29
LAPORAN PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN CUCI TANGAN DAN GOSOK GIGI DI DESA MAJENANG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Disusun Oleh : Hanifah Rahmawati Hasanah 09711347 Pembimbing Klinik : dr. Nofi Kusumaningrum KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Promkes_Cuci Tangan&Gosok Gigi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IKM

Citation preview

LAPORAN PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATANCUCI TANGAN DAN GOSOK GIGI

DI DESA MAJENANG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh :

Hanifah Rahmawati Hasanah 09711347

Pembimbing Klinik :

dr. Nofi Kusumaningrum

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2015BAB I

LATAR BELAKANG

Perilaku merupakan aktivitas manusia yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Sedangkan perilaku kesehatan adalah tanggapan terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, makanan, minuman, sistem pelayanan kesehatan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).Promosi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat supaya tahu, mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Melalui pemberdayaan masyarakat, pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif. Semua sektor harus berkontribusi dalam pengembangan perilaku dan lingkungan sehat mulai dari rumah tangga atau keluarga, institusi pendidikan, instansi pemerintahan, sarana kesehatan dan sektor lainnya (Notoatmodjo, 2005).Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah perilaku yang diterapkan berdasarkan kesadaran atas pembelajaran yang membuat seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan kesehatan. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatannya. Dua lokasi yang memegang peranan penting dalam pencapaian program PHBS adalah rumah tangga dan instansi pendidikan (Depkes RI, 2006).

PHBS pada rumah tangga merupakan upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar mampu melakukan PHBS demi menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah semua anggota keluarga yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu (Depkes RI, 2008) :1. Sasaran primer merupakan sasaran utama yang akan dirubah perilaku atau anggota keluarga yang bermasalah.

2. Sasaran sekunder merupakan sasaran yang dapat mempengaruhi anggota keluarga yang bermasalah

3. Sasaran tersier adalah sasaran yang dapat menjadi unsur pendukung dalam menunjang tercapainya pelaksanaan PHBS.Manfaat PHBS dalam rumah tangga adalah (Depkes RI, 2008):

1. Meningkatkan derajat kesehatan keluarga.2. Meningkatkan produktivitas anggota keluarga.

3. Mengurangi biaya pengobatan sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga.

Sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah semua warga sekolah yang terbgi dalam (Depkes RI, 2008) :

1. Sasaran primer yang meliputi sasaran utama pada institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya baik guru atau siswa yang bermasalah.

2. Sasaran sekunder yang meliputi sasaran yang mempengaruhi individu di sekolah yang bermasalah misalnya kepala sekolah, guru, atau petugas kesehatan.

3. Sasaran tersier meliputi sasaran yang diharapkan mampu membantu dan mendukungkebijakan dan kegiatan pelaksanaan PHBS di sekolah misalnya kepala desa, camat, kepala Puskesmas, Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat, atau orang tua murid.

Manfaat dari PHBS di lingkungan sekolah adalah (Depkes RI, 2008):

1. Mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat sehingga seluruh warga sekolah terlindungi dari berbagai macam penyakit.2. Meningkatkan semangat belajar siswa.

3. Meningkatkan citra sekolah supaya mampu menarik minat orang tua.

Di provinsi Jawa Tengah terdapat 16 indikator PHBS yang terdiri dari 10 indikator nasional dan 6 indikator lokal Jawa Tengah.

a. Indikator Nasional adalah sebagai berikut :

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

2. Pemberian ASI eksklusif (ASI saja) kepada bayisampai usia 6 bulan.

3. Makan dengan gizi seimbang.

4. Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.5. Menggunakan jamban sehat untuk buang air besar.

6. Kepadatan hunian rumah minimal

7. Menggunakan lantai rumah yang kedap air.

8. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

9. Bebas asap rokok.

10. Menjadi anggotta JPK/ Dana Sehat / Asuransi kesehatan lainnya.

b. Indikator lokal Jawa Tengah

1. Menimbang batita / balita setiap bulan

2. Membuang sampah pada tempat yang disediakan

3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB

4. Menggosok gigi secara teratur minimal 2 kali sehari.

5. Tidak menyalahgunakan Miras / napza

6. Anggota rumah tangga melakukan PSN

Dengan dasar indikator tersebut, dilakukan pemantauan dan penilaian perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Majenang, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari pemantaun dan penilaian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat mengenai PHBS. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa masyarakat Desa Majenang masih kurang menyadari pentingnya gosok gigi secara teratur. Untuk kesadaran mengenai cuci tangan, sudah menjadi kebiasaan rutin masyarakat. Akan tetapi, masyarakat belum memahami bagaimana cara cuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun. Oleh karena itu, perlu adanya promosi kesehatan mengenai cara gosok gigi dan cuci tangan dengan sabun yang benar di Desa Majenang, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.

BAB IIANALISIS PEMILIHAN MEDIA

Promosi kesehatan adalah penggabungan berbagai hal yang menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk melakukan perubahan lingkungan dan perilaku kesehatan kearah yang lebih baik. Kesehatan yang optimal adalah keseimbangan antara kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Pengubahan sikap dan perilaku masyarakat tentang PHBS memang bukan hal yang mudah dan harus dilakukan pemberdayaan yang dilakukan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat. Proses pemberdayaan dilakukan sesuai dengan keadaan sosial budaya setempat, permasalahan, potensi daerah setempat dan dengan strategi komunikasi yang tepat (Depkes RI, 2008).

Untuk melancarkan komunikasi dan penyebarluasan informasi dibutuhkan media dalam kegiatan promosi kesehatan. Media yang dimaksud adalah alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, diraba, didengar, dirasa atau dicium. Keutungan dari penggunaan media promosi kesehatan adalah (Depkes RI, 2004) :1. Memperjelas informasi yang disampaikan supaya lebih mudah dipahami.

2. Menarik perhatian masyarakat.3. Memberikan dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Media diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain (Depkes RI, 2004):

1. Media visual untuk menstimulasi indra penglihatan. Contohnya adalah gambar, foto, poster, leaflet, buklet, flyer, banner, flip chart.2. Media audio untuk menstimulasi indra pendengaran. Contohnya adalah siaran radio, kaset tape, CD, atau piringan hitam.

3. Media audio visual untuk menstimulasi indra penglihana dan pendengaran. Contohnya adalah televisi, film, atau video.

Untuk metode promosi kesehatan dapat digolongkan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan penyuluhan langsung dihadapan sasaran. Yang termasuk metode langsung adalah kunjungan rumah, pertemuan di balai desa, pertemuan di posyandu, atau pertemuan diskusi kader kesehatan. Sedangkan, untuk metode tidak langsung penyampaian informasi dilakukan melalui media perantara yang dapat berupa media cetak atau media film (Depkes RI, 2004). Oleh karena pentingnya media dalam promosi kesehatan maka perlu dilakukan pemilihan media yang sesuai. Pemilihan media bisa dilakukan dengan analisis SWOT yaitu analisis faktor internal dan eksternal suatu organisasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (weakness). Sedangkan, untuk faktor eksternal yaitu faktor kesempatan atau peluang (Opportunity) dan Hambatan (Threath). Untuk merancang media promosi kesehatan dengan sasaran masyarakat Desa Majenang maka dilakukan analisis SWOT sebagai berikut :

1. Strength (Kekuatan)Desa Majenang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen. Pusat Desa majenang adalah di Harjosari. Desa majenang terdiri dari 22 RT yang tersebar di 3 dukuh. Masing-masing dukuh memiliki posyandu dan kader kesehatan sebagai sarana dan prasarana untuk memantau serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan posyandu yang telah berjalan secara rutin ini dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan (bidan desa) untuk memantau kondisi kesehatan masyarakat dan untuk menggali informasi mengenai masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat dirancang rencana pemecahan masalah yang ada. Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan posyandu ini terlihat dari ramainya warga yang datang dan mengikuti kegiatan ini. 2. Weakness (Kelemahan)Jumlah tenaga Kesehatan di Desa Majenang masih sangat terbatas bahkan kurang. Hal ini terlihat dari jumlah dokter yang ada di Puskesmas Sukodono yang hanya berjumlah dua dokter sedangkan puskesmas ini memiliki rawat inap. Untuk bidan desa, majenang hanya memiliki satu bidan desa. Untuk promosi kesehatan memang telah digalakkan, akan tetapi media yang digunakan terbatas.

3. Opportunity (Kesempatan)Masyarakat Desa Majenang adalah masyarakat yang sangat membuka diri terhadap informasi-infomasi kesehatan. hal ini tercermin dari partisipasi aktif warga dalam setiap kegiatan posyandu yang telah rutin diadakan setiap bulan sekali. 4. Threat (Hambatan)Tingkat pendidikan masyarakat Desa Majenang masih rendah. Sehingga tidak mudah untuk memberikan pemahaman mengenai PHBS kepada warga masyarakat.

Berdasarkan analisis SWOT tersebut di atas, maka dilakukan pemilihan media yang sesuai dengan keadaan masyarakat Desa Majenang yaitu media visual dan audio visual yang berupa poster dan video. Prinsip pembuatan media adalah pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui pancaindra. Semakin banyak pancaindra yang digunakan semakin jelas informasi yang didapatkan. BAB IIIRANCANGAN MEDIA

Pelaksanaan promosi kesehatan harus didukung sarana dan prasarana yang sesuai agar dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pada kegiatan promosi kesehatan perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :a. Perencanaan

1. Menganalisis masalah kesehatan yang ada di Desa Majenang dengan melihat dan menilai hasil Survei Mawas Diri (SMD).

2. Menetapkan masalah yang akan diangkat sebagai tema kegiatan. Sesuai dengan hasil SMD maka ditetapkan bahwa gosok gigi dan cuci tangan sebagai tema yang akan diangkat dalam kegiatan promosi kesehatan.

3. Memilih dan menyiapkan media promosi yang berupa video dan poster.

4. Menetapkan posyandu dan sekolah sebagai sasaran kegiatan.

5. Berkordinasi dengan kader posyandu dan pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan promosi kesehatan.

b. Pengorganisasian

1. Berkordinasi dengan kader posyandu untuk mengadakan kegiatan penyuluhan dan memutarkan video di posyandu dengan sasaran ibu-ibu.2. Berkordinasi dengan pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan penyuluhan dan pemasangan poster di sekolah.

c. Pelaksanaan

1. Penyuluhan dengan alat bantu laptop dan LCD proyektor untuk memutarkan video cara gosok gigi dan cuci tagan memakai sabun yang benar.2. Melakukan simulasi gosok gigi dan cuci tangan dengan peserta kegiatan untuk memperjelas pemahaman mengenai materi yang telah disampaikan di video.

Media promosi yang dipilih adalah penyuluhan langsung dengan pemutaran video dan penyuluhan tidak langsung dengan pemberian poster. Masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :

a. Penyuluhan

Kelebihan :

1. Promosi berhadapan langsung dengan masyarakat.

2. Dapat diterima oleh masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis.

3. Penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting.

4. Terjalin komunikasi dua arah dengan adanya Tanya jawab antara penyuluh dan masyarakat.

Kelemahan :

1. Cepat membosankan jika penyuluhan yang disampaikan kurang menarik.

2. Pesan yang disampaikan mudah terlupakan oleh sasaran.

3. Sering menimbulkan pemahaman lain apabila sasaran kurang fokus dalam memperhatikan.

b. Video

Kelebihan :

1. Menghibur dan bernuansa edukatif.

2. Melibatkan lebih dari satu alat indra sehingga lebih menarik perhatian peserta.

3. Lebih mudah diterima dan dipahami.

Kelemahan :

1. Butuh alat bantu elektronik dalam proses pemutarannya.

2. Hanya bisa disampaikan di tempat terbatas dengan peserta yang terbatas.3. Pembuatannya butuh banyak ide, waktu dan biaya.

c. Poster

Kelebihan:

1. Murah dan mudah dibuat.

2. Mampu menjangkau sasaran sebanyak-banyaknya.

3. Bisa ditempatkan di tempat-tempat yang strategis.

Kelemahan :

1. Tidak bisa dibawa kemana-mana karena ukurannya besar.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARANA. SIMPULAN

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan. Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan melalui PHBS dapat dilakukan promosi kesehatan yang merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat supaya tahu, mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Melalui pemberdayaan masyarakat, pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif.B. SARAN

1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Sragen agar lebih mengkoordinasikan program PHBS kepada lintas sektor, sehingga bersama-sama dapat menggerakkan masyarakat melalui petugas puskesmas dan perangkat desa agar masyarakat mau berperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan penerapan masyarakat mengenai PHBS, disarankan kepada petugas kesehatan puskesmas untuk meningkatkan komunikasi dan edukasi kepada kader kesehatan dan warga masyarakat.3. Untuk seluruh warga masyarakat Desa Majenang diharapkan informasi dan edukasi mengenai PHBS yang telah diterima dapat diterapkan di lingkungan baik lingkungan rumah tangga, di tempat umum, di sekolah ataupun di lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2004, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2006. Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Promosi Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pelaksanaan Promkes Di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta.Effendi, N. 2010. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta, EGCNotoadmodjo, Soekidjo, 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo, 2005. Promkes Dan Teori Aplikasi, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta.Notoatmodjo Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.Notoatdmodjo, Soekidjo. 2009. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarata

Proverawati, Atikah, Rahmawati, Eni. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Nuha Medika, Yogyakarta.LAMPIRAN

POSTER GOSOK GIGI

POSTER CUCI TANGAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

12