89
Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : HASRIADI 1054 10744 14 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa

Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

HASRIADI

1054 10744 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 3: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 4: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 5: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 6: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

MOTTO Dan PERSEMBAHAN

“Dan Bersabarlah Kamu, Sesungguhnya Janji ALLAH Adalah Benar”

{Q.S. Ar-Rum: 60}

“Dan Mintalah Pertolongan Dengan Sabar Dan Shalat”

{Q.S. Al-Baqarah: 45}

“Anugerah terbesar yaitu saat orang tua selalu mendukungmu dalam

suka maupun duka. Lakukan hal baik saat ini juga dan tersenyumlah

karena senyum adalah cara simple menikmati hidup”

“Ku persembahkan karya tulis ini untuk Ibunda Sitti.M tercinta yang

senantiasa memberikan motivasi dan do’a serta rela meneteskan

keringatnya dalam mencari segenggam rezeki demi keberhasilanku

beserta dosen-dosenku terutama dosen pembimbingku, keluarga dan

teman-teman yang senantiasa mendoakanku dan membantu dimanapun

demi kesuksesanku”

Page 7: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

ABSTRAK

HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa

Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang. Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Pembimbing Meisar Ashari S.Pd, M.Sn dan Makmun S.Pd,

M.Pd.

Penelitian kajian pustaka deskriptif kualitatif tentang Kajian

semiotika bentuk rumah adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten

Enrekang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

kajian seni dalam menggali informasi tentang semiotika bentuk rumah adat

Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.

Metode penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kajian

pustaka deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan serta

menganalisis semiosis dari objek rumah adat Enrekang (Sapo Bottoa)

sekaigus menganilisa dan mengartikan makna dari objek yang diteliti

berdasarkan fakta dilapangan, menggunakan key informan sebagai sumber

data, menggunakan data primer dan sekunder melalui wawancara

mendalam, obseravasi lapangan, dokumentasi kegiatan, referensi yang

berkaitan dengan penelitian ini dan data dari internet. Teknik analisis data

yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan model semiotika

Charles Sanders Peirce. Hasil penelitian ini dari kajian semiotika bentuk

rumah adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.

Bentuk serta beberapa corak ukiran yang terdapat pada rumah adat

Sapo Bottoa yang melambangkan status sosial masyarakat Desa

Kaluppini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk dan ukiran yang

ada pada rumah adat tersebut merupakan warisan budaya luhur dari

keluarga besar kerajaan Enrekang yang biasa disebut Tumanurung yang

sembilan bersaudara. Oleh sebab itu, setiap elemen pembentuk rumah adat

Kaluppini (Sapo Bottoa) syarat akan makna dan filosifi yang sesuai

dengan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.

Kata Kunci: Semiotika, Sapo Bottoa, Bentuk.

Page 8: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum, Wr.Wb.

Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah-Nya pada semua umat

manusia, salawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari

zaman jahiliyah.

Suka duka, senang susah proses dalam menjalani penulisan Skripsi ini.

Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat

sehingga segala tantangan mampu diselesaikan sampai akhir penyelesaian

penulisan Skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada

Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “KAJIAN SEMIOTIKA

BENTUK RUMAH ADAT SAPO BOTTOA DESA KALUPPINI KABUPATEN

ENREKANG”

Dengan penuh kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 9: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

ix

3. Ayahanda Dr. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn. Ketua Program Studi

Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda Makmun, S.Pd.,M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Seni

Rupa Universitas Muhammdiyah Makassar.

5. Ayahanda Meisar Ashari, S.Pd.,M.Sn. Pembimbing I

6. Ayahanda Makmun, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing II.

7. Terkhusus, kedua orang tua ayahanda Hasman & ibunda Sitti.M yang

selalu mendoakan dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung

langkah demi langka kemajuan sibuah hati.

8. Segenap rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung kelancaran dan

penyelesaian Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat kekurangan-

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan Skripsi ini

senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan Skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 08 Oktober 2020

Penulis

Page 10: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ................................................................................. v

SURAT PERJANJIAN .................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4

D. Manfaat Kajian ................................................................................. 4

E. Defenisi Istiah .................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8

A. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................ 8

B. Kajian Pustaka .................................................................................. 9

1. Kajian Semiotika Bentuk ............................................................ 9

Page 11: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

xi

2. Rumah Adat ................................................................................ 19

C. Kerangka Pikir.................................................................................. 24

1. Kerangka Teori............................................................................ 24

2. Kerangka Konseptual .................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 28

A. Rancangan Penelitian........................................................................... 28

B. Data dan Sumber Data ......................................................................... 29

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30

1. Observasi ....................................................................................... 30

2. Wawancara .................................................................................... 31

3. Dokumentasi .................................................................................. 32

D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31

1. Pengumpulan Data ......................................................................... 31

2. Reduksi Data .................................................................................. 32

3. Pengajian Data ............................................................................... 32

4. Penarikan Kesimpulan ................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 34

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 36

B. Pembahasan ...................................................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 62

A. Kesimpulan ....................................................................................... 62

B. Saran .................................................................................................. 63

Page 12: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

xii

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

Page 13: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Mode Semiotika Charles Sanders Pierce…………………………………... 14

2.2 Contoh Rumah Adat Makassar……………………………………………. 20

2.3 Contoh Rumah Adat Toraja……………………………………………….. 22

2.4 Contoh Rumah Adat Luwu………………………...………………………. 23

2.5 Bagan Kerangka Pikir Penelitian..………………………………………… 27

3.1 Siklus Analisis Data……………………………..………………………… 33

4.1 Teori Analisis Semiotika Model Charles Sanders Pierce…………………....34

4.2 Diagram Proses Analisis Semiosis Model Charles Sanders Pierce………….35

4.3 Rumah Adat Sapo Bottoa……………………………………………………36

4.4 Tampak Bentuk Atap Rumah Adat Sapo Bottoa…………………………….37

4.5 Bentuk Balok Pa’dongko…………………………………………………….39

4.6 Tampak Bentuk Jendela Dan Dinding Rumah adat Sapo Bottoa……………40

4.7 Bentuk Pintu Rumah Adat Sapo Bottoa……………………………………..42

4.8 Bentuk Tangga Rumah Adat Sapo Bottoa …………………………………..44

4.9 Tampak Bentuk Tiang Rumah Adat Sapo Bottoa……………………………46

4.10 Bentuk Dan Ukiran Posibola ………………………………………………47

Page 14: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah adat adalah ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah yang

digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Dan juga

merupakan salah satu reperensi kebudayaan paling tinggi dalam sebuah komunitas

suku/masyarakat. Keberagaman rumah adat di Indonesia sangat beragam dan

mempunyai arti yang penting dalam presepsi sejarah, warisan, dan kemajuan

masyarakat dalam sebuah peradaban. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut

yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Rumah adat juga memiliki bentuk makna tersendiri yang berbeda-beda di

berbagai wilayah suku bangsa tertentu. Di Indonesia memiliki bentuk dan

arsitektur masing-masing daerah sesuai dengan budaya adat local. Pada

umummya dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu,yang tampak paling

indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat

menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional

melibatkan tenaga ahli di bidangnya. Banyak rumah adat yang saat ini masih

berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol budaya

Indonesia.

Menurut Koentjaraningrat (2009 : 23), dalam penyelesaian teknologi

membangun rumah, bentuk serta model bangunannya lebih cenderung memilih

bentuk rumah bertiang atau di atas tiang (pile dwelling) dengan sistem sambungan

yang memanfaatkan material lokal setempat mulai dari material pondasi, dinding,

Page 15: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

2

dan atap serta alat penyambung konstruksinya. Arsitektur merupakan sebuah

karya yang bukan kebutuhan mendasar akan bangunan fisik saja, tetapi dilandasi

oleh perhitungan–perhitungan rasional, dan arsitektur ini dapat menciptakan

hubungan secara vertikal dengan pencipta-Nya dan spritiual antara manusia

dengan alam semesta, serta hubungan sosial budaya antara sesama manusia

dengan alam semesta, serta hubungan sosial budaya antar sesama (Bano Et Al,

1992).

Rumah merupakan salah satu objek studi yang sangat penting untuk

memahami sebuah karya arsitektur yang merupakan reprentasi dari kehidupan

budaya dan sosial. Misalnya rumah adat Sapo Bottoa di Desa Kaluppini,

Kabupaten Enrekang, Provensi Sulawesi Selatan. Letaknya secara geografis

berada di dataran tinggi dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan air laut,

tidak hanya dilihat sebagai sebuah objek melainkan juga sebagai suatu produk dari

proses berbudaya yang telah mengalami banyak penyesuaian terhadap kondisi

masyarakat dan kondisi alam.

Kondisi masyarakat yang ada pada lingkungan Desa Kaluppini yang

memiliki kebudayaan yang kental dan menjadi cikal bakal retendensi dominan

masyarakatnya yang berpegang teguh pada warisan budaya leluhur. Tampak jelas

pada bangunan rumah adat Sapo Battoa yang memanfaatkan material konstruksi

dari vegetasi yang tersedia disekitarnya dan sudah dipercaya memiliki kekuatan,

baik struktur konstruksinya maupun adat kepercayaan setempat.

Pada ornamen rumah adat Sapo Battoa Kaluppini, setiap pengerjaan

terhadap penyelesaian struktur konstruksi bangunannya tidak terlepas dari

Page 16: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

3

pemahaman secara alamiah masyarakatnya dalam menanggapi setiap bagian–

bagian konstruksinya terhadap kepercayaan leluhurnya. Pemahaman berarsitektur

struktur konstruksinya merupakan pemahaman secara turun – temurun dalam

setiap proses konstruksinya yang harus sesuai dengan nilai aturan adat

kepercayaan Desa Kaluppini. Tidak hanya itu, pemahaman akan terselenggaranya

bentuk-bentuk bangunan arsitekturnya dimaknai sebagai sesuatu yang sakral dan

terbentuk dari sejarah, tradisi, dan adat budaya Desa Kaluppini, Kabupaten

Enrekang, Provensi Sulawesi Selatan.

Sejatinya Rumah Adat Kaluppini (Sapo Battoa) Merupakan Warisan

budaya luhur dari Keluarga Besar Kerajaan Enrekang atau yang biasa dikenal dan

disebut Tumanurung yang Sembilan bersaudara. Oleh sebab itu, Setiap elemen

pembentuk rumah adat Kaluppini (Sapo Battoa) Syarat akan makna dan filosofi

yang sesuai dengan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat setempat.

Ornamen yang terdapat pada rumah adat Sapo Bottoa memiliki tanda

bentuk serta makna yang penting dan menarik untuk dikaji secara terprinci.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanda bentuk dan pemaknaan yang

terkandung pada ornamen rumah adat sapo bottoa. Hasil dari penelitian ornamen

rumah adat sapo bottoa agar dapat menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat

awam dan masyarakat umum. Seiring dengan perkembangan zaman, maka terjadi

pula kebutuhan bangunan manusia di zaman yang baru ini.

Rumah adat atau rumah tradisional pun banyak mengalami perubahan dan

tidak sedikit yang hampir punah. Kebutuhan manusia yang berubah menyebabkan

terjadinya perubahan pada kebutuhan bangunan yang kurang sesuai yang ada

Page 17: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

4

sebelumnya. Tidak jarang rumah adat tradisional yang mengalami perubahan dan

tidak memperhatikan nilai filosofis yang seharusnya diperhatikan. Terjadinya

perubahan tersebut menyebabkan perluh dikaji kembali mengenai arsitektur

rumah adat yang ada saat ini.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian yang berjudul : “ Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa

Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:”Bagaimana Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo

Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang?”

C. Tujuan Kajian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan kajian ini

adalah:”Menggali informasi tentang Semiotika bentuk rumah adat Sapo Bottoa

Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.”

D. Manfaat Kajian

Manfaat kajian ini, antara lain:

1. Mengembangkan wawasan berpikir dan kemampuan menganalisis daya

tarik semiotika bentuk pada ornamen rumah adat Sapo Bottoa.

2. Serta kemungkinan lebih jauh penulis ini juga dapat memperkaya

keilmuan disiplin terkait seperti semiotika, arsitektur, seni dan lain-lain.

3. Membagikan pengetahuan kepada masyarakat tentang daya tarik semiotika

bentuk pada rumah adat Sapo Bottoa.

Page 18: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

5

4. Memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat

Desa Kaluppini untuk lebih memahami kesenian khususnya seni rupa yang

terdapat pada bangunan bermedia kayu.

5. Memperkuat jati diri atau identitas kebudayaan agar memiliki kekuatan

kultural dari dalam dan luar, terkhusus bagi masyarakat Desa Kaluppini

yang ada di Kabupaten Enrekang untuk dapat merujuk kebudayaannya di

tengah-tengah arus globalisasi.

E. Defenisi Istilah

Sesuai dengan judul yang di ambil, bahwasanya penulis mengambil judul

“Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Botto Desa Kaluppini Kabupaten

Enrekang”. Defenisi istilah berfungsi untuk mengetahui cara mengukur suatu

variabel, sehingga baik buruknya akan terlihat. Tujuan defenisi istilah adalah

untuk memberi batasan-batasan dalam pembahasan yang akan diteliti agar tidak

terjadi kesalahan dalam menafsirkan judul baik itu pembaca maupun peneliti.

Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris, yaitu semiotics. Nama lain

semiotika adalah semiology. Semiotika adalah suatu disiplin ilmu dan metode

analisis untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk

diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut. Suatu tanda menandakan

sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah hubungan antara sesuatu objek

atau ide dari sesuatu tanda.

Teori semiotika Menurut Charles Sanders Peirce kata dalam Ardiansyah

(2009) ‘semiotika’, kata yang sudah digunakan sejak abad kedelapan belas oleh

Page 19: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

6

ahli filsafat Jerman Lambert, merupakan sinonim kata logika. Logika harus

mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut hipotesis Pierce yang

mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan manusia

berfikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang

ditampilkan oleh alam semesta. Semiotika bagi Pierce adalah suatu tindakan

(action), pengaruh (influence) atau kerja sama tiga subyek yaitu tanda (sign),

obyek (object) dan interpretan (interpretant).

Arsitektur menurut bahasa adalah pengetahuan seni merancang

(mendesain) bangunan. Sedangkan menurut istilah adalah sebagai ilmu

pengetahuan yang pada dasarnya memperlihatkan keterkaitan berbagai macam

pernyataan-peryataan atau teori-teori, bahkan dari berbagai disiplin ilmu, yang

terpaut dalam suatu informasi pola-pola yang bersifat diskurtif. Hal ini didasarkan

pada pemikiran bahwa setiap teori arsitektur tidak pernah berdiri sendiri.

Dari pengertian di atas yang dimaksud arsitektur dalam penelitian ini

adalah ilmu yang mempelajari tentang semiotika rumah atau banguan. Arsitektur

itu meliputi identifikasi variabel-variabel penting seperti: ruang, struktur atau

proses-proses kemasyarakatan yang dengan pengertian demikian bangunan-

bangunan seharusnya dilihat atau dinilai.

Variabel selanjutnya adalah rumah. Rumah menurut bahasa adalah tempat

berteduh dan tempat berlindung diri dari alam sekitar. Sedangkan menurut istilah

rumah adalah tempat tinggal seseorang yang didesain oleh pemiliknya untuk

dijadikan sebagai hunian atau tempat berlindung dari segala aktivitas sehari-hari.

Page 20: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

7

Dari pengertian diatas, yang dimaksud rumah dalam penelitian ini adalah sebagai

tempat bernaung untuk melindungi diri dari sagala bahaya, ganguan, dan

pengaruh fisik belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat

beristrahat setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari.

Page 21: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan yaitu yang pernah dilakukan oleh Yudha

Almerio Pratama Lebang pada tahun 2015. Dengan judul: Analisis Semiotika

Simbol Kekuasaan Pada Rumah Adat Toraja (Tongkonan Layuk). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Yudha Almerio Pratama Lebang, Mahasiswa

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Mulawarman, Samarinda. Dengan merujuk ke sebuah symbol dan

ukiran arsitektur rumah adat Toraja. Yang dimana dari hasil penelitian

mengemukakan tentang beberapa symbol dan ukiran pada Pa’ Tedong, Pa’ Barre

Allo’, Pa’ Manuk Londong, dan beberapa Tongkonan terlihat menggunakan

ukiran Pa’ Sussu. Dan unsur-unsur budaya di Kabupaten Tana Toraja.

Dan juga penelitian dilakukan oleh Evi Amelia jurusan pendidikan seni

rupa Unismuh Makassar yang relevan dengan penelitian ini. Dengan judul:

Estetika Bentuk Rumah Adat Sapo Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang. Dengan

metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Amelia

program studi pendidikan seni rupa Unismuh Makassar yaitu dengan merujuk ke

sebuah kajian estetika dari pada rumah adat Sapo Bottoa tersebut.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: bagaimana

semiotika bentuk dari pada sebuah bangunan rumah adat tradisional, khususnya

Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Evi Amelia menunjukan bahwa: tidak fokus pada sebuah

Page 22: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

9

semiotika bentuk ornamen bangunan rumah adat tersebut, sedangkan pada

bangunan rumah adat memiliki tanda (sign) pemaknaan yang tinggi. Jadi dapat

disimpulkan bahwa dengan meneliti rumah adat/tradisional di suatu daerah dapat

meningkatkan pengetahuan mengenai semiotika bentuk dan makna rumah adat

itu sendiri.

B. Kajian Pustaka

1. Kajian Semiotika Bentuk

a. Kajian

Pengerian kajian menurut para ahli: Kata ”kajian” berasal dari kata

”kaji” yang berarti (1) ”pelajaran”; (2) penyilidikan (tentang sesuatu).

Bermula dari pengertian kata dasar yang demikian, kata ”kajian” menjadi

berarti ”proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang

mendalam).

Kajian berarti hasil mengkaji. Kata kajian adalah:

a) Kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa

langsung dipahami oleh semua orang.

b) Kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau kepentingan keilmuan.

c) Kata yang dipakai oleh para ahli/ilmuwan dalam bidangnya.

d) Kata yang dikenal dan dipakai oleh para ilmuwan atau kaum terpelajar

dalam karya-karya ilmiah.

Istilah kajian atau pengkajian, yang digunakan dalam penulisan ini

menyarankan pada pengertian penelaahan, penyelidikan. Pengkajian

terhadap prosa atau karya fiksi berarti penyalidikan, atau mengkaji,

Page 23: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

10

menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Pada umumnya kegiatan itu

disertai oleh kerja analisis. Istilah analisis, menyaran pada pengertian

mengurai karya itu atas unsur-unsur pembentuknya tersebut yaitu unsur-

unsur intrinsiknya.

Kajian dalam penelitian, baik penelitian pustaka maupun penelitian

lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak

berlebihan jika dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan variabel yang

menentukan dalam suatu penelitian. Karena akan menentukan cakrawala d

ari segi tujuan dan hasil penelitian.

Di samping itu, berfungsi memberikan landasan teoritis tentang

mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan

kerangka pengetahuan. Oleh karena itu, pengertian kajian pustaka

umumnya dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang

ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitannya tema yang

akan diangkat dalam penelitian.

Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk mengorganisasikan

penemuan-penemuan peneliti yang pernah dilakukan. Hal ini penting

karena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema

diangkat dalam penelitiannya. Di samping itu, kajian pustaka juga

bermaksud untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat

dikaitkan dengan hasil penelitian dengan pengatahuan yang lebih luas.

Mengkaji semiotika merupakan suatu kajian ilmu tentang mengkaji

tanda. Dalam kajian semiotika menganggap bahwa fenomena sosial pada

Page 24: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

11

masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, semiotik itu

mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang

memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Ferdinand De Saussure mengemukakan semiotik dibagi menjadi

dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified).

Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud

karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap

melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya

arsitektur.

b. Semiotika

Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris, yaitu semiotics.

Nama lain semiotika adalah semiology. Keduanya memiliki arti yang

sama, yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Baik semiotika atau semiology

berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti tanda.

“Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh

kebudayaan sebagai tanda” (Sobur 2001, dalam Muchlisin Riadi.2018).

Ferdinand De Sausure dalam Muchlisin Riandi (2018)

mengungkapkan.

Semiotika adalah suatu disiplin ilmu dan metode analisis untuk

mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk

diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut. Suatu

tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah

hubungan antara sesuatu objek atau ide dari sesuatu tanda.

Page 25: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

12

Teori Semiotik dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-

1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi)

yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai

bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang

pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi

dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur.

Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan

petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika

signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda

dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.

Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda

tersebut. Menurut Saussure “tanda terdiri dari bunyi-bunyian dan gambar,

disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan

gambar, disebut signified”.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk

mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan

tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa

dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object

untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan

menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan.

Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada

mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified).

Page 26: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

13

Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan,

tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.”

Menurut Saussure “tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier

(signifiant/wahana tanda/penanda/yang mengutarakan/simbol) dan

signified (signifie/makna/petanda/yang diutarakan/thought of reference)”.

Tanda menurut Saussure adalah kombinasi dari sebuah konsep dan sebuah

sound-image yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara signifier dan

signified adalah arbitrary (mana suka). Tidak ada hubungan logis yang

pasti diantara keduanya, yang mana membuat teks atau tanda menjadi

menarik dan juga problematik pada saat yang bersamaan.

Ferdinand De Saussure dalam Ardiansyah (2009) “memiliki

anggapan bahwa linguistic hendaknya menjadi bagian suatu ilmu

pengetahuan umum tentang tanda, yang disebut dengan semiologi”.

Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa

ditiadakan bagi penafsiran dalam upaya mengembangkan pragmatisme.

Seorang penafsiran adalah yang berkedudukan sebagai penelitian,

pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya.

Teori semiotika Menurut Charles Sanders Peirce kata ‘semiotika’,

kata yang sudah digunakan sejak abad kedelapan belas oleh ahli filsafat

Jerman Lambert, merupakan sinonim kata logika. Logika harus

mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut hipotesis

Pierce yang mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda

memungkinkan manusia berfikir, berhubungan dengan orang lain dan

Page 27: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

14

memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotika

bagi Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau kerja

sama tiga subyek yaitu tanda (sign), obyek (object) dan interpretan

(interpretant).

Obyek

(object)

Tanda Interpretan

(sign) (interpretant)

Gambar 2.1. Analisis Semiotika model Charles Sanders Pierce.

Charles Sanders Peirce ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam

semiotika modern Amerika menegaskan bahwa manusia hanya dapat

berfikir dengan sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan

sarana tanda. Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang

bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal. Sobur dalam Ramdani

(2013:14) mengungkapkan.

Pengertian semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji tanda. Tanda-tanda disini yaitu perangkat yang kita pakai

dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah

manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah

Barhtes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagai mana

kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things).

Page 28: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

15

Di dalam semiotika arsitektur terdapat tiga kategori hubungan

tanda dengan unsur dalam arsitekturnya yaitu sintaksis, pragmatik, dan

semantik. Jika dalam bidang sastra yang menjadi pusat perhatian

adalah “kata bahasa” sedangkan dalam bidang arsitektur yang menjadi

pusat perhatian adalah “elemen visual dan spasial” Zahnd dalam Rezha

Arifputra Rasyidi (2014 : 2).

Ketika arsitektur dikategorikan sebagai sesuatu yang dapat

dibaca dan dipahami oleh pengamatnya maka unsur-unsur dalam

arsitektur dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Sintaksis: adalah unsur yang membahas mengenai kerjasama / kombinasi /

susunan antar tanda.

2. Pragmatik: adalah unsur yang membahas mengenai hubungan

tanda dengan penggunanya.

3. Semantik: adalah unsur yang membahas mengenai hubungan tanda

dengan yang dinyatakanya (realitas) pemaknaannya (Zahnd, 2009).

Pendekatan semiotika dalam arsitektur yang cukup populer adalah

pendekatan semiotika struktural yang dikembangkan oleh Ferdinand de

Saussure dan semiotika pragmatis yang dikembangkan oleh Charles

Sanders Peierce. Ferdinand de Saussure mendefinisikan semiotika sebagai

ilmu pengetahuan yang mempelajari tanda dalam kehidupan di

masyarakat. Dalam pandangan Saussure sesuatu yang digunakan seseorang

untuk mengungkapkan sesuatu kepada yang lain dianggap sebagai tanda

Page 29: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

16

(sign) yang mengandung unsur yang menandakan (signifier) dan unsur

yang ditandakan (signified).

Pemaknaan tanda bahasa menurut De Saussure terjadi apabila

manusia mengaitkan penanda dengan petanda. Hubungan antara penanda

dan petanda ini tidak bersifat pribadi melainkan didasari oleh kesepakatan

bersama atau adanya konvensi social, Hoed dalam Riza Aulia Putra

(2015: 3). Semiotika struktural dapat digunakan sebagai dasar dan

landasan dalam melakukan analisis terhadap objek kebudayaan.

c. Bentuk

Bentuk dalam pengertian seni rupa yang paling sederhana menurut

Djelantik dalam Meisar Ashari (2016 : 44-45) adalah titik. Titik tidak

memiliki ukuran atau dimensi, titik sendiri belum memiliki arti arti

tertentu. Kumpulan dari beberapa titik akan mempunyai arti dengan

menempatkan titik-titik itu secara tertentu. Kalau titik berkumpul dekat

sekali dalam suatu lintasan, mereka akan bersama-sama menjadi bentuk

garis. Beberapa garis bersama bias menjadi bentuk bidang. Beberapa

bidang bersama bias menjadi bentuk ruang, makna, titik, garis, bidang dan

ruang adalah bentuk-bentuk yang mendasar bagi seni rupa.

Dalam buku kritik seni Dharsono (2007:33) pada dasarnya apa

yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah merupakan totalitas dari pada

karya seni itu sendiri. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan

dari komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya. Ada dua macam

bentuk: pertama bentuk visual (visual form), yaitu bentuk fisik dari sebuah

Page 30: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

17

karya seni atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni

tersebut. Kedua special form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya

hubungan timbale balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh penomena

bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosioanalnya.

Namun Stanislau Yagni dalam buku kritik seni Meisar Ashari

(2016:45) memandang, bahwa dalam karya seni bentuk (form) adalah

suatu proses menjadi bentuk (dengan pola tertentu), artinya, bentuk tidak

memahami sebagai yang sudah ada atau mapan, melainkan proses menjadi

bentuk “a process of apontaneous emergence and self-shaping”. Untuk itu

bentuk adalah bagian yang paling sukar diantara empat elemen yang

menunjang terjadinya suatu karya, khususnya lukisan, karena menyangkut

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat metafisis.

Sobur dalam Ramdani (2013:14) mengungkapkan. “Bentuk

semiotika Ferdinand De Sausure dan Charles Sanders Pierce yaitu

dikotomi dan trikotomi”. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu

semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di

Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan adalah

linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Sausure mempunyai dua entitas (dikot

omi), yaitu signifier (signifiant/wahana tanda/penanda/yang mengutarakan/

simbol) dan signified (signifie/makna/petanda/yang diutarakan).

Tanda menurut Saussure adalah kombinasi dari sebuah konsep dan

sebuah sound-image yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara

signifier dan signified adalah arbitrary (mana suka). Tidak ada hubungan

Page 31: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

18

logis yang pasti diantara keduanya, yang mana membuat teks atau tanda

menjadi menarik dan juga problematik pada saat yang bersamaan.

Sedangkan Charles Sanders Pierce yaitu (trikotomi), Semiotika

bagi Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau kerja

sama tiga subyek yaitu tanda (sign), obyek (object) dan interpretan

(interpretant). Pierce juga menegaskan bahwa manusia hanya dapat

berfikir dengan sarana tanda. Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda

visual yang bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal. Tanda

adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa

pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan. Jika sesuatu, misalnya A

adalah asap hitam yang mengepul di kejauhan, maka ia dapat mewakili B,

yaitu misalnya sebuah kebakaran (pengalaman). Tanda semacam itu dapat

disebut sebagai indeks; yakni antara A dan B ada keterkaitan (contiguity).

Kehadiran bentuk juga dalam seni rupa tidak terlepas dari peranan

titik dan garis yang memberi batas ruang, sebagaimana yang terdapat

dalam bentuk bidang dua dimensional garis menjadi batas keruangan

dengan bidang yang lainnya dan pada bentuk tiga dimensional dibatasi

oleh garis imajiner. Maka dalam hal ini bentuk sangat tergantung dari

keberadaan garis yang menentukan identitas dari sebuah bentuk.

Bentuk yang memiliki kualitas linier mempunyai efek batas

keruangan, sehingga kita menyadari bentuk itu sendiri memiliki keluasan

dan volume yang dapat dirasakan, diukur, dan ditafsirkan keberadaannya.

Dalam penciptaan karya seni lukis, bentuk merupakan hasil intepretasi

Page 32: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

19

nilai terhadap bentuk-bentuk eksternal melalui pengamatan dan

perenungan, yang kemudian menjadi pengalaman batin yang lebih bersifat

imajiner.

2. Rumah Adat

Rumah adat adalah ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah yang

digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat

merupakan salah satu reperensi kebudayaan paling tinggi dalam sebuah komunitas

suku/masyarakat. Indonesia memiliki kekayaan yang sangat luar biasa, mulai dari

kekayaan alam maupun budaya. Salah satu dari itu adalah rumah adat yang

terdapat keanekaragaman tersebar di seluruh Indonesia. Pramono, (2013:122-130)

Untuk mendirikan rumah tradisional memakan waktu yang cukup lama

yakni kurang lebih selama satu tahun. Mengingat banyaknya tahapan yang harus

dikerjakan,mulai dari menebang kayu (nabah kayu), menarik kayu (ngerintak

kayu), mencari ijuk untuk atap dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang tidak

mungkin hanya dilakukan oleh pendiri rumah saja. Wahid, (2013: 46).

Rumah adat tradisional merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau

khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan

ciri khas masyarakat setempat. Hingga saat ini masih banyak suku atau daerah-

daerah di Indonesia yang masih memperhatikan rumah adat sebagai usaha untuk

memelihara nilai-nilai budaya (Faisal, 2014).

Dari pengertian rumah adat yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka,

penulis menyimpulkan bahwa rumah adat adalah bangunan tradisional yang

Page 33: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

20

memiliki ciri khas dengan adatnya masing-masing dalam artian rumah adat

sebagai keragaman budaya disuatu daerah.

Berikut beberapa contoh rumah adat tradisional, antara lain:

a. Rumah adat suku Makassar

Gambar 2.2 Contoh rumah adat Makassar

Sumber: Special pengetahuan

https://celticstown.com/rumah-adat/sulawesi-selatan/

Material pembuatan rumah ini pada awalnya menggunakan bahan-bahan

dari alam, misalnya bagian atap yang terbuat dari bahan-bahan alam seperti

rumbia, nipah dan bambu.Seiring dengan berkembangnya zaman, material yang

digunakan untuk membangun atap rumah adat suku Makassar ini adalah seng atau

genteng yang terbuat dari tanah liat.

Rumah adat ini, memakai empat atau lebih tiang kayu yang digunakan

sebagai penyangga. Dulu rumah ini, identik dengan rumah para bangsawan.

Page 34: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

21

Keunikan yang ada pada rumah adat Sulawesi Selatan yang satu ini adalah bentuk

atap seperti pelana kuda dengan ujung yang runcing.

Pada puncak atap rumah adat ini, terdapat timbaksela yang memiliki

makna tersendiri bagi pemilik rumah. Timbaksela menandakan derajat

kebangsawanan mereka penghuni rumah adat suku Makassar. Jika terlihat

timbaksela yang tidak bersusun, maka rumah tersebut milik masyarakat biasa.

Sedangkan jika timbaksela bersusun tiga ke atas, tandanya pemilik rumah berasal

dari kalangan bangsawan. Terakhir, jika rumah memiliki timbaksela bersusun 5 ke

atas, berarti pemilik rumah adalah bangsawan yang mengemban jabatan

pemerintahan.

Page 35: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

22

b. Rumah adat Suku Toraja

Gambar 2.3 Contoh rumah adat Toraja

Sumber: kisah asal usul

https://celticstown.com/rumah-adat/sulawesi-selatan/

Rumah adat suku Toraja lebih dikenal dengan nama rumah adat

Tongkonan. Rumah ini dibangun berjajar dan menghadap ke arah utara dengan

alasan menurut kepercayaan penduduk sekitar, jika mereka meninggal akan

kumpul bersama dengan para leluhur dari arah utara. Ciri khas dari rumah adat

Tongkonan ini adalah memiliki ukiran berwarna merah, hitam dan kuning.

Selain itu, rumah adat yang satu ini juga langsung mencuri perhatian

karena bentuk atapnya yang sangat mencolok. Oleh karena masyarakatnya

mayoritas memeluk agama Islam, maka pembangunan rumah adat ini juga

Page 36: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

23

berasaskan ajaran-ajaran dari agama Islam. Penerapan ajaran agama Islam

tersebut dapat dilihat melalui ukiran-ukiran yang terdapat pada kayu rumah.

c. Rumah adat Suku Luwu

Gambar 2.4 Contoh rumah adat Luwu

Sumber: Gambar furtinure keren

https://celticstown.com/rumah-adat/sulawesi-selatan/

Rumah adat Suku Luwu pada awalnya merupakan tempat tinggal milik

Raja Luwu. Rumah ini dilengkapi dengan 88 tiang dengan bahan dasar kayu.

Bentuk rumah ini persegi empat dan memiliki ukuran yang sama pada jendela dan

pintunya. Rumah adat suku Luwuk ini memiliki 3-5 bubungan untuk memberi

tanda siapa pemilik rumah tersebut. Perbedaan yang terlihat pada rumah adat ini

dengan rumah adat suku lainnya terletak pada ukiran dan pahatan ornamennya.

Ornamen yang ada pada rumah adat ini disebut bunga prengreng memiliki

makna hidup menjalar sulur yang artinya hidupnya tidak terputus-putus. Ornamen

Page 37: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

24

ini dapat ditemukan pada induk tangga, papan jendela, maupun anjong (tutup

bangunan).

C. Kerangka Pikir

1. Kerangka Teori

Manusia pada dasarnya hidup sebagai makhluk budaya yang memiliki

akal, budi dan daya untuk dapat membuahkan suatu gagasan dan hasil karya yang

berupa seni, moral, hukum, kepercayaan yang terus dilakukan dan pada akhirnya

membentuk suatu kebiasaan atau adat istiadat yang kemudian diakumulasikan dan

ditransmisikan secara sosial atau kemasyarakatan.

Keunikan–keunikan rumah adat menjadikannya sangat berbeda dengan

rumah biasa, baik dari segi ornamennya, maupun dalam hal pola bangunan rumah

adat tersebut. Seperti yang terlihat pada rumah adat Enrekang, yaitu Rumah Sapo

Bottoa. Rumah Sapo Bottoa memiliki bentuk fisik yang sangat berbeda sekali

dengan rumah adat pada umumnya. Dalam bidang seni dan budaya lebih menekan

pada teori semiotika. Karena semiotika arsitektur terdapat tiga kategori hubungan

tanda dengan unsur dalam arsitekturnya yaitu sintaksis, pragmatik, dan semantic.

Begitu pula dengan karya-karya desain. Dengan tumbuh dan berkembangnya

teknologi, ilmu pengetahuan dan seni, yang saling kait mengkait, maka

pembahasan dimensi keindahan saat ini mengalami perubahan, tidak lagi

didasarkan pada segi fisik dan filosofis semata, tetapi bisa juga didekati secara

rasional lewat teori semiotika.

Page 38: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

25

2. Kerangka konseptual

Keragaman suku yang ada di Indonesia telah menghadirkan berbagai

budaya yang masing–masingnya memiliki ciri khas tersendiri, dan bahkan

menjadi sebuah simbol bagi suku tersebut. Salah satu hasil kebudayaan yang

dapat dijadikan simbol bagi suku tertentu adalah rumah adat. Rumah adat

merupakan rumah tradisional dari suku tertentu, keberadaan rumah adat yang ada

pada masing–masing suku tentu tidak sama dengan daerah lain.

Keunikan–keunikan rumah adat menjadikannya sangat berbeda dengan

rumah biasa, baik dari segi ornamennya, maupun dalam hal pola bangunan rumah

adat tersebut.Penelitian mengenai rumah adat hendaknya dibahas dalam kaitan

dengan ide-ide yang berlaku dalam masyarakat karena arsitektur tradisional

merupakan refleksi budaya masyarakat. Di dalam kaitan tersebut, ruang dan

bentuk dipahami bukan semata-mata bersifat geometris, hampa nilai, melainkan

dalam kaitannya dengan nilai-nilai sosio-kultural, dimana ruang dan bentuk

memiliki makna,fungsi, nilai, bersifat heterogen, mempunyai pengertian

metaforik.

Keterkaitannya dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi tidaklah

dalam pengertian deterministik tetapi berpola dalam suatu hubungan yang saling

tergantung dan kompleks. Ruang dalam konteks budaya tradisional banyak

dipengaruhi oleh kepercayaan terdahulu dan sering dihubungkan dengan tempat,

kemudian dikenali, dikaitkan, diberikan makna dan diidentifikasi sesuai

kesepakatan budaya, yang menjelaskan karakteristik spesifik, seperti sakralprofan,

privat-publik, terbuka-tertutup dan lain-lain. Nama-nama ruang menunjukkan

Page 39: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

26

keadaan spesifik masing-masing yang berhubungan dengan ciri fisik, fungsi,

hubungan, letak atau posisi.

Konsep bentuk dalam konteks budaya tradisional banyak dipengaruhi oleh

makna simbol mikro-makrokosmos, unsur alam sekitar serta hubungan dengan

status sosial penghuninya. Pengaruh tersebut dimanifestasikan melalui bentuk

atap, sistem struktur dan bahan; ragam hias; dan tata bangunan; di samping arah

(orientasi), yang merupakan salah satu aspek non-fisik dominan dalam arsitektur

tradisional.

Dari uraian di atas maka penulis ingin melakukan pnelitian yang berjudul

“Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten

Enrekang”. Adapun kerangka pikir peneliti diawali dengan adanya kondisi factual

mengenai rumah adat Sapo Battoa.

Page 40: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

27

Untuk mempermudah penjelasan di atas maka dapat di gambar melalui kerangka

pikir di bawah ini:

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Rumah Adat Sapo Bottoa Desa

Kaluppini Kabupaten Enrekang

Tanda (Sign)

Hasil Penelitian

Interpretan

(intrepretant)

Semiotika Bentuk Rumah Adat

Sapo Bottoa

Charles Sanders Pierce

Obyek (objek)

Page 41: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kajian pustaka

deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan riset etik (interpretasi analisis).

Menggunakan kepustakaan sebagai sumber data. Sehingga dapat di peroleh

informasi mengenai objek yang diteliti tentang semiotika bentuk dari pada sebuah

rumah adat Sapo Bottoa di Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.

Penelitian kajian pustaka deskriptif kualitatif dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi

budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan

analisisnya bersifat kualitatif.

Metode penelitan deskriptif kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti

ikut berpartisipasi, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif

terhadap berbagai kejadian yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan

penelitian.

Lokasi penelitian berada di Desa Kaluppini, Kabupaten Enrekang,

Sulawesi selatan. Secara geografis berada di katinggian 800 meter diatas

permukaan air laut, terletak di kaki gunung Latimojong. Penelitian ini

dilaksanakan selama dua bulan . Desa Kaluppini merupakan daerah yang masih

memegang teguh adat dan istiadat tradisi warisan nenek monyangnya secara

turun-temurun. Desa kaluppini berada satu kawasan dengan akar mitologi sejarah

Page 42: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

29

yang kental dan menjadi cikal bikal retendensi masyarakatnya yang berpegang

teguh dan warisan budaya leluhur. Lokasi penelitian berjarak sekitar 9 kilometer

dari Kota Enrekang, dan dapat ditempuh selama kurang lebih 45 menit

menggunakan kendaraan motor.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data primer dan data sekunder sebagai berikut:

a. Data Primer merupakan data yang didapatkan dari informasi utama

yaitu, data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara

langsung pada rumah adat dan wawancara langsung dengan

masyarakat-masyarakat yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder merupakan data pelengkap yang didapatkan dari

informasi, buku-buku, internet, yang dianggap bisa memberikan

informasi terkait dengan penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber data yang digali dalam penelitian ini merupakan subjek dari mana

data diperoleh, temuan tentang rumah adat Sapo Bottoa sebagai salah satu tempat

untuk menyaring informasi baik berupa dokumen dan keterangan-keterangan serta

kejadian tentang rumah adat tersebut. Hasil wawancara atau pengamatan dari

objek menjadi sumber utama, sumber data berupa catatan tertulis atau hasil

wawancara berupa rekaman, dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode

pengambilan data. Data yang diambil berdasarkan pedoman yang telah

Page 43: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

30

disiapkan sehingga diharapkan data yang diperoleh akan sesuai dengan yang

diteliti. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan

dokumentasi ini cenderung bersifat naturalistic. Untuk menggali informasi yang

akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul, sehingga perlu

dalam penelitian ini yang menjadi narasumber utama adalah budayawan-

budayawan Kaluppini, penjaga rumah adat Sapo Bottoa, dan masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data

primer adalah dengan wawancara secara detail dan metode observasi. Untuk

mendapatkan data sekunder menggunakan metode dokumentasi. Secara lebih jelas

metode tersebut yaitu:

1.) Observasi

Teknik Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap

gejala-gejala maupun kejadian yang tampak pada obyek penelitian secara

sistematis. Penelitian ini menggunakan observasi partisipan yang memiliki arti

bahwa peneliti ikut terjun langsung mengamati gejala-gejala yang sedang terjadi

di lapangan guna mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan.

Observasi merupakan teknik pengumpulan dan pencatatan secara

sistematis mengenai nilai-nilai semiotika pada rumah adat Sapo Bottoa di Desa

Kaluppini Kabupaten Enrekang. Berdasarkan pengamatan langsung untuk

menyakinkan data yang ada, jadi penelitian ini mengadakan pengamatan langsung

pada rumah adat Sapo Bottoa.

Page 44: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

31

2.) Wawancara

Wawancara yaitu salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian.

Metode wawancara dalam penelitian ini sebagai sarana untuk penguatan

interpretasi, dengan cara menemukan intersubjektib percakapan.

3.) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-

hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda

dan sebagainya.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh

adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian

angka serta tidak dapat disusun dalam kategorikategori/struktur klasifikasi. Data

bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari

dokumen, pita rekaman dan dokumentsi) dan biasanya diproses terlebih dahulu

sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-

tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya

disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan

matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.

Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.berikut ini

adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan

melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi

Page 45: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

32

pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan focus serta

pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi

data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan

diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian

kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara:

melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam

suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

3. Penyajian data

Penyajian data yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan

penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja,

keterkaitan kegiatan atau tabel.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus

mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan

menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.

Page 46: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

33

Gambar 3.1 Siklus Analisis data

Siklus analisis interaktif ditunjukkan dalam bentuk skema berikut ini.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data

Page 47: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum memulai analisis tentang kajian semiotika bentuk rumah

adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang terlebih dahulu

panulis menjelaskan metode penulisan ini adalah model penelitian kajian

pustaka deskriptif kualitatif dilakukan secara intensif, melakukan analisis

reflektif terhadap barbagai kejadian yang ditemukan dan membuat laporan

penelitian. Dengan menggunakan analisis semiotika model Charles

Sanders Pierce (Trikotomi) yaitu tanda (sign), obyek (object) , dan

interpretan (interpretant) yakni, hubungan antara tanda, obyek, dan

interpretan.

Obyek

(object)

Tanda Interpretan

(sign) (interpretant)

Gambar 4.1. Teori Analisis Semiotika Model Charles Sanders

Pierce.

Sember: Makna Sosio-Historis Batu Nisan VOC di Batavia, 2008

Page 48: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

35

Proses semiosis ke-1.

Obyek (Object)

Bentuk yang terintegrasi (Rumah)

Tanda (Sign) Interpretan (Interpretant)

Kotak dan atap segitiga Bentuk rumah memiliki ruang

Proses semiosis ke-2.

Obyek (object)

Bentuk rumah yang terdapat di Kabupaten Enrekang

Tanda (Sign) Interpretan (Interpretant)

Bentuk rumah memiliki ruang Rumah adat Sapo Bottoa

Gambar 4.2. Diagram proses analisis semiosis model Charles Sanders

Pierce

Page 49: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

36

A. Hasil Penelitian

1. Semiotika bentuk rumah adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten

Enrekang.

Rumah adat Sapo Bottoa

Gambar 4.3. Rumah Adat Sapo Bottoa

Sumber: Hasil Observasi, 2019

Rumah adat Sapo Bottoa merupakan rumah panggung yang terdiri

dari atas tiga bagian yaitu (kepala), tengah (badan), serta bawah (kaki).

Elemen-elemen penunjang yang berada di rumah adat Sapo Bottoa dibuat

berdasarkan unsur kelengkapan rumah adat tersebut dan dimodifikasi sesui

dengan unsur budaya di Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.

Page 50: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

37

Berdasarkan hasil proses semiosis yang digambarkan pada

penelitian ini maka, dapat diuraikan bentuk rumah dengan menerapkan

beberapa langkah proses semiosis pertama dan proses semiosis kedua

dengan penjelasan sebagai berikut.

2. Struktur bentuk rumah adat.

A. Bentuk atap rumah.

Gambar 4.4. Tampak bentuk atap rumah adat Sapo Bottoa

Sumber: Hasil Observasi, 2019

a. Tanda (sign)

Bila memperhatikan bentuk atap rumah tersebut maka, yang

muncul pertama kali dibenak penulis ialah segitiga sama sisi.

Akan tetapi, bila diperhatikan seksama dibagian tengah segitiga

sama sisi tersebut terdapat dua garis mendatar. Lalu, tepat

diatasnya segitiga sama sisi terdapat bentuk kayu seperti

mahkota.

Page 51: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

38

b. Obyek (Object)

Masyarakat desa Kaluppini menganggap bentuk atap rumah

sebagai simbol dunia atas dengan penuh kemakmuran. Selain

itu, bentuk atap rumah dalam membedakan status social

seseorang dapat dinilai berdasarkan jumlah banyaknya garis

ditengah segitiga atap rumah tersebut.

c. Interpretan (Interpretant)

Pada bagian atap rumah adat Sapo Battoa di bagian struktur

penyusun rangka atapnya menggunakan material kayu biasa,

sedangkan pada bahan atap terbuat dari bahan ijuk yang masih

sangat tradisional. Hampir dari keseluruhan bagian rumah adat

tersebut menggunakan material kayu yang masih sangat

tradisional. Tak hanya itu, atap rumah juga digunakan sebagai

penutup dan pelindung rumah dan sekaligus untuk menjaga diri

dari radiasi panas matahari. Ini menandakan atap rumah bagian

atas atau dunia atas menurut kepercayaan masyarakat

Kaluppini sebagai simbolik kekuasaan dan kemakmuran.

Page 52: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

39

Pada bagian atap rumah terdapat balok panjang yang disebut dengan

balok pa’dongko.

Bentuk balok Pa’dongko.

Gambar 4.5. Bentuk balok Pa’dongko

Sumber: Hasil Observasi, 2019

a. Tanda (sign)

Pada balok tersebut terdapat sedikit ukiran rumah adat

masyarakat desa Kaluppini. Bentuk balok adalah symbol

atau hal penting yang memiliki makna tersendiri bagi

kehidupan masyarakat Kaluppini, yang hanya dimengerti

oleh mereka saja.

b. Obyek (object)

Seperti yang dibahas sebelumnya, object, adalah sesuatu

yang diwakili oleh sign yang berkaitan dengan acuan.

Page 53: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

40

Object atau acuan pada balok tersebut adalah konteks social

yang menjadi referensi dari tanda. Bila melihat dari bentuk

dan jumlah ukiran balok tersebut maka, dapat disimpikan

masyarakat Kaluppini juga menghargai budaya leluhur dari

keluarga besar kerajaan Enrekang.

c. Interpretan (interpretant)

Balok Pa’dongko adalah salah satu struktur atap rumah adat

Kaluppini yang diletakkan memanjang utara-selatan pada

bagian tengah rumah. Pada balok tersebut terdapat kayu

pengunci yang berjumlah sembilan buah dengan ukiran

yang berbeda-beda.

B. Bentuk dinding rumah

Gambar 4.6. Tampak bentuk jendela dan dinding rumah adat Sapo

Bottoa Sumber: Hasil Observasi, 2019

Page 54: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

41

a. Tanda (sign)

Bentuk dinding rumah, sebenarnya begitu alami jika dilihat

dari bentuknya. Hal tersebut dikarenakan bahan dari dinding

berupa kayu biasa. Bentuknya berbeda, yakni menyerupai

papan tulis yang tidak diberikan warna. Tetapi memegang

peran penting bagi rumah dan masyarakat daerah adat tertentu

di desa Kaluppini.

b. Obyek (object)

Pada bagian dinding rumah terdapat tiga buah jendela. Pada

bagian depan dan bagiang samping kiri terdapat enam dan

samping kanan rumah hanya satu, dan pada bagian belakang

rumah tidak ada jendela. Disetiap jendela hanya ditutupi kain

biasa sebagai pembuka dan penutup jendela. Dinding juga

sebagai peyokong atap dan langit-langit, dan membagi ruangan

didalam rumah.

c. Interpretan (interpretant)

Pada struktur tengah rumah adat Sapo Battoa yaitu jendela

menggunakan bahan material konstruksi berupa kayu biasa.

Bahan material pada dinding rumah adat SapoBattoa terbilang

unik karena terbuat dari kayu yang berasal dari pohon banga

yang proses pembuatannya dengan cara ditebang lalu

dikeringkan sampai menimbulkan tekstur yang menjadi ciri

Page 55: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

42

khas pohon banga. Material pada dinding dari kayu banga

sangat awet sampai puluhan tahun apabila tidak terkena air.

Pada bagian tengah rumah adat terdapat juga pintu yang harus kita

ketahui dan memiliki peran penting pada setiap rumah pada umumnya.

Bentuk pintu rumah :

Gambar 4.7. Bentuk pintu rumah adat Sapo Bottoa Sumber: Hasil Observasi, 2019

a. Tanda (sign)

Bila memperhatikan bentuk dari pada pintu maka, yang p akan

timbul pertama kali dibenak penulis ialah gambaran pintu

rumah biasa pada umumnya. Akan tetapi, bila diperhatikan

dengan seksama pintu rumah terlihat jelas berbeda dengan pintu

Page 56: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

43

rumah pada umumnya, yang memiliki ukuran tinggi sama

dengan dinding rumah.

b. Obyek (object)

Masyarakat Kaluppini menganggap ukuran pintu rumah yang

besar dan tinggi sama dengan dinding dikarenakan, orang

terdahulu mereka atau nenek moyang mereka tinggi dan besar,

yang biasa dikenal dan disebut Tumanurung yang sembilan

saudara.

c. Interpretan (interpretant)

Pada bagian pintu rumah adat Sapo Bottoa, terlihat jelas

berbeda dengan pintu rumah pada umumnya, yang memiliki

ukuran tinggi sama dengan tiang dinding. Pintu merupakan

sebagai akses keluar masuk manusia baik dari dalam rumah

atau dari luar rumah untuk memenuhi suatu kebutuhan.

Page 57: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

44

C. Kemudian pada bagian bawah rumah adat Kaluppini terdapat tiga

unsur utama yang perluh kita ketahui bersama, antara lain;

1. Tangga rumah

Gambar 4.8. Bentuk tangga rumah adat Sapo Bottoa Sumber: Hasil Observasi, 2019

a. Tanda (sign)

Bentuk tangga pada rumah adat Kaluppini hampir sama dengan

tangga rumah biasa pada umumnya yang memiliki ruas dan

anak tangga. Tepatnya pada jumlah anak tangga yang memiliki

symbol atau tanda dari keluarga besar Enrekang.

Page 58: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

45

b. Obyek (object)

Bentuk atau objek pada tangga dinilai sangat penting bagi

masyarakat desa Kaluppini. Tidak hanya seperti bentuk tangga

pada umumnya akan tetapi, pada rumah adat tersebut memiliki

jumlah anak tangga sembilan buah sebagai tanda keluarga besar

Tumanurung.

c. Interpretan (interpretant)

Kemudian pada struktur bagian bawah rumah adat Sapo Bottoa

yaitu tangga. Penggunaan tangga pada bagian depan bangunan

sebagai akses naik turunnya orang kerumah adat Sapo Battoa.

Tangga tersebut tidak terlalu tinggi maupun curam dan

mempunyai pegangan atau relling. Dari jumlah anak tangga

memiliki symbol makna penting bagi masyarakat Kaluppini

karena kepercayaan dan budaya leluhur mereka selalu dijaga

sampai saat ini.

Page 59: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

46

2. Bentuk tiang rumah

Gambar 4.9. Tampak bentuk tiang rumah adat Sapo Bottoa Sumber: Hasil Observasi, 2019

a. Tanda (sign)

Tiang rumah adat Kaluppini hampir sama dengan tiang rumah

pada umumnya. Akan tetapi, bentuk tiang rumah juga menjadi

salah satu unsure terpenting dari bagian bawah rumah. Bentuk

tiang seperti balok namun memiliki ukuran yang besar.

b. Obyek (object)

Objek atau acuan tanda adalah konteks social yang menjadi

referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda(sign). Bila

melihat bentuk tiang rumah tersebut maka, dapat disimpulkan

masyarakat Kaluppini mempercayai bagian bawah adalah

bagian terpenting yang menopang seluruh struktur rumah.

Page 60: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

47

c. Interpretan (interpretant)

Pada struktur bagian bawah rumah adat Sapo Bottoa yaitu

tiang. Tiang merupakan bagian dari struktur rumah yang

digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari

struktur atas ke tanah pada kedalaman tertentu. Pondasi tiang

yang merupakan batu dasar sebagai pondasi kuat tiap tiang

rumah.

3. Bentuk tiang Posibola

Gambar 4.10. Bentuk dan ukiran Posibola

Sumber: Hasil Observasi, 2019

Page 61: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

48

a. Tanda (sign)

Bila memperhatikan bentuk dan ukiran pada posibola maka,

yang akan timbu pertama kali dibenak penulis ialah gambaran

yang abstrak atau membatik. Akan tetapi, bila diperhatikan

dengan jelas gambaran tersebut adalah salah satu ukiran yang

memiliki symbol makna terpenting di rumah adat tersebut.

b. Obyek (object)

Masyarakat desa Kaluppini menganggap gambaran atau ukiran

posibola sebagai pusat atau inti rumah. Selain itu, bentuk

gambaran atau ukiran posibola adalah hasil karya ukiran dari

leluhur mereka yaitu keluarga besar kerajaan Enrekang

c. Interpretan (interpretant)

Pada rumah adat Sapo Bottoa terdapat sebuah bentuk dan

ukiran yang memiliki makna sakral menurut warga setempat,

yaitu Bentuk dan ukiran posibola. Di tengah-tengah rumah

bersama, terdapat tiang yang memiliki ukiran (posibola). Di

tiang tersebut biasa dilakukan ritual-ritual oleh pemuka-

pemuka adat. Di ruang bersama/ruang tamu terdapat pula kayu

yang disebut kayu Patagallaci yang tidak boleh diduduki.

Page 62: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

49

B. Pembahasan

Pada bagian sub pembahasan ini akan dibahas beberapa pokok temuan

yang ada pada hasil penelitian terkait tentang semiotika bentuk rumah adat

Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang. Dengan menggunakan

analisis semiotika model Charles Sanders Pierce (trikotomi) yaitu tanda

(sign), obyek (object), dan interpretan (interpretant). Yakni hubungan antara

tanda, obyek, dan interpretan.

1. Semiotika bentuk rumah adat Sapo Bottoa.

Rumah merupakan salah satu objek studi yang sangat penting untuk

memahami sebuah karya arsitektur yang merupakan reprentasi dari kehidupan

budaya dan sosial. Misalnya rumah adat Enrekang yaitu rumah adat Sapo

Bottoa di Desa Kaluppini, Kabupaten Enrekang, Provensi Sulawesi Selatan.

Letaknya secara geografis berada di dataran tinggi dengan ketinggian 800

meter diatas permukaan air laut, tidak hanya dilihat sebagai sebuah objek

melainkan juga sebagai suatu produk material dari proses berbudaya yang

telah mengalami banyak penyesuaian terhadap kondisi masyarakat dan

kondisi alam.

Rumah adat Sapo Bottoa merupakan rumah panggung yang terdiri

dari atas tiga bagian yaitu (kepala), tengah (badan), serta bawah (kaki).

Elemen-elemen penunjang yang berada di rumah adat Sapo Bottoa dibuat

berdasarkan unsur kelengkapan rumah adat tersebut dan dimodifikasi sesui

dengan unsur budaya di Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.

Page 63: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

50

Elemen-elemen dan unsur budaya inilah yang tentunya memiliki nilai

tradisi dan aturan yang selalu menjaga Desa Kaluppini yang kaya akan nilai

budaya, sejarah, keragaman suku dan arsitektur rumah adat tradisionalnya.

Arsitektur rumah adat Sapo Bottoa merupakan salah satu cerminan lokalitas

yang memiliki tatanan bentuk dan ukiran nilai budaya setempat dan memiliki

nilai keseimbangan antara lingkungan dan tempat tinggalnya.

Sebagian masyarakat Desa Kaluppini mengetahui bentuk dan ukiran

pada bagian rumah adat Kaluppini tersebut. Namun demikian, ternyata

sebagian masyarakat di Desa Kaluppini tidak mengetahui makna bentuk dan

ukiran yang ada pada rumah adat tersebut. Dari pengamatan singkat penulis

selama perjalanan menuju daerah penelitian, bentuk rumah dan ukiran rumah

adat itulah yang akan menjadi titik fokus penelitian penulis selama berada di

Desa Kaluppini.

Rumah adat yang berada di Desa Kaluppini berjumlah dua rumah.

Rumah adat tersebut berdiri diatas bebatuan yang memiliki ketinggian sekitar

75cm dari jalan, dan berhadapan langsung dengan mesjid, dan pohon adat.

Rumah adat Sapo Bottoa memiliki orientasi utara-selatan, dengan bagian

depan menghadap utara. Menurut ketua adat setempat, hal tersebut

dimaksudkan agar pembagian ruang atau tempat untuk beribadah tidak

berhadapan langsung dengan dapur atau tempat tidur.

Salah satu dari beberapa tokoh masyarakat yang sempat penulis

wawancarai yaitu Ambe’ (kakek Ani) dan Ambe’ (kakek Leha). Didalam

rumah terdapat tiga pembagian area, yaitu ruang tamu, kamar ganti, dan

Page 64: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

51

dapur. Ruang tamu, tempat tidur, serta kamar ganti berada di dalam satu

elevasi, dimana elevasinya lebih tinggi dari area dapur. Perbedaan elevansi

ruang ini berfungsi sebagai pembatas dan pembeda ruang antar dapur, ruang

bersama/ruang tamu, dan kamar.

2. Struktur bentuk rumah adat Sapo Bottoa

a. Bagian atas atap rumah adat

Pada gambar 4.3:36 bagian atap rumah adat Sapo Bottoa

memiki bentuk atap hampir sama dengan atap rumah pada umumnya.

Rumah adat Sapo Bottoa memiliki bentuk atau orientasi utara-selatan.

Dengan bagian depan menghadap utara dan belakang menghadap

selatan. Dibagian struktur penyusunan rangka atap rumah yang

menggunakan material kayu yang tradisional, sedangkan pada bagian

atap rumah yang menggunakan bahan terbuat dari ijuk yang masih

sangat tradisional.

Material ijuk merupakan bahan material kontruksi yang hanya

digunakan di Desa Kaluppini untuk bagian atap rumah adat, dan

ditambah pula fungsi dari pada material ijuk yang akan awet selama

puluhan tahun kegunaannya. Hampir dari keseluruhan rumah adat

tersebut menggunakan material berbahan kayu. Fungsi atap tersebut

yaitu untuk menaungi dan malindungi ruangan yang ada di bawahnya.

Di sisi lain juga berguna untuk menahan radiasi panas matahari yang

berlebih, mengurangi dampak tambias hujan, dan menghambat

pergerakan angin yang biasanya membawa debu.

Page 65: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

52

Pada bagian atap rumah terdapat bentuk balok Pa’dongko.

Kemudian pada bentuk dan ukiran balok Pa’dongko. Pada

gambar 4.9:47 yaitu sturuktur atas rumah teradapat bentuk balok

(pa’dongko) yang diletakkan memanjang Utara-Selatan pada bagian

tengah rumah. Pada balok tersebut terdapat kayu pengunci yang

berjumlah sembilan buah dengan ukiran yang berbeda-beda.

Adapun kesembilan bentuk ukiran tersebut berupa perwujudan

dari tomanurung yang menurut cerita , kesembilan anak itu menyebar,

ada tiga yang tinggal di Kaluppini yaitu Tarrodi Palli,

TorrodiLatimojong, dan Torrodi Laikan gunung daerah Mata kali

Maiwa, serta enam orang lainnya keluar dari Desa Kaluppini yaitu

Marradia ke Mandar, Mangkau ke Bone, Milla ke Wajo, Opu’ ke

Luwu, Malepong bulan di Tangsa Tana Toraja, Indo’ Silele’ di Bulu

Kerasa daerah Lette Pinrang.

b. Bagian tengah dinding rumah adat.

Pada gambar 4.4:38 adalah bentuk jendela dan dinding dari

pada rumah adat Sapo Bottoa. Pada bagian jendela terdapat tiga buah

jendela yang berada didepan rumah dan memiliki bentuk kotak yang

hampir sama dengan bentuk jendela lainnya. Pada struktur tengah

rumah adat Sapo Battoa yaitu jendela menggunakan bahan material

konstruksi berupa kayu biasa. Bahan material pada dinding rumah

adat SapoBattoa terbilang unik karena terbuat dari kayu yang berasal

dari pohon banga yang proses pembuatannya dengan cara ditebang

Page 66: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

53

lalu dikeringkan sampai menimbulkan tekstur yang menjadi ciri khas

pohon banga. Material pada dinding dari kayu banga sangat awet

sampai puluhan tahun apabila tidak terkena air.

Pada struktur penyusunan rangka bagian tengah rumah adat

tersebut menggunakan kayu atau balok yang kuat sehingga kualitas

dan ketahan jendela dan dinding dapat berfungsi sampai puluhan

tahun. Fungsi jendela pada rumah adalah sebagai media untuk

sirkulasi udara yang masuk kedalam rumah, sehingga keadaan rumah

tidak pengap atau lembab dan apek. Sedangkan fungsi dinding adalah

sebagai penutup atau pelindung rumah dan sekaligus untuk menjaga

diri dari kondisi musim dingin dan panas. Dan juga sebagai

penyokong atap dan langit-langit, dan membagi ruangan.

Pada bagian dinding rumah terdapat bentuk pintu rumah adat.

Pintu merupakan sebagai akses keluar masuk manusia baik dari dalam

rumah atau dari luar rumah. Pada bagian pintu rumah adat Sapo

Bottoa memiliki bentuk pintu yang hampir sama dengan bentuk pintu

rumah pada umumnya. Terlihat jelas pada gambar 4.5:39. Akan tetapi

pintu rumah adat tersebut memiliki bentuk dan ukuran tinggi sama

dengan tiang dinding. Dan struktur bagian tengah rumah adat Sapo

Bottoa termasuk pintu juga merupakan bahan material kayu yang

terbilang tradisional.

Page 67: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

54

c. Bagian bawah rumah adat.

Pada bagian bawah terdapat tiga struktur utama rumah, antara

lain;

1. Tangga

Selanjutnya pada struktur bagian bawah rumah adat Sapo

Bottoa yaitu tangga. Tangga adalah sebuah kontruksi yang

dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertical yang

memiliki jarak satu sama lain. Untuk memasuki rumah adat

Sapo Bottoa, terlebih dahulu menaiki anak tangga kurang

lebih berjumlah sembilan. Menurut warga setempat dengan

anak tangga yang berjumlah sembilan karena warisan

budaya luhur dari Keluarga Besar Kerajaan Enrekang atau

yang biasa dikenal dangan sebutan Tumanurung yang

berarti sembilang saudara. Oleh sebab itu, setiap elemen

pembentuk rumah adat Kaluppini (Sapo Bottoa), syarat

akan makna filosofi yang sesuai dengan kebudayaan dan

kepercayaan masyarakat setempat.

Pada gambar 4.6: 40 yang merupakan tangga pada bagian

depan bangunan sebagai akses naik turunnya orang

kerumah adat Sapo Battoa. Struktur material pada tangga

tersebut yaitu material berbahan kayu yang terbilang masih

tradisional. Tangga rumah adat tersebut tidak terlalu tinggi

maupun curam dan mempunyai pegangan atau railing.

Page 68: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

55

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ambe’ Ani

bahwa, “tae’ na wading endek to tau tu dibola yake pura ni

kande ubi sola kacang-kacangan”. Yang artinya,”seseorang

tidak bisa atau tidak dianjurkan untuk naik diatas rumah

yang sudah mengomsumsi ubi dan kacang-kacangan.

Penulis tidak mengetahui pasti apa penyababnya akan

tetapi karena sebagian masyarakat Desa Kaluppini untuk

melarang seseorang naik keatas rumah setelah

mengomsumsi ubi dan kacang. Tokoh masyarakat Ambe’

Ani juga mengatakan hal seperti itu saat penulis sedang

melakukan wawancara. Karena warisan budaya luhur dari

Keluarga Besar Kerajaan Enrekang sehingga turun-

temurun masyarakat setempat percaya dan budaya tersebut.

Penghuni rumah adat atau seseorang yang tinggal dirumah

tersebut ialah seorang nenek-nenek tua buta yang sudah

tidak berkeluarga lagi yang biasa disebut masyarakat Desa

Kaluppini yaitu Tobirang. Berdasarkan hasil wawancara

penulis dengan tokoh masyarakat yaitu Ambe’ Leha

bahwa,”si mesa’ ra tau to la torro tu dibola, yamo tu to

nenek tua buta to taen mo keluarga na, yamo tu to disanga

tobirang”.

Page 69: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

56

2. Tiang.

Tiang rumah adalah salah satu bagian dari struktur rumah

yang berfungsi untuk menahan beban dari atap rumah dan

juga untuk menopang beban yang sangat berat secara

maksimal. Pada gambar 4.7:41 yaitu struktur bagian bawah

rumah adat Sapo Bottoa yaitu tiang. Tiang rumah adat

Sapo Bottoa terbuat dari bahan material kayu yang hampir

sama dengan bentuk tiang rumah pada umumnya. Setiap

tiang memiliki pondasi yaitu batu yang di bentuk sesuai

dengan ukuran alas tiap tiang. Pondasi batu ini sangat yang

berperan dalam sebuah rumah. Yang memiliki peran fungsi

sebagai penahan atau penopang beban bangunan yang ada

diatasnya untuk diteruskan ke lapisan tanah yang ada

dibawahnya. Dan juga untuk menghasilkan bangunan yang

kuat dan kokoh.

3. Tiang Posibola.

Didalam rumah bersama/ruang tamu, terdapat tiang yang

memiliki ukiran (posibola) dan juga bentuk balok

(pa’dongko). dan berbeda dengan tiang/kolom rumah yang

lainnya. Ukiran (posibola) dan bentuk balok (pa’dongko)

juga menjadi titik fokus penulis dalam penelitian ini.

Terlihat pada gambar 4.8:46 yaitu Posibola atau pusat

rumah yang berada pas dibagian tengah rumah adat Sapo

Page 70: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

57

Bottoa tersebut. Di tiang tersebut biasa dilakukan ritual-

ritual oleh pemuka-pemuka adat. Di ruang bersama/ruang

tamu terdapat pula kayu yang disebut kayu Patagallaci

yang tidak boleh diduduki. Berdasarkan hasil wawancara

dengan salah satu tokoh masyarakat yaitu dengan Ambe’

Leha bahwa,” kayu tersebut tidak boleh diduduki karena

para tamu maupun penghuni rumah dilarang berselonjor

kaki”. Berselonjor kaki dalam adat atau tradisi merupakan

sikap yang tidak sopan.

Page 71: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

58

4. Tabel. 4.1. Struktur bentuk rumah adat Sapo Bottoa Desa

Kaluppini Kabupaten Enrekang dengan menggunakan teori

analisis semiotika model Charles Sanders Pierce.

No Struktur

rumah

Tanda

(Sign)

Obyek

(Object)

Interpretan

(interpretant)

1. Atap a. Atap rumah

b. Balok Pa’dongko

Bila diperhatikan seksama

dibagian tengah segitiga

sama sisi tersebut terdapat

dua garis mendatar. Lalu,

tepat diatasnya segitiga

sama sisi terdapat bentuk

kayu seperti mahkota.

Bentuk balok adalah

symbol atau hal penting

Pada bagian atap rumah

adat Sapo Battoa

dibagian struktur

penyusun rangka atapnya

menggunakan material

kayu biasa, sedangkan

pada bahan atap terbuat

dari bahan ijuk yang

masih sangat tradisional.

Ini menandakan atap

rumah bagian atas atau

dunia atas menurut

kepercayaan masyarakat

Kaluppini sebagai

simbolik kekuasaan dan

kemakmuran.

Balok Pa’dongko adalah

salah satu struktur atap

Page 72: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

59

yang memiliki makna

tersendiri bagi kehidupan

masyarakat Kaluppini,

yang hanya dimengerti

oleh mereka saja.

rumah adat Kaluppini

yang diletakkan

memanjang utara-selatan

pada bagian tengah

rumah. Pada balok

tersebut terdapat kayu

pengunci yang berjumlah

sembilan buah dengan

ukiran yang berbeda-

beda.

2. Dinding Pintu Masyarakat Kaluppini

menganggap ukuran pintu

rumah yang besar dan

tinggi sama dengan

dinding dikarenakan,

orang terdahulu mereka

atau nenek moyang

mereka tinggi dan besar,

yang biasa dikenal dan

disebut Tumanurung

yang sembilan saudara.

Pada bagian pintu rumah

adat Sapo Bottoa, terlihat

jelas berbeda dengan

pintu rumah pada

umumnya, yang

memiliki ukuran tinggi

sama dengan tiang

dinding. Sebagai akses

keluar masuk manusia

baik dari dalam maupun

dari luar rumah untuk

memenuhi suatu

kebutuhan.

Page 73: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

60

3. Tiang a. Tangga

Bentuk atau objek pada

tangga dinilai sangat

penting bagi masyarakat

desa Kaluppini. Pada

rumah adat tersebut

memiliki jumlah anak

tangga sembilan buah

sebagai tanda keluarga

besar Tumanurung.

Struktur bagian bawah

rumah adat Sapo Bottoa

yaitu tangga. Penggunaan

tangga pada bagian

depan bangunan sebagai

akses naik turunnya

orang kerumah adat Sapo

Battoa. Tangga tersebut

tidak terlalu tinggi

maupun curam dan

mempunyai pegangan

atau relling. Dari jumlah

anak tangga memiliki

symbol makna penting

bagi masyarakat

Kaluppini karena

kepercayaan dan budaya

leluhur mereka selalu

dijaga sampai saat ini.

b. Tiang Posibola

Masyarakat desa

Kaluppini menganggap

gambaran atau ukiran

Pada rumah adat Sapo

Bottoa terdapat sebuah

bentuk dan ukiran yang

Page 74: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

61

posibola sebagai pusat

atau inti rumah. Posibola

adalah hasil karya ukiran

dari leluhur mereka yaitu

keluarga besar kerajaan

Enrekang

memiliki makna sakral

menurut warga setempat,

yaitu Bentuk dan ukiran

posibola. Di tengah-

tengah rumah bersama,

terdapat tiang yang

memiliki ukiran

(posibola). Di tiang

tersebut biasa dilakukan

ritual-ritual oleh pemuka-

pemuka adat.

Page 75: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rumah adat Sapo Bottoa merupakan rumah panggung yang terdiri dari

atas (kepala), tengah (badan), serta bawah (kaki).

2. Rumah adat Kaluppini (Sapo Battoa) merupakan warisan budaya

masyarakat Enrekang yang sampai saat ini sangat dijaga dan juga

disakralkan.

3. Elemen-elemen penunjang yang berada di rumah adat Sapo Lalanan dibuat

berdasarkan unsur kelengkapan rumah adat tersebut dan dimodifikasi

sesuai dengan unsur budaya di Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.

4. Rumah adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini merupakan salah satu arsitektur

Tradisional yang dibangun dengan memperhatikan nilai-nilai sejarah, dan

tradisi yang diyakini oleh masyarakat setempat secara turun-temurun.

5. Pada setiap area dalam rumah memiliki pantangan tersendiri, seperti orang

yang ingin naik keatas rumah, sebelumnya tidak boleh mengonsumsi ubi,

dan kacang-kacangan.

6. Pada area ruang tamu tidak boleh menduduki kayu Patagallaci yang

secara tidak langsung mengajarkan tamu dan penghuni rumah agar tidak

berselonjor kaki dimana sikap tersebut tidak sopan. Hal ini tentunya

memiliki nilai-nilai yang bermakna bagi masyarakat setempat.

Page 76: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

63

B. SARAN

Penilaian secara fisik dapat memperoleh makna tentang kedudukan

sosialdalam struktur organisasi adat serta fungsi bangunan. Lokalitas

tercermin pada salah satu unsure dalam kebudayaan yaitu teknologi yang

mencakup sistem sambungan, material serta ornament bangunan

Arsitekturalnya yang terbentuk dan terbangun atas dengan dasar yang telah

diwariskan secara turun–temurun oleh leluhur Desa Kaluppini.

Setiap material yang ada di rumah adat Kaluppini bukan tanpa arti dan

makna diletakkan begitu saja tetapi memiliki nilai kesakralan sendiri yang

begitu dijaga oleh pemangku adat dan juga masyarakat setempat. Nilai

sejarah dan keyakinan juga ditampakkan dalam struktur bentuk balok (pa’

dongko) yang berada diatap yaitu disepanjang orientasi rumah (Utara-

Selatan) terdapat kayu pengunci atap yang berjumlah Sembilan buah

dengan ukiran yang berbeda. Sembilan kayu pengunci tersebut merupakan

makna dari Sembilan saudara Tumanurung.

Jika dilihat dari rumah adat serta tradisi masyarakat Desa

Kaluppini, mereka masih memegang teguh adat dan istiadat dari para

pendahulu mereka, dimana adat dan istiadat tersebut juga diaplikasikan

dalam bentuk rumah, salah satunya rumah adat Sapo Bottoa. Sebuah karya

arsitektur yang nyata dari ratusan tahun yang lalu dan masih dijaga

original bentuk dan juga pemaknaan dari setiap elemen rumah adat

Kaluppini (Sapo Battoa).

Page 77: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, M. 2016. Kritik Seni.Mediaqita Fondation: Makassar

Ardiansah, D. 2019. Metode Komunikasi 3 Analisis Semiotika. Surabaya.

Dharsono. 2007. Kritik Seni.Rekayasa Sains: Bandung

Koenjtaranigrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Penerbi Rineka Cipta.

Pramono. 2013. Media Pendukung Pembelajaran Rumah Adat Indonesia

Menggunakan Augmented Reality. Jurnal Eltek: Malang

Putra, R.A. 2015. Penguraian Tanda (Decoding) Pada Rumoh Aceh Dengan

Pendekatan Semiotika. Bandung.

Ramdani, A.H. 2016. Analisis Semiotika Foto Bencana Kabut Asap.

Riadi, M. 2018. Pengertian, komponen dan jenis-jenis semiotika.

Rasyidi, R.A. 2018. Semiotika Arsistektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu.

Malang

Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Alfabeta: Bandung

Suratminto, L. 2008. Makna Sosil-Historis Batu Nisan VOC Di Batavia. Jakarta.

Wahid. 2013. Tipologi Arsitktur Rumah Adat Nias Selatan dan Rumah Adat Nias

Utara. Graha Ilmu: Jakarta

Sumber internet:

Sobur, 2006. Via. Teori Semiotik, (Online),

http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html).

Celtics, T. 2019. Rumah Adat Sulawesi Selatan, (Online), (http://com/rumah-

adat/sulawesi-selatan, 2019).

Page 78: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 79: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 80: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 81: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 82: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 83: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 84: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 85: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 86: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 87: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 88: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Page 89: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS ......ABSTRAK HASRIADI, 2020. Kajian Semiotika Bentuk Rumah Adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang.Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

RIWAYAT HIDUP

Hasriadi atau lebih dikenal dengan panggilan

Ardhy, lahir pada tanggal 14 April 1995 di Manggugu

Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten

Enrekang (Massenrempulu), anak kedua dari lima

bersaudara buah cinta dan kasih sayang dari pasangan

Ayahanda Hasman dan Ibunda Sitti.M.

Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 2004

di SDN 65 Tampo, Kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2009, pada tahun

yang sama melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di SMPN 1

Anggeraja, Kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2011. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Enrekang pada jurusan IPA

dan berhasil menamatkan studinya di sekolah tersebut pada tahun 2014, pada

tahun yang sama pula penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi dan

terdaftar sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada jurusan Pendidikan

Seni Rupa Program Strata Satu (S1).

Berkat doa orang tua dan keluarga serta bantuan teman-teman, akhirnya

penulis memperoleh gelar S1 setelah berhasil menyusun skripsi yang berjudul

“Kajian Semiotika Bentuk Rumah adat Sapo Bottoa Desa Kaluppini Kabupaten

Enrekang”.