104
SKRIPSI PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT PADA HUTAN NAGARI DI JORONG SIMANCUANG NAGARI ALAM PAUH DUO KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum Oleh : HARI RIZKI SATRIA BP. 1210111014 Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( PK IX) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 No. Reg. 4573/PK IX/III/2016

Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

SKRIPSI

PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT PADA HUTAN NAGARI DI

JORONG SIMANCUANG NAGARI ALAM PAUH DUO KECAMATAN PAUH DUO

KABUPATEN SOLOK SELATAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum

Oleh :

HARI RIZKI SATRIA

BP. 1210111014

Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( PK IX)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016

No. Reg. 4573/PK IX/III/2016

Page 2: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 3: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 4: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

i

Skripsi ini telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 29 Juni 2016.

Abstrak telah disetujui oleh penguji.

Penguji,

Tanda tangan 1.

2.

Nama terang Hj. Sri Arnetti, S.H., M.H. Anton Rosari, S.H., M.H.

Mengetahui,

Ketua Bagian HAN: Syofiarti, S.H., M.Hum. ________________

Tanda tangan

Alumnus telah mendaftar ke Fakultas/Universitas dan mendapat nomor alumnus:

PetugasFakultas/ Universitas

No. Alumni Fakultas: Nama: TandaTangan:

No. Alumni Universitas: Nama: TandaTangan:

No. Alumni Universitas:

HARI RIZKI SATRIA

No. Alumni Fakultas:

a) Tempat/Tgl.Lahir: Bukittinggi/ 3 Januari 1994 f) Tanggal Lulus: 29 Juni 2016

b) Nama Orang Tua: Yoserizal dan Lenharni g) Predikat Lulus: Sangat Memuaskan

c) Fakultas: Hukum h) IPK: 3, 52

d) PK: Hukum Agraria dan SDA (PK IX) i) Lama Studi : 3 Tahun 10 Bulan

e) No BP: 1010112213 j) Alamat: Asrama Polisi Jati Blok C No

7 Padang

PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT PADA HUTAN NAGARI DI JORONG

SIMANCUANG NAGARI ALAM PAUH DUO KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK

SELATAN

(Hari Rizki Satria, BP: 1210111014, Hukum Agraria dan SDA, PK IX Fakultas Hukum Universitas Andalas

,2016 81 hlm + vi,) ABSTRAK

Sebagai pihak yang memiliki akses paling dekat dengan hutan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang kehutanan telah mengamanatkan masyarakat sebagai objek pemberdayaan dalam pengelolaan

hutan.Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat ini adalah dengan adanyaprogram Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat (PHBM). Hutan Nagari di Jorong Simancuang Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh

Duo Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu wilayah pengelolaah dalam program PHBM setelah

adanya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.573/Menhut-II/2011 tentang Penetapan Kawasan Hutan

Lindung Sebagai Areal Kerja Hutan Desa/Nagari Simancung Alam Pauh Duo.Kegiatan PHBM

dijalankanoleh Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN). Dalam berkegiatan, LPHN Jorong Simancuang

masih belum memiliki SDM yang terampil sehingga menjadi penghambat dalam pengelolaan hutan yang

baik. Alhasil tujuan dari program ini untuk memberikan akses kepada masyarakat untuk kesejahteraan belum

tercapai secara maksimal Atas dasar itu penelitian ini dilakukan dengan mengemukakan permasalahan

Pertama, Bagaimana perencanaan penggunaan hutan nagari dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

(PHBM) di Jorong Simancuang. Kedua,Bagaimana penggunaan hutan nagari dalam Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang.Ketiga, Bagaimana pengawasan penggunaan hutan

nagari dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang. Berdasarkan

permasalahan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris yaitu untuk menguji apakah

sesuatu telah berjalan sesuai aturan perundang-undangan maka dibuktikan dengan terjun langsung ke

lapangan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa negara keliru ketika menyamakan antara hutan nagari dan

hutan desa.Selain itu dalam pelaksanaan PBHM dengan hutan desa terdapat kekurangan yang disbabkan oleh

faktor internal berupa kemampuan SDM yang masih belum terampil sehingga belum mampu secra maksimal

dalam membuat perencanaan kegiatan, belum mampu menggunakan kawasan hutan utuk meningkatkan

mensejahterakan kehidupan dan belum mampu membuat laporan tahunan secara konsisten sebagai media

pengawasan dari dinas kehutanan. Selain itu terdapat faktor eksternal berupa minimnya pengetahuan

masyarakat sekitar terkait fungsi dan pengelolaan hutan.

Page 5: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

i

ABSTRAK

PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DI JORONG

SIMANCUANG NAGARI ALAM PAUH DUO KECAMATAN PAUH DUO

KABUPATEN SOLOK SELATAN

Hari Rizki Satra, BP 1210111014, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Program

Kekhususan Hukum Agraria dan SDA (PK IX). 2016. 83 Halaman.

Sebagai pihak yang memiliki akses paling dekat dengan hutan, Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan telah mengamanatkan masyarakat

sebagai objek pemberdayaan dalam pengelolaan hutan. Salah satu upaya

pemberdayaan masyarakat ini adalah dengan adanya program Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat (PHBM). Hutan Nagari di Jorong Simancuang Nagari Alam

Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu

wilayah pengelolaah dalam program PHBM setelah adanya Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor : SK.573/Menhut-II/2011 tentang Penetapan Kawasan Hutan

Lindung Sebagai Areal Kerja Hutan Desa/Nagari Simancung Alam Pauh

Duo.Kegiatan PHBM dijalankan oleh Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN).

Dalam berkegiatan, LPHN Jorong Simancuang masih belum memiliki SDM yang

terampil sehingga menjadi penghambat dalam pengelolaan hutan yang baik.

Alhasil tujuan dari program ini untuk memberikan akses kepada masyarakat untuk

kesejahteraan belum tercapai secara maksimal Atas dasar itu penelitian ini

dilakukan dengan mengemukakan permasalahan Pertama, Bagaimana

perencanaan penggunaan hutan nagari dalam Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang. Kedua,Bagaimana penggunaan

hutan nagari dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong

Simancuang.Ketiga, Bagaimana pengawasan penggunaan hutan nagari dalam

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode

yuridis empiris yaitu untuk menguji apakah sesuatu telah berjalan sesuai aturan

perundang-undangan maka dibuktikan dengan terjun langsung ke lapangan. Dari

hasil penelitian ditemukan bahwa negara keliru ketika menyamakan antara hutan

nagari dan hutan desa.Selain itu dalam pelaksanaan PBHM dengan hutan desa

terdapat kekurangan yang disbabkan oleh faktor internal berupa kemampuan

SDM yang masih belum terampil sehingga belum mampu secra maksimal dalam

membuat perencanaan kegiatan, belum mampu menggunakan kawasan hutan utuk

meningkatkan mensejahterakan kehidupan dan belum mampu membuat laporan

tahunan secara konsisten sebagai media pengawasan dari dinas kehutanan. Selain

itu terdapat faktor eksternal berupa minimnya pengetahuan masyarakat sekitar

terkait fungsi dan pengelolaan hutan.

Kata Kunci : Pengelolaan, Hutan, dan Masyarakat

Page 6: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr.Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,

karunia serta hidayah-Nya. Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Pada Hutan Nagari di Jorong

Simancuang Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok

Selatan . Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Hukum. Program Kekhususan Agraria dan Sumber Daya Alam Fakultas Hukum

Universitas Andalas Padang.

Shalawat beserta salam penulis sampaikan untuk Baginda Rasulullah

Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi umatIslam sedunia.Beliaulahyang

telah membawa ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk meraih kesuksesan

dunia maupun akhirat.

Terima Kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang

tua, Ayahanda Yoserizal dan Ibunda Lenharni serta saudara penulis Nise, Reza

dan Ozi. Atas dorongan dan semangat, cinta, doa dan kasih sayang tak pernah

henti dicurahkan bagi penulis.

Terima Kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dr.

KurniaWarman S.H.,M.Hum. sebagai pembimbing I dan Ibuk Syofiarti

S.H.,M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah memberi banyak masukan

Page 7: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

iii

danarahan dalam penulisan skripsi serta meluangkan waktu serta tenaga untuk

membimbing penulis.

Selain itu dengan selesainya skripsi ini penulis juga mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Zainul Daulay,S.H., M.H. sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Andalas

2. Bapak Dr. Kurnia Warman, S.H., M.Hum., Bapak Dr. Busyra Azheri,

S.H., M.H., dan Bapak Charles Simabura, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan

I, Wakil Dekan II dan Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas

Andalas.

3. Ibu Syofiarti, S.H., M.Hum., sebagai ketua bagian Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas yang telah

memberikan ilmu kepada penulis secara ikhlas. Serta seluruh Tenaga

Kependidikan Fakultas Hukum Universitas Andalas atas pelayanannya

selama ini.

5. Akhi wa Ukhti LPI FHUA sebagai organisasi awal penulis dalam

mengawali kehidupan dunia kampus yang banyak memberikan pelajaran

kepada penulis.

6. Kepada senior yang telah membimbing dan tempat bertanya penulis Bang

Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak

Via, Kak Ina, Kak Ovta, ,danlainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Page 8: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

iv

7. Pengurus Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum FHUA Pak Najmi, Pak

Ilhamdi, Pak Apriwal, Bang Fahmi Bang Beni, Bang Ari, Ikaputri dan

Virajati

8. Kawan-kawan Forsila BP 12 Heru, Hari, Fadzlurrahman, Abdan, Henny,

Tari, Dian, Vina, Yuni, Mira, Dimas, Gita, Desi, Mutia dan lainnya

mungkin saja lupa penulis untuk menyebutkannya.

9. Akhi wa Ukhti senior, junior dan rekan seangkatan di FKI Rabbani Unand

10. Senior dan junior di DPC Permahi Padang.Aulia,Rifo,Romel,Desi,

Febrika, Mustika, Suci, Muthia, Arif Rahman dan lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

11. Kawan-kawan Fakultas Hukum angkatan 12, Iwan, Arif .F, Irwan, Fikri,

Arif.H, Arifa Y, Agung, Iqbal, Ferdinan, dan lainnya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

12. Kawan Kawan Komite Relawan Nusantara dan Amil Rumah Zakat

Cabang Padang.

13. Kawan-kawan anggota KKN Pakan Rabaa Timur Solok Selatan.

Karenanya, kepada mereka semualah skripsi ini secara khusus

didedikasikan. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perubahan bangsa.

Amin. Wasslam.

Padang,19Mei 2016

HariRizkiSatria

Page 9: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11

E. Metode Penelitian................................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hutan

1. Pengertian Hutan ...................................................................... 19

2. JenisHutan ................................................................................ 20

3. Kedudukan Status Hutan .......................................................... 22

B. TinjauanTentangHutanDesa ................................................................. 24

C. Tinjauan Tentang Pengelolaan Hutan .................................................. 26

D. Tinjauan Tentang Pengawasan ............................................................. 34

1. PengertianKewenangan ............................................................ 34

2. SumberKewenangan ................................................................ 35

3. KewenganDalamPenyelenggaraanUrusanPemerintah ............. 38

Page 10: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

vi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Obyek Penelitian ................................................................ 41

B. Perencanaan Penggunaan Hutan Nagari Dalam Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pada Hutan Nagari di

Jorong Simancuang. ............................................................................. 46

C. Penggunaan Hutan Nagari oleh Masyarakat Dalam

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong

Simancuang .......................................................................................... 62

D. Pengawasan Penggunaan Hutan Nagari oleh Masyarakat

Dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di

Jorong Simancuang. ............................................................................. 71

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 77

B. Saran ..................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang berbunyi: “Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat. Pada pasal tersebut tampak terlihat jelas bagaimana konsep

hak menguasai negara terhadap sumber daya alam. Dimuatnya konsep tersebut di

dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia tidak terlepas dari besarnya potensi

sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.

Hak menguasai negara ini diwujudkan dalam bentuk kewenangan-

kewenangan yang dimiliki negara terhadap sumber daya alam. Kewenangan

tersebut memiliki peran vital dalam rangka terwujudnya pengelolaan sumber daya

alam yang baik. Maka, dengan pengelolaan sumber daya alam yang baik, dan

ditunjang dengan aturan-aturan yang mendukung, Indonesia dapat memperoleh

manfaat besar dari potensi sumber daya alam yang dimiliki.

Dari segi ketersediaan, sumber daya alam dibedakan atas sumber daya

alam yang dapat diperbaharui (renewable resource) dan sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui (non-renewable resouces). Hutan sebagai sumber daya

alam menempati posisi sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

Page 12: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

2

Artinya ketersediaan atas sumber daya hutan dapat selalu terjamin apabila

dikelola secara baik dan benar.

Secara yurudis, pengertian hutan tertuang dalam pasal 1 angka 2 Undang

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang berbunyi : hutan adalah

suatu ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati

yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam hal pemanfaatannya, sumber daya

hutan di Indonesia memiliki potensi bersar untuk dikembangkan sebagai sumber

pendanaan pembangunan. Potensi yang sangat besar tersebut, dilandasi suatu

fakta bahwa Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki hutan tropis dataran

rendah ketiga terluas didunia.1Ini dibuktikan dari data kementrian Kehutanan

tahun 2012, menyebutkan kawasan hutan di Indonesia kurang lebih 137,09 juta

hektar. Kondisi ini patut disukuri sebagai anugrah Tuhan yang diberikan kepada

bangsa Indonesia. Bentuk syukur tersebut diwujudkan dengan menjaga kelestarian

hutan agar manfaatnya tidak hanya dirasakan pada generasi sekarang, namun juga

bermanfaat untuk generasi yang akan datang.

Sejak awal dekade 1970an, sektor kehutanan di Indonesia telah

memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional sebagai sumber

terbesar perolehan devisa nonmigas2.Setiap tahun sebelum krisis ekonomi 1997,

devisa negara yang disumbangkan dari sektor kehutanan mencapai US$7-8 miliar.

1Supriadi, Hukum Kehutanan dan Perkebunan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2011,

hlm.2 2Ibid,hlm.1.

Page 13: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

3

Selain berupa devisa, sektor kehutanan juga menyumbangkan kontribusi bagi

pendapatan negara, baik itu berupa pajak maupun non pajak. Tercatat 13 jenis

pajak dan pungutan non pajak dari setiap meter kubik kayu yang dipungut

disektor kehutanan.3

Namun sebenarnya, peranan hutan tidak hanya sebatas sektor ekonomi

saja.Terdapat dua pembagian pemanfaatan terhadap hutan yakni pemanfaatan

hutan secara langsung dan pemanfaatan hutan secara tidak langsung Manfaat

hutan secara langsung adalah menghasilkan kayu yang mempunyai nilai ekonomi

tinggi, serta hasil hutan ikutan antara lain rotan, getah, buah buahan,madu dan lain

lain. Selanjutnya secara tidak langsung terdapat delapan manfaat hutan, yakni:

mengatur tata air, mencegah terjadinya erosi, memberikan manfaat terhadap

kesehatan, memberikan rasa keindahan, memberikan manfaat disektor pariwisata,

memberikan manfaat dalam bidang pertahanan dan keamanan, menampung tenaga

kerja dan menambah devisa negara.4

Dari pembagian manfaat ini terdapat beberapa nilai yang harus

disingkronkan dalam rangaka menjaga kelestarian hutan. Nilai tersebut

diantaranya teradapat nilai ekonomi, sosial dan lingkungan. Sehingga, dalam

rangka mewujudkan nilai nilai tersebut ada dalam setiap pengelolaan hutan,

diperlukan prinsip keadilan antar generasi agar fungsi dan peranan hutan tetap

terjaga dari generasi ke genersi.

3Ibid,hlm.3.

4Salim,H.S, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Jakarta, Sinar Grafika, 2006, hlm.1.

Page 14: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

4

Prinsip keadilan antar generasi meletakkan tiga kewajiban mendasar bagi

generasi sekarang terhadap konservasi sumber daya alam, yaitu(1) conservation of

option, menjaga agar generasi yang akan datang dapat memilih kuantitas

keanekaragaman sumber daya alam; (2) conservation of quality, menjaga kualitas

lingkungan agar lestari; (3) conservation of acces, menjamin generasi mendatang

minimalmemiliki akses yang sama dengan generasi sekarang atas titipan kekayaan

alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.5Disinilah fungsi optimalisasi pengelolaan

hutan, baik dari segi regulasi ataupun dari segi pelaksanaan regulasi tersebut agar

pengelolaan hutan sesuai dengan apa yang diinginkan dan hasilnya sesuai dengan

apa yang diharapkan.

Mengacu pada pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menjelaskan konsep hak

menguasai negara dalam hal sumber daya alam, dalam Undang Undang No 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan, teori hak menguasai negara dalam pengelolaan

hutan dituangkan dalam bentuk keweangan keweangan yang disematkan pada

negara, tepatnya berada pada pasal 4 ayat (2) yang berbunyi:

Penguasaan hutan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah

untuk:

a) Mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan

hasil hutan;

b) Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan

hutan sebagai bukan kawasan hutan

c) Mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan , serta

mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

5Ahmad Redi, Hukum Sumber Daya Alam Dalam Sektor Kehutanan, Jakarta, Sinar

Grafika, 2014 ,hlm. 1-2.

Page 15: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

5

Berbagai tindakan pemerintah tersebut tetap orientasinya hanya pada

penguasaan sehingga tidak dibenarkan pemerintah bertindak seolah olah memiliki

sumber daya alam tersebut. Hukum nasional sendiri memberikan wewenang

pengelolaan hutan kepada provinsi sebagai wujud otonomi daerah. Namun tetap

bersinergi dengan pemerintah pusat.

Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat

hukum adat , sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberaradaannya serta

tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.6 Masyarakat hukum adat

memiliki kearifan lokal tersendiri dalam model pengelolaan haknya atas hutan

jika dibandingkan dengan negara. Keragaman ini tentunya disebabkan oleh basis

normatif yang berbeda. Perbedaan yang mencolok tersebut yakni antara basis

hukum negara dan hukum rakyat termasuk didalamnya hukum adat.7 Dari

perbedaan itu sering menimbulkan permasalahan kepentingan antara negara dan

masyarakat terkait pengelolaan hutan. Apalagi setelah adanya putusan Mahkamah

Konstitusi dalam perkara Nomor35/PUU-X//2012MK No. 35 yang mengukuhkan

status hutan adat bukan sebagai bagian dari hutan negara. Putusan tersebut

semakin meningkatkan pengakuan pada masyarakat hukum adat terhadap

pengakuan wilayah hutannya. Karena itu diperlukan langkah cepat dalam

menanggulangi permasalahan ini agar tidak terjadi conflict of interest yang

akhirnya akan berdampak pada pemerosotan pengelolaan terhadap hutan.

6Ahmad Redi, op.cit.,hlm.4.

7Azis Khan dkk, Kembali Kejalan Lurus Kritik Penggunaan Ilmu dan Praktek Kehutanan

Indonesia, Yogyakarta, Forci development, 2013,hlm.13.

Page 16: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

6

Pemerosotan pengelolaan hutan akan berdampak pada kerusakan hutan.

Sebagaimana kita ketahui, kerusakan hutan yang disebabkan oleh masyarakat

sekitar tidak terlepas dari tindakan tindakan seperti menggunakan kawasan hutan

untuk pemukiman dan bercocok tanam disertai dengan pembukaan dan

penebangan pohon. Tindakan ini jika dibiarkan maka akan menimbulkan

kerusakan signifikan pada hutan. Ditambah lagi jenis hutan adat meupakan jenis

hutan yang paling yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat adat setempat

untuk kebutuhan sehari hari dalam rangka mencapai kesejahteraan. Sehingga,

apabila pemanfaatan kawaasan hutan tersebut tidak sesuai dengan apa yang

semestinya, akan semakin memperparah kondisi hutan yang ada di Indonesia.

Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia tentang

kehutanan sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2 persen hutan Indonesia menyusut tiap

tahunnya dan Kementrian Kehutanan menyebutkan dari 130 juta hektar hutan

yang tersisa di indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang.8

Berdasarkan catatan tersebut membuktikan pengelolaan hutan tidak akan

maksimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Perlu melibatkan peran

serta masyarakat dalam menjaga kelangsungan hutan.

Berdaasarkan pengaturannya, Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang kehutanan telah mengamanatkan pemberdayaan masyarakat melalui pasal

3 huruf d yang menjelaskan bahwa Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan:

8http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/k

ehutanan/, diakses pada 6/12/2015, pukul23:10 WIB.

Page 17: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

7

meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan

masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga

mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat

perubahan eksternal. Selanjutnya, basis normatif mengenai pemberdayaan masyarakat

ini dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 83 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan yang berbunyi

pemberdayaan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban pemerintah , provinsi, kabupaten /kota yang

pelaksanaannya menjadi tanggungjawab kesatuan pengelolaan hutan (KPH).

Salah satu langkah konkrit yang diambil pemerintah utuk memberdayakan

masyarakat dalam mengelola hutan yang berada diwilayahnya yaitu dengan

meluncurkan program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dengan dasar

hukum pengelolaan melalui Peraturan Mentri KehutananNomor 88 Tahun 2014

tentang Hutan Kemasyarakatan dan Peraturan Mentri KehutananNomor 89 Tahun

2014 tentang HutanDesa.

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (community base forest

management) atau sering disebut perhutanan sosial (Social Forestry) merupakan

pemberdayaan masyarakat didalam dan disekitar hutan dengan memberikan akses

kepada masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan yang ada disekitarnya

melalui perencanaan, penataan, perbaikan (rehabilitasi), perlindungan,

Page 18: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

8

pemanfaatan dan pelerstarian hutan.9 Sumatera Barat merupakan salah satu

provinsi yang turut andil melaksanakan program ini. Dengan dominasi hutan

nagari yang bertebaran diwilayah sumbar tentu program ini merupakan langkah

efektif dalam upaya memaksimalkan pengelolaan hutan. Model Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) yang telah dilaksanakan di Sumatera Barat

adalah melalui skema hutan Nagari atau Desa (HN), Hutan Kemasyarakatan

(Hkm) dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dengan membuka partisipasi

masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan sebagai alternatif strategis dalam

menangani berbagai persoalan kehutanan seperti konflik teritorial, kerusakan

hutan, keamanan hutan, kemiskinan dan berbagai problem masyarakat dan

lingkungannya.10

Di Sumatera Barat sendiri berdasarkan dari pernyataan Kepala Dinas

Kehutanan Sumatera Barat Hendri Oktavia menyebutkan sudah ada 11 hutan

nagari dan 13kelompok kehutanan kemasyarakatan (Hkm) dengan luas keduanya

36.886 hektar”.11Dari data ini dapat disimpulkan bahwa Sumatera Barat

merupakan salah satu propinsi yang cukup gencar melaksanakan program ini

dalam upaya optimalisasi pengelolaan hutan.

Salah satu nagari yang melakukan PHBM ini terdapat di Jorong

Simancuang Nagari Pauah Duo Kabupaten Solok Selatan. Kegitan ini dimulai

9http://www.sumbarprov.go.id/details/news/5159, diakses pada 6/12/2015, pukul23:24

WIB.

10Ibid.

11http://www.mongabay.co.id/2015/06/page/3/, diakses pada 6/12/2015, pukul23:32

WIB.

Page 19: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

9

dengan adanya SK yang dikeluarkan gubernur tentang pemberian Hak

Pengelolaan Hutan Nagari (HPHD) kepada Lembaga Pengelola Hutan Nagari

(LPHN) Jorong Simancuang. Sejak dikeluarkan SK tersebut, maka masyarakat

Jorong Simancuang dapat melakukan pengelolaan hutan dengan program PHBM

melalui Lembaga Pengelolaan Hutan Nagari (LPHN). Lembaga Pengelolaan

Hutan Nagari (LPHN) melakukan kegiatan pengelolaan hutan sesuai dengan

ruang lingup pengelolaan hutan desa yang diatur didalam Peraturan Menteri

KehutananNomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa.

Untuk hutan di Jorong Simancuang sendiri yang berstatus sebagai hutan

lindung, tentu memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal lingkup pengelolaan

hutan. Pengelolaannya harus sesuai dengan kritria pengelolaan hutan dengan

fungsi sebagai hutan lindung. Namun kondisinya, masih ditemui kegitan

masyarakat yang seharusnya tidak boleh dilaksanakan pada hutan lindung.

Dibuktikan dengan masih adanya kegiatan bercocok tanam dalam bentuk sawah

dan ladang di area hutan tersebut. Ini jelas bertentangan dengan pengelolaan hutan

yang memiliki fungsi lindung.

. Permasalahan ini tentunya harus segera diselesaikan dalam rangka

pengelolaan hutan yang lebih baik. Apalagi hutan ini merupakan hutan nagari

dengan fungsi sebagai hutan lindung. Jika salah salah dalam pengelolaan, tentu

akan merusak fungsi lindung dari hutan tersebut. Maka perlu penelitian lebih

mendalam mengenai Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di Jorong

Simancuang ini. Disini penulis memfokuskan penulisan mengenai 3 ruang

Page 20: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

10

lingkup pengelolaan hutan berbasis masyarakat yaitu meyangkut perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di

Jorong Simancuang. Ini dilakukan karena ruang lingkup tersebut sangat penting

dalam rangaka keberhasilan nagari dalam mengelola hutan didaerahnya.

Sangat penting dilakukan penelitian lebih jauh tentang permasalahan ini

.Agar pengelolaan hutan dalam ruang lingkup PHBM tidak menggangu fungsi

hutan Simancuang sebagai hutan lindung. Sehingga dalam penelitian ini penulis

memillih judul :PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT PADA

HUTAN NAGARI DI JORONG SIMANCUANG NAGARI ALAM PAUH

DUO KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka masalah yang akan dirumuskan dalam

penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana perencanaan penggunaan hutan nagari dalam Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pada Hutan Nagari di Jorong

Simancuang?

2. Bagaimana penggunaan hutan nagari oleh masyarakat dalam

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong

Simancuang?

3. Bagaimana pengawasan penggunaan hutan nagari oleh masyarakat

dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong

Simancuang?

Page 21: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

11

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui perencanaan penggunaan hutan nagari dalam

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pada Hutan Nagari di

Jorong Simancuang

2. Untuk mengetahui penggunaan hutan nagari oleh masyarakat dalam

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong

Simancuang.

3. Untuk mengetahui pengawasan penggunaan hutan nagari oleh

masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di

Jorong Simancuang.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini penulis mengharapkan ada manfaat yang dapat diambil yaitu:

a. Secara Teoritis

1. Mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan mengenai hukum

agraria dan sumber daya alam dari berbagai literatur buku sehingga

dapat diambil proses penyelesaian permasalahan di bidang agraria dan

sumber daya alam yang ideal menurut hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Melatih kemampuan penulis untuk melakukan penelitian ilmiah

sekaligus menuangkan hasilnya dalam bentuk tulisan.

Page 22: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

12

3. Agar dapat menerapkan ilmu yang secara teorotis diperoleh di bangku

perkuliahan dan menghubungkannya dengan kenyataan yang ada di

lapangan.

4. Agar penelitian ini mampu menjawab keingintahuan penulis tentang

pemanfaatan hutan nagari oleh masyarakat nagari didalam Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pada Hutan Nagari di Jorong

Simancuang Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten

Solok Selatan.

b. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pembaca tentang Pengelolaah Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM). Selain itu

diharapkan juga dapat memberi kontribusi bagi pihak pihak yang melakukan

pengelolaan terhadap hutan.

E. Metode Penelitian

Guna memperoleh data yang konkrit sebagai bahan dalam penelitian skripsi

ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Pendekatan

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum dengan jalan tertentu, dengan menganalisanya.

Selain itu, dalam penelitian juga melakukan pemeriksaan yang mendalam

Page 23: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

13

terhadap fakta hukum tersebut dan kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.

Artinya suatu penelitian hukum yang dilakukan dianggap sebagai penelitian

ilmiah bila memenuhi unsur-unsur yang meliputi:12

1. Kegiatan itu merupakan suatu kegiatan ilmiah;

2. Kegiatan yang dilakukan didasarkan pada metode, sistem dan pemikira

tertentu;

3. Dilakukan untuk mencari data dari satu atau beberapa gejala hukum

yang ada;

4. Adanya analisis terhadap data yang diperoleh;

5. Sebagai upaya mencari jalan keluar atas permasalahan yang timbul.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis empiris.

Penelitian hukum empiris merupakan penelitian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan. Adapun peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

objek penelitian ini yaitu:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

b. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah.

e. Undang-Undang No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan

f. Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan

dan Rencana Pengelolaan Hutan.

12 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2008,

hlm. 6-7.

Page 24: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

14

g. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007

Tentang Pokok Pokok Pemerintahan Nagari

h. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan

Desa

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat

deskriptif, yaitu dengan memaparkan hasil dari penelitian tentang bagaimana

ketentuan yang berlaku dalam pemanfaatan hutan nagari oleh masyarakat nagari

di dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pada Hutan Nagari di

Jorong Simancuang Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten

Solok Selatan. Penelitian ini pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan

secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu,

mengenai sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu.13

3. Jenis Data

Adapun jenis data yang dipakai dalam penelitian skripsi ini adalah data

primer dan data sekunder, dimana data primer ditunjang dengan data sekunder.

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui penelitian langsung di

lapangan guna memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti. Data ini diperoleh melaui wawancara yang dilakukan dengan para

13 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 1996, hlm.

35.

Page 25: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

15

responden yang diawali dengan pembuatan daftar pertanyaan, selanjutnya

dilakukan pencatatan hasil wawancara.

b. Data sekunder

Di dalam penelitian hukum, digunakan pula data sekunder yang memiliki

kakuatan mengikat sebagai pendukung data primer dan dibedakan dalam:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan

terdiri dari:

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

b) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan.

c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

d) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah.

e) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan.

f) Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan.

g) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun

2007 Tentang Pokok Pokok Pemerintahan Nagari

h) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014

tentang Hutan Desa

Page 26: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

16

2. Bahan hukum sekunder yakni bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti hasil karya dari kalangan

hukum, teori-teori dan pendapat-pendapat para sarjana, jurnal-jurnal,

hasil penelitian hukum dan sebagainya.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus

hukum yang membantu menterjemahkan istilah-istilah hukum yang

ada. Bahan ini didapat agar memperoleh informasi yang terbaru dan

berkaitan erat dengan permasalahan yang akan diteliti.14

4. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni

melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara)

dengan sumber data (responden). Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung menggunakan daftar

pertanyaan yang dikirim kepada responden dan responden menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan peneliti, kemudian mengirimkannya kembali daftar

petanyaan yang telah dijawabnya itu kepada peneliti. Secara langsung, wawancara

dilakukan dengan cara “face to face”, artinya peneliti (pewawancara) berhadapan

14 Ibid, hlm.114.

Page 27: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

17

langsung dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang

diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh pewawancara.15

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi

terstruktur, karena dalam penelitian ini terdapat beberapa pertanyaan yang sudah

pasti akan peneliti tanyakan kepada narasumber, dimana pertanyaan-pertanyaan

tersebut sudah peneliti buatkan daftarnya. Namun tidak tertutup kemungkinan di

lapangan nanti peneliti akan menanyakan pertanyaan pertanyaan yang baru

peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan narasumber nanti.

Adapun yang akan diwawancarai nanti adalah pihak dari Dinas Kehutanan

Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kehutanan Kabupaten Solok Selatan, Kepala

Lembaga Pengelolaan Hutan Nagari Jorong Simancuang, Pihak dari KKI Warsi

sebagai LSM pendamping dan mewawancarai masyarakat setempat dengan

metode purposive sampling.

Tata cara metode purposive sampling ini diterapkan, apabila peneliti benar-

benar ingin menjamin, bahwa unsur-unsur yang hendak ditelitinya masuk kedalam

sampel yang ditariknya. Untuk itu, maka dia menetapkan syarat-syarat tertentu

yang harus dipenuhi, didalam unsur-unsur dari sampel.16

b. Studi dokumen

Yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang penulis teliti.

15 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta, Granit, 2004, hlm.72.

16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 2008,hlm.196.

Page 28: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

18

5. Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Pengolahan data

Data yang diperoleh setelah penelitian akan diolah melalui proses editing.

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti kembali dan mengoreksi atau melakukan

pengecekan terhadap hasil penelitian sehingga tersusun dan akhirnya melahirkan

suatu kesimpulan.

Selain itu pengolahan data pada penelitian ini juga menggunakan cara

coding yaitu kegiatan berupa pemberian kode atau tulisan tertentu pada jawaban-

jawaban responden setelah diedit dengan tujuan memudahkan kegiatan analisis

data yang akan dilakukan.

b. Analisis data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah

bersifat kualitatif. Dimana data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian

diolah dan dianalisa selanjutnya disusun untuk menggambarkan tentang

pengelolaan hutan berbasi masyarakat di Jorong Simancuang Nagari Alam Pauah

Duo Kabupaten Solok Selatan sehingga datanya ini bersifat deskriptif yaitu data

yang berbentuk uraian-uraian kalimat yang tersusun secara sistematis yang

menggambarkan hasil penelitian dan pembahasan.

Page 29: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hutan

1. Pengertian Hutan

Menurut Dengler yang diartikan hutan adalah ”sejumlah pepohonan yang

tumbuh pada lapangan yang cukup luas sehingga suhu, kelembaban cahaya, angin

dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya akan tetapi dipengaruhi

oleh tumbuh tumbuhan / pepohonan baru asal tumbuh pada tempat yang cukup

luas dan tumbuhnya cukup rapat (horizontal dan vertikal)“17Berdasarkan

pengertian tersebut, Dangler memberikan ciri ciri hutan yaitu terdiri atas : (1)

adanya pepohonan yang tumbuh pada tanah yang luas (tidak termasuk savana dan

kebun dan (2) pepohonan tumbuh secara berkelompok.18

Selain pengertian menurut Dengler juga terdapat pengertian lain yang di jelaskan

oleh Soerianegara Indrawan. Menurut Soerianegara Indrawan hutan sebagai

masyarakat tetumbuhan dikuasai atau didominasi oleh pohon pohon yang

mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar hutan .19

Sedangkan berdasarkan pasal 1 ayat (2) Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan menjelaskan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa

hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan

17Salim,H.S, Op.Cit, hlm.40.

18Ibid.

19Mora Dingin, Bersiasat dengan Hutan Negara, Jakarta, Epistema Institute,

2014,hlm.31.

Page 30: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

20

dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak

dapat dipisahkan.

Ada empat unsur yang terkandung dalam definisi hutan berdasarkan Undang

Undang Kehutanan yaitu:20

1. Unsur lapangan yang cukup luas (minimal ¼ hektar), yang disebut tanah

hutan.

2. Unsur pohon (kayu, bambu, palem), flora, dan fauna,

3. Unsur lingkungan, dan

4. Unsur penetapan pemerintah.

2. Jenis Hutan

Berdasarkan pasal 5 sampai dengan pasal 9 Undang-Undang Nomor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan, ditentukan empat jenis hutan, yaitu berdasarkan

(1) statusnya, (2) fungsinya, (3) tujuan khusus, dan (4)pengaturan iklim mikro,

estetika, dan resapan air.

Keempat jenis hutan itu dikemukakan berikut ini.

1. Hutan berdasarkan statusnya

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan menyataan hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: hutan

negara dan hutan hak.

2. Hutan berdasarkan fungsinya

20Salim,H.S,op.cit.,hlm.41.

Page 31: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

21

Pasal 6 Undang-UndangNomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

menyatakan bahwa hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi

konservasi, (b) fungsi lindung (c) fungsi produksi.

3. Hutan berdasarkan tujuan khusus

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

menyatakan:

1. pemerintah dapat menetapkan kawaasan hutan untuk tujuan khusus

2. penetapan kawasan hutan dengan tujuan khusus, sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 diperlukan untuk kepentingan umum seperti:

a) Penelitian dan pengembangan

b) Pendidikan dan latihan dan

c) Religi dan budaya.

4. Hutan berdasarkan pengaturan iklim mkiro, estetika dan resapan air,

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan dinyatakan untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika

dan resapan air, disetiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan

kota.

Dalam hal jenis hutan sendiri, terdapat perubahan yang cukup mendasar

terhadap status hutan. Yakni dengan dikeluarkannya putusan Mahkamah

Konstitusi dalam perkara No 35/PUU-X/2012 mengenai kosntitusionalitas

keberadaan hutan adat sebagai bagian hutan negara, mahkamah konstitusi melalui

putusan itu mengeluarkan hutan adat dari hutan negara. Tetapi tidak menjadian

Page 32: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

22

hutan adat sebagai kategori khusus yang berbeda dengan hutan hak, melainkan

memasukkan keberadaan hutan adat sebagai salah satu jenis dalam hutan hak.21

3. Kedudukan status hutan

Kedudukan status hutan di indonesia perlu dilakukan penetapan status dan

fungsi agar tidak menimbulkan kesimpang siuran terhadap status hutan tersebut.

Penetapan status dan fungsi sangat penting di wujudkan untuk menghindari klaim

atau tuntutan dari masyarakat yang saat ini gencarnya menuntut pengakuan atas

hutan hak mereka. Dalam tuntutannya tersebut, sebagian kalangan masyarakat

ingin membedakan secara jelas antara hutan negara dan hutan hak.22

Mengenai status hutan, pasal 5 ayat (1) Undang-Undang nomor 41 tahun

1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa hutan berdasarkan statusnya terdiri

atas: (a) hutan negara, dan (b) hutan hak. Selain mengenai status, Undang Undang

Kehutanan juga menjelaskan fungsi hutan melalui Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa hutan

mempunyai tiga fungsi, yaitu : (a) fungsi konservasi,(b) fungsi lindung, (c) fungsi

produk. Dengan perbedaan yang jelas yang diatur dalam undang-undang, maka

akan menimbulkan kejelasan kegiatan rakyat pada wilayah hutan.

Kegiatan rakyat dalam aktivitas tanah dan hutan untuk dijadikan sumber

kehidupan , berlangsung secara turun temurun . Bahkan eksistensi tradisional

masyarakat hukum adat telah dikenal ada 19 lingkungan adat , tumbuh dan

21Yance Arizona, Konstitusionalisme Agraria, Yogyakarta, STPN Press,2014, Hlm.296

22Supriadi, Op.Cit, hlm.18.

Page 33: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

23

tersebar sejak dahulu kala sebeagai pengelola tanah hutan. Tanah ulayat dan hutan

adat yang dilestarikan berlangsung terus secara swakelola di berbagai wilayah.

Contohnya antara lain : pada masyarakat suku Dayak di Kalimantan, masyarakat

suku Tolaki di Sulawesi dan masyarakat suku lainnya di Nusantara.23

Berdasarkan status hukum sebagaimana yang diatur Pasal 5 Undang

Undang Nomor 41 tahun 1999 di atas, secara teoritis FAO dan pemerintah RI

mengelompokannya menjadi enam tipe berdasarkan potensi pengelolaannya

sebagai berikut:24

1. Hutan Pegunungan Campuran (Mixed Hill Forests)

Jenis hutan ini sangat penting berkenaan dengan hasil kayunya. Ini

meliputi sekitar 65% dari seluruh hutan alam Indonesia. Di Sulawesi,

Kalimantan dan Sumatra hutan didominasi oleh suku Dipterocarpaceace,

jenis kayu terpenting di Indonesia. Di Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian

Jaya yang bersifat lebih kering , jenis-jenis penting adalah Pomtia spp.,

Palaqium spp., Instia palembanica dan Octomeles.

2. Hutan Submontana, Montana , dan Pegunungan.

Hutan ini terdapat di daerah-daerah indonesia dengan ketinggian antara

1.300 sampai 2.500 meter di atas permukaan laut di mana spesies

Dipterocarpus jumlahnya lebih sedikit. Suku yang dominan adalah

Lauraceace dan Fagaceae.

3. Savana/ Hutan bambu/ hutan luruh /atau hutan musim pegunungan.

Hutan ini tidak luas wilayahnya. Padang rumput savana alami terdapat di

Irian Jaya, berasosiasi dengan Eucalyptus spp., di Maluku berasosiasi

dengan Maulea dan di Nusa Tenggara berasosiasi dengan Eucalyptus

alba. Hutan luruh terdapat pada ketinggian sekitar 100 meter, memiliki

genera yang tidak ada di hutan seperti Acacia, Albizza, dan Eucalyptus

hutan di Nusa Tenggara. Hutan jati di Jawa dibangun sekitar hampir 100

tahun yang lalu. Hutan musim pegunungan terdapat pada ketinggian diatas

100 m.

4. Hutan Rawa Gambut

Terdapat hanya di daerah-daerah yang iklimnya selalu basah khususnya di

Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya yang mencakup luas 13 juta ha atau

23Alam Setia Zain, Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat,

Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.72.

24Supriadi, op.cit., hlm. 21.

Page 34: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

24

10% dari luas seluruh hutan. Spesies yang terpenting adaah Gonystylus di

Kalimantan dan Camnosperma macrophylum di Sumatra.

5. Hutan Rawa Air Tawar

Luasnya sekitar 5,6 juta ha, terdapat di pesisir Timur Sumatra, pesisir

Kalimantan dan beberapa wilayah di Irian Jaya. Generanya sama dengan

hutan hujan bukan rawa. Di Irian Jaya pada hutan jenis ini didominasi

oleh sagu.

6. Hutan Pasang Surut

Hutan bakau (manggrove) adalah bagian yang penting dari huta pasang

surut, luasnya sekitar 4,25 juta ha. Hutan bakau terutama terdapat

dikalimantan,Sumatra, Irian Jaya dan Kepulauan Aru, dan sedikit di

Sulawesi bagian selatan serta jawa bagian utara. Rhizopora, Avicennia,

Sonneratia, dan Cerioops adalah bagian utamanya.

B. Tinjauan Tentang Hutan Desa

Pengertian hutan desa sendiri dapat ditemukan dalam pasal 1 angka 7

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa

menyatakan hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang

dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejateraan desa.Dari pengertian

tersebut menjelaskan bahwa desa memiliki peran dalam mengelola dan

menyelenggarakan hutan desa dengan tujuan untuk kesejahteraan desa tersebut.

Dalam penyelenggaraan hutan desa, memuat beberapa asas seperti yang

tercantum dalam pasal 2 ayat (1)Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun

2014 tentang Hutan Desa yang berbunyi:

penyelenggaraan hutan desa berazaskan:

a) Manfaat dan lestari secara ekologi, ekonomi, sosial dan bidaya.

b) Musyawarah-mufakat; dan

c) Keadilan

Page 35: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

25

Dalam pasal 85 Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan , Serta Pemanfaatan Hutan dinyatakan

bahwa , hutan desa sebagaimana dimaksud pada pasal 84 huruf a dapat diberikan

kepada hutan lindung dan hutan produksi.Namun demikian, klaim yang telah

ditunjukkan oleh masyarakat setempat tersebut sebagai hutan desa , tetap

diperlukan suatu justifikasi secara formal. Oleh karena itu, pengakuan formal

tersebut dilakukan oleh pejabat yang berwenang, yakni Menteri yang menangani

bidang kehutanan.25

Pasal 86 Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan

dan Rencana Pengelolaan Hutan , Serta Pemanfaatan Hutan dinyatakan bahwa:

1. menteri menetapkan areal kerja hutan desa berdasarkan usulan bupati/

walikota sesuai kriteria yang ditentukan dan rencana pengelolaan yang

disusun oleh kepala satuan pengelolaan hutan (KPH) atau pejabat yang

ditunjuk;

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kriteria dan tata cara

perencanaan areal kerja hutan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan peraturan mentri;

Pasal 87 Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan

dan Rencana Pengelolaan Hutan , Serta Pemanfaatan Hutan dinyatakan bahwa ,

1. pemberdayaan masyarakat setempat melalui hutan desa dilakuan dengan

memberikan hak pengelolaan pada lembaga desa ;

2. hak pengelolaan seagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi

kegiatan tata areal, penyusunan rencana pengelolaan areal, serta

pemanfaatan hutan serta rehabilitasi dan perlindungan hutan ;

3. pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berada pada

: (a) hutan lindung meliputi kegiatan pemanfaatan kawasan , pemanfaatan

jasa lingkungan , pemungutan hasil hutan bukan kayu; (b) hutan produksi

meliputi kegiatan pemanfaatan kawasan , pemanfaatan jasa lingkungan ,

25Supriadi, op.cit., hlm.184

Page 36: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

26

pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, pemungutan hasil hutan

kayu dan bukan kayu

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak pengelolaan hutan desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1). Ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan

mentri.

Pasal 88 ayat (1) Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang

Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan , Serta Pemanfaatan Hutan

dinyatakan bahwa , dalam pemberian hak hutan desa sebagaimana dimaksud pada

pasal 87 ayat (1), pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/

kota sesuai kewenangannya memberikan fasilitas yang meliputi pengembangan

kelembagaan, pengembangan usaha,bimbingan teknologi, pendidikan dan latihan,

serta akses terhadap pasar .

Sementara itu, dalam rangka pemberian hak pengelolaan hutan desa

terhadap lembaga desa tersebut, tetap dibantu oleh pemerintah dalam memberikan

bantuan fasilitas.26Dan hasil pemanfaatan hasil hutan yang dipungut dari hutan

desa, tetap dikenakan iuran.27

C. Tinjauan Tentang Pengelolaan Hutan

Hutan diciptakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai karunia bagi manusia,

binatang dan tumbuh-tumbuhan serta masyarakat disamping mempunyai peranan

yang sangat berharga dan bernilai bagi keberlangsungan kehidupannya. Sebab

kalau hutan disuatu daerah telah mengalami penurunan yang sangat drastis ,secara

otomatis akan berdampak negatif terhadap kehidupan , khususnya masyarakat,

misalnya terjadi kekeringan apabila musim kemarau, akan terjadi banjir kalau

26Ibid., hlm.184-185

27Ibid.,hlm. 186.

Page 37: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

27

musim hujan. Oleh karena itu pengelolaan ini sangat penting dilaksanakan untuk

mengetahui sejauh mana pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan tersebut.28

Berdasarkan pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan

pemerintah dibidang kehutanan, kelautan , serta energi dan sumber daya mineral

dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi. Pasal tersebut memberikan

kewenangaan pengurusan dan pengelolaan hutan kepada pemerintah provinsi

melalui pemerintah pusat melalui otonomi daerah. Otonomi daerah adalah sebagai

kesatuan masyarakat hukum yang berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat.29

Mayers mendefinisikan tata kelola kehutanan (forerstry governance)

sebagai kebijakan , peraturan yang mempengaruhi pemanfaatan SDH , baik secara

local level (seperti aturan masyarakat dan norma sosial pemanfaatan SDH),

national level (seperti hak kepemilikan SDH dan kebijakan kebijakan yang

mempengaruhi keuntungan relatif dari berbagai bentuk pemanfaatan) maupun

global level (seperti kesepakatan multi/ bilateral tentang kehutanan, aturan

perdagangan, kebijakan kebijakan yang mengatur keberadaan perusahaan

multinasional dan investasi)30

28Supriadi, Op.Cit.,hlm.113.

29HAW.Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2013,

hlm.19.

30Azis Khan dkk, Op.Cit.,hlm.192.

Page 38: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

28

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah menitik beratkan otonomi daerah berada di provinsi. Hal ini berimplikasi

pada kewenangan kabupaten atau kota yang selama ini menjadi aktor otonomi

daerah sekarang beralih ke provinsi.31Sehingga, pengurusan dan pengelolaan

hutan menjadi kewenangan dan tanggung jawab provinsi.

Pengurusan hutan secara luas meliputi:32

a. Mengatur dan melaksanakan perlindungan hutan;

b. Mengukuhkan dan menata batas hutan;

c. Membina pengelolaan dan pengusahaan hutan.

d. Mengurus hutan suaka alam dan hutan wisata, perlindungan satwa dan

perburuan.

e. Menyelenggarakan inventarisasi hutan.

f. Menyelenggarakan hutan dan pendidikan khusus dibidang kehutanan.

Dari enam bentuk pengurusan hutan secara luas terdapat kegiatan kegiatan

pengelolaan hutan yang dilakukan dengan tujuan menjaga keberlangsungan hutan,

pengelolaan hutan meliuti kegiatan sebagai berikut.33

1. Tata hutan dan rencana penyusunan pengelolaan hutan.

2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.

3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan.

4. Perlindungan hutan dan konservasi alam

31www.alamsumatra.org, diakses pada 4/1/2016, pukul21:19 WIB.

32Alam Setia Zein, op.cit., hlm.23-24.

33Ahamd Redi, Op.Cit , hlm 118..

Page 39: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

29

Dalam pengelolaan hutan pada pasal 21 Undang-Undang Nomor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan dinyatakan bahwa pengelolaan hutan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) huruf b meliputi:

a. tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan;

b. pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan;

c. rehabilitasi dan reklamasi hutan; dan d) perlindungan hutan dan konservasi

hutan.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dinyatakan

bahwa hutan merupakan amanah Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu

pengelolaan hutan dilaksanakan dengan dasar akhlak mulia dan sebesar besarnya

untuk kemakmuran rakyat.34. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

memberikan pelaksanaan pengelolaan hutan diwilayah tertentu dapat dilimpahkan

kepada Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kehutanan , baik

berbentuk Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Jawatan (Perjan) maupun

perusahaan perseroan (Persero) yang pembinaanya dibawah Mentri.35

Mengenai wilayah pengelolaan hutan sendiri terdapat pengaturaannya

dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan

dinyatakan bahwa

1. pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan pada tingkat :(a)

provinsi; (b) kabupaten/ kota dan unit pengelolaan .

34Supriadi, op.cit., hlm.116.

35Ibid.

Page 40: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

30

2. pembentukan wilayah pengelolaan hutan tingkat unit pengelolaan hutan

dilaksanakan dengan pertimbangan karakteristik lahan, tipe hutan, fungsi

hutan , kondisi aliran sungai , sosial budaya, ekonomi, kelembagaan

masyarakat setempat termasuk hukum adat dan batas administrasi

pemerintahan.

3. Pembentukan unit pengelolaan hutan yang melampaui batas administrasi

pemerintahan karena kondisi karakteristik serta tipe hutan, penetapannya

diatur secara khusus oleh mentri.

Dalam pembentukan wilayah pengelolaan hutan maka yang perlu

mendapat perhatian dari pemerintah adalah mempertahankan kecukupan luasan

kawasan hutan. Hal ini sesuai pasal 18 Undang-UndangNomor 41 tahun 1999

tentang Kehutanan dinyatakan bahwa:

1. Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan

hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai dan atau

pulau , guna optimalisasi manfaat lingkungan , manfaat sosial, dan

manfaat ekonomi masyarakat setempat.

2. Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) minimal 30% (tiga puluh persen dari luas daratan daerah

aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional.

Berdasarkan pasal 18 tersebut , bagi provinsi dan kabupaten/kota yang

luas kawasan hutannya diatas 30% tidak boleh secara bebas mengurangi kawasan

hutannya dari luas yang telah ditetapkan.36 Selanjutnya dalam menjalankan

pengelolaan, pemerintah dapat membentuk organisasi kesatuan pengelolaan

yangmeliputi organisasi kesatuan pengelolaan hutan konservasi atau kesatuan

pengelolaan hutan lindung dan kesatuan pengelolaan hutan produksi yang

kerjanya lintas provinsi.37

36Ibid,hlm.18.

37Ahmad Redi, op.cit., hlm.120.

Page 41: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

31

Organisasi kesatuan pengelolaan hutan mempunyai tugas dan fungsi

sebagai berikut:38

1. Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi:

a) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

b) Pemanfaatan hutan

c) Penggunaan kawasan hutan

d) Rehabilitasi hutan dan reklamasi

e) Perlindungan hutan dan konservasi alam

2. Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten atau

kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan

3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya mulai dari

perencanaan , pengorganisaisian, pelaksanaan dan pengawasan serta

pengendalian.

4. Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas kegiatan pelaksanaan

pengelolaan hutan diwilayahnya.

5. Membuka peluang investasi guna tercapainya tujuan pengelolaan hutan.

Dalam kegiatan tata hutan, kesatuan pengelolaan hutan tersebut terdiri dari

tata batas , inventarisasi hutan , pembagian kedalam blok atau zona, pembagian

petak dan anak petak dan pemetaan. hukum sumber daya alam dalam sektor

kehutanan.39 Dalam inventarisasi penataan hutan, kepala inventarisasi pengelolaan

hutan menyusun rencana pengelolaan hutan berdasarkan hasil kegiatan dengan

mengacu kepada rencana kehutanan nasional, provinsi, maupun kabupaten atau

kota dan dengan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat, serta

kondisi lingkungan. Rencana pengelolaan hutan meliputi rencana pengelolaan

hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan hutan jangka pendek.40

Rencana pengelolaan hutan jangka panjang disusun olek Kepala Satuan

Pengelolaan Hutan .Rencana pengelolaan hutan jangka panjangmemuat unsur-

38Ibid,hlm.120-121

39Ibid.

40Ibid.

Page 42: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

32

unsur sebagai berikut tujuan yang akan dicapai inventarisasi penataan hutan,

kondisi yang dihadapi, dan strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan

hutan , yang meliputi tata hutan , pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan ,

rehabilitasi dan reklamasi hutan , dan perlindungan hutan dan konservasi alam.41

Rencana pengelolaan hutan jangka pendek memuat unsur unsur sebagai

berikut:42

1. Tujuan pengelolaan hutan lestari dalam skala KPH yang bersangkutan.

2. Evaluasi hasil rencana jangka pendek sebelumnya.

3. Target yang akan dicapai.

4. Basis data dan informasi.

5. Kegiatan yang akan dilaksanakan.

6. Status neraca sumber daya hutan.

7. Pemantauan Evaluasi dan pengendalian kegiatan.

8. Partisipasi para pihak.

Dari semua perencanaan hutan tersebut, Pemberdayaan masyarakat

setempat merupakan keharusan yang perlu mendapat perhatian serius dari

pemerintah dan masyarakat pemilik izin pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan,

hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya komplain atau protes dari

masyarakat setempat yang mengawasi hutan disekitar desa mereka tersebut.

Pemberdayaan tersebut dilakukan untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan

secara optimal dan adil , dilakukan pemberdayaan masyarakat setempat , melalui

41Ibid.

42Ibid,hlm.120-121

Page 43: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

33

pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan

kesejahteraan.43

Dalam pasal 83 Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan , Serta Pemanfaatan Hutan dinyatakan

bahwa:

1. untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil,

dilakukan pemberdayaan masyarakat setempat , melalui pengembangan

kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan.

2. pemberdayaan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban pemerintah , provinsi, kabupaten /kota yang

pelaksanaannya menjadi tanggungjawab kesatuan pengelolaan hutan

(KPH).

Pasal 84 Peraturang Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan

dan Rencana Pengelolaan Hutan , Serta Pemanfaatan Hutan dinyatakan bahwa

pemberdayaan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat

(1) dapat dilakukan melalui :

a. hutan desa;

b. hutan kemasyarakatan; atau

c. kemitraan.

Dari ketentuan diatas memberikan gambaran bahwa hampir dipastikan

80% masyarakat yang bermukim disekitar hutan mengklaim bahwa hutan tersebut

merupakan hutan yang dibawah penguasaan mereka dan sejak dahulu kala nenek

43Ahmad Redi, op.cit., hlm.128

Page 44: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

34

moyang mereka telah menjaga dan mengurus hutan tersebut agar bermanfaat bagi

masyarakatnya.44

Maka dari itu, pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sangat

dibutuhkan agar masyarakat sebagai pihak yang sering melakukan aktifitas yang

berhubungan dengan hutan dapat menjaga kelestarian hutan.

D. Tinjauan Tentang Kewenangan.

a. Pengertian Kewenang

Setiap peyelenggaraan pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu

kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi

asas legalitas adalah wewenang yakni kemampuan untuk melakukan tindakan-

tindakan hukum tertentu.45Dalam negara hukum yang menempatkan asas legalitas

sebagai sendi utama penyelenggaraan pemerintahan, wewenang pemerintah itu

bersal dari peraturan perudang-undangan46

Mengenai wewenang ini, H.D. Stout mengatakan bahwa: wewenang

adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat

dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan

dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik didalam

hubungan hukum publik.47

44Supriadi, op.cit., hlm.184.

45 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2014, hlm.98. 46Ibid.,hlm.100. 47Ibid.,hlm.98.

Page 45: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

35

Bagir Manan memberikan perbedaan antara kekuasaan dan weweang

ditinjau dari bahasa hukum. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat

dan atau tidak berbuat sedangkan wewenang lebih pada pengertian menyangkut

hak dan kewajiban.Jika dikaitkan dengan otonomi daerah, hak menngandung

pengertian kekuasaan mengatur dan mengelola sendiri.Sedangkan kewajiban,

secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan

sebagaimana mestinya.Dan secara vertikal, kewajiban berarti kekuasaan untuk

menjalankan pemerintahan dalam suatu tata tertib ikatan pemerintah negara secara

keseluruhan.48

b. Sumber kewenangan

Secara teoritik, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan diperoleh melalui tiga cara yaitu: atribusi, delegasi, dan mandat.49

Mengenai atribusi, delegasi dan mandat ini H.D. van Wijk/ Willem Konjinenbelt

mendefinisikan sebagai berikut:50

a. Attributie: toekening van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan

een bestuursorgaan, (atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah

oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah.

b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan

aan een ander, (delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari

satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya).

c. Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen

door eenander, (mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya).

48Ibid.,hlm.99-100. 49Ibid.,hlm.101. 50Ibid.,hlm.102.

Page 46: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

36

Di Indonesia, kapan sebuah badan atau pejabat pemerintahan dapat memperoleh

wewenag dan bentuk wewenagnya, diatur dalam Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dengan rincian kewenangan dan

pasal yang mengaturnya yakni sebagai berikut:

1. Atribusi

Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa: Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

memperoleh Wewenang melalui Atribusi apabila:

a. diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan/atau undang-undang;

b. merupakan Wewenang baru atau sebelumnya tidak ada; dan

c. Atribusi diberikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.

2. Delegasi

13 ayat (2) menyatakan bahwa: Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

memperoleh Wewenang melalui Delegasi apabila:

a. diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan lainnya;

b. ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan/atau

Peraturan Daerah; dan

c. merupakan Wewenang pelimpahan atau sebelumnya telah ada.

3. Mandat

14 ayat 1 menyatakan bahwa: Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

memperoleh Mandat apabila:

a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan di atasnya; dan

b. merupakan pelaksanaan tugas rutin.

Page 47: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

37

Dalam kajian HAN, mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang

organ pemerintahan ini penting karena berkenaan dengan pertanggungjawaban

hukum dalam penggunanan wewenang tersebut. Seiring dengan salah satu prinsip

negara hukum; “geen bevoegheid zonder verantwoordelijkheid atau there is no

authority without responsibility” (tidak ada kewenangan tanpa

pertanggungjawaban).51

Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa wewenang yang diperoleh

secara atribusi itu bersifat asli berasal dari peraturan perundang-undangan.Pada

delegasi, tidak ada penciptaan wewenang, yang ada hanya pelimpahan wewenang

dari pejabat satu kepada pejabat lainnya.tanggungjawab yuridis tidak lagi berada

pada pemberi delegasi. Semantara pada mandat, penerima mandat hanya bertindak

untuk dan atas nama pemberi mandat.52

Selain tiga hal tersebut, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah, terdapat 3 cara memperoleh wewenang yaitu:

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan. 3 cara tersebut dijelaskan

didalam pasal 1 angka 8, angka 9 dan angka 11 yang berbunyi:

1. Pasal 1 angka 8 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah menyatakan: Desentralisasi adalah penyerahan Urusan

Pemerintahanoleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan

Asas Otonomi.

2. Pasal 1 angka 9 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah Dekonsentrasimenyatakan: adalah pelimpahan

sebagian UrusanPemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Pusatkepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi

51Ibid.,hlm.105. 52Ibid,

Page 48: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

38

vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota

sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

3. Pasal 1 angka 11 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah Tugas menyatakan: Pembantuan adalah penugasan

dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan

sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenanganPemerintah

Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota

untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah provinsi.

c. Kewenangan Dalam Penyelenggaraan Uruasan Pemerintahan

Mengenai kewenangan dan sumbernya,terdapat proses penyelenggaraan

urusan pemerintah sebagai pelaksana hubungan kewenangan antara pemerintah

daerah, provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintah daerah yang saling

terkait, tergantung, dan sinergis sesuai suatu sistim pemerintahan.53 Urusan

pemerintah daerah adalah hubungan antara provinsi dengan provinsi,

kabupaten/kota atau provinsi dengan kabupaten/kota. Urusan pemerintah yang

menjadi kewenagan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan

pilihan.54

Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan

hak dan pelayanan dasar warga negara, antara lain perlindungan hak

konstitusional, perlindungan kepentingan nasional, kesejateraan masyarakat,

ketentraman dan ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI dan

pemenuhan komitmen nasional berhubungan dengan perjanjian dan konvensi

internasional. Sedangkan urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada

53HAW Widjaja, Op.Cit., hlm. 164. 54Ibid.

Page 49: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

39

didaerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi , kekhasan, dan potensi unggulan daerah.55

Dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya,

hubungan antara pemerintah dan pemerintah daerah meliputi:56

1. Kewenagan ,tanggungjawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian

dampak, budi daya dan pelestarian;

2. Bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya;

dan

3. Penyerasian lingkungan alam dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.

` Dalam bidang kehutanan sendiri sebagai salah satu urusan pemerintah,

sesuai dengan pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah pemerintah, masuk dalam kategori urusan pemerintah pilihan.

Pengelolaan dan pengurusan hutan merupakan kewenagan pemerintah pusat

(dalam hal ini Departemen Kehutanan), namun demikian kewenagan ini dapat

diserahkan ke pemerintah daerah.Oleh karena itu, pemerintah berkewajian

melakukan pengawasan.57

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah menyatakan:

55Ibid., hlm. 164-165. 56Ibid., hlm. 169. 57Supriadi, Op.Cit., hlm. 463.

Page 50: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

40

1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta

energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan

Daerah Provinsi.

2. Urusan Pemerintahan bidang kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) yang berkaitan dengan pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota

menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

Dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa penyelenggaraan dibidang

kehutanan menjadi wewenang pemerintah pusat dan daerah provinsi. Sedangkan

untuk hutan kota diberikan keweangan kepada kabupaten atau kota.

Menyangkut kewenagan yang diberikan dalam pengelolaan hutan kepada

pemerintah, Pasal 61 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

menyatakan bahwa, pemetintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadap

pengurusan hutan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Page 51: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

41

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Hutan Nagari di Jorong Simancuang berjarak sekitar 200 meter dari

pemukiman penduduk dengan kemiringan sekitar 80%. Hutan ini disebut

masyarakat sebagai Hutan Bukit Karang Hitam. Sebelum ditetapkan sebagai hutan

nagari/desa melalui skema PHBM, Hutan Bukit Karang Hitam sudah dijaga oleh

masyarakat sekitar dengan ditetapkan sebagai hutan larangan. Hutan ini berfungsi

sebagai daerah tangkapan air yang berguna sebagai sumber air yang berasal dari

Batang Simancuang (anak sungai diatas bukit) . Airnya dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Selain itu, hutan ini juga

berfungsi sebagai sumber kayu bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari baik itu sebagai bahan bangunan maupun kayu bakar. Didalam hutan

terdapat kayu yang diameternya lebih dari satu meter diantaranya kayu Medang,

Meranti, Banio, Kuranji, Pauh-Pauh dan Banyu.58

Selain sebagai tempat menjaga keanekaragaman flora, hutan ini juga

merupakan tempat perlintasan binatang-binantang liar seperti harimau, kijang dan

berbagai jenis burung.59 Dengan sekian banyak fungsi yang dimilikinya, tentu

dibutuhkan suatu pengelolaan yang baik agar hutan nagari di Jorong Simancuang

58 Wawancara dengan Bapak Edison Kepala LPHN Jorong Simancuang, tanggal 11 April 2016 59 Ibid.

Page 52: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

42

tetap terjaga dengan baik sehingga dapat menjalankan peran dan fungsinya secara

maksimal.

Dalam hal pengelolaan, didalam Skema Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat pada Hutan Nagari di Jorong Simancuang sendiri diserahkan

pengelolaannya kepada masyarakat Jorong Simancuang. Ini karena lokasi Jorong

Simancuang yang dikelilingi oleh lengkungan daerah Hutan Bukit Karang Hitam

sebagai objek pengelolaan Hutan dalam Skema PHBM. Dengan kondisi ini akan

lebih efektif jika pengelolaan dilakukan oleh masyarakat Jorong Simancuang yang

sering beraktifitas dikawasan hutan ini.60

Secara Administratif Jorong ini terdapat dalam wilayah Nagari Alam

Pauah Duo Kecamatan Pauah Duo Kabupaten Solok Selatan. Jorong Simancuang

mempunyai 3 dusun yakni Simancung Atas, Simancug Tengah dan Simancung

Bawah. Sumber mata pencarian paling dominan penduduk jorong ini adalah

dibidang pertanian, baik itu sawah maupun ladang. Sebagian penduduk

menggantungkan hidup dibidang pertanian, hanya sedikit yang berprofesi sebagai

pedagang, Kebanyakan mereka berdagang hanya sebagai perkerjaan sampingan.61

Pembukaan sawah di Jorong Simancuang dimulai pada tahun 1992.

Kegiatan penanaman padi dilakukan menggunakan benih unggul dan lokal

dengan periode 2 kali panen dalam setahun. Untuk kegiatan pertanian, sumber

airnya sangat tergantung sekali pada hutan nagari di Jorong Simancuang yaitu

berasal dari sungai sungai kecil yang mengalir dari atas bukit. Dalam hal kegiatan

perladangan, mereka mengisinya dengan tanaman kopi dan kulit manis yang

60 Wawancara dengan Edison, tanggal 11 April 2016 61 Wawancara dengan Bapak Joni Budianto Wali Nagari Alam Pauah Duo, tanggal 11 April 2016

Page 53: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

43

bercampur dengan tanaman sela yaitu tanaman gardangmunggu.62 Dari Kondisi

ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jorong Simancuang sangat menggantung

hidupnya akan keberadaan Hutan Bukit Karang Hitam. Karena itu Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat ini menjadi salah satu jalan pembuka bagi masyarakat

untuk mendapatkan akses yang legal dalam memanfaatkan hutan secara baik dan

bijaksana.

2. Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN)

Lembaga Pengelola Hutan Nagari adalah suatu lembaga yang dibentuk

oleh nagari dalam rangka mengelola hutan nagari melalui skema Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyaraka (PHBM). Struktur kepengurusan Lembaga Pengelola

Hutan Nagari Jorong Simancuang, berdasarkan Surat Keputusan Wali Nagari

Alam Pauah Duo, Nomor 140/ 08/ SK/ WN-APD/VII-2011 tentang Pengurusan

Lembaga Hutan Nagari Jorong Simancuang yaitu:

Ketua : Edison

Wakil Ketua : Yasman

Sekretaris : Pendra Efendi

Bendahara : Zulkartini

Seksi Bidang- Bidang :

62 Wawancara dengan Edison, tanggal 11 April 2016

Page 54: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

44

a. Seksi Pengamanan Kawasan

Korrdinator : Nofiardi

Anggota:

1. Budi Harianto

2. Ion Maryono

3. M. Putra Doni

4. Susdal Efendi

5. Penwandi

6. Lamsuwi

b. Seksi Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Koordinator : Marza Arisman

Anggota:

1. Zulfiardi

2. Abdul Karim

3. Syafridal

4. Zulkarnaini

5. Maisdawati,

c. Seksi Pemanfaatn Ekonomi hasil hutan bukan kayu :

Koordinator: Fidmenrio,

Anggota:

1. Alnaberi

Page 55: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

45

2. Pepra Manidas

3. Rabiul Awal

4. Haryulis

5. Velicia Putri

d. Seksi Perencanaan dan Pengembangan Potensi Kawasan

Koordinator :Yandrisyah

Anggota:

1. Syamsurizal

2. Masrizal

3. Syafrizal

4. Ali Akbar

5. Tasril

e. Seksi Hubungan Kemasyarakatan:

Koordinator : Erizal Efendi

anggota:

1. Nofri

2. Nofrizal

3. Wasrigusniati

4. Adrizal

Masing masing bidang dalam struktur kepengurusan ini bekerja sesuai bidang

masing masing yang berpedoman pada rencana kerja yang dibentuk diawal tahun.

Page 56: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

46

B. Perencanaan Penggunaan Hutan Nagari Dalam Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat (PHBM) Pada Hutan Nagari di Jorong

Simancuang.

Sebelum dapat merencanakan pengelolaan di Hutan Nagari di Jorong

Simancuang, masyarakat Jorong Simancuang terlebih dahulu harus mengajukan

permohonan penetapan areal kerja hutan nagari melalui bupati/wali kota. Ini

sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal (6) Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa yang menyatakan bahwa

Penetapan Areal Kerja hutan desa dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan

bupati/walikota. Dalam pengajuan permohonan dilakukan dengan melampirkan

berkas berkas sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa yang menyatakan bahwa:

Permohonan sebagaimana disebut pada ayat (2), diajukan oleh kepala desa untuk

lembaga desa yang bersangkutan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan

kepada Direktur Jendral dengan melampirkan:

a. Sketsa lokasi areal yang dimohon; dan

b. Lembaga desa yang dibentuk oleh Kepala desa

c. Rencana kegiatan dan bidang usaha desa.

Dalam hal penetapan areal kerja Hutan Nagari dilakukan oleh Menteri

Kehutanan berdasarkan usulan Bupati yang dilampiri dengan Peta Calon Lokasi

Hutan Nagari dengan skala Peta paling kecil 1 : 50.000 dan melampirkan kondisi

Page 57: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

47

kawasan Hutan antara lain fungsi Hutan, topografi dan potensi.63 Setelah adanya

pengajuan permohonan ini, maka Penetapan areal kerja dilakukan oleh Menteri

Kehutanan paling lama 90 hari sejak permohonan diterima. Ini sesuai dengan

pasal 9 ayat (5) Peraturan Menteri Kehutanan No 89 Tahun 2014 tentang Hutan

Desa yang menyatakan bahwa Penetapan areal kerja Hutan Desa oleh Menteri

paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung dari diterimanya permohonan

usulan dari Bupati/Walikota.

Terkait pengajuan, apabila dilakukan saat sekarang maka telah terjadi

perubahan terhadap kewenangan pengelolaan hutan. Kewenangan pengelolaan

hutan lindung maupun produksi sudah menjadi kewenagan pemerintah provinsi,

sehingga pengajuannya langsung ke gubernur tanpa melalui bupati. Ini sesuai

dengan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral

dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Pembagian ini merupakan

pembagian urusan konkuren yang masuk pada kategori urusan pilihan. Adapun

mengenai urusan konkuren dijelaskan pada pasal 9 Ayat (3) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Urusan

pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan

Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan

Daerah kabupaten/kota. Ketentuan mengenai urusan pengelolaan hutan ini

63 Laporan PKL Joni Putra Proses Pembangunan Hutan Nagari Jorong Simancuang

Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Fakultas Kehutanan

Universitas Muhammadyah Sumatera Barat, 2015, hlm.6

Page 58: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

48

dijelaskan dalam pembagian urusan pemerintah dibidang kehutanan yang terdapat

dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Pada lampiran tersebut menjelaskan kewenangan pengelolaan hutan

berada pada provinsi.

Berdasarkan penetapan areal kerja hutan desa oleh Menterti, Gubernur

kemudian menerbitkan Hak Pengelolaan Hutan Desa/Nagari. Hak Pengelolaan

Hutan Nagari diberikan dalam bentuk Surat Keputusan Pemberian Hak

Pengelolaan Hutan Nagari dengan memuat Luas Hutan Nagari berdasarkan luasan

yang dimohon, wilayah administrasi Hutan Nagari, fungsi hutan, Lembaga

Pengelola Hutan Nagari (LPHN), jenis kegiatan pemanfaatan kawasan, hak dan

kewajiban serta jangka waktu hak pengelolaan hutan nagari, yang mana dalam hal

ini hak pengelolaan diberikan selama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat

diperpanjang.64 Mengenai jangka waktu ini diatur dalam Pasal 16 Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa yang menyatakan

bahwa HPHD sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) dapat diberikan

paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan

evaluasi.

Selanjutnya dengan difasilitasi oleh pemerintah dan KKI Warsi,

dibentuklah Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Jorong Simancuang

Nagari Alam Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. LPHN kemudian menyusun

rencana kelola yang mendeskripsikan potensi dan langkah-langkah pengelolaan

64 Wawancara dengan bapak Kusworo SP,Msi, Kasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dinas

Kehutan Provinsi, tanggal 17 Mei 2016.

Page 59: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

49

hutan yang harus dijalankan. Rencana kelola ini disusun secara dinamis dengan

memperhatikan kepentingan sosial, ekonomi dan ekologis secara komprehensif

dan holistik. Rencana ini menjadi cikal bakal dan jaminan bahwa pengelolaan

hutan yang dilakukan LPHN akan sesuai dengan karakter sosial ekonomi

masyarakat serta mempertimbangkan secara matang karakter ekosistem hutan.

Rencana ini dinamakan Rencana Kerja Hutan Nagari (RKHN) yang

dimaksudkan sebagai rencana pengelolaan areal kerja hutan desa/nagari yang

menjamin kelestarian fungsinya secara ekonomi, ekologi dan sosial serta

menjabarkan rencana kerja dalam 35 (tiga puluh lima) tahun pengelolaan hutan

nagari. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan

Desa, rencana kerja 35 (tiga puluh lima) tahun ini disebut Rencana Kerja Hak

Pengelolaan Hutan Desa (RKHPHD).

Tujuan Rencana Kerja Hutan Nagari (RKHN) Jorong Simancuang Nagari

Alam Pauh Duo adalah sebagai berikut :65

1. Mendeskripsikan kondisi umum wilayah Hutan Nagari Jorong

Simancuang Nagari Alam Pauh Duo,

2. Menjabarkan rencana kelola kawasan hutan nagari,

3. Menjabarkankan rencana kelola usaha hutan nagari,

4. Menjabarkan rencana kelola kelembagaan hutan nagari, dan

5. Menjabarkan rencana kelola sumber daya manusia.

Ruang lingkup rencana ini adalah pada wilayah administrasi Jorong

Simancuang, utamanya pada areal kerja hutan desa/nagari yang telah ditetapkan,

dengan kandungan isi buku rencana meliputi rencana kelola sosial, ekonomi dan

65 Rencana Kerja Hutan Nagari Jorong Simancuang Nagari Alam Pauh Duo

Page 60: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

50

ekologis secara komprehensif serta menjabarkan dukungan teknis dan anggaran

dalam mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari.66

Dalam Pasal 19 ayat (2) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun

2014 menyatakan bahwa RKHPHD meliputi :

a. Kelola kawasan perlindungan;

b. Kelola kawasan pemanfaatan;

c. Kelola kelembagaan dan sumberdaya manusia; dan

d. Kelola usaha

Aturan ini yang menjadi substansi dalam pembuatan Rencana Kerja Hutan

Nagari Jorong Simancuang yang memuat hal hal sebagai berikut:

1. Penataan Areal Kerja yang terdiri atas kegiatan:

a. Tata Batas Areal Kerja

Kegiatan ini dalam bentuk menentukan batas-batas areal kerja

sesuai Penetapan areal kerja yang ditetapkan. Areal kerja ini terdiri

atas batas alam seperti sungai, hutan negara dan batas buatan

dalam bentuk zona zona yang telah ditentukan sesuai fungsinya.

b. Pemasangan Tanda Batas Areal Kerja

Merupakan tindak lanjut dari penetapan areal kerja dengan cara

menentukan batas konkret areal kerja pada lokasi pengelolaan.

66 Ibid.

Page 61: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

51

2. Potensi Areal Kerja yang terdiri atas:

a. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (rotan, Madu, Getah, Buah,

Jamur, Sarang Walet, Tanaman Obat, Tanaman Hias, Satwa Liar,

Hijauan Makanan Ternak).

b. Potensi Jasa Lingkungan (Air, Wisata, Perlindungan Biodiversitas

dan Perdagangan Karbon).

c. Potensi Tanaman Pertanian dan Perkebunan.

3. Rencana Kelola Hutan Nagari yang terdiri atas

a. Pengembangan Usaha Hasil Hutan Bukan Kayu

Rencana ini ditujukan dalam rangka pengolahan Hasil Hutan

Bukan Kayu (HHBK) untuk kegiatan usaha sehingga dapat

menopang perekonomian masyarakat. Rencana pengembangan

kegiatan usaha ini terdiri atas: rencana pengembangan usaha

rotan/manau dan rencana pengembangan usaha getah karet.

b. Pengembangan Usaha Jasa Lingkungan

Rencana ini dalam rangka memanfaatkan jasa lingkungan yang

tersedia di Hutan Nagari Jorong Simancuang sehingga

pemanfaatan hutan ini tidak hanya sebatas hasil hutan bukan

kayun saja. Pengembangan usaha jasa lingkungan ini terdiri atas:

rencana pengembangan usaha wisata, rencana pengembangan

usaha perdagangan Karbon.

4. Pengembangan Agroforestry

Page 62: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

52

Perencanaan dibidang agroforestry menjadi salah satu solusi dalam

rangka mengatur pola kegiatan masyarakat didalam hutan lindung. Sistim

yang biasa disebut tumpang saji ini memadukan tanaman pertanian

dengan tanaman hutan. Sehingga masyarakat dapat berkegiatan dan

mendapat hasil dari hutan sekaligus dapat berperan dalam pelestarian

hutan.

5. Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana

meliputi:

a. Pembangunan Kantor dan Instalasinya

b. Pengadaan Peralatan Kelola Hutan

c. Pembangunan Jalur-Jalur Pengamanan

d. Pembangunan Pos Pengamanan

e. Pembangunan ASDG

f. Pembangunan Areal Model Agroforestry

g. Pembanguan Areal Model Perdagangan Karbon

6. Rencana Pengembangan Kegiatan Ekonomi Lainnya

meliputi:

a. Pembentukan Koperasi

b. Penguatan Kelompok Tani

c. Pembuatan Persemaian

d. Penghijauan Lingkungan

e. Pembangunan PLTMH

f. Pembangunan Dam Penahan

g. Pembangunan Jalan Utama

7. Rencana Pengembangan Kebijakan

terdiri atas:

a. Penyusunan Perna Tentang Pengelolaan Hutan Nagari

b. Penyusunan SOP Kegiatan Kelola Hutan Nagari

c. Penyusunan Perna tentang Badan Usaha Milik Nagari

8. Rencana Penyuluhan/Sosialisasi

Page 63: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

53

terdiri atas:

a. Sosialisasi Rencana Hutan Nagari

b. Sosialisasi Perna tentang Hutan Nagari

c. Sosialisasi Kebijakan tentang Hutan Nagari

d. Penyuluhan tentang pelestarian hutan

e. Penyuluhan tentang Pengembangan Ekonomi

f. Penyuluhan Penguatan Kelembagaan

9. Rencana Pendidikan dan Pelatihan

terdiri atas:

a. Diklat Manajemen Organisasi

b. Diklat Perencanaan Hutan

c. Diklat Pemanfaatan HHBK

d. Diklat Pemanfaatan Jasling

e. Diklat Perencanaan RHL

f. Diklat Budidaya Hutan

g. Diklat Perlindungan Hutan

h. Diklat Pemasaran

i. Diklat Pengembangan Usaha Kecil

j. Diklat Koperasi

k. Diklat Inventarisasi Hutan

l. Diklat Perpetaan

10. Rencana Penelitian dan Pengembangan

terdiri atas:

a. Litbang Agroforestry

b. Litbang HHBK

c. Litbang Jasling

d. Litbang Pengembangan Ekonomi

e. Litbang Pemasaran

Setelah Rencana Kerja Hutan Nagari Jorong Simancuang ini selesai

dibuat, dan diajukan bersama persyaratan PHBM lainnya, Maka SK Kementrian

Kehutanan diturunkan tentang pencadangan areal seluas 650Ha sesuai dengan

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

Page 64: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

54

P.53/Menhut-II/2011 untuk kegiatan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

dengan skema hutan nagari dengan status hutan lindung. Surat Ketetapan ini

menandakan bahwa masyarakat Jorong Simancuang telah dapat mengelola hutan

mereka melalui Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) sebagai pemegang hak

pengelolaan hutan nagari (HPHN)

Dalam rangka merealisasikan rencana kerja 35 (tiga puluh lima) tahun

sebagai rencana jangka panjang, LPHN juga menyusun rencana kerja jangka

pendek dengan jangka waktu satu tahun diawal periode kepengurusan. Rencana

Kerja ini yang akan dijadikan patokan dalam berkegiatan selama 1 (satu) tahun

dalam rangka menyukseskan poin poin yang terdapat dalam rencana kerja 35

tahun. Maksud dari rencana kerja tahunan ini adalah :67

1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam Pengelolaan Hutan Nagari.

2. Memberdayakan masyarakat melalui pelibatan secara aktif dalam penataan

dan pengelolaan hutan nagari Simancuang.

3. Membangun kesadaran masyarakat Nagari mengenai pentingnya

konservasi sumberdaya genetik tanaman hutan untuk kelangsungan hidup

manusia.

4. Menyelesaikan tugas LPHN sebagai Pemegang Hak Pengelolaan Hutan

Nagari.

Berikut ini rencana kerja tahunan yang disusun pada tahun 2015:

1. Penataan Batas Areal Kerja Hutan Nagari

Kegiatan penataan batas dimaksudkan untuk menentukan areal kerja dari

lembaga pengeloa hutan nagari. Kegitan ini direncanakan pada bulan

67 Rencana Tahunan Hutan Nagari (RTHN) Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN)

Simancuang Kabupaten Solok Selatan tahun 2015.

Page 65: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

55

Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2015 dengan melibatkan kerjasama

berbagai pihak yakni : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Solok Selatan, Dinas Kehutan Provinsi, Warsi dan Kehati.

2. Pengawasan Hutan

Dilakukan dalam bentuk patroli rutin satu bulan sekali oleh anggota

LPHN dan patroli gabungan yang dilakukan bersama Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan, Dinas Kehutan Provinsi.

Kegiatan ini dilaksanakan selama satu tahun periode kepengurusan yaitu

dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember.

3. Pengembangan Produk Kerajinan HHBK

Dalam perencanaan engembangan produk kerjainan HHBK dilakukan

dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu:

a. Survey potensi bahan baku rotan, manau

b. Identifikasi pengrajin

c. Akses Pasar

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan

bulan Agustus tahun 2015 dengan melibatkan kerjasama berbagai pihak

yakni : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan, Dinas

Kehutan Provinsi, Warsi dan Pundi Sumatera.

4. Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui pengkayaan ladang masyarakat

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk:

a. Survey dan pemetaan lading

b. Penanaman Bibit Mahoni, Surian, Petai dan Manggis

Page 66: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

56

Kegiatan ini dilakukan antara bulan Mei sampai bulan Desember

dengan menunggu bantuan bibit baik itu dari Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Solok Selatan, Dinas Kehutan Provinsi, ataupun

LSM terkait.

5. Peningkatan kapasitas sumberdaya manuasia

Dilakukan melaui pelatihan pelatihan melalui kerjasama dengan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan, Dinas

Kehutan Provinsi, ataupun LSM terkait. Adapun pelatihan yang

direncanakan yaitu:

a. Pelatihan Anyaman dengan HHBK

b. Pelatihan Pemadaman Kebakaran Hutan

Kegiatan pelatihan ini direncanakan dilaksanakan antara bulan januari

sampai dengan bulan Desember sebanyak 2 kali pelatihan.

6. Pengembangan Usaha Jasa Lingkungan :

Kegiatan ini dilakukan dengan pendampingan dan bantuan dari

Dinas Kehutanan Diskoperindag Dinas Pertanian, Perikanan dan

Peternakan. Dinas Lingkungan Hidup dengan jenis kegiatan sebaga

berikut:

a. Perdagangan Beras

b. PLTMH

c. Irigasi Sawah

d. Pembuatan Papan Informasi

e. Pengembangan Ternak

f. Jalan Usaha Tani

g. Pengembangan Perikanan

Page 67: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

57

Untuk waktu pelaksanaanya, kegiatan perdagangan dilakukan pada bulan

Februari dan kegiatan PLTMH dilaksanakan pada bulan April. Sedangkan

kegiatan lain dilaksanakan antara bulan Oktober sampai Bulan Desember.

7. Pengembangan Kelembagaan

Dilakukan melalui kegiatan:

a. Penyusunan Standar Operasional LPHN

b. Fasilitas Pertemuan LPHN

Kegiata ini dilakukan dalam bentuk diskusi yang di fasilitasi dan

didampingi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok

Selatan, Dinas Kehutan Provinsi dan Warsi. Pendampingan dan fasilitasi

ini sesuai dengan ketentuan pasal 40 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa yang menjelaskan bahwa

Lembaga Desa sebagai pemegang HPHD berhak atas:

a. Mengelola Areal Kerja Hutan Desa sesuai Rencana Kerja

b. Mendapatkan Pendampingan

c. Mendapatkan fasilitasi dalam pengelolaan areal kerja.

Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan sepanjang

tahun periode kepengurusan.

Dari semua tahapan tahapan mekanisme perencanaan yang telah diuraikan,

dalam proses perencanaan hutan, harus diketahui secara jelas mengenai status dari

hutan yang akan direncanakan melalui skema Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat. Terdapat perbedaan antara Hutan Desa sebagai Hutan Negara dan

Page 68: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

58

Hutan Adat. Perbedaan ini harus diketahui agar tahapan tahapan perencaan baik

itu pra perencanaan maupun pasca perencanaan dapat berjalan secara efektif

lancar dan sesuai aturan yang berlaku.

Hutan Desa merupakan hutan yang berstatus sebagai hutan negara yang

dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. Sejalan dengan pengertian

hutan desa yang terdapat dalam pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa menyatakan hutan desa adalah hutan

negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan

untuk kesejateraan desa. Dengan Status sebagai Hutan Negara sudah dapat

disimpulkan bahwasanya hutan ini berada pada wilayah yang tidak dibebani hak

atas tanah.

Berbeda dengan Hutan Adat, untuk wilayahnya sendiri berada pada

wilayah kesatuan Masyarakat Hukum Adat. Secara sederhana, Masyarakat

Hukum Adat diartikan sebagai sekelompok orang yang berbentuk paguyuban

secara turun temurun tinggal disuatu wilayah tertentu karena didasari oleh

kesamaan ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah,

wilayah, sumber daya alam, serta memiliki tanah hukum adat diwilayah adatnya,

termasuk memiliki pranata pemerintahan adat.68 Keberadaan Masyarakat Hukum

Adat yang berada dalam kawasan hutan akan selalu berkaitan dengan

pemanfaatan hutan. Pemanfaatan Hutan Adat oleh masyarakat hutan adat tentu

68 Ahmad Redi, op.cit.,hlm.231-232.

Page 69: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

59

disesuaikan dengan fungsinya. Artinya pemanfaatan hutan adat dapat dilakukan

sepanjang tidak mengganggu fungsinya.69

Awalnya, hutan adat merupakan bagian dari hutan negara. Namun setelah

adanya Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara No 35/PUU-X/2012

mengenai kosntitusionalitas keberadaan hutan adat sebagai bagian hutan negara,

mahkamah konstitusi melalui putusan itu mengeluarkan hutan adat dari hutan

negara. Tetapi tidak menjadikan hutan adat sebagai kategori khusus yang berbeda

dengan hutan hak, melainkan memasukkan keberadaan hutan adat sebagai salah

satu jenis dalam hutan hak.70 Mahkamah Konstitusi dalam putusannya

menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah juga pemegang hak atas hutan.

Dengan demikian, keberadaan tanah ulayat harus didahului dengan adanya tanah

ulayat dari masyarakat hukum adat, karena hutan adat berada di atas wialyah hak

ulayat.71

Untuk Hutan Nagari di Jorong Simancuang, merupakan hutan yang berada

pada wilayah Hak Ulayat Nagari Alam Pauah Duo. Pasal 16 Huruf d Peraturan

Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pokok Pokok

Pemerintahan Nagari menjelaskan bahwa Tanah, hutan, sungai, kolam dan /atau

laut yang menjadi ulayat nagari . Ulayat nagari sendiri dijelaskan dalam pasal 1

huruf 16 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007

Tentang Pokok Pokok Pemerintahan Nagari bahwa Ulayat Nagari adalah harta

benda dan kekayaan nagari diluar ulayat kaum dan suku yang dimanfaatkan untuk

69 Ibid., hlm,232.

70 Yance Arizona, op.cit. hlm 296. 71 Ibid., hlm.297.

Page 70: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

60

kepentingan anak nagari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hutan

Nagari di Jorong Simancuang merupakan hutan adat yang merupakan ulayat

nagari sehingga bukan merupakan bagian dari hutan negara.

Terjadi suatu permasalahan terkait status hutan yang terdapat dalam

penetapan areal kerja hutan nagari di Jorong Simancuang. Dalam penetapan

tersebut dalam Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.

573/Menhut-II/2011 menyamakan hutan nagari sebagai hutan desa. Antara hutan

nagari dan hutan desa sangat jelas perbedaannya. Akibat penetapan tersebut,

menjadikan hutan nagari sebagai hutan negara sehingga negara diartikan disini

tidak mengakui hak masyarakat hukum adat akan wilayah hutan yang telah

mendapat pengakuan melalui putusan Mahkamah Konstitusi. Negara seolah olah

memberikan hak pengelolaan atas hutan negara kepada masyarakat, yang jelas

wilayah tersebut merupakan wilayah ulayat masyarakat hukum adat.

Kekeliruan penetapan yang dilakukan pemerintah ini tentunya berdampak

pada Skema PHBM hutan nagari di Jorong Simancuang dengan dasar hukum

pengelolaan sebagai hutan desa. Kondisi ini berimplikasi pada regulasi perizinan

yang harus melalui negara dan juga tergerusnya hak masyarakat nagari untuk

memanfaatkan ulayatnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nagari.

Selain itu, Penetapan berdasarkan Putusan Menteri Kehutanan yang memyamakan

hutan nagari sebagai hutan desa bertentangan dengan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pokok Pokok Pemerintahan

Nagari.

Page 71: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

61

Ketika regulasi pada skema hutan desa tetap dijalankan pada hutan nagari

di Jorong Simancuang, masih terdapat kendala yang menghambat hak masyarakat

terhadap akses hutan. Prosedur yang mewajibkan masyarakat harus membuat

rencana kerja terlebih dahulu dalam pengusulan Pencadangan Area Kerja ke

Menteri Kehutanan, menjadi salah satu kendala tersendiri bagi masyarakat untuk

mendapatkan akses dalam pengelolaan hutan. Ini menjadi suatu kendala karena

LPHN belum mamiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup baik secara

kualitas maupun kuantitas dalam memenuhi segala tuntutan pemerintah. Ditinjau

dari segi lokasi, masyarakat yang akan mengelola hutan tersebut jauh dari

perkembangan teknologi, bahkan listrik yang merupakan saat ini sudah menjadi

kebutuhan pokok setiap individu, tak jarang ada yang belum masuk ke

pemukiman mereka.

Dalam kualitas pendidikan penduduk sendiri boleh dikatakan masih sangat

rendah. Memang disinilah peran dari Dinas Kehutanan dalam rangka

mendampingi masyarakat untuk memyelesaikan rencana kerjanya. Namun jika

dilihat perkembangannya, wilayah kerja PHBM semakin bertambah dan

penambahan areal kerja PHBM diberbagai daerah juga terus dilakukan . Untuk

saat ini saja sudah mencapai 28 daerah yang diturunkan SK Pencadangan Area

Kerja dari Kementrian Kehutanan dan ada 30 yang dalam proses menunggu.

Situasi Ini akan menjadi problem tersendiri bagi dinas kehutanan maupun LSM

terkait dalam pendampingan nantinya. Untuk itu, pihak dari Dinas Kehutanan

Provinsi saat ini sedang berupaya memangkas regulasi yang menyulitkan

masyarakat. Salah satunya dengan meniadakan rencana kerja 35 (tiga puluh lima)

Page 72: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

62

tahun sebagai sarat diturunkannya SK Pencadangan Area Kerja oleh Menteri

Kehutanan. Dengan penyederhanaan regulasi tersebut, maka akan semakin

membuka lebar jalan akses masyarakat terhadap hutan melalu skema PHBM72.

C. Penggunaan Hutan Nagari oleh Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.573/Menhut-II/2011

tanggal 03 Oktober 2011 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Sebagai

Areal Kerja Hutan Desa/Nagari Simancung Alam Pauh Duo seluas ± 650 (enam

ratus lima puluh ) hektar di Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan

Propinsi Sumatera Barat, merupakan dasar hukum berdirinya PHBM pada Hutan

Nagari Simancung Nagari Alam Pauh Duo kabupaten Solok Selatan. Dengan

adanya SK tersebut maka terbukalah akses legal bagi masyarakat Jorong

Simancuang untuk menggunakan kawasan hutan. Sejatinya, intisari dari program

Pengelolaan Hutan Berbasi Masyarakat ini adalah memberikan akses kepada

masyarakat terhadap hutan.

Penggunaan hutan nagari oleh masyarakat nagari Jorong Simancuang

dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) diserahkan kepada

Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN). LPHN diketuai oleh seorang ketua,

yang bertanggung jawab langsung kepada Wali Nagari. Dalam menjalankan

72 Wawancara dengan Kusworo, tanggal 17 Mei 2016.

Page 73: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

63

tugasnya, ketua LPHN dibantu oleh 1 (satu) orang wakil ketua, 1 (satu) orang

sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara dan 5 (lima) orang koordinator seksi.

Seksi-seksi pada LPHN adalah :

1. Perencanaan dan pengembangan potensi kawasan.

2. Pemanfaatan jasa lingkungan.

3. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

4. Pengamanan kawasan

5. Hubungan masyarakat

LPHN berkegiatan sesuai rencana kerja yang dibuat dan juga dengan

berpatokan pada Hak dan Kewajiban yang ada sebagai lembaga pemegang Hak

Pengelolaan Hutan Nagari (HPHN). Pemegang Hak Pengelolaan Hutan Nagari

memiliki hak dan kewajiban yang melekat padanya yang mana akan direalisasikan

dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang disinkronkan dengan rencana kerja. Hak dan

kewajiban tersebut yakni:73

Pemegang Hak Pengelolaan Hutan Nagari berhak :

a. Pada Areal Hutan Lindung berhak untuk memanfatkan kawasan seperti

budidaya tanaman hias, jamur dan lebah, jasa lingkungan seperti

pemanfaatan jasa aliran air, perlindungan keanekaragaman hayati dan

pemungutan hasil hutan bukan kayu seperti rotan, manau, getah, jamur dan

sarang walet.

73 Joni Putra, hlm.6-7

Page 74: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

64

b. Pada Areal Hutan Produksi berhak untuk memanfaatkan kawasan, jasa

lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta

pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Dalam hal pemanfaatan

hasil hutan kayu hanya dapat dilakukan pada hutan produksi setelah

mendapat izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan dalam

pemanfaatannya mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam maupun

hutan tanaman.

c. Bersama dengan Pemerintah Daerah menentukan mitra untuk melakukan

kegiatan pendampingan, yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya,

Perguruan Tinggi atau pihak lain dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

d. Mendapatkan fasilitasi berupa pendidikan dan latihan, pengembangan

kelembagaan, bimbingan penyusunan rencana kerja Hutan Nagari,

bimbingan teknologi dan pengembangan usaha serta bantuan dalam bentuk

lain dari Pemerintah Daerah dan pihak lainnya dalam kegiatan pengelolaan

Hutan Nagari tanpa mengurangi peran lembaga Nagari selaku pelaku

utama pengelolaan Hutan Nagari.

Hak hak tersebut sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 40

ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan No 89 Tahun 2014 tentang hutan desa yang

menyatakan bahwa Lembaga Desa sebagai pemegang HPHD berhak atas:

a. Mengelola areal kerja Hutan Desa sesuai Rencana Kerja

b. Mendapatkan Pendampingan

c. Mendapatkan fasilitasi dalam pengelolaan areal kerja

Page 75: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

65

Sedangkan dalam hal kewajiban pemegang Hak Pengelola Hutan Nagari, terdapat

dalam pasal 41 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014

tentang Hutan desa yang menyatakan bahwa Kewajiban pengelolaan Hutan

Nagari adalah :

a. Lembaga Desa sebagai pemegang HPHD memiliki kewajiban:

b. melaksanakan penataan batas HPHD;

c. menyusun rencana pengelolaan hutan desa selama jangka waktu

berlakunya HPHD;

d. melakukan perlindungan hutan;

e. melakukan rehabilitasi areal kerja hutan desa;

f. melaksanakan penanaman dan kegiatan lain sesuai dengan rencana

kerja;

g. melakukan budidaya tanaman sesuai dengan kondisi tapak dan

ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal;

h. melakukan tata usaha pemanfaatan hasil hutan; dan

i. membuat laporan pengelolaan Hutan Desa.

Sebagai pemegang Hak Pengelolaan Hutan Nagari, LPHN Jorong

Simancuang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan rencana kerja

tahunan yang dibuat. Kegiatan LPHN dilaksanakan berdasarkan pada bidang -

bidang yang telah disusun dalam struktur kepengurusan yang telah dibentuk.

Bidang-bidang tersebut memiliki peran yaitu sebagai berikut:

a. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Potensi Kawasan

Bidang ini memiliki peran dalam hal perencanaan dan pengembangan

potensi kawasan dengan menitik beratkan kinerja pada perencanaan kegiatan

nagari yang disesuaikan dengan potenis potensi yang dimiliki kawasan hutan di

Page 76: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

66

Jorong Simancuang. Hasil dari rencana kerja tersebut akan diimplementasikan

oleh bidang lain sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing bidang.74

b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan.

Bidang ini memiliki peran melaksanakan kegiatan dalam bentuk

Pemanfaatkan potensi-potensi jasa lingkungan yang ada. Sesuai dengan rencana

kerja 35 (tiga puluh lima) tahun disana termuat bahwasanya ada 3 (tiga)

perencanaan pengembangan jasa lingkungan yakni: rencana pengembangan mikro

hidro, rencana pengembangan ekowisata dan rencana pengembangan usaha

perdagangan karbon. Realisasi pada pemanfaatan jasa lingkungan hanya baru

pada pemanfaatan sumber air yang ada untuk pengairan sawah warga dikaki bukit

serta untuk mengisi kolam kolam warga di hutan nagari Jorong Simancuang.

Untuk ekowisata, baru baru ini dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Solok Selatan mengunjungi kawasan hutan untuk melihat potensi

wisata yang ada disana. Kawasan hutan Nagari Jorong Simancuang sangat cocok

untuk dijadikan taman wisata pendidikan dengan keanekaragaman hayati disanan

dengan berbagai jenis pohon yang ada dan masih cukup terjaga.75 Selain itu dinas

kehutan provinsi sampai saat sekarang ini sedang menginisiasi usaha perdagangan

kaarbon melalui dana Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan atau sering disebut

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan untuk pemulihan lingkungan.

Sebagaimana pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan

74 Wawancara dengan Kusworo, tanggal 17 Meit 2016. 75 Wawancara dengan ibuk Yuliandi bagian Rehabilitasi Hutan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Solok Selatan , tanggal 8 April 2016.

Page 77: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

67

adalah Komitmen Perseroan untuk dapat berperan serta dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan

yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya. Pasal ini menjelaskan bahwasanya meningkatkan

kualitas lingkungan menjadi salah satu objek sasaran dalam pelaksanaan

Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) perusahaan. Pengelolaan hutan yang baik merupakan salah satu upaya

peningkatan kualitas lingkungan. Sehingga dana Tanggung Jawab Sosial

Lingkungan Perusahaan dapat dialokasikan pada pengelolaan hutan.

c. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

Bidang ini berperan dalam mengelola dan memanfaatkan Hasil Hutan

Bukan Kayu (HHBK) di Hutan Nagari Simancuang sehingga dapat bernilai

ekonomis dan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dilokasi

Hutan Nagari Jorong Simancuang, banyak sekali terdapat rotan, namun terdapat

kendala dari segi pengolahan. Masyarakat belum dapat memanfaatkan hasil hutan

tersebut, karena, hasil hutan ini tidak bisa dikomersilkan dalam bentuk bahan

mentah. Masyarakat harus mengolahnya terlebih dahulu sebelum menjualnya.

Disini terdapat permasalahan ketika masyarakat belum memiliki tenaga ahli

dalam melakukan pengolahan terhadap hasil hutan tersebut. Permasalahan lain

yang juga mengganggu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu ini adalah

masyarakat yang belum memahami secara keseluruhan mengenai Fungsi Lindung

Hutan Nagari di Jorong Simancuang ini. Masyarakat masih berkegiatan dalam

bentuk cocok tanam dalam bentuk sawah dan ladang disana. Jalan keluar melalui

Page 78: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

68

pemberian akses melalui skema PHBM ini, memang dijadikan salah satu faktor

pendorong untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat yang tinggal disekitar

kawasan hutan. Prioritas utama ada pada pengembalian atau rehabilitasi daerah

yang telah dijadikan ladang oleh masyarakat dengan menanaminya tanaman hutan

yang menghasilkan seperti durian, mahoni, manggis, dan petai. Tanaman ini

disebut juga multi purpose tree atau pohon serbaguna. Sedangkan sawah

diarahkan pada model penanamannya dalam bentuk sawah organik yakninya

tanpa memakai zat kimia.

d. Pengamanan kawasan

Bidang ini berperan dalam menjaga keamanan hutan agar terhindar dari

kerusakan. Pengamanan kawasan, diwujudkan dalam bentuk patroli yang

dilakukan secara berkala untuk menjaga keamanan Hutan Nagari Jorong

Simancunag. Ini diperuntukan untuk menjaga kawasan hutan dari pembalakan liar

Dalam perencanaannya, bidang pengamana kawasan melakukan patroli satu kali

dalam sebulan. Namun dalam realisasinya mereka sulit mewujudkannya karena

ketersediaan SDM yang minim. Sehingga mereka berkegiatan seringkali hanya

sesuai kebutuhan saja. Dalam hal pengamanan, koordinasi dilakukan dengan

pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan yaitu pada

bagian polisi hutan. Ini dikarenakan, LPHN hanya bisa memberikan peringatan

dan melaporkan ke dinas kehutanan. Kewenangan penindakan terhadap pelaku

perusakan merupakan kewenanangan polisi hutan yang bekerjasama dengan pihak

kepolisian. Permasalahan terjadi ketika Polisi Hutan kurang berperan aktif dalam

pengamanan kawasan hutan. Sehingga masyarakat kurang memiliki kekuatan

Page 79: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

69

dalam melindungi hutan diwilayah mereka dari ancaman penebangan liar. Jika

Polisi kehutanan kurang tanggap, maka akan menimbulkan ketimpangan dalam

penjagaan keamanan hutan.

Selain melindungi kawasan hutan dari pembalakan liar, bidang

pengamanan hutan juga bertugas melindungi hutan dari ancaman lain seperti

kebakaran hutan, Salah satu upaya perlindunngan tersebut dilakukan dengan cara

pelatihan yang diberikan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dalam bentuk

Pelatihan Pemadaman Kebakaran. Program ini terlaksana melalui kerjasama

dengan Pemadam Kebakaran.

e. Hubungan Masyarakat.

Sama dengan fungsi bidang humas pada umumnya yakni berperan aktif

dalam hal membangun komunikasi degan pihak pihak internal seperti masyarakat

sekitar maupun pihak internal seperti LSM dan pihak pemerintah terkait dalam

melaporkan perkembangan pengelolaan hutan.

Dari semua bidang tersebut, secara garis besar masih terdapat

permasalahan dalam pelaksanaan masing masing fungsi yang masih kurang

maksimal. Masing masing bidang belum memliki program kerja yang jelas.

Kegiatan mereka hanya ditopang dari segi perencanaan hanya melalui rencana

kerja tahunan yang disusun di awal periode kepengurusan. Sehingga mereka

berkegiatan seperti kurang terarah dan terkesan kurang terpacu dari segi

kreativitas variasi kegiatan

Page 80: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

70

Secara keseluruhan fungsi kegiatan pengelolaan hutan berbasis masyarakat

ini memiliki 3 (tiga) tujuan utama yaitu:76

1. Pelestarian hutan

2. Peningkatan kesejahteraan

3. Ketahanan nasional.

Dari tiga tujuan utama tersebut yang baru tercapai hanya pelestarian hutan.

Walaupun masih ada kegiatan sawah dan ladang masyarakat disana, tapi seiring

dengan pemberian akses pengelolaan dan mengarahkan masyarakat untuk

mengembalikan kembali ekosistem hutan dengan menanam kembali tanaman

hutan yang dapat di diambil kembali hasilnya, maka kelestarian hutan akan tetap

terjaga. Untuk angka pembalakan liar sudah dapat ditekan seminimal mungkin.

Sudah jauh terjadi penurunan angka pembalakan liar di Hutan Nagari Jorong

Simancuang pasca permberlakuan skema hutan nagari ini.

Dari sisi kesejahteraan, adanya hutan nagari ini belum memberikan

dampak kesejahteraan secara maksimal. Meskipun banyak bantuan yang datang

baik itu dari UNDP, Bank Dunia atau pun bantuan dari pemerintah berupa

infrastruktur, namun kesejahteraan yang diharapkan itu berasal dari ketika

masyarakat dapat mampu memanfaatkan hasil hutan untuk dikelola sebagai

penopang perekonomian. Sampai saat ini hasil hutan belum memberikan income

yang signifikan dikarenakan keahlian belum memadai dalam melakukan

76 Wawancara dengan Kusworo, tanggal 17 Mei 2016.

Page 81: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

71

pengolahan. Dari segi ketahanan, diharapkan dengan adanya PHBM ini semakin

meningkatkan persatuan dan kekompakan masyarakat memalui koordinasi serta

kerjasama dalam mengelola hutan.

Namun dibalik permasalahan terkait penggunaan hutan ini tetap terdapat

kesalahan pemerintah karena menetapkan status hutan nagari sebagai hutan desa.

Seharusnya, penggunaan hutan nagari dalam pemanfaatannya dapat dilakukan

secara menyeluruh oleh nagari sebagai pemegang hak ulayat atas hutan nagari.

Sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat nagari dan tidak

terfokus hanya pada masyarakat di Jorong Simancuang saja.

D. Pengawasan Penggunaan Hutan Nagari oleh Masyarakat Nagari Dalam

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang

Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

kehutanan menjelaskan bahwa pengurusan hutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), meliputi kegiatan penyelenggaraan:

a. perencanaan kehutanan,

b. pengelolaan hutan,

c. penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan

kehutanan,dan

d. pengawasan

Dari pasal di atas menjelaskan bahwasanya pengawasan merupaka salah

satu ruang lingkup dalam pengelolaan hutan. Pengawasan Merupakan suatu upaya

yang sistematis dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kinerja sebuah lembaga,

Page 82: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

72

termasuk pula dalam pengawasan kehutanan.77 Selanjutnya pada pasal 59

Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menjelaskan bahwa

Pengawasan kehutanan dimaksudkan untuk mencermati, menelusuri, dan menilai

pelaksanaan pengurusan hutan, sehingga tujuannya dapat tercapai secara

maksimal dan sekaligus merupakan umpan balik bagi perbaikan dan atau

penyempurnaan pengurusan hutan lebih lanjut. Semua kegiatan pengawasan

dalam pengelolaan hutan memerlukan kerjasama yang harmonis antara

masyarakat dan pemerintah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pasal 63 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dalam

melaksanakan pengawasan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat

(1), pemerintah dan pemerintah daerah berwenang melakukan pemantauan,

meminta keterangan, dan melakukan pemeriksaan atau pelaksanaan pengurusan

hutan. Selanjutnya dalam hal pengawasan diatur lebih lanjut didalam Pasal 44

ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa

yang menjelaskan bahwa Pengawasan, pembinaan dan pengendalian dimaksudkan

untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan hutan desa sesuai dengen rencana.

Pengawasan dalam pegelolaan hutan nagari di Jorong Simancuang Nagari

Alam Pauh Duo pertama dilakukan melalui pendampingan oleh Instansi terkait

yakninya Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Solok Selatan dan Warsi sebagai LSM Pendamping. Kegiatan

pendampingan ini dilakukan dalam rangka menjalankan kewenangan dalam

melakukan pengawasan. Panduan diberikan dalam bentuk kunjungan ke lokasi

77 Supriadi, Op.Cit, hlm.463

Page 83: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

73

untuk melakukan pemantauan mengenai progres pengelolaan hutan yang

dilakukan LPHN. Selanjutnya, memberikan pembinaan teknis dan lapangan

dengan memberikan penjelasan tentang kegiatan apa saja yang boleh

dilaksanakan dan apa yang harus ditingkatkan.

Pada kunjungan yang dilakukan Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan dan Warsi sebagai LSM

pendamping meminta keterangan kepada LPHN mengenai kegitan yang telah

mereka laksanakan dan apa saja yang menjadi kebutuhan mereka untuk

peningkatan kulitas kinerja mereka. Untuk kunjungan sendiri ada yang sifatnya

fungsional dan ada yang sifatnya datang bersama sama. Ini disesuaikan dengan

perencanaan diawal tahun. Untuk Dinas Kehutanan Provinsi kegiatan yang

dilakukan ketika kunjungan selain pembinaan teknis, juga terdapat fungsi

advokasi dan memastikan apa yang dikerjakan sesuai dengan aturannya. Untuk

dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan, kunjungan

fungsional dilakukan dalam bentuk monitoring kegiatan dan pembinaan yang di

laksanakan oleh penyuluh kehutanan. dan Warsi sebagai LSM pendamping

menerapkan fungsi kunjungan fungsional lebih kepada fasilitator dalam diskusi

internal yang dilakukan pengurus LPHN, selain itu juga sebagai penghubung

dengan pemerintah dan donatur kegiatan.

Dalam hal melakukan pemeriksaan atau pelaksanaan pengurusan hutan

instrumen yang digunakan yaitu dengan memeriksa laporan kegiatan yang dibuat

LPHN atas kegiatan yang telah dilaksanakan.. Untuk LPHN Jorong Simancuang

terdapat 2 (dua) jenis laporan yaitu:

Page 84: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

74

1. Laporan Tahunan

Laporan tahunan berisi hasil kinerja dari pelaksanaan kegiatan dalam

periode satu tahun sesuai dengan rencana kerja yang dibuat diawal tahun.

Laporan tahunan ini dubuat oleh LPHN dan diserahkan kepada

walinagari, selnjutnya walinagari memberikan laporan tersebut kepada

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan . Pihak Dinas

Kehutanan Kabupaten merekap data tersebut dan digabungkan dengan

laporan LPHN dari nagari lain dan diteruskan kepada Dinas Kehutanan

Provinsi. Pada alur laporan tahunan ini terlihat jelas peran Walinagari,

Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten dalam mengawasi kegitan

LPHN dalam bentuk evaluasi laporan tahunan yang diserahkan secara

bertingkat. Namun, dalam hal laporan ini sebenarnya belum berjalan

secara maksimal. Pada kenyataannya, laporan untuk kegiatan masyarakat

sampai saat ini dominan didapatkan melalui monitoring-monitoring

kelokasi kegiatan yang dilakukan dinas kehutanan atau LSM pendamping.

Ketika monitoring kelokasi tersebut, masyarakat melaporkan

perkembangan kegiatan mereka ke dinas kehutanan dan dicatat untuk

selanjutnya direkap untuk jadi laporan kegiatan ahir tahun PHBM di

Sumatera Barat . Ini terjadi karena sulit sekali mengkoordinasikan

masyarakat agar setiap melaksanakan kegiatan yang dicanangkan dalam

program kerja disertai dengan laporag kegiatan . Kulitas SDM yang masih

kurang kembali menjadi kendala tersediri .

2. Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan.

Page 85: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

75

Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan atau LPJ kegiatan berisi segala

bentuk kegiatan yang dilaksanakan, sama hal nya dengan LPJ tahunan.

Namun, perbedaannya terdapat pada waktu pelaporan dan kepada siapa

laporan kegiatan tersebut diberikan. LPJ kegiatan dibuat jika ada dana

untuk melakukan kegiatan dari donatur dan diberikan setelah kegiatan

yang dibiayai donatur tersebut selesai dilaksanakan. Donatur biasanya

datang dari perusahaan-perusahaan lokal yang mengalokasikan dana

Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan dan juga ada dari donatur

internasional seperti UNDP dan World Bank. Untuk LPJ kegiatan ini

dibuat perkegiatan. Agar alokasi dana dari donatur dapat diterima, maka

hal penentunya adalah LPJ ini. Pada kondisi kembali melibatkan pihak

pendamping seperti dinas kehutanan dan LSM untuk membantu

masyarakat.

Berdasarkan kewenangnya, pemerintah maupun LSM pendamping masih

menitikberatkan pengawasan dalam bentuk pendampingan ke lokasi kegiatan.

Baik itu monitoring ke lokasi ataupun pendampingan dalam membuat laporan

maupun pemeriksaan terhadap laporan atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

Semua itu membutuhkan ketersediaan SDM yang cukup dari Dinas Kehutanan

maupun dari LSM terkait . bertambahnya wilayah hutan dengan skema PHBM

mengakibatkan semakin banyaknya wilayah yang harus didampingi dan diawasi.

Solusi yang dicanangkan dari pihak dinas kehutanan nantinya yakni dengan lebih

banyak mengadakan rapat bersama dengan seluruh ketua LPHN . Dengan

demikian monitoring kelokasi dapat dikurangi karena substansi monitoring sudah

Page 86: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

76

dibahas pada rapat bersama ketua LPHN masing masing daerah PHBM. Nantinya

diharapkan, masing masing ketua LPHN dapat memberikan pemahamannya dari

pertemuan yang dilakukan bersama dinas kehutanan kepada masing masing

anggotanya.78

78 Wawancara dengan Kusworo, , tanggal 17 Mei 2016.

Page 87: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

77

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perencanaan penggunaan hutan nagari dalam Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang dilakukan setelah mendapatkan

penetapan areal kerja. Penetapan Areal kerja dilakukan dengan cara

mengajukan permohonan penetapan areal kerja hutan nagari melalui

bupati/wali kota dengan melampirkan sketsa lokasi areal yang dimohon;

lembaga desa yang dibentuk oleh Kepala desa, dan rencana kegiatan dan

bidang usaha desa. Kemudian Menteri Kehutanan menetapkan areal kerja

paling lama 90 hari. Berdasarkan penetapan areal kerja hutan desa oleh

Menterti, Gubernur kemudian menerbitkan Hak Pengelolaan Hutan

Desa/Nagari dalam bentuk Surat Keputusan Pemberian Hak Pengelolaan

Hutan Nagari. Kemudian Dengan difasilitasi oleh pemerintah dan KKI Warsi,

dibentuklah Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Jorong Simancuang

Nagari Alam Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan sebagai lembaga pemegang

HPHN. LPHN kemudian menyusun rencana kelola. Rencana ini dinamakan

Rencana Kerja Hutan Nagari (RKHN) jangka waktu 35 (tiga puluh lima)

tahun.Setelah Rencana Kerja Hutan Nagari Jorong Simancuang ini selesai

dibuat, dan diajukan bersama sarat lainnya, Maka SK Kementrian Kehutanan

diturunkan tentang pencadangan areal seluas 650Ha sesuai dengan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

Page 88: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

78

P.53/Menhut-II/2011 untuk kegiatan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

dengan skema hutan nagari dengan status hutan lindung. Terjadi suatu

permasalahan terkait status hutan yang terdapat dalam penetapan areal kerja

hutan nagari di Jorong Simancuang. Dalam penetapan tersebut dalam

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 573/Menhut-

II/2011 menyamakan hutan nagari sebagai hutan desa. Antara hutan nagari

dan hutan desa sangat jelas perbedaannya. Negara seolah olah memberikan

hak pengelolaan atas hutan negara kepada masyarakat, yang jelas wilayah

tersebut merupakan wilayah ulayat masyarakat hukum adat. Dalam

pelaksanaan perencanaan hutan desa pun masih terdapat permasalahan terkait

SDM dari internal LPHN yang belum mampu mandiri dalam membuat

rencana kerja mereka. Regulasi yang mengharuskan membuat rencana kerja

umum atau sering disebut rencana kerja 35 tahun menjadi penghambat bagi

masyarakat untuk mendapatkan SK Pencadangan Area Kerja. Karena tidak

semua masyarakat dimasing-masing LPHN memiliki kemampuan yang sama

dalam hal membuat dokumen-dokumen seperti rencana kerja. Rata rata

mereka berlatar belakang perndidikan rendah sehingga menyulitkan mereka

jika harus membuat rencana kerja sampai jangka waktu 35 tahun tersebut.

2. Penggunaan hutan nagari oleh masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis

masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang diserahkan kepada Lembaga

Pengelola Hutan Nagari (LPHN). LPHN diketuai oleh seorang ketua, yang

bertanggung jawab langsung kepada Wali Nagari. Dalam menjalankan

tugasnya, ketua LPHN dibantu oleh 1 (satu) orang wakil ketua, 1 (satu) orang

Page 89: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

79

sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara dan 5 (lima) orang koordinator seksi.

Seksi-seksi pada LPHN yaitu perencanaan dan pengembangan potensi

kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu,

pengamanan kawasan, hubungan masyarakat. LPHN berkegiatan sesuai

rencana kerja yang dibuat dan juga dengan berpatokan pada Hak dan

Kewajiban yang ada sebagai lembaga pemegang Hak Pengelolaan Hutan

Nagari (HPHN). Pemegang Hak Pengelolaan Hutan Nagari memiliki hak dan

kewajiban yang melekat padanya yang mana akan direalisasikan dalam bentuk

kegiatan-kegiatan yang disinkronkan dengan rencana kerja. Penggunaan

Hutan Nagari Jorong Simancuang belum terlaksana secara maksimal.

Permasalahan terjadi menyangkut penggunaan ini berasal dari belum adanya

tenaga ahli yang mempu mengolah hasil hutan agar bernilai ekonomis

sehingga dapat mensejahterakan masyarakat sekitar. Masyarakat masih

menggunakan hutan untuk berladang dan belum dapat dilakukan rehabilitasi

terhadap ladang mereka dengan menanam tanaman hutan yang menghasilkan.

Untuk kegiatan pengamanan hutan, sudah terlaksana cukup baik. Dibuktikan

dengan minimnya pembalakan liar di lokasi hutan tersebut dan tidak ada

terjadi kebakaran hutan disana. Terkait penggunaan hutan ini tetap terdapat

kesalahan pemerintah karena menetapkan status hutan nagari sebagai hutan

desa. Seharusnya, penggunaan hutan nagari dalam pemanfaatannya dapat

dilakukan secara menyeluruh oleh nagari sebagai pemegang hak ulayat atas

hutan nagari. Sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat

nagari dan tidak terfokus hanya pada masyarakat di Jorong Simancuang saja.

Page 90: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

80

3. Pengawasan penggunaan hutan nagari dalam Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat (PHBM) di Jorong Simancuang dilakukan melalui pendampingan

oleh Instansi terkait yakninya Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan dan Warsi sebagai LSM

Pendamping. Panduan diberikan dalam bentuk kunjungan ke lokasi untuk

melakukan pemantauan mengenai progres pengelolaan hutan yang dilakukan

LPHN. Selanjutnya, memberikan pembinaan teknis dan lapangan dengan

memberikan penjelasan tentang kegiatan apa saja yang boleh dilaksanakan

dan apa yang harus ditingkatkan. Selain itu juga meminta keterangan kepada

LPHN mengenai kegitan yang telah mereka laksanakan dan apa saja yang

menjadi kebutuhan mereka untuk peningkatan kulitas kinerja mereka.

Selanjutnya Dalam hal melakukan pemeriksaan atau pelaksanaan pengurusan

hutan instrumen yang digunakan yaitu dengan pemeriksaan terhadap laporan

laporan kegiatan yang dibuat LPHN atas kegiatan yang telah dilaksanakan..

Untuk LPHN Jorong Simancuang terdapat 2 (dua) jenis laporan yaitu laporan

tahunan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan. LPHN masih terkendala

dalam membuat laporan. Dibuktikan dengan laporan tahunan yang direkap

dinas kehutanan provinsi sebagian besar bersumber dari monitoring

dilapangan. Bukan dari hasil laporan tahunan yang diselesaikan LPHN.

Masalah lain dalam pengawasan adalah terkait dengan jumlah wilayah hutan

yang semakin bertambah melalui skema PHBM menjadi kesulitan tersendiri

bagi dinas kehutanan dalam hal pendampingan dikarenakan keterbatasan SDM

yang ada.

Page 91: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

81

B. Saran

1. Pengusulan Areal Kerja harus lebih disederhanakan lagi dari segi

persyaratannya yang tidak lagi melampirkan rencana kerja 35 tahun.

Cukup rencana kerja tersebut dalam bentuk rencana kerja tahunan karena

lebih mudah dari sisi penyusunanya.

2. Penetapan Areal Kerja Hutan oleh Menteri Kehutanan, antara hutan

nagari dan hutan desa tidak bisa disamakan. Negara harus mengakui hak

ulayat yang terdapat pada hutan nagari.

3. Peningkatan kualitas SDM dalam mewujudkan pengelolaan yang baik,

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada laporan

pertanggungjawaban. Dalam rangka menjalankan peran kelembagaan

LPHN yang baik.

4. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait seperti polisi kehutanan

,kepolisian dan pemadam kebakaran dalam rangka pengamanan hutan.

5. Lebih gencar sosialisasi kepada masyarakat sekitar terkait pengelolaan

hutan yang baik.

6. Peningkatan infrastruktur dari segi teknologi seperti pemasangan instalasi

listrik, jaringan seluler dan pemberian perangkat komputer sebagai

peningkatan kualitas kinerja.

Page 92: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

82

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Ahmad Redi, Hukum Sumber Daya Alam Dalam Sektor Kehutanan, Jakarta: Sinar

Grafika, 2014.

Alam Setia Zain, Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan

Rakyat, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998.

Azis Khan dkk, Kembali Kejalan Lurus Kritik Penggunaan Ilmu dan Praktek

Kehutanan Indonesia, :Yogyakarta, Forci development, 2013.

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo,

1996.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Budi Harsono, Hukm Agraria Indonesia, Jakarta: PT Penerbit Djambatan, 2008.

HAW.Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,

2013.

Mora Dingin, Bersiasat dengan Hutan Negara, Jakarta: Epistema Institute, 2014.

Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum: Jakarta, Granit, 2004.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Salim,H.S, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 2008.

Supriadi, Hukum Kehutanan dan Perkebunan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

Yance Arizona, Konstitusionalisme Agraria, Yogyakarta: STPN Press,2014.

Page 93: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,

83

3. Sumber Jurnal dan Penelitian

Laporan PKL Joni Putra, 2012, Proses Pembangunan Hutan Nagari Jorong

Simancuang Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten

Solok Selatan, Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadyah Sumatera

Barat

4. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

Peraturang Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Rencana

Pengelolaan Hutan.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pokok

Pokok Pemerintahan Nagari

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 tentang Hutan Desa

5. Website

http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_

spesies/kehutanan.

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/5159.

http://www.mongabay.co.id/2015/06/page/3/.

www.alamsumatra.org.

LAMPIRAN

Page 94: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 95: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 96: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 97: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 98: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 99: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 100: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 101: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 102: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 103: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,
Page 104: Program Kekhususan :Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam ( …scholar.unand.ac.id/16651/5/skripsi full.pdf · Cecep, Bang Ari, Bang Andri, Bang Rino, Bang Ridho, Kak Nelsa Kak Via,