47
1 RANCANGAN PENELITIAN JUDUL PENELITIAN : UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL KLIKA MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI YANG DIINFEKSI DENGAN Propionibacterium acne NAMA MAHASISWA : JUHRIATI NOMOR STAMBUK : 09.031.014.025 PEMBIMBING UTAMA : Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt PEMBIMBING PERTAMA : Nur Ida, S.Si., M.Si., Apt PEMBIMBING KEDUA : M.Rusdi, S.Si., M.Si., Apt BAB I PENDAHULUAN Pengobatan tradisional tanaman mengkudu jarang digunakan namun sangat bermanfaat yaitu klikanya. Klika mengkudu digunakan sebagai tonikum, antiseptik pada pembengkakan kulit, borok dan luka . Biasanya

Proposal 2 Edit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal 2 Edit

1

RANCANGAN PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL

KLIKA MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI YANG

DIINFEKSI DENGAN Propionibacterium

acne

NAMA MAHASISWA : JUHRIATI

NOMOR STAMBUK : 09.031.014.025

PEMBIMBING UTAMA : Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt

PEMBIMBING PERTAMA : Nur Ida, S.Si., M.Si., Apt

PEMBIMBING KEDUA : M.Rusdi, S.Si., M.Si., Apt

BAB I

PENDAHULUAN

Pengobatan tradisional tanaman mengkudu jarang digunakan

namun sangat bermanfaat yaitu klikanya. Klika mengkudu digunakan

sebagai tonikum, antiseptik pada pembengkakan kulit, borok dan luka .

Biasanya digunakan dengan cara ditumbuk kemudian dibalurkan pada

luka dianggap kurang efektif karena daya rekat obat dengan kulit hanya

sebentar sehingga penyerapan zat berkhasiatnya kurang sempurna. Oleh

karena itu perlu diformulasi dalam bentuk sediaan topikal yang lebih

praktis untuk digunakan seperti krim, salep, lotio, gel dan lain-lain (1).

Page 2: Proposal 2 Edit

2

Salah satu bentuk sedian topikal yang banyak digemari masyarakat

yaitu gel. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang

terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang

kecil atau molekul organik yang terpenetrasi oleh cairan (2).

Penelitian sebelumnya oleh Sulastri Makbul (2012) tentang

formulasi gel antijerawat ekstrak etanol klika mengkudu (Morinda

Citrifolia L) serta pengujian daya hambatnya terhadap bakteri

Propionibacterium acne. Serta penelitian Eti Kurnila (2012) melakukan

penelitian Uji Kestabilan Gel Ekstrak Etanol Klika Mengkudu (Morinda

Citrifolia L) (17,18).

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji aktivitas

antibakteri gel klika mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada hewan uji yang

diinfeksi dengan Propionibacterium acne.

Tujuan penelitian yaitu menentukan efektivitas antibakteri formula

gel ekstrak etanol klika mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada kulit

punggung kelinci yang diinfeksi Propionibacterium acne.

Page 3: Proposal 2 Edit

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Tanaman Mengkudu

II.1.1 Klasifikasi tanaman (4)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L

II.1.2 Nama daerah Mengkudu (4)

Sulawesi : Wangkudu, baja, binkudu dan mangkudu

Jawa : Pace, kemudu, cengkudu dan kudu

Sumatra : Eudo, lengkudu, bangkudu, pamarai dan neteu

Kalimantan : Labanau, wangkudu dan mangkudu

II.2.3 Morfologi Tumbuhan

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara

4-6 m, batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan

memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang

cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuningan, berbelah

dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat.

Page 4: Proposal 2 Edit

4

Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah

sekali dibelah setelah dikeringkan (4).

II.2.5 Kandungan Kimia Klika Mengkudu

Klika mengkudu mengandung alizarin, glikosida

(antrakuinon) yang berkhasiat sebagai antibakteri, klororubin,

morindadiol, morindanigrin, morindin, morindon, zat resin,

rubiadin monometil eter, soranjidiol (1).

II.2.6 Kegunaan Tanaman

Kulit batang mengkudu digunakan sebagai tonikum,

antiseptik pada pembengkakan kulit, borok dan luka (6).

II.2 Gel

II.2.1 Pengertian Gel

Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul

organik besar yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa

gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel

digolongkan sebagai sistem dua fase misalnya gel aluminium

hidroksida sedangkan jika massa gel terdiri dari makromolekul

organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sehingga

tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang

terdispersi dan cairan, gel digolongkan sebagai fase tunggal.

Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik

misalnya karbomer atau dari gom alam. Gel dapat digunakan

Page 5: Proposal 2 Edit

5

untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke

dalam lubang tubuh (7).

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat

yang jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif

dalam keadaan terlarut. Polimer - polimer yang biasa digunakan

untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam

tragacanth, pektin, carrageen, agar, asam alginat, serta bahan-

bahan sintetis dan semi sintetis seperti metil selulosa,

hidroksietil selulosa, karboksimetil selulosa, dan carbopol yang

merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang

terionisasi (2,8).

II.2.2 Klasifikasi Gel

Gel dikategorikan berdasarkan dua sistem klasifikasi,

yaitu :(9).

1. Inorganik gel dan organik gel

Inorganik gel merupakan sistem dua fase dan biasanya

menggunakan bentonit magma sebagai basis salep sekitar

10-25%, sedangkan organik gel merupakan sistem fase

tunggal dan mengandung bahan pembentuk gel seperti

karbomer dan tragakan.

2. Hidrogel dan Organol gel

Hidrogel mengandung bahan-bahan yang dapat terdispersi

sebagai koloid atau larut dalam air, termasuk hidrogel

Page 6: Proposal 2 Edit

6

organik, gum alam dan sintetik, hidrogel inorganik. Organel

gel merupakan tipe hidrokarbon, lemak nabati dan hewani,

sabun dengan basis berminyak, dan organel hidrofilik.

Bahan pembentuk gel yang digunakan petrolatum, minyak

mineral, polietilen glikol ointment.

II.2.3 Karakteristik Gel

Idealnya bahan pembentuk gel yang digunakan untuk

sediaan kosmetik dan farmasetik harus inert, aman digunakan

dan tidak bereaksi dengan komponen lainnya dalam formulasi.

Gel harus menunjukkan sedikit perubahan viskositas pada saat

penyimpanan maupun digunakan. Karena umumnya gel

merupakan polisakarida alam yang mana cocok untuk

mencegah kontaminasi mikroba. Selain itu gel untuk

penggunaan topikal tidak boleh terlalu encer. Konsentrasi yang

terlalu tinggi dari bahan pembentuk gel dapat menyebabkan gel

sulit untuk dikeluarkan saat hendak digunakan Adapun

karakteristik gel sebagai berikut (10):

1. Mengembang

Gel dapat mengembang dan menyerap air. Pelarut

berpenetrasi ke dalam matriks gel sehingga interaksi gel

dengan gel digantikan dengan interaksi antara gel pelarut.

2. Sineresis

Page 7: Proposal 2 Edit

7

Kebanyakan sistem gel mengalami kontraksi dibagian atas

kedudukannya. Cairan bagian dalam dikeluarkan dan

berkumpul pada permukaan gel. Proses ini disebut dengan

sineresis. Hal ini tidak terjadi hanya pada hidrogel organik,

tetapi juga terjadi pada organel dan hidrogel inorganik. Tep

atnya, sineresis terjadi ketika konsentrasi polimer menurun.

Mekanisme kontraksi berhubungan dengan relaksasi

dan peningkatan tegangan elastis selama penyimpanan gel.

Ketika tegangan dibentuk, permukaan intersial diturunkan,

melawan cairan.

3. Aliran

Larutan dari bahan pembentuk gel dan dispersi dari padatan

yang terflokulasi menunjukkan aliran pseudoplastik, yaitu

aliran non newtonian yang viskositasnya menurun dengan

peningkatan tekanan.

II.2.4 Pembuatan Gel

Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan

suatu prosedur khusus berkenan dengan sifat mengembang

dari gel (11).

Sebagian besar dari gel dan larutan koloid digunakan

dalam bidang farmasi dalam bentuk sediaan berair. Bermacam-

macam sediaan yang terdiri dari dispersi koloid, dibuat tidak

menurut suatu metode yang umum, tetapi menurut cara terbaik

Page 8: Proposal 2 Edit

8

dan sesuai dengan masing-masing sediaannya. Beberapa

bahan akasia seperti disebut “koloid alam” (natural koloid)

karena akan menyebar sendiri begitu dtambahkan pada

medium pendispersi. Bahan lainnya yang memerlukan cara

yang khusus untuk membantu terjadinya pendispersi dinamakan

“koloid buatan” (artificial colloid) mungkin diperlukan pembuatan

serbuk yang sangat halus dari partikel-partikel kasar agar

menjadi seukuran dengan koloid atau suatu mesin koloid atau

mesin penggiling bubuk berukuran mikro (micropulvizer) atau

ukuran koloid dapat dibentuk oleh salah suatu reaksi kimia

dibawah kondisi yang diawasi secara ketat (11).

II.3 Kulit

II.3.1 Definisi kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang paling besar yaitu

sekitar 15-20% dari berat badan. Kulit mempunyai tiga lapisan

yaitu epidermis, dermis dan subkutaneus (11).

II.3.2 Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit yang tipis pada bagian

terluar kulit dan langsung berhubungan dengan dunia luar.

Tersusun atas sel-sel tanduk (keratonosit) dan sel melanosit.

Epidermis mempunyai lima lapisan dan empat tipe sel. Lima

lapisan epidermis meliputi lapisan paling luar adalah stratum

korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum malpigi

Page 9: Proposal 2 Edit

9

dan stratum germinativum sedangkan tipe selnya adalah

keratonosit, melanosit, merkel dan sel langerhans (11).

a. Lapisan-lapisan epidermis (11) :

1. Statum Korneum, merupakan lapisan paling luar yang

terdiri dari lapisan sel tanduk, gepeng, kering dan tidak

berinti. Pada lapisan ini terdapat sel-sel mati dan berganti

dengan yang baru atau desqumation

2. Stratum Lusidum, lapisan ini ditemukan pada kulit yang

tebal seperti pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada

lapisan ini terdiri dari sel yang sangat gepeng dan bening.

Fungsinya sebagai bantalan dan proteksi trauma

3. Stratum Granulosum, merupakan lapisan-lapisan dengan

sel-sel yang bergranula keratohialin yang merupakan

prekursor pembentukan keratin. Keratin merupakan protein

keras, untuk melindungi terhadap kehilangan kelembaban

kulit. Fungsi lapisan ini adalah proteksi benda asing,

kuman, dan bahan kimia yang masuk dalam tubuh.

4. Stratum Spinosum, adalah lapisan sel spina atau tanduk,

karena sel-selnya dibentuk oleh tonjolan yang menyerupai

spina. Fungsi lapisan ini adalah menahan gesekan dan

tekanan dari luar.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum), lapisan ini

merupakan lapisan dasar pada epidermis dan lapisannya

Page 10: Proposal 2 Edit

10

mempunyai intisel sehingga dapat terjadi pembelahan sel

yang cepat dan sel-sel baru didorong masuk ke lapisan

berikutnya

Gambar 2. Struktur kulit (Robin graham Dermatologi 2005 )

b. Sel-sel epidermis

1. Keratinosit

Merupakan sel-sel tanduk dan penyusun terbesar dari

epidermis. Keratonosit menghasilkan keratin yang

merupakan lapisan barier terluar dari kulit untuk

melindungi dari kuman patogen, serta kehilangan cairan

tubuh. Kreatinin merupakan unsur penting dalam

pengerasan rambut dan kuku.

2. Melanosit

Melanosit merupakan pigemn epidermal yang

memeproduksi melanosom yang mengandung melanin

Page 11: Proposal 2 Edit

11

(pigmen pada kulit). Warna kulit dihasilkan oleh adanya

empat pigmen yaitu karotinoid untuk warna kuning,

melanin untuk warna coklat, oksigenasi hemoglobin pada

kapiler menimbulkan warna merah dan penurunan

hemoglobin pada venula menimbulkan biru

3. Sel merkel

Sel merker berada pada lapisan basal, merupakan

reseptor mekanik atau sentuh pada telapak tangan,

telapak kaki, mulut.

4. Sel langerhans

Merupakan sel yang berbentuk bintang, berada menyebar

diantara keratonosit di epidermal. Sel ini aslinya berasal

dari sumsum tulang kemudian bermigrasi ke epidermis.

Fungsi utama sel langerhans adalah berperan dalam

reaksi imun pada kulit.

II.3.3 Dermis

Lapisan dermis lebih tebal, sekitar 1-4 mm berada

dibawah epidermis. Lapisan dermis tersusun dari fibroblast,

makrofag, mast sel dan limfosit untuk meningkatkan

penyembuhan luka. Pada lapisan ini juga terdapat limfatik kulit,

vaskuler dan jaringan saraf (11).

Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu papilla

dermis dan retikular dermis. Lapisan papilla dermis

Page 12: Proposal 2 Edit

12

mengandung lebih banyak kolagen, pembuluh darah, kelenjar

keringat dan elastin yang berhubungan langsung dengan

epidermis. Sedangkan lapisan retikular mengandung jaringan

ikat yang lebih tebal, sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh

darah, pembuluh getah bening, saraf, kelenjar sebasea, sel

lemak dan otot penegak rambut. Pada lapisan ini membentuk

jaringan kompleks serabut sensori yang sensitive terhadap

nyeri, sentuhan dan suhu. Ada empat tipe utama dari sensasi

yaitu nyeri, sentuhan, panas dan dingin. Rasa nyeri dapat

disebabkan oleh fisik, kimia, stimulus mekanik

II.3.4 Subkutis

Merupakan lapisan khusus dari jaringan konektiv atau

disebut lapisan adipose karena mengadung lemak. Fungsi dari

jaringan subkutaneus adalah untuk simpanan lemak,

pencegahan trauma dan pengaturan suhu (11)

II.4 Jerawat

II.4.1 Pengertian jerawat

Jerawat merupakan penyakit peradangan yang terjadi

akibat penyumbatan yang ditandai dengan adanya komedo,

papul, postul, nodus dan kista pada daerah wajah, leher, lengan

atas, dada, dan punggung. Peradangan dipicu oleh bakteri

Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermis dan

Staphylococcus aereus (3).

Page 13: Proposal 2 Edit

13

Gradasi peradangan, sebagai berikut (19):

1. Ringan bila :

- Beberapa lesi tak beradang pada 1 prediteksi

- Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat prediteksi

- Sedikit lesi beradang pada 1 prediteksi

2. Sedang bila :

- Banyak lesi tak beradang pada 1 prediteksi

- Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 prediteksi

- Beberapa lesi beradang pada 1 prediteksi

- Sedikit lesi beradang pada lebih dari dari 1 prediteksi

3. Berat bila :

- Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 prediteksi

- Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih prediteksi

Catatan : sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi

II.4. Antimikroba

II.4.1 Pengertian antimikroba

Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang

digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia

(12).

II.4.2 Mekanisme antimikroba

Antimikroba mempunyai mekanisme kerja utama ada

beberapa antara lain sebagai berikut (12) :

1. Penginaktifan enzim tertentu

Page 14: Proposal 2 Edit

14

Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari

senyawa antiseptika dan disinfektan, seperti turunan

aldehida, amida, karbanilida, etilen-oksida, halogen,

senyawa-senyawa merkuri dan senyawa ammonium

kuartener

2. Denaturasi protein

Turunan alkohol, halogen dan halogenator, senyawa

merkuri, per-oksida, turunan fenol dan senyawa ammonium

kuartener bekerja sebagai antiseptika dan desinfektan

dengan cara denaturasi dan konyugasi protein sel bakteri.

3. Mengubah permeabilitas membrane sitoplasma bakteri

Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan

guanidine, turunan fenol dan senyawa ammonium kuartener.

Dengan mengubah permeabilitas membran sitoplasma

bakteri, senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan

bocornya konstituen sel yang essensial, sehingga bakteri

mengalami kematian

4. Intekalasi ke dalam DNA

Beberapa zat warna seperti turunan trifenilamin dan turunan

akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara

kuat asam nukleat, menghambat sintesis DNA dan

menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis

protein.

Page 15: Proposal 2 Edit

15

5. Pembentukan khelat

Beberapa turunan fenol, seperti heksokloferon dan

oksikuinolon dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan

Cu, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel

bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel

menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, sehingga

mikroorganisme mengalami kematian.

6. Bersifat sebagai antimetabolit

Antimikroba bekerja memblok tahap metabolic spesifik

mikroba, seperti pada Sukfonamida dan Trimetoprin.

Sulfonamida menghambat pertumbuhan sel dengan

menghambat sintesis asam folat oleh bakteri. Sulfonamid

secara struktur mirip dengan asam folat, para amino benzoik

acid (PABA), dan bekerja secara kompetitif untuk enzim-

enzim yang langsung mempersatukan PABA dan sebagian

pteridin menjadi asam dihidropteroat.

Trimetoprin secara struktur analog pteridin yang dibagi oleh

enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai

penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat

mengurangi dihidrofolat menjadi tetra-hidrofolat

7. Penghambatan terhadap sintesa dinding sel

Disini antimikroba menghambat sintesis atau menghambat

aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel

Page 16: Proposal 2 Edit

16

mikroorganisme. Yang termasuk kelompok ini antara lain:

penisilin, sefalosporin, vankomisin, sikloserin, basitrasin.

8. Penghambatan fungsi permeabilitas membran sel

Disini permeabilitas dipengaruhi dan menyebabkan

keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme (bakteri).

Dalam ini antimikroba dapat: (1) berinteraksi dengan sterol

membran sitoplasma pada sel jamur seperti Amfoterisin B

dan Nistatin, (2) merusak membran sel bakteri gram negatif,

misalnya polimiksin dan kolistin

9. Penghambatan sintesis protein

Antimikroba disini mempengaruhi fungsi ribosom pada

mikroorganisme yang menyebabkan sintesa protein

terhambat. Dalam hal ini antimikroba dapat :

a. Berinteraksi dengan ribosam 30S, termasuk kelompok ini

adalah Aminoglikosida, Tetrasiklin, dan lain-lain.

Aminoglikosida yang menyebabkan akumulasi sintesis

protein awal yang kompleks. Salah dalam

menterjemahkan tanda mRNA dan menghasilkan

polipeptida yang abnormal. Tetrasiklin bekerja

menghambat ikatan aminoasil-tRNA dengan ribosom

mRNA kompleks.

b. Berinteraksi dengan ribosom 50 S, misalnya pada

kloramfenikol, linkomisin, klindamisin, eritromisin

Page 17: Proposal 2 Edit

17

10.Penghambatan asam nukleat

Dalam hal ini antimikroba mempengaruhi metabolisme asam

nukleat. Sebagai contoh Rifampisin, mengikat dan

menghambat DNA-dependent RNA polymerase yang ada

pada bakteri. Kuinolon menghambat DNA girase dan

Metronidazol menghambat sintesis DNA.

II.5 Kultur Mikroba

Bakteri di alam terdapat dalam keadaan tidak murni melainkan

bercampur jenis bakteri lain. Kerap kali bakteri patogen hidup

bersama-sama dengan spora. Oleh karena itu untuk mempelajari

sifat-sifat dari bakteri termasuk sifat pertumbuhan, morfologi dan

fisiologi harus dipisahkan satu sama lainnya sehingga terbentuk suatu

kultur murni bakteri yaitu suatu biakan yang terdiri atas sel-sel dari

suatu spesies atau galur bakteri. Untuk tujuan ini digunakan media

yang telah disterilkan baik cair maupun media padat dan

pengerjaannya dilakukan secara aseptis (13).

a. Kultur cair

Cara ini paling sederhana yaitu menyimpan kultur mikroba

dengan menambahkan ke dalam media cair pada suhu dan waktu

inkubasi tertentu yang tergantung pada jenis mikroba yang

diinginkan. Media yang digunakan adalah media yang dapat

memacu pertumbuhan mikroba dalam media cair dapat dilihat

dalam bentuk kekeruhan, pertumbuhan pada permukaan dan

Page 18: Proposal 2 Edit

18

sedimen kultur cair dapat disimpan dengan cara dibekukan atau

dikeringkan .

b. Biakan murni miring dan agar tegak

Agar miring merupakan satu bentuk medium yang digunakan

untuk membiakkan mikroba, terutama yang bersifat aerob fakulatif.

Pada biakan ini bentuk pertumbuhan dan pembentukan warna

mudah diamati. Inokulasi bakteri pada agar miring dengan cara

menggoreskan jarum ose cara zig-zag sedangkan pada agar tegak

dengan cara menusukkan loop pada bagian tegak tabung .

c. Biakan agar cawan

Kultur mikroba dapat dibiakkan dengan cara menginokulasi

pada agar cawan, kemudian penyebaran kultur adalah

memindahlan sel-sel mikroba satu dengan yang lainnya, sehingga

setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu masing-masing sel

akan tumbuh dan berkembang biak membentuk kumpulan sel atau

koloni yang terlihat oleh mata.

II.6 Propionibacterium acne

II.6.1 Klasifikasi (14)

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Class : Actinobacteridae

Order : Actinomycetales

Family : Propionibacteriaceae

Page 19: Proposal 2 Edit

19

Genus : Propionibacterium

Spesies : Propionibacterium acne

II.6.2 Morfologi dan Sifat Propionibacterium acne

Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh

relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang

toleran terhadap udara. Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan

sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat

menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang

mungkin immunogenik (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) (14).

Ciri-ciri penting dari bakteri Propionibacterium acne adalah

berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan gram

positif. Bakteri ini dapat tumbuh diudara dan tidak menghasilkan

endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filament bercabang atau

campuran antara bentuk batang/filamen dengan bentuk koloid.

Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau

anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob. Beberapa

bersifat patogen untuk hewan dan tanaman (14).

II.7 Uraian Bahan

1. Alkohol ( 15,16)

Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain : Alkohol, Etanol

Rumus Molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,07

Page 20: Proposal 2 Edit

20

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas. Mudah terbakar dan memberikan

nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Incompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol bisa

bereaksi dahsyat dengan bahan oksidasi.

Kegunaan : Pelarut/cairan penyari

2. Propilenglikol ( 16 )

Nama Resmi : Propilenglikol

Nama Lain : Metil etilen glikol, metil glikol

Rumus Molekul : C3H8O6

Berat molekul : 76,1

Pemerian : Jernih, tidak berwarna, kental, praktis, cairan

tidak berbau dengan rasa manis, rasa kurang

pedas menyerupai gliserin.

Kelarutan : Tidak larut dengan aseton, kloroform, etanol

95%, gliserin, dengan air larut 1 bagian,

Page 21: Proposal 2 Edit

21

dalam 6 bagian eter, tidak kurang larut

dengan minyak mineral atau campuarn

minyak tapi akan larut dengan beberapa

minyak essensial.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, dalam tempat sejuk dan kering.

Incompabilitas : Tdak bercampur dengan bahan pengoksidasi

seperti potassium permanganat.

Kegunaan : Cosolven

3. Metil paraben ( 16 )

Nama Resmi : Metil parabenum, metylis parahydroxy

benzoas

Nama Lain : Nipagin

Rumus Molekul : C8H8O3

Rumus Bangun : O

C OCH3

OH

Berat molekul : 152,15

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, serbuk banyak,

tidak berbau dan rasa agak panas

Page 22: Proposal 2 Edit

22

Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, 59 bagian

metanol, 22 bagian PEG, 1,7 bgaian gliserol,

0,5 bagian minyak kacang dan 25 bagian eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk

dan kering.

Incompabilitas : Incom dengan beberapa zat kimia seperti

bentonit, magnesium trisilikat, talkum,

tragakan, natrium alginat, minyak esensial,

sorbitol dan atropin

Kegunaan : Pengawet

4. Gliserin (16)

Nama Resmi : Glyserolum

Nama Lain : Gliserin

Rumus Molekul : C3H8O3

Rumus Bangun : CH2 - OH

CH - OH

CH2 - OH

Berat Molekul : 92,09

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna,

rasa manis, berbau khas lemah (tajam/tidak

enak).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Page 23: Proposal 2 Edit

23

Incompabilitas : Bahan pengoksida seperti chromium

trioksida, potassium klorat, KMnO4, ZnO dan

besi bismuth nitrat serta kehadiran besi.

Kegunaan : Humektan

5. Hidroksil etil selulosa (16)

Nama Resmi : Hydroxyethylcellulosum

Nama Lain : Cellosize HEC; cellulose hydroxyethyl ether,

HEC.

Rumus molekul : [—CH2CH2O—]mH

Pemerian : Krim bubuk, higroskopis, berwarna putih,

tidak berbau dan tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya.

Inkompabilitas : Hidroksi etil selulosa sangat mudah larut

dalam pelarut organik. Hidroksi etil selulosa

tidak cocok dengan zein dan sebagian

cocok dengan beberapa senyawa larut

air : kasein, gelatin, metilselulosa, polivinil

alkohol dan pati. Hidroksi etil selulosa dapat

digunakan dengan berbagai pengawet

antimikroba larut air. Namun Natrium

pentakloropenate menghasilkan peningkatan

Page 24: Proposal 2 Edit

24

viskositas ketika ditambahkan kelarutan

hidroksi etil selulosa.

Kegunaan : Peningkat viskositas.

6. Air suling (16)

Nama Resmi : Aqua destillata

Nama Lain : Air suling, aquadest

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak berasa

Kegunaan : Pelarut

7. Natrium CMC (16)

Nama resmi : Carboxymethylselulosa sodium

Nama lain : Natrium CMC

Rumus molekul : CH3CH(OH)CH3

Pemerian : Serbuk atau granul berwarna putih sampai

krem, higroskopik

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter P

dan dalam pelarut organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Inkompabilitas : Dengan larutan-larutan asam kuat dan dengan

garam-garam larut dari besi dan beberapa

Page 25: Proposal 2 Edit

25

logam seperti aluminium, merkuri dan eter dan

alkohol 95%.

Kegunaan : Peningkat viskositas

Page 26: Proposal 2 Edit

26

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf

(all amerika), oven (fisher), inkubator (Memmert), rotary evaporator

(hahnshin), laminary air flo (envirco), timbangan analitik (chyo), mistar

geser (rusfreig), cawan petri, tabung reaksi, ose bulat, labu

erlenmeyer 100 ml, spoit 5 ml, bunsen, pingset, batang pengaduk,

pisau cukur, kompor listrik, lumpang, porselen, sudip, sendok tanduk,

dan wadah gel.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah klika

mengkudu (Morinda citrifolia L), Propionibacterium acnes, Fluid

Thioglycollata Medium (FTM), agar, kertas cakram, etanol 96%, etanol

70%, gliserin, karbopol, Na. CMC, HEC, trietanolamin, propilenglikol,

metil paraben, air suling, dan kapas.

III.2 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang terbuat dari gelas disterilakan dengan

menggunakan oven 1800C selama 2 jam. Alat- alat plastik yang tidak

tahan terhadap pemanasan tinggi dan alat-alat gelas berskala

disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 10-15 menit.

Alat berupa ose, pinset disterilkan dengan pemijaran di atas api

secara langsung sesaat sebelum digunakan.

Page 27: Proposal 2 Edit

27

III.3 Penyiapan Sampel

III.3.1 Pengambilan sampel

Sampel klika mengkudu diperoleh dari Batuaraya,

Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sampel klika mengkudu

yang berumur sudah cukup tua diambil menjelang musim

kemarau pada batang utama atau cabang dengan ukuran

tertentu dengan mengambil bagian korteks/kulit pertama yang

tersusun dari laisan sel yang berdinding tipis.

III.2.2 Pengolahan Sampel

Klika mengkudu dicuci bersih, kemudian dipotong-

potong kecil. Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung

kemudian disortasi kering. Setelah kering diekstraksi dengan

metode refluks. Ditimbang kulit batang mengkudu 50 g,

ditambahkan 500 mL cairan penyari etanol 96% dan dilakukan

metode maserasi. Sampel kemudian disaring dan ditampung

sehingga diperoleh ekstrak cair etanol kulit batang mengkudu

selanjutnya diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak

kental.

Page 28: Proposal 2 Edit

28

III.3 Formula Gel

Gel ekstrak klika mengkudu terdiri atas ektsrak klika

mengkudu 6% sebagai zat aktif , Na CMC 2% sebagai peningkat

viskositas, gliserin 10% sebagai humektan, metil paraben 0,2%

sebagai pengawet, propilenglikol 10% sebagai cosolven dan air

suling ad 100% sebagai pelarut (17).

Dari bahan-bahan diatas, gel dibuat dengan cara metil

paraben dilarutkan dengan air suling sambil dipanaskan hingga suhu

70oC, selanjutnya ditambahkan peningkat viskositas gel yaitu Na

CMC kemudian diaduk hingga mengembang dan membentuk gel,

dimana metode yang digunakan yaitu metode mixer, kemudian

ditambahkan gliserin. Ekstrak etanol klika mengkudu didispersikan

dalam propilenglikol selanjutnya ditambahkan ke dalam basis gel

yang telah terbentu, diaduk hingga homogen. Diulangi prosedur yang

sama tanpa menambahkan ekstrak etanol klika mengkudu.

III.4 Pembuatan Suspensi Bakteri

Pembuatan suspensi bakteri dari biakan murni : Bakteri uji

Propionibacterium acne berumur 24 jam pada Nutrient agar yang

berupa biakan murni dimasukan kedalam tabung media yang berisi

media Fluid Thioglycollata Medium (FTM) menggunakan ose bulat

secara aseptis kemudian disetarakan dengan Larutan Mc. Farland

yang setara dengan 758 juta bakteri Propionibacterium acne dan

diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

Page 29: Proposal 2 Edit

29

III.5 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah kelinci (Oryctolagus

cuniculus) yang sehat dan tidak cacat kulit. Berumur 5 sampai 10

bulan dengan bobot badan 1,5 sampai 2,0 kilogram. Kelinci

diadaptasikan dengan lingkungannya selama 1 minggu. Daerah

punggung kelinci dibagi menjadi 4 sisi yaitu sisi kanan atas (KaA),

sisi kanan bawah (KaB), sisi kiri atas (KiA) dan sisi kiri bawah (KiB).

Tiap sisi diberi perlakuan yang berbeda, sisi kanan atas sebagai

kontrol negatif (K(-)), sisi kanan bawah diinfeksi dengan bakteri

Propionibacterium acne (K(+)), sisi kiri atas diinfeksi dengan bakteri

Propionibacterium acne kemudian diberi gel ekstrak klika mengkudu

(KiGE), serta sisi kiri bawah diinfeksi dengan bakteri

Propionibacterium acne kemudian diberi gel tanpa mengandung

ekstrak klika mengkudu (KiG). Rambut kelinci masing-masing dicukur

dengan diameter ukuran 3 cm. Pada penelitian ini digunakan metode

triplo yaitu menggunakan 3 kelinci yang mendapatkan perlakuan

yang sama.

III.6 Uji Efek Antibakteri terhadap Kelinci (Orytolagus cuniculus)

1. Kelinci jantang yang telah dibagi menjadi menjadi 4 sisi diberi

perlakuan, dimana sisi KaA dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan

apapun. Sisi KaB, KiA dan kiB diinfeksi dengan bakteri

Propionibacterium acne dengan cara (apa namax i2 say dipake u

bakteri???) dicelukan dalam suspensi bakteri kemudian dioleskan

Page 30: Proposal 2 Edit

30

pada ketiga sisi tersebut selama 10 detik dan dibiarkan selama 1

x 24 jam dan diamati (terjadinya infeksi ditandai dengan adanya

gejala lesi atau peradangan). Selanjutnya sisi KiA diolesi gel

yang mengandung ekstrak klika mengkudu, dan sisi KiB diolesi

gel yang tidak mengandung ekstrak kilika mengkudu. Frekuensi

pengolesan satu kali sehari secara tipis dan merata sebanyak 0,5

g pada diameter 1 cm dari masing-masing sisi. Setelah dioleskan

ditutup dengan plester hipoalergi kemudian badan kelinci

dibungkus dengan perban agar plester tidak lepas dan dibiarkan

sehari semalam.

2. Setelah 24 jam perban dan plester dibuka kemuadian diamati.

3. Setelah 48 jam, tempat yang telah dioleskan sediaan ditutup

kembali dengan plester yang sama dan dibiarkan selama satu

hari sebelum diamati.

4. Dengan cara yang ama, dilakukan pengamatan kembali setelah

72 jam.

5. Dilakukan hal yang sama untuk kelinci II dan kelinci III. Pengolesan

krim dilakukan dengan menggunakan sarung tangan. Pengamatan

terjadinya infeksi dilakukan setiap hari.

Page 31: Proposal 2 Edit

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Endjo. D dan Rosihan. R., 2010, Status Perkembangan Teknologi Tanaman Mengkudu. http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/edsus/vol19no1/2mengkudu.pdf diakses 19 Januari 2013.

2. Ansel , H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV. UI. Press, Jakarta. 391.

3. Mitsui, Ted, 1997, New Cosmetic Science, Elsevier, Tokyo. 224

4. Dewi, Nurfita., 2012, Budidaya, Khasiat dan Cara Olah Mengkudu, Pustaka Baru Press, Yogyakarta.1,2,4,7.

5. Indriyani, 2004. Skripsi “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit

Batang Mengkudu (Morinda citrifolia L) Terhadap Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli” http ://etd.eprints.ums .ac.id /10090 / 1 /

K 100060122.pdf diakses 19 Januari 2013.

6. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995.

Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.8,413.

7. Leon Lachman dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II” Edisi Ketiga, UI-Press, Jakarta. 1119.

8. Allen, V Loyd,Jr, 1998. The Art, Science, and Technology of

Pharmaceutical Componding. American Pharmaceutical Assosiation,

Washington D.C.301-310.

Page 32: Proposal 2 Edit

32

9. Lieberman, H. A, 1996. Pharmaceutical Dosage Forms, Volume II,

Marc Dekker Inc, New York, 400,495-496.

10. Howard, A.C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi

Keempat, UI Press, Jakarta.393.

11. Wartonah, dkk, 2009. Fisiologi Tubuh Manusia, Trans Info Media,

Jakarta Timur. 214-217.

12. Djide, M.N. & Sartini, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi,

Lembaga Penerbit Unhas, Makassar, 339, 342.

13. Log, B.W, 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium, Raja Grafindo,

Jakarta. 31-34.

14. Tri,A.P.2007. Propionibacterium acnes. http://digilib.itb.ac.id/gdl.pdf.

diakses 19 Januari 2013.

15. Kibbe, H, Arthur., 2000, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Third Edition, American Pharmaceutical Asociation, Washington.

16. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan., 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 358, 509,413.

17. Makbul, Sulastri., 2012, “Uji Daya Hambat Formula Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Klika Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Propionibacterium acne“, Universitas Islam Makassar, Makassar.

Page 33: Proposal 2 Edit

33

LAMPIRAN

Skema Kerja

Sediaan gel ekstrak etanolklika mengkudu

Uji aktivitas antibakteri

Kelinci I Kelinci II Kelinci III

Dinfeksi Bakteri P.acne

24 jam

Kulit punggung kanan atas

Kulit punggung kanan atas

Kulit punggung kanan atas

Kulit punggung kanan atas

Kontrol (-) Kontrol (+)Gel ekstrak

klika mengkudu Gel tanpa

ekstrak

Pengamatan

Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan