tidak boleh menentang

sesuatu yang bukan haknya.

2. “Mipit Kudu AMit

Ngala Kudu menta

Nngaggo Kudu Suci

Ngadahar Anu Halal

Ngecap Sabenerna

Nganjuk Kudu Naur

Ngahutang Kudu mayar

Nginjem Kudu Mulangkeun

Sing Tigin Kana janji

Makna dari ujaran tersebut di atas

adalah sebagai manusia yang hidup

dalam lingkungan sosial, hendaknya

ketika akan melakukan sesuatu harus

direncanakan, ditertibkan lalu

meminta ijin ke orang tua, ketika

akan meminta sesuatu harus

berbicara terlebih dahulu, dalam

kehidupan ini hati harus suci bersih,

Page 82: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

75

Iman Ka diri Sorangan”

dalam mengkomsumsi makanan

sehari-hari harus dari uang yang

halal hasil kerja keras, jika berbicara

harus yang sebenarnya, tidak boleh

berbohong sedikitpun, dalam hal

hutang piutang tidak boleh dilupakan

namun harus membayar dengan

semestinya.

Juga pinjam meminjam harus

mengembalikan. Tidak boleh ingkar

janji. Dan memiliki iman yang kuat

dalam diri sendiri.

3 “Sing Sarua cangkang

jeung eusina bisi pahili

adina, patuker lanceukna

bisi jadi kawih mamaruan”

Makna bagi masyarakat adat

Kasepuhan Cisungsang adalah, jika

kita melakukan sesuatu harus sesuai

dengan hati kita, tidak boleh

menghianati, karena jika tidak seia

sekata, maka jadi masalah yang

sangat besar bagi diri sendiri.

4

“Bisi jadi genteng ku-

kadekna, legok ku amal

perbuatan-nana,”

Dalam kehidupan sehari-hari semua

yang dilakukan oleh Incu Putu di

kasepuhan, harus seimbang dan tidak

boleh semena-mena terhadap orang

lain, bahakan nanti jika terkena

musibah itu karena perbuatannya

sendiri.

5.

“Moal di duduka ku batur

mun urang teu ngaduduka

batur”

Tatali parani karuhun ini

mengandung makna, tidak akan di

disakiti hati kita oleh orang lain jika

Page 83: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

76

“Moal di cabok batur, mun

urang teu nyabok batur”

“Moal di kadek batur, mun

urang teu ngadek batur”

kita tidak menyakiti hati orang lain.

Tidak akan di tempeleng orang lain

jika kita tidak menempeleng orang

lain, dan tidak akan di tebas orang

apabila kita tidak menebas orang.

Incu Putu di Kasepuhan memegang

tatali parani karuhun seperti ini,

agar tidak terjadi perselisihan yang

menimbulkan salah sangka dan

permasalahan di kemudian hari.

6.

“Ka Cai Kudu Saleuwi, Ka

Darat Kudu Saleugok,

Sareundeuk Saigeul, Sa

Bobok Sa Pinahean,”

Dapat dimaknai bahwa ketika dalam

sutau pekerjaan yang menyangkut

harkat hidup orang banyak kita harus

saling bekerjasama, dan saling

berbagi kebaikan.

7

“Lamun Lelemburan

Kumaha Batur Salembur,

Mun Makaya Kumaha batur

Sacatihan,”

Dapat dimaknai sebagai berikut, Jika

hidup bertetangga kita harus

mengikuti apa yang menjadi

kehendak orang banyak, jika

berusaha mencari nafkah harus

seperti rang lain, jangan ingin lebih

sendiri dan tidak memikirkan orang

lain.

8

“Dug Hulu Pet Nyawa,

Congeang balik Aseupan,”

Yang tidak bisa dilupakan adalah

ungkapan tersebut adalah yang

Page 84: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

77

dimaknai bahwa, belahan jiwa

adalah untuk kemanfaatan kesuburan

dan kemakmuran seluruh keluarga.

9 Nungtun Karahayuan

Nyayak Kamokahaan

Abah (Pupuhu ) Kasepuhan sebagai

kepala adat Kasepuhan berperan

sebagai penanggung jawab atas

segala urusan yang dititipkan oleh

karuhun dalam melayani

kepentingan incu putu menuju

keselamatan dunia dan akhirat

10 Salamet ku Peso, bersih ku

Cai

kesederhanaan masyarakat di

Kasepuhan menyandarkan sumber

keberlangsungan penghidupan dari

kemurahan alam yang merupakan

anugerah dari Tuhan yang Maha

Kuasa

11 Caricing pageuh kancing,

saringset pageuh iket

waspada dan siap siaga

12 Nibakeun Sri ka Bumi kegiatan yang dilakukan pada saat

akan menyebar benih dan waktu dari

menyebar sampai menuai benih

selama 45 s/d 50 hari.

13 Ngamitkeun Sri ti Bumi kegiatan yang dilakukan sebelum

memetik atau menuai hasil panen

yang diawali dengan upacara

selamatan yang dilakukan dirumah

kasepuhan dan diawali acara doa

bersama, dilanjutkan dengan makan

bersama

14 Ngunjal kegiatan penyimpanan padi ke

lumbung (leuit) setelah

Page 85: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

78

dikeringkan/dilantayan

15 Rasul Pare di Leuit mempersembahkan tumpeng rasul

dan bebakak ayam jantan berwarna

kuning keemasan. Kegiatan ini

dilaksanakan dan dipimpin oleh

ketua adat yang didampingi 7 (tujuh)

orang baris kolot (tujuh orang tua

yang diambil berdasarkan garis

keturunan.

16 Nyebor ini merupakan lanjutan dari Prah

prahan yaitu suatu kegiatan di mana

para bayi yang lahir pada tahun

tersebut untuk di simur/nyimur.

Acara simur ini dilakukan oleh

petugas khusus yang dinamakan

Tukang Rorok. Seorang Tukang

Rorok adalah tokoh Tokoh Adat.

17 Seren Taun Ritual punyak setelah selesai panen,

sebagai wujud syukur masyarakat

adat kepada Tuhan Ynag Maha

kuasa.

18 Cacah Jiwa Sensus penduduk masyarakat adat

setiap tahun.

19 Ngindung ka waktu,

ngabapa ka jaman

Menyesuaikan perubahan atau

perkembangan jaman.

20 Hirup kudu ngigeulan

jaman

Menyesuaikan perubahan atau

perkembangan jaman.

21 Carita Yaitu laporan atau meminta izin

untuk melakukan suatu pekerjaan

22 Balik taun Lapran rendangan kepada ketua adat

setelah melakukan prose sbercocok

tanam

Page 86: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

79

Bab 6 Rekomendasi

Masyarakat hukum adat di Kabupaten Lebak yaitu Baduy dan

Kasepuhan memiliki hubungan yang erat dengan sumber daya alam khususnya

sumber daya hutan. Letak geografis dari MHA ini berada dikawasan hulu

yang memiliki fungsi penting untuk penyelamatan lingkungan serta flasma

nuftah. Ketaatan MHA terhadap pelestarian sumber daya hutan turut

berkontribusi mencegah terjadinya Deforestasi dan Degradasi kualitas

lingkungan.

Disisi lain keberadaan MHA kurang mendapat penerimaan dari

masyarakat secara luas. MHA kerap mendapat stigma sebagai komunitas

yang terbelakang, kondisi ini berdampak secara phsikis bagi MHA sendiri

malu untuk mengakui jati diri sebagai MHA terutama kalangan generasi

muda. Kondisi ini adalah kerentanan terhadap keberadaan MHA dan nilai-

nilai yang dimiliki. Akses dan kontrol terhadap SDA sangat lemah. Areal

kelola Hutan Adat bersinggungan dengan klaim pihak lain, kondisi ini

memicu terjadinya konflik tenurial antara MHA dengan pengelola kawasan.

Berkenaan dengan hal tersebut maka rekomendasi yang dapat disampaikan

adalah :

1. Pemberdayaan MHA untuk meningkatkan kapasitas serta kepercayaan diri

MHA terutama generasi muda dalam pengelolaan Sumber daya hutan

melalui kegiatan produktif pengembangan tananam asli MHA.

2. Pendokumentasian aturan adat dan kearifan lokal yang berkaitan dengan

Pengelolaan Sumber Daya Hutan hal ini bermanfaat untuk menguatkan

serta meningkatkan pemahaman dinternal MHA terutama generasi muda

dan bagi pihak luar untuk mengenal, mengakui, menghormati dan

mempelajari nilai-nilai di MHA dalam pelestarian sumber daya hutan.

3. Pengembangan ekonomi lokal dengan inovasi pengembangan tanaman

produktif dibawah tegakan menja nilai tambah di lingkungan Hutan Adat.

4. Memfasilitasi penyelesaian sengketa dengan pihak pengelola kawasan

melalui program kemitraan pengelolaan hutan dan lingkungan.

5. Memfasilitasi pengajuan dan penetapaan Hutan Adat dengan tidak

merubah fungsi atas kawasan.

Page 87: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

80

DAFTAR PUSTAKA

Fadhila, Dhila., dan Sujana, Dadan. 2015. Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Serang : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten

Hanafi, Imam., Ramadhaniaty, Nia., dan Nurzaman, Budi. 2012. Nyoreang Alam Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Bogor : RMI

Rusnandar, Nandang., dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya (BPNB)

Setiawan, Irva., dkk. 2012. Upacara Seren Taun pada Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi.Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung

Shuida, Nyoma. 2016. Masyarakat Adat dalam Pusaran Perubahan. Jakarta : Kemenko Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan

Yusanto, Yoki.. Hihabudin, Ahmad., dan Hatra, Henriana. 2014. Kasepuhan Cisungsang, Serang : Pustaka Getok Tular.

Sumber Lain :

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=475&lang=id https://x.detik.com/detail/intermeso/20170530/Ketika-Tanah-Baduy-Terasa-Kian-Sempit/index.php, https://keepo.me/_rendradwi-/kearifan-lokal-suku-baduy http://www.kanekes.desa.id/2016/10/29/ngaseuk-penghormatan-budaya-dan-kedaulatan-pangan-masyarakat-baduy/ https://humaspdg.wordpress.com/2010/05/04/perilaku-konformitas-masyarakat-baduy/ http://lidibiru67.com/baduy/ https://arikaharmon.wordpress.com/2016/10/01/mengungkap-komunitas-adat-kasepuhan-karang-belajar-memposting-di-wordpress/

Page 88: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH NO 8 TAHUN 2015

TENTANG PENGAKUAN, PERLINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT HUKUM ADAT KASEPUHAN

DAFTAR NAMA KASEPUHAN DI KABUPATEN LEBAK

NONAMAKASEPUHAN

NamaKetuaAdat

KAMPUNG DESA KECAMATAN KETERANGAN

1WEWENGKONCITOREK OyokDidi Guradog CitorekTimur Cibeber

PUPUHUKASEPUHAN

2 Naga AkiUndikar NagaCitorekTengah Cibeber Gurumulan

3 Cibengkung OlotUmar Cibengkung CitorekBarat Cibeber Gurumulan

4BabakanPasirNangka OlotSana

BabakanPasirNangka

CitorekSabrang Cibeber Gurumulan

5BabakanInpres OlotSukardi Sukamaju

CitorekSabrang Cibeber Gurumulan

6 Ciusul AkiCalo Ciusul CitorekKidul Cibeber Gurumulan

7 Sampay OlotSana Sampay LebakSituLebakGedong Gurumulan

8 Cirompang OlotAmir Cirompang Cirompang SobangSesepuhKampung

9 CibamaLebak CibamaLebak Cirompang Sobang Rendangan

10 CibamaPasir CibamaPasir Cirompang Sobang Rendangan

11 Sinargalih SinarGalih Cirompang Sobang Rendangan

12 Cibarani Olotarwata Cibarani Cibarani CirintenSesepuhKampung

13 GURADOGH.OnoRohadi Guradog Guradog CurugBitung

PUPUHUKASEPUHAN

Page 89: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

14 LemburGede AkiNurkibLemburGede Guradog CurugBitung Gurumulan

15 Alung AkiKosim Alung Guradog CurugBitung Gurumulan

16 Sengkol AkiSapri Sengkol Guradog CurugBitung Gurumulan

17 CIBARANIAbahDulhani Cibarani Cibarani Cirinten

SesepuhKampung

18 Cipaku AbahUci Cipaku Cibarani Cirinten Gurumulan

19 GunungBatu AbahJamur GunungBatu Cibarani Cirinten Gurumulan

20 Cisedok AbahJasir Cisedok Cibarani Cirinten Gurumulan

21 Cikolelet AbahSahari Cikolelet Cibarani Cirinten Gurumulan

22 Cinangka OlotHarun Cinangka Cibarani Cirinten Gurumulan

23KarangCombong OlotSaldi

KarangCombong Cibarani Cirinten Gurumulan

24PasirGembong OlotArda

PasirGembong Cibarani Cirinten Gurumulan

25 Sempur OlotAdin Sempur Cibarani Cirinten Gurumulan

26 LebakGadog AkiSarbi LebakGadog Cikadu CibeberSesepuhKampung

27 Cikadu AkiAdwari Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

28 Cibengkung AKIALIK Cibengkung Cikadu CibeberSesepuhKampung

29CibengkungLebak AkiMuhadi

CibengkungLebak Cikadu Cibeber Rendangan

30 Cisungsang AkiIpit Cisungsang Cisungsang CibeberSesepuhKampung

31LeemburGede UwaAdul Cisungsang Cisungsang Cibeber

SesepuhKampung

32 RabigHilir AkiNadi RabigHilir Kujangjaya CibeberSesepuhKampung

33 TegalLumbu AkiIdit TegalLumbu Wanasari CibeberSesepuhKampung

Page 90: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

34 Cirangkas AkiUjid Cirangkas Wanasari CibeberSesepuhKampung

35 LebakTipar AkiWahid LebakTipar Wanasari CibeberSesepuhKampung

36 Cimanggu AkiSuki Cimanggu Cikadu CibeberSesepuhKampung

37 JambeJajar AkiHarman JambeJajar Wanasari CibeberSesepuhKampung

38 Tambleg AkiSurhani Tambleg Cidikit CibeberSesepuhKampung

39 Cikarang AkiOkim Cikarang Kujangjaya CibeberSesepuhKampung

40 LebakLarang AkiAta LebakLarang Mekarsari CibeberSesepuhKampung

41 Ciburial AkiUkam Ciburial Wanasari CibeberSesepuhKampung

42 Cihaneut AkiDa'i Cihaneut Wanasari CibeberSesepuhKampung

43 WaruDoyong AkiApudWaruDoyong Girimukti Cibeber

SesepuhKampung

44 Cinangka AkiEmis Cinangka Girimukti CibeberSesepuhKampung

45 Cikiyam AkiMadhani Cikiyam Girimukti CibeberSesepuhKampung

46 Cikadu AkiTasrip CikaduLebak Cikadu CibeberSesepuhKampung

47 Cikadu AkiTarmidi CikaduLebak Cikadu Cibeber Rendangan

48 Cikadu AkiJuhadBabakanEmpang Cikadu Cibeber

SesepuhKampung

49 PasirEurih AbahAdenS PasirEurih SindangLaya SobangSesepuhKampung

50 Cibeas AkiTalung Cibeas SindangLaya SobangSesepuhKampung

Page 91: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

51 Cibece OlotAde Cibece SindangLaya Sobang Gurumulan

52BabakanNangka OlotJarman

BabakanNangka SindangLaya Sobang Gurumulan

53 Cigoyot OlotSidik Cigoyot SindangLaya Sobang Gurumulan

54 Cileler OlotSawira Cileler SindangLaya Sobang Gurumulan

55 Hegarsari OlotTempel Hegarsari SindangLaya Sobang Gurumulan

56 SelaGunung OlotJahadi SelaGunung SindangLaya Sobang Gurumulan

57SindangLayung AkiKalong

SindangLayung SindangLaya Sobang Gurumulan

58 Satong OlotMarta Satong SindangLaya Sobang Gurumulan

59SINDANGAGUNG OlotSolihin

SINDANGAGUNG Hariang Sobang

SesepuhKampung

60 Cikate AbahOnen Cikate Cikate Cigemblong Gurumulan

61 Cigaclung AbahNarim Cigaclung Sobang Sobang Gurumulan

62 LebakNangka AbahSamidLebakNangka Cikate Cigemblong Gurumulan

63 JAMRUT OlotSantura JAMRUT WangunJaya CigemblongSesepuhKampung

64 Cikareo OlotAsmin Cikareo WangunJaya CigemblongSesepuhKampung

65 Cangkeuteuk OlotLamri Cangkeuteuk WangunJaya CigemblongSesepuhKampung

66ParungGedong OlotNurjaya

ParungGedong WangunJaya Cigemblong

SesepuhKampung

67 CIBEDUG OlotAsbaji CIBEDUG CitorekBarat CibeberSesepuhKampung

68 BAYAH ApaUjang Bungkeureuk BayahTimur BayahPUPUHUKASEPUHAN

69 KARANG OlotAriksan KARANG Jagaraksa MuncangSesepuhKampung

70 Cilunglum OlotSaltum Cilunglum Jagaraksa MuncangSesepuh

Page 92: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

71 Cikadu OlotArmat Cikadu Jagaraksa MuncangSesepuhKampung

72 Cibangkala OlotJodi Cibangkala Jagaraksa MuncangSesepuhKampung

73WEWENGKONSAJIRA AbahNaik Sajira Maraya Sajira

PUPUHUKASEPUHAN

74CokelPasirnangka AbahYana

CoktlPasirnangka Curugbitung CurugBitung

SesepuhKampung

75 Cikawah AbahUsa Cikawah Sobang SobangSesepuhKampung

76 Cokel AbahJarsim Cokel Sekarwangi CurugBitungSesepuhKampung

77 Cicarucub OyotEnjay Cicarucub Neglasari CibeberPUPUHUKASEPUHAN

78BabakanMede Nurpatah

BabakanMede Neglasari Cibeber

SesepuhKampung

79 KaduLahang Sarmin KaduLahang Neglasari CibeberSesepuhKampung

80 Cicarucub Sakid Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

81 Cicarucub Tuhari Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

82 Cicarucub Madtasa Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

83 Cicarucub Sapura Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

84 Cicarucub Wahi Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

85 Cicarucub Masri Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

86 Cicarucub Encid Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

Page 93: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

87 Cicarucub Ahmad Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

88 Cicarucub Marnasih Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

89 Cicarucub Anong Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

90 Cicarucub Manap Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

91 Cicarucub Owik Cicarucub Neglasari CibeberSesepuhKampung

92 Ciawi Sugarna Ciawi Neglasari CibeberSesepuhKampung

93 LebakMunti Marhada LebakMunti Neglasari CibeberSesepuhKampung

94 Nagasari Sarta Nagasari Neglasari CibeberSesepuhKampung

95 Langkob Mulyadi Langkob Neglasari CibeberSesepuhKampung

96 Langkob Madsira Langkob Neglasari CibeberSesepuhKampung

97 Langkob Ubra Langkob Neglasari CibeberSesepuhKampung

98 LebakPicung Amat LebakPicung Hegarmanah CibeberSesepuhKampung

99 LebakPicung Cuding LebakPicung Hegarmanah CibeberSesepuhKampung

100 LebakPicung Artuki LebakPicung Hegarmanah CibeberSesepuhKampung

101 Cipanggung Musti Cipanggung Hegarmanah CibeberSesepuhKampung

102 Cipanggung Subarna Cipanggung Hegarmanah CibeberSesepuhKampung

103 Sukarasa Juhana Sukarasa Hegarmanah CibeberSesepuh

Page 94: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

104 LebakLimus Emad LebakLimus Hegarmanah CibeberSesepuhKampung

105 LebakBinong SurhadLebakBinong Neglasari Cibeber

SesepuhKampung

106 Ciseureuh Saili Ciseureuh Cihambali CibeberSesepuhKampung

107 Ciseureuh Nata Ciseureuh Cihambali CibeberSesepuhKampung

108 Cirotan Rusman Cirotan Cihambali CibeberSesepuhKampung

109 Cihambali Ayo Cihambali Cihambali CibeberSesepuhKampung

110 Cihambali Sariani Cihambali Cihambali CibeberSesepuhKampung

111 Cikondang Ju'ang Cikondang Cihambali CibeberSesepuhKampung

112 Tegallumbu Sukrani Tegallumbu Wanasari CibeberSesepuhKampung

113CiayunanTonggoh Juhani

CiayunanTonggoh Sukamulya Cibeber

SesepuhKampung

114CiayunanLebak Madhari

CiayunanLebak Sukamulya Cibeber

SesepuhKampung

115 Bojong Lancong Bojong Sukamulya CibeberSesepuhKampung

116CurugBandung Juka

CurugBandung Sukamulya Cibeber

SesepuhKampung

117 CiparayI Iyong CiparayI Sukamulya CibeberSesepuhKampung

118 CiparayII Hasim CiparayII Sukamulya CibeberSesepuhKampung

119Bbk.Psr.Rengit Asmid

Bbk.Psr.Rengit Sukamulya Cibeber

SesepuhKampung

Page 95: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

120CiparaySawah Ipon

CiparaySawah CitorekTimur Cibeber

SesepuhKampung

121 Cijaha Sahib Cijaha CitorekTimur CibeberSesepuhKampung

122 Cibadak Dalim CibadakWarungBanten Cibeber

SesepuhKampung

123WarungBanten Janata

WarungBanten

WarungBanten Cibeber

SesepuhKampung

124 Panyaungan Salimun PanyaunganWarungBanten Cibeber

SesepuhKampung

125 NagaJaya Jukandi NagaJayaWarungBanten Cibeber

SesepuhKampung

126 KaduTilu Anda KaduTilu Sukamulya CibeberSesepuhKampung

127 PasirKolecer Sala PasirKolecer Cisuren BayahSesepuhKampung

128 Cipancur Sutawi Cipancur Cisuren BayahSesepuhKampung

129 CisurenKaler Karma CisurenKaler Cisuren BayahSesepuhKampung

130 Bbk.Mayak Adih Bbk.Mayak Cisuren BayahSesepuhKampung

131 Cisuren Suryana Cisuren Cisuren BayahSesepuhKampung

132 CisurenKidul Dulmukri CisurenKidul Cisuren BayahSesepuhKampung

133 Satong Sarnata Satong Cisuren BayahSesepuhKampung

134CidadapGirang Aga

CidadapGirang Cisuren Bayah

SesepuhKampung

135 CidadapHilir Bakri CidadapHilir Cisuren BayahSesepuhKampung

136 NagaMukti Arsata NagaMukti Cisuren BayahSesepuh

Page 96: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

137 Cigaledug Nunung Cigaledug Cisuren BayahSesepuhKampung

138 Ciakar Wira Ciakar Cisuren BayahSesepuhKampung

139 BojongLio Hadi BojongLio Cijengkol CilograngSesepuhKampung

140 Cibeber Oji Cibeber Mekarsari CibeberSesepuhKampung

141 Cikareo Narheda Cikareo Girimukti CilograngSesepuhKampung

142 Cinangka Madconi Cinangka Girimukti CilograngSesepuhKampung

143 Cicariang Sadromi Cicariang Girimukti CilograngSesepuhKampung

144 Cigaru Marhi Cigaru Girimukti CilograngSesepuhKampung

145 Cileungsir Darman Cileungsir Girimukti CilograngSesepuhKampung

146BantarGadung Sahri

BantarGadung Cibeber Cibeber

SesepuhKampung

147 RancaPasung OjerRancaPasung Cibeber Cibeber

SesepuhKampung

148 Cibeureum Suherman Cibeureum Cibeber CibeberSesepuhKampung

149 BLapang Juhasan BLapang Cibeber CibeberSesepuhKampung

150 Cilaksana Rusdi Cilaksana Cibeber CibeberSesepuhKampung

151 Garung Marta GarungPasirGembong Bayah

SesepuhKampung

152 PasirNangka Omek PasirNangka Cikotok CibeberSesepuhKampung

Page 97: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

153 Sukmajati Bohari Sukmajati Cikotok CibeberSesepuhKampung

154GarungCipalasari Santama

GarungCipalasari

PasirGembong Bayah

SesepuhKampung

155 CidikitGirang SalehCidikitGirang Cidikit Bayah

SesepuhKampung

156 Panenjoan Santura Panenjoan Cidikit BayahSesepuhKampung

157 Cikapudang Armaja Cikapudang Cidikit BayahSesepuhKampung

158 Cibeas AjayH Cibeas Cidikit BayahSesepuhKampung

159 PasirLebu Maryudi PasirLebu Cibeber CibeberSesepuhKampung

160 Pamubulan Sukri Pamubulan Darmasari BayahSesepuhKampung

161 TenyoLaut Samin TenyoLaut Darmasari BayahSesepuhKampung

162 Cirendeu Sumri Cirendeu Caringin CisolokSesepuhKampung

163GunungGandaria Jahdi

GunungGandaria Caringin Cisolok

SesepuhKampung

164BbkCibeungkung Medi

BbkCibeungkung Cidikit Bayah

SesepuhKampung

165 Cibeungkung Miskarya Cibeungkung Cidikit BayahSesepuhKampung

166 NagaHurip Suwirno NagaHurip Cidikit BayahSesepuhKampung

167LebakMalaning Eman

LebakMalaning Sawarna Bayah

SesepuhKampung

168 Gondang Misnar Gondang Sawarna BayahSesepuhKampung

169 PasirGebang Husen PasirGebang Sawarna BayahSesepuh

Page 98: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

170KarangNebeng Sukanta

KarangNebeng Sawarna Bayah

SesepuhKampung

171 Sawarna Sapri Sawarna Sawarna BayahSesepuhKampung

172 SelaAwi Karata SelaAwi Sawarna BayahSesepuhKampung

173 BToke Buhani BToke Sawarna BayahSesepuhKampung

174 Nangewer Usin Nangewer Cijengkol CilograngSesepuhKampung

175 PasirAngin Supani PasirAngin Cijengkol CilograngSesepuhKampung

176 PasirPeteuy Emus PasirPeteuy Cijengkol CilograngSesepuhKampung

177 BbkPsPeteuy MadtaBbkPsPeteuy Cijengkol Cilograng

SesepuhKampung

178 PasirPeteuy Warta PasirPeteuy Cijengkol CilograngSesepuhKampung

179 PasirPeteuy Sukatma PasirPeteuy Cijengkol CilograngSesepuhKampung

180 PasirPeteuy Rosid PasirPeteuy Cijengkol CilograngSesepuhKampung

181 LebakLame Madta LebakLame Cijengkol CilograngSesepuhKampung

182 PasirPeteuy Suma PasirPeteuy Cijengkol CilograngSesepuhKampung

183 Neglasari Sahri Neglasari BayahBarat BayahSesepuhKampung

184CinanggaLebak Satra

CinanggaLebak BayahTimur Bayah

SesepuhKampung

185CinanggaBarat Mukidin

CinanggaBarat BayahTimur Bayah

SesepuhKampung

Page 99: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

186CinanggaTengah Sukarta

CinanggaTengah BayahTimur Bayah

SesepuhKampung

187 Neglasari Jamri Neglasari BayahTimur BayahSesepuhKampung

188 Cintawana HBulloh Cintawana BayahTimur BayahSesepuhKampung

189 Bayah,BTN Juha Bayah,BTN BayahBarat BayahSesepuhKampung

190 GarungLebak HanapiGarungLebak

PasirGembong Bayah

SesepuhKampung

191 Cipalasari Urta CipalasariPasirGembong Bayah

SesepuhKampung

192GarungCiguha Ali

GarungCiguha

PasirGembong Bayah

SesepuhKampung

193 GunungBatu Edi GunungBatu Cilograng CilograngSesepuhKampung

194 CiawiTengah WarsaCiawiTengah Cilograng Cilograng

SesepuhKampung

195 CibunarIII Rois CibunarIII Cilograng CilograngSesepuhKampung

196 CibunarI Tabroni CibunarI Cilograng CilograngSesepuhKampung

197 Citapen Dadi Citapen LebakTipar CilograngSesepuhKampung

198 Cirompang Emad Cirompang LebakTipar CilograngSesepuhKampung

199 PasirHaur Sahroni PasirHaur LebakTipar CilograngSesepuhKampung

200 Tipar Sapei/Empe Tipar LebakTipar CilograngSesepuhKampung

201 Picung Matna Picung LebakTipar CilograngSesepuhKampung

202 KalapaDua Suhadi KalapaDua LebakTipar CilograngSesepuh

Page 100: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

203 DayaSari Padna DayaSari LebakTipar CilograngSesepuhKampung

204 LebakLame Sanam LebakLame Cijengkol CilograngSesepuhKampung

205 CiawiTengah MamadCiawiTengah Cijengkol Cilograng

SesepuhKampung

206 CiawiLebak Udin CiawiLebak Cijengkol CilograngSesepuhKampung

207BabakanCiawi Ukat

BabakanCiawi Cijengkol Cilograng

SesepuhKampung

208 Cijatra Atok Cijatra LebakTipar CilograngSesepuhKampung

209 Cikamunding Madrohim Cikamunding Cikamunding CilograngSesepuhKampung

210 CilengsirKidul HananCilengsirKidul Cikamunding Cilograng

SesepuhKampung

211CilengsirWetan Muhdi

CilengsirWetan Cikamunding Cilograng

SesepuhKampung

212 CikatomasI Oman CikatomasI Cikatomas BayahSesepuhKampung

213 CikatomasII Endar CikatomasII Cikatomas BayahSesepuhKampung

214 CihidengI Dana CihidengI Cikatomas BayahSesepuhKampung

215KampungSawah Kair

KampungSawah Cikatomas Bayah

SesepuhKampung

216 Cikeusik Omom Cikeusik Cikatomas BayahSesepuhKampung

217 CihidengII Sadai CihidengII Cikatomas BayahSesepuhKampung

218 Sukamulya Sukanta Sukamulya Cikatomas BayahSesepuhKampung

Page 101: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

219 Nagajaya Sarmat Nagajaya Cikatomas BayahSesepuhKampung

220 CiseelLebak Arjoi CiseelLebak Cikatomas BayahSesepuhKampung

221CiseelTonggoh Madsa/Suma

CiseelTonggoh Cikatomas Bayah

SesepuhKampung

222 CiseelLebak Arat CiseelLebak Cikatomas BayahSesepuhKampung

223 CiseelLebak Uju CiseelLebak Cikatomas BayahSesepuhKampung

224 Cikatomas Madtohi Cikatomas Cikatomas BayahSesepuhKampung

225 BBeas Empad BBeas Cidikit BayahSesepuhKampung

226 CibuntuI HPani CibuntuI Suwakan BayahSesepuhKampung

227 CibuntuII Toi CibuntuII Suwakan BayahSesepuhKampung

228 PasirIpis Suali PasirIpis Mancak BayahSesepuhKampung

229 Panyaungan Sarip Panyaungan Panyaungan CiharaSesepuhKampung

230 Ciletuh Sukria/Suhedi Ciletuh Panggarangan PanggaranganSesepuhKampung

231 Sukamantri Karta Sukamantri Panggarangan PanggaranganSesepuhKampung

232 Cibuluh Dulasan Cibuluh Panggarangan PanggaranganSesepuhKampung

233 Cikaram Supendi Cikaram Panggarangan PanggaranganSesepuhKampung

234 Cisitu Mumuh Cisitu SituJaya CibeberSesepuhKampung

235 Cisitu Hu'ih Cisitu SituJaya CibeberSesepuh

Page 102: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

236 Lengsar Surja Lengsar GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

237 Cigaru Suman Cigaru GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

238 Janti'ah Sukroni Janti'ah GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

239 GunungTilu Enjen GunungTilu GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

240 BantarKidung SaminBantarKidung GunungGede Panggarangan

SesepuhKampung

241 HuruGadingI Dulkaer HuruGadingI GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

242 Mekarjaya Suandi Mekarjaya GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

243 Gintung Yadi Gintung GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

244 Bangkonol Dulasan Bangkonol GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

245 HuruGading Jasria HuruGading GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

246 Hoewalat Adsura Hoewalat GunungGede PanggaranganSesepuhKampung

247 Cibitung Mista Cibitung Jatake PanggaranganSesepuhKampung

248 Cisero Miskari Cisero Jatake PanggaranganSesepuhKampung

249 Seredang Madsur Seredang Jatake PanggaranganSesepuhKampung

250 Seredang Ayudi Seredang Jatake PanggaranganSesepuhKampung

251 Picung Adsari Picung Jatake PanggaranganSesepuhKampung

Page 103: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

252 BKCiastana Dulhamid BKCiastana Jatake PanggaranganSesepuhKampung

253 Jatake Ruhadi Jatake MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

254GiungMungke Mirhasan

GiungMungke MekarJaya Panggarangan

SesepuhKampung

255 PasirTangkil Jarip/Karis PasirTangkil MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

256CurugDengdeng Kasjaya

CurugDengdeng MekarJaya Panggarangan

SesepuhKampung

257 NagaHurip Suarja NagaHurip MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

258 KaduPanak Oban KaduPanak MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

259 Mekarsari Rasnadi Mekarsari MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

260 Cisaat Margani Cisaat MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

261 Susukan Juman/Mursa Susukan MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

262 PasirRangap Dulhari PasirRangap MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

263 Cikadu Kirman Cikadu MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

264 Tenjojaya Juhi Tenjojaya MekarJaya PanggaranganSesepuhKampung

265 Citerep Wahidin Citerep Sogong PanggaranganSesepuhKampung

266 Cikacapi Murhad Cikacapi Sogong PanggaranganSesepuhKampung

267 Cimapag Mista Cimapag Sogong PanggaranganSesepuhKampung

268 SukaAsih Sukarta SukaAsih Sogong PanggaranganSesepuh

Page 104: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

269CurugDengdeng Surhaya

CurugDengdeng Sogong Panggarangan

SesepuhKampung

270 LebakPanan Rakib LebakPanan Cikate CijakuSesepuhKampung

271 LebakRinu Sardi LebakRinu Cikate CijakuSesepuhKampung

272 LewiGede Ahmad LewiGede Cikate CigemblongSesepuhKampung

273 Paneresan Dina Paneresan Cikate CigemblongSesepuhKampung

274 Cisarua Madhaya Cisarua SinangRatu PanggaranganSesepuhKampung

275 Nagajaya Tarsa Nagajaya SinangRatu PanggaranganSesepuhKampung

276 CiIjewI Sajuli CiIjewI SinangRatu PanggaranganSesepuhKampung

277 CiIjewII HSuharta CiIjewII SinangRatu PanggaranganSesepuhKampung

278 Cisunel Katja Cisunel Cicadas CibeberSesepuhKampung

279 BbkCisunel Darman BbkCisunel Cicadas CibeberSesepuhKampung

280 Kulantung Jahidi Kulantung Mekarsari PanggaranganSesepuhKampung

281 Kertasari Nurjaya Kertasari Tanjungan CikeusikSesepuhKampung

282 Cihanjuang Marsudin Cihanjuang Cihanjuang CimangguSesepuhKampung

283 BatuHideung SahidBatuHideung MangkuAlam Cimanggu

SesepuhKampung

284 PasirEurih Marta PasirEurih Mancak BayahSesepuhKampung

Page 105: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

285 Cicadas Rahmat Cicadas Mancak BayahSesepuhKampung

286 Cihambali Adsari Cihambali Cihambali CibeberSesepuhKampung

287 Cihambali Samirin Cihambali Cihambali CibeberSesepuhKampung

288 KaliCa'ah Markai KaliCa'ah Nangela CikeusikSesepuhKampung

289 Nagrak Husen Nagrak Situregen PanggaranganSesepuhKampung

290 LameCopong AkeLameCopong

KarangKamulya Cihara

SesepuhKampung

291 Mantiyung Ahri Mantiyung Mekarsari PanggaranganSesepuhKampung

292 Cikandang Emud CikandangKarangKamulya Cihara

SesepuhKampung

293 GiriAsih Adna GiriAsih Panyaungan CiharaSesepuhKampung

294 Cidego Ajong Cidego GGede PanggaranganSesepuhKampung

295 Sangko Sugani Sangko Sawarna BayahSesepuhKampung

296 Darmasari Edi Darmasari Darmasari BayahSesepuhKampung

297 BbkKpSawah SapraBbkKpSawah Darmasari Bayah

SesepuhKampung

298 Kpsawah Juri Kpsawah Darmasari BayahSesepuhKampung

299 Margamukti Dani Margamukti Cikatomas BayahSesepuhKampung

300 CibuntuII To'i CibuntuII Suwakan BayahSesepuhKampung

301 Sukasari Asja Sukasari Mekarjaya PanggaranganSesepuh

Page 106: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

302BabakanCisalada Jono

BabakanCisalada Pamubulan Bayah

SesepuhKampung

303 Cibadak OlotDalim CibadakWarungBanten Cibeber

SesepuhKampung

304 Cigoler AkiAkria Cigoler Cikadu CibeberSesepuhKampung

305BabakanRabig AkiMahaya

BabakanRabig Kujangjaya Cilograng

SesepuhKampung

306 Cipinang AkiJuan Cipinang Girimukti CilograngSesepuhKampung

307 Ciherang OlotAcang Ciherang Ciherang CibeberSesepuhKampung

308 Ciputer OlotAdon Ciputer Cibeber Cibeber Rendangan

309 Situmekar OlotUkar Situmekar Cikotok Cibeber Rendangan

310 Pasirnangka OlotAnda Pasirnangka Cikotok Cibeber Rendangan

311 Nyompok OlotAhmad Nyompok Suakan Bayah Rendangan

312 Garung OlotAdul Garung Pasirgombong Bayah Rendangan

313 Satong Satong Cisuren Bayah Rendangan

314 Seredang Seredang Jatake Panggarangan Rendangan

315 Sinagar Sinagar Jatake Panggarangan Rendangan

316 CisiihLeutik OlotNana CisiihLeutik CitorekBarat Cibeber Rendangan

317 Ciparay Ciparay Sukamulya Cibeber Rendangan

318 Cihambali OlotSaiban Cihambali Cihambali Cibeber Rendangan

319 Cijengkol Cijengkol Cihara Cihara Rendangan

320Cibadak Wikanta

CibadakWarungBanten Cibeber Rendangan

321KarangRopong

OlotHendiKarangRopong

HegarmanahCibeber Rendangan

322 Cisuren OlotOji Cisuren Cisuren Bayah Rendangan

Page 107: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

323 PondokIris PondokIris Jatake Panggarangan Rendangan

324 Tambleg OlotAdtoni Tambleg Cikatomas Cilograng Rendangan

325 CISUNGSANGAbahUsepSuyatma Sukarasa Cisungsang Cibeber

PUPUHUKASEPUHAN

326 LemburGede HarunLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

327 LemburGede RoniLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

328 LemburGede ObayLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

329 LemburGede AhripLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

330 LemburGede DarmajiLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

331 LemburGede NataLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

332 LemburGede NuhriLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

333 LemburGede EncangLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

334 LemburGede MadnuLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

335 LemburGede SaptaLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

336 LemburGede KomarLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

337 LemburGede SaiLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

338 LemburGede AndiLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

339 LemburGede OibLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

Page 108: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

340 LemburGede JampanaLemburGede Cisungsang Cibeber Rendangan

341PasirKapudang Johanas

PasirKapudang Girimukti Cibeber Rendangan

342PasirKapudang Anas

PasirKapudang Girimukti Cibeber

SesepuhKampung

343PasirKapudang Arjuni

PasirKapudang Girimukti Cibeber Rendangan

344PasirKapudang Supani

PasirKapudang Girimukti Cibeber Rendangan

345PasirKapudang Juhana

PasirKapudang Girimukti Cibeber Rendangan

346 Cipayung Adkasa Cipayung Cisungsang CibeberSesepuhKampung

347 Cipayung Yuhadi Cipayung Cisungsang CibeberSesepuhKampung

348 Cipayung Sarta Cipayung Cisungsang CibeberSesepuhKampung

349 Cipayung Jumani Cipayung Cisungsang CibeberSesepuhKampung

350 Cipayung A.Basari Cipayung Cisungsang Cibeber Rendangan

351 Cipayung Madturi Cipayung Cisungsang Cibeber Rendangan

352 Sukarasa Johansyah Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

353 Sukarasa Acep Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

354 Sukarasa Adhani Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

355 Sukarasa Sabi Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

356 Sukarasa Nuhaya Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

357 Sukarasa Armaya Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

358 Sukarasa Sawari Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

359 Sukarasa Sukri Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

Page 109: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

360 Sukarasa Artaya Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

361 Sukarasa Surdai Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

362 Sukarasa Sudir Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

363 Sukarasa Agus Sukarasa Cisungsang CibeberSesepuhKampung

364 Sukarasa Subani Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

365 Sukarasa Jakar Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

366 Sukarasa Adeng Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

367 Cisitu Uba Cisitu Situmulya Cibeber Rendangan

368 Cisitu Deden Cisitu Situmulya Cibeber Rendangan

369 Cisitu Jumsana Cisitu Situmulya Cibeber Rendangan

370 Cisitu Sakub Cisitu Situmulya Cibeber Rendangan

371 Cisitu Edis Cisitu Situmulya CibeberSesepuhKampung

372 Cisitu Osa Cisitu Situmulya Cibeber Rendangan

373 Ciater Jajang Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

374 Ciater Ado Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

375 Ciater Sana Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

376 Ciater Engkos Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

377 Ciater Yudin Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

378 Ciater Uming Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

379 Ciater Marna Ciater Situmulya Cibeber Rendangan

380 Tapos Nedi Tapos Cisungsang CibeberSesepuhKampung

381 Tapos Samsudin Tapos Cisungsang Cibeber Rendangan

382 Tapos Winarya Tapos Cisungsang Cibeber Rendangan

383 Tapos Husen Tapos Cisungsang Cibeber Rendangan

384 Ps.cariang Anata Ps.cariang Cisungsang CibeberSesepuh

Page 110: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

385 Ps.pilar Barsa Ps.pilar Cisungsang CibeberSesepuhKampung

386 Gn.bongkok Parta Gn.bongkokGunungWangun Cibeber Rendangan

387 Sukamulya Madsa'i Sukamulya Cisungsang CibeberSesepuhKampung

388 Sukamulya Umsana Sukamulya Cisungsang Cibeber Rendangan

389 Cikarang Sahia Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

390 Cikarang Dulmukri Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

391 Cikarang Egeng Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

392 Cikarang Oneng Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

393 Cikarang Uhadi Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

394 Cikarang Rais Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

395 Cikarang Ahmid Cikarang Cisungsang CibeberSesepuhKampung

396 Cikarang Dedih Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

397 Cilayi Liot Cilayi Cisungsang CibeberSesepuhKampung

398 Cilayi Ahidi Cilayi Cisungsang Cibeber Rendangan

399 Rabig Dirja Rabig Wanasari Cibeber Rendangan

400 Rabig Enjang Rabig Wanasari Cibeber Rendangan

401 Lb.Maja Sumpena Lb.Maja Cisungsang CibeberSesepuhKampung

402 Cigoler Aji Cigoler Cisungsang Cibeber Rendangan

403 Cigoler Nuhidi Cigoler Cisungsang Cibeber Rendangan

404 Cikadu Sukatja Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

405 Cimangu Saja Cimangu Cikadu Cibeber Rendangan

406 Tegallumbu Ruhanta Tegallumbu Wanasari Cibeber Rendangan

Page 111: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

407 Babakan Maenay Babakan Cisungsang Cibeber Rendangan

408 Cilayi Maeti Cilayi Cisungsang Cibeber Rendangan

409 Cikarang Bienar Cikarang Cisungsang Cibeber Rendangan

410 Lbgede Manaeni Lbgede Cisungsang Cibeber Rendangan

411 Pasirpilar Uun Pasirpilar Cisungsang Cibeber Rendangan

412 Sukamulya Emanersah Sukamulya Cisungsang Cibeber Rendangan

413Pasirkapudang Komarudin

Pasirkapudang Girimukti Cibeber Rendangan

414 Babakan Ukan Babakan Cisungsang Cibeber Rendangan

415 Sukarasa Hotib Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

416 Sukarasa Erwan Sukarasa Cisungsang Cibeber Rendangan

417 Babakan Dayat Babakan Cisungsang Cibeber Rendangan

418 Lb.gede Nana Lb.gede Cisungsang Cibeber Rendangan

419 Tegallumbu Euning Tegallumbu Wanasari Cibeber Rendangan

420Pasirkapudang Anas

Pasirkapudang Cisungsang Cibeber

SesepuhKampung

421 Selakopi Deris Selakopi Cisungsang CibeberSesepuhKampung

422 LebakMaja Sumpena LebakMaja Cisungsang CibeberSesepuhKampung

423 Cisitu Parjo Cisitu Kujangsari Cibeber Rendangan

424 Cisitu HOkri Cisitu Situmulya CibeberSesepuhKampung

425 Cisitu OlotAta Cisitu Kujangsari CibeberSesepuhKampung

426 Cisitu OlotMarja Cisitu Situmulya CibeberSesepuhKampung

427 Cisitu OlotEnjam Cisitu Situmulya CibeberSesepuhKampung

428 Cisitu OlotJohanas Cisitu Situmulya CibeberSesepuh

Page 112: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Kampung

429 Palanggaran Akiengko Palanggaran Sinargalih Cibeber Rendangan

430 Cihanjawar Akiunang Cihanjawar Sinargalih Cibeber Rendangan

431 Kmpsawah Akijumadi Kmpsawah Sinargalih Cibeber Rendangan

432 Nanggela Akinirya Nanggela Sinargalih Cibeber Rendangan

433 Kubang Akijamsu Kubang Sinargalih Cibeber Rendangan

434 Pangampoan Akiunata Pangampoan Sinargalih Cibeber Rendangan

435 Mandala Akiedah Mandala Sinargalih Cibeber Rendangan

436 Bbknrandu Akiaja Bbknrandu Sinargalih Cibeber Rendangan

437 Bbknimpres Akimamat Bbknimpres Sinargalih Cibeber Rendangan

438 Sukamulih Akimadroih Sukamulih Sinargalih Cibeber Rendangan

439 Cibadak Akisanta Cibadak Sinargalih Cibeber Rendangan

440 Karehkel Akiuruy Karehkel Sinargalih Cibeber Rendangan

441 Cicemet Akitori Cicemet Sinargalih Cibeber Rendangan

442 Gnwangun Akianta Gnwangun Gnwangun Cibeber Rendangan

443Bojong AkiSumpena

BojongGunungWangun Cibeber

SesepuhKampung

444Cimanggu Akimiharja

CimangguCikadu

CibeberSesepuhKampung

445Cibengkung Akimuhamad

CibengkungCikadu

CibeberSesepuhKampung

446Cikarang AkiSalmudi

CikarangKujangjaya

CibeberSesepuhKampung

447Cikadu AkiAsju

CikaduCikadu

CibeberSesepuhKampung

448Karangropong

AkijuhaKarangropong

CikaduCibeber

SesepuhKampung

449LeterEs AkiOnen

LeterEsCikadu

CibeberSesepuhKampung

Page 113: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

450 Ciawi AkiPurna Ciawi Cikadu Cibeber Rendangan

451Cigoler Akiuan

CiawiCikadu

CibeberSesepuhKampung

452Cikempul AkiAdhana

CikempulCikadu

CibeberSesepuhKampung

453Lebakmaja Akiawantan

LebakmajaCikadu

CibeberSesepuhKampung

454Cikadu AkiSuha

CikaduLebakCikadu

CibeberSesepuhKampung

455Cikadu AkiMisdani

CikaduCikadu

CibeberSesepuhKampung

456 Cikadu AkiNata Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

457 Cikadu AkiSahrom Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

458 Cikadu AkiSupri Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

459 Cikadu AkiAtma Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

460 Cikadu Akisardi Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

461 Cikadu AkiDarta Cikadu Cikadu Cibeber Rendangan

462 LeterEs AkiKapi LeterEs Cikadu Cibeber Rendangan

463LeterEs AkiRuhanta

LeterEsCikadu

CibeberSesepuhKampung

464Karangropong

AkiLastaKarangropong

CikaduCibeber Rendangan

465Karangropong

AkiAtanKarangropong

CikaduCibeber Rendangan

466Karangropong

AkiMisjariKarangropong

CikaduCibeber Rendangan

467Karangropong

AkiSukantaKarangropong

CikaduCibeber Rendangan

468 Ciawi AkiSuwedin Ciawi Cikadu Cibeber Rendangan

469 Ciawi AkiJahri Ciawi Cikadu Cibeber Rendangan

Page 114: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

470 Cigoler AkiUkat Cigoler Cikadu Cibeber Rendangan

471 Cigoler AkiPudna Cigoler Cikadu Cibeber Rendangan

472Cikempul AkiAsjari

CikempulCikadu

CibeberSesepuhKampung

473 LebakMaja AkiJawita LebakMaja Cikadu Cibeber Rendangan

474 LebakMaja AkiWarta LebakMaja Cikadu Cibeber Rendangan

475LebakMaja

AkiUjani/AkiJumdi LebakMaja

CikaduCibeber

SesepuhKampung

476LebakMaja AkiUgani

LebakMajaCikadu

CibeberSesepuhKampung

477 LebakMaja AkiSabani LebakMaja Cikadu Cibeber Rendangan

478 Cimanggu AkiSuhata Cimanggu Cikadu Cibeber Rendangan

479 Cimanggu AkiJuarna Cimanggu Cikadu Cibeber Rendangan

480 Cimanggu AkiRuhata Cipariuk Cikadu Cibeber Rendangan

481Cikarang

AkiAhmid/AkiBardi Cikarang

KujangjayaCibeber

SesepuhKampung

482 Cimanggu AkiSukarta Cimanggu Cikadu Cibeber Rendangan

483BabakanNangka

AkiKudikBabakanNangka

CikaduCibeber Rendangan

484BabakanNangka

AkiDadiBabakanNangka

CikaduCibeber

SesepuhKampung

485 Cibengkung AkiAhedi Cibengkung Cikadu Cibeber Rendangan

486 Cibengkung AkiOdi Cibengkung Cikadu Cibeber Rendangan

487 Cimanggu AkiOtih Cimanggu Cikadu Cibeber Rendangan

488 Rabig Akibahri Rabig Kujangjaya Cibeber Rendangan

489 Bbknsari Akiatok Bbknsari Kujangjaya Cibeber Rendangan

490 Cirangkas Akiadsuri Cirangkas Wanasari Cibeber Rendangan

491 Cianeut Akisuparma Cianeut Wanasari Cibeber Rendangan

Page 115: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

492 Ciburial Akienan Ciburial Mekarsari Cibeber Rendangan

493 Lebaklarang Akiaan Lebaklarang Mekarsari Cibeber Rendangan

494 Cipanggung Akiened Cipanggung Hegarmanah Cibeber Rendangan

495Cibadakkulon

AkiarnumCibadakkulon

Wrungbanten Cibeber Rendangan

496Babakanmanggu

AkiarnomBabakanmanggu

NeglasariCibeber Rendangan

497 Langkob Akiabu Langkob Neglasari Cibeber Rendangan

498Lebakbinong Akiuko

Lebakbinong

HegarmanahCibeber Rendangan

499 Cihambali Akimardi Cihambali Cihambali Cibeber Rendangan

500 Cisereuh Akiempat Cisereuh Cihambali Cibeber Rendangan

501 Cicariang Akiengkam Cicariang Girimukti Cibeber Rendangan

502Pasirkapudang

AkianadiPasirkapudang

GirimuktiCibeber Rendangan

503 Cigaru Akisuna Cigaru Girimukti Cibeber Rendangan

504 Ciayunan Akimadsuri Ciayunan Sukamulya Cibeber Rendangan

505 Cinangka Akipiin Cinangka Girimukti Cibeber Rendangan

506 Ciseel Akiujang Ciseel Cikatomas Cibeber Rendangan

507 Lebakpicung Akiaut Lebakpicung Hegarmanah Cibeber Rendangan

508 CikaduLebak Ukay CikaduLebak Cikadu Cibeber Rendangan

509CikaduTonggoh

SuantaCikaduTonggoh

CikaduCibeber Rendangan

510 Cimanggu Sadhi Cimanggu Cikadu Cibeber Rendangan

511 Cigoler Madsu'i Cigoler Cikadu Cibeber Rendangan

512BabakanNangka

YadiBabakanNangka

CikaduCibeber Rendangan

513BabakanNangka

AkiAtdiBabakanNangka

CikaduCibeber Rendangan

Page 116: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

514 Cibengkung AkiWiyanta Cibengkung Cikadu Cibeber Rendangan

515 Cimanggu AkiSunta Cimanggu Cikadu Cibeber Rendangan

516WarungBanten

SapaniWarungBanten

WarungBanten Cibeber Rendangan

517Langkob Ukar

LangkobWarungBanten Cibeber Rendangan

518 Hegarmanah Ukar Hegarmanah Hegarmanah Cibeber Rendangan

519WaruDoyong Jumsa

WaruDoyong

GirimuktiCibeber Rendangan

520 Cihambali Atma Cihambali Cihambali Cibeber Rendangan

521 Jalupang Uding Jalupang Jalupang Banjarsari Rendangan

522 Ciparay Suheri Ciparay Sukamulya Cibeber Rendangan

Page 117: Profil Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal di ... · kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu

Fadhila, Dhila., dan Sujana, Dadan. 2015. Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Serang : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten

Hanafi, Imam., Ramadhaniaty, Nia., dan Nurzaman, Budi. 2012. Nyoreang Alam Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Bogor : RMI

Rusnandar, Nandang., dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya (BPNB)

Setiawan, Irva., dkk. 2012. Upacara Seren Taun pada Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi.Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung

Shuida, Nyoma. 2016. Masyarakat Adat dalam Pusaran Perubahan. Jakarta : Kemenko Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan

Yusanto, Yoki.. Hihabudin, Ahmad., dan Hatra, Henriana. 2014. Kasepuhan Cisungsang, Serang : Pustaka Getok Tular.

Sumber Lain :

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=475&lang=idhttps://x.detik.com/detail/intermeso/20170530/Ketika-Tanah-Baduy-Terasa-Kian-Sempit/index.php, https://keepo.me/_rendradwi-/kearifan-lokal-suku-baduy http://www.kanekes.desa.id/2016/10/29/ngaseuk-penghormatan-budaya-dan-kedaulatan-pangan-masyarakat-baduy/ https://humaspdg.wordpress.com/2010/05/04/perilaku-konformitas-masyarakat-baduy/ http://lidibiru67.com/baduy/ https://arikaharmon.wordpress.com/2016/10/01/mengungkap-komunitas-adat-kasepuhan-karang-belajar-memposting-di-wordpress/