Proposal

Embed Size (px)

Citation preview

1

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Kepemimpinan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Pada KPP PRATAMA, YogyakartaA. Latar BelakangIndonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan pembangunan ini pemerintah mengandalkan dana dari dua sumber pokok yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Agar bisa menjadi bangsa yang mandiri pemerintah harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan sumber pendanaan dalam negerinya yaitu dengan meningkatkan penerimaan pajaknya. Menurut Mardiasmo (2006:1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak pribadi maupun badan. Sedangkan penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak pribadi maupun badan. Peningkatan penerimaan pajak tidak terlepas dari peran pemerintah dan wajib pajak yang ada, karena tampa adanya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya mustahil penerimaan pajak akan meningkat. Untuk itu agar penerimaan pajak meningkat diharapkan kepatuhan wajib pajak juga meningkat, karena penerimaan pajak merupakan sumber APBN utama terbesar yang diterima khususnya berasal dari Pajak Penghasilan Badan.

Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana luar negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non migas serta pajak. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus mengoptimalkan sumber dana dalam negeri. Dalam perkembangannya pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri. Hal ini nampak dari terus meningkatnya proporsi penerimaan pajak terhadap total APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh penerimaan negara.Pemeriksaan pajak juga perlu dilakukan karena tujuan dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan No.545/KMK.04/2000 (http;//www.ortax.org). penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Vinola (2008) tentang pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Grogol Petamburan yang menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh signifikan positif, pemeriksaan tidak berpengaruh, serta hubungan tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak diperlemah dengan adanya pemeriksaan pajak sebagai variable moderating, dan PKP berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak.

Oleh karena peningkatan penerimaan pajak merupakan salah satu variabel penting dan strategis bagi kelangsungan hidup dan pencapaian tujuan perusahaan, maka dari penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh dari pemeriksaan pajak, terhadap peningkatan penerimaan pajak pada KPP PRATAMA Yogyakarta Sleman, maka penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi tentang Pengaruh Pemeriksaan pajak dan Kepemimpinan terhadap Peningkatan penerimaan pajak pada KPP PRATAMA, Yogyakarta.B. Perumusan masalahBerdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu:1. Apakah variabel tingkat kepatuhan wajib pajak badan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP PRATAMA Yogyakarta?

2. Apakah variabel pemeriksaan pajak memoderasi pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP PRATAMA YogyakartaC. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang telah diidentifikasi tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis ada pengaruh variabel tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP PRATAMA Yogyakarta2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel pemeriksaan pajak memoderasi pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP PRATAMA YogyakartaD. Manfaat Penelitian1.Bagi PenulisMemperoleh pengalaman untuk berfikir kritis, menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang sumberdaya manusia terutama dalam hal pemeriksaan pajak, kepemimpinan, dan peningkatan penerimaan pajak serta dapat menerapkan teori-teori yang didapatkan selama di perkuliahan ke dalam dunia nyata.2. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan kepada KPP PRATAMA Yogyakarta dalam pengambilan keputusan atau kebijakan mengenai pemeriksaan pajak, kepemimpinan, serta peningkatan penerimaan pajak. 3.Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat umum dalam memahami perpajakan di Indonesia

E. Sistematika penulisan Sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu :BAB I PEDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi bagaimana latar belakang masalah terjadi, sehingga diangkat menjadi obyek penelitian. Dari latar belakang masalah tersebut, dirumuskan suatu perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan.BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran penelitian dan juga kerangka konseptual serta pengembangan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang objek penelitian, populasi dan sampel, data yang diperlukan, metode pengumpulan data, variabel penelitian, model analisis dan prosedur penguji hipotesis.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian serta membahas tentang sampel dan variabel yang berkaitan dengan penelitiaan, analisis data yang berguna menyederhanakaan data agar mudah dibaca oleh pihak lain, serta pembahasan hasil penelitian yang menguraikan implikasi dari hasil analisis data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi hasil evaluasi yang telah dirangkum menjadi suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya, serta keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitiian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKAF. Landasan Teori

F.1 Peningkatan penerimaan pajak

Menurut Waluyo (2006:2) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Suandy (2008:9) Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum

Dari pengertian pajak ini dapat disimpulkan Penerimaan pajak merupakan penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari pajak rakyat. Tidak hanya sampai pada definisi singkat di atas bahwa dana yang diterima di kas negara tersebut akan dipergunakan untuk pengeluaran pemerintah guna meningkatkan kemakmuran rakyat, sebagaimana maksud dari tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini yaitu mensejahterakan rakyat, menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan sosial.

Menurut Siti (2004:2) Faktor-faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi dan menentukan optimalisasi pemasukkan dana ke kas negara melalui pemungutan pajak kepada warga negara antara lain:1. Kejelasan dan KepastianPeraturan Perundang-undangan dalam Bidang Perpajakan Secara formal, pajak harus dipungut berdasarkan undang-undang demi ter-capainya keadilan dalam pemungutan pajak (No taxation without representation. atau Taxation without representation is robbery) (Mayhew, 1750). Namun keberadaan undang-undang saja tidaklah cukup. Undang-undang haruslah jelas sederhana dan mudah dimengerti, baik oleh fiskus, maupun oleh pembayar pajak. Timbulnya konflik mengenai interpretasi atau tafsiran mengenai pemungutan pajak akan berakibat pada terhambatnya pembayaran pajak itu sendiri.2. Tingkat intelektual masyarakatSejak tahun 1984, sistem perpajakan di Indonesia menganut prinsip Self Assessment. Prinsip ini memberikan kepercayaan penuh kepada pem-bayar pajak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 4 ayat (1) menyatakan: wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya. Sementara di Pasal 12 ayat (1) dinyatakan: setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak meng-gantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Dalam hal ini, pem-bayar pajak mengisi sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) yang dibuat pada setiap akhir masa pajak atau akhir tahun pajak. Selanjutnya, fiskus melakukan penelitian dan pemeriksaan mengenai kebenaran pem-beritahuan tersebut. Dengan menerapkan prinsip ini, pembayar pajak harus memahami peraturan perundang-undangan mengenai perpajakan sehingga dapat melakukan tugas administrasi perpajakan. Untuk itu, in-telektualitas menjadi sangat penting sehingga tercipta masyarakat yang sadar pajak dan mau memenuhi kewajibannya tanpa ada unsur pe-maksaan. Namun, semuanya itu hanya dapat terjadi bila memang undang-undang itu sendiri sederhana, mudah dimengerti, dan tidak menimbulkan kesalahan persepsi.3. Kualitas fiskus (petugas pajak)Kualitas fiskus sangat menentukan di dalam efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Bila dikaitkan dengan optimalisasi target penerimaan pajak, maka fiskus haruslah orang yang berkompeten di bidang perpajakan, memiliki kecakapan teknis, dan bermoral tinggi.4. Sistem admistrasi perpajakan yang tepat

Seberapa besar penerimaan yang diperoleh melalui pemungutan pajak juga dipengaruhi oleh bagaimana pemungutan pajak itu dilakukan. Menurut Smith dikutip oleh Waluyo (2006:14) pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas empat asas, yaitu:(a) Equity/Equality di mana keadilan merupakan pertimbangan penting dalam membangun sistem perpajakan. Dalam hal ini, pemungutan pajak hendaknya dilakukan seimbang dengan kemampuannya. Negara tidak boleh melakukan diskriminasi antara sesama pembayar pajak.(b) Certainty, yaitu pajak yang harus dibayar haruslah terang (certain) dan tidak mengenal kompromis (not arbitrary). Kepastian hukum harus tercermin mengenai subyek, obyek, besarnya pajak dan juga ke-tentuan mengenai pembayaran.

(c) Convenience adalah pajak harus dipungut pada saat yang paling baik bagi pembayar pajak, yaitu saat diterimanya penghasilan.(d) Economy, yaitu pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya. Biaya pemungutan hendaknya tidak melebihi pemasukan pajaknya

F.2 Keaptuhan Wajib Pajak

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sepenuhnya oleh wajib pajak. Fiskus hanya melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan. Kondisi perpajakan menuntut ke ikut sertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya yang membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela / valuntary of comlience merupakan tulang punggung self assessment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut. Menurut Deviano dan Rahayu (2006:110) Mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan ada terdapat 2 macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material: 1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan

2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.

F.3 Pemeriksaaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo 2006:34).

Menurut International Tax Glossary (1992) sebagaimana yang dikutip Gunadi (2004:41) pemeriksaan pajak atau tax audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak yang berwenang terhadap buku-buku dan dokumen rekening bank Wajib Pajak atau meneliti kebenaran Surat Pemberitahuan atau laporan dan keterangan Wajib Pajak, baik dalam rangka pemeriksaan rutin maupun pemeriksaan khusus adanya dugaan penggelapan pajak.A. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS1. Kerangka konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual ini akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian , yaitu variable independen dan variable dependen.

Berdasarkan tinjauan pustaka terhadap hasil penelitian terdahulu dan landasan teori yang telah disampaikan dimuka, maka rerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1

Rerangka Pemikiran Hipotesis

Menurut Sugiyono (1999 : 156) hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, kebenaran hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Berdasarkan pokok masalah yang diuraikan, tujuan, manfaat dan judul penelitian serta telaah teori yang mendasarinya, maka dapat disimpulkan rumusan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Variabel tingkat kepatuhan wajib pajak badan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP PRATAMA Yogyakarta

2. Variabel pemeriksaan pajak memoderasi pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP PRATAMA Yogyakarta

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus. B. Populasi dan Metode SensusPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 72). Menurut Arikunto (2002), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Metode penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sensus. Sensus adalah mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar-mengajar, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya (Arikunto, 2002:86). Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya, tidak melalui media perantara (Sugiyono, 2005 : 129). Dalam hal ini data primer digunakan oleh peneliti adalah kuesioner pada karyawan KANTOR XXXX Yogyakarta sehingga diperoleh data tentang tanggapan karyawan terhadap variabel penelitian yaitu pemeriksaan pajak, kepemimpinan, peningkatan penerimaan pajak.1.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1.2.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas bisa dilakukan dengan grafik dan melihat besaran Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian:

Angka signifikansi (SIG) > 0,05, maka data berdistribusi normal.

Angka signifikansi (SIG) < 0,05, maka tidak berdistribusi normal (Santoso, 2002).

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t denga kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watso dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali.2005):

Jika D-W < dl, maka terdapat autokorelasi posotif.

Jika D-W > 4-dl, maka terdapat autokorelasi negatif.

Jika dl < D-W < du atau 4-du, maka tidak ada kesimpulan.

Jika du < D-W < 4-du, maka tidak terdapat autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji hereroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Gujari, 2003). Jika variance dari residual satu pengamtan ke pengamtan yang l;ain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskededastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varian dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa varian dari error harus bersifat homogen.

Langkah-langkah pengujian heteroskedastisitas :

Ho : tidak ada heteroskedastisitas

Ha: ada heteroskedastisitas

Keputusan dari penguji ini adalah :

Jika signifikan < 0,05, maka Ho ditolak (ada heteroskedastisitas).

Jika signifikan > 0,05, maka Ho diterima (tidak ada heteroskedastisitas).

4. Mulitilolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada modal regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi adanya multikolinearitas. Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar stimasi akan cenderung meningkatkan dengan bertambahnya variable bebas, tingkat signifikasi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar, dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi (Ghozali, 2005) adalah sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis matrik korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90 persen), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

3. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Faktor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variable bebas manakah yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variable bebas yang terpilih yang yidak dapat dijelaskan oleh variable bebas lainny. Jadi, nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/ tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisi deskriptif adalah merupakan transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan (Nur Indrianto dan Bambang Supomo, 1997). Hal ini dilakukan dengan cara mengambil data berdasarkan jawaban-jawaban yang diperoleh dari responden. Analisis ini digunakan untuk lebih menjelaskan karakteristik responden.

2. Analisis Kuantitatif

a) Hipotesis 1

Analisis kuantitatif adalah menganalisis data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2000:13). Analisis ini digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh melalui kuisioner yang memerlukan pengukuran jawaban dari responden kemudian diolah dengan kode statistik. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat kepatuhan wajib pajak badan, terhadap kinerja, maka digunakan aplikasi khusus analisis Regresi Linier Sederhana.Adapun formula dari Regresi Linier Sederhana adalah sebagai berikut (Ghozali,2005 : 2005):

Y1 = 0 + X 1 + e

Dimana:

Y

= kinerjaX

= tingkat kepatuhan wajib pajak badan0

= Konstanta

1

= Koefisien regresi

e

= suku kesalahan

Untuk menguji hipotesis Ha yang menyatakan bahwa variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja maka digunakan uji t, yaitu untuk menguji keberartian koefisien Moderating Regression Analisis secara parsial. Hipotesa yang diajukan yaitu:

Ho : b1 = 0 yang berarti variabel tingkat kepatuhan wajib pajak badan tidak berpengaruh positif signifikan langsung terhadap Peningkatan penerimaan pajak pada KANTOR XXXX Yogyakarta.

Ha b1 0 yang berarti variabel Tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh positif signifikan langsung terhadap Peningkatan penerimaan pajak pada KANTOR XXXX Yogyakarta.

Pengujian melalui uji t adalah dengan membandingkan t-hitung (th) dengan t-tabel (tt) pada derajat signifikan 95% ( = 0,05). Apabila hasil pengujian menunjukkan :

a. Apabila probalitas kesalahan kurang dari 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat peningkatan penerimaan pajak.

b. Apabila kesalahan lebih dari 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat peningkatan penerimaan pajak.

b) Hipotesis 2

Analisis kuantitatif adalah menganalisis data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2000:13). Analisis ini digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh melalui kuisioner yang memerlukan pengukuran jawaban dari responden kemudian diolah dengan kode statistik. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat kepatuhan wajib pajak badan, terhadap kinerja yang di moderisasi oleh pemeriksaan pajak, maka digunakan aplikasi khusus analisis Regresi Berganda Linier (Moderating Regression Analisis).Adapun formula dari Moderating Regression Analisis adalah sebagai berikut (Ghozali,2005 : 2005):

Y1 = 0 + X 1 + (X*Z) 2 + e

Dimana:

Y

= kinerjaX

= tingkat kepatuhan wajib pajak badanZ

= pemeriksaan pajak(X*Z) = Nilai interaksi antara tingkat kepatuhan wajib pajak badan dengan pemeriksaan pajak0

= Konstanta

1

= Koefisien regresi

e

= suku kesalahan

Untuk menguji hipotesis Ha yang menyatakan bahwa variabel job stress mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap job strains maka digunakan uji t, yaitu untuk menguji keberartian koefisien Moderating Regression Analisis secara parsial. Hipotesa yang diajukan yaitu:

Ho : b1 = 0 yang berarti variabel kepemimpinan tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja yang dimoderasi oleh Pemeriksaan pajak Ha b1 0 yang berarti variabel kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja yang dimoderasi oleh Pemeriksaan pajak Pengujian melalui uji t adalah dengan membandingkan t-hitung (th) dengan t-tabel (tt) pada derajat signifikan 95% ( = 0,05). Apabila hasil pengujian menunjukkan :

a. Apabila probalitas kesalahan kurang dari 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan kepemimpinan tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja yang dimoderasi oleh Pemeriksaan pajak .

b. Apabila kesalahan lebih dari 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja yang dimoderasi oleh Pemeriksaan pajak .1. Koefisien Determinasi (R2)

Melalui pengujian ini sekaligus dapat diketahui besarnya pengaruh variabel-variabel tersebut secara bersama-sama dengan melihat koefisien determinasi (R2), dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

R2= Koefisien determinan

Y= Nilai Variabel Y

= Nilai rata-rata variabel Y

= Nilai taksiran varibel Y

ssr= Jumlah kuadrat Regresi

sse= Jumlah kuadrat kesalahan

sst= Jumlah kuadrat tetap

Dari koefisien determinan (R2) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis Regresi Linear Berganda. R2 menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas dan variabel terikatnya. Interprestasi terhadap hasil koefisien determinan (R2 ) berarti:

a. Jika nilai koefisien determinan (R2) semakin mendekati angka satu berarti variabel terikat dapat dijelaskan secara linear oleh variabel bebas. Jadi semakin besar R2 maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat peramalan, karena total variasi dapat menjelaskan variabel terikat.

b. Jika koefisien determinasi (R2) semakin mendekati angka nol maka sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kecil. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya koefisien determinan ganda (R2) berada antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1.

Pemeriksaan pajak ( M1)

Tingkat kepatuhan wajib pajak badan (X1)

Peningkatan penerimaan pajak (Y)

11

_1335217874.unknown