Upload
mutya-restu-ayu
View
128
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah pribadi promosi kesehatan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/ II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas
mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan; 2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan
strata pertama.
Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara
bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan
yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia
yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan
sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah
perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan, maka peran promosi kesehatan
sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-
masalah kesehatan.
Puskesmas Lubuk Kilangan telah menjalankan fungsinya dalam hal promosi kesehatan
demi meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat. Berbagai program telah dilakukan, baik
itu penyuluhan, pembinaan, maupun pelatihan. Namun, tidaklah mudah merubah perilaku
masyarakat dalam waktu yang singkat. Perlu adanya penyuluhan dan pembinaan secara
kontinyu serta dukungan dari pihak-pihak terkait demi peningkatan perilaku kesehatan
masyarakat di wilayahnya.
Dalam rangka mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah satu azas
penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya puskesmas wajib
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib tersebut di Puskesmas diperlukan tenaga
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) untuk mengelola promosi kesehatan di
Puskesmas secara profesional dan mampu untuk mengelola serta menyelenggarakan
pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.
1
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai promosi kesehatan dan kegiatan-kegiatan promosi
kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui program promosi kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan
2. Mengetahui pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupan tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai
literatur, laporan bulanan dan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, serta diskusi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Promosi Kesehatan Puskesmas
Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara
bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan
yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia
yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Menurut Teori Bloom faktor
perilaku ini merupakan faktor kedua terbesar yang pengaruhi status kesehatan. Oleh sebab
itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri.
Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran
promosi kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas
dari masalah-masalah kesehatan.
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dan, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Berdasarkan definisi tersebut serta sejalan dengan visi, misi departemen kesehatan dan
fungsi puskesmas khususnya dalam penggerakkan dan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dapat dirumuskan bahwa promosi kesehatan puskesmas adalah upaya puskesmas
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar masyarakat
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-
masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun
yang berpotensi mengancam, secara mandiri. Di samping itu, petugas kesehatan puskesmas
diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan
PHBS.
3
2.2. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan adalah:
a. Mencegah timbulnya penyakit dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara promotif dan preventif.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pendidikan kesehatan masyarakat tentang
masalah kesehatan.
c. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat individu, keluarga, dan
lingkungannya secara mandiri.
d. Mengembangkan upaya kesehatan bersumber pada masyarakat.
2.3. Strategi
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah
(1) Pemberdayaan (2) Bina Suasana dan (3) Advokasi, serta dijiwai semangat (4) Kemitraan.
Untuk perkembangannya, strategi promosi kesehatan di puskesmas dikenal sebagai ABGK:
Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Masyarakat, dan Kemitraan.
1. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal)
agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan
kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas
membutuhkan dan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan.
Misalnya, dalam rangka mengupayakan lingkungan puskesmas yang bebas asap rokok,
puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat untuk diterbitkannya
peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan kerja puskesmas seperti
sekolah, kantor kecamatan, tempat ibadah.
4
Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu diperhatikan bahwa sasaran
advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan: (1)
memahami/menyadari persoalan yang ditujukan, (2) tertarik untuk ikut berperan dalam
persoalan yang diajukan, (3) mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam
berperan, (4) menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan, dan (5) menyampaikan
langkah tindak lanjut. Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang
disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil.
Langkah tindak lanjut di akhir perbincangan (misalnya dengan membuat disposisi pada
usulan yang diajukan menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan dukungan). Selama
perbincangan, seorang advokator (misalnya kepala puskesmas) terus memantau respon
sasaran advokasi.
Sejumlah ahli menyarankan agar advokasi tidak dilakukan oleh hanya seorang individu,
melainkan melalui jejaring. Artinya, sebelum melakukan advokasi, sang advokator terlebih
dahulu mengembangkan kemitraan dengan sejumlah pihak yang potensial. Advokasi harus
dilakukan secara terus-menerus sampai pihak-pihak yang terkait (stake holders) yang
diadvokasi memberikan dukungan.
Sebagai contoh, dalam advokasi tentang bantuan jamban sehat untuk suatu pondok
pesantren. Kepala puskesmas sebaiknya menggalang kemitraan dulu dengan lembaga
swadaya masyarakat/LSM (misalnya Koalisi untuk Indonesia sehat), media massa (misalnya
wartawan koran), tokoh agama (misalnya seorang ulama), tokoh pendidikan (misalnya Ketua
PGRI), dan lain-lain.
Mereka ini diundang pada pertemuan untuk memantapkan kerjasama dan menyiapkan
bahan advokasi. Maka ketika bahan advokasi sudah siap dan pembagian tugas sudah
dilakukan (siapa yang berbicara tentang apa, dan siapa yang bertugas memantau
perbincangan), tim advokasi tersebut bersama-sama, untuk misalnya, menghadap camat atau
seorang pengusaha. Dengan demikian, camat atau pengusaha dihadapkan kepada suatu
jejaring yang kompak dan kuat. Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah
Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik. Artinya bahan advokasi harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:
Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya, kesukaan, dan
lain-lain).
5
Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.
Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu apa, mengapa, di mana, bilamana, siapa, dan
bagaimana (5W + 1H).
Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan masalah.
Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.
Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.
Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya
penyelenggaraan kesehatan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan apabila
lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian dll) mendukung. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya
mengajak individu, keluarga dan masyarakat mengalami peningkatan dari fase “tahu” ke fase
“mau” perlu diciptakan lingkungan yang mendukung. Keluarga atau orang yang
mengantarkan pasien ke puskesmas, penjenguk (penjenguk pasien) dan petugas kesehatan
mempunyai pengaruh untuk menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung opini
yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan dari pasien, misalnya pasien
dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk mendapat penjelasan atau informasi. Oleh karena
itu, metode yang tepat di sini adalah penggunaan media, seperti misalnya pembagian
selebaran (leaflet), pemasangan poster atau penayangan video berkaitan dengan penyakit dari
pasien. Dengan demikian, mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang diperoleh
kepada pasien.
Petugas kesehatan puskesmas dapat menjadi panutan atau teladan dalam sikap dan
tingkah laku. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan puskesmas
yang melayani harus benar-benar konsisten dengan pelayanan yang diberikan. Misalnya:
6
ramah (tidak terkesan stress), tidak merokok, memelihara hygiene atau kebersihan dan
kesehatan perorangan, dan lain sebagainya.
Bagi para penjenguk pasien, dapat dilakukan pembagian selebaran dan pemasangan
poster yang sesuai dengan penyakit pasien yang akan mereka jenguk. Selain itu, beberapa
puskesmas (dengan tempat perawatan) melaksanakan penyuluhan kelompok. Sementara itu,
di dinding dan sudut-sudut ruangan, bahkan di halaman gedung puskesmas juga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana kepada para pengantar pasien, para penjenguk
pasien, teman/pengantar klien, dan pengunjung puskesmas lainnya.
3. Gerakan atau Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif
dalam penyelenggaraan setipa upaya kesehatan.
Pemberdayaan terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang diselenggarakan
puskesmas harus memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
Pemberian informasi tentang perilaku yang diperkenalkan seperti tersebut diatas perlu
dilakukan secara sistematis agar anggota – anggota keluarga yang dikunjungi oleh petugas
Puskesmas dapat menerima dari tahap “tahu” ke “mau” dan jika sarana untuk melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan keluarga dapat
berupa pilihan atau kombinasi. Metodenya antara lain dialog, demonstrasi, konseling dan
media komunikasi seperti lembar balik, leaflet, gambar/foto (poster), atau media lain yang
mudah dibawa saat kunjungan rumah.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus
ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan puskesmas dengan
7
sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan
advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk
meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas kesehatan puskesmas harus bekerja
sama dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama,
LSM, media massa, dan lain-lain.
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan adalah (1)
kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (3) saling menguntungkan.
Kesetaraan. Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat
hirarkies (atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa
masing-masing berada dalam kedudukan yang sederajat. Keadaan ini dapat
dicapai bila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu
yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
Keterbukaan. Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya
kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai
dengan itikad yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-nutupi sesuatu.
Saling menguntungkan. Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung
keuntungan disemua pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara
tenaga kesehatan Puskesmas dengan kliennya/pasien, maka setiap solusi yang
ditawarkan hendaknya juga berisi penjelasan tentang keuntungannya bagi si
pasien/klien. Demikian juga dalam hubungan antara puskesmas dengan pihak
donatur.
Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan sebutan: tujuh saling) yang harus
diperhatikan dan dipraktikkan dalam meengembangkan kemitraan, yaitu :
a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing,
b. Saling mengakui kapasitas dan kemamouan masing-masing,
c. Saling berupaya untuk membangun hubungan,
d. Saling berupaya untuk mendekati,
e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu,
f. Saling mendukung upaya masing-masing,
g. Saling menghargai upaya masing-masing.
8
2.4. Pendukung Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaannnya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan (1) Metode
dan media yang tepat, serta tersedianya (2) Sumber daya yang memadai.
1. Metode dan Media
Metode yang dimaksud di sini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya, baik
pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh sebab itu,
perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode harus dilakukan
dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial
budayanya) dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang telah ditetapkan,
memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila penerima informasi tidak bisa
membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh tulisan, atau
bila penerima informasi hanya memiliki waktu sangat singkat, tidak bisa membaca maka
komunikasi tidak akan efektif jika dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang.
2. Sumber Daya
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan
puskesmas adalah tenaga (sumber daya manusia/SDM), sarana/peralatan termasuk media
komunikasi, dan dana atau anggaran.
Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator yang
mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari tenaga
khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat atau
PKM). Jika tidak tersedia, tenaga khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua
tenaga kesehatan puskesmas yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan, sanitarian,
dan lain-lain).
Semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas hendaknya memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling. Jika keterampilan ini ternyata
belum dimiliki, maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus.
9
Untuk dana atau anggaran promosi kesehatan puskesmas memang sulit ditentukan
standar, namun demikian diharapkan puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
menyediakan dana/anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan promosi
kesehatan puskesmas.
2.5. Kegiatan
1. Posyandu
Pengertian Posyandu
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006:11).
Tujuan Posyandu
Tujuan Umum:
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006:12-13).
Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
a. Bayi
b. Anak balita
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (Depkes RI, 2006:13).
10
Prinsip Dasar Posyandu
a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat
perpaduan antara pelayanan professional dan non professional (oleh
masyarakat).
b. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi. Imunisasi,
penangulangan diare) maupun lintas sektoral (Dep. Kes. RI. Depdagri /
Bangdes, dan BKKBN).
c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok tumbang/pos tumbang, pos
imunisasi, pos kesehatan, dan lain-lain).
d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 1-5
tahun, ibu hamil, PUS).
e. Pendekatan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan PKMD/PHC
(Nasrul Effendy, 1998:271).
Klasifikasi Posyandu
Posyandu diklasifikasikan menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. Posyandu Pratama (Warna Merah)
Pelaksanaan masih belum mantap, kegiatan belum bias rutin tiap bulan
dan kader aktifnya terbatas. Frekuensi penimbangan masih kurang dari
delapan kali dalam satu tahun. Posyandu pratama dinilai gawat. Intervensi nya
antara lain:pelatihan kader, penyegaran kader, dan penambahan jumlah kader.
b. Posyandu Madya (Warna Kuning)
Dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun,
jumlah kader kurang lebih 5 orang, cakupan program utama yaitu KB, KIA,
Gizi, Imunisasi masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti kelestarian
kegiatan posyandu sudah lebih baik tetapi masih rendah cakupan nya, untuk
itu perlu di lakukan penggerakan masyarakat secara intensif, serta
penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Intervensinya yaitu:
Pelatihan toma dengan model eksklasi posyandu yang sekarang
sudah di lengkaapi dengan metode simulasi.
Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SDM dan MMD) untuk
menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya termasuk
11
menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat. Untuk melaksanankan hal ini dengan baik dapat
di gunakan acuan buku pedoman “pendekatan kemasyarakatan”
yang di terbitkan oleh Dit Bina Peran Serta Masyarakat Depkes.
c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)
Dapat melaksankan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun,
jumlah kader lima orang atau lebih, cakupan lima program utamanya lebih dari
50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat
yang masih sederhana.
Intervensinya :
Penggarapan dengan metode PKMD, untuk mengarahkan
masyarakat menetukan sendiri pengembangan program posyandu.
Pelatihan dana sehat agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat
yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)
Kegiatan teratur, cakupan lima program utama sudah baik, ada
program tambahan, dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK.
Dana sehat menggunakan prinsip Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) serta mampu berswasembada (Depkes RI, 1997:53-54)
Indikator tingkat perkembangan posyandu
Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat
indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan
Posyandu. Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat diuraikan
sebagai berikut:
12
Tabel 2.1. Tingkat Perkembangan Posyandu
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekuensi penimbangan <8 >8 >8 >8
2 Rerata Kader Tugas <5 ≥5 ≥5 ≥5
3 Rerata Cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
4 Cakupan Kumulatif KIA <50% <50% ≥50% ≥50%
5 Cakupan Kumulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%
6 Cakupan Kum. Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%
7 Program Tambahan - - + +
8 Cakupan dana Sehat <50% <50% <50% ≥50%
2. PHBS
Definisi PHBS
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat (Depkes,
2007:2).
Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatnya pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta
kemandirian perorangan, keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan agar dapat hidup bersih dan sehat
Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat
khususnya terhadap program kesehatan lingkungan gaya hidup
Manfaat PHBS
Bagi Masyarakat
- Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
- Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan.
- Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
13
- Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) (Depkes, 2007 : 23).
3. Penyuluhan Kesehatan
Defenisi :
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan.
Tujuan:
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Faktor - faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan
penyuluhan kesehatan adalah:
1) Tingkat Pendidikan.
2) Tingkat Sosial Ekonomi
3) Adat Istiadat
4) Kepercayaan Masyarakat
5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus
melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat sebagai berikut (Effendy, 1998):
1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat.
4) Menyusun perencanaan penyuluhan
Menetapkan tujuan
Penentuan sasaran
Menyusun materi / isi penyuluhan
Memilih metoda yang tepat
Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
Penentuan kriteria evaluasi.
14
5) Pelaksanaan penyuluhan
6) Penilaian hasil penyuluhan
7) Tindak lanjut dari penyuluhan
4. UKK (Upaya Kesehatan Kerja)
Upaya Kesehatan Kerja adalah bentuk operasionil PHC di lingkungan pekerja,
merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
terencana, teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat
pekerja atau kelompok kerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Dalam imlementasinya selalu mencakup 3 pilar PHC yaitu :
1. Adanya kerja sama lintas sektor
2. Adanya pelayanan dasar kesehatan kerja
3. Adanya peran serta masyarakat
Tabel 2.2 Bentuk aktifitas Pos UKK dan frekwensinya adalah :
KEGIATAN FREKWENSI PELAKSANA
Pemeriksaan awal kesehatan pekerja dan lingkungan kerja
1 X Petugas dan kader
Pemeriksaan berkala bagi bekerja
1 X Petugas dan kader
SIMASKER 1 X / 3 bulan Petugas dan kader
PelayananP3K/P3/rujukan dan penyehatan lingkungan
Tiap hari Petugas dan Kader
Pencatatan /pelaporan dana sehat
1 X /bulan Kader
5. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Tanaman obat keluarga adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang di
manfaatkan untuk menanam tanaman yang berkasiat sebagai obat.
Tabel 2.3 Tingkat perkembangan TOGA:
15
INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA
Jumlah KK ada TOGA
< 30% 30% - 60% >60%
Jenis tanaman per desa
<10% 10% - 25% >25%
Jumlah KK memanfaatkan TOGA
<10% 10% - 50% >50%
Adapun jenis intervensi untuk tingkat perkembangan TOGA adalah sebagai berikut:
1. TOGA tingkat pratama, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang
perluasan dari pemanfaatan TOGA untuk petugas kesehatan lintas sektoral
terkait dan kader kesehatan.
2. TOGA tingkat Madya, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang
perluasan pengembangan dan pemanfaatan TOGA kepada masyarakat.
3. TOGA tingkat purnama, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang
budidaya TOGA kepada masyarakat.
6. Satuan Karya Bakti Husada (SBH)
Satuan Karya Bakti Husada adalah wadah pramuka untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kesempatan dalam membaktikan dirinya
kepada masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
7. Pos Kesehatan Pesantren (poskestren)
Pondok pesantren adalah lembaga islam yang memiliki warga belajar yang di
sebut santri. Peran serta pondok pesantren pada pembangunan kesehatan di wujudkan
antara lain dalam bentuk “posyandu Asta”( posyandu asuhan tokoh agama),
poskestren.
Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok pesantren dalam
bidang kesehatan secara berkala.Kegiatan dari poskestren adalah;
Pos obat pondok pesantren
Santri husada (kader kesehatan di kalangan santri)
16
Pusat informasi kesehatan, berupa perpustakaan kerohanian dan
ceramah kesehatan secara berkala, bekerja sama dengan puskesmas
setempat.
Upaya kesehatan lingkungan di sector pondok pesantren.
8. Upaya Kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD)
UKGMD adalah upaya pembinaan kesadaran, kemauan, kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan
pendekatan PKMD, di laksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan lainnya,
dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor. Sasarannya adalah keluarga
masyarakat yang telah mempunyai ato aktifitas dengan prioritas kelompok masyarakat
yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita masyarakat adalah karies (gigi
berlobang) dan periodontis (peradangan jaringan ikat gigi).
9. Pos Kesehatan Kelurahan (poskeskel)
Poskeskel merupakan unit kesehatan dibawah Puskesmas yang dibangun
berdasarkan swadaya masyarakat. Dikepalai oleh bidan/dokter/perawat setempat
(berdomisili di lokasi Poskeskel). Poskeskel melayani kesehatan masyarakat secara
umum sebagai perpanjangan dari Puskesmas. Poskeskel akan membawahi beberapa
Posyandu di lingkungannya.
10. Pos Obat Desa (POD)
Pos Obat Desa (POD) merupakan program pada wilayah perifer, di mana
akses masyarakat terhadap sarana prasarana kesehatan sangat terbatas. Salah satu
bentuk kegiatannya adalah pemberian obat-obatan kepada kader, sehingga bila ada
masyarakat yang sakit mendadak dan berat dapat ditangani secara sederhana dulu,
sebelum ditatalaksana lebih lanjut dengan tenaga kesehatan di wilayah terdekat.
17
2.6. Evaluasi
Evaluasi sebaiknya dilakukan disetiap tahapan manajerial mulai dari perencanaan,
pelaksanaaan dan hasil. Evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk
menilai proses dari hasil pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.
18
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 SEJARAH PUSKESMAS
Puskesmas Lubuk Kilangan didirikan di atas tanah wakaf yang diberikan KAN yang
pada tahun 1981 dengan luas tanah 270 m2 dan gedung Puskesmas sendiri didirikan pada
tahun 1983 dengan luas bangunan 140 m2, dimana saat itu pimpinan Puskesmas yang
pertama adalah dr. Meiti Frida dan pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai satu buah
Puskesmas Pembantu (Pustu) Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu
meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10
orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak 11 kali.
Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara maksimal, karena
adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor
dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri
dari beberapa ruangan kantor seperti: Medical Record (MR), Balai Pengobatan (BP),
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Gigi, Gizi, Labor, (Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan) P3K, Apotik, dan Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada
sebanyak 56 orang termasuk Pustu. Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan
saat ini adalah Tujuh Pelayanan Dasar yaitu: (1) Promosi Kesehatan (Promkes), (2)
Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga Berencana (KIA-KB), (3) Gizi, (4) Kesehatan
Lingkungan (Kesling), (5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, (6)
Pengobatan, dan (7) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
19
3.2 KONDISI GEOGRAFIS
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan
Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas:
a. Kelurahan Batu Gadang : 19,29 km2
b. Kelurahan Indarung : 52,1 km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4,91 km2
d. Kelurahan Bandar Buat : 2,87 km2
e. Kelurahan Koto Lalang : 3,32 km2
f. Kelurahan Baringin : 1,65 km2
g. Kelurahan Tarantang : 1,85 km2
Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung
(Gambar 3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan)
20
3
2
14
7 6 5
KETERANGAN1 .KEL. BANDAR BUAT
2 .KEL. PADANG BESI3. KEL. INDARUNG
4. KEL. KOTO LALANG5 .KEL. BATU GADANG
6 .KEL. BARINGIN7 .KEL. TARANTANG
3.3 KONDISI DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 Jiwa yang terdiri
dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Bandar Buat : 14.359 jiwa dan 2.743 KK
b. Kelurahan Padang Besi : 6.797 jiwa dan 1.610 KK
c. Kelurahan Indarung : 11.069 jiwa dan 2.632 KK
d. Kelurahan Koto Lalang : 6.563 jiwa dan 1.550 KK
e. Kelurahan Batu Gadang : 6.480 jiwa dan 1.489 KK
f. Kelurahan Baringin : 2.277 jiwa dan 244 KK
g. Kelurahan Tarantang : 2.460 jiwa dan 439 KK
Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Batu Gadang : 5 RW/ 21 RT
b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT
c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT
d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 43 RT
e. Kelurahan Koto Lalang : 8 RW/ 31 RT
f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT
g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT
3.4 SARANA DAN PRASARANA
1. SARANA PENDIDIKAN
Tabel 3.1. Sarana Pendidikan
No Kelurahan TK SD SMP SMA
1 Bandar Buat 10 6 3 0
2 Padang Besi 2 4 0 0
3 Indarung 3 6 1 2
4 Koto Lalang 3 3 0 0
5 Batu Gadang 1 2 0 1
6 Baringin 1 1 0 0
7 Tarantang 1 1 0 0
Jumlah 18 23 4 3
2. SARANA KESEHATAN
21
Tabel 3.2. Sarana Kesehatan
NOJENIS SARANA DAN PRASARANA JLH
KONDISI
BAIKRUSAK
I SARANA KESEHATAN RINGAN SEDANG BERAT
1 Puskesmas Induk 1 1 2 Puskesmas Pembantu a. Indarung 1 1 b. Batu Gadang 1 1 c. Baringin 1 1 3 Rumah Dinas dokter 1 1
4Rumah Dinas Paramedis
1 1
5Mobil Pukesmas Keliling
1 1
6 Sepeda Motor 4 4
II SARANA PENUNJANG
1 Komputer 2 1 1 2 Mesin Tik 2 1 1 3 Laptop 1 1 4 LCD/Infocus 1 1 Jumlah 17 12 2 2 1
3. PRASARANA KESEHATAN
Posyandu Balita : 43 Buah
Posyandu Lansia : 14 Buah
Kader Kesehatan : 164 Orang
Praktek Dokter Swasta : 5 orang
Praktek Bidan Swasta : 21 orang
Pos UKK : 3 Pos
Pengobatan Tradisional : 38 Buah
Toga : 27 Buah
3.5 KETENAGAAN DAN STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
22
1. KETENAGAAN
Tabel 3.3 Sarana Kesehatan di Lubuk Kilangan
NO
JENIS KETENAGAAN PNS PTTHONOR/ SUKARELA
KET
1 Dokter Umum 3 2 Dokter Gigi 2
3Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
4 Sarjana Keperawatan 1 5 Akper 4 6 Akbid 12 1 7 Akzi 1 8 AAK 1 9 AKL 2 10 Rekam Medis 1 11 Perawat Gigi 3 12 SPK 5 1 13 Bidan (D I) 8 2 14 Aisisten Apoteker 2 15 Pekarya Kesehatan 3 16 SMA 2 Jumlah 52 3 1
3.6 SASARAN PUSKESMAS
Jumlah penduduk : 50.032 Jiwa
Bayi (0-11 Bulan) : 1024`
Bayi (6-11 Bulan) : 614
Batita (24-60 Bulan) : 2080
Baduta (0-60 Bulan) : 2048
Ibu Hamil (Bumil) : 1146
Ibu Nifas (Bufas) : 1091
Ibu Bersalin : 1091
Ibu meneteki (Buteki) : 2048
Lansia : 4853
WUS : 14.129
3.7 VISI DAN MISI PUSKESMAS23
1. VISI PUSKESMAS
Visi Puskesmas adalah menuju Kecamatan Lubuk Kilangan Sehat Menuju
MDGs 2015.
2. MISI PUSKESMAS
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian sehat bagikeluarga dan masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat serta lingkungan
3.8 KONDISI SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI PENDUDUK
a. Kondisi Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku
Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas
agama yang dianut masyarakatnya adalah :
Islam : 43.451
Jiwa
Katolik : 39 Jiwa
Kristen : 41 Jiwa
b. Kondisi Ekonomi
Mata Pencaharian Penduduk:
a. Pegawai Negeri
b. Swasta
c. Buruh
d. Tani
24
BAB IV
PEMBAHASAN
KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PUSKESMAS LUBUK KILANGAN
4.1 Penyuluhan
Program penyuluhan yang telah dilakukan oleh Puskesmas Lubuk Kilangan
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Pelaksanaan Penyuluhan oleh Puskesmas Lubuk Kilangan Berdasarkan
Laporan Tahun 2012
4.2 UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
Program UKBM yang dilakukan oleh Puskesmas Lubuk Kilangan mencakup:
1. Posyandu
2. Pos UKK
3. Batra
4. TOGA
5. Kelurahan siaga
6. SBH (Saka Bakti Husada)
7. Posbindu (15 tahun ke atas)
8. BKB (Bina Keluarga Balita)
9. POD (Pos Obat Desa)
10. Posyandu lansia (40 tahun ke atas)
25
Laporan lokakarya mini promosi kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan bulan
Januari sampai Juni 2013 menunjukkan hasil yang cukup baik dengan telah
tercapainya beberapa target pelaksanaan.
Tabel 4.2 Jenis UKBM di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2012
No Jenis UKBM Target Hasil S/D Jan-Juni 2013
1 Posyandu
- Posyandu aktif- Kader aktif
100%
100%
91%
100%
100%
100%
2 Pos UKK
UKK dibina punya P3K Kit
7 Pos UKK
-
5 Pos UKK
4 Pos UKK
3 Jumlah Batra
Batra dibina
- 110
16
4 Jumlah TOGA
TOGA yang dibina
TOGA percontohan
- 26 TOGA
10 TOGA
4 TOGA percontohan
5 Poskeskel 7 7
4.3 PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas Lubuk Kilangan
mencakup 10 item;
1. Persalinan dengan Tenaga Kesehatan
2. ASI Ekslusif
3. Menimbang Balita
4. Air Bersih
5. Cuci Tangan Pakai Sabun
6. Jamban
7. Memberantas Jentik
8. Makan Buah dan Sayur
9. Aktivitas Fisik
10. Tidak Merokok
26
Tabel 4.3 Pencapaian Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas Lubuk
Kilangan tahun 2012
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Program promosi kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan mencakup
penyuluhan, UKBM dan PHBS
- Program promosi kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan telah dilaksanakan
dengan maksimal dilihat dari hampir tercapainya seluruh targetan program
promosi kesehatan baik dari program penyuluhan, UKBM maupun PHBS.
5.2 Saran
Diharapkan Puskesmas terus menjalankan program rutin dan tambahan
promosi kesehatan di wilayah kerja Lubuk Kilangan sesuai dengan kebutuhan
kelurahan supaya dapat mengubah perilaku masyarakat dengan optimal dan
sekaligus mengurangkan angka kesakitan dan kematian di wilayah kerjanya.
Di harapkan kerja sama lintas sektoral untuk dapat aktif dalam membina dan
memberikan dukungan di setiap program yang di laksanakan sehingga di
harapkan dari tahun ke tahun program yang ada dapat mencapai target sesuai
dengan yang telah di tetapkan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004.2005. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
Jakarta: Depkes RI.
Kepmenkes RI No. 585/MENKES/SK/V/2007. 2008. Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
Kepmenkes RI No. 1114/Menkes/SK/VII/2005.2006. Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah. Jakarta. Depkes RI.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2012.
29